Anda di halaman 1dari 9

PENGUKURAN KINERJA KLATER DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

KONSEPTUAL CARPINETTI PADA UKM SENTRA MEBEL DI DESA TAHUNAN


JEPARA

Ahmad Ihsani1, Naniek Utami Handayani2, Herry Suliantoro3


1,2
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Semarang 50239
Telp. (024) 7460052

ABSTRAK

Sentra mebel di desa Tahunan Jepara merupakan sentra yang berkontribusi banyak terhadap
pendapatan daerah Kabupaten Jepara, namun kontribusi tersebut mengalami penurunan dari tahun
ketahun. Penurunan kinerja ini disebabkan oleh faktor internal dan eksternal mulai dari manajemen
keuangan sampai institusi pendukung. Untuk mengembangkan industri kecil dan menengah secara
masal dilakukan dengan pengembangan klaster. Untuk mengetahui kinerja dari klaster tersebut maka
perlu adanya pengukuran kinerja untuk mengetahui sejauh mana performa atau pencapaian faktor±
faktor yang berpengaruh pada kinerja klaster secara keseluruhan dan juga untuk memperbaiki
kelemahan±kelemahan manajerial dan operasional dalam sebuah sistem klaster. Pengukuran kinerja
klaster dilakukan dengan menggunakan model konseptual dari carpinetti (2008) untuk melakukan
pengukuran kinerja pada Sentra mebel di desa Tahunan Jepara dan memberikan rekomendasi
perbaikan terhadap kinerja yang dinilai kurang baik. Pada hasil pengukuran kinerja dibuat 29
indikator dan terdapat 9 kinerja yang dinilai cukup tapi perlu adanya peningkatan dan satu kinerja
yang dinilai tidak baik yaitu pada variabel kinerja perusahaan tentang jumlah permintaan. Maka
kinerja tersebut harus segera dilakukan perbaikan untuk meningkatkan performa kinerja klaster
tersebut. Dari hasil pengukuran didapat satu kinerja yang kurang baik dan memerlukan perbaikan
yaitu pada kinerja jumlah permintaan. Turunnya jumlah permintaan dikarenakan karena harga bahan
baku mentah mengalami kenaikan harga seiring menaiknya harga BBM (bahan bakar minyak) yang
terjadi sampai pertengahan 2014. Hal itu memaksa para pelaku bisnis untuk menaikkan harga produk
yang dijual.
Kata Kunci : Pengukuran Kinerja Klaster, Key performance indicator (KPI), Analytical Hierarchy Process,
Scoring System, dan Traffic Light System

