Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH ETIKA BAIK TERHADAP MAHASISWA

PAI 5 UIN RADEN FATAH PALEMBANG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahMetode


Dan Praktek Penelitian Dan Syarat Seminar Proposal
Skripsi S1 Pendidikan Agama Islam (S.Pd)

Oleh :
Azizun Fadli
NIM. 2020202175

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2021/2022
2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Etika dalam perkembangannya di era modernisme seperti
sekarang ini menempati posisi yang sangat penting dalam
kehidupan. Para orang tua ketika dihadapkan dengan arus
teknologi yang sarat akan nilai-nilai negatif, cenderung
mengarahkan anaknya kepada nilai-nilai keagamaan yang
penuh akan nilai-nilai etika
Dapat kita saksikan baik di kehidupan sehari-hari ataupun
dalam media yang tersebar di masyarakat baik cetak maupun
elektronik. Dekadensi moral yang ada pada anak usia dini telah
terjadi dimana-mana, para orang tua sibuk menyalahkan
lembaga pendidikan dengan alasan yang pada dasarnya cukup
delematis. Kemerosotan akhlak pada anak-anak dapat dilihat
dengan banyaknya siswa yang tawuran, mabuk, berjudi,
durhaka kepada orang tua bahkan sampai membunuh sekalipun.
Untuk itu, diperlukan upaya strategis untuk memulihkan
kondisi tersebut, di antaranya dengan menanamkan kembali
akan pentingnya peranan orang tua dan pendidik dalam
membina moral anak didik.
Demikian juga dengan para pendidik, geliat penyampaian
keilmuan yang sesungguhnya juga sudah mulai tereduksi oleh
kebutuhan sehari-hari (materi). Tidak sedikit tenaga pendidikan
3

yang hanya pedoman bahwa cukup dengan melaksanakan tugas


dan memenuhi absensi maka telah terlaksana kewajiban
1. Twww.foxitsoftware.com/shoppin2 :
yang diembankan. Tanpa disadari paradigma seperti ini menjadi
terciptanya perubahan dalam dunia sosial pendidikan.
Selain itu, dalam keadaan yang lebih luas, peristiwa-
peristiwa kerusuhan dan konflik sosial yang sebagiannya
bermuatan “sara” terusmenerus menjadi tontonan kita sehari-
hari di era reformasi ini, suatu tontonan yang menunjukkan
betapa parahnya krisis ukhuwah dalam kehidupan kita sebagai
umat dan bangsa. Disinilah posisi etika menempatkan diri
sebagai faktor yang sangat penting, khususnya dalam dunia
pendidikan.
Dalam diri manusia terdapat tiga daya jiwa, yaitu akal
pikiran (al-‘aql), perasaan berani (amarah), dan perasaan atau
harat biologis (syahwat). Baik buruknya akhlak seseorang amat
tergantung pada penggunaan ketiga daya tersebut. Jika
penggunaan daya tersebut dilakukan secara berlebihan atau
secara kurang, maka akan berakibat timbulnya akhlak yang
buruk. Adapun jika penggunaan ketiga daya tersebut dilakukan
secara seimbang atau pertengahan, maka akan timbul akhlak
yang terpuji.
Berdasarkan hadist Rasulullah Muhammad SAW: yang
Artinya :
4

“Menceritakan kepada kami Muawiyyah bin Hisyam, dari


hisyam bin Sa’d, dari Zaid bin Aslama, berkata: Bersabda
Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang baik”.
Sabda Rasulullah tersebut mempunyai arti bahwa
Rasulullah diutus ke muka bumi ini untuk memperbaiki akhlak
manusia. berdasarkan hadist diatas dapat disimpulkan bahwa
akhlak yang merupakan komponen penting dalam ajaran islam.
Keberaagamaan seseorang tidak akan lengkap tanpa adanya
akhlak yang dimilikinya. Karena akhlak yang baik tidak datang
secara tibatiba, maka perlu adanya pembelajaran dan
pengamalan secara kontinyu, agar akhlak tersebut dapat
menyatu dalam jiwa dan pikiran, serta tingkah laku setiap
muslim yang beriman.
Karena akhlak tidak hanya untuk beribadah kepada Allah,
tetapi juga untuk bermuamalah terhadap semama manusia,
maka sebagai seorang dokter muslim yang akan selau
berhubungan dengan pasien harus mempelajari akhlak atau
etika dalam berhadapan dengan mereka. Oleh karena itu, akhlak
bagi sebagai dokter muslim sangat diperlukan demi
kesuksesannya di dunia dan di akhirat.
Pada masa kanak-kanak yaitu masa sekolah, merupakan
periode penting dalam pendidikan budipekerti dan
5

membiasakan pada anak-anak kepada tingkah laku yang baik.


