ABSTRAK
Sentra mebel di desa Tahunan Jepara merupakan sentra yang berkontribusi banyak terhadap
pendapatan daerah Kabupaten Jepara, namun kontribusi tersebut mengalami penurunan dari tahun
ketahun. Penurunan kinerja ini disebabkan oleh faktor internal dan eksternal mulai dari manajemen
keuangan sampai institusi pendukung. Untuk mengembangkan industri kecil dan menengah secara
masal dilakukan dengan pengembangan klaster. Untuk mengetahui kinerja dari klaster tersebut maka
perlu adanya pengukuran kinerja untuk mengetahui sejauh mana performa atau pencapaian faktor±
faktor yang berpengaruh pada kinerja klaster secara keseluruhan dan juga untuk memperbaiki
kelemahan±kelemahan manajerial dan operasional dalam sebuah sistem klaster. Pengukuran kinerja
klaster dilakukan dengan menggunakan model konseptual dari carpinetti (2008) untuk melakukan
pengukuran kinerja pada Sentra mebel di desa Tahunan Jepara dan memberikan rekomendasi
perbaikan terhadap kinerja yang dinilai kurang baik. Pada hasil pengukuran kinerja dibuat 29
indikator dan terdapat 9 kinerja yang dinilai cukup tapi perlu adanya peningkatan dan satu kinerja
yang dinilai tidak baik yaitu pada variabel kinerja perusahaan tentang jumlah permintaan. Maka
kinerja tersebut harus segera dilakukan perbaikan untuk meningkatkan performa kinerja klaster
tersebut. Dari hasil pengukuran didapat satu kinerja yang kurang baik dan memerlukan perbaikan
yaitu pada kinerja jumlah permintaan. Turunnya jumlah permintaan dikarenakan karena harga bahan
baku mentah mengalami kenaikan harga seiring menaiknya harga BBM (bahan bakar minyak) yang
terjadi sampai pertengahan 2014. Hal itu memaksa para pelaku bisnis untuk menaikkan harga produk
yang dijual.
Kata Kunci : Pengukuran Kinerja Klaster, Key performance indicator (KPI), Analytical Hierarchy Process,
Scoring System, dan Traffic Light System
ABSTRACT
The central furniture in Tahunan Village, Jepara has greatly contributed to the local revenue.
However, that contribution keeps decreasing over the years. This decreasing in performance is
caused by internal and external factors, starting from financial management to supporting
institutions. Cluster development can be done to massively grow small and medium enterprises. To
better understand the performance of mentioned clusters, performance assessment is necessary so
that performance meter and other performance-related factors are identified. Furthermore,
managerial and operational weaknesses in thH FOXVWHU DUH WDFNOHG &OXVWHU¶V SHUIRUPDQFH DVVHVVPHQW
are performed using conceptual model from Carpinetti (2008) in central furniture in Tahunan
Village, Jepara, aiming to provide essential recommendations. There are 29 indicators and 9
performances that are satisfactory and need to be improved, also 1 performance rated as
unsatisfactory, which is company performance on demand. Hence, that performance needs to be
urgently evaluated to enhance the performance level of the cluster. From the measurement results
obtained a poor performance and require repairs that the performance of the number of requests. The fall in the
number of requests is because as the price of raw material price increases as of rising fuel prices of BBM
(bahan bakar minyak) that occur until mid 2014. This is forcing businesses to raise the price of products sold.
Kata Kunci : Cluster Performance Measurement, Key performance indicator (KPI), Analytical Hierarchy
Process, Scoring System, and Traffic Light System
1. PENDAHULUAN terjadi, dimana perubahan harga bahan
mentah menjadi naik. Masalah eksternal
Jepara sejak dulu sudah terkenal dengan yang dihadapi yaitu kurang adanya
tempat produksinya mebel dan perabot institusi-institusi pendukung yang
kayu dari jenis kayu jati. Terdapat mendukung berjalannya produk mebel
beberapa klaster yang ada dijepara yaitu dijepara.