ABSTRACT
The central furniture in Tahunan Village, Jepara has greatly contributed to the local revenue.
However, that contribution keeps decreasing over the years. This decreasing in performance is
caused by internal and external factors, starting from financial management to supporting
institutions. Cluster development can be done to massively grow small and medium enterprises. To
better understand the performance of mentioned clusters, performance assessment is necessary so
that performance meter and other performance-related factors are identified. Furthermore,
managerial and operational weaknesses in thH FOXVWHU DUH WDFNOHG &OXVWHU¶V SHUIRUPDQFH DVVHVVPHQW
are performed using conceptual model from Carpinetti (2008) in central furniture in Tahunan
Village, Jepara, aiming to provide essential recommendations. There are 29 indicators and 9
performances that are satisfactory and need to be improved, also 1 performance rated as
unsatisfactory, which is company performance on demand. Hence, that performance needs to be
urgently evaluated to enhance the performance level of the cluster. From the measurement results
obtained a poor performance and require repairs that the performance of the number of requests. The fall in the
number of requests is because as the price of raw material price increases as of rising fuel prices of BBM
(bahan bakar minyak) that occur until mid 2014. This is forcing businesses to raise the price of products sold.
Kata Kunci : Cluster Performance Measurement, Key performance indicator (KPI), Analytical Hierarchy
Process, Scoring System, and Traffic Light System
1. PENDAHULUAN terjadi, dimana perubahan harga bahan
mentah menjadi naik. Masalah eksternal
Jepara sejak dulu sudah terkenal dengan yang dihadapi yaitu kurang adanya
tempat produksinya mebel dan perabot institusi-institusi pendukung yang
kayu dari jenis kayu jati. Terdapat mendukung berjalannya produk mebel
beberapa klaster yang ada dijepara yaitu dijepara.
klaster furniture, klaster furniture
acceccories dan klaster convection. Pada berdasarkan survey pendahuluan yang
awal terkenalnya produk mebel dijepara, dilakukan Kebanyakan para pengrajin
UKM ini mampu berkontribusi banyak mereka bekerja secara sendiri-sendiri,
dalam pemasukan devisa negara. mulai dari pengadaan bahan baku, proses
Berdasarkan data ekspor dari dinas produksi, permodalan, sampai pemasaran.
perindustrian dan perdagangan kabupaten Hal tersebut menyebabkan posisi tawar
jepara mencatat bahwa puncak dari mereka menjadi lemah dan inilah yang
kontribusi tersebut terjadi pada tahun 2004 terjadi hingga saat ini. Pemasaran produk
yaitu sebesar 134.500.648,46 USD dengan mereka dilakukan secara sendiri-sendiri
volume pengiriman 61.817.687,75 KG. tanpa ada kebersamaan. Apapun hasilnya,
Namun seiring berjalannya waktu pemasaran sendiri-sendiri ini
