SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
Hari ini tanggal 10 Bulan Oktober Tahun 2022 Telah dilakukan Pemeriksaan
Skripsi terhadap:
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
Oleh:
IMAM WICAKSONO WIBOWO
NIM. 181010201181
Pembimbing,
Ayyub Kadriah, SH., MH.
NIDN. 0414119002
(......................................) (...................................)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang tulis ini adalah benar
karya saya sendiri. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah
diajukan dan ditulis untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini telah disebutkan dalam
daftar pustaka.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila
dikemudian hari terdapat kebohongan dari pernyataan saya ini, saya bersedia
menanggung segala akibat yang ditimbulkan, termasuk pencabutan gelar kesarjaan
yang sudah saya miliki.
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
v
Motto:
“Nasib memang diserahkan kepada manusia untuk digarap, tetapi takdir harus
ditandatangani diatas materai dan tidak boleh digugat kalau nanti terjadi apa-apa,
baik atau buruk”.
[Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono]
Dedikasi:
“Skripsi ini penulis dedikasikan untuk kedua orang tua penulis dan semua pihak
yang telah banyak memberikan dukungan, bantuan, dan arahan dalam proses
penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir”
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS Dan Permenaker Nomor 4 Tahun 2022
Tua”.
Penulis menyadari bahwa tulisan tidak akan selesai tanpa bantuan dan
dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Tidak lupa juga kepada kedua orang
tua penulis yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik sejak kecil hingga
kuliah, terima kasih atas segala perjuangan dan pengorbanan kepada penulis
semoga selalu diberikan kesehatan dan rezeki oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
kesempatan ini juga perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
1. Bapak Dr. (HC) Drs. H. Darsono selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya Group.
2. Bapak Dr. E. Nurzaman, A.M. M.M., M.SI. selaku Rektor Universitas
Pamulang.
3. Bapak Dr. Oksidelfa Yanto, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Pamulang.
4. Bapak Dr. Taufik Kurrohman, S.H.I., M.H. selaku Ketua Program Studi
Ilmu Hukum Universitas Pamulang.
5. Bapak Ayyub Kadriah, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah meluangkan waktu dan tenaga serta pikirannya untuk membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
viii
6. Kantor Pusat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
dan seluruh jajarannya yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada
penulis untuk mengadakan sebuah penelitian di Kantor Pusat Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.
7. Bapak Brian Aprinto, S.T., M.M. selaku Asisten Deputi Bidang Kebijakan
Program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) yang telah
bersedia memberikan data dan informasi kepada penulis.
8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Pamulang yang selama ini telah
mengajar, mendidik, dan membimbing serta memberikan ilmu akademiknya
kepada penulis.
Demikianlah atas segala doa dan dukungannya baik dari semua pihak,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga ilmu
pengetahuan yang dipelajari penulis selama masa perkuliahan dapat berguna bagi
Agama, Bangsa, dan Negara.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ............................................................v
MOTTO/DEDIKASI ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................7
E. Kerangka Teori....................................................................................8
F. Orisinalitas Penelitian .......................................................................19
G. Sistematika Penulisan .......................................................................21
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA
KERJA...............................................................................................24
A. Tinjauan Umum Jaminan Sosial Tenaga Kerja ................................24
B. Tinjauan Umum Jaminan Hari Tua ..................................................35
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................41
A. Jenis Penelitian ..................................................................................41
B. Spesifikasi Penelitian ........................................................................43
C. Sumber dan Jenis Data ......................................................................45
D. Lokasi Penelitian ...............................................................................49
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................49
F. Teknik Analisis Data.........................................................................50
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PEMBAHASAN ...........58
A. Jaminan Hari Tua Di Indonesia ..........................................................58
B. Perlindungan Hak Jaminan Hari Tua Dalam Permenaker No. 4 Tahun
2022 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan
Hari Tua ..............................................................................................70
BAB V PENUTUP ...........................................................................................77
A. Kesimpulan ........................................................................................77
B. Saran ...................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 1 Rangkasbitung Barat (2006-2012)
2. SMP Negeri 4 Rangkasbitung (2012-2015)
3. SMA Negeri 2 Rangkasbitung (2015-2018)
C. PESERTA TRAINING/SEMINAR/KULIAH/WORKSHOP
1. Kuliah Umum Fakultas Hukum Universitas Pamulang dengan tema:
“Urgensi Hak Kekayaan Intelektual Sebagai upaya Peningkatan Daya
Saing Bangsa Dalam Ekonomi Monopolistik Dan Integrasi Ekonomi”
2. Webinar Nasional Fakultas Hukum Universitas Pamulang dengan tema:
“Isu-isu Krusial Dalam Pemilu: Apa Manfaat Untuk Rakyat?”
