Makalah Bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BAHASA INDONESIA

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA


Dosen Pengampu : Fariz Hidayatulloh, M.Pd

Disusun Oleh:

Nicholas Gias Marzai: (202201310)

Anuggrah Bella kristy: (202201302)

PROGRAM SARJANA S1 GIZI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ADILA
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil alamin. Segala puji kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah sejarah perkembangan Bahasa Indonesia ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini, terlepas
dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah sejarah perkembangan Bahasa indonesia. Akhir kata kami
berharap semoga makalah sejarah perkembangan Bahasa indonesia, ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.

Bandar Lampung, 27 maret 2023

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL --------------------------------------------------------------- i

KATA PENGANTAR ---------------------------------------------------------------- ii

DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------- iii

BAB 1 PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------ 1

A. LATAR BELAKANG ------------------------------------------------------ 1


B. RUMUSAN MASALAH ------------------------------------------------- 2
C. TUJUAN --------------------------------------------------------------------- 2
BAB 2 PEMBAHASAN -------------------------------------------------------------- 3

A. SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA ----------- 3


B. RAGAM BAHASA INDONESIA --------------------------------------- 7
C. PENYEMPURNAAN EJAAN -------------------------------------------- 15
BAB 3 PENUTUP --------------------------------------------------------------------- 17

A. KESIMPULAN -------------------------------------------------------------- 17
B. SARAN ----------------------------------------------------------------------- 17
DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------- 18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang


kepada oranglain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya.
Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya
pengakuan manusia terhadappemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat
sehari-hari. Untuk menjalankan tugaskemanusiaan, manusia hanya punya satu alat,
yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di
benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum
tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan
bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.

Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat,


terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris
merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam
berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung memilih untuk
menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah
internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. Tak dipungkiri memang
pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bilakita tetap
menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena seperti yang
kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk memperdalam
mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangannya
sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku
dan adat- istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk kita di
dalamnya. Makadari itu melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan sejarah
tentang perkembangan bahasa Indonesia.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam


pembahasanmakalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia
2. Apa saja ragam Bahasa Indonesia
3. Bagaimana penyempurnaan ejaan
C. TUJUAN
1. Mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia
2. Mengetahui ragam Bahasa Indonesia
3. Mengetahui penyempurnaan ejaan

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA


Perkembangan bahasa Indonesia lisan maupun tulisan berkembang mulai
pada saat terbentuknya, pada 28 Oktober 1928 bersamaan dengan momen
Sumpah Pemuda. Setelah terbentuk bahasa Indonesia terus berkembang seiring
berlakunya ejaan Van Ophuijsen, Soewandi, Melindo bahkan hingga ke Ejaan
yang Disempurnakan (PUEBI).

Bahasa Indonesia yang telah dikenal oleh khalayak umum merupakan


bahasa Melayu yang menjadi lingua franca atau bahasa perhubungan di
Nusantara kala itu. Bahasa Melayu telah ada dan digunakan terlebih dahulu.
Keberadaan bahasa Melayu pun dapat ditilik dalam saat persiapan Kongres
Pemuda tahun 1926, para pemuda masih mempermasalahkan tentang sebutan
bahasa persatuan Indonesia. Kemudian M. Tabrani mengusulkan bahasa Melayu
diganti dengan istilah bahasa Indonesia dan hal ini pun disetujui bersama pada 2
Mei 1926.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam laman resminya telah mencantumkan
bahwa bahasa Melayu telah berada di kawasan Asia dan khususnya Asia
tenggara sejak abad ketujuh. Pernyataan ini juga tentu didukung oleh adanya
beberapa prasasti sepeti prasasti Talang Tuo di Palembang, bahkan prasasti
Karang Brahi di Jambi. Keberadaan prasasti-prasasti ini telah ada sejak tahun
680-an. Selanjutnya, untuk sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat
disoroti melalui zaman Sriwijaya yang menggunakan bahasa Melayu untuk
menjadi bahasa pembelajaran kebudayaan dan hingga pada saat penyebaran
agama oleh pemuka agama dan orang Belanda pada saat masih berada di
Indonesia. Bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia telah
berkembang dengan sangat pesat di Indonesia, bahkan sebelum bahasa Indonesia
pertama kali resmi di umumkan pada sumpah pemuda.