Karena, pembentukan yang utama ialah di waktu kecil, maka
Twww.foxitsoftware.com/shoppin4 :
apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu (yang
kurang baik) dan kemudian telah menjadi kebiasaan, maka akan
sukar untuk meluruskannya.
Penanaman akan nilai etika sejak dini menjadi penting
untuk dilakukan guna melahirkan generasi penerus yang baik
dan sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Hal yang
demikian bertujuan juga menciptakan masa depan yang tetap
manusiawi. Proses belajar mengajar yang penuh akan nilai-nilai
etik sudah semestinya menjadi tujuan utama dalam sistem
pendidikan khususnya di Indonesia. Diharapkan terciptanya
peserta didik yang bermoral dan beretika.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi dari judul “Pengaruh etika Baik
Buruk terhadap Motivasi Pembelajaran Mahasiswa PAI 5
Angkatan 2020 UIN Raden Fatah
Palembang, sebagai berikut :
1. Ada sebagian mahasiswa yang Masuk kelas tanpa
mengucapkan salam
2. Ada sebagian mahasiswa yang terlambat ketika jam
perkuliahan di mulai
3. Masih ada mahasiswa yang sering bercerita satu sama lain
6

ketika dosen menjelaskan materi pembelajaran


4. Ada sebagian Mahasiswa yang menggunakan busana
yang
kurang sopan ketika pembelajaran di dalam kelas
5. Ada sebagian mahasiswa yang memainkan handphone
dan
membuka di luar materi pembelajaran ketika perkuliahan
berlangsung di kelas
C. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah pemahaman dan agar tidak terjadi
kesalahpahaman terhadap judul Problematika Mahasiswa
Pendidikan Agama Islam dalam Mempersiapkan Diri Menjadi
Guru Pendidikan Agama Islam, maka penulis memberikan
batasan terhadap istilah–istilah yang perlu dari judul ini:
1. Problematika Mahasiswa Pendidikan Agama Islam.
Problematika Mahasiswa Pendidikan Agama Islam
dimaksudkan penelitian ini adalah persoalan atau masalah
yang dihadapi mahasiswa Pendidikan Agama Islam
sebelum menjadi guru Pendidikan Agama Islam.
2. Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Mahasiswa
Pendidikan Agama Islam yang dimaksud disini adalah
mahasiswa Semester 5 dibatasi dengan jumlah 32 orang
jurusan Pendidikan Agama Islam.
7

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan
diatas, maka dalam penelitian ini dapat penulis uraikan
beberapa pokok permasalahan sebagai acuan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana penerapan Etika Yang baik dalam
meningkatkan akhlakul karimah pembelajaran Mahasiswa
PAI 5 UIN Raden Fatah Palembang?
2. Bagaimana pembelajaran etika yang baik dalam
meningkatkan keperibadian Mahasiswa PAI 5 UIN Raden
Fatah Palembang?
3. Bagaimana penanaman Etika yang baik dalam memperbaiki
diri dari etika yang buruk pada mahasiswa PAI 5 UIN
Raden Fatah Palembang?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan etika yang baik dalam
meningkatkan Akhlakul karimah pembelajaran
Mahasiswa PAI 5 UIN Raden Fatah Palembang
2. Untuk mengetahui pembelajaran Etika yang baik dalam
meningkatkan keperibadian Mahasiswa PAI 5 UIN Raden
Fatah Palembang
3. Untuk mengetahui penanaman nilai etika yang baik dalam
memperbaiki diri dari etika yang buruk pada Mahasiswa
PAI 5 UIN Raden Fatah Palembang
8

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang di harapkan sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti: Untuk memperluas wawasan penulis
dalam karya ilmiah tentang “Pengaruh Etika yang baik
Terhadap Motivasi pembelajaran Mahasiswa PAI kelas
20025 UIN Raden Fatah Palembang
b. Bagi Dosen: Hasil penelitian dapat digunakan sebagai
langkah langkah dosen dalam meningkatkan Etika yang
baik terhadap Motivasi pembelajaran Mahasiswa PAI
20025 UIN Raden Fatah
Palembang
c. Bagi Mahasiswa : Mahasiswa akan lebih menyadari
dalam menerapkan dan menanamkan etika yang baik
dalam keperibadian dirinya sebagai calon Guru
Pendidikan Agama Islam
d. Bagi Dunia Penelitian: Hasil penelitian ini sebagai
acuan penelitian mengenai faktor – faktor yang dapat
meningkatkan Etika Mahasiswa agar selalu
menggunakan etika yang baik tidak hanya di dalam
kelas tapi di luar kelas juga.
e. Bagi MAHASISWA PAI UIN RADEN FATAH
PALEMBANG:
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan informasi
tentang penting nya menerapkan etika yang sesuai
dengan kode etik Pembelajaran
9