3. Seminar dan Diskusi Panel Fakultas Hukum dan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Provinsi Banten dengan tema: “Evaluasi Pelaksanaan
Pengawasan Pemilu 2019 di Banten Untuk Mewujudkan Keadilan
Pemilu.
4. Webinar Nasional Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Pamulang dengan tema: “Isu-isu Krusial Dalam Hukum
Keluarga.
xii
5. Seminar dan Diskusi Panel Fakultas Hukum dan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Provinsi Banten dengan tema: “Evaluasi Pelaksanaan
Pengawasan Pemilu 2019 di Banten Untuk Mewujudkan Keadilan
Pemilu.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
mereka sangat penting dan menentukan. Tanpa tenaga kerja, perusahaan tidak akan
bisa jalan dan tidak akan bisa juga ikut berpartisipasi dalam pembangunan nasional1.
meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan
masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata baik materiil maupun spiritual2.
dan keluarganya3.
1
Martono Anggusti, Pengelolaan Perusahaan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja, Bhuana
Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta, 2019, hlm. 248.
2
Suratman, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Raja Grafindo, Depok,
2019, hlm. 7.
3
Nuradi dan Edi Rohaedi, Hukum Ketenagakerjaan Dalam Perspektif Perlindungan
Pekerja Alih Daya, PT. Mandala Nasional, Jakarta Pusat, 2021, hlm. 231.
1
2
dasar tenaga kerja, sebagai wujud nyata dari upaya negara untuk meningkatkan
sosial tenaga kerja sebagai manfaat dan bentuk perlindungan bagi tenaga kerja itu
sendiri serta keluarganya dari hal yang tidak terduga akibat resiko yang ditimbulkan
dari pekerjaannya.
satu produknya adalah jaminan hari tua. Yang mana jaminan ini diperuntukkan
ketika pekerja formal telah memasuki usia yang tidak produktif saat sekarang masih
dalam waktu bekerja. Pekerja formal yang dimaksud adalah pekerja yang memang
mengadakan perjanjian4.
Untuk itu negara wajib melaksanakan berbagai kebijakan dan kegiatan untuk
pasti akan bekerja, dalam melakukan pekerjaan tersebut selalu akan ada resiko yang
maupun masa hari tua, ketika para pekerja tersebut sudah tidak lagi bekerja dan
4
Anggi Chrisye Piteradja, Masjie Silija Pangkey, Joyce Jacinta Rares, Implementasi
Program Jaminan Hari tua di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Kota
Manado, Jurnal Administrasi Publik, Vol 4, No. 2, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Manado, 2018,
hlm. 2.
5
Nuradi dan Edi Rohaedi, Op.Cit, hlm. 4.
3
memasuki masa hari tua peran penting jaminan sosial menjadi bagian nomor satu
bagi mereka sebagai tabungan/modal usaha, salah satu diantaranya adalah jaminan
hari tua.
Yang dimaksud dengan jaminan hari tua yang selanjutnya disingkat JHT
adalah manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki
usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap6. Jadi dengan
adanya program jaminan hari tua ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
para pekerja/buruh serta keluarganya apabila sudah tidak lagi bekerja atau
Karena, salah satu tugas dari suatu negara adalah menjamin kesejahteraan
rakyatnya, seperti yang tertuang didalam Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Dasar
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.” Maka atas dasar
badan pelaksananya.
