Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PEMEODELAN SISTEM PADA “CHATIME” STORE

Disusun Oleh:
1. VONNY PRINITA 2010017311025
2. MEIRA ALIVIA 2010017311037
3. ALVINO WAHYU PRATAMA 2010017311009
4. TEGUH AYUNDA OCKTIAN 2010017311017
5. IRFAN ARSYADI 2110017311037
6. ANDRA RINALDI 92210017311004

Kelompok V

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pemodelan sistem berawal dari bagaimana kita mencoba memahami
dunia nyata ini kemudian menuangkanya menjadi sebuah model dengan beragam
metode yang ada. Tidak ada model yang benar dan salah. Model
dinilai dari sejauh mana dia dapat berguna. Banyak orang yang menyangka bahwa
pemodelan dipakai terutama untuk prediksi masa mendatang. Hal ini tidak
sepenuhnya salah, tapi sudah banyak ditinggalkan baik oleh kalangan akademik
maupun praktisi. Perubahan ini terjadi seiring dengan makin di pahaminnya
bagaimana model dimanfaatkan dalam membantu organisasi dan bisnis dalam
pengambilan keputusan. Materi lebih spesifik untuk menyelesaikan sebuah
permasalahan akan dapat dipelajari lebih lanjut (seperti jenis atau macam model),
jika pengetahuan secara umum tentang pemodelan sistem sudah cukup dipahami.
Komponen model dimulai dari menjabarkan input dan menentukan dengan
jelas apa output yang diinginkan, maka model akan diperoleh. Sistem nyata yang
akan dimodelkan selalu bersifat kompleks. Untuk itu simplikasi dari problematika
yang kompleks dapat dibenarkan, sebab hanya ada beberapa gambaran atau
informasi dari sistem yang signifikan atau relevan dengan tujuan yang ingin di
selidiki.
Pemodelan sistem dilakukan dengan fase–fase sebagai berikut:
1. Indentifikasi isu atau masalah, tujuan dan batasan.
2. Konseptualisasi model dengan mengunakan ragam metode seperti diagram
kotak, diagram sebab akibat, diagram stok dan flow atau diagram sekuens.
3. Formulasi model, merumuskan makna diagram kuantifikasi dan atau
kualifikasi komponen model jika perlu.
4. Evaluasi model, mengamati kelogisan model dan membandingkan dengan
dunia nyata atau model anda yang serupa jika ada.
5. Pengunaan model, membuat skenario–skenario ke depan atau alternatif
kebijakan mengevaluasi ragam skenario.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditentukan rumusan masalahnya
sebagai berikut:
1. Apa sistem yang telah diamati untuk kasus pemodelan sistem ini?
2. Bagaimana permasalahan yang ditemukan?
3. Bagaiaman kaitannya dengan karakteristik sistem yang ada?
4. Bagaimana pemodelannya secara konseptual?
5. Bagaimana formulasi model yang dapat dibuat untuk permasalahan tersebut?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditentukan rumusan masalahnya
sebagai berikut:
1. Apa sistem yang telah diamati untuk kasus pemodelan sistem ini?
2. Bagaimana permasalahan yang ditemukan?
3. Bagaiaman kaitannya dengan karakteristik sistem yang ada?
4. Bagaimana pemodelannya secara konseptual?
5. Bagaimana formulasi model yang dapat dibuat untuk permasalahan tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. SISTEM YANG DIAMATI
Dalam tugas kali ini, kami kelompok 5 melakukan pengamatan untuk
pemodelan sistem ini disebuah toko minuman cepat saji yang berada di Transmart,
yaitu “chatime” store. Toko minuman cepat saji ini berada di lantai 1 dan letaknya
yang cukup strategis membuat pelanggan yang hadir dapat melihat dengan jelas
keberadaan toko minuman ini. Ditambah dengan desain toko yang cukup menarik
dan sudah terkenal tentunya membuat orang mudah mencari keberadaan toko ini.
Dengan ikon warna ungu nya ia mampu membuat daya tarik yang menjadi ciri khas
toko ini.
Kami melakukan pengamatan tepat ditanggal Sabtu, 19 November 2022
pada pukul 17:23 WIB. Kondisi saat itu ialah saat dimana orang-orang sedang
menghabiskan waktunya untuk berkeliling di area dalam Transmart. Jam tersebut
biasanya adalah jam kedatangan ramai pengunjung. Dapat dilihat pada foto
dibawah ini memang lokasi ini begitu ramai pengunjung saat itu. Hal ini
memungkinkan toko ini memiliki banyak pelanggan dan pesanan.