3
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari
peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada
batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra
(abad ke-16 dan ke-17), seperti syair Hamzah Fansuri, hikayat Raja-raja Pasai,
sejarah Melayu, Tajussalatin dan Bustanussalatin
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau,
antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu
tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin
berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai
di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak
budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa,
terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa
Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai
variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan
bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia,
yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia
dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persurat kabaran, dan
majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa
negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat
Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.

4
Bahasa Indonesia sejak dahulu telah membentuk bangsa dan
mempersatukan keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki tingkat
kemajemukan yang sangat tinggi. Bahasa pada dasarnya adalah media untuk
berkomunikasi ternyata memiliki eksistensi yang lebih lagi. Bahasa mencakup
hampir seluruh lapisan masyarakat, bahkan kebudyaan itu sendiri. Banyak
sumber yang mengupas fungsi bahasa Indonesia, salah satunya Arifin (2008:12)
kedudukan bahasa Indonesia memiliki fungsi berikut.

1. Lambang kebanggaan bangsa. Bahasa Indonesia mencerminkan setiap nilai-


nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
2. Lambang identitas nasional. Bahasa Indonesia merupakan identitas ataupun
jati diri dari orang-orang ataupun penduduk Indonesia.
3. Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya. Bahasa
Indonesia menghindarkan segala aktifitas yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman di tengah masyarakat yang majemuk.
4. Alat pemersatu suku budaya dan bahasanya. Bahasa Indonesia
mempersatukan setiap suku-suku di Indonesia yang memiliki bahasa dan
kebudayaan yang berbeda dengan total tujuh ratusan bahasa daerah, bahasa
Indonesia pun menyatukan. Dengan demikian, peranan bahasa Indonesia
adalah krusial dalam menunjang bangsa dan negara serta setiap dari pada
rakyat Indonesia.
Perkembangan bahasa Indonesia telah melalui sejarah yang cukup teramat
panjang. Melalui kilas balik sejarah yang telah dipaparkan di atas, dapat dengan
jelas diketahui bahwa bahasa Indonesia telah menjadi begitu kuat hingga saat ini
karena telah melalui proses yang unik. Berawal dari bahasa Melayu, kontak
dengan budaya asing yang kemudian menggunakan bahasa Melayu dan menjadi
bahasa yang akhirnya diganti dengan istilah bahasa Indonesia pada tahun 1926.
Bahasa Indonesia kemudian masuk ke dalam tiga kategori perkembangan, yaitu

1. Bahasa pemersatu. Bahasa Indonesia pada awalnya diikarkan oleh para


pemuda kembali pada tahun 1928 pada tanggal 28 Oktober dalam sumpah
pemuda yang berbunyi:
“Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe,

5
tanah Indonesia Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang
satoe, bangsa Indonesia Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng
bahasa persatoean, bahasa Indonesia”
Dengan sangat jelas bahasa Indonesia pertama kali digunakan ataupun
diikrarkan sebagai bahasa pemersatu pada butir ketiga. Bahasa Indonesia
kemudian mulai diterima oleh masyarakat Indonesia. Dengan diterimanya
bahasa Indonesia, secara harfiah bahasa ini menjadi bahasa pemersatu
Indonesia. Diterimanya bahasa Indonesia juga dapat tercermin dari
diadakannya Kongres Bahasa Indonesia (KBI) pada tanggal 25-28 Juni 1938
di Solo.
2. Bahasa resmi negara. Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi yang
digunakan selama 54 sejak ditetapkan dalam pasal 36 UUD 1945 pada
tanggal 18 Agustus. Hal ini ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh
Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang membuat fase awal bahasa Indonesi
sebagai bahasa pemersatu menjadi bahasa resmi negara. Adapun pergantian
ejaan dari ejaan Van Ophuijsen (dari masa jajahan Belanda) menjadi ejaan
Suwandi karena dianggap lebih menunjukan rasa nasionalisme yang tinggi.
3. Bahasa internasional. Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional
merupkan fase lanjutan dari dua fase yang ada. Hal ini telah dicanangkan dan
dilakukan terbukti dengan adanya Kongres Internasional IX Bahasa
Indonesia yang mengambil tempat di Jakarta pada tanggan 28 Oktober hingga
1 November 2018. Undang-undang Nomor 4 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan juga ikut mendukung
bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, khususnya pasal 44 ayat 1.
Salah satu bukti dari tindak lanjut untuk fase ini adalah adanya tenaga dan
buku-buku Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing.