Namun pada kenyataannya, hak para pekerja tersebut masih sering kali
pekerja/buruh ketika memasuki masa usia pensiun dan para pekerja yang berhenti
6
Junaidi Abdullah, Bentuk-Bentuk Jaminan Sosial dan Manfaatnya Bagi Tenaga Kerja
Dalam Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, Vol. 9, No.
1, 2018, hlm. 125.
4
bekerja akibat terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), atau mengundurkan diri
terbaru yang berkaitan dengan perburuhan terkait dengan jaminan sosial tenaga
kerja khususnya mengenai jaminan hari tua. Peraturan ini adalah Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 2 Tahun 2022 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran
Manfaat Jaminan Hari Tua. Kebijakan ini memberikan penegasan terbaru terhadap
pemberian manfaat jaminan hari tua dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 19
Tahun 2015 Tentang Tata Cara Persyaratan dan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari
Tua.
Di dalam aturan Permenaker No. 19 Tahun 2015 Tentang Tata Cara dan
Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua diatur pemberian manfaat JHT
dapat dibayarkan secara tunai dan sekaligus setelah melewati masa tunggu 1 bulan
bagi peserta yang berhenti bekerja yang meliputi peserta terkena Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) atau mengundurkan diri (resign) terhitung sejak masa
bekerja berhenti. Namun tetapi pada Permenaker No. 2 Tahun 2022 Tentang Cara
dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua, pemberian manfaat JHT
diberikan kepada peserta pada saat mencapai usia 56 tahun termasuk juga peserta
Secara kompleks Permenaker No. 2 Tahun 2022 Tentang Tata Cara dan
Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua telah sempat ditetapkan namun
2022 tersebut menuai polemik pro dan kontra di kalangan sektor ketenagakerjaan.
Selain itu juga Permenaker No. 2 Tahun 2022 mendapat penolakan dari berbagai
adaalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 Tahun 2022 Tentang Tata Cara
Persyaratan dan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua, yang telah mencabut
perlindungan hak jaminan hari tua yang mengalami kendala bisa dari pihak terkait
dari para pekerja yang kurang mengetahui peraturan-peraturan yang berlaku. Dan
undang dapat menjadi jaring pengaman bagi hari tua nya serta sekaligus sebagai
jaring pengaman pasca kerja bagi pekerja dalam memberikan kepastian hukum
dalam proses perlindungan hak para pekerja, serta tidak memberikan kesulitan
tersendiri bagi pekerja tersebut di tengah kondisi perekonomian yang lesu akibat
dampak covid-19.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dan
mengkaji serta mengetahui lebih jelas mengenai program jaminan sosial tenaga
kerja khususnya mengenai tentang perlindungan hak jaminan hari tua. Maka dari
6
Tentang BPJS Dan Permenaker Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Tata Cara
B. Rumusan Masalah
berikut:
Tahun 2011 Tentang BPJS dihubungkan dengan Permenaker No. 4 Tahun 2022
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua?
2. Bagaimana perlindungan hak jaminan hari tua dalam Permenaker No. 4 Tahun
2022 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari
Tua?
C. Tujuan Penelitian
dengan Permenaker No. 4 Tahun 2022 Tentang Tata Cara dan Persyaratan
tua dalam Permenaker No. 4 Tahun 2022 Tentang Tata Cara dan Persyaratan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
tenaga kerja khususnya terhadap perlindungan hak jaminan hari tua, serta
kerja yang salah satu bahasan diantaranya mengenai jaminan hari tua.
c. Bagi Pekerja
2011 Tentang BPJS dan Permenaker No. 4 Tahun 2022 Tentang Tata Cara
2. Manfaat Praktis
E. Kerangka Teori
penyusunan penelitian yang keberadaan nya sangat penting bagi peneliti ketika
kerangka teoritik dalam penelitian hukum akan dapat diketahui dengan terlebih
dahulu memahami makna dari teori, baik ditinjau dari aspek etimologi (bahasa)
maupun aspek terminologi (istilah) beserta fungsi nya dalam sebuah penelitian.
