Anda di halaman 1dari 115

PELAKSANAAN IBADAH HAJI DAN UMROH SEBELUM DAN SESUDAH

DIBERLAKUKANNYA KEPUTUSAN MENTERI AGAMA NOMOR 660

TAHUN 2021

(STUDI PADA PERJANJIAN KERJASAMA PT KANOMAS DENGAN PT

GALATAMA)

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat guna


menyelesasikan Program Sarjana (S1) Ilmu Hukum

Disusun Oleh:
Fahmi Ilham Auliya
(11000118130282)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

PELAKSANAAN IBADAH HAJI DAN UMROH SEBELUM DAN SESUDAH

DIBERLAKUKANNYA KEPUTUSAN MENTERI AGAMA NOMOR 660

TAHUN 2021

(STUDI PADA PERJANJIAN KERJASAMA PT KANOMAS DENGAN PT

GALATAMA)

PENULISAN HUKUM

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas


dan memenuhi syarat-sarat guna menyelesaikan Program Sarjana (S-1) Ilmu Hukum

Oleh:
Fahmi Ilham Auliya
11000118130282

Penulisan hukum dengan judul di atas telah disahkan


dan disetujui untuk diperbanyak

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Budi Santoso, S.H., M.S. Dr. Siti Mahmudah, S.H.,
M.H.
NIP. 96110051986031002 NIP. 196209241989022001

ii
HALAMAN PENGUJIAN

PELAKSANAAN IBADAH HAJI DAN UMROH SEBELUM DAN SESUDAH


DIBERLAKUKANNYA KEPUTUSAN MENTERI AGAMA NOMOR 660
TAHUN 2021
(STUDI PADA PERJANJIAN KERJASAMA PT KANOMAS DENGAN PT
GALATAMA)

Dipersiapkan dan disusun oleh:


Fahmi Ilham Auliya
11000118130282

Telah diajukan di depan Dewan Penguji pada tanggal 21 Desember 2022


Dewan Penguji
Ketua

Prof. Dr. Budi Santoso, S.H., M.S.


NIP. 96110051986031002

Anggota Penguji I Anggota Penguji II

Dr. Siti Mahmudah, S.H., M.H. Muhyidin, S.Ag., M.Ag., M.H.


NIP. 196209241989022001 NIP. 197503092003121002

Mengesahkan Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum Ketua Program S1 Ilmu Hukum
Universitas Diponegoro

iii
Prof. Dr. Retno Saraswati, S.H., M.Hum Dr. Aditya Yuli Sulistyawan, S.H.,
M.H
NIP. 196711191993032002 NIP. 198407092008121002

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Penulisan Hukum ini tidak pernah diajukan

untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lainnya, dan sepanjang

pengetahuan saya di dalamnya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebut dalam daftar pustaka.

Semarang, 21 Desember 2022

Fahmi Ilham Auliya


11000118130282

iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

"Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama"

Penulisan hukum ini kupersembahkan untuk:

Almamater tercinta Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

dan Kedua orang tua tercinta

v
ABSTRAK

Penyebaran Covid-19 di seluruh dunia mengakibatkan timbulnya kebijakan


berkaitan dengan penerimaan jamaah haji dan umroh. Terhadap jamaah yang akan
diberangkatkan ke Arab Saudi dengan diundangkannya Keputusan Menteri Agama
Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan
Perjalanan Haji dan Umroh berdampak terhadap pembatalann ibadah haji dan umrah
pada tahun 1443 H 2021 M. PT Galatama Nusantara Tour and Travel memiliki
tanggung jawab untuk melindungi konsumen apabila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan serta merugikan konsumen. Terdapat perjanjian kerjasama antara PT
Galatama Nusantara dengan PT Kanomas akibat adanya pembatalan keberangkatan
haji dan umroh terlebih adanya regulasi berkaitan dengan penjadwalan ulang dan
pengembalian dana BIPIH calon jamaah haji dan umroh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan
ibadah umroh menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 dan
akibatnya terhadap pelaksanaan perjanjian antara PT Kanomas dengan PT Galatama.
Serta untuk menganalisis akibat dari sebelum dan sesudah diberlakukannya
Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 terhadap pelaksanaan perjanjian
PT Kanomas dengan PT Galatama. Metode pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini berupa yuridis empiris, spesifikasi penelitian analisis deskriptif, sumber
dan jenis data menggunakan data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan
data berupa studi lapangan melalui wawancara dnaan observasi serta studi
kepustakaan. Kemudian metode analisa data menggunakan pendekatan kualitatif
dengan penalaran induktif.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan ibadah haji dan umroh
menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 dan akibatnya terhadap
pelaksanaan perjanjian antara PT Kanomas dengan PT Galatama dilakukan
berdasarkan ketentuan Pasal 3 untuk menyelenggarakan ibadah haji dan umroh
dengan Nomor Registrasi D/733 Tahun 2013. Akibat dari sebelum dan sesudah
diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 mengacu pada
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 8
Tahun 2018. Akibat hukum dari adanya Covid-19 dikatakan sebagai hardship yang
mana dalam hal ini perlu diatur untuk pelaksanaan negosiasi dalam suatu perjanjian
apabila terjadi keadaan sulit.

Keywords: Pembatalan Ibadah Haji dan Umroh, Perjanjian, Biro Perjalanan


Haji dan Umroh

vi
ABSTRAK

The spread of Covid-19 throughout the world has resulted in policies relating
to the acceptance of pilgrims and Umrah pilgrims. For pilgrims who will be
departed for Saudi Arabia with the promulgation of Decree of the Minister of
Religion Number 660 of 2021 concerning Termination of Hajj Activities 2021
Regarding Hajj and Umrah Travel Activities it has an impact on canceling the Hajj
and Umrah pilgrimages in 1443 H 2021 M. PT Galatama Nusantara Tour and
Travel has a responsibility responsibility to protect consumers in the event of things
that are not desirable and harm consumers. There is a cooperation agreement
between PT Galatama Nusantara and PT Kanomas as a result of the cancellation of
Hajj and Umrah departures, especially with regulations relating to rescheduling and
refunding of BIPIH funds for prospective Hajj and Umrah pilgrims.
This study aims to find out and analyze the implementation of the Umrah
pilgrimage according to Minister of Religion Regulation Number 6 of 2021 and the
consequences for the implementation of the agreement between PT Kanomas and PT
Galatama. As well as to analyze the consequences before and after the enactment of
the Decree of the Minister of Religion Number 660 of 2021 on the implementation of
the agreement between PT Kanomas and PT Galatama. The approach method used
in this study is empirical juridical, research specification descriptive analysis,
sources and types of data using primary data and secondary data. The data
collection method is in the form of field studies through interviews and observation
and literature studies. Then the data analysis method uses a qualitative approach
with inductive reasoning.
The results of the research show that the implementation of the Hajj and
Umrah pilgrimage according to Minister of Religion Regulation Number 6 of 2021
and the consequences for the implementation of the agreement between PT Kanomas
and PT Galatama was carried out based on the provisions of Article 3 to carry out
the Hajj and Umrah pilgrimage with Registration Number D/733 of 2013.
Consequences before and after the enactment of Decree of the Minister of Religion
Number 660 of 2021 referring to Law Number 8 of 2019 and Regulation of the
Minister of Religion Number 8 of 2018. The legal consequences of the existence of
Covid-19 are said to be a hardship which in this case needs to be regulated for the
implementation of negotiations in an agreement in the event of difficult
circumstances.

Keywords: Cancellation of Hajj and Umrah Worship, Agreement, Hajj and Umrah
Travel Bureau

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan penulisan hukum dengan judul, "Pelaksanaan Ibadah Haji dan

Umroh Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor

660 Tahun 2021 (Studi pada Perjanjian Kerjasama PT Kanomas dengan PT

Galatama)".

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari

kesempurnaan, mengingat keterbatasan pengetahuan penulis, selain itu dalam

menyelesaikan penulisan hukum ini penulis banyak menghadapi berbagai halangan

dan rintangan. Halangan dan rintangan dalam penulisan hukum ini tidak dapat dilalui

dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, petunjuk, doa, serta arahan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan rasa hormat penulis

mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada:

1. Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat kesehatan dan menyertai dengan

segala bentuk kebaikan-Nya, sehingga proses penulisan hukum ini dapat penulis

jalankan dengan baik;

2. Bapak Dr. Ir. H. Joko Pujiyono, M.Sie., dan Ibu Hj. Gatyt Sari Chotidjah, S.H.,

M.M., selaku orang tua penulis yang tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk

kelancaran atas segala urusan penulis, mendampingi, menyediakan fasilitas,

menjadi support system terbaik bagi penulis, dan memberikan segala hal yang

viii
tidak ternilai hingga penulis mampu menyelesaikan segala tanggung jawab

dengan baik;

3. Ibu Hj. Dian Anggraini, S.E., M.M., selaku tante penulis yang senantiasa

mendampingi, menyediakan fasilitas, dan memberikan segala hal yang tidak

ternilai bagi penulis;

4. Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas

Diponegoro Semarang;

5. Prof. Dr. Retno Saraswati, S.H. M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro yang telah memberikan dukungan sehingga penulis

dapat menyelesaikan studi S1 ini;

6. Dr. Aditya Yuli Sulistyawan, S.H., M.H. selaku Ketua Program Studi Sarjana

Strata Satu (S1) Fakultas Hukum Universitas Diponegoro;

7. Bapak Prof. Dr. Budi Santoso, S.H., M.S., selaku dosen pembimbing I penulis

yang selalu membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan hukum ini;

8. Ibu Dr. Siti Mahmudah, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing II penulis yang

selalu membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

hukum ini;

9. Bapak Muhyidin, S.Ag., M.Ag., M.H., selaku dosen penguji penulis yang telah

memberikan arahan dan bimbingan guna kebaikan penulisan hukum ini;

10. Bapak Bagus Rahmanda, S.H., M.H., salah seorang Dosen Hukum Bisnis

Fakultas Hukum Undip, yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan

yang begitu berarti bagi penulis;

ix
11. Para dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro yang telah memberikan

ilmu kepada penulis yang sangat berguna bagi masa depan;

12. Ibu Ir. Hj. Rita Ermawati, M.M., Direktur Utama PT. Galatama Nuansa Tour &

Travel yang telah bersedia menyediakan waktu untuk penulis dapat melakukan

riset kepada beliau sehingga penulis dapat memperoleh informasi komprehensif

dalam penulisan hukum ini;

13. Bapak Muhammad Hamdan, Staff Umroh dan Haji yang telah menyediakan

waktu untuk penulis dapat melakukan riset secara langsung kepada beliau terkait

penulisan hukum ini;

14. Helen Serevina, S.H., Annisa Hanifati, S.H., Rafaela Netanya, S.H., Fara

Shabira, S.H., Astrid Karana, S.H., Nouval Eka, S.H., Fara Sanajam, yang

senantiasa membantu dan memberikan dukungan kepada penulis khususnya

selama penulis menyelesaikan penulisan hukum;

15. Ibrahim Al-Farez, S.H. dan Detty Amelinda Shantika Putri, S.H., yang telah

membantu penulis selama menempuh masa studi di Fakultas Hukum Universitas

Diponegoro;

16. Santika Ayu, Raka Hoemar Brahmana, Abdillah Firman Sah yang senantiasa

memberikan dukungan dan semangat kepada penulis;

17. Faisal Nur Royyan, S.T., saudara penulis yang tak henti-hentinya memberikan

dukungan kepada penulis;

18. Nadia Safitri, S.H., M.Kn., kakak tingkat penulis yang telah menjadi mentor

sekaligus rekan diskusi terbaik;

x
19. Irfan Praditya, Syarifah Desi, S.H., Shinta Dea Salma, S.H., Andre Rifky, S.H.,

Nabila Tasya, S.H., Dian Nahdila Donika, S.H., Flavia Amalia, S.H., Indra

Prawira, S.H., Faishal Amroe, S.H., Syajaratul Kaun, S.H., Zahra Nabila, S.H.,

Aldio Fahrezi, selaku rekan kerja penulis yang tergabung dalam Bidang

Ekonomi dan Bisnis BEM Fakultas Hukum Undip 2019, yang telah membantu

penulis untuk mengembangkan diri bahkan sampai saat ini;

20. Segenap fungsionaris BEM FH Undip 2019 yang telah membantu penulis untuk

mempelajari hal baru dan mengasah potensi penulis;

21. Muhammad Febrian Syukur, S.H., Arvel Palaguna Pirngadi, S.H., Maharani Nur

Amalia, S.H., Nabila Tasya, S.H., Nouval Eka Tidar, S.H., David Halomoan,

S.H., Dwi Putri Melisa, S.H., Detty Amelinda, S.H., yang tergabung dalam

jajaran Badan Pengurus Harian BILSA 2021 yang banyak membantu penulis

untuk berproses;

22. Para informan dalam penelitian ini yang telah membantu dalam penyelesaian

penulisan hukum ini; dan

23. Para pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak terdapat keterbatasan

dan kekurangan ataupun kesalahan. Oleh sebab itu, penulis memohon maaf atas

segala kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan penulisan hukum ini. Penulis

berharap adanya suatu kritik dan saran yang dapat membangun untuk

menyempurnakan penulisan hukum ini.

Semarang, 21 Desember 2022

xi
Penulis

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii

HALAMAN PENGUJIAN..........................................................................................iii

PERNYATAAN..........................................................................................................iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN..........................................................v

ABSTRAK...................................................................................................................vi

ABSTRAK...................................................................................................................vii

KATA PENGANTAR...............................................................................................viii

DAFTAR ISI................................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................7

C. Kerangka Pemikiran.........................................................................................8

D. Tujuan Penelitian............................................................................................10

E. Manfaat Penelitian..........................................................................................10

xiii
1. Manfaat Teoritis..........................................................................................11

2. Manfaat Praktis...........................................................................................11

F. Sistematika Penulisan.....................................................................................11

G. Metode Penelitian...........................................................................................13

1. Metode Pendekatan.....................................................................................13

2. Spesifikasi Penelitan...................................................................................14

3. Subjek dan Objek Penelitian.......................................................................15

4. Metode Pengumpulan Data.........................................................................15

5. Metode Analisa Data..................................................................................18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................20

A. Tinjauan Umum Ibadah Haji dan Umroh.......................................................20

B. Tinjauan Umum Perjanjian.............................................................................22

C. Tinjauan Umum Perlindungan Konsumen.....................................................25

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................29

A. Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh Menurut Peraturan Menteri Agama

Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan

Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus terhadap Pelaksanaan Perjanjian PT

Kanomas dan PT Galatama....................................................................................29

1. Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh Menurut Peraturan Menteri Agama

Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan

xiv
Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus................................................................29

2. Pelaksanaan Perjanjian PT Kanomas dan PT Galatama Berdasarkan

Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah Haji

Khusus................................................................................................................44

B. Akibat Hukum Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya Keputusan Menteri

Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021

Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh terhadap Pelaksanaan Perjanjian

PT Kanomas dan PT Galatama...............................................................................51

1. Sebelum Diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun

2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021 terhadap Kegiatan Perjalanan

Haji dan Umroh..................................................................................................51

2. Setelah Diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun

2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan

Haji dan Umroh..................................................................................................56

3. Akibat Hukum Pandemi Covid-19 terhadap Perjanjian Haji dan Umroh

antara PT Kanomas dengan PT Galatama..........................................................69

BAB IV PENUTUP....................................................................................................87

A. Simpulan.........................................................................................................87

B. Saran...............................................................................................................88

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................90

xv
LAMPIRAN...............................................................................................................93

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1......................................................................................................................2

Gambar 2 Surat Pernyataan........................................................................................58

Gambar 3 Alur Pengembalian Setoran Pelunasan BIPIH bagi Jamaah Haji Reguler

....................................................................................................................................67

Gambar 4 Surat Perjanjian Perjalanan Ibadah Umrah................................................77

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Riset Skripsi...............................................................93

Lampiran 2 Surat Perjanjian Kerjasama PT Galatama dengan PT Kanomas.............94

Lampiran 3 Buku Materi Manasik..............................................................................95

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

Biro perjalanan haji dan umroh merupakan suatu badan usaha yang dapat

memberikan pelayanan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia

perjalanan ibadah haji dan umroh.1 Keberadaan biro perjalanan diperuntukkan

guna mempermudah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan

berkaitan dengan akomodasi dan fasilitas perjalanannya. Biro perjalanan haji

dan umroh memberikan jasa berupa tanggung jawab penuh terhadap penggunaan

jasa sehingga tercipta suatu perlindungan penuh terhadap pengguna jasa apabila

terjadi suatu kejadian yang tidak diinginkan. Berdasarkan ketentuan dari Pasal

107 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah

Haji dan Umrah, menyebutkan bahwa penyelenggaraan ibadah haji merupakan

tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah, yang dilaksanakan oleh

Menteri Agama. Atas dasar tersebut, penyelenggaraan ibadah haji melobatkan

berbagai pihak yang terkait seperti Kementerian Agama, Kementerian

Kesehatan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perhubungan, Kementerian

Hukum dan HAM, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi

dan swsata.

1
Jeremi Korayan dan Gunawan Djayaputra, "Tanggung Jawab Hukum Biro Perjalanan Umrah
Terhadap Calon Jamaahnya", Jurnal Hukum Adigama, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2018, halaman 2.

xviii
Pada tanggal 11 Maret 2020, World Health Organization mengumumkan

adanya status pandemi secara global yakni Corona Virus Disease 2019

(COVID-19).2 Adanya virus COVID-19 mengakibatkan dampak yang signifikan

terhadap tiap sektor di Indonesia, tidak terlepas juga berkaitan dengan perjalanan

haji dan umroh bagi masyarakat Indonesia. Penyebaran COVID-19 di seluruh

dunia mengakibaatkan timbulnya kebijakan berkaitan dengan penerimaan

jamaah haji dan umroh yang akan diberangkatkan ke Arab Saudi.

Dikeluarkannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang

Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh

berdampak terhadap pembatalann ibadah haji dan umrah pada tahun 1443 H

2021 M. Kemudian pada tahun 2022 kini terdapat pengaturan baru berkaitan

dengan pemberangkatan haji dan umorh di kala pandemi COVID-19 yakni

berupa diterapkannya protokol kesehaatan serta wajib melakukan swab sebelum

keberangkatan dan kepulangan ke Indonesia dalam penerbangan calon jemaah

haji 2022.

Berdasarkan kasus posisi dan ketentuan dalam surat perjanjian ibadah

haji dan umroh, PT. Galatama Nuansa Tour and Travel merupakan perusahaan

biro perjalanan haji dan umroh yang memiliki kemampuan dan perijinan untuk

menyelenggarakan perjalanan haji dan umroh sesuai izin dari Kementerian

Agama dengan Nomor D/733 Tahun 2013 dimana dalam menjalankan

kewenangannya sebagai perwakilan resmi biro perjalanan haji dan umroh

berkewajiban memberangkatkan calon jamaah serta mengasuransikan berupa


2
Kementerian Keuangan, “Covid-19 Work From Home dan Revolusi Industri 4.0”, diakses melalui
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-parepare/bacaartikel/13058/COVID-19-Work-From-Home-
dan-Revolusi-Industri-40.html, pada 24 Januari 2022.

xix
Asuransi Perjalanan Ibadah Haji dan Umroh. Sedangkan kedudukan PT

Kanomas Arci Wisata yakni sebagai perusahaan biro perjalanan umroh yang

memiliki kemampuan dan perijinan untuk menyelenggarakan perjalanan umroh

sesuai izin dari Kementerian Agama dengan Nomor 173 Tahun 2015.

Kedudukan PT Kanomas Arci Wisata terhadap PT Galatama Nuansa Tour and

Travel yakni sebagai penyedia pelayanan dan pemesanan tiket, visa, hotel dan

handling terhadap Kementerian Haji Saudi dan Kementerian Agama Republik

Indonesia.

Pihak biro perjalanan haji dan umroh selaku yang berhubungan langsung

dengan calon jamaah sebagai konsumen yakni PT Galatama Nusantara Tour and

Travel memiliki tanggung jawab untuk melindungi konsumen apabila terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan serta merugikan konsumen atas suatu kelalaian

tanggung jawab dari PT Kanomas Arci Wisata. Adanya implikasi dari

diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang

Penghentian Kegiatan Haji 2021 terhadap Kegiatan Perjlanan Haji dan Umroh

berimplikasi terhadap pelindungan calon jamaah dengan ketentuan pelindungan

berupa pengembalian setoran jamaah BIPIH Khusus dan Jamaah Haji Khusus

melalui biro perjalanan haji dan umroh. Terlebih pada saat pandemi COVID-19

saat ini terdapat ketentuan lanjutan berkaitan dengan pembatalan haji dan umroh

karena regulasi tersebut selalu berubah-ubah menyesuaikan situasi dan kondisi

penyebaran virus di Indonesia dan di Arab Saudi. Selain itu masih terdapat

permasalahan berkaitan dengan gagal diberangkatkannya jamaah ketika sakit,

meninggal dan kesalahan administratif karena tidak lolos protokol kesehatan.

xx
Pemerintah membatalkan pelaksanaan ibadah haji pada tahun 2021

dikarenakan beberapa pertimbangaan sperti kesehatan, keselamatan dan

keamanan jamaah haji dikarenakan adanya pandemi COVID-19.3 Sebagai

contoh akibat adanya regulasi berkaitan dengan pencegahan penyebaran

COVID-19, berdasarkan data yang diperoleh dari PT Galatama Nuansa Tour and

Travel terdapat 99 jamaah yang ditunda keberangkatannya pada 14 Maret 2020

akibat adanya dampak pandemi COVID-19.

Dikarenakan adanya pandemi COVID-19 secara tidak langsung

menimbulkan dampak terhadap semua sektor termasuk perjalanan ibadah haji

dan umroh. Dampak penghentian sementara perjalanan ibadah umrah dan haji

mengharuskan semua biro travel menjadwalkan ulang pemberangkatan jamaah

haji dan umroh. Terdapat penjadwalan ulang jemaah, maka perlindungan hukum

berperan penting, karena konsumen di samping mempunyai hak-hak yang

bersifat universal juga mempunyai hak-hak yang bersifat spesifik.4 Disamping

itu pihak biro perjalanan haji dan umroh selaku yang berhubungan langsung

dengan konsumen yakni PT Galatama Nuansa Tour and Travel juga harus

bertanggung jawab untuk melindungi konsumen agar tidak terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan dan merugikan konsumen atas suatu kelalaian tanggung jawab

dari PT Kanomas Arci Wisata.

Menggunakan jasa biro perjalanan merupakan salah satu cara yang

dipilih oleh calon konsumen untuk menentukan rencana perjalanan yang

3
Pusat Kajian Anggaran DPR RI, “Kesejahteraan Rakyat: Pembatalan Ibadah Haji dan Upaya
Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji 2022”, Budget Issue Brief Puskajian Anggaran DPR, Volume
01, Edisi 22, Desember 2021, halaman 1.
4
Abdul Halim Berkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010), halaman 1-2.

xxi
diinginkannya. Berkaitan dengan perencanaan kegiatan perjalanan haji dan

umroh, biro perjalanan akan menawarkan berbagai macam bentuk paket haji dan

umroh. Paket haji dan umroh tersebut diartikan sebagai suatu perjalanan yang

memuat beberapa tujuan kunjungan yang disusun dari berbagai fasilitas

perjalanan tertentu dalam suatu acara perjalanan tetap, serta dijual sebagai harga

tunggal yang menyangkut seluruh komponen dari perjalanan. 5 Pelaksanaan

pengadaan paket haji dan umroh yang telah dibuat antara PT Galatama dan PT

Kanomas terhadap konsumen harus dibuat secara bebas oleh para pihak dengen

mempertimbangkan adanya keadaan berupa pandemi COVID-19. Hal itu sesuai

dengan berlakunya asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1338

ayat (1) KUHPerdata, yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Selanjutnya, dalam ketentuan Pasal 1245 KUHPerdata yang menyatakan bahwa

apabila pihak biro perjalanan haji dan umroh terhalang untuk memenuhi prestasi

kontraktuak maka tidak diwajibkan membayarkan ganti rugi. Akan tetapi dalam

implikasi Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang

Penghentian Kegiatan Haji 2021 terhadap Kegiatan Perjlanan Haji dan Umroh

terdapat pelindungan untuk mengambalikan biaya serta penjadwalan ulang

sesuai kuota. Implikasi tersebut dikhawatirkan menimbulkan kerugian terhadap

calon jamaah apabila dikemudian hari tidak mendapatkan kuota atau terdapat

penundaan berkaitan dengan biaya refund.

5
Nindia Lesmona, “Promosi Paket Wisata PT PDA Tigi Ma’aya Tour and Travel di Pekanbaru” ,
Jurnal JOM FISIP, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2015, halaman 3.

xxii
Tanggung jawab hukum bagi biro perjalanan dengan pengguna jasa telah

timbul sejak terjalinnya kesepakatan yang dituangkan dalam suatu perjanjian

pengadaan paket haji dan umroh. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan

tanggungjawab dalam memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak

terutama dari PT Kanomas selaku kunci utama dalam penyelenggaraan kegiatan

ibadah haji dan umroh terhadap PT Galatama selaku perantara terhadap

konsumen calon jemaah haji dan umroh agar tercapai keadilan bagi biro

perjalanan dengan pengguna jasa (konsumen).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan melaksanakan penelitian

dan mengkaji mengenai permasalahan pertanggungjawaban perusahaan

penyediaan layanan perhotelan terhadap perusahaan travel umroh, sehingga

penulis tertarik untuk menyusun penulisan hukum dengan judul “Pelaksanaan

Ibadah Haji dan Umroh Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya Keputusan

Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 (Studi pada Perjanjian Kerjasama PT

Kanomas dengan PT Galatama)".

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

beberapa rumusan masalah sebagaimana berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan ibadah haji dan umroh menurut Peraturan

Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

dan akibatnya terhadap pelaksanaan perjanjian antara PT Kanomas

dengan PT Galatama?

xxiii
2. Bagaimana akibat dari sebelum dan sesudah diberlakukannya

Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang

Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji

dan Umroh terhadap pelaksanaan perjanjian PT Kanomas dengan PT

Galatama?

c. Kerangka Pemikiran

xxiv
Pelaksanaan ibadah haji dan umroh sebelum dan sesudah diberlakukannya Keputusan
Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap
Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh terhadap perjanjian kerjasama PT Kanomas dengan PT
Galatama

Fakta Yuridis : Fakta Empiris/ Sosiologis :


 Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Pandemi Covid-19, menyebabkan tidak
Tahun 2021 tentang Penghentian
Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan
berjalannya kegiatan haji dan umrah
Perjalanan Haji dan Umroh berkaitan secara efektif.
dengan pengembalian setoran jamaah
BIPIH Khusus dan Jamaah Haji Khusus
melalui biro perjalanan haji dan umroh
 Pasal 1245 KUHPerdata mengenai
kondisi terhalang pemenuhan prestasi
kontraktual dalam hal ganti rugi.

Permasalahan :

 Bagaimana pelaksanaan ibadah haji dan


umroh menurut Peraturan Menteri Agama
Nomor 6 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah Analisis Teoritis :
dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus
dan akibatnya terhadap pelaksanaan  COVID-19 mengakibatkan penghentian yang
perjanjian antara PT Kanomas dengan PT tidak menentu akan perjalanan ibadah umrah
Galatama? dan haji yang mengakibatkan biro travel
 Bagaimana akibat dari sebelum dan sesudah menjadwalkan ulang pemberangkatan jamaah
diberlakukannya Keputusan Menteri Agama haji dan umrah.
Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian
Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan
 Biro perjalanan haji dan umroh yang
Perjalanan Haji dan Umroh terhadap berhubungan langsung dengan konsumen
pelaksanaan perjanjian PT Kanomas dengan yakni PT Galatama bertanggung jawab untuk
PT Galatama? melindungi konsumen agar tidak terjadi hal-
hal yang diinginkan dan merugikan
konsumen atas kelalaian tanggung jawab dari
Metode Penelitian : PT Kanomas selaku biro penyedia layanan
perhotelan.
1. Metode Pendekatan : yuridis empiris
2. Spesifikasi penelitian : analisis deskriptif
3. Sumber dan jenid data : data primer dan data
sekunder
4. Metode pengumpulan data : studi lapangan
dan studi kepustakaan
5. Metode analisis data : pendekatan kualitatif
dengan penalaran induktif

xxv Optimalisasi Pertanggungjawaban Perusahana Penyedia Layanan Perhotelan dan Perusahaan


Travel Umroh terhadap Konsumen pada pandemi COVID-19.
d. Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian tentu berangkat dari tujuan-tujuan tertentu yang

hendak dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Tujuan penelitian

merupakan bentuk pernyataan dari rumusan permasalahan mengenai ruang

lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan permasalahan yang terlah

dirumuskan. 6 Secara sederhana tujuan yang hendak dituju dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan ibadah umroh

menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan

Ibadah Haji Khusus dan akibatnya terhadap pelaksanaan perjanjian

antara PT Kanomas dengan PT Galatama.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat dari sebelum dan

sesudah diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660

Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap

Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh terhadap pelaksanaan

perjanjian PT Kanomas dengan PT Galatama.

e. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian ini dapat diambil manfaatnya baik bagi penulis

sendiri maupun bagi pihak lain. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

6
Suteki dan Galang Taufani, Metodelogi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik), (Depok:
Rajawali Pers, 2018), halaman 206.

xxvi
f. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi

perkembangan ilmu hukum dalam bidang hukum dagang atau bisnis terkait

dengan pertanggungjawaban perusahaan penyedia layanan perhotelan

terhadap perusahaan travel umroh saat pandemi Covid-19.

g. Manfaat Praktis

a. Terhadap Masyarakat

Memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat pada

umumnya serta para pembaca skripsi mengenai pertanggungjawaban

perusahaan penyedia layanan perhotelan terhadap perusahaan travel

umroh saat pandemi Covid-19.

b. Terhadap Instansi

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan dan masukan serta

referensi bagi PT Kanomas dan PT Galatama berkaitan dengan

pertanggungjawaban perusahaan penyedia layanan perhotelan terhadap

perusahaan travel umroh saat pandemi Covid-19.

h. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu pada

buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi) pada program S1 Ilmu Hukum

Universitas Diponegoro. Skripsi ini terbagi dalam empat bab, dimana masing-

masing bab memiliki keterkaitan satu sama lain. Gambaran yang jelas mengenai

skripsi ini akan diuraikan dalam sistematika sebagai berikut:

xxvii
Bab I merupakan Pendahuluan dimana di dalamnya membahas mengenai

latar belakang pemilihan judul penulisan hukum, kemudian dilanjutkan dengan

perumusan masalah yang muncul, tujuan dilakukannya penelitian, manfaat

penelitian serta sistematika penulisan. Sekaligus membahas tentang Metode

Penelitian yang membahas tentang cara dalam penyusunan penulisan hukum

secara sistematis yang berdasarkan pada metode pendekatan, spesifikasi

penelitian, subjek dan objek penelitian, metode pengumpulan data, dan metode

analisis data.

Bab II merupakan Tinjauan Pustaka di dalamnya berisi Tinjauan Umum

Ibadah Haji dan Umroh, Tinjauan Umum Perjanjian, dan Tinjauan Umum

Perlindungan Konsumen.

Bab III merupakan bab yang berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan

dimana memuat hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan mengenai

fakta yang diperoleh secara langsung di lapangan, dan juga melalui studi

kepustakaan dengan mengacu pada pokok-pokok permasalahan berupa

pelaksanaan ibadah umroh menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun

2021 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan

Ibadah Haji Khusus dan akibatnya terhadap pelaksanaan perjanjian antara PT

Kanomas dengan PT Galatama serta akibat dari sebelum dan sesudah

diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang

Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh

terhadap pelaksanaan perjanjian PT Kanomas dengan PT Galatama.

xxviii
Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan serta saran penulis

yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah umroh menurut Peraturan Menteri

Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah

Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dan akibatnya terhadap

pelaksanaan perjanjian antara PT Kanomas dengan PT Galatama serta akibat

dari sebelum dan sesudah diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor

660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan

Perjalanan Haji dan Umroh terhadap pelaksanaan perjanjian PT Kanomas

dengan PT Galatama.

i. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Meode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan yuridis empiris yaitu suatu penelitian disamping melihat aspek

hukum positif juga melihat pada peenrapannya atau praktek di lapangan.

Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian hukum, prosedur yang

digunakan untuk memecahkan masalah penelitian yaitu dengan cara meneliti

data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian

terhadap data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat.7

Pendekatan yuridis dalam penelitian ini ditnjau dari sudut ilmu hukum

dan peraturan perundang-undangan tertulis lainnya sebagai data sekunder

yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah haji dan umroh sebelum dan

sesudah diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021.

7
Soerjono Soekatno, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1984),
halaman 7.

xxix
Sedangkan pendekatan empiris ditinjau dari hubungan dan pengaruh hukum

sebagai alat untuk mengatur masyarakat dengan melakukan penelitian

langsung terhadap subyek penelitian sebagai data primer tempat memperoleh

data sebagai sumber pertama.

b. Spesifikasi Penelitan

Spesifikasi penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis.

Menurut Soerjono Soekanto, suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk

memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-

gejala lainnya.8 Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bermaksud

memaparkan mengenai obyek penelitian yakni memberikan gambaran secara

rinci mengenai pelaksanaan ibadah haji dan umroh sebelum dan sesudah

diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021.

Penelitian bersifat deskriptif analitis, yatu merupakan penelitian yang

bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik dari fakta-fakta

(individu, kelompok atau keadaan) dan untuk menentukan frekuensi sesuatu

yang terjadi.9 Analisis yang dimaksudkan berdasarkan gambaran, fakta yang

diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab penelitian.10

8
Soerjono Soekanto, Ibid., halaman 10.
9
Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2000), halaman 58.
10
Sunarti Hartono, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir ke-20, (Bandung: Penerbit Alumni,
1994), halaman 101.

xxx
c. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah informan yang digunakan sebagai sumber

data dalam penelitian.11 Informasi yang didapatkan dalam penelitian ini

bersumber dari:

a. PT. Kanomas

b. PT. Galatama

c. Jamaah Haji PT. Galatama

Sedangkan objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai

orang atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.12 Objek dalam

penelitian ini adalah pelaksanaan ibadah haji dan umroh sebelum dan sesudah

diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021.

d. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian data yang akurat dan objektif,

maka dalam penelitian ini dilkukan dua cara pengumpulan data, yaitu data

primer dan data sekunder:13

a. Data Primer

Data primer adalah data pokok atau data utama yang

diperoleh langsung dari penelitian lapangan melalui kuesioner

dan wawancara langsung dengan responden serta observasi yang

dilakukan oleh peneliti. Sumber data primer adalah kata-kata,

11
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian…, Op.Cit., halaman 24.
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), halaman 28.
13
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Normatif, (Jakarta: Rajawali Press, 1985), halaman
35.

xxxi
metode analisis data berupa jawaban-jawaban pada kuesioner dan

tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancara.14

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi dengan

bertanya langsung pada yang diwawancarai.15 Teknik wawancara

yang dilakukan adalah wawancara terarah. Dalam wawancara

terarah ini digunakan daftar pertanyaan yang dipersiapkan

terlebih dahulu. Dengan mempersiapkan pertanyaan diharapkan

wawancara dapat dilakukan dengan lebih menghemat waktu serta

objek permasalahan dapat terungkap melalui jawaban informan

secara terbuka dan terarah dan hasil wawancara dapat langsung

ditulis oleh peneliti.

Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan dengan

informan sebagai narasumber, yaitu:

1) PT. Kanomas

2) PT. Galatama

3) Jamaah Haji PT. Galatama

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil

penelaahan kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai

literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah atau

14
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2004), halaman 112.
15
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada), halaman 30.

xxxii
materi penelitian yang sering disebut sebagai bahan hukum.16

Data sekunder dalam penelitian ini meliputi:

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang

mempunyai kekuaran mengikat yang berhubungan

dengan penelitian ini yakni peraturan perundang-

undangan berupa:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen;

d) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah;

e) Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018

tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah

Umrah;

f) Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021

tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah

dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus; dan

g) Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun

2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021

terhadap Kegiatan Perjlanan Haji dan Umroh.

16
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Hukum Empiris,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), halaman 157.

xxxiii
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat

hubungannya dengan bahan primer dan dapat

membantu menganalisa dan memahami bahan hukum

primer,17 meliputi:

a) Hasil karya tulis ilmih berupa skripsi, tesis,

disertasi yang berhubungan dengan pelaksanaan

pendaftaran tanah sistematis lengkap;

b) Buku-buku mengenai pendaftaran tanah sistematis

lengkap; dan

c) Jurnal-jurnal ilmiah mengenai pendaftaran tanah

sistematis lengkap dalam media cetak maupun dari

media online atau internet.

e. Metode Analisa Data

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian hukum ini adalah

analisa kualitatif, yaitu data yang diperoleh melalui penelitian lapangan

maupun penelitian kepustakaan kemudian disusun secara sistematis, dan

selanjutnya dianalisa secara kualitatif untuk mencapai kejealsan masalah yang

akan dibahas.18

Sumber data yang telah terkumpul diedit, diolah dan disusun secara

sistematis untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk deskriptif yang kemudian

ditarik kesimpulan secara induktif, yang berarti cara berpikir yang bertolak

dari pengetahuan-pengetahuan yang bersifat khusus/ tertentu atau fakta-fakta


17
Ronny Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1990), halaman 12.
18
Ibid., halaman 119.

xxxiv
yang bersifat individual yang dirangkai untuk ditarik kesimpulan yang

bersifat umum.19

19
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Op.Cit., halaman 13.

xxxv
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Ibadah Haji dan Umroh

Pengaturan mengenai ibadah haji dan umrah diatur dalam Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Berdasarka konsideran dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah menyatakan bahwa negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamnya masing-masing dan

bentuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu. Bahwa salah satu

jaminan negara atas kemerdekaan beribadah adalah memberikan pembinaan,

pelayanan, dan pelindungan bagi warga negara yang menunaikan ibadha haji dan

umrah secara aman, nyaman, tertib, dan sesuai dengan ketentuan syariat.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah mendefinisikan mengenai ibadah haji

yang berupa:

“Ibadah haji adalah rukun Islam kelima bagi orang Islam yang mampu

untuk melaksanakan serangkaian ibadah tertentu di Baitullah, Masyair,

serta tempat, waktu, dan syarat tertentu.”

Sedangkan definisi mengenai ibadah umrah diatur dalam Pasal 1 angka 2

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan

Umrah yang menyatakan:

xxxvi
“Ibadah Umrah adalah berkunjung ke Baitullah di luar muslim haji

dengan niat melaksanakan umrah yang dianjurkan dengan melakukan

tawaf, sai, dan tahalul.”

Penyelenggaraan ibadah haji dan umrah berdasarkan atas asas-asas yang

disebutkan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah yang berupa asas:

1. Syariat;
2. Amanah;
3. Keadilan;
4. Kemaslahatan;
5. Kemanfaatan;
6. Keselamatan;
7. Keamanan;
8. Profesionalitas;
9. Transparansi; dan
10. Akuntabilitas.

Sedangkan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah memiliki tujuan berdasarkan

pengaturan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah yang berupa:20

1. Memberikan pembinaan, pelayanan, dan pelindungan bagi Jamaah

Haji dan Jamaah Umrah sehingga dapat menunaikan ibadahnya

sesuai dengan ketentuan syariat; dan

2. Mewujudkan kemandirian dan ketahanan dalam Penyelenggaraan

Ibadah Haji dan Umrah.

Berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji dan umroh terdapat ketentuan

dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian

20
Efrizal, Nazirman, dan Abdul Manan Sihombing, "Problematika Pelayanan Bimbingan Manasik
Haji Sepanjang Tahun di Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu Kota Padang", Jurnal Komunikasi
dan Penyiaran Islam: Al Munir, Volume 12, Nomor 1, Januari-Juni 2021, halaman 44.

xxxvii
Kegiatan Haji 2021 terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh yang dalam

implikasinya mengamanatkan beberapa aspek berupa:

1. Pembatalan keberangkatan calon jamaah

2. Prosedur pengembalian dana

3. Ketersediaan kloter untuk pemberangkatan selanjutnya ketika

keadaaan aman

b. Alur Pembatalan dan Pengehentian Ibadah Haji

Pembinaan jamah ibadah haji dan umroh akibat adanya penghentian

semantara akibat Covid-19 diberlakukan adanya persyaratan jemaah dalam

Keputusan Menteri Agama Nomor 1332 Tahun 2021 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah pada Masa Pandemi Corona Virus

Disease 2019 yang berupa persyaratan-persyaratan berikut:

1. Persyaratan Umum

a. Jamaah dapat diberangkatkan pada masa pandemi Covid-19

setelah memenuhi kriteria persyaratan yang ditetapkan oleh

Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Arab Saudi.

b. Jamaah menandatangani surat pernyataan tidak akan menuntut

pihak lain atas risiko yang timbul akibat Covid-19

2. Persyaratan Khusus

a. Jamaah memiliki bukti bebas Covid-19 berupa bukti hasil

Polymase Chain Reaction (PCR/Swab) yang pelaksanaan tesnya

tidak melebihi dari 72 (tujuh puluh dua) jam sebelum

xxxviii
keberangkatan dan tedaftar pada laboratorium yang terfasilitasi

dengan sistem Big Data NAR (New All Record).

b. Jamaah telah menerima vaksinasi Covid-19 secara lengkap yang

dibuktikan melalui sertifikat vaksin dan terdaftar pada aplikasi

resmi pemerintah.

c. Dalam hal terdapat ketentuan lain mengenai vaksin maka akan

mengikuti ketentuan vaksin Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Adanya ketentuan mengenai penerapan protokol kesehatan menjadi hal

yang wajib dalam pelaksanaan ibadah haji dan umroh ketika pandemi Covid-19.

Adapun protokol kesehatan yang diterapkan berupa:

1. Pelayanan kepada jamaah selama di dalam negeri mengikuti

ketentuan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah

Indonesia.

2. Protokol kesehatan selama di dalam pesawat terbang mengikuti

ketentuan protokol kesehatan penerbangan yang berlaku.

3. Pelayanan kepada jamaah selama di Arab Saudi mengikuti ketentuan

protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah Kerajaan Arab

Saudi.

4. Penyedia ibadah haji dan umrah bertanggung jawab terhadap

sosialisasi dan pemantauan pelaksanaan protokol kesehatan jamaah

selama di tanah ait, di perjalanan, dan di Arab Saudi.

xxxix
Setelah pandemi diwajibkan untuk sudah vaksin booster sebelum

berangkat, begitu juga vaksin meningitis dan juga vaksin influenza yang

diwajibkan agar menjaga kondisi jamaah. Hal tersebut dikarenakan di Arab

Saudi sendiri dengan Indonesia terdapat perbedaan cuaca, kondisi, waktu dan

juga makanan. Terhadap calon jamaah yang memiliki riwayat penyakit

komorbid atau penyakit penyakit bawaan yang lain akan diintensifkan untuk

menjaga kondisi sebelum berangkat harus check up serta sebelum berangkat

harus kontrol jaga kesehatan. Berkaitan dengan vaksin sendiri maksimal 3 (tiga)

minggu sebelum keberangkatan jamaah harus sudah vaksin sesuai dengan

prosedur yang diterapkan.21 Sementara itu berkaitan dengan pembinaan dalam

hal bimbingan manasik haji diberlakukan pengaturan berdasarkan Keputusan

Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji

2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh berikut:

1. Pemerintah memberikan bimbingan manasik haji kepada jamaah haji

reguler pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 1443 H atau 2020

M.

2. PIHK memberikan bimbingan manasik haji kepada jamaah haji

khusus pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 1443 H atau 2020

M.

3. KIBHU memberikan bimbingan manasik haji kembali kepada

jamaah haji pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 1443 H atau

2020 M.

21
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

xl
Selain itu, dalam hal pengaturan Keputusan Menteri Agama Republik

Indonesia Nomor 1332 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Perjalanan Ibadah Umrah pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019

diberlakukan adanya pelayanan berikut:

1. Transportasi Udara

a. Pemberangkatan dan pemulangan jamaah melalui bandara

internasional yang ditetapkan oleh kementerian yang

menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang transportasi

udara.

b. Pelayanan penerbangan bagi jamaah untuk perjalanan dari

Indonesia ke Arab Saudi pergi pulang menggunakan

penerbangan langsung.

c. Penerbangan langsung sebagaimana dimaksud di atas terdiri atas

penerbangan terjadwal atau tidak terjadwal berdasarkan

ketentuan yang berlaku.

d. Dalam hal penerbangan menggunakan penerbangan transir,

harus mendapatkan persetujuan Direktur Jenderal.

e. Penerbangan dalam ketntuan c dan d dilaksanakan dengan

memperhatikan protokol kesehatan Covid-19.

2. Pelayanan Keberangkatan

a. Jamaah melakukan screening kesehatan sebelum keberangkatan

ke Arab Saudi.

xli
b. Screening kesehatan dilakukan di asrama haji atau hotel yang

dikoordinasi oleh biro perjalanan haji dan umroh.

c. Pada saat screening kesehatan, jamaah melakukan Polymase

Chain Reaction (PCR) yang pelaksanaannya paling lambat 24

(dua puluh empat) jam sebelum keberangkatan.

d. Jamaah yang berdasarkan hasil Polymerase Chain Reaction

(PCR) dinyatakan positif, dilakukan isolasi dan/atau rujukan

sesuai gejala.

e. Jamah yang hasil Polymerase Chain Reaction (PCR) dinyatakan

positif sebagaimana dimaksud huruf d dijadwalkan ulang

keberangkatannya.

f. Pelayanan transportasi dari dan ke bandara keberangkatan

internasional dilakukan dnegan menerapkan protokol kesehatan.

g. Screening kesehatan sebelum keberangkatan dilaksanakan

berdasarkan ketentuan protokol kesehatan pemerintah Indonesia.

3. Pelayanan Kepulangan

a. biro perjalanan haji dan umroh bertanggung jawab atas

pelaksanaan Polymerase Chain Reaction (PCR) jamaah sebelum

kembali ke Indonesia.

b. Dalam hal hasil Polymerase Chain Reaction (PCR) jamaah

dinyatakan positif, akan dilakukan karantina sesuai dnegan

ketentuan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

xlii
c. Jamaah yang hasil Polymerase Chain Reaction (PCR)

dinyatakan positif sebagaimana dimaksud pada huruf b,

dijadwalkan ulang kepulangannya.

d. Jamaah yang tiba di tanah air setelah melaksanakan perjalanan

ibadah umrah mengikuti protokol kesehatan sesuai dengan

ketentuan bagi pelaku perjalanan luar negeri yang ditetapkan

oleh Pemerintah Indonesia.

Pembinaan oleh PT Galatama dilakukan seoptimal mungkin dengan

memberikan adanya materi panduan manasik umroh dan haji kepada calon

jamaah. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 1 dan 2

Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus. Adapun

dalam konretisasinya dalam hal pembinaan manasik diberikan kajian atau materi

berkenaan dengan:

1. Materi Miqoot

Pemberian materi Miqoot berkenaan dengan miqat zamani dan

miqat makani. Adapun dalam hal miqat makani berupa dzul khulaifah,

al-juhfah, qornul manazil, yalamlam, dan datul irqi.

2. Ihram

Pemberian materi Ihram yaitu berupa lafadz niat, larangan

dalam ber-ihram serta hal-hal yang diperbolehkan saat ihram.

3. Thawaf

xliii
Pemberian materi Thawaf berkaitan dengan cara pelaksanaan

thawaf dan macam thawaf yang berupa thawaf ifadah/thawaf rukun,

thawaf qudum, thawaf wada, dan tawaf sunnah.

4. Sa'i

Pemberian materi sa'i berkaitan dengan cara pelaksanaan sa'i

dan bacaan dalam pelaksanaan sa'i.

5. Tahallul

Pemberian materi tahallul berkaitan dengan tata cara tahallul

dan risalah doa berkaitan dengan tahallul.

6. Tayamum

Pemberian materi tayamum berkaitan dengan tata cara

pelaksanaan bertayamum.

7. Shalat Jenazah

Pemberian materi shalat jenazah berkaitan dengan tata cara

pelaksanaannya dan doa shalat jenazah.

8. Shalat Jama'

Pemberian materi shalat jama' berkaitan dengan tata cara shalat

jama' berupa jama' taqlim, jama takhir, dan jama' 'qoshor.

xliv
c. Tinjauan Umum Perjanjian

Perjanjian merupakan suatu hal yang penting dikarenakan menyangkut

kepentingan para pihak yang membuatnya berdasarkan ketentuan Pasal 1313

KUHPerdata yang menyatakan:

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Subekti juga memberikan definisi mengenai perjanjian yang diartikan sebagai

suatu peristiwa seseorang yang berjanji kepada orang lain atau dua orang itu

berjanji melaksanakan hal, dari peristiwa ini timbul suatu perikatan.22

Definisi perjanjian yang diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata menuai

adanya celah hukum berdasarkan pendapat para sarjana. Setiawan menyatakan

bahwa dalam rumusan Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan bahwa terdapat

ketidaklengkapan penormaan yang hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja.

Frasa “perbuatan” mencakup perwakilan sukarela dan perbuatan meawan

hukum. Sehingga atas dasar kelemahan tersebut, Setiawan memberikan definisi

lanjut mengenai perjanjian yang berupa:23

1. Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu perbuatan


yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum.
2. Menambahkan perkataan “atau saling mengikatkan dirinya” dalam
Pasal 1313 KUHPerdata.
3. Sehingga perumusannya menjadi “perjanjian adalah perbuatan hukum,
dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.

Hukum perjanjian memuat adanya asas-asas hukum perjanjian yang

merupakan asas-asas penting, berupa:

R. Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 1979), halaman 1.


22

R. Setiawan dalam Johanes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia
23

Modern, (Jakarta: Aditama, 2004), halaman 41.

xlv
1. Asas Itikad Baik dan Kepatutan

Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata menyatakan bahwa perjanjian

harus dilaksanakan dengan itikad baik. Kemudian dalam Pasal 1339

KUHPerdata menyatakan bahwa perjanjian tidak hanya mengikat

untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga

untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh

kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang.

Itikad baik dalam pelaksanaan perjanjian dapat diartikan

bahwa para pihak harus menafsirkan perjanjian berdasarkan keadilan

dan kepatutan. Atau dapat disimpulkan bahwa terjadi hubungan yang

erat antara ajaran itikad baik dalam pelaksanaan perjanjian dan teori

kepercayaan pada saat perjanjian terjadi.24

2. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak dapat diartikan sebagai adanya

kebebasan seluas-luasnya yang diberikan oleh peraturan perundang-

undangan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian tentang

apa saja. Hal tersebut perlu diperhatikan bahwa perjanjian itu tidak

bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan

kesusilaan.

3. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme memiliki definisi berupa suatu kontrak

yang sudah sah dan mengikat pada saat tercapai kata sepakat para

pihak, tentunya sepanjang kontrak tersebut memenuhi syarat sah yang


24
Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, (Bandung: CV Mandar Maju, 1994), halaman 67.

xlvi
diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Berlakunya asas

konsensualisme dalam hukum perjanjian memantapkan adanya asas

kebebasan berkontrak. Dimana seseorang tidak dapat dipaksa untuk

memberikan kata sepakat. Adanya paksanaan menunjukkan tidak

adanya sepakat yang mungkin dilakukan oleh pihak lain adalah untuk

memberikan pilihan kepadanya, yaitu untuk setuju mengikatkan diri

pada perjanjian yang dimaksud.25

4. Asas Pacta Sunt Servanda

Asas pacta sunt servanda disebut juga dengan asas kepastian

hukum. Hal tersebut sejalan dengan ketentuan dalam Pasal 1338 ayat

(1) KUHPerdata, yang menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang.