Gambar 2.1. Potret Pengunjung Transmart


Gambar 2.2. Potret Pengunjung Chatime

Gambar 2.3. Potret Pengunjung Chatime yang Sedang Mengantri


2.2. PERMASALAHAN YANG DITEMUKAN
Kendala yang terjadi pada toko ini ialah terjadi pada penumpukan antrian
dikarenakan tempat untuk melayani pelanggan yang tidak seimbang dengan jumlah
pelanggan yang datang ketika jam ramai. Kendala ini menyebabkan keramaian dan
kemacetan dijalan. Kendala kedua yaitu susahnya petugas memanggil pelanggan
yang keberadaannya tidak ada disana. Hal ini menyebabkan memakan waktu yang
lama untuk menunggu 1 pelanggan. Untuk itu alternatif yang bisa dilakukan yaitu
membagi lebih jelas tugas karyawan dalam setiap pelayanannya dan menambah
jumlah tempat pemesanan dan tempat mengambil pesanan. Diluar permasalahan
tersebut, tidak ada masalah yang terlihat, semua sudah baik dari segi persediaan
bahan baku dan jam pelayanannya.
2.3. KARAKTERISTIK SISTEM
Ini merupakan kelanjutan dari survei yang telah dilakukan sebelumnya
pada toko minuman cepat saji “Chatime”. Fast food dan junk food menjadi makanan
atau minuman yang digemari saat ini, yang kemudian mendorong industri tersebut
begitu cepat tersebar luas di berbagai kota di Indonesia terlebih dibantu dengan
media massa yang berperan memperkenalkannya kepada masyarakat. Keberadaan
outlet-outlet fast food dan junk food mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat.
Tentunya pemodelan sistem akan berpengaruh dalam keefisienan industri ini dalam
menjalankan sistemnya. Maka berikut akan dirancang pemodelan sistem
berdasarkan karakteristik dan klasifikasi sistemnya.
Karakteristik sistem:
1. Memiliki sasaran dan tujuan
Sasaran dari industri minuman cepat saji ini adalah mulai dari kalangan anak-
anak sampai dengan dewasa. Cita rasa dan bentuknya yang mudah memikat
semua kalangan menjadikan usaha ini cukup luas sasarannya. Tujuannya yaitu
untuk mencapai outcome serta profit yang sesuai dari output yang dikeluarkan.
Selain itu pastinya juga untuk mencapai kepuasan pelanggan dimana akan ada
nilai tersendiri bagi industri itu jika ia mencapai tujuannya.
2. Memiliki batasan
Pada industri ini terdapat input berupa bahan baku dan fasilitas toko. Yang
termasuk batasan dalam industri ini ialah jam operasional toko yang hanya
buka pada jam 11.00 WIB-21.00 WIB. Serta kapasitas operasional yang tidak
selalu mampu memenuhi permintaan konsumen, namun dioptimalisasikan
dalam jumlah produksinya sesuai kondisi.
3. Bersifat terbuka
Lingkungan juga mempengaruhi proses operasional industri ini, contohnya
ketika listrik padam, maka besar kemungkinan proses produksi akan terganggu
atau menyebabkan delay pada semua stasiun kerja. Solusi yang diberi ialah
toko ini menggunakan genset yang terhubung oleh jaringan listrik yang
digunakan oleh Transmart Padang.
4. Terdiri dari beberapa elemen penyusun
Industri makanan cepat saji ini terdiri dari beberapa sub sistem yaitu karyawan,
fasilitas (alat dan bahan), pelanggan.
5. Merupakan 1 kebulatan yang utuh, dimana semuanya akan dikoordinasikan
menjadi satu untuk mencapai satu tujuan. Seperti adanya koordinasi setiap
stasiun kerja dan setiap karyawannya.
6. Saling berkaitan secara internal dan eksternal , dimana ada interaksi timbal
balik didalamnya. Internal lebih terkait dengan lingkungan dalam seperti mesin
produksi serta eksternalnya yaitu lingkungan toko dan pelanggan.
7. Ada kegiatan transformasi dari masukan menjadi keluaran. Yang berupa
masukan seperti karyawan, alat dan bahan bakunya. Semua akan
dikoordinasikan menjadi 1 sehingga mencapai sebuah keluaran yaitu produk
minuman cepat saji dengan berbagai varian rasa. Dan akan menjadi outcome
untuk industri ini ketika ada timbal balik dari konsumen.
8. Memiliki mekanisme kontrol
Dalam perjalanan industri ini pasti akan terjadi dinamika baik dari segi internal
maupun eksternalnya, contohnya yaitu peluang pasar. Meskipun perusahaan ini
ingin menyeimbangkan kedinamisan itu harus tetap masuk dalam kendali
operasional dan harus tetap berada pada keputusan yang strategis, jangan
sampai kedinamisan ini menjadi out of control.
9. Mampu mengatur diri sendiri dan beradaptasi
Setiap industri yang berkembang harus bisa mengontrol organisasinya dan
mampu beradaptasi akan perubahan lingkungan yang terkadang begitu
signifikan dan tentunya akan berdampak pada proses produksi.
Berdasarkan karakteristik diatas maka dapat ditentukan bahwa klasifikasi
(taksonomi) industri makanan cepat saji ini ialah menggunakan sistem Probabilistik
dimana variabel-variabel penyusunnya tidak diketahui pasti. Sistemnya juga tidak
bisa diprediksi atau diramal dengan pasti karena mengandung unsur
probabilitisnya. Contohnya di perusahaan makanan cepat saji ini tidak diketahui
pasti variabel waktu kedatangan pelanggannya. Tidak diketahui setiap berapa
waktu sekali jumlah kedatangan itu akan terjadi.
2.4. PEMODELAN SECARA KONSEPTUAL
Untuk memodelkan permasalahan pada toko minuman ini dapat
dimodelkan melalui sebuah diagram seperti Rich Picture Diagram dan juga
Influence Diagram. Berikut dipaparkan RPD dan ID nya.
Gambar 2.4. Rich Picture Diagram