PAI
10

G. KERANGKA DASAR TEORI


A. Pengertian Etika
Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa yunani
yang terdiri dari dua kata yaitu Ethos dan ethikos. Ethos berarti
sifat, watak kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti susila,
keadaban, kelakuan dan perbuatan yang baik. Istilah moral
berasal dari kata latin yaitu mores, yang merupakan bentuk jama‟
dari mos, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan watak,
kelakuan, tabiat, dan cara hidup. Sedangkan dalam bahasa Arab
kata etika dikenal dengan istilah akhlak, artinya budi pekerti.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut tata susila.
K Bertens dalam buku etikanya menjelaskan lebih jelas
lagi. Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos
dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal
yang biasa; padang rumput; kandang; kebiasaan, adat; akhlak,
watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak
artinya adalah adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan
dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik,
baik pada diri seseorang atau kepada masyarakat. Kebiasaan
hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke
generasi lain.
kebiasaa1
1
Lorens bagus, kamus filsafat,(Jakarta: PT Gramedia pustaka, 2000),
h.217
Ibid, H.672
Hasbullah Bakry, Sistematika Filsafat,( Jakarta: Wijaya, 1978), h.9.
11

Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibekukan dalam


bentuk kaidah, aturan atau norma yang di sebarluaskan, dikenal,
dipahami, dan diajarkan secara lisan dalam masyarakat. Kaidah,
norma atau aturan ini pada dasarnya, menyangkut baik-buruk
perilaku manusia. Atau, etika dipahami sebagai ajaran yang
berisikan perintah dan larangan tentang baik-buruknya perilaku
manusia, yaitu perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang
harus dihindari. 15
Etika sering diidentikkan dengan moral (atau moralitas).
Namun, meskipun sama-sama terkait dengan baik-buruk tindakan
manusia, etika dan moral memiliki perbedaan pengertian.
Moralitas lebih condong pada pengertian nilai baik dan buruk
dari setiap perbuatan manusia itu sendiri, sedangkan etika berarti
ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk. Jadi bisa
dikatakan, etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik
dan buruk. Dalam filsafat terkadang etika disamakan dengan
filsafat moral.2
Etika membatasi dirinya dari disiplin ilmu lain dengan
pertanyaan apa itu moral? Ini merupakan bagian terpenting dari
2
K Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia, 1993), h. 27 Keraf. A.
Sonny. Etika Lingkungan,(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002), h.2
Haidar Baqir, Buku Saku Filsafat Islam, (Bandung Mizan, 2005), h.
189-190
K Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia, 1993), h. 27
Sarwoko, Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan, (Jakarta: Salemba),
h. 80
12

pertanyaanpertanyaan seputar etika. Tetapi di samping itu tugas


utamanya ialah menyelidiki apa yang harus dilakukan manusia.
Semua cabang filsafat berbicara tentang yang ada, sedangkan
filsafat etika membahas yang harus dilakukan.
Secara terminologi etika bisa disebut sebagai ilmu tentang
baik dan buruk atau kata lainnya ialah teori tentang nilai. Dalam
Islam teori nilai mengenal lima kategori baik-buruk, yaitu baik
sekali, baik, netral, buruk dan buruk sekali. Nilai ditentukan oleh
Tuhan, karena Tuhan adalah maha suci yang bebas dari noda apa
pun jenisnya.
Etika disebut juga ilmu normatif, karena didalamnya
mengandung norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam
Kehidupan Sebagian orang menyebut etika dengan moral atau
budi pekerti. ilmu etika adalah ilmu yang mencari keselarasan
perbuatan-perbuatan manusia dengan dasar yang sedalam
dalamnya yang diperoleh dengan akal budi manusia.
Menurut KBBI, filsafat etika adalah:
1. Ilmu tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat.
Jadi, filsafat etika adalah cabang ilmu filsafat yang
mempelajari tingkah laku manusia yang baik dan buruk. Dasar
filsafat etika yaitu etika individual sendiri.
13