Menurut Herlien Budono, pacta sunt servanda diakui sebagai

aturan yang menetapkan bahwa semua perjanjian yang dibuat manusia

satu sama lain, mengingat kekuatan hukum yang terkandung di

dalamnya, yang dimaksudkan untuk dilaksanakn dan pada akhirnya

dapat dipaksanakan penataannya.26 Asas hukum ini juga menyatakan

bahwa suatu perjanjian mengakibatkan suatu kewajiban hukum dan

para pihak terikat untuk melaksanakan kesepakatan kontraktual,

dianggap sudah terberi dan tidak pernah dipertanyakan kembali.27

5. Asas Keseimbangan
25
Sophar Maru Hutagalung, Kontrak Bisnis di ASEAN, Pengaruh Sistem Hukum Common Law dan
Civil Law, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), halaman 49.
26
Herlien Budiono dalam Abdullah Salim, Perancangan Kontrak dan Memorandum of
Understanding, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), halaman 2-3.
27
Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak, Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat, Teori,
Dogmatik, dan Praktik Hukum, (Bandung: CV Mandar Maju, 2012), halaman 91.

xlvii
AB Massier dan Marjannar menyatakan hubungan asas

keseimbangan dengan perjanjian berupa adanya hubungan yang

seimbang (evenwitch, everendig) yang bermakna imbangan sebagai

contoh perluasan harus dianggap berlaku untuk masing-masing pihak

yang terikat dalam perjanjian.28 Tidak terpenuhinya keseimbangan

akan berpengaruh terhadap kekuatan yuridis perjanjian dimana dalam

terciptanya suatu perjanjian, ketidakseimbangan yang muncul

didasarkan atas perilaku para pihak sebagai konsekuensi dari susbtansi

perjanjian atau pelaksanaan perjanjian. Pencapaian keadaan seimbang

dalam konteks pengharapan masa depan yang objektuf berupaya untuk

mencegah dirugikannya satu diantara dua pihak dalam perjanjian.29

d. Tinjauan Umum Perlindungan Konsumen

Istilah konsumen pada umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir dari

produk yang diserahkan pada mereka, yaitu setiap orang yang mendapatkan

barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan

lagi.30 Sedangkan definisi dalam Pasal 1 huruf 1 Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memberikan definisi mengenai

perlindungan konsumen berupa segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum

konsumen yang lebih luas yangmana memuat asas-asas atau kaidah-kaidah

28
Muhammad Syaifuddin, Ibid., halaman 97.
29
Ibid.
30
Rosmawati, Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018),
halaman 2.

xlviii
bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan

konsumen. Hukum perlindungan konsumen diartikan sebgai keseluruhan asas-

asas atau kaidah-kaidah yang mengatur berkaitan dengan masalah antara para

pihak dalam hal hubungan perjanjian barang dan atau/ jasa konsumen dalam

kehidupan di masyarakat.31

Asas-asas yang dianut dalam perlindungan konsumen yakni diatur dalam

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

berupa:

1. Asas Manfaat

Asas manfaat diartikan bahwa dalam penerapan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada kedua

belah pihak, konsumen, dan pelaku usaha. Sehingga tidak ada satu

pihak yang kedudukannya lebih tinggi dibanding pihak lainnya

untuk masing-masing memperoleh haknya.

2. Asas Keadilan

Asas keadilan dimaksudkan agar dapat diwujudkan secara

maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan

pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan

kewajibannya secara adil.

3. Asas Keseimbangan

31
Az. Nasution, Konsumen dan Hukum: Tinjuan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada Perlindungan
Konsumen Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), halaman 72.

xlix
Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan

keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan

pemerintah.

4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan

untuk memberikan jaminan atas keamanan mereka kepada konsumen

dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau

jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha

maupun konsumen manaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

menyelenggarakan perlindungan konsumen, serta negara menjamin

adanya kepastian hukum.

Tujuan dari perlindungan konsumen diatur dalam Pasal 3 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang

menyatakan bahwa:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen


untuk melindungi diri;
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang/atau jasa;
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta aksews
untuk mendapatkan informasi;
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggungjawab dalam berusaha; dan

l
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh Menurut Peraturan Menteri Agama

Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah

dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus terhadap Pelaksanaan

Perjanjian PT Kanomas dan PT Galatama

1. Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh Menurut Peraturan Menteri

Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perjalanan

Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

b. Pembinaan Jamaah Ibadah Haji dan Umroh oleh PT Galatama

Pembinaan jamah ibadah haji dan umrah oleh PT Galatama

berdasarkan hasil penelitian dilakukan secara perseorangan atau

kelompok yang mana sejalan dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1)

Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan

Ibadah Haji Khusus. Sebagai biro perjalanan haji dan umroh, PT

Galatama melakukan tanggung jawab sebagai penyelenggara telah

memenuhi adanya perizinan beruasha sesuai dengan ketentuan Pasal 3

Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan

li
Ibadah Haji Khusus yang berupa memiliki kemampuan dan perizinan

untuk menyelenggarakan ibadah haji dan umroh sesuai izin dari

Kementerian Agama dengan Nomor Registrasi D/733 Tahun 2013.

Pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh PT Galatama

berdasarkan hasil observasi dilakukan melalui tahap pendaftaran. Pada

tahap pendaftaran diberlakukan adanya pengaturan mengenai

penyerahan salinan dokumen kependudukan yang meliputi Kartu Tanda

Penduduk, Kartu Identitas Anak, Akta Kelahiran atau dokumen lainnya

yang sah sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri Agama

Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah

Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus. Setelah calon jamaah

melakukan setoran BPIU kepada rekening penampung biro perjalanan

haji dan umroh (PT Galatama) yang disesuaikan dengan besaran paket

ibadah yang diterapkan oleh PT Galatama secara bertahap.

Berkaitan dengan pembinaan terhadap ibadah haji khusus dalam

tahap pendaftaran dilakukan sepanjang tahun setiap hari kerja dengan

sistem antrean yang diberlakukan oleh PT Galatama. Adapun dalam hal

ini sesuai dengan amanat dari Pasal 12 ayat (2) Peraturan Menteri

Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perjalanan

Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dilakukan

melalui sistem SISKOHAT. Adapun dalam ketentuannya sebagaimana

berikut:32

32
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lii
1) Persyaratan Pendaftaran Haji

a) Beragama Islam;

b) Berusia minimal 12 tahun pada saat pendaftaran;

c) Bagi yang sudah haji, bisa mendaftarkan kembali

setelah 10 (sepuluh) tahun keberangkatan haji terakhir;

d) Fotocopy KTP yang masih berlaku sesuai dengan

domisili 3 lembar;

e) Fotocopy Akte Kelahiran atau Kutipan Akta Nikah;

f) Pas foto terbaru berwarna 3x4 (12 lembar) dan 4x6 (2

lembar) dengan latar belakang putih dengan ketentuan

tampak wajah 80%, warna baju/kerudung harus kontras

dengan latar belakang, tidak memakai pakaian dinas,

tidak memakai kacamata, dan bagi calon jemaah haji

wanita wajib menggunakan busana muslimah.

2) Prosedur Pendaftaran Haji

a) Bank Penerima Setoran BPIH (BPS-BPIH)

Calon jamaah diwajibkan untuk datang ke Bank

Penerima Setoran (BPS) Syari'ah untuk membuka

rekening tabungan haji dengan setoran minimal sebesar

Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dengan

persyaratan berupa membawa data/identitas pribadi

berupa KTP, KK, Akte Nikah/Akte Lahir dan

membuka rekening tabungan haji; meminta untuk

liii
diterbitkan nomor validasi oleh bank; masa berlaku

nomor validasi 5 (lima) hari kerja terhitung setelah

menerima dari bank; dan membawa pas foto berwaena

3x4 sebanyak 5 lembar dan 4x6 sebanyak 1 lembar

dengan latar belakang putih dan 80% tampak wajah.

Kemudian BPS akan menerbitkan bukti setoran awal

BPIH sebanyak 5 lembar dengan rincian lembar

pertama bermaterai Rp 6.000,00 (enam ribu ripiah)

untuk calon jemaah haji, lembar kedua untuk BPS

BPIH, lembar ketiga untuk Kantor Kementerian Agama

Kota, lembar keempat untuk Kantor Wilayah

Kementerian Agama Provinsi, dan lembar kelima untuk

Direktorat Jenderal PHU Kementerian Agama RI.

b) SISKOHAT

Melalui SISKOHAT, jemaah yang bersangkutan

akan masuk ke ruangan SISKOHAT untuk

melaksanakan proses wawancara kemudian akan

dilakukan entry nomor validasi dari bank, pengambilan

foto dan rekam sidik jari untuk mendapatkan nomor

porsi haji. Setelah itu akan dicetak berkas SPPH

sejumlah 5 lembar.

c) Proses Pendaftaran Haji Selesai

liv
Calon jamaah akan mendapatkan lembar kesatu

berkas SPPH yang di dalamnya tertera nomor porsi

yang telah ditandatangani dan digubuhi stempel dinas

oleh petugas Kantor Kementerian Agama Kota

Semarang dan masing-masing diberi pas foto 4x4.

Lembar kedua dan kelima akan disimpah di Kantor

Kementerian Agama Kota Semarang sementara itu

calon jamaah menunggu pemanggilan pelunasan BPIH

sesuai dengan waiting list. Adapun besara pelunasan

menunggu dikeluarkannya Peraturan Preside tentang

pelunasan BPIH sesuai dengan nomor porsi calon

jamaah yang diberangkatkan pada tahun tersebut.

Selain berkaitan dengan pembinaan dalam bentuk kemudahan

pendaftaran, bentuk pembinaan pada calon jamaah haji dilakukan

dengan cara pengarahan berupa pemberian manasik haji serta

diberikannya agenda kajian-kajian rutin berkaitan dengan haji dan

umroh oleh PT Galatama. Pembinaan terhadap calon jamaah haji

dilakukan mulai dari 6 (enam) bulan sebelum keberangkatan untuk

dilaksanakan manasik haji sebanyak 5 (lima) kali. Berkaitan dengan

kajian yang diberikan oleh PT Galatama diberikan berupa materi kajian

pengingatan tentang perjalanan ibadah haji serta penguatan dan

pemantapan manasik haji.33

33
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lv
Berkaitan dengan porsi dari jamaah yang diberangkatkan oleh

PT Galatama mengacu pada porsi jamaah yang dikeluarkan oleh

Kementerian Agama pada saat tahun keberangkatan. Berdasarkan

pemaparan, Kementerian Agama akan memberikan porsi tiap-tiap biro

sebagai biro perjalanan haji dan umroh yang telah terdaftar dalam kurun

waktu 6 (enam) bulan sebelum keberangkatan calon jamaah haji yang

didasarkan pada kuota yang diberikan oleh Kerajaan Arab Saudi

terhadap Indonesia.34 Ketentuan mengenai nomor porsi jamaah tersebut

dilakukan oleh biro perjalanan haji dan umroh berdasarkan ketentuan

dalam Pasal 16 huruf h Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021

tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan

Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus berkaitan dengan ketentuan

mengenai nomor porsi yang diberikan pada masing-masing daerah.

Berkaitan dengan tata cara pelaksanaan manasik haji dan umroh

terhadap calon jamaah dilakukan sebanyak 5 (lima) kali. Adapun

pembinaan berupa kajian dan pengarahan diberikan oleh PT Galatama

di Hotel Pandanaran sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan baik

itu untuk pelaksanaan penyampaian rundown dan pelaksanaan manasik

itu sendiri. Kemudian pihak biro perjalanan haji dan umroh yakni PT

Galatama juga memberikan adanya penyampaian program yang akan

dilaksanakan selama kegiatan haji dan umroh berkaitan dengan

kegiatan, perjalanan wisata atau ziarah, serta kegiatan di Madinah dan

34
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lvi
Makkah, serta hotel tempat penginapan. Adapun bimbingan dilakukan

dalam tahap berupa:35

1) Bimbingan manasik haji dan umroh ketika di Indonesia

sebelum keberangkatan

2) Pengarahan ketika di bandara

3) Pengarahan ketika di konter imigrasi

4) Pembinaan ketika di Madinah dan Makkah

5) Pembinaan berkaitan dengan pelaksanaan shalat 5 (lima)

waktu

6) Pembinaan ketika Qiyamul Lail

7) Pembinaan waktu Dhuha

8) Pembinaan ketika ziarah

9) Pembinaan umroh

c. Pelayanan Jamaah Ibadah Haji dan Umroh oleh PT Galatama

Pelayanan yang diberikan oleh PT Galatama selaku biro

perjalanan haji dan umroh sesuai dengan standarisasi yang diberikan

oleh Kementerian Agama melalui Lembaga Sertifikasi yang sudah

diberikan. Terhadap semua biro perjalanan haji dan umroh termasuk PT

Galatama sebagai penyelenggara ibadah haji dan umroh terdapat aturan

dari Kementerian Agama berkaitan dengan standarisasi pelayanan calon

jamaah haji dan umroh. Adapun berkaitan dengan lembaga swasta yang

ditunjuk oleh Kementerian Agama, keseluruhannya sudah terjamin


35
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lvii
oelayanannya ketika akan dilaksanakan ibadah haji dan umroh,

pelayanan ketika ziarah, pelayanan mengatasi permasalahan di hotel

baik di perjalanan maupun ketika perjalanan ibadah haji dan umroh.36

Berkaitan dengan transportasi yang diberikan disesuaikan

terhadap paket yang ada. Masing-masing paket dari ibadah haji dan

umroh terdapat perbedaan berkaitan dengan transportasi yang diberikan.

Biaya haji sendiri pada tahun 2022 atau 1443H dikenakan biaya dalam

kurun waktu 26 (dua puluh enam) hari untuk paket Quad sebesar

$22.600 dan untuk paket Double $24.100 untuk klasifikasi

mendapatkan hotel Mövenpick Hajar Makkah untuk di Makkah, Hotel

Anwar Al Madinah Mövenpick untuk di Madinah, dan diberikan

apartement transit. Biaya umroh sendiri untuk keberangkatan tahun

2022 berupa paket Quard dengan biaya Rp 43.500.000,00 (empat puluh

tiga juta lima ratus ribu rupiah); untuk paket Triple sebesar Rp

44.500.000,00 (empat puluh empat juta lima ratus ribu ripiah); serta

untuk paket Double sebesar Rp 47.500.000,00 (empat puluh tujuh juta

lima ratus ribu rupiah) dengan fasilitas yang diterima berupa:37

1) Hotel di Madinah, Millennium Al Aqeeq atau setaraf

2) Hotel di Makkah, Royal Dar Al Eiman atau setaraf

3) Pesawat menggunakan Garuda Indonesia

4) Tiket pesawat Semarang-Jakarta Pulang-Pergi (PP)

5) Tiket Pesawat Internasional Pulang-Pergi (PP)


36
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.
37
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lviii
6) Visa Umroh

7) Transportasi Bus 2022

8) Muthowif

9) Asuransi

10) Makan sehari 3 (tiga) kali

11) Handling dan perlengkapan

12) Zam-zam 5 (lima) liter

Pelayanan transportasi yang diberikan oleh PT Galatama selaku

biro perjalanan haji dan umroh sebagaimana dijelaskan di atas

dilakukan sesuai dengan paket yang ada. Sehingga masing-masing

paket terdapat perbedaan berkaitan dengan transportasi yang diberikan

baik domestik maupun internasional. Akan tetapi, PT Galatama sendiri

berupaya untuk selalu memberikan pelayanan yang prima berupa

penerbanan yang membuat nyaman jamaah dengan penerbangan

Garuda Indonesia sebagai maskapai dikarenakan apabila menggunakan

maskapai Garuda Indonesia tidak memerlukan transit (baik terhadap

paket hemat maupun VIP). Pembedaan paket dikenakan terhadap hotel

yang diberikan baik di Makkah maupun di Madinah. Terhadap paket

VIP diberikan hotel bintang 5 (lima) sementara paket hemat diberikan

hotel bintang 4 (empat) atau 3 (tiga) yang paling dekat berupa jarak

paling jauh 400 (empat ratus) hingga 500 (lima ratus) meter.38

38
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lix
Berkaitan dengan pembagian kamar disesuaikan melalui paket

yang dipilih jamaah berupa Quote, Double, dan Triple dengan harga

yang menyesuaikan tarif tiap paket. Jamaah dapat melakukan request

apabila menginginkan private room untuk diisi 2 (dua) orang jamaah

saja. Harga private room tentunya lebih mahal dibandingkan untuk

basic room yang diisi oleh 4 (empat) orang jamaah. 39 Hal tersebut

merupakan salah satu laporan yang wajib dilakukan oleh PT Galatama

melalui SISKOPATUH sesuai dengan ketentuan Pasal 46 ayat (1) huruf

h Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan

Ibadah Haji Khusus.

Selain itu berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh PT

Galatama, jamaah haji dan umroh didampingi oleh petugas yang

memiliki pengalaman profesional dan memiliki sertifikat oleh lembaga

sertifikasi. Pada tiap keberangkatan haji dan umroh terdapat 2 (dua)

pembimbing dari Indonesia dan dari Arab Saudi. Pembimbing ibadah

haji dan umrah dilaksanakan oleh PT Galatama sebagai bentuk

pelayanan terhadap jamaah berdasarkan ketentuan Pasal 37 Peraturan

Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.

Adapun dalam standarnya, biro perjalanan haji dan umroh diwajibkan

untuk memberangkatkan 1 (satu) orang pembimbing terhadap 45

39
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lx
(empat puluh lima) jamaah berdasarkan Pasal 37 ayat (1) Peraturan

Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.

Selanjutnya berkaitan dengan pelayanan dalam hal administrasi

dilakukan ketentuan berupa:40

1) Ketika pendaftaran jamaah harus membayar uang muka

minimal Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), untuk

pelunasan maksimal 1 (satu) bulan) sebelum keberangkatan.

Harga tersebut menyesuaikan dengan naik turunnya kurs

dollar.

2) Paspor dan vaksin harus lengkap.

Berkaitan dengan kelengkapan di atas merupakan syarat yang

diterapkan dalam Pasal 46 ayat (1) Peraturan Menteri Agama Nomor 6

Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan

Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus yang merupakan pelaporan wajib

yang harus dilakukan oleh PT Galatama terhadap Kementerian Agama.