kontribusi tersebut mengalami penurunan menyebabkan posisi tawar yang rendah di
hingga pada tahun 2014 yaitu sebesar hadapan para pembeli. Dengan demikian
114.781.164,54 USD dengan volume keuntungan yang diperoleh menjadi
pengiriman 31.181784,46 KG. kurang maksimal.
Seiring meningkatnya terus harga dasar Oleh sebab itu perlu adanya pengukuran
BBM (bahan bakar minyak) hingga sampai kinerja klaster untuk mengetahui sejauh
awal tahun 2015 maka harga dasar bahan mana performa atau pencapaian faktor±
mentah pun juga jadi terus meningkat faktor yang berpengaruh pada kinerja
sehingga memaksa para pengrajin untuk klaster secara keseluruhan dan juga untuk
menaikkan harga produk. Akibat dari memperbaiki kelemahan±kelemahan
meningkatnya terus harga dasar bahan manajerial dan operasional dalam sebuah
mentah membuat jumlah permintaan sistem klaster tersebut.
menurun sehingga membuat para pengrajin
untuk mensiasati dengan menggunakan 2. METODOLOGI PENELITIAN
teknologi menggabungkan kayu-kayu
Penelitian ini dilakukan melalui
berukuran kecil yang harganya relatif
beberapa tahap yaitu survey pendahuluan,
lebih murah dengan menggunakan lem dan
penyusunan indikator berdasarkan model
press dan membuat produk dengan kualitas
konseptual pengukuran kinerja klaster,
yang lebih rendah.
pengumpulan data, analisis data dan
Secara umum permasalahan yang di memberikan rekomendasi pada kinerja
hadapi industri kayu jepara dapat di yang perlu perbaikan.
bedakan menjadi dua kategori, yaitu
Penyusunan Indikator
masalah internal dan masalah eksternal.
Masalah internal yang terdapat pada Pada penelitian ini berdasarkan pada
pengrajin adalah pengrajin dalam model konseptual yang dilakukan oleh
mengelola keuangan atau manajemen Luiz Cesar Carpinetti dkk(2008) terdapat
keuangan yang mengakibatkan pengrajin empat variabel yang digunakan pada
mengalami kesulitan dalam memanajemen penelitian ini yaitu kolektif efisiensi, sosial
keuangannya. ketidakmampuan ini kapital, kinerja perusahaan, dan benefit
mengakibatkan pemilik usaha tidak bisa sosial. model konseptual pada penelitian
mengantisipasi perubahan-perubahan yang ini adalah sebagai berikut :
pengecekan KPI ini dilakukan untuk
Ekonomi
/Hasil Sosial melihat indikator mana saja yang memang
dibutuhkan dan indikator mana saja yang
tidak perlu.
Sosial Kapital Kinerja Kinerja
Klaster Perusahaan Pembobotan Dengan Analytical
Hierarchy Process (AHP)
Pembobotan ini dilakukan untuk
Kolektif
Efisiensi mengetahui indikator mana saja yang
menjadi proiritas dalam melakukan
(Carpinetti, 2008) pengukuran kinerja. Pembobotan
Gambar 2.1 Model Konseptual Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode
Kinerja Analytical Hierarchy Process (AHP)
Penerapan model ini harus dibuat melalui kuesioner pairwise comparison
menjadi sebuah proses dimana indikator yang diberikan kepada dua orang