Tempat
Antrian
Pelayanan

Demand

Pelanggan

Kapasitas Per
Sekali Pesan

Frekuensi Jumlah
Pesan Inventori

Waktu Tunggu

Fasilitas
Jumlah Produksi

Penjualan

Gambar 2.5. Influence Diagram


Berdasarkan kedua diagram tersebut dapat kita ketahui bahwa terdapat
beberapa input yang tidak terkendali yang menyebabkan pengaruh terhadap output
yaitu penjualan atau keuntungan yang didapat. Input yang tidak terkendali tersebut
dilambangkan dengan bentuk awan, dimana di kasus ini yang menjadi input yang
tidak terkendali tersebut adalah antrian, yang akan berpengaruh tentunya kepada
pelanggan. Kemudian pelanggan juga akan berpengaruh kepada jumlah pemesanan
yang tidak terkendali juga, tentunya hal ini berpengaruh kepada jumlah produksi
yang akan berdampak kepada penjualan.
2.5. FORMULASI MODEL
Untuk meminimasi waktu tunggu, solusi yang dapat dipakai adalah
menambah jumlah karyawan untuk di tempat order dan karyawan yang membuat
minuman, agar pemesanan yang banyak tersebut dapat terkendali, apalagi di hari-
hari atau jam-jam orang bersantai tentunya akan datang banyak pelanggan.
Sebagian besar pelanggan kemungkinan akan berpindah tempat untuk mencari
minuman lain jika dirasa antrian cukup panjang dan memakan waktu yang lama
untuk mendapatkan minuman tersebut. Tentunya hal ini menyebabkan toko
menjadi lost opportunities dan kembali berdampak kepada penjualan. Hal itu yang
harus dihindari selaku pelaku bisnis. Untuk membuat sebuah solusi maka kita dapat
menggunakan tools yang terdapat pada teknik industri seperti fishbone.
barista

Sistem pembayaran lama

Gambar 2.6. Fishbone


2.6. PROSES VERIFIKASI DAN VALIDASI
Setelah dianalisa seluruh permasalahan dan analisa permasalahan
selanjutnya semua akan diverifikasi dan divalidasi melalui data pengamatan yang
ada.
Tabel 3.1. Data Pengamatan
No. Waktu Jumlah Kedatangan Konsumen Lama Waktu Pelayanan Orderan

1. 17.00.10 1 176 Detik => (17.03.06)

2. 17.01.37 1 173 Detik => (17.04.30)

3. 17.02.31 1 180 Detik => (17.05.31)

4. 17.03.28 1 161 Detik => (17.06.09)

5. 17.04.57 1 135 Detik => (17.07.12)

6. 17.05.12 1 174 Detik => (17.08.06)

7 17.05.51 1 570 Detik => (17.15.21)

8 17.06.03 1 660 Detik => (17.17.03)

9 17.06.23 1 901 Detik => (17.21.24)

10 17.07.32 1 1171 Detik => (17.27.03)

11 17.09.44 1 1096 Detik => (17.28.00)

12 17.15.15 1 900 Detik => (17.30.15)