Berkaitan dengan dokumentasi dalam aspek pelayanan dari PT

Galatama, dimana biro perjalanan haji dan umroh memiliki kewajiban

untuk mendokumentasikan semua perjalanan selama ibadah

berlangsung yang nantinya berupa output foto dan video jamaah. 41

Pelayanan dalam hal pembuatan visa akan dilakukan oleh PT Galatama

40
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.
41
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lxi
ketika jamaah sudah melunasi pembayaran haji atau umroh. Syarat

pengurusan visa berkenaan juga dengan adanya tiket pesawat yang telah

dilakukan booking serta adanya tanda bukti hotel yang sudah

terbayarkan. Visa tersebut dibuat di Keduataan Besar Arab Saudi

melalui PT Kanomas.42

d. Pelindungan Jamaah Ibadah Haji dan Umroh oleh PT Galatama

Pelindungan yang diberikan oleh PT Galatama terutama untuk

jaminan kesehatan baik jamaah haji dan umroh diberikan adanya

prosedur kesehatan berupa pemberian vaksin meningitis dan influenza

serta diinformasikan terhadap calon jamaah yang memiliki riwayat

penyakit komorbid atau penyakit bawaan lain untuk melakukan check

up sebelum keberangkatan. Berkaitan dengan penyediaan fasilitas

layanan kesehatan, PT Galatama juga bekerjasama dengan Rumah Sakit

Negeri berupa Rumah Sakit Malik Farhad di Arab Sudi berkaitan

dengan kondisi jamaah yang sakit ketika menjalankan ibadah serta

adanya pelindungan kesehatan berupa jamaah yang memerlukan rawat

jalan dan penanganan khusus di rumah sakit tanpa adanya pemungutan

biaya tambahan.43

PT Galatama selaku biro perjalanan haji dan umroh juga

memberikan pelindungan berupa asuransi terhadap jamaah yang telah

mengkomodir semua biaya perjalanan, kesehatan, dan bagasi. Asuransi

yang digunakan oleh PT Galatama berupa Asuransi Bumida Syariah


42
Mirfad, Wawancara, Direktur Utama PT Kanomas, 14 November 2022.
43
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lxii
yang sudah mengakomodir asuransi berupa perjalanan, kesehatan,

bagasi hingga apabila jamaah meninggal dunia ketika pelaksanaan

ibadah di tanah suci. 44


Pemberian asuransi tersebut merupakan

kewajiban dari PT Galatama selaku biro perjalanan haji dan umroh

berdasarkan amanat dari Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Agama

Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah

Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus berkenaan dengan

pendaftaran asuransi jamaah yang wajib dilaporkan kepada

Kementerian Agama.

Pelindungan berkaitan dengan pengurusan dokumen sakit atau

meninggal diberikan oleh PT Galatama berupa Passport yang berlaku

selama 10 (sepuluh) tahun, Visa yang berlaku selama 3 (tiga) bulan,

serta perpanjang waktu tinggal apabila jamaah sakit melalui pengurusan

oleh PT Kanomas.45 Berkaitan dengan pemberian kartu tanda pengenal

dilakukan oleh PT Galatama melalui sistem SIKOPATUH (sistem

komputerisasi umroh dan haji) yang dikeluarkan oleh Kementerian

Agama. Ketika jamaah hendak berangkat maka akan secara otomatis

masuk dalam sistem SIKOPATUH yang nantinya akan dikeluarkan

adanya ID Card sebagai pengganti Passport. 46

44
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.
45
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.
46
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lxiii
e. Pelaksanaan Perjanjian PT Kanomas dan PT Galatama Berdasarkan

Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan

Ibadah Haji Khusus

Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional

dan menjadi tanggung jawab pemerintah di bawah koordinasi melalui

Kementerian Agama. Berkaitan dengan bisnsi biro perjalanan haji dan

umroh di Indonesia, negara memberikan perlindungan kepada masyarakat

dengan berusaha memberikan hak-hak yang bisa didapatkan oleh warga

negara, sehingga tidak ada hak-hak yang merasa dihilangkan. Pemerintah

mengupayakan adanya penyelenggaraan ibadah haji dan umroh melalui

Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus yang

berupa upaya pencegahan (prohibited) dengan memberikan aturan

pelayanan terhadap jamaah oleh biro perjalanan haji dan umroh yang

ditujukan agar dapat melindungi jamaah haji dan umroh dari penipuan yang

mengatasnamakan biro perjalanan haji dan umroh.

Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah

Haji Khusus turut mencabut Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun

2018 yang dalam peraturan ini terdapat sebuah sistem yang dibangun untuk

menguatkan pengawasan yang sangat berguna sebagai bentuk perlindungan

terhadap konsumen. Pengawasan tersebut dilakukan dengan intensif kepada

lxiv
seluruh pihak, baik itu jemaah, pihak travel dan penyelenggara ibadah

umrah dan haji. Ada beberapa catatan dalam PMA sebelumnya yang

kemudian dengan sigap direspon oleh Pemerintah melalui Kementerian

Agama. Pertama adalah tentang biaya ibadah umrah (BPIU) referensi, yaitu

biaya rujukan dalam penyelenggaraan ibadah umrah. BPIU referensi ini

ditetapkan oleh menteri agama secara berkala. Jika biro perjalanan haji dan

umroh menetapkan BPIU dibawah BPIU Referensi, biro perjalanan haji dan

umroh tersebut wajib melaporkan secara tertulis kepada pemerintah yakni

Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah. Selain itu, PMA tersebut

juga mengatur kewajiban biro perjalanan haji dan umroh untuk

memberangkatkan jamaah umrah paling lambat 6 bulan setelah jemaah

mendaftar sebagai jemaah umrah.47 Hal tersebut terintegrasi dengan

kewajiban biro perjalanan haji dan umroh untuk melaporkan jemaah yang

telah terdaftar, sebelum keberangkatan dan setelah kedatangan kepada

Direktorat Jenderal penyelenggaraan ibadah haji dan umrah melalui sitem

pelaporan elektronik. Hal ini sejalan dengan pengaturan dalam Pasal 16

Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus. Sistem

yang dimaksud adalah SIPATUH yang dibangun berbasis elektronik untuk

memberikan pelayanan dalam sebuah sistem yang terintegrasi. SIPATUH

dikembangkan dalam rangka memperkuat pengawasan penyelenggaraan

47
Sihabuddin Mukhlis, "Perlindungan Hukum Jamaah Umrah dalam Penyelenggaraan Ibadah
Umrah", Jurnal Al-Syariah, Volume 20, Nomor 1, Tahun 2018, halaman 56.

lxv
umrah di Indonesia dan perluasan cakupan pengawasan sejak pendaftaran

sampai kepulangan. Sistem ini memuat sejumlah informasi, di antaranya:

a. Pendaftaran jemaah umroh;

b. Paket perjalanan yang ditawarkan biro perjalanan haji dan umroh;

c. Harga paket;

d. Pemantauan penyediaan tiket yang terintegrasi dengan maskapai

penerbangan; dan

e. Pemantauan akomodasi yang terintegrasi dengan sistem

Muassasah (Badan atau Yayasan Haji Makkah) di Arab Saudi.

Selain itu, Sipatuh juga memuat alur pemesanan visa yang

terintegrasi dengan Kedutaan Besar Saudi Arabia, validasi identitas jemaah

yang terintegrasi dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil serta

pemantauan keberangkatan dan kepulangan yang terintegrasi dengan

Imigrasi. Melalui SIPATUH, jamaah akan memperoleh nomor registrasi

pendaftaran sebagai bukti proses pendaftaran yang dilakukan sesuai

peraturan. Artinya, proses akhir pendaftaran adalah keluarnya nomor

registrasi umrah (sejenis nomor porsi dalam pendaftaran ibadah haji).

Dengan nomor registrasi ini, jamaah dapat memantau proses persiapan

keberangkatan yang dilakukan oleh biro perjalanan haji dan umroh, mulai

dari pengadaan tiket, pemesanan akomodasi, hingga penerbitan visa.

Melalui sistem ini jemaah dapat memonitor seluruh proses pengurusan

perjalanan ibadah umrah sejak pendaftaran hingga kembali ke tanah air.

lxvi
Aplikasi SIPATUH menurut Kementerian Agama telah dirilis pada

pertengahan April 2018. Semua penyelenggara perjalanan ibadah umrah

wajib untuk mendaftar ke sistem aplikasi tersebut. Jika ada biro perjalanan

yang tidak mendaftar akan dikenai sanksi. Proses pendaftaran dilakukan

oleh pimpinan biro perjalanan umrah dengan cara mengambil user ID dan

password di Subdit Pemantauan dan Pengawasan Umrah dan Haji Khusus

Kementerian Agama Republik Indonesia. Pengambilan user ID dan

password sudah dibuka sejak 27 Maret 2018 sampai dengan 10 April 2018.

Hingga saat ini, baru tercatat 68 (enam puluh delapan) biro perjalanan

ibadah umrah dan haji khusus yang sudah mengambil user ID dan

password.48

Kedudukan hukum antara PT Galatama dengan PT Kanomas dimana

PT Galatama merupakan suatu perusahaan biro perjalanan haji dan umroh

yang memiliki kemampuan dan perizinan untuk menyelenggarakan

perjalanan ibadah haji dan umroh sesuai izin dari Kementerian Agama

dengan Nomor: D/733 Tahun 2013. Sementara PT Kanomas merupakan

suatu perusahaan perjalanan ibadah haji dan umroh yang memiliki

kemampuan dan perizinan untuk menyelenggarakan perjalanan ibadah haji

dan umroh sesuai izin dari Kementerian Agama dengan Nomor: 173 Tahun

2015. PT Galatama merupakan pihak yang melakukan pengambilan atau

pembelian tiket, Visa, hotel, dan handling dalam penyelenggaraan ibadah

haji dan umrah dari PT Kanomas.

48
A. Muchaddam Fahham, Penyelenggaraan Ibadan Umrah: Akar Masalah dan Penanganannya,
(Jakarta: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, 2018), halaman 17.

lxvii
Sistem kerjasama yang diterapkan antara PT Galatama dengan PT

Kanomas diatur bahwa dalam hal ini PT Galatama dilarang untuk

melakukan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah dalam hal pengerjaan

tiket, visa, dan handling selain dengan PT Kanomas. Berkaitan dengan

kewenangan terhadap calon jamaah dilakukan oleh PT Galatama kepada

customer (calon jamaah) sehubungan dengan penyelenggaraan dan/atau

tour. Dengan kata lain, dalam hal terdapat kelalaian, gugatan, tuntutan,

kerugian, dan lain sebagainya maka berdasarkan perjanjian menjadi

tanggung jawab PT Galatama sepenuhnya terhadap jamaah ibadah haji dan

umroh.

Berkaitan dengan penyelenggaran ibadah haji dan umrah antara PT

Galatama dengan PT Kanomas berdasarkan penelitian telah memenuhi

adanya syarat subjektif perjanjian yang tercantum dalam Pasal 1320

KUHPerdata mengenai kesepakatan untuk mengikat diri yang dibuktikan

dengan ditandatanganinya surat perjanjian kerjasama antara kedua belah

pihak di dalam perjanjian dan cakap untuk membuat suatu perjanjian yang

dapat dibuktikan dengan keadaan sehat pikiran para pihak serta tidak sedang

berada dibawah pengampuan seseorang dan telah memenuhi syarat objektif

perjanjian yang tercantum dalam Pasal 1320 KUHP ayat 3 dan 4 dibuktikan

dengan suatu hal tertentu yaitu adanya objek perjanjian yang jelas berupa

pelayanan jasa umroh kepada jamaah.

Bahwa dalam proses perjanjian penyelenggaraan ibadah umroh telah

sesuai dengan asas konsensualisme yang diatur dalam Pasal 1320 ayat (1)

lxviii
KUHPerdata yang dalam perjanjian penyelenggaraan ibadah umroh

dibuktikan dengan adanya kesepakatan yang terjadi antara kedua belah

pihak berupa ditandatanganinya kerjasama penyelenggaraan haji dan umrah

yang berisi point-point bagaimana pelaksanaan kerjasama tersebut

dilaksanakan. Lebih lanjut lagi, dalam kerjasama antara PT Galatama

dengan PT Kanomas telah sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang

diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang dalam perjanjian

penyelenggaraan ibadah umroh dan haji dibuktikan dengan para pihak yang

bersangkutan bebas untuk memilih siapa saja yang melakukan perjanjian

tersebut. Serta telah memenuhi asas kepribadian/personality yang

ditegaskan dalam Pasal 1315 KUHPerdata yang telah dibuktikan di dalam

perjanjian penyelenggaraan ibadah umroh PT Galatama sebagai biro

perjalanan haji dan umroh dan PT Kanomas sebagai penyedia pengambilan

atau pembelian Tiket, Visa, Hotel, dan Handling terhadap calon jamaah

umroh. Sehingga dalam hal ini proses perjanjian penyelenggaraan ibadah

haji dan umroh telah sesuai dengan asas konsensualisme, kebebasan

berkontrak, dan personality.

Bahwa dalam proses perjanjian penyelenggaraan ibadah umroh akan

menimbulkan sebuah akibat yang dapat menyebabkan munculnya hak dan

kewajiban para pihak. Akibat dari adanya perjanjian yang sah yakni bersifat

mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang

membuatnya sebagaimana tercantum dalam asas Pacta Sunt Servanda yang

telah diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Maksud dari kata

lxix
“berlaku sebagai undangundang” ialah bahwa antara kedua belah pihak

telah terikat satu dengan yang lain. Sehingga dapat dibuktikan dalam hal ini

PT Galatama dan PT Kanomas telah membuat aturan atau undang-undang

yang bertujuan untuk ditaati masing-masing pihak dan bersifat mengikat.

Akibat perjanjian yang ditimbulkan dari adanya perjanjian

penyelenggaraan ibadah haji dan umroh telah sesuai dengan Pasal 1338 ayat

(2) KUHPerdata, dalam perjanjian penyelenggaraan ibadah haji dan umroh

dapat dibuktikan dengan segala ketentuan yang telah disepakati oleh calon

jamaah umroh dengan biro umroh di dalam perjanjian harus dijalankan

sampai berakhirnya batas waktu perjanjian sebab telah diatur dalam undang-

undang mengenai penyelesaian perjanjian antara PT Galatama dengan calon

jamaah.

Serta akibat perjanjian dari adanya perjanjian penyelenggaraan

ibadah umroh telah sesuai dengan asas itikad baik yang tercantum di dalam

Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang menegaskan bahwa suatu perjanjian

harus dilaksanakan dengan itikad baik. Bahwa dalam perjanjian

penyelenggaraan ibadah umroh dibuktikan dengan para pihak dalam

melaksanakan perjanjian umroh sesuai dengan norma kepatutan dan norma

keadilan yaitu antara PT Galatama dengan PT Kanomas tidak melakukan

hal-hal yang tidak patut di dalam perjanjian dan dalam melaksanakan hak

dan kewajiban masing-masing pihak dilaksanakan secara adil. Sehingga

dengan dipenuhinya Pasal 1338 ayat (1), (2), dan (3) KUHPerdata

sebagaimana telah sesuai dengan asas kepastian hukum (Pacta Sunt

lxx
Servand) dan asas itikad baik (Good Faith) dalam perjanjian

penyelenggaraan ibadah umroh yang diselenggarakan oleh PT Galatama

dengan PT Kanomas telah bersifat mengikat kedua belah pihak. Lebih lanjut

lagi, dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing pihak tidak

ada yang menyimpang dari aturan undang-undang ataupun norma kepatutan

dan keadilan.

f. Akibat Hukum Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya Keputusan Menteri

Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021

Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh terhadap Pelaksanaan

Perjanjian PT Kanomas dan PT Galatama

1. Sebelum Diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660

Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021 terhadap

Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh

a. Pembinaan Jamaah Ibadah Haji dan Umroh oleh PT Galatama

Pelaksanaan pembinaan jamaah ibadah haji dan umrah sebelum

diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021

tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021 terhadap Kegiatan Perjalanan

Haji dan Umroh mengacu pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019

tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (saat ini masih berlaku) dan

Umrah serta Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah (selanjutnya tidak berlaku

akibat diundangkannya Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021

tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan

lxxi
Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus). Pembinaan calon jamaah

merupakan tanggung jawab dari Menteri Agama dalam hal pembinaan

ibadah calon jamaah serta pembinaan terhadap kesehatan jamaah

sebelum, selama, dan setelah melaksanakan ibadah berdasarkan

ketentuan dalam Pasal 32 ayat (1) dan (2). Pembinaan juga dilakukan

berupa pemberian manasik haji terhadap ibadah haji dan pemberian

standar kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 8

Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.

b. Pelayanan Jamaah Ibadah Haji dan Umroh oleh PT Galatama

Pelayanan jamaah ibadah haji dan umroh oleh PT Galatama

berbentuk adanya pelayanan kesehatan, pelayanan transportasi,

pelayanan akomodasi, dan penyediaan konsumsi yang mengacu pada

Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah berikut:

1) Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh PT

Galatama sebelumnya dilakukan berupa penyelenggaraan

urusan kesehatan yang menjadi standar organisasi kesehatan

yang berupa:

a) penyediaan petugas kesehatan;

b) penyediaan obat-obatan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

lxxii
c) pemeriksaan kondisi kesehatan awal jamaah sebelum

keberangkatan;

d) pengurusan bagi jamaah yang sakit selama diperjalanan

dan di Arab Saudi;

e) pengurusan jemaah yang meninggal dunia; dan

f) bimbingan kesehatan jamaah diberikan sebelum

pemberangkatan ke dan Arab Saudi dan selama di Arab

Saudi.

2) Pelayanan Transportasi

Pelayanan transportasi jamaah dilaksanakan oleh PT

Galatama berupa pelayanan pemberangkatan ke dan dari

Arab Saudi dan selama di Arab Saudi. Pemberangkatan ke

dan dari Arab Saudi dilaksanakan oleh PT Galamata sesuai

dengan jadwal yang tertera dalam perjanjian yang telah

disepakati dengan calon jamaah. Jadwal pemberangkatan ke

dan dari Arab Saudi tersebut dibuktikan dengan adanya tiket

pesawat ke dan dari Arab Saudi. Adapun berkaitan dengan

transportasi udara, dilakukan dengan ketentuan maksimal 1

(satu) kali transit dan maksimal 2 (dua) maskapai

penerbangan. Sedangkan transportasi darat selama berada di

Arab Saudi harus menggunakan kendaraan yang layak dan

nyaman berupa usia bus paling lama 5 (lima) tahun; kapasitas

bus paling banyak 50 (lima puluh) kursi tiap bus; dan

lxxiii
memiliki AC, sabuk pengaman, tombol manual darurat

pembuka pintu, alat pemecah kaca, alat pemadam kebakaran,

bagasi yang terletak di bawah, ban cadangan atau ban anti

bocor, kotak pertolongan pertama pada kecelakaan lengkap

dengan obat-obatan, pengeras suara, toilet, dan kulkas

seluruhnya dalam kondisi baik dan berfungsi.