dibuat untuk mengembangkan dan responden (ahli/pakar mebel). Hasil dari
memantau kinerja. Perancangan model kuesioner tersebut dimasukkan kedalam
pengukuran kinerja klaster telah software expert choice untuk mendapatkan
menghasilkan KPI (Key Performance bobot pada masing-masing indikator.
Indicators) sebagai alat untuk mengukur
kinerja melalui tahapan yang dilakukan. Melakukan Pengukuran Kinerja
Tahap yang pertama yaitu menentukan Dengan Menggunakan Scoring System.
tujuan dari model penelitian. Dari masing- Scoring system merupakan sebuah
masing variabel memiliki tujuan yang metode yang digunakan untuk menentukan
berbeda-beda yaitu pada kolektif efisiensi score pada masing-masing indikator yaitu
memiiki tujuan untuk mengurangi biaya dengan parameter metode Higher is Better,
yang dikeluarkan dan meningkatkan Lower is Better, Must be Zero, dan Must
kerjasama anggota klaster. Pada sosial be One dengan ketentuan sebagai berikut.
kapital memiliki tujuan untuk 1.Higher is Better, menunjukkan semakin
meningkatkan kesempatan kerja pada tinggi pencapaian/skor, maka
lingkungan sekitar dan meningkatkatkan indikasinya semakin baik. Formula :
kinerja pegawainya agar produk yang Skor = (aktual/target) x 100% (1)
dihasilkan optimal. Pada kinerja 2.Lower is Better, menunjukkan semakin
perusahaan memiliki tujuan untuk rendah pencapaian/skor, maka
meningkatkan pemasaran, produktifitas, indikasinya semakin baik.
dan keuntungan. Pada Ekonomi/hasil Formula : Skor = (2-(aktual/target)) x
sosial memiliki tujuan untuk 100% (2)
meningkatkan jumlah anggota klaster. 3.Must be Zero, skor = 100 jika aktual = 0,
Tahap selanjutnya adalah menentukan DWDX VNRU MLND DNWXDO • (3)
elemen-elemen yang berpengaruh terhadap 4.Must be One, skor = 100 jika aktual = 1,
tujuan agar tujuan tersebut dapat tercapai. DWDX VNRU MLND DNWXDO • (4)
Kemudian setelah elemen ditetapkan akan
menghasilkan KPI sebagai alat untuk (Efendi, 2011)
mengukur kinerja dan pencapaian dari Menentukan Pencapaian Kinerja
tujuan model yang telah dibuat. Penentuan Dengan Traffic Light System
indikator diperoleh dari studi pustaka yang Setelah didapatkan nilai pada masing-
sesuai dengan elemen yang telah masing indikator, nilai pada indikator
ditentukan. Setelah disusun masing- tersebut dimasukkan kedalam traffic light
masing indikator pada variabel dilakukan system dengan warna hijau menunjukkan
konfirmasi pengecakan KPI. Konfirmasi bahwa indikator tersebut sudah baik dan
tidak perlu adanya tindakan perbaikan, KPI14 0,77
warna kuning menunjukkan bahwa masih KPI15 0,825
dalam tahap perkembangan dan KPI16 0,836
membutuhkan perbaikan, warna merah KPI17 0,72
Kinerja
menunjukkan bahwa indikator tersebut Perusahaan KPI18 0,723
perlu diadakan perbaikan karena terget dan
pencapaian masih sangat jauh rentangnya. KPI19 0,9
Batas pada masing-masing warna KPI20 0,85