6
B. PENGERTIAN RAGAM BAHASA INDONESIA
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda -
beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara. orang yang dibicarakan. serta menurut medium pembicara (Bachman,
1990). Seiring dengan perkembangan zaman, sekarang ini masyarakat
mengalami perubahan sehingga bahasa pun mengalami perubahan. Perubahan
itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Dalam hal
ini banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
yang efisien sehingga dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi
tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu, yaitu disebut ragam standar
(Subarianto, 2000). Adapun pengertian ragam bahasa menurut beberapa ahli,
yaitu sebagai berikut.
a. Ragam bahasa menurut Bachman (1999) Ragam bahasa adalah variasi bahasa
menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan,
menurut hubungan pembicara, kavvan bicara. orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara.
b. Ragam bahasa menurut Dendy Sugono (1999) Sehubungan dengan
pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pekok, yaitu masalah
penggunaan bahasa baku dan takbaku. Dalam situasi remi. seperti di sekolah,
di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya,
dalam situasi takresmi, seperti di rumah, di taman, atau di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku.
c. Ragam bahasa menurut Fishmaned (1968) Suatu ragam bahasa, terutama
ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk
menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan
bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan
dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan
topik pembicaraan.

7
Ragam bahasa Indonesia adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya
yang berbeda-beda dan mengikuti topik pembicaraan. Selain itu, menurut
hubungan pembicara lawan bicara orang yang dibicarakan sekaligus medium
pembicaranya. Seperti yang sudah sempat disinggung pada bahasan sebelumnya.
Secara umum pemakaian bahasa Indonesia dikategorikan menjadi dua jenis
yaitu baku dan tidak baku. Penggunaan bahasa baku tentu saja digunakan saat
situasi resmi seperti rapat, belajar di dalam kelas dan lain sebagainya. Sementara
penggunaan bahasa tidak baku seperti di rumah sendiri atau di pasar.

Pengkategorian ragam bahasa ini dapat diwakili dari tinjauan media atau
sarananya yang mana meliputi ragam bahasa lisan dan tulis. Ragam bahasa lisan
adalah bahasa dihasilkan oleh alat ucap dengan unsur fonem di dalamnya.
Sementara ragam bahasa tulisan dihasilkan dengan tulisan atau rangkaian huruf
sebagai komponennya.

1. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Sarana Atau Medianya


Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan
bahasa, ragam bahasa terdiri atas:

a. Ragam bahasa lisan


b. Ragam bahasa tulis

Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan


dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan
ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan yang kita tuturkan, itu
berarti, kita berurusan dengan lafal. Sementara itu, dalam ragam bahasa tulis,
kita berurusan dengan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya.

8
a. Ragam Bahasa Lisan

Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga


kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat Namun, hal itu tidak
mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam
pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam
kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidaklah menjadi ciri
kebakuan dalam ragam baku lisan. Hal ini karena situasi dan kondisi
pembicaraan menjadi unsur pendukung dalam kita memahami makna
gagasan yang kita sampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi
formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan
dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat kita sebut sebagai ragam tulis. Akan tetapi,
tetap saja ragam bahasa itu kita sebut sebagai ragam lisan; hanya
diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari
ciri-cirinya itu tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun
direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat
dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam
tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda-beda.