Guna mendpatkan hasil penelitian yang maksimal, seorang peneliti harus mampu
permasalahan (isu hukum) yang diteliti7. Keberadaan teori dalam penelitian hukum
permasalahan yang diteliti atau untuk menguji hipotesis. Sehingga teori berfungsi
sebagai pisau atau alat analisis terhadap permasalahan yang dikaji atau diteliti8.
7
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, UPT. Mataram University Press, Mataram, 2020,
hlm. 39-40.
8
Ibid, hlm. 40-41.
9
atau fenomena yang diamati, yang dikarenakan dalam penelitian ini merupakan
penelitian hukum normatif, maka uraian teori diarahkan secara khas ilmu hukum.
Pada abad modern John Borden Rawls dianggap sebagai salah satu
kapasitas penting yang dengan itu, masyarakat plural tetap bisa hidup bersama.
9
Inge Dwisvimiar, Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum, Jurnal Dinamika
Hukum, Vol. 11, Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, hlm. 7.
10
John Rawls, Teori Keadilan Dasar-dasar Filsafat Politik Untuk Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial dalam Negara, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2019, hlm. 13.
10
Namun, konsep ini juga bisa ditemukan dalam pandangan Thomas M. Scanlon.
Scanlon memahami reasonableness pada tindakan yang pasti disetujui oleh satu
otonomi sebagai kemampuan untuk membuat hukum dari diri sendiri (auto =
diri; dan nomos = hukum). Dengan konsep ini ia memahami kewajiban sebagai
perintah yang datang dari pribadi yang otonom dan bebas. Pribadi yang rasional
dan bebas tidak akan bisa menghindar dari perintah ini. Ia menyebut perintah
prinsip-prinsip keadilan adalah ekspresi dari makhluk rasional yang bebas dan
setara. Rumusan mengenai posisi asal (the original position) yang akan
11
Christopher McMahon, Reasonableness and Fairness: A historical Theory, Cambridge
University Press, 2016, hlm. 1.
12
Immanuel Kant, Groundwork for the Metaphysics of Morals, Diedit dan diterjemahkan
oleh Allen Wood, New Haven: Yale University Press, 2002, 10; 37, hlm. 46-47, Michael Sandel,
Justice: What's the Right Thing to Do?, New York : Penguin Books, 2009, 49-49, hlm. 111-113,
123-124.
11
dijelaskan nanti merupakan ruang imajiner bagi makhluk rasional yang bebas
satu ide penting dalam teori keadilannya, yakni ide posisi asali (the original
position). Melalui ide posisi asali ia menunjukkan arti fairness, dan bagaimana
ia bisa dihasilkan. Ide posisi asali ini memiliki kesinambungan dengan konsep
kondisi alamiah (state of nature) yang umunya diajukan oleh para peletak dasar
Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Locke (1632- 1704) adalah filsuf
Abad Modern yang menjadi peletak dasar teori kontrak sosial. Dalam
merumuskan teori itu mereka memiliki konsep yang disebut kondisi alamiah
omnium contra omnes) atau kondisi di mana manusia menjadi serigala bagi
manusia yang lain (homo homini lupus). Intinya, kondisi alamiah adalah
kondisi yang sangat mengerikan (state of war) dan tidak diinginkan. Sementara
Locke justru memahami kondisi alamiah ini sebagai kondisi yang ideal karena
di fase ini manusia memiliki kebebasan dan kesetaraan yang sempurna. Namun
karena ada kebutuhan untuk menjamin agar kebebasan dan kesetaraan ini bisa
13
Samuel Freeman, Rawls, London and New York, Routledge, 2007, hlm. 284-285.
14
Thomas Hobbes, Leviathan, ed. C. B. Macpherson, Hardmondsworth, Middlesex:
Penguin Books, 1974, hlm. 89. Lihat juga John Locke, Two Treatises of Government, Cambridge,
Cambridge University Press, 1970, hlm. 287.
12
kesetaraan manusia.