didapatkan dari hasil diskusi kepada para KPI21 0,722
pakar/ahli pada industri mebel dijepara. KPI22 0,806
Analisis Dan Rekomendasi KPI23 0,674
Hasil dari masing-masing pengolahan KPI24 0,796
data dilakukan analisis dengan KPI25 0,799
menggunakan 5W+1H yaitu what,where, Ekonomi/Hasil
KPI26 0,874
when, who, why, dan how pada pengolahan Sosial
KPI27 0,846
data yang dilakukan. Dengan
menggunakan analisis 5W+1H diharapkan KPI28 0,847
mampu melalukan perbaikan yang paling KPI29 0,797
efektif dan efisien pada sentra mebel KPI30 0,708
didesa tahunan jepara.
Uji reliabilitas merupakan uji untuk
3. HASIL DAN PEMBAHASAN mengetahui apakah alat ukur yang kita
a) Konfirmasi Pengecekan KPI gunakan konsisten atau tidak jika
Uji validitas merupakan uji tingkat pengukuran tersebut dilakukan ulang.
keandalan atau tujuan alat ukur yang Metode yang digunakan untuk uji
digunakan. Data dikatakan valid jika alat reliabilitas ini adalah metode Cronbach
ukur mengukur apa yang seharusnya Alpha. Berikut ini merupakan tabel hasil
diukur. Dalam pengujian data, uji validitas dari uji reliabilitas :
yang digunakan adalah Bivariate Pearson. Tabel 3.2 Uji Reliabilitas
Berikut ini merupakan hasil dari uji jumlah Cronbach's
validitas : variabel indikator Alpha
Tabel 3.1 Uji Validitas Kolektif Efisiensi 7 0,897
Pearson Sosial Kapital 6 0,877
variabel indikator Correlation
Kinerja Perusahaan 8 0,841
KPI1 0,761
Ekonomi/Hasil Sosial 9 0,924
KPI2 0,815
Kolektif KPI3 0,782 Analisis statistika Deskriptif merupakan
Efisiensi KPI4 0,865 sebuah informasi gambaran tentang data
KPI5 0,79 yang diperoleh dari alat ukur penelitian
KPI6 0,771 yang dilakukan. Alat ukur penelitian
KPI7 0,731 adalah sebuah kuisioner dengan
KPI8 0,802 menggunakan skala likert dengan interval
KPI9 0,714
kelas sebagai berikut :
1,0 ±1,8 Sangat Tidak butuh
KPI10 0,859
Sosial Kapital 1,9 ± 2,6 Tidak Butuh
KPI11 0,813 2,7 ± 3,5 Cukup Butuh
KPI12 0,796 3,6 ± 4,2 Butuh
KPI13 0,738 4,3 ± 5,0 Sangat Butuh
Berikut ini merupakan hasil
Tabel 3.1 Uji Validitas (lanjutan) perhitungan statistik deskriptif dengan spss
Tabel 3.3 Statistik Deskriptif Berikut ini merupaka kerangka hirarki
Std.
variabel indikator mean
Deviation
penelitian :
KPI1 3,47 1,23
KPI2 3,71 1,286 Pengukuran
Kinerja
KPI3 3,18 1,233 Klaster
Kolektif
KPI4 3,58 1,289
Efisiensi Kolektof Sosial Kinerja Ekonomi/
KPI5 3,3 1,257 Efisiensi Kapital Perusahaan Hasil Sosial
KPI6 3,09 1,304
KPI7 3,29 1,262 Letak geografis Komitmen Sarana dan prasarana Brand Image
penunjang
KPI8 3,39 1,141 Kualitas produk
Jumlah UKM Kejujuran
KPI9 3,79 1,05 Jumlah permintaan
Penyerapan tenaga
KPI10 3,15 1,359 Kelengkapan kerja
Sosial Kapital Kebijsakan pemerintah
daerah komponen teknologi Pemanfaatan sumber
KPI11 3,5 1,326 daya
Pelatihan tenaga kerja
KPI12 3,05 1,326
Keberadaan lembaga
koordinasi Peningkatan laba
KPI13 3,37 1,217 riset Suasana kerja