Menurut hukum etika, suatu perbuatan itu dinilai dari 3 tingkat,


yaitu :
a. Tingkat pertama: semasa belum lahir menjadi perbuatan,
yakni berupa rencana dalam hati atau niat.
b. Tingkat kedua: perbuatan nyata atau pekerti
c. Tingkat ketiga: akibat atau hasil dari perbuatannya itu =
baik atau buruk.
Dengan demikian, pandangan baik dan buruk, dan hakikat
nilai dalam kehidupan manusia sangat tergantung pada tiga hal
mendasar yaitu:
1. Cara berpikir yang melandasi manusia dalam berprilaku.
2. Cara berbudaya yang menjadi sendi berlakunya norma sosial.
3. Cara merujuk kepada sumber-sumber nilai yang menjadi
tujuan
pokok dalam bertindak.
Selain itu juga pengertian etika adalah cabang ilmu
filsafat yang membicarakan nilai dan moral yang menentukan
perilaku seseorang/ manusia dalam hidupnya.3

Etika merupakan sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai


nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam
sikap serta pola perilaku hidup manusia baik sebagai pribadi
maupun sebagai kelompok.
3
Soegiono,Tamsil, Filsafat Pendidikan Teori dan Praktik.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Etika Individual. Burhanuddin salam. 2000. Jakarta: Asdi
Mahasatya
14

Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa


etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang arti baik dan
buruk, benar dan salah kemudian manusia menggunakan akal dan
hati nuraninya untuk mencapai tujuan hidup yang baik dan benar
sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Jadi manusia dapat
melakukan apa saja yang dikehendaki yang dianggap baik dan
benar, meskipun hati nuraninya menolak dan yang terpenting
tujuannya dapat tercapai.
2. Sejarah Etika
Secara historis etika sebagai usaha filsafat lahir dari
keambrukan tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani
2.500 tahun lalu. Karena pandanganpandangan lama tentang baik
dan buruk tidak lagi dipercaya, para filosof mempertanyakan
kembali norma-norma dasar bagi kelakuan manusia.
Tempat pertama kali disusunnya cara-cara hidup yang
baik dalam suatu sistem dan dilakukan penyelidikan tentang soal
tersebut sebagai bagian filsafat. Menurut Poespoproddjo, kaum
Yunani sering mengadakan perjalanan ke luar negeri itu menjadi
sangat tertarik akan kenyataan bahwa terdapat berbagai macam
kebiasaan, hukum, tata kehidupan dan lainlainnya. Bangsa
Yunani mulai bertanya apakah miliknya, hasil pembudayaan
negara tersebut benarbenar lebih tinggi karena tiada seorang pun
dari Yunani yang akan mengatakan sebaliknya, maka kemudian
diajukanlah pertanyaan mengapa begitu? Kemudian diselidikinya
15

semua perbuatan dan lahirlah cabang baru dari filsafat yaitu


etika.
Penyelidikan para ahli filsafat tidak banyak
memperhatikan masalah Etika. Kebanyakan dari mereka
melakukan penyidikan mengenai alam. misalnya: bagaimana
alam ini terjadi? apa yang menjadi unsur utama alam ini? dan
lain - lain. sampai akhirnya datang Sophisticians ialah orang
yang bijaksana yang menjadi guru dan tersebar ke berbagai
negeri.
Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak. karena
ia pertama berusaha dengan sungguh - sungguh membentuk
perhubungan manusia dengan ilmu pengetahuan. Dia
berpendapat akhlak dan bentuk berhubungan itu. tidak menjadi
benar kecuali bila didasarkan ilmu pengetahuan.
Faham Antisthense, yang hidup pada 444-370 SM.
Ajaranya mengatakan ketuhanan itu bersih dari segala
kebutuhan. dan sebaik - baik manusia itu yang berperangai
dengan akhlak ketuhanan. 4
Maka ia mengurangi kebutuhanya sedapat mungkin, rela dengan
sedikit, suka menanggung penderitaan, dan mengabaikanya.

4
http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/04/socrates-filsafat-
etika-dan-moral.
html, tanggal 22 oktober 2016, Jam 10.22 Wib
Poespoprodjo, Filsafat Moral Kesusilaan Teori dan Praktek,
(Bandung: Pustaka Grafika, 1999), h. 18
16