klaster furniture, klaster furniture
acceccories dan klaster convection. Pada berdasarkan survey pendahuluan yang
awal terkenalnya produk mebel dijepara, dilakukan Kebanyakan para pengrajin
UKM ini mampu berkontribusi banyak mereka bekerja secara sendiri-sendiri,
dalam pemasukan devisa negara. mulai dari pengadaan bahan baku, proses
Berdasarkan data ekspor dari dinas produksi, permodalan, sampai pemasaran.
perindustrian dan perdagangan kabupaten Hal tersebut menyebabkan posisi tawar
jepara mencatat bahwa puncak dari mereka menjadi lemah dan inilah yang
kontribusi tersebut terjadi pada tahun 2004 terjadi hingga saat ini. Pemasaran produk
yaitu sebesar 134.500.648,46 USD dengan mereka dilakukan secara sendiri-sendiri
volume pengiriman 61.817.687,75 KG. tanpa ada kebersamaan. Apapun hasilnya,
Namun seiring berjalannya waktu pemasaran sendiri-sendiri ini
kontribusi tersebut mengalami penurunan menyebabkan posisi tawar yang rendah di
hingga pada tahun 2014 yaitu sebesar hadapan para pembeli. Dengan demikian
114.781.164,54 USD dengan volume keuntungan yang diperoleh menjadi
pengiriman 31.181784,46 KG. kurang maksimal.
Seiring meningkatnya terus harga dasar Oleh sebab itu perlu adanya pengukuran
BBM (bahan bakar minyak) hingga sampai kinerja klaster untuk mengetahui sejauh
awal tahun 2015 maka harga dasar bahan mana performa atau pencapaian faktor±
mentah pun juga jadi terus meningkat faktor yang berpengaruh pada kinerja
sehingga memaksa para pengrajin untuk klaster secara keseluruhan dan juga untuk
menaikkan harga produk. Akibat dari memperbaiki kelemahan±kelemahan
meningkatnya terus harga dasar bahan manajerial dan operasional dalam sebuah
mentah membuat jumlah permintaan sistem klaster tersebut.
menurun sehingga membuat para pengrajin
untuk mensiasati dengan menggunakan 2. METODOLOGI PENELITIAN
teknologi menggabungkan kayu-kayu
Penelitian ini dilakukan melalui
berukuran kecil yang harganya relatif
beberapa tahap yaitu survey pendahuluan,
lebih murah dengan menggunakan lem dan
penyusunan indikator berdasarkan model
press dan membuat produk dengan kualitas
konseptual pengukuran kinerja klaster,
yang lebih rendah.
pengumpulan data, analisis data dan
Secara umum permasalahan yang di memberikan rekomendasi pada kinerja
hadapi industri kayu jepara dapat di yang perlu perbaikan.
bedakan menjadi dua kategori, yaitu
Penyusunan Indikator
masalah internal dan masalah eksternal.
Masalah internal yang terdapat pada Pada penelitian ini berdasarkan pada
pengrajin adalah pengrajin dalam model konseptual yang dilakukan oleh
mengelola keuangan atau manajemen Luiz Cesar Carpinetti dkk(2008) terdapat
keuangan yang mengakibatkan pengrajin empat variabel yang digunakan pada
mengalami kesulitan dalam memanajemen penelitian ini yaitu kolektif efisiensi, sosial
keuangannya. ketidakmampuan ini kapital, kinerja perusahaan, dan benefit
mengakibatkan pemilik usaha tidak bisa sosial. model konseptual pada penelitian
mengantisipasi perubahan-perubahan yang ini adalah sebagai berikut :
pengecekan KPI ini dilakukan untuk
Ekonomi
/Hasil Sosial melihat indikator mana saja yang memang
dibutuhkan dan indikator mana saja yang
tidak perlu.