3) Pelayanan Akomodasi

Pelayanan akomodasi mewajibkan PT Galatama

untuk menempatkan jamaah paling jauh 1.000 (seribu) meter

dari Masjidil Haram di Makkah dan di alam wilayah

Markaziyah di Madinah pada hotel paling rendah bintang 3

(tiga). Berkaitan dengan kamar hotel, dalam ketentuan PMA

8 Tahun 2018 mengamanatkan bahwa setiap kamar diisi

paling banyak 4 (empat) orang.

4) Penyediaan Konsumsi

Pelayanan konsumi oleh PT Galatama diberikan

sebelum berangkat, dalam perjalanan, dan selama di Arab

Saudi. Konsumsi selama di Arab Saudi wajib memenuhi

pesyaratan berupa pelayanan dengan sistem penyajian secara

prasmanan sebanyak 3 (tiga) kali sehari, beberapa pilihan

menu termasuk menu Indonesia, dan segala bentuk konsumsi

lxxiv
yang disajikan harus memenuhi standar higienitas dan

kesehatan.

c. Pelindungan Jamaah Ibadah Haji dan Umroh oleh PT Galatama

Pelindungan jamaah dilakukan oleh PT Galatama berupa

asuransi jiwa, kesehatan, dan kecelakaan; pengurusan dokumen jamaah

yang hilang selama perjalanan ibadah; dan pengurusan jamaah yang

terpisah dan/atau hilang selama dalam perjalanan dan di Arab Saudi.

Besaran pertanggungan asuransi atua nilai manfaat sesuai dengan

ketentuan dalam asuransi perjalanan yang ditetapkan oleh masing-

masing biro. Adapun dalam hal pendampingan, terdapat kewajiban

berupa penyediaan paling sedikit 1 (satu) petugas untuk mendampingi

jamaah dan petugas kesehatan. Selain itu terdapat kewajiban dimana

biro wajib menyediakan kartu tanda pengenal yang memuat paling

sedikit nama jamaah, nomor paspor, nama biro, penanggung jawab dan

nomor kontak di Arab Saudi, nama muassasah, serta nama dan alamat

hotel tinggal.

d. Setelah Diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660

Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap

Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh

a. Pembinaan Jamaah Ibadah Haji dan Umroh oleh PT Galatama

Pembinaan secara nyata yang diberikan oleh PT Galatama

akibat diberlakukannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun

2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan

lxxv
Perjalanan Haji dan Umroh dilakukan berdasarkan status jamaah haji

berikut:

1) Jamaah Haji Reguler

PT Galatama memberikan informasi kepada calon

jamaah haji reguler yang telah melunasi BIPIH pada tahap

kesatu dan tahap kedua dalam penyelenggaraan ibadah haji

Tahun 1441 H atau 2020 M menjadi jamaah haji pada

penyelenggaraan ibadah haji tahun 1443 H atau 2020 M

dengan pemberian ketentuan selama kuota haji tersedia.

Berkaitan dengan jamaah haji yang telah melunasi BIPIH

pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 1441 H atau 2020

M dan meminta pengembalian setoran lunas BIPIH menjadi

prioritas berhak melunasi BIPIH pada penyelenggaraan

ibadah haji tahun 1443 H atua 2022 M. Kemudian dalam

hal jamaah haji cadangan yang telah melunasi BIPIH pada

penyelenggaraan ibadah haji tahun 1441 H atau 2022 M

tetap diposisikan sebagai cadangan yang pengisiannya

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Jamaah Haji Khusus

Terhadap jamaah haji khusus, PT Galatama

menginformasikan terhadap jamaah haji yang telah

melunasi BIPIH pada tahap kesatu dan tahap kedua untuk

lxxvi
penyelenggaraan ibadah haji tahun 1441 H atau 2020 M

menjadi jamaah haji pada penyelenggaraan ibadah haji

tahun 1443 H atau 2020 M sepanjang kuota haji tersedua.

Terhadap jamaah haji yang telah melunasi BIPIH pada

penyelenggaraan ibadah haji tahun 1441 H atau 2020 M dan

meminta pengembalian setoran lunas bIPIH menjadi

prioritas berhak melunasi BIPIH pada penyelenggaraan

ibadah haji tahun 1443 H atau 2020 M. Kemudian terhadap

jamaah haji cadangan yang telah melunasi BIPIH pada

penyelenggaraan ibadah haji tahun 1441 H atau 2020 M

tetap sebagai cadangan yang pengisiannya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembinaan jamah ibadah haji dan umroh akibat adanya

penghentian semantara akibat Covid-19 diberlakukan adanya

persyaratan jemaah dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 1332

Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah

Umrah pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 yang berupa

persyaratan-persyaratan berikut:

3. Persyaratan Umum

c. Jamaah dapat diberangkatkan pada masa pandemi

Covid-19 setelah memenuhi kriteria persyaratan yang

ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah

Arab Saudi.

lxxvii
d. Jamaah menandatangani surat pernyataan tidak akan

menuntut pihak lain atas risiko yang timbul akibat

Covid-19 sesuai dengan format di bawah ini:

Gambar 1 Surat Pernyataan

4. Persyaratan Khusus

d. Jamaah memiliki bukti bebas Covid-19 berupa bukti

hasil Polymase Chain Reaction (PCR/Swab) yang

pelaksanaan tesnya tidak melebihi dari 72 (tujuh puluh

dua) jam sebelum keberangkatan dan tedaftar pada

lxxviii
laboratorium yang terfasilitasi dengan sistem Big Data

NAR (New All Record).

e. Jamaah telah menerima vaksinasi Covid-19 secara

lengkap yang dibuktikan melalui sertifikat vaksin dan

terdaftar pada aplikasi resmi pemerintah.

f. Dalam hal terdapat ketentuan lain mengenai vaksin

maka akan mengikuti ketentuan vaksin Pemerintah

Kerajaan Arab Saudi.

Adanya ketentuan mengenai penerapan protokol kesehatan

menjadi hal yang wajib dalam pelaksanaan ibadah haji dan umroh

ketika pandemi Covid-19. Adapun protokol kesehatan yang diterapkan

berupa:

5. Pelayanan kepada jamaah selama di dalam negeri mengikuti

ketentuan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh

pemerintah Indonesia.

6. Protokol kesehatan selama di dalam pesawat terbang

mengikuti ketentuan protokol kesehatan penerbangan yang

berlaku.

7. Pelayanan kepada jamaah selama di Arab Saudi mengikuti

ketentuan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh

pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

8. Penyedia ibadah haji dan umrah bertanggung jawab

terhadap sosialisasi dan pemantauan pelaksanaan protokol

lxxix
kesehatan jamaah selama di tanah ait, di perjalanan, dan di

Arab Saudi.

Setelah pandemi diwajibkan untuk sudah vaksin booster

sebelum berangkat, begitu juga vaksin meningitis dan juga vaksin

influenza yang diwajibkan agar menjaga kondisi jamaah. Hal tersebut

dikarenakan di Arab Saudi sendiri dengan Indonesia terdapat perbedaan

cuaca, kondisi, waktu dan juga makanan. Terhadap calon jamaah yang

memiliki riwayat penyakit komorbid atau penyakit penyakit bawaan

yang lain akan diintensifkan untuk menjaga kondisi sebelum berangkat

harus check up serta sebelum berangkat harus kontrol jaga kesehatan.

Berkaitan dengan vaksin sendiri maksimal 3 (tiga) minggu sebelum

keberangkatan jamaah harus sudah vaksin sesuai dengan prosedur yang

diterapkan.49 Sementara itu berkaitan dengan pembinaan dalam hal

bimbingan manasik haji diberlakukan pengaturan berdasarkan

Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang

Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji

dan Umroh berikut:

4. Pemerintah memberikan bimbingan manasik haji kepada

jamaah haji reguler pada penyelenggaraan ibadah haji tahun

1443 H atau 2020 M.

5. PIHK memberikan bimbingan manasik haji kepada jamaah

haji khusus pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 1443 H

49
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lxxx
atau 2020 M.

6. KIBHU memberikan bimbingan manasik haji kembali

kepada jamaah haji pada penyelenggaraan ibadah haji tahun

1443 H atau 2020 M.

b. Pelayanan Jamaah Ibadah Haji dan Umroh oleh PT Galatama

Berkaitan dengan pelayanan jamaah ibadah haji dan umroh

pasca Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang

Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji

dan Umroh diberlakukan adanya pelayanan berupa perlengkapan

jamaah haji dan petugas penyelenggara ibadah haji yang berupa:

1) Gelang identitas jamaah haji pada penyelenggaraan ibadah

haji tahun 1441 H atau 2020 M, akan digunakan untuk

keberangkatan haji pada penyelenggaraan ibadah haji

tahun 1443 H atau 2020 M.

2) Jamaah haji pada penyelenggaraan ibadah tahun 1441 H

atau 2020 M yang telah menerima buku manasik, tidak

diberikan lagi untuk keberangkatan jamaah haji pada

penyelenggaraan ibadah haji tahun 1443 H atau 2020 M.

3) Perlengkapan petugas penyelenggara ibadah haji tahun

1441 H atau 2020 M, akan digunakan untuk operasional

penyelenggaraan ibadah haji tahun 1443 H atau 2020 M.

lxxxi
Pelayanan yang diberikan oleh PT Galatama berkaitan dengan

umroh tidak terdapat ketentuan antrian. Akan tetapi terhadap calon

jamaah haji mengikuti prosedur dari Kementerian Agama dikarenakan

Kementerian Agama sendiri tunduk pada kuota yang diberikan oleh

Arab Saudi terhadap Indonesia. Ketika awal masa new noemal, syarat

jamaah berpergian umroh dan haji dikenakan ketentuan umur batasan

umroh minimal berusia 18 (delapan belas) tahun sampai 50 (lima

puluh) tahun. Akan tetapi pada akhir tahun 2022 sudah tidak lagi

diberlakukan peraturan mengenai batas umum minimal dan maksimal

tersebut. 50
Terdapat pelayanan tambahan yang diberikan oleh PT

Galatama setelah adanya masa new normal berupa pemberian masker

dan hand sanitizer.

Selain itu, dalam hal pengaturan Keputusan Menteri Agama

Republik Indonesia Nomor 1332 Tahun 2021 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah pada Masa Pandemi Corona

Virus Disease 2019 diberlakukan adanya pelayanan berikut:

4. Transportasi Udara

f. Pemberangkatan dan pemulangan jamaah melalui

bandara internasional yang ditetapkan oleh kementerian

yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang

transportasi udara.

50
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lxxxii
g. Pelayanan penerbangan bagi jamaah untuk perjalanan

dari Indonesia ke Arab Saudi pergi pulang

menggunakan penerbangan langsung.

h. Penerbangan langsung sebagaimana dimaksud di atas

terdiri atas penerbangan terjadwal atau tidak terjadwal

berdasarkan ketentuan yang berlaku.

i. Dalam hal penerbangan menggunakan penerbangan

transir, harus mendapatkan persetujuan Direktur

Jenderal.

j. Penerbangan dalam ketntuan c dan d dilaksanakan

dengan memperhatikan protokol kesehatan Covid-19.

5. Pelayanan Keberangkatan

h. Jamaah melakukan screening kesehatan sebelum

keberangkatan ke Arab Saudi.

i. Screening kesehatan dilakukan di asrama haji atau hotel

yang dikoordinasi oleh biro perjalanan haji dan umroh.

j. Pada saat screening kesehatan, jamaah melakukan

Polymase Chain Reaction (PCR) yang pelaksanaannya

paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum

keberangkatan.

k. Jamaah yang berdasarkan hasil Polymerase Chain

Reaction (PCR) dinyatakan positif, dilakukan isolasi

dan/atau rujukan sesuai gejala.

lxxxiii
l. Jamah yang hasil Polymerase Chain Reaction (PCR)

dinyatakan positif sebagaimana dimaksud huruf d

dijadwalkan ulang keberangkatannya.

m. Pelayanan transportasi dari dan ke bandara

keberangkatan internasional dilakukan dnegan

menerapkan protokol kesehatan.

n. Screening kesehatan sebelum keberangkatan

dilaksanakan berdasarkan ketentuan protokol kesehatan

pemerintah Indonesia.

6. Pelayanan Kepulangan

e. biro perjalanan haji dan umroh bertanggung jawab atas

pelaksanaan Polymerase Chain Reaction (PCR) jamaah

sebelum kembali ke Indonesia.

f. Dalam hal hasil Polymerase Chain Reaction (PCR)

jamaah dinyatakan positif, akan dilakukan karantina

sesuai dnegan ketentuan Pemerintah Kerajaan Arab

Saudi.

g. Jamaah yang hasil Polymerase Chain Reaction (PCR)

dinyatakan positif sebagaimana dimaksud pada huruf b,

dijadwalkan ulang kepulangannya.

h. Jamaah yang tiba di tanah air setelah melaksanakan

perjalanan ibadah umrah mengikuti protokol kesehatan

lxxxiv
sesuai dengan ketentuan bagi pelaku perjalanan luar

negeri yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia.

c. Pelindungan Jamaah Ibadah Haji dan Umroh oleh PT Galatama

Pelindungan jamaah berdasarkan Keputusan Menteri Agama

Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021

Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh dilakukan melalui

pengembalian dana BIPIH. Aadpun dalam hal pengajuan permohonan

pengembalian setoran pelunasan BIPIH dalam ketentuan Keputusan

Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan

Haji 2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh dilakukan

berdasarkan prosedur berupa:

1) Jamaah haji mengajukan permohonan pengembalian

setoran pelunasan BIPIH secara tertulis kepada Kantor

Kementerian Agama Kabupaten/Kota dengan

menyertakan:

a) Bukti asli lunas BIPIH yang dikeluarkan oleh Bank

Penerima Setoran (BPS) BIPIH;

b) Fotokopi buku tabungan yang masih aktif atas nama

jamaah haji dan memperlihatkan aslinya;

c) Fotokopi KTP dan memperlihatkan aslinya; dan

d) Nomor telepon yang bisa dihubungi.

2) Kepala seksi yang membidangi Penyelenggaraan Haji dan

Umrah pada Kankemenag Kab/Kota wajib melakukan

lxxxv
verifikasi dan validasi terhadap seluruh dokumen

permohonan pengembalian setoran pelunasan BIPIH yang

diajukan Jamaah Haji.

3) Kepala Seksi yang membidangi urusan Penyelenggaraan

Haji dan Umrah melakukan input data pembatalan setoran

pelunasan BIPIH pada aplikasi Sistem Informasi dan

Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) setelah hasil

verifikasi dan validasi dokumen dinyatakan lengkap dan

sah.

4) Kepala Kankemenag Kab/Kota mengajukan permohonan

pembatalan setoran pelunasan BIPIH secara tertulis dan

dikirimkan secara elektronik kepada Direktur Pelayanan

aji Dalam Negeri dengan tembusan kepada Kepala Kanwil

Kemenag Provinsi.

5) Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri menerima surat

pengajuan permohonan pembatalan setoran pelunasan

BIPIH dan melakukan konfirmasi pembatalan setoran

pelunasan Jemaah Haji pada aplikasi SISKOHAT.

6) Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri atas nama Direktur

Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah mengajukan

permohonan pengembalian setoran pelunasan BIPIH

secara tertulis kepada Badan Pengelola Keuangan Haji

(BPKH).

lxxxvi
7) BPS BIPIH setelah menerima Surat Perintah Membayar

(SPM) dari BPKH, segera melakukan transfer dana

pengembalian setoran lunas Bipih ke rekening Jemaah

Haji dan melakukan konfirmasi transfer pengembalian

setoran pelunasan pada aplikasi SISKOHAT (Alur

Pengembalian Setoran Pelunasan Bipih bagi Jemaah Haji

Reguler tercantum dalam gambar di bawah ini:

Gambar 2 Alur Pengembalian Setoran Pelunasan BIPIH bagi Jamaah Haji


Reguler

Sistem refund yang diterapkan oleh PT Galatama ketika jamaah

membatalkan perjalanan maka tetap ada dana cancelation atau dana

charge yang tergantung kapan jamaah tersebut membatalkan. Hal

tersebut dikarenakan adanya persentase dana pembatalan perihal

pembatalan keberangkatan haji dan umroh.51 Prosedur pengembalian

51
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lxxxvii
dana setoran BIPIH bagi jamaah yang mengundurkan diri atau

meninggal terdapat prosedur berupa untuk meninggal harus terdapat

surat kuasa, surat ahli waris, surat saksi sehingga Kementerian Agama

dapat memproses pengembalian atau pembatalan haji dengan syarat-

syarat tersebut.52

Kemudian untuk pengajuan pengembalian dana calon jamaah

terdapat ketentuan dimana jamaah harus membawa surat nomor porsi

yang diberikan oleh PT Galatama selaku biro perjalanan haji dan umroh

untuk nantinya diajukan pembatalan ibadah haji dan umroh yang

diserahkan kepada Kementerian Agama.53 Terdapat potongan dana dari

refund pembatalan keberangkatan calon jamaah dikarenakan terdapat

biaya yang tidak bisa dikembalikan seperti biaya yang sudah disetorkan

ke maskapai penerbangan.54

d. Akibat Hukum Pandemi Covid-19 terhadap Perjanjian Haji dan

Umroh antara PT Kanomas dengan PT Galatama

a. Implikasi Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021

tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan

Perjalanan Haji dan Umroh

Indonesia adalah negara dengan sebagian besar penduduk

beragama Islam, akibatnya dapat mendorong jumlah masyarakat

Indonesia yang akan melaksanakan ibadah Akan tetapi dua tahun

52
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.
53
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.
54
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

lxxxviii
terakhir ini pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Agama

tertekana harus membuat prosedur untuk dibatalkannya

pemberangkatan jamaah haji Indonesia agar melindungia keselamatan,

kesehatan, dan keamanan jamaah haji Indonesia dari wabah Corona

Virus Disease (Covid-19) yang dialami seluruh negara di dunia tidak

terkecuali Indonesia dan Arab Saudi.