KPI14 3,36 1,216


Kerjasama UKM Persepsi masyarakat Pertumbuhan usaha Reward pekerja
KPI15 3,04 1,218
KPI16 3,33 1,084 Menjalin hubungan Aktifitas klaster Pengembangan produk Pengelolaan limbah
industri
baik dengan pemasok
Kinerja KPI17 3,04 1,224
Perusahaan KPI18 3,13 1,105 Persaingan sehat Pelayanan

KPI19 3,44 1,247 Pertumbuhan dan


perkembangan klaster
KPI20 3 1,228 Tingkat komplain

KPI21 2,95 1,329 Gambar 3.1 Kerangka Hirarki Penelitian


KPI22 3,1 1,115
KPI23 3,24 1,177 b) Pembobotan
KPI24 2,8 1,267
Pembobotan dilakukan dengan
berdasarkan kepada hierarki kinerja
KPI25 3,45 0,994
Ekonomi/Hasil dengan menggunakan pendekatan
KPI26 3,29 1,225 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Sosial
KPi27 3,38 1,28 untuk masing-masing KPI dengan bantuan
KPI28 2,52 1,205 software Expert choice. Hierarki kinerja
KPI29 3,18 1,31 tersebut didapatkan berdasarkan tujuan
KPI30 2,87 1,35 objektif dari pengukuran kinerja klaster
dari Carpinetti (2008) dan konfirmasi
Dari tabel 3.3 dapat dilihat bahwa pengecekan KPI. Berikut ini merupakan
terdapat KPI (Key Performance Index) tabel hasil dari pembobotan dengan
software Expert choice :
yang tidak diperlukan yaitu KPI no 28 Tabel 3.4 Hasil Pembobotan AHP Dengan
yaitu green produktifitas. Berdasarkan software Expert choice
wawancara dengan 10 responden alasan Kolektif Efisensi
mereka mengatakan tidak butuh karena indikator bobot
KPI no 28 dengan Kpi no 29 mempunyai letak geografis 0,053
makna yang sama yaitu Pengelolaan Jumlah UKM 0,063
limbah industri. Sehingga didapat Kebijakan Pemerintah Daerah 0,078
kerangka hirarki untuk dilakukan Tabel 3.4 Hasil Pembobotan AHP Dengan
pembobotan dengan mengguanakan AHP. software Expert choice (lanjutan)
Keberadaan Lembaga riset 0,08 komponen teknologi menjadi lebih baik
Kerjasama UKM 0,207 adalah dengan sharing informasi tentang
Menjalin Hubungan baik Dengan alat-alat yang dapat menunjang
Pemasok 0,169 produktifitas menjadi lebih baik serta
Pertumbuhan dan Perkembangan pemilihan distributor alat-alat penunjang
Klaster 0,35 produktifitas secara tepat
Konsistensi indeks : 0,04
Tabel 3.4 Hasil Pembobotan AHP Dengan
software Expert choice (lanjutan)
Hasil dari penentuan prioritas utama Kinerja Perusahaan
terdapat pada pertumbuhan dan
indikator bobot
perkembangan klaster dengan bobot Sarana Dan Prasaran
sebesar 0,35. pertumbuhan dan Penunjang 0,094
perkembangan klaster merupakan sebuah Jumlah Permintaan 0,166
penentu untuk menunjang keuntungan Pemanfaatan Sumber Daya 0,063
pada sentra tersebut. Cara untuk
Peningkatan Laba 0,226
meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan klaster menjadi lebih baik Pertumbuhan Usaha 0,24
adalah dengan memanfaatkan potensi Pengembangan Produk 0,103
kawasan secara optimal mulai dari Persaingan Sehat 0,062
pemanfaatan sumber daya alam, sumber Tingkat Komplain 0,046
daya manusia, iklim usaha yang ada pada Konsistensi indeks : 0,03
daerah tersebut dan juga kemitraan atau
lembaga riset yang dapat dimanfaatkan Prioritas utama berada pada KPI
untuk strategi bisnis yang sesuai tentang perumbuhan usaha pada sentra
UKM mebel didesa tahunan jepara yang
Tabel 3.4 Hasil Pembobotan AHP Dengan
mendapatkan bobot sebesar 0,24.
software Expert choice (lanjutan)
Pertumbuhan usaha dianggap paling
Sosial Kapital penting karena pertumbuhan usaha
indikator bobot merupakan suatu kemampuan unit usaha
Komitmen 0,061 untuk meningkatkan keuntungan. Semakin
Kejujuran 0,239 besar usaha tersebut maka akan
Kelengkapan Komponen mendatangkan profit yang besar juga, hal
Teknologi 0,265 ini karena unit usaha yang besar lebih
Koordinasi 0,1 memiliki tingkat produktifitas yang lebih
Persepsi Masyarakat 0,131 tinggi dan juga memiliki strategi bisnis
Aktifitas Klaster 0,204 yang lebih baik. Pertumbuhan usaha