Sosial Kapital Kinerja Kinerja
Klaster Perusahaan Pembobotan Dengan Analytical
Hierarchy Process (AHP)
Pembobotan ini dilakukan untuk
Kolektif
Efisiensi mengetahui indikator mana saja yang
menjadi proiritas dalam melakukan
(Carpinetti, 2008) pengukuran kinerja. Pembobotan
Gambar 2.1 Model Konseptual Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode
Kinerja Analytical Hierarchy Process (AHP)
Penerapan model ini harus dibuat melalui kuesioner pairwise comparison
menjadi sebuah proses dimana indikator yang diberikan kepada dua orang
dibuat untuk mengembangkan dan responden (ahli/pakar mebel). Hasil dari
memantau kinerja. Perancangan model kuesioner tersebut dimasukkan kedalam
pengukuran kinerja klaster telah software expert choice untuk mendapatkan
menghasilkan KPI (Key Performance bobot pada masing-masing indikator.
Indicators) sebagai alat untuk mengukur
kinerja melalui tahapan yang dilakukan. Melakukan Pengukuran Kinerja
Tahap yang pertama yaitu menentukan Dengan Menggunakan Scoring System.
tujuan dari model penelitian. Dari masing- Scoring system merupakan sebuah
masing variabel memiliki tujuan yang metode yang digunakan untuk menentukan
berbeda-beda yaitu pada kolektif efisiensi score pada masing-masing indikator yaitu
memiiki tujuan untuk mengurangi biaya dengan parameter metode Higher is Better,
yang dikeluarkan dan meningkatkan Lower is Better, Must be Zero, dan Must
kerjasama anggota klaster. Pada sosial be One dengan ketentuan sebagai berikut.
kapital memiliki tujuan untuk 1.Higher is Better, menunjukkan semakin
meningkatkan kesempatan kerja pada tinggi pencapaian/skor, maka
lingkungan sekitar dan meningkatkatkan indikasinya semakin baik. Formula :
kinerja pegawainya agar produk yang Skor = (aktual/target) x 100% (1)
dihasilkan optimal. Pada kinerja 2.Lower is Better, menunjukkan semakin
perusahaan memiliki tujuan untuk rendah pencapaian/skor, maka
meningkatkan pemasaran, produktifitas, indikasinya semakin baik.
dan keuntungan. Pada Ekonomi/hasil Formula : Skor = (2-(aktual/target)) x
sosial memiliki tujuan untuk 100% (2)
meningkatkan jumlah anggota klaster. 3.Must be Zero, skor = 100 jika aktual = 0,
Tahap selanjutnya adalah menentukan DWDX VNRU MLND DNWXDO • (3)
elemen-elemen yang berpengaruh terhadap 4.Must be One, skor = 100 jika aktual = 1,
tujuan agar tujuan tersebut dapat tercapai. DWDX VNRU MLND DNWXDO • (4)
Kemudian setelah elemen ditetapkan akan
menghasilkan KPI sebagai alat untuk (Efendi, 2011)
mengukur kinerja dan pencapaian dari Menentukan Pencapaian Kinerja
tujuan model yang telah dibuat. Penentuan Dengan Traffic Light System
indikator diperoleh dari studi pustaka yang Setelah didapatkan nilai pada masing-
sesuai dengan elemen yang telah masing indikator, nilai pada indikator
ditentukan. Setelah disusun masing- tersebut dimasukkan kedalam traffic light
masing indikator pada variabel dilakukan system dengan warna hijau menunjukkan
konfirmasi pengecakan KPI. Konfirmasi bahwa indikator tersebut sudah baik dan
tidak perlu adanya tindakan perbaikan, KPI14 0,77
warna kuning menunjukkan bahwa masih KPI15 0,825
dalam tahap perkembangan dan KPI16 0,836
membutuhkan perbaikan, warna merah KPI17 0,72
Kinerja
menunjukkan bahwa indikator tersebut Perusahaan KPI18 0,723
perlu diadakan perbaikan karena terget dan
pencapaian masih sangat jauh rentangnya. KPI19 0,9
Batas pada masing-masing warna KPI20 0,85
didapatkan dari hasil diskusi kepada para KPI21 0,722
pakar/ahli pada industri mebel dijepara. KPI22 0,806
Analisis Dan Rekomendasi KPI23 0,674
Hasil dari masing-masing pengolahan KPI24 0,796
data dilakukan analisis dengan KPI25 0,799
menggunakan 5W+1H yaitu what,where, Ekonomi/Hasil
KPI26 0,874
when, who, why, dan how pada pengolahan Sosial
KPI27 0,846
data yang dilakukan. Dengan
menggunakan analisis 5W+1H diharapkan KPI28 0,847
mampu melalukan perbaikan yang paling KPI29 0,797
efektif dan efisien pada sentra mebel KPI30 0,708
didesa tahunan jepara.