Dia menghinakan orang kaya, menyingkiri segala


kelezatan, dan tidak peduli kemiskinan dan cercaan manusia
selama ia berpegangan dengan kebenaran.
Pemimpin aliran ini yang terkenal adalah Diogenes, wafat
pada 232 SM. Dia memberi pelajaran kepada kawan-kawannya
untuk menghilangkan beban yang dilakukan oleh ciptaan
manusia dan peranannya. Setelah faham Antisthenes ini, lalu
datang Plato (427-437 SM). ia seorang ahli Filsafat Athena, yang
merupakan murid dari Socrates. Buah pemikiranya dalam Etika
berdasarkan 'teori contoh'. Dia berpendapat alam lain adalah
alam rohani. Di dalam jiwa itu ada kekuatan bermacam - macam,
dan keutamaan itu timbul dari perimbangan dan tunduknya
kepada hukum.14
Pokok - pokok keutamaan itu adalah Hikmat
kebijaksanaan, keberanian, keperwiraan, dan keadilan. hal ini
merupakan tiang penegak bangsa - bangsa dan pribadi.
seperti yang kita ketahui bahwa, kebijaksanaan itu utama
untuk para hakim. keberanian itu untuk tentara. perwira itu utama
untuk rakyat, dan adil itu untuk semua. Pokok - pokok keutamaan
itu memberikan batasan kepada manusia dalam setiap 5
perbuatannya, agar ia melakukan segala sesuatu dengan sebaik -
baiknya.
3. Macam-Macam Etika
5
Ahmaddamin,1975, Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta: Bulan Bintang. h.
45
H.A.Mustofa, 1999, Akhlak Tasawuf, Bandung:CV.Pustaka
Setia. h.42 14 Ahmaddamin, op. cit., H.47
17

Dalam menelaah ukuran baik dan buruk suatu tingkah


laku yang ada dalam masyarakat kita bisa menggolongkan etika,
yakni terdapat dua macam etika yaitu :
a. Etika Deskriptif
Etika deskriptif Merupakan usaha menilai tindakan atau
prilaku berdasarkan pada ketentuan atau norma baik buruk yang
tumbuh dalam kehidupan bersama di dalam masyarakat.
Kerangka etika ini pada hakikatnya menempatkan kebiasaan
yang sudah ada di dalam masyarakat sebagai acuan etis. Suatu
tindakan seseorang disebut etis atau tidak. Tergantung pada
kesesuaiannya dengan yang dilakukan kebanyakan orang.
Etika deskriptif mempunyai dua bagian yang sangat
penting. Yang pertama ialah sejarah kesusilaan. Bagian ini
timbul apabila orang menerapkan metode historik dalam etika
deskriptif. Dalam hal ini yang di selidiki adalah
pendirianpendirian mengenai baik dan buruk, norma-norma
kesusilaan yang pernah berlaku, dan cita-cita kesusilaan yang
dianut oleh bangsa-bangsa tertentu apakah terjadi penerimaan
dan bagaimana pengolahannya. Perubahan-perubahan apakah
yang di alami kesusilaan dalam perjalanan waktu, hal-hal apakah
yang mempengaruhinya, dan sebagainya. Sehingga
bagaimanapun sejarah etika penting juga bagi sejarah kesusilaan.
Yang kedua ialah fenomenologi kesusilaan. Dalam hal ini
istilah fenomenologi dipergunakan dalam arti seperti dalam ilmu
pengetahuan agama. Fenomenologi agama mencari makna
18

keagamaan dari gejala-gejala keagamaan, mencari logos, susunan


batiniah yang mempersatukan gejalagejala ini dalam keselarasan
tersembunyi dan penataan yang mengandung makna. Demikian
pula dengan fenomenologi kesusilaan. Artinya, ilmu pengetahuan
ini melukiskan kesusilaan sebagaimana adanya, memperlihatkan
ciri-ciri pengenal, bagaimana hubungan yang terdapat antara ciri
yang satu dengan yang lain, atau singkatnya, mempertanyakan
apakah yang merupakan hakekat kesusilaan. Yang dilukiskan
dapat berupa kesusilaan tertentu, namun dapat juga moral pada
umumnya.
Masalah-masalah ini bersifat kefilsafatan. Pertanyaan
yang utamanya ialah, apakah kesusilaan harus di pahami dari
dirinya sendiri ataukah kesusilaan itu didasarkan oleh sesuatu
yang lain. Dengan perkataan lain, apakah kesusilaan mengacu
ataukah tidak mengacu kepada sesuatu yang terdapat di atas atau
setidak- tidaknya di luar dirinya sendiri.
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang
sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap
orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai.6
Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara
apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai
suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam

6
Keraf. A. Sonny. Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis sebagai profesi
Luhur (Yogyakarta: Kasnisius, 1991). h.23
19

penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang


dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat
bertindak secara etis.
Contohnya: Mengenai masyarakat Jawa yang mengajarkan
tatakrama berhubungan dengan orang yang lebih tua dari pada
kita. b. Etika Normatif
Kelompok ini mendasarkan diri pada sifat hakiki
kesusilaan bahwa di dalam perilaku serta tanggapan- tanggapan
kesusilaannya, manusia menjadikan norma- norma kesusilaan
sebagai panutannya. Etika menetapkan bahwa manusia memakai
norma-norma sebagai panutannya, tetapi tidak memberikan
tanggapan mengenai kelayakan ukuran-ukuran kesusilaan. Sah
atau tidaknya norma- norma tetap tidak dipersoalkan yang di
perhatikan hanya berlakunya.
Etika normatif tidak dapat sekedar melukiskan susunan
susunan formal kesusilaan. Ia menunjukkan prilaku manakah
yang baik dan prilaku manakah yang buruk.7
Yang demikian ini kadang- kadang yang disebut ajaran
kesusilaan, sedangkan etika deskriptif disebut juga ilmu
kesusilaan. Yang pertama senantiasa merupakan etika material.
Etika normatif memperhatikan kenyataan-kenyataan, yang tidak
dapat di tangkap dan diverifikasi secara empirik.

7
H. De vos, Pengantar Etika, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1987),
h. 8-10
Ibid, H.10
20

Etika yang berusaha menelaah dan memberikan penilaian


suatu tindakan etis atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya
terhadap norma-norma yang sudah dilakukan dalam suatu
masyarakat. Norma rujukan yang digunakan untuk menilai
tindakan wujudnya bisa berupa tata tertib, dan juga kode etik
profesi.
Contohnya: Etika yang bersifat individual seperti
kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab.
b. Etika Deontologi
Etika Deontologi adalah suatu tindakan dinilai baik buruk
berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan
kewajiban. Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap baik
karena tindakan itu memang baik pada dirinya sendiri, sehingga
merupakan kewajiban yang harus kita lakukan. Sebaliknya suatu
tindakan dinilai buruk secara moral karena tindakan itu memang
buruk secara moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk kita
lakukan.8
Bersikap adil adalah tindakan yang baik, dan sudah kewajiban
kita untuk bertindak demikian.
Etika deontologi sama sekali tidak mempersoalkan akibat
dari tindakan tersebut: baik atau buruk. Akibat dari suatu
tindakan tidak pernah diperhitungkan untuk menentukan kualitas
moral suatu tindakan. Atas dasar itu, etika deontologi sangat

8
Ibid, H.12-13
Keraf. A. Sonny. Etika Lingkungan,(Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2002), h.8-9
21

menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat untuk


bertindak sesuai dengan kewajiban.
Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk
bertindak secara baik. Jadi, etika Deontologi yaitu tindakan
dikatakan baik bukan karena tindakan itu mendatangkan akibat
baik, melainkan berdasarkan tindakan itu baik untuk dirinya
sendiri.
c. Etika Teleologi
Etika Teleologi menilai baik buruk suatu tindakan
berdasarkan tujuan atau akibat dari tindakan tersebut. suatu
tindakan dinilai baik kalau bertujuan baik dan mendatangkan
akibat baik. Jadi, terhadap pertanyaan, bagaimana harus
bertindak dalam situasi kongkret tertentu, jawaban teleologi
adalah pilihlah tindakan yang membawa akibat baik.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa etika teleologi
lebih bersifat situasional dan subyektif. Kita bisa bertindak 9

berbeda dalam situasi yang lain tergantung dari penilaian kita


tentang akibat dari tindakan tersebut. demikian pula, suatu
tindakan yang jelas-jelas bertentangan dengan norma dan nilai
moral bisa di benarkan oleh kita teleologi hanya karena tindakan
itu membawa akibat yang baik.
Suatu tindakan dikatakan baik jika tujuannya baik dan
membawa akibat yang baik dan berguna. Dari sudut pandang
“apa tujuannya”, etika teleologi dibedakan menjadi dua, yaitu:
9
Ibid, h. 15
22

1. Teleologi Hedonisme (hedone = kenikmatan) yaitu tindakan


yang bertujuan untuk mencari kenikmatan dan kesenangan.
2. Teleologi Eudamonisme (eudemonia = kebahagiaan) yaitu
tindakan yang bertujuan mencari kebahagiaan yang hakiki
d. Etika Keutamaan
Etika keutamaan tidak mempersoalkan akibat suatu
tindakan. Juga, tidak mendasarkan penilaian moral pada
kewajiban terhadap hukum moral universal. Etika keutamaan
lebih mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri
setiap orang.
Dalam kaitan dengan itu, sebagaimana dikatakan
Aristoteles, nilai moral ditemukan dan muncul dari pengalaman
hidup dalam masyarakat, dari teladan dan contoh hidup yang
diperlihatkan oleh tokoh-tokoh besar dalam suatu masyarakat
dalam menghadapi dan menyikapi persoalan-persoalan hidup ini.
Dengan demikian, etika keutamaan sangat menekankan
pentingnya sejarah kehebatan moral para tokoh besar dan dari
cerita dongeng ataupun sastra kita belajar tentang nilai dan
keutamaan, serta berusaha menghayati dan mempraktekkannya
seperti tokoh dalam sejarah, dalam cerita, atau dalam kehidupan
masyarakat. Tokoh dengan teladannya menjadi model untuk kita
tiru.
Etika keutamaan sangat menghargai kebebasan dan
rasionalitas manusia, karena pesan moral hanya di sampaikan
melalui cerita dan teladan hidup para tokoh lalu membiarkan
23