Konsistensi indeks : 0,03 biasanya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
Prioritas utama terdapat pada KPI internal adalah tenaga kerja, peralatan
kelengkapan komponen teknologi perlengkapan produksi dll sedangkan
memiliki bobot sebesar 0,265. faktor eksternal adalah pemasok, pesaing,
Kelengkapan teknologi komponen konsumen dll. Untuk meningkatkan
merupakan lengkapnya teknologi yang pengaruh faktor internal dalam usaha
digunakan pada masing-masing UKM adalah dengan menyusun strategi bisnis
untuk menunjang produktifitas. KPI ini yang tepat untuk menjalankan usaha mulai
penting karena kelengkapan komponen dari manajemen, sampai ke proses
teknologi dapat menunjang tingkat produksi. Untuk meningkatkan pengaruh
produktifitas. Cara untuk meningkatkan faktor eksternal adalah dengan cara
dan membuat indikator kelengkapan manjalin kerja sama dengan pihak-pihak
luar yang berpengaruh terhadap aktifitas sosial. Prioritas utama terdapat pada
bisnis seperti pemasok, lembaga riset dll. variabel kinerja perusahaan dengan bobot
sebesar 0,407. Kinerja perusahan
Tabel 3.4 Hasil Pembobotan AHP Dengan merupakan hal yang penting karena
software Expert choice (lanjutan) merupakan hasil dari proses bisnis yang
Ekonomi/Hasil Sosial mengeluarkan biaya dan sumber daya.
indikator bobot Salah satu indikator yang penting dalam
Brand Image 0,057 variabel kinerja perusahaan adalah
Kualitas Produk 0,252
peningkatan laba. Laba bagi unit usaha
adalah hal yang sangat penting karena
Penyerapan Tenaga Kerja 0,08
berpengaruh terhadap keberlangsungan
Pelatihan Tenaga Kerja 0,11 hidup usaha itu sendiri. Pertumbuhan
Suasana Kerja 0,063 keuntungan yang baik mencerminkan
Reward Pekerja 0,047 bahwa kinerja suatu perusahaan juga baik.
Pengelolaan Limbah c) Scoring System Dan Traffic
Industri 0,246
Light System
Pelayanan 0,146 metode scoring system digunakan untuk
Konsistensi indeks :0,05 melihat bagaimana performa dari kinerja
klaster berdasarkan KPI yang telah dibuat,
Pada prioritas utama terdapat pada KPI apakah performanya baik atau tidak baik.
kualitas produk pada sentra UKM mebel Data penetapan target dalam scoring
didesa tahunan jepara dengan bobot system dilakukan berdasarkan kuisioner
sebesar 0,252. kualitas produk menjadi dan wawancara langsung dengan pihak
kunci penting dalam menjaga kepercayaan pakar yang berpengaruh dalam
pelanggan dan juga dapat meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan klaster
pasar karena produk yang berkualitas akan tersebut. Sedangkan traffic light system
dapat memberikan nilai tambah yang lebih digunakan untuk melihat gambaran kinerja
untuk usaha tersebut. Cara untuk membuat secara ringkas dan mudah dipahami. Batas
kualitas produk dapat terjaga terdapat pada pada masing-masing warna didapatkan
para pekerja yang membuat produk dan dari hasil diskusi kepada para pakar/ahli
pekerja yang melakukan quality control yaitu sebagai berikut. Warna merah
yaitu dengan menggunakan tenaga ahli menandakan skor dari KPI tidak mencapai
dalam pembuatan produk dan quality target atau di bawah target, maka perlu
control dan membuat para pengrajin yang diadakan perbaikan dengan Score dibawah
ahli tetap bekerja dalam usaha tersebut. 70. Warna kuning memberikan indikasi
Tabel 3.4 Hasil Pembobotan AHP Dengan bahwa skor yang dicapai perlu
software Expert choice (lanjutan) ditingkatkan dengan Score antara 70 dan
Kinerja Klaster 85. Warna hijau menandakan bahwa skor
Variabel bobot yang dicapai telah sesuai dengan target
Kolektif Efisiensi 0,337 yang diinginkan perusahaan dengan score
Sosial Kapital 0,151 diatas 85. Dari hasil pengukuran yang
Kinerja Perusahaan 0,407
dilakukan didapat hasil berikut :
Ekonomi/Hasil
Sosial 0,105
Kosistensi indeks : 0,0068