Uji reliabilitas merupakan uji untuk
3. HASIL DAN PEMBAHASAN mengetahui apakah alat ukur yang kita
a) Konfirmasi Pengecekan KPI gunakan konsisten atau tidak jika
Uji validitas merupakan uji tingkat pengukuran tersebut dilakukan ulang.
keandalan atau tujuan alat ukur yang Metode yang digunakan untuk uji
digunakan. Data dikatakan valid jika alat reliabilitas ini adalah metode Cronbach
ukur mengukur apa yang seharusnya Alpha. Berikut ini merupakan tabel hasil
diukur. Dalam pengujian data, uji validitas dari uji reliabilitas :
yang digunakan adalah Bivariate Pearson. Tabel 3.2 Uji Reliabilitas
Berikut ini merupakan hasil dari uji jumlah Cronbach's
validitas : variabel indikator Alpha
Tabel 3.1 Uji Validitas Kolektif Efisiensi 7 0,897
Pearson Sosial Kapital 6 0,877
variabel indikator Correlation
Kinerja Perusahaan 8 0,841
KPI1 0,761
Ekonomi/Hasil Sosial 9 0,924
KPI2 0,815
Kolektif KPI3 0,782 Analisis statistika Deskriptif merupakan
Efisiensi KPI4 0,865 sebuah informasi gambaran tentang data
KPI5 0,79 yang diperoleh dari alat ukur penelitian
KPI6 0,771 yang dilakukan. Alat ukur penelitian
KPI7 0,731 adalah sebuah kuisioner dengan
KPI8 0,802 menggunakan skala likert dengan interval
KPI9 0,714
kelas sebagai berikut :
1,0 ±1,8 Sangat Tidak butuh
KPI10 0,859
Sosial Kapital 1,9 ± 2,6 Tidak Butuh
KPI11 0,813 2,7 ± 3,5 Cukup Butuh
KPI12 0,796 3,6 ± 4,2 Butuh
KPI13 0,738 4,3 ± 5,0 Sangat Butuh
Berikut ini merupakan hasil
Tabel 3.1 Uji Validitas (lanjutan) perhitungan statistik deskriptif dengan spss
Tabel 3.3 Statistik Deskriptif Berikut ini merupaka kerangka hirarki
Std.
variabel indikator mean
Deviation
penelitian :
KPI1 3,47 1,23
KPI2 3,71 1,286 Pengukuran
Kinerja
KPI3 3,18 1,233 Klaster
Kolektif
KPI4 3,58 1,289
Efisiensi Kolektof Sosial Kinerja Ekonomi/
KPI5 3,3 1,257 Efisiensi Kapital Perusahaan Hasil Sosial
KPI6 3,09 1,304
KPI7 3,29 1,262 Letak geografis Komitmen Sarana dan prasarana Brand Image
penunjang
KPI8 3,39 1,141 Kualitas produk
Jumlah UKM Kejujuran
KPI9 3,79 1,05 Jumlah permintaan
Penyerapan tenaga
KPI10 3,15 1,359 Kelengkapan kerja
Sosial Kapital Kebijsakan pemerintah
daerah komponen teknologi Pemanfaatan sumber
KPI11 3,5 1,326 daya
Pelatihan tenaga kerja
KPI12 3,05 1,326
Keberadaan lembaga
koordinasi Peningkatan laba
KPI13 3,37 1,217 riset Suasana kerja
DAFTAR PUSTAKA