Dalam penilaian Rawls, sebuah posisi dapat disebut fair jika posisi itu
dapat dikatakan adil sejauh konstitusi itu dihasilkan dari para individu yang
dikatakan fair jika kesepakatan yang dihasilkan tidak diderivasi dari satu
Rawls menegaskan bahwa dalam posisi asali, kita harus melepas semua
pengetahuan mengenai posisi sosial dan semua atribut yang kita miliki dalam
kehidupan riil18. Di fase ini, semua orang yang ada dalam posisi asali tidak
pribadi atau kelompoknya. Dengan kata lain, dalam posisi asali, semua orang
15
Rawls, Justice as Fairness, hlm. 16.
16
Samuel Freeman, Introduction: John Rawls – An Overview dalam Samuel Freeman (ed.),
The Cambridge Companion to Rawls, Cambridge, Cambridge University Press, 2003, hlm. 3.
17
Rawls, Op.Cit, hlm. 15.
18
Ibid, hlm. 15.
19
Colin Farrelly, Introduction to Contemporary Political Theory, Sage Publications,
London, 2004, hlm. 8.
13
mereka secara pribadi atau tidak. Menurut Rawls, dalam tirai ketidaktahuan
mereka tidak mengetahui posisi sosial, jenis kelamin, agama atau keyakinan
posisi asali, mereka akan menyepakati keputusan yang dia anggap paling fair
memiliki kebebasan yang setara (equal liberty) apapun latar belakang sosial,
agama dan budaya mereka, adalah kesepakatan yang secara rasional dan waras
pasti diambil oleh individu di fase posisi asali. Ini adalah kesepakatan yang
Rawls bahwa setiap orang dihadapkan pada tertutupnya seluruh fakta dan
keadaan tentang dirinya sendiri, termasuk terhadap posisi sosial dan doktrin
keadilan yang tengah berkembang. Melalui dua teori tersebut, Rawls mencoba
fairness”22.
masing akan mengadopsi dua prinsip keadilan utama. Pertama, setiap orang
20
Ibid, hlm. 8
21
Sunaryo, Konsep Fairness John Rawls, Kritik dan Relevansinya, Jurnal Konstitusi, Vol.
19, No. 1, Jakarta, 2022. hlm. 9.
22
Pan Mohhamad Faiz, Teori Keadilan John Rawls (John Rawls A Theory Of Justice),
Jurnal Konstitusi, Vol. 6 No. 1, 2009, hlm. 140.
14
memiliki hak yang sama atas kebebasan-kebebasan dasar yang paling luas dan
orang dalam keadaan dimana adanya persamaan kesempatan yang adil. Dengan
langsung berhubungan dengan yang ada didalam penelitian ini, masalah terkait
dengan keadilan yang selalu menjadi permasalahan oleh para pekerja yang
dalam hal ini terkait dengan hak-hak pokok para pekerja mengenai jaminan
sosial tenaga kerja yang salah satu diantaranya yaitu jaminan hari tua. Dari hal
2011 Tentang BPJS dan peraturan pelaksana dalam hal ini Permenaker No. 4
Tahun 2022 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan
Hari Tua guna melindungi hak ekonomis sosial pekerja, yang dimaksud dalam
hal ini jaminan sosial tenaga kerja yang menyangkut jaminan hari tua agar
Oleh karena itu masalah mengenai keadilan ini sangatlah penting untuk
diperhatikan karena keadilan ini menyentuh sektor kehidupan para pekerja yang
15
Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pembayaran Manfaat
Jaminan Hari Tua dalam perlindungan hak jaminan hari tua apakah telah
diterapkan sesuai dengan peraturan yang ada dan ketentuan yang berlaku.
seberapa besar peraturan yang ada dapat memberikan keadilan bagi para tenaga
kerja tersebut dari hal yang tidak terduga akibat resiko yang ditimbulkan dari
sebuah pekerjaan dan juga merupakan sebuah bentuk tanggung jawab untuk
menjamin kesejahteraan para pekerja. Karena, dengan adanya jaminan hari tua
diharapkan dapat memberikan proteksi bagi para pekerja ketika memasuki masa
tua nanti atau resiko dari sebuah pekerjaannya serta dapat memberikan dampak
2. Teori Perikatan
sebuah perikatan baik orang maupun badan hukum atau badan usaha harus
Itikad baik dari segi subjektif berarti kejujuran. Hal ini berhubungan erat dengan
16
sikap batin seseorang pada saat membuat perjanjian. Itikad baik dalam segi
atau pemenuhan prestasi dan cara melaksanakan hak dan kewajiban haruslah
jurisprudensi, hukum tertulis, dan hukum tidak tertulis serta ilmu pengetahuan
hukum.