Pada pengukuran kinerja klaster


terdapat empat variabel yang digunakan
yaitu kolektif efisiensi, sosial kapital,
kinerja perusahaan, dan ekonomi/hasil
Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Kinerja dinginkan konsumen terhadap produk
Traffic tersebut.
indikator light Score
Kebijakan Pemerintah 76,470
Daerah 6
4. KESIMPULAN
82,352 Dari hasil penelitian mengenai
Keberadaan Lembaga riset 9 pengukuran kinerja klaster dengan
Sarana Dan Prasaran menggunakan model dari Carpinetti pada
Penunjang 80 sentra UKM mebel didesa Tahunan Jepara
Jumlah Permintaan 65,475 dengan menggunakan metode pembobotan
80,440 AHP dan scoring system untuk menilai
Peningkatan Laba 7 indikator serta traffic light system untuk
Stabilitas Kualitas Produk 80 menunjukkkan indikator mana yang perlu
Reward Pekerja 75 perbaikan. Terdapat beberapa kesimpulan
yang dapat menjawab tujuan dari
Dalam variabel kolektif efisiensi penelitian ini yaitu.
terdapat dua indikator berwarna kuning
yaitu pada indikator kebijakan pemerintah 1. Pada penyusunan indikator pada
daerah dan keberadaan lembaga riset. Pada awalnya terdapat 30 indikator yang
variabel kinerja perusahaan terdapat dua dibuat namun setelah dilakukan
indikator berwarna kuning yaitu sarana konfirmasi pengecekan KPI yang
dan prasarana penunjang dan peningkatan disebarkan kepada 131 UKM pada
laba serta terdapat satu indikator berwarna sentra mebel didesa Tahunan
merah yaitu jumlah permintaan. Pada Jepara terdapat satu indikator yang
variabel ekonomi/hasil sosial terdapat dua tidak diperlukan yaitu pada
indikator yang berwarna kuning yaitu indikator green produktifitas.
stabilitas kualitas produk dan reward Berdasarkan wawancara alasan
pekerja. mereka mengatakan tidak butuh
Pada Pengukuran Traffic Light System karena KPI no 28 dengan Kpi no
terdapat satu indikator yang berwarna 29 mempunyai makna yang sama
merah yaitu pada variabel kinerja yaitu Pengelolaan limbah industri.
perusahaan indikator jumlah permintaan. 2. Pada hasil pengukuran kinerja yang
Turunnya jumlah permintaan dikarenakan dilakukan terdapat tiga tolak ukur
karena harga bahan baku mentah yang dipakai yaitu baik, cukup, dan
mengalami kenaikan harga seiring perlu perbaikan. Terdapat 19
menaiknya harga BBM (bahan bakar Kinerja yang dinilai baik dari 29
minyak) yang terjadi sampai pertengahan indikator, sedangkan kinerja yang
2014. Hal itu memaksa para pelaku bisnis dinilai cukup ada sembilan dari 29
untuk menaikkan harga produk yang indikator, dan kinerja yang dinilai
dijual. Karena harga produk yang dijual perlu perbaikan ada satu yaitu pada
naik maka pelanggan enggan untuk kinerja jumlah permintaan.
membeli produk dan lebih memilih untuk 3. Pada hasil pengukuran didapat satu
memperbaiki produk yang lama. Cara kinerja yang perlu perbaikan yaitu
untuk meningkatkan jumlah permintaan pada jumlah permintaan.
adalah dengan cara memberikan Rekomendasi perbaikan tentang
penawaran yang menarik terhadap jumlah permintaan adalah yaitu
pelanggan/promosi berupa potongan harga dengan meningkatkan frekuensi
atau hadiah menarik lainnya yang penggunaan barang maksudnya
membuat pelanggan tertarik untuk adalah menggunakan nilai tambah
membelinya atau berinovasi pada sebuah pada produk tersebut misalnya
produk dengan menganalisis apa yang pada pensil yang diatasnya ada
penghapusnya. Kemudian dengan
mengembangkan penggunaan
barang yaitu dengan berinovasi
produk misalnya material diganti
dengan kualitas produk atau bentuk
produk disesuaikan dengan
permintaan pelanggan dll. Dan
yang terakhir adalah menemukan
penggunaan baru yaitu dengan
membuat produk baru yang lebih
baik

DAFTAR PUSTAKA

Carpinetti, L., Galdamez E., and


Gerolamo, M. (2008) A Measurement
System For Managing Performance Of
Industrial Clusters: A Conceptual Model
And Research Cases. International Journal
of Productivity and Performance
Management Vol. 57 No. 5, pp. 405±419.

Cohen, D., Prusak, L. (2001). In Good


Company: How Social Capital Makes
Organizations Work. Harvard Business
School Press, Boston, MA.

Effendi, R. dan Dwiprabowo, H. (2007).


Kajian Pengembangan Industri Furniture
Kayu Melalui Pendekatan Kluster Industri.
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan. Vol. 4 No. 3.

Nugroho, Bhinukti Prapto (2011).


Panduan Pengembangan Klaster Industri.
Jakarta: Badan Pengkajian Dan Penerapan
Teknologi Press.

Porter, M. (2000). Cluster And The New


Economics Of Competition. Harvard
Business Review. Vol. 76 No. 6, pp. 77-90

Schmitz, H. (1995). Collective efficiency:


growth path for small-scale industry. The
Journal of Development Studies. Vol. 31
No. 4 p. 529.

Anda mungkin juga menyukai