Keputusan Menteri Agama mengenai penundaan keberangkatan

jamaah haji Indonesia yang tercantum dalam Keputusan Menteri

Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji

2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh. Penundaan

tersebut berakibat pada aspek pembinaan, perlindungan, dan pelayanan

dalam Penyelenggaraan Ibadah haji Tahun 1442 H/2021 M. Atas dasar

tersebut perlu dibentuk adanya prosedur baru untuk pelaksanana ibadah

haji dan umorh di Indonesia. Masalah tersebut merupakan suatu urgensi

demi mencapai kepastian hukum untuk jamaah haji, kamaah umroh,

petugas haji, serta pihak brio penyedia jasa ibadah haji dan umroh.

Berdasarkan konsideran dalam Keputusan Menteri Agama

Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021

Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh didasarkan atas

perundang-undangan:

1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah

Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia

lxxxix
Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3273);

2) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5063);

3) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5601);

4) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 75, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6338);

5) Peraturan Presdien Nomor 83 Tahun 2015 tentang

Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 168);

6) Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang

Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus

Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional; dan

7) Peraturan Menteri Agama Nomor 62 Tahun 2016 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1495).

xc
Adapun pada pokoknya, Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun

2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan

Perjalanan Haji dan Umroh mengatur mengenai:

1) Bahwa menunaikan Ibadah Haji wajib bagi umat Islam

yang mampu secara ekonomi dan fisik serta terjaminnya

keselamatan, keselamatan dan keamanan Jamaah Haji

selama berada di embarkasi atau debarkasi, di perjalanan,

dan di Arab Saudi;

2) Bahwa keselamatan, kesehatan, dan keamanan Jamaah Haji

sebagaimana dimaksud dalam huruf a, terancam oleh

pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) beserta varian

barunya yang menimpa hamper seluruh negara di dunia

termasuk Indonesia dan Arab Saudi;

3) Bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk menjaga dan

melindungi Warga Negara Indonesia baik di dalam maupun

di luar negeri melalui upaya penangguhan pandemi Covid-

19;

4) Bahwa dalam ajaran islam, menjaga jiwa merupakan salah

satu dari lima maqashid syariah selain menjaga agama,

akal, keturunan, dan harta yang harus dijadikan sebagai

dasar pertimbangan utama dalam penetapan hukum atau

kebijakan oleh Pemerintah agar terwujud kemaslahatan bagi

masyarakat;

xci
5) Bahwa sebagai akibat pandemi Covid-19 dalam skala local

dan global, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi belum

mengundang Pemerintah Indonesia untuk membahas dan

menandatangani Nota Kesepahaman tentang Persiapan

Penyelenggaraan Ibadah Haji tahun 1442 H/2021 M;

6) Bahwa Pemerintah Arab Saudi belum membuka akses

layanan penyelenggaraan ibadah haji tahun 1442 H/2021 M,

dan Pemerintah Indonesia membutuhkan ketersediaan

waktu yang cukup untuk melakukan persiapan pelayanan

bagi Jamaah Haji;

7) Bahwa setelah mempertimbangkan keselamatan Jamaah

Haji dan mencermati aspek teknis persiapan, dan kebijakan

yang diambil otoritas pemerintah Arab Saudi, Komisi VIII

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam rapat

kerja masa persidangan V Tahun Sidang 2020-2021 tanggal

2 Juni 2021 menyatakan menghormati keputusan yang akan

diambil oleh Pemerintah terkait Penyelenggaraan Ibadah

Haji Tahun 1442 H/2021 M;

8) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana diamksud

dalam angka di atas perlu menetapkan Keputusan Menteri

Agama tentang Pembatalan Keberangkatan Jamaah Haji

pada Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1442 H/2021 M.

xcii
Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang

Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji

dan Umroh mengamanatkan bahwa pelaksanaan ibadah haji dan umroh

di tengah wabah Covid-19 bisa membahayakan keselamatan, kesehatan,

dan keamanan jamaah Indonesia. Maka dari itu, perlu memelihara jiwa

(ḥifẓu an-nafs) sebagai pertimbangan penting untuk Menteri Agama

dengan memutuskan penundaan keberangkatan jamaah haji Indonesia

tahun 2021. Hasil dari Keputusan Menteri Agama ialah bahwa Ibadah

haji di Indonesia di batalkan hingga tahun selanjutnya yakni tahun 1443

H/2022 M. Meskipun nantinya ketentuan ini dapat berubah kapan saja

seiring dengan perubahan dan perubahan dari pandemi Covid-19 ini.55

Pelaksanaan ibadah haji dan umroh pasca Keputusan Menteri

Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji

2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh mengatur

mengenai beberapa ketentuan yang melekat. Ada beberapa asas yang

artinya seperti asas prioritas, maka pada saat penyelenggaraan ibadah

haji harus mengutamakan calon jamaah haji secara pasti sebagaimana

dengan mempertimbangkan faktor umur. Selain itu asas keadilan

selektif pada saat penetapan calon jamaah haji dibentuk dalam ajaran

kewajiban haji kecuali sekali semasa hidup.56

55
Asyari Hasan, "Analisis Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Tentang Pembatalan
Keberangkatan Jamaah Haji: Studi Pendekatan Qawa’id Ushuliyyah Dan Fiqhiyah Dalam Lingkup
Fikih Muamalah,” Fikih Muamalah, Volume 17, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 315.
56
Nida Farhanah, “Problematika Waiting List Dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji Di Indonesia,”
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016, halaman 67-69.

xciii
Kementerian Agama menetapkan agar tidak memberangkatkan

jamaah haji tahun 1442 H dikarenakan keselamatan jamaah merupakan

keutamaan pemerintah, maka dari itu dengan berkecil hati pemerintah

tidak memberangkatkan seluruh jamaah haji Indonesia ke tanah suci.

Selain dampak dari antrian, ada juga dampak yang bergantung pada

usia jamaah yang semakin rentan. Dengan usia yang cukup terbilang

semakin tua, calon jamaah haji harus dalam keadaan sehat dan tidak

gampang terkena penyakit. Terkait jangka waktu antrian ataupun masa

tunggu haji, menurut Bapak Sumartono sendiri juga mengatakan bahwa

ini belum bisa diambil secara merata di setiap daerah dimulai dari umur

belasan tahun sampai puluhan tahun.57

Pemerintah meyakini ketentuan dalam Keputusan Menteri

Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji

2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh sudah tepat untuk

saling menjaga keselamatan masyarakat dan calon jamaah haji.

Kementerian Agama juga ikut dan memberikan pemahaman kepada

calon jamaah haji yang keberangkatannya dibatalkan, hal ini

menyebabkan banyaknya faktor yang membuat keberangkatan haji

ditunda lagi pada tahun 2021 ini. Penyebab faktor tersebuat ialah mulai

dari keselamatan, kesehatan, dan keamanan jamaah haji yang rawan

akibat pandemik yang menimpa di seluruh dunia.

57
Sumartono, Wawancara, Jamaah Haji PT Galatama Tour and Travel, 16 November 2022.

xciv
Dampak positif terjadinya penundaan keberangkatan ibadah haji

ini merupakan calon jamaah haji lebih banyak waktu agar

mempersiapkan diri dan belajar manasik haji, menjaga kesabaran, dan

tidak menjalankan ibadah haji dalam situasi yang kurang aman akibat

dari pandemi Covid-19 dan yang paling utama ialah dijauhkan dari

penularan virus. Untuk pemerintah sebagai pihak yang mengurus dan

mengawasi ibadah haji pastinya juga merasakan dampak yang positif

yang dapat mengerjakan persiapan yang lebih sempurna untuk

melaksanakan haji pada tahun berikutnya dan mampu menjadikan

masalah ini sebagai evaluasi guna penyelenggaraan ibadah haji menjadi

lebih baik.

Adapun dampak negatif bagi calon jamaah haji rasakan dalam

hal materi ialah habisnya masa berlaku paspor. Namun secara moril

mengakibatkan calon jamaah haji mengalami rasa takut, stress, rasa

khawatir apabila biaya pelaksanaan ibadah haji yang bisa saja akan

bertambah, masa tunggu yang semakin lama, bahkan bisa

mengakibatkan kesedihan yang mendalam apabila terjadi pembatalan

haji pada tahun-tahun berikutnya.58

Selama pelaksanaan haji dan umroh pasca Covid-19 tidak

ditemukan adanya kendala meskipun keberangkatan tertunda selama 2

(dua) tahun lamanya. 59


Adapun berdasarkan data yang dihimpun dalam

observasi penelitian terdapat lebih dari 99 calon jamaah haji dan umroh
58
Sumartono, Wawancara, Jamaah Haji PT Galatama Tour and Travel, 16 November 2022.
59
Rita Ermawati, Wawancara, Direktur Utama PT Galatama Tour and Travel, 15 November 2022.

xcv
yang tertunda keberangkatannya per 14 Maret 2020 akibat adanya

pandemi Covid-19. Akibat adanya pandemi Covid-19 dan

diundangkannya Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021

tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan

Haji dan Umroh turut berimplikasi terhadap pemberangkatan calon

jamaah haji dan umroh oleh PT Galatama. Hal tersebut apabila dilihat

dalam surat perjanjian perjalanan ibadah umroh antara PT Galatama

dengan calon jamaah secara jelas dalam hal ini tidak dapat dilakukan

pemenuhan prestasi oleh PT Galatam akibat diundangkannya

Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang

Penghentian Kegiatan Haji 2021 Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji

dan Umroh.

Gambar 3 Surat Perjanjian Perjalanan Ibadah Umrah

xcvi
b. Tanggung Gugat biro Perjalanan Haji dan Umroh terhadap

Batalnya Ibadah Haji dan Umrah Akibat Pandemi Covid-19

Berdasarkan Peter Mahmud Marzuki, penafsiran tanggung jawab

dalam makna liability dimaksud selaku tanggung gugat yang ialah

terjemahan dari liability/ aanspralijkheid merupakan wujud khusus dari

tanggung jawab.60 Penafsiran tanggung gugat merujuk kepada posisi

seorang maupun badan hukum yang ditatap wajib membayar sesuatu

ganti rugi atau sebuah kompensasi apabila terdapatnya kejadian hukum

atau suatu peristiwa hukum. Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia

KBBI tanggung jawab mempunyai pengertian yaitu kewajiban

menanggung segala sesuatu apabila terjadi apa-apa memperbolehlan

untuk dituntut, dipersalahkan, dan di perkarakan. Dalam kamus hukum

sendiri tanggung jawab mempunyai arti sebagai suatu keharusan bagi

seseorang yang telah dibabankan kewajiban kepadanya untuk

dilaksanakan.61 Konsep pertanggung jawaban hukum sendiri dapat

diartikan bahwa seseorang mempunyai tanggung jawab secara hukum

atas suatu perbuatan hukum atau sesorang tersebut memikul suatu

tanggung jawab dan dapat diberikan sanksi apabila ia melakukan

perbuatan diluar atau bertentangan dengan peraturan yang berlaku.62

Pertanggungjawaban terhadap batalnya perjalanan ibadah haji dan

umroh akibat pandemi Covid-19 dapat dilihat dari ketentuan hukum


60
Peter Mahmud Marzuki, Prinsip-prinsip Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2016),
halaman 33.
61
H. Zainal Asikin Amiruddin, Pengantar Metodelogi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Press,
2016), halaman 118.
62
Hans Kelsen, Teori Hukum dan Negara, (Bandung: PT Raja Grafindo Persada, 2006), halaman 95.

xcvii
kontrak yang ialah bagian dari hukum perikatan yang ada dalam BAB

ketiga KUHPerdata. Berdasarkan KUHPerdata, hukum perikatan terdiri

dari:

1) Hukum perikatan yang bersumber dari perjanjian/ kontrak,

kemudian setelah itu tumbuh seperangkat ketentuan hukum

yang berkenaan dengan hukum perjanjian ataupun hukum

kontrak. Keterkaitan antara perikatan dengan kontrak/

perjanjian yaitu perikatan itu sendiri dilahirkan dari sesuatu

perjanjian. Dengan kata lain perjanjian merupakan sumber

utama dari suatu perikatan.

2) Hukum perikatan yang bersumber dari hukum atau undang-

undang (tanpa melalui perjanjian/kontrak), yang juga diatur

dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

didalam buku ketiga, baik yang bersumber langsung dari

undang-undang (tanpa melalui perbuatan manusia), dan yang

bersumber langsung dari undang-undang tetapi melalui

perbuatan manusia.

Berdasarkan ketentuan di atas, perikatan yang bersumber dari perjanjian/

kontrak ialah sumber yang utama ialah sesuatu perikatan yang mengikat

para pihak yang membuat perjanjian/ kontrak. Wujud dari perjanjian/

kontrak dapat tidak tertulis cuma dengan konvensi kesepakatan para

pihak. Namun, perjanjian/ kontrak yang secara tertulis memunculkan

kekuatan hukum yang lebih mengikat dibanding secara lisan. Ketentuan

xcviii
dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa seluruh

perjanjian yang dibuat secara legal berlaku sebagaimana undang-undang

untuk yang membuatnya. Kontrak ataupun perjanjian ialah sesuatu

konvensi kesepakatan diantara 2 (dua) ataupun lebih pihak yang

memunculkan, memodifikasi ataupun melenyapkan ikatan hukum. Atas

dasar tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum kontrak merupakan

sesuatu kaidah hukum yang mengendalikan tentang ikatan hukum antara

2 (dua) orang ataupun lebih buat yang satu mengikat dirinya kepada yang

lain, ataupun di antara keduanya saling mengikat diri yang memunculkan

hak ataupun kewajiban satu sama lain, untuk melaksanakan suatu

ataupun tidak melaksanakan suatu.

Berdasarkan hukum perdata, dasar pertanggung jawaban dibagi

menjadi 2 (dua) macam yaitu kesalahan dan resiko, oleh karena itu

dikenal dengan pertanggung jawaban atas dasar suatu kesalahan

(lilability without based on fault) dan pertanggung jawaban tanpa adanya

kesalahan yang dikenal dengan (lilability without fault) atau dikenal juga

dengan tanggung jawab mutlak.63 Pertanggungjawaban atas dasar

kesalahan itu sendiri yaitu seseorang harus bertanggung jawab karena dia

sudah terbukti benar benar bersalah dan kesalahan tersebut terletak

daripadanya, sedangkan tanggung jawab mutlak yaitu pertanggung

jawaban tanpa harus membuktikan ada atau tidaknya suatu unsur

63
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2013),
halaman 49.

xcix
kesalahan namun ia harus bertanggung jawab atau mempunyai tanggung

jawab atas kerugian.

Covid-19 sangat berdampak pada penyelenggaraan perjalanan

ibadah umrah, Kementerian Agama mencatat ada 2.393 (dua ribu tiga

ratus sembilan puluh tiga) jemaah Indonesia yang gagal berangkat pada

27 Februari 2020. Selain itu, sebanyak 1.685 (seribus enam ratus delapan

puluh lima) jamaah tertahan di negara transit dan akan segera

dipulangkan ke Indonesia. Sementara 2.579 (dua ribu lima ratus tuhuh

puluh sembilan) jemaah yang berasal dari Indonesia masih dibolehkan

menjalankan umrah karena berangkat sebelum penerbangan ditutup di

hari yang sama. Kebijakan Kerajaan Arab Saudi ini mempunyai dampak

yang sangat luas dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara

yang mempunyai jamaah paling banyak berkunjung untuk melakukan

umrah maupun haji. Berdasarkan data Kementerian Agama, ada

1.005.336 (satu juta limaribu tiga ratus tiga puluh enam) jamaah umrah

asal Indonesia pada 2019. Selain itu, Kementerian Perhubungan

mengatakan ada lebih dari 100 (sertus) penerbangan umrah dari

Indonesia per minggu.64

Oleh karena itu pihak biro perjalanan haji dan umroh tetap

melakukan negosiasi kembali dengan para pihak calon jamaah dapat

berupa pembuatan perjanjian baru dengan kesepakatan kedua belah


64
Muhammad Nazarudin Latief da Nicky Aulia Widadio, “Bisnis Umrah Indonesia Terguncang
Dampak Covid-19 Ribuan Orang Calon Jemaah Gagal Berangkat Umrah, Jasa Travel Terancam
Rugi”, diakses melalui https://www.aa.com.tr/id/ekonomi/bisnis-umrah-indonesia-terguncang-
dampak-covid-19-/1748667 pada 17 November 2022.

c
pihak, dengan adanya negosiasi maka akan muncul nota kesepakatan

berupa pendajwalan kembali perjalanan ibadah umrah setelah pandemi

atau apabila pihak jamaah melakukan pembatalan pendaftaaran dapat

disepakati kembali dengan pengembalian uang pendaftaran seratus

persen atau dengan potongan biaya administrasi yang sudah dikeluarkan

selama pendaftaran berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan BAB V

dalam Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 719 Tahun

2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan Ibaadah Umrah

Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019. Jadi demi menjaga

itikad baik dengan calon jamaah umrah, biro perjalanan haji dan umroh

tetap memberikan tanggung jawab sebagaimana mestinya seperti yang

telah disebutkan diatas, hal tersebut ditujukan guna untuk meghindari

tindakan saling menggugat antara pihak calon jamaah dengan pihak biro

perjalanan haji dan umroh, serta pertanggung jawaban tersebut dapat

dikatakan sebagai tanggung jawab mutlak yaitu pertanggung jawaban

tanpa harus membuktikan ada atau tidaknya suatu unsur kesalahan

namun ia harus bertanggung jawab atau mempunyai tanggung jawab atas

kerugian tersebut yang merupakan resiko dari kegiatan usaha biro

perjalanan haji dan umroh.

c. Prinsip Hardship dalam Pembatalan Keberangkatan Ibadah Haji

dan Umrah Akibat Pandemi Covid-19

Prinsip keadaan sulit/hardship merupakan teori yaang

berkembang dari terminologi rebus sic stantibus yang berarti suatu

ci
perjanjian yang telah disepakati akan terganggu apabila terjadi perubahan

keadaan secara fundamental.65 Prinsip hardship merupakan prinsip yang

diatur dalam Unidroit Principal of International Commercial Contract

yang terdapat dalam Section 2 Art. 6.2.1 (Contract to be observed) yang

mengatakan “Where the performance of a contract becomes more

onerous for one of the parties, that party is nevertheless bound to

perform its obligations subject to the following provisions on hardship”.66

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa jika kewajiban

dalam melaksanakan perjanjian menjadi lebih berat bagi salah satu pihak,

namun demikian pihak tersebut tetap terikat kewajiban dengan mengikuti

ketentuan dari keadaan sulit. Prinsip hardhsip sendiri sudah diatur oleh

beberapa negara seperti Italia yang dikenal dengan eccessiva onerosita

sopravenuta, Perancis yang dikenal dengan Imprevision dan Inggris yang

lebih dikenal dengan Frustation of Purpose.