setiap orang untuk menangkap sendiri pesan moral itu. Juga


setiap orang dibiarkan untuk menggunakan akal budinya untuk
menafsirkan pesan moral itu, artinya, terbuka kemungkinan
setiap orang mengambil pesan moral yang khas bagi dirinya, dan
melalui itu kehidupan moral menjadi sangat kaya oleh berbagai
penafsiran.
H. METODE PENELITIAN
Pada hakikatnya, metodologi penelitian adalah teknik
untuk memperoleh informasi dengan maksud dan fungsi yang
spesifik.30 Metodologi penelitian berasal dari dua kata metode
dan logos. Metode artinya cara yang tepat untuk melaksanakan
sesuatu. Sedangkan, Logos artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi,
metodologi penelitian adalah ilmu tentang cara yang dijalankan
untuk mendapatkan sebuah pengetahuan. cara tersebut
diputuskan dengan beban keilmuan serta informasi yang
dikumpulkan guna untuk mendapatkan suatu pemahaman
melewati kondisi ketepatan, dengan kata lain perlu dibuktikan
keabsahannya.
Metode penelitian kualitatif adalah metode studi kasus
yang dimanfaatkan dalam mengamati keadaan objek yang
alamiah, dimana teori yang dipakai harus jelas. Dalam penelitian
ini, penghimpunan informasi analisis data bersifat induktif, hasil
yang diperoleh lebih memfokuskan pada tujuan daripada
abstraksi dan dilaksanakan secara gabungan.
24

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan


kualitatif adalah pendekatan penelitian yang bersifat pengamatan
secara langsung mengenai subyek dan obyek yang diteliti dan
data yang didapat bersifat rinci, akurat dan sesuai dengan kondisi
penelitian yang sebenarnya.
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Desember 2022-
2023 sampai selesai. Sebagaimana tertera pada lampiran I (Time
schedule penelitian)
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (Uin) Raden fatah
palembang yang berlokasi di. JL.H.T. Rizal Nurdin KM 4,5
Sihitang, Kota Palembang Provinsi sumatra selatan Pendekatan
Penelitian
3.Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, penelitian
kualitatif. Ahmad Nizar Rangkuti mengemukakan bahwa metode
kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang danprilaku yang dapat di amati Dalam pelaksaan penelitian
kualitatif ini, peneliti langsung hadir kelapangan untuk
mengumpul data
4.Jenis Dan sumber data
25

Sebelum penelitian dilaksanakan, maka perludi tentukan


sumber data. Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh.
1. Menurut Lofland yang dikutip oleh Lexy j. Meleong bahwa
data utama dalam penelitian kualitatif adalah tindakan, kata-
kata, dan selebihya adalah data tambahanya itu sumber data
tertulis dan photo28 berkaitan dengan penelitian ini sumber
data yang pertama adalah tindakan mahasiswa/I Uin Raden
fatah palembang yang terlingkup dalam rumusan masalah,
dilanjutkan dengan kata-kata yaitu hasil wawancara peneliti

10

2. dengan unit analisis penelitan. Selainnya adalah sumber


data tertulis seperti karakteristik dan kode etik norma
pakaian mahasiswa beserta photo-photo yang ada kaitannya
dengan masalah penelitian.
3. Sumber data Skunder adalah sumber data yang memberikan
informasi yang bersifat tidak langsung untuk melengkapi
tarhadap data primer yang diperoleh dari Ketua Prodi
Pendidikan Agama Islam.