Romawi dengan sebutan “bona fides”. Lalu kata “itikad baik” mulai populer
dalam bahasa Inggris yaitu “good faith”. Itikad baik merupakan sebuah asas
hukum dalam hukum perdata yang berkaitan dengan niat baik seseorang serta
Dalam hukum perikatan ada perikatan untuk berbuat sesuatu dan untuk
tidak berbuat sesuatu. Yang dimaksud dengan perikatan untuk berbuat sesuatu
berbuat sesuatu yaitu untuk tidak melakukan perbuatan tertentu yang telah
23
Joko Sriwidodo dan Kristiawanto, Memahami Hukum Perikatan, Kepel Press,
Yogyakarta, 2021, hlm. 112-113.
24
Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Rajawali Pers, Jakarta, 2010,
hlm. 9.
25
Joko Sriwidodo dan Kristiawanto, Op.Cit, hlm. 4.
17
menuntut sesuatu (jaminan hari tua) adalah para pekerja, sedangkan pihak yang
berkewajiban memenuhi tuntutan hak tersebut dalam hal ini yaitu jaminan hari
tua adalah pemberi kerja. Perhubungan antara dua pihak tersebut merupakan
sebuah hubungan hukum, yang berarti bahwa hak para pekerja itu dijamin oleh
hukum atau undang-undang, dan apabila tuntutan itu tidak terpenuhi maka dapat
suatu perjanjian yang mengikat antara kedua belah pihak baik dalam perorangan
penelitian ini baik para pekerja dengan perusahaan/badan usaha yang keduanya
saling terikat dan bersepakat untuk menimbulkan suatu akibat hukum tertentu.
Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan
Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua oleh pemerintah apakah telah terjamin
oleh hukum atau undang-undang dan sesuai dengan teori perikatan yang mana
18
dengan demikian para pihak tersebut wajib memenuhi hak dan kewajiban nya.
Dan juga diharapkan bagi para pihak dapat mentaati undang-undang dan
peraturan yang berlaku sehingga apabila melanggar perjanjian yang telah dibuat
dari upaya negara dan peran pemerintah dalam memberikan hak-hak dasar
setiap tenaga kerja yaitu dengan memberikan jaminan sosial tenaga kerja
khusunya dalam hal ini mengenai jaminan hari tua sebagai upaya untuk
rakyatnya yang dalam hal ini berperan sebagai buruh atau tenaga kerja.
dalam penelitian ini maka sangat erat kaitannya dengan topik penelitian ini
mengenai perlindungan hak jaminan hari tua. Maka dengan adanya Undang-
Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS sebagai badan pelaksana, berfungsi
untuk memberikan jaminan dan perlindungan terhadap tenaga kerja dan juga
ini Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Dan
diatas sebagai salah satu fungsi hukum untuk memberikan suatu keadilan,
F. Orisinalitas Penelitian
kerja khususnya mengenai tentang jaminan hari tua di Indonesia merupakan acuan
bagi penulis sebagai referensi dan ide pemikiran, yang kemudian dikembangkan
kebaruan dalam penelitian ini, maka ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat
Pekerja Waktu Tertentu Ditinjau dari Pasal 4 Ayat (2) PP No. 46 Tahun 2015
Universitas Brawijaya.
20
penelitian ini yaitu sama-sama membahas objek penelitian yang sama di bidang
dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian Tory Chaesar Syahputra terkait
dengan program jaminan hari tua dalam permasalahannya fokus terhadap pada
pekerja waktu tertentu