Definisi hardship sendiri diatur dalam Pasal 6.2.2 UPICC yang

mengatakan bahwa hardship merupakan peristiwa yang secara mendasar

telah merubah keseimbangan suatu perjanjian yang mana telah

mengakibatkan nilai pelaksanaannya menjadi sangat tinggi bagi pihak

yang melakukan atau nilai pelaksanaan perjanjian tersebut berkurang

secara drastis bagi pihak yang menerima dan peristiwa tersebut muncul

atau diketahui oleh pihak yang dirugikan setelah kontrak disepakati,


65
Agus Yudha Hernoko, " “Force Majeur Clause” atau “Hardship Clause” Problematika Dalam
Perancangan Kontrak Bisnis", Jurnal Perspektif, Volume XI, Nomor 3, Tahun 2006, halaman 215.
66
Klaus Peter Berger dan Daniel Behn, "Force Majeure and Hardship in the Age of Corona: A
Historical and Comparative Study", McGill Journal of Dispute Resolution, Volume 6, Nomor 4,
Tahun 2020, halaman 126.

cii
peristiwa tersebut tidak dapat diperkirakan secara rasional bagi pihak

yang dirugikan setelah kontrak disepakati, perirtiwa tersebut terjadi

diluar kuasa pihak yang yang dirugikan, dan resiko dari peristiwa

tersebut tidak dapat diperkirakan oleh pihak yang dirugikan.67

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dicermati bahwa terdapat hal yang

harus diperhatikan dalam melihat adanya keadaan sulit/hardship yaitu

terjadinya perubahan keseimbangan di dalam perjanjian secara mendasar,

nilai dari pelaksanaan kontrak yang semakin meninggi yang dilakukan

oleh salah satu pihak dan nilai dari pelaksanaan kontrak yang semakin

menurun yang diterima oleh salah satu pihak.

Pengaturan dalam hukum positif di Indonesia sendiri secara

khusus belum mengakui mengenai prinsip hardship namun pada hakekat

nya di dalam proses peradilan di Indonesia sendiri ketentuan-ketentuan

dalam prinsip hardship senditri telah diaplikasikan walaupun dasar

hukum nya tetap mengacu pada hukum yang berlaku di Inonesia yaitu

prinsip force majeure terkait dengan perubahan keadaan. Selain itu asas

itikad baik juga menjadi landasan pengadilan di Indonesia dalam

memutus perkara terkait hardship, karena apabila salah satu pihak

menolak melakukan negosiasi ulang yang menyebabkan nilai

pelaksanaan dari suatu perjanjian tersebut berubah secara signifikan

karena adanya perubahan keadaan maka keseimbangan para pihak bisa

terganggu.
67
International Chamber of Commerce, "ICC Force Majeure Clause", diakses melalui
https://iccwbo.org/content/uploads/sites/3/2020/03/icc-forcemajeure-hardship-clauses-march2020.pdf
pada 17 November 2022.

ciii
Dimasukkannya prinsip hardship sebagai salah satu klausul

dalam perjanjian khususnya perjanjian yang memiliki jangka waktu yang

panjang dengan nilai yang sangat tinggi merupakan hal yang sangatlah

penting, hal ini bertujuan untuk mengatasi kesulitan dalam penerapan

prinsip kegagalan berkontrak (frustation) dan prinsip keadaan

memaksa/force majeure. Maka dari itu prinsip hardship sendiri dapat

diartikan sebagai salah satu metode alternatif untuk menyelesaikan

kasus-kasus yang memiliki karakteristik keadaan yang secara

pokok/mendasar mempengaruhi keseimbangan kontrak, khususnya

terhadap kontrak komersial seperti ibadah haji dan umrah yang sesuai

dengan asas proporsionalitas untuk membagi beban pertukaran hak dan

kewajiban secara seimbang.

Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dalam hal terdapat

pihak yang merasa dirugikan terkait dengan perubahan keadaan, maka

pihak tersebut berhak untuk meminta dilakukannya negosiasi ulang atas

perjanjian yang sudah berjalan agar diselesaikan dengan keadaan yang

sudah berubah. Sebagaimana dalam kasus pembatalan keberangkatan haji

dan umrah pada PT Galatama, para pihak melakukan negosiasi terhadap

biro perjalanan haji dan umroh untuk dilakukan penjadwalan ulang pada

kloter selanjutnya. Negosiasi ulang yang diajukan harus dilakukan

sesegera mungkin tergantung pada keadaan. Pihak yang merasa dirugikan

diharuskan untuk memberikan alasan diajukannya permohonan negosiasi

ulang serta memberikan waktu bagi pihak lainnya agar dapat

civ
mempelajari permohonan tersebut dapat diterima atau tidak. Dalam

prosesnya, permintaan negosiasi ulang tidak memberikan hak kepada

pihak yang merasa dirugikan untuk menghentikan kewajiban prestasi

sesuai dengan prinsip hardship.

Menurut pendapat penulis, kelebihan dengan dimasukkannya

prinsip hardship ke dalam suatu perjanjian sebagai sebuah klausul adalah

prinsip ini tidak hanya menguntungkan salah satu pihak saja, tetapi juga

dapat menjadi model dari sebuah frasa win-win solution yang

memberikan keuntungan bagi semua pihak dalam perjanjian tersebut.

Terlebih dengan melihat kondisi saat ini dalam pandemi Covid-19 yang

belum diketahui akan berlangsung sampai kapan, maka baiknya bagi para

biro perjalanan haji dan umroh agar dapat jeli dan teliti dalam melakukan

dan menganalisis kontrak-kontrak komersial yang akan dilakukan

terutama bagi kontrak-kontrak jangka panjang yang memiliki nilai

investasi besar. Hal ini agar dapat menghindari sengketa-sengketa terkait

yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 dan kebijakan-kebijakan

pemerintah. Seiring dengan terjadinya perubahan keadaan di dunia

misalnya economy crisis maupun pandemic yang menyebabkan

perubahan keadaan secara mendasar, maka dari itu diperlukan hukum

yang dapat beradaptasi serta fleksibel dalam menyikapi

perubahanperubahan tersebut. Prinsip hardship dapat dijadikan sebuah

“escape clause” untuk memecahkan problem-problem tersebut.

cv
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Pelaksanaan ibadah haji dan umroh menurut Peraturan Menteri Agama

Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah

dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dan akibatnya terhadap

pelaksanaan perjanjian antara PT Kanomas dengan PT Galatama

dilakukan dalam kewenangan PT Galatama berdasarkan ketentuan Pasal

3 Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah

Haji Khusus yang berupa memiliki kemampuan dan perizinan untuk

menyelenggarakan ibadah haji dan umroh sesuai izin dari Kementerian

Agama dengan Nomor Registrasi D/733 Tahun 2013. Pembinaan,

pelayanan, dan pelindungan jamaah haji dan umroh dilakukan oleh PT

Galatama melalui sistem kerjasama dengan PT Kanomas selaku

pengerjaan tiket, visa, dan handling. Berkaitan dengan kewenangan

terhadap calon jamaah dilakukan oleh PT Galatama kepada customer

(calon jamaah) sehubungan dengan penyelenggaraan dan/atau tour.

Dengan kata lain, dalam hal terdapat kelalaian, gugatan, tuntutan,

kerugian, dan lain sebagainya maka berdasarkan perjanjian menjadi

tanggung jawab PT Galatama sepenuhnya terhadap jamaah ibadah haji

dan umroh.

cvi
2. Akibat dari sebelum dan sesudah diberlakukannya Keputusan Menteri

Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021

Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh terhadap pelaksanaan

perjanjian PT Kanomas dengan PT Galatama sebelumnya pengaturan

mengenai kegiatan haji dan umroh mengacu pada Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan

Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah. Akan tetapi dalam hal

adanya pandemi Covid-19 diberlakukan aturan dalam Keputusan Menteri

Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan Haji 2021

Terhadap Kegiatan Perjalanan Haji dan Umroh yang memfokuskan pada

standarisasi kesehatan serta bentuk pelindungan terhadap calon jamaah

berupa pengembalian dana BIPIH. Akibat hukum dari adanya Covid-19

dikatakan sebagai hardship yang mana dalam hal ini perlu diatur untuk

pelaksanaan negosiasi dalam suatu perjanjian apabila terjadi keadaan

sulit.

b. Saran

1. Terkait dari calon jamaah haji agar dapat lebih memahami dalam situasi

dan kondisi di era masalah yang timbul di negara Indonesia ini, yang

dimana nanti agar terjalin dan terlaksana secara baik dan tidak ada

gangguan yang mengancam kemaslahan, keselamatan, dan kesehatan

bagi calon jamaah haji.

cvii
2. Belum diaturnya prinsip keadaan sulit/hardship di dalam hukum positif

di Indonesia, maka sejatinya kegiatan bisnis yang ada di Indonesia pada

umumnya masih bergantung pada prinsip force majeure sebagai klausula

yang dimasukkan dalam perjanjian serta di dalam penyelesaian sengketa.

Oleh karena itu kedepannya diharapkan kepada pelaku bisnis dan

stakeholder terkait dapat memahami dan mengadaptasi prinsip hardship

di dalam hubungan kontraktual di Indonesia terutama bagi kontrak yang

memiliki jangka waktu yang panjang dan nilai investasi yang besar, hal

tersebut perlu dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak

diinginkan di masa depan seperti halnya pandemi Covid-19 sehingga

keberlangsungan kontrak dapat dipertahankan oleh para pihak hingga

kontrak tersebut berakhir. Selain itu diharapkan juga bagi pemerintah

Indonesia agar segera merealisasikan Rancangan Undang-Undang

Hukum Kontrak atau melakukan revisi terhadap KUHPerdata agar

hukum perjanjian di Indonesia dapat tetap up to date dengan

perkembangan dunia serta mengakomodir semua kepentingan para pihak.

cviii
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Adi, Rianto. Metode Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2000).
Amiruddin, H. Zainal Asikin. Pengantar Metodelogi Penelitian Hukum, (Jakarta:
Rajawali Press, 2016).
Berkatullah, Abdul Halim. Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010).
Fajar, Mukti, dan Achmad, Yulianto. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Hukum Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).
Hartono, Sunarti. Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir ke-20, (Bandung: Penerbit
Alumni, 1994).
Hutagalung, Sophar Maru. Kontrak Bisnis di ASEAN, Pengaruh Sistem Hukum
Common Law dan Civil Law, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013).
Ibrahim, Johanes dan Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia
Modern, (Jakarta: Aditama, 2004).
Istanto, Sugeng. Hukum Internasional, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
Yogyakarta Press, 2014).
Kelsen, Hans. Teori Hukum dan Negara, (Bandung: PT Raja Grafindo Persada,
2006).
Marzuki, Peter Mahmud. Prinsip-prinsip Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2016).
Moelong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2004).
Nasution, Az. Konsumen dan Hukum: Tinjuan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada
Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995).
Patrik, Purwahid. Dasar-Dasar Hukum Perikatan, (Bandung: CV Mandar Maju,
1994).
Rosmawati. Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2018).
Salim, Abdullah. Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2007).
Satrio, J. Hukum Periaktan pada Umumnya, (Bandung: Penerbit Alumni, 1993).
Sewu, Lindawaty. Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia Modern, (Jakarta:
Aditama, 2004).
Soekanto Soerjono, dan Mamudji, Sri. Penelitian Normatif, (Jakarta: Rajawali Press,
1985).

cix
Soekatno, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1984).
Soemitro, Ronny Hanitjo. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1990).
Subekti, R. Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 1979).
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009).
Syaifuddin, Muhammad. Hukum Kontrak, Memahami Kontrak dalam Perspektif
Filsafat, Teori, Dogmatik, dan Praktik Hukum, (Bandung: CV Mandar Maju,
2012).
Zulham. Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenanda Media Group,
2013).
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
Umrah
Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah
Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus
Keputusan Menteri Agama Nomor 660 Tahun 2021 tentang Penghentian Kegiatan
Haji 2021 terhadap Kegiatan Perjlanan Haji dan Umroh

JURNAL
Ariani, Savira Rianda dkk. “Tanggung Gugat Terhadap Biro Perjalanan atas
Pembatalan Pemberangkatan Haji dan Umroh”, Artikel Ilmiah Hasil
Penelitian Mahasiswa Universitas Jember, Tahun 2012.
Berger, Klaus Peter, dan Behn, Daniel. "Force Majeure and Hardship in the Age of
Corona: A Historical and Comparative Study", McGill Journal of Dispute
Resolution, Volume 6, Nomor 4, Tahun 2020.
Efrizal, Nazirman, dan Sihombing, Abdul Manan. "Problematika Pelayanan
Bimbingan Manasik Haji Sepanjang Tahun di Pusat Layanan Haji dan Umrah
Terpadu Kota Padang", Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam: Al Munir,
Volume 12, Nomor 1, Januari-Juni 2021.

cx
Farhanah, Nida. “Problematika Waiting List Dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji Di
Indonesia,” Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, Volume 12, Nomor 1,
Tahun 2016.
Hasan, Asyari. "Analisis Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Tentang
Pembatalan Keberangkatan Jamaah Haji: Studi Pendekatan Qawa’id
Ushuliyyah Dan Fiqhiyah Dalam Lingkup Fikih Muamalah,” Fikih
Muamalah, Volume 17, Nomor 2, Tahun 2021.
Hernoko, Agus Yudha. " “Force Majeur Clause” atau “Hardship Clause”
Problematika Dalam Perancangan Kontrak Bisnis", Jurnal Perspektif,
Volume XI, Nomor 3, Tahun 2006.
Korayan Jeremi, dan Djayaputra, Gunawan. "Tanggung Jawab Hukum Biro
Perjalanan Umrah Terhadap Calon Jamaahnya", Jurnal Hukum Adigama,
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2018.
Lesmona, Nindia. “Promosi Paket Wisata PT PDA Tigi Ma’aya Tour and Travel di
Pekanbaru”, Jurnal JOM FISIP, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2015.
Mukhlis, Sihabuddin. "Perlindungan Hukum Jamaah Umrah dalam Penyelenggaraan
Ibadah Umrah", Jurnal Al-Syariah, Volume 20, Nomor 1, Tahun 2018.
ARTIKEL ILMIAH
Fahham, A. Muchaddam. Penyelenggaraan Ibadan Umrah: Akar Masalah dan
Penanganannya, (Jakarta: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, 2018).
Pusat Kajian Anggaran DPR RI. “Kesejahteraan Rakyat: Pembatalan Ibadah Haji dan
Upaya Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji 2022”, Budget Issue Brief
Puskajian Anggaran DPR, Volume 01, Edisi 22, Desember 2021.
Ristanto, Kiki. “Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Marketplace Online terhadap
Pelanggaran Hak Cipta Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta”, Skripsi: Fakultas Hukum Universitas Internasional
Batam, Tahun 2017.
WEBSITE
International Chamber of Commerce, "ICC Force Majeure Clause", diakses melalui
https://iccwbo.org/content/uploads/sites/3/2020/03/icc-forcemajeure-
hardship-clauses-march2020.pdf pada 17 November 2022.
Kementerian Keuangan. “Covid-19 Work From Home dan Revolusi Industri 4.0”,
diakses melalui
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-parepare/bacaartikel/13058/COVID-
19-Work-From-Home-dan-Revolusi-Industri-40.html.
Kusnandar, Viva Budi. “Indonesia, Negara dengan Penduduk Muslim Terbesar di
Dunia”, diakses melalui https://databoks.katadata.co.id.

cxi
Latief Muhammad Nazarudin, dan Widadio, Nicky Aulia. “Bisnis Umrah Indonesia
Terguncang Dampak Covid-19 Ribuan Orang Calon Jemaah Gagal Berangkat
Umrah, Jasa Travel Terancam Rugi”, diakses melalui
https://www.aa.com.tr/id/ekonomi/bisnis-umrah-indonesia-terguncang-
dampak-covid-19-/1748667 pada 17 November 2022.

cxii
LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Riset Skripsi

cxiii
Lampiran 2 Surat Perjanjian Kerjasama PT Galatama dengan PT Kanomas

cxiv
Lampiran 3 Buku Materi Manasik

cxv

Anda mungkin juga menyukai