10
16 26Ahmad Nizar Rangkuti, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:
CitaPusta Media,
2016), hlm.18.
27Suharsini Arikunt, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010), hlm.172. 28Lexy J Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif
(Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 157.
26

4. Wakil Dekan Bidang kemahasiswaan FTIK yang


membidangi terhadap penerapan kode etik dan norma
pakaian mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan ilmu
keguruanUin Raden fatah palembang, dan arsiparsip resmi.
yang bersangkutan terhadap penerapan kode etik norma
pakaian mahasiswa. Kuncinya jika sudah terjadi
pengulangan informs maka penarikan sampel sudah harus
dihentikan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara, dan dokumen. Berikut penjelasannya:
1.Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan yang
mengharuskan peneliti turun kelapangan mengamati hal-hal yang
berkaitan dengan ruang, tempat dan peristiwa, Observasi
pengamatan yang dilakukan dengan sengaja mengenai
phenomena social dengan gejala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan.
2.Interview
(wawancara) ialah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyan,
berdasarkan tujuan tertentu.
Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data atau
informasi dengan mengajukan pertanyaan secaralisan untuk
27

dijawab secara lisan pula. Metode wawancara yang dilakukan


dalam penelitian ini adalah wawancara struktur 32 adapun alat
yang digunakan peneliti dalam wawancara ini adalah dengan
menggunakan indera pendengaran, penglihatan, pengucapan,
buku, dan pulpen. Langkah-langkah wawancar aini yaitu,
pertama mewawancarai dosen yang bersangkutan dengan
penerapan kode etik norma pakaian yaitu Ketua Prodi dan Wakil
Dekan Kemahasiswaan Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan,
Uin Raden fatah palembang, kedua, peneliti mewawancarai
mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam NIM 20 yang
bersangkutan dengan penerapan norma pakaian.
3. Studi dokumentasi
ialah penelitian dengan metode dokumentasi atau photo,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku
majalah, dokumendokumen. peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian, dan sebagainya.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu usaha untuk mengolah data
yang didapat sewaktu penelitian dilaksanakansehingga dapat
ditarik kesimpulan. Model Miles dan Huberman merupakan
teknik analisis data yang dapat digunakan dalam penelitian ini.
Teknik tersebut dapat dilakukan melalui langkah langkah sebagai
berikut: 1. Data Reduction
(Redikasi Data) Mereduksi data yaitu merangkum dan
memilih halhal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
28

penting, dicari tema polanya dengan demikian data yang telah


direduksi akan memberikan gambaran yang
2.Data Display
(penyajian data) Setelah data reduksi, makalangkah
selanjutnya adalah mendisplay kan data. Penyajian data bias
dilakukan dalam bentuk uraian singkat bagan, hubungan antara
kategori dan jenisnya.
3.Conclusion Drawing/ verification
Conclusion Drawing/ verification Langkah ketiga dalam analisis
data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi,
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
4. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan bagian akhir yang di lakukan
dalam menafsirkan setelah merealisasikan berbagai proses dalam
penelitian, diharapkan pengamat mendapatkan benang merah dari
hasil penelitian, yang sebelumnya belum pernah ada atau dengan
kata lain memperoleh penemuan yang baru sehingga penemuan
tersebut dapat menjadi jelas melalui penjelasan suatu objek yang
sebelumnya masih tidak begitu jelas. Kesimpulan dapat
berbentuk korelasi interaktif, dan teori.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam skripsi terbagi menjadi
riga bagian yaitu bagian awal, utama, dan akhir bagian awal
29

terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan halaman


pengesahan kata pengantar, daftar isi dan abstrak. Adapun
sistematika pembahasan dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:

DAFTAR PUSTAKA

Ahmaddamin,1975, Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta: Bulan Bintang


Ahmad Nizar Rangkuti, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:
CitaPusta Media, 2016.
Etika Individual. Burhanuddin salam. 2000. Jakarta: Asdi
30

Haidar Baqir, Buku Saku Filsafat Islam, Bandung Mizan, 2005


Hasbullah Bakry, Sistematika Filsafat,Jakarta: Wijaya, 1978
H.A.Mustofa, 1999, Akhlak Tasawuf, Bandung:CV.Pustaka
Setia.
H. De vos, Pengantar Etika, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Yogya, 1987
K Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia, 1993
Keraf. A. Sonny. Etika Lingkungan,(Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2002
Keraf. A. Sonny. Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis sebagai
profesi Luhur (Yogyakarta: Kasnisius, 1991
Lexy J Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013
Lorens bagus, kamus filsafat,(Jakarta: PT Gramedia pustaka,
2000)
Mahasatya http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/04/socrates-
filsafat-etika-dan-moral.
html, tanggal 22 oktober 2016, Jam 10.22 Wib
Poespoprodjo, Filsafat Moral Kesusilaan Teori dan Praktek,
Bandung: Pustaka Grafika, 1999
Sarwoko, Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan, (Jakarta:

Salemba
Soegiono,Tamsil, Filsafat Pendidikan Teori dan Praktik.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Suharsini Arikunt, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010
31

Anda mungkin juga menyukai