Ciri-ciri ragam lisan:

1) Memerlukan orang kedua, Teman bicara atau pendengar


2) Bergantung pada situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Ragam lisan sangat
terikat dengan situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
3) Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi
serta bahasa tubuh. Ragam lisan memang berbeda dengan ragam tuls.
Intonasi, nada, volume, dan artikulasi atau kejelasan pelafalan vokal
dan konsonan sangat menentukan keberlangsungan pembicaraan
dengan mitra tutur. Tentu tidak akan bisa mendengar apa yang
disampaikan jika volume suara terlalu kecil, atau terlalu cepat sehingga
akan sulit menangkap pesan yang disampaikan.
4) berlangsung cepat. Hal ini sama seperti bagian b di atas. Oleh karena

9
tuturan lisan berlangsung cepat, akan dnegan cepat pula pesan yang
disampaikan akan berlalu.
5) sering dapat berlangsung tanpa alat bantu
6) kesalahan dapat langsung dikoreksi
7) dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

Contoh ragam lisan adalah ‘Sudah saya baca buku itu kok.’ .Sementara itu,
ada pula kelemahan ragam bahasa lisan, yaitu:

1) bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan


terdapat frasa-frasa sederhana.
2) penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
3) tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
4) aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.

b. Ragam Bahasa Tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan


memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam
bahasa lisan ini, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti tata cara
penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan pemilihan kosakata.
Hal ini karena dalam ragam bahasa tulis ini, kita dituntut agar tepat dalam
memilih unsur tata bahasa, seperti bentuk kata, susunan kalimat, pilihan
kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide kita. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis,
makna kalimat yang diungkapkan tidak ditunjang oleh situasi pemakaian,
sedangkan dalam ragam bahasa baku lisan, makna kalimat
yang diungkapkan ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga
kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu,
dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis ini diperlukan kecermatan dan
ketepatan dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk
kata, dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa dalam
struktur kalimat.

10
Sebagaimana halnya ragam bahasa lisan, ragam bahasa tulis pun memiliki
ciri-ciri. Ciri-ciri ragam tulis:

1) Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara


2) Tidak bergantung pada kondisi, situasi, ruang serta waktu
3) Harus memperhatikan unsur gramatikal
4) Berlangsung lambat
5) Selalu memakai alat bantu
6) Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi
7) Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya
terbantu dengan tanda baca.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan ragam bahasa tulis.

1) Para guru sudah mendiskusikan topik tersebut di dalam kelas.


2) Saat ini para siswa sedang disibukkan dengan persiapan menghadapi
ujian akhir.
3) Setiap pulang sekolah, para siswa wajib mengikuti kegiatan pengayaan.
4) Mata pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan secara terintegrasi dengan
mata pelajaran lain.
Berbeda dengan ragam bahasa lisan yang memiliki beberapa
kelemahan, ragam bahasa tulis justru memiliki kelebihan. Kelebihan
ragam bahasa tulis:

1) Informasi yang disajikan bisa dipilih oleh sang penulis untuk dikemas
menjadi media atau materi yang lebih menarik dan menyenangkan.
2) Umumnya memiliki kedekatan antara budaya dengan kehidupan
masyarakatnya.
3) Sebagai sarana untuk memperkaya kosakata.
4) Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud/tujuan, memberikan
informasi serta dapat mengungkap unsur-unsur emosi sehingga
mampu meningkatkan wawasan si pembaca.

11
2. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Cara Pandang Penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri atas
beberapa ragam di antaranya:

a. Ragam dialek
Contoh: ‘Gue udah pernah bilang soal itu.’

b. Ragam terpelajar
Contoh: ‘Saya sudah pernah mengatakan itu.’·

c. Ragam resmi
Contoh : ‘Saya sudah pernah mengatakan hal tersebut.’

d. Ragam tak resmi


Contoh: ‘Aku sudah pernah bilang itu.’

3. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Topik Pembicaraan

Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri atas beberapa


ragam di antaranya:

a. Ragam bahasa ilmiah


b. Ragam hukum
c. Ragam bisnis
d. Ragam agama
e. Ragam sosial
f. Ragam kedokteran
g. Ragam sastra

Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:

a. Dia akhirnya dikenai hukuman penjara enam bulan karena melakukan


tindak pidana. (termasuk ragam hukum karena digunakannya kata-kata:
hukuman, penjara, tindak pidana)
b. Pembeli mendapat potongan harga di toko tersebut jika membeli produk
di atas satu juta rupiah. (termasuk ragam bisnis karena digunakannya kata-
kata: pembeli, potongan harga, toko, membeli, dan satu juta rupiah)

12
c. Cerita di dalam novel tersebut banyak menggunakan alur flashback.
(termasuk ragam sastra karena digunakannya kata-kata: cerita, novel, alur
flashback)
d. Sejak sepuluh tahun ini, putrinya menderita penyakit TB. (termasuk ragam
kedokteran karena digunakannya kata-kata menderita penyakit dan
penyakit TB)
e. Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (termasuk
ragam psikologi karena digunakannya kata-kata penderita autis,
bimbingan yang intensif).
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, di
antaranya:

a. Faktor Budaya atau letak Geografis


b. Faktor Ilmu pengetahuan
c. Faktor Sejarah

4. Ragam bahasa Berdasarkan Tingkat Keformalannya

Chaer (2004:700) membagi ragam bahasa atas lima macam gaya, yaitu:

a. Gaya atau ragam beku (frozen)


Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang
digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara
kenegaraan, khotbah, dan sebagainya. Dalam dokumen tertulis, ragam
beku misalnya bahasa dalam kitab suci, UUD 1945, dan Pancasila. Anda
dapat melihat contoh ragam beku pada bahasa Undang-Undang Dasar
1945.

b. Gaya atau ragam resmi (formal)


Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada
pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan sebagainya. Contoh
dari ragam resmi adalah teks pidato lengkap Presiden Jokowi mengenai
Nota Keuangan RUU APBN 4.4)

13
c. Gaya atau ragam usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang
lazim dalam pembicaraan biasa di sekolah, rapat-rapat, atau pembicaraan
yang berorientasi pada hasil atau produksi. Contohnya adalah rapat yang
dilakukan oleh para mahasiswa yang terhimpun dalam organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM).

d. Gaya atau ragam santai (casual)


Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam
situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau
teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya. Contohnya adalah
berbincang dengan teman akrab saat istirahat sekolah.

e. Gaya atau ragam akrab (intimate)


Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh
para penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya
pendek-pendek dan tidak jelas. Contohnya adalah saat transaksi di pasar
dan kegiatan menawar harga saat membeli buah-buahan.

14
C. PENYEMPURNAAN EJAAN

Penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia telah dilakukan oleh


Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Penyempurnaan tersebut menghasilkan naskah yang pada tahun
2015 telah ditetapkan menjadi Peraturan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia.

Ditinjau dari sejarah penyusunannya, sejak peraturan ejaan bahasa Melayu


dengan huruf Latin ditetapkan pada tahun 1901 berdasarkan rancangan Ch. A.
van Ophuijsen dengan bantuan Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim, telah dilakukan penyempurnaan ejaan dalam
berbagai nama dan bentuk.

Tahun 1938, saat Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Solo,


disarankan agar ejaan Indonesia lebih banyak diinternasionalkan. Pada tahun
1947 Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan pada masa
itu, menetapkan dalam surat keputusannya tanggal 19 Maret 1947, No.
264/Bhg.A bahwa perubahan ejaan bahasa Indonesia dengan maksud membuat
ejaan yang berlaku menjadi lebih sederhana.

Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan Republik. Kongres
Bahasa Indonesia Kedua, yang diprakarsai Menteri Moehammad Yamin,
diselenggarakan di Medan pada tahun 1954. Kongres itu mengambil keputusan
supaya ada badan yang me-nyusun peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa
Indonesia. Panitia dimaksud yang dibentuk oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan
dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 19 Juli 1956, No. 44876/S,
berhasil merumuskan patokan-patokan baru pada tahun 1957.