13 17.17.00 1 893 Detik => (17.32.03)

14 17.20.38 1 117 Detik => (17.39.15)

15 17.24.35 1 1138 Detik => (17.43.33)

16 17.26.45 1 1215 Detik => (17.47.00)

17 17.30.59 1 1141 Detik => (17.50.06)

18 17.44.54 1 430 Detik => (17.52.04)

19 17.48.59 1 558 Detik => (17.58.17)

20 17.50.09 1 935 Detik => (18.05.44)

21 17.59.58 1 459 Detik => (18.07.37)

22 18.00.46 1 674 Detik => (18.12.00)

23 18.05.43 1 541 Detik => (18.14.44)

24 18.09.56 1 457 Detik => (18.17.33)

25 18.17.35 1 320 Detik => (18.22.55)

26 18.20.32 1 1107 Detik => (18.38.59)


27 18.24.45 1 1161 Detik => (18.44.06)

28 18.26.44 1 1740 Detik => (18.55.44)

29 18.33.56 1 1516 Detik => (18.59.12)

30 18.35.00 1 1715 Detik => (19.03.35)

31 18.37.23 1 1756 Detik => (19.06.39)

32 18.45.38 1 1534 Detik => (19.11.12)

33 18.47.13 1 1844 Detik => (19.17.57)

34 18.48.45 1 1876 Detik => (19.20.01)

35 18.51.14 1 1179 Detik => (19.10.53)

36 18.55.39 1 992 Detik => (19.12.11)

37 18.58.41 1 1035 Detik => (19.15.56)

38 19.00.14 1 1058 Detik => (19.17.52)

Sumber: Pengamatan Toko Minuman Chatime, 2022.

2.7. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Pemodelan secara umum, dimengerti sebagai proses merepresentasikan
objek nyata atau realita sebagai seperangkat persamaan matematika, grafis ataupun
bagan agar mudah dipahami oleh pihak yang berkepentingan . Lebih khusus lagi,
istilah ini sering digunakan untuk proses menggambarkan konsep yang mewakili
obyek-obyek dalam pengembangan sistem informasi. Pemodelan dalam
pengembangan sistem informasi, berevolusi selaras perkembangan teknologi dan
metodologi pengembangannya. Kesamaan pandang diperlukan dalam pemodelan,
yang akhirnya menuntut adanya keseragaman atau standar.
Berdasarkan yang sudah dipaparkan diatas dapat diketahui bahwa masalah
yang terjadi pada toko minuman ini dapat diselesaikan dengan membuatkannya
beberapa tools dan diagram, sehingga setelah dibuat kita dapat menyimpulkan
dimana letak permasalahannya dan cara mengendalikannya dengan pemodelan
sederhana yang dibuat.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pemodelan bisnis, pemodelan yang lebih menekankan pada proses apa
yang dilakukan dan apa yang tidak dalam bisnis. Ini dilakukan sebelum
menggunakan sistem informasi untuk mengotomatisasi aspek bisnis, atau untuk
meningkatkan kinerja bisnis dari yang sudah ada. Salah satu tujuan utamanya
adalah untuk membangun pengertian secara umum, antara pengguna bisnis dan
teknologi yang pada akhirnya akan membangun solusi sistem yang tepat untuk itu.
Kualitas dan kelengkapan akan model akan mempengaruhi keberhasilan solusi
akhir.
Pemodelan sistem ini berkaitan dengan bagaimana sistem yang
diwujudkan dengan menggunakan teknologi. Pemodelan sistem sebagian besar
merupakan kegiatan teknologi yang mencoba untuk menerjemahkan model aplikasi
ke dalam bangunan sistem operasional. Pemodelan sistem harus berurusan dengan
rincian spesifikasi yang menjelaskan bagaimana bagian-bagian sitem akan
diwujudkan. Misalnya, model harus berurusan dengan konstruksi khusus
pemrograman, layanan middleware, model data, dan sebagainya. Model sistem,
menghasilkan pandangan internal solusi, menunjukkan bagaimana bagian-bagian
yang berbeda berinteraksi dalam rangka mendukung eksternal, tampilan aplikasi.
Berdasarkan yang sudah dipaparkan setiap permasalah pasti terdapat
solusi, untuk mendapat sebuah solusi tersebut tentunya kita sebagai pemodel harus
melihat bagaimana sistem real yang terjadi. Setelah melihat sistem real tersebut
kita buatkan model agar mudah menganalisanya. Kemudian dari sana digunakan
berbagai macam model dan tools yang tersedia sehingga dicapailah sebuah solusi.

Anda mungkin juga menyukai