Sesuai dengan laju pembangunan nasional, Lembaga Bahasa dan


Kesusastraan yang pada tahun 1968 menjadi Lembaga Bahasa Nasional,
kemudian pada tahun 1975 menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, menyusun program pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh.

15
Di dalam hubungan ini, Panitia Ejaan Bahasa Indonesia Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan yang disahkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Sarino Mangunpranoto, sejak tahun 1966 dalam surat
keputusannya tanggal 19 September 1967, No. 062/1967, menyusun konsep
yang ditanggapi dan dikaji oleh kalangan luas di seluruh tanah air selama
beberapa tahun.

Setelah rancangan itu akhirnya dilengkapi di dalam Seminar Bahasa


Indonesia di Puncak pada tahun 1972 dan diperkenalkan secara luas oleh sebuah
panitia yang ditetapkan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tanggal 20 Mei 1972, No. 03/A.I/72, pada hari Proklamasi
Kemerdekaan tahun itu juga diresmikanlah aturan ejaan yang baru itu
berdasarkan keputusan Presiden, No. 57, tahun 1972, dengan nama Ejaan yang
Disempurnakan (EYD).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang


berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai
patokan pemakaian ejaan itu. Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia
Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 menyusun buku
Pedoman Umum yang berisi pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.

Pada tahun 1988 Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD)


edisi kedua diterbitkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987 pada tanggal 9
September 1987. Setelah itu, edisi ketiga diterbitkan pada tahun 2009
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46.

Pada tahun 2016 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan, Dr. Anis Baswedan, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (PUEYD) diganti dengan nama Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) yang penyempurnaan naskahnya disusun oleh Pusat
Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

16
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa Melayu yang telah berada di
Indonesia sejak tahun 680 membuat Indonesia menjadi lebih kokoh. Dengan
berkembangnya zaman dan proses akulturasi, bahasa Indonesia tetap menjaga
keutuhannya. Diawali dengan bahasa pemersatu yang menyatukan setiap suku.
Kemudian menjadi bahasa negara yang berpuluh tahun berlangsung dan kini, di
era moderen, bahasa Indonesia mulai dikenal di belahan bumi lain. Dengan
identitas yang berbeda, warga asing mulai mengucapkan bahasa Indoenesia.
Bahasa Indonesia menyatukan, menjadi identitas, dan menjadi kebanggan
Indonesia. Bahasa Indonesia diharapkan terus merekatkan setiap suku bangsa.

Perkembangan bahasa Indonesia lisan maupun tulisan berkembang mulai


pada saat terbentuknya, yaitu pada 28 Oktober 1928, bersamaan dengan momen
Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia yang telah dikenal oleh khalayak umum
merupakan bahasa Melayu yang menjadi lingua franca atau bahasa perhubungan
di Nusantara kala itu. Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian,
yang berbeda - beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara. orang yang dibicarakan.

B. SARAN
Bahasa Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan
terdahulu memiliki banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan menjadi
bahasa pemersatu, bahasa nasional, bahasa Indonesia. Sehingga kita sebagai
generasi penerus mampu untukmembina, mempertahankan bahasa Indonesia ini,
agar tidak mengalami kemerosotan dandiperguna dengan baik oleh pihak luar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2013. Makalah Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia,


http://selidik86.blogspot.com/2013/03/makalah-sejarah-perkembangan-
bahasa_9.htmlV,
http://karinarisaf.blogspot.com/2012/10/perkembangan-bahasa-
indonesia.html ,
http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia.html,
http://handikaabdillah20021992.blogspot.com/2012/10/perkembangan-
bahasa-indonesia-
https://afkaribook.com/sejarah-penyempurnaan-ejaan-bahasa-indonesia-
dari-ejaan-republik-ke-pedoman-umum-ejaan-bahasa-indonesia/
https://balaibahasapapua.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2021/08/1.-
Sejarah-dan-Perkembangan-Bahasa-Indonesia.pdf,
https://www.studocu.com/id/document/universitas-jenderal-
soedirman/bahasa-indonesia/ragam-bahasa/8487417,

18

Anda mungkin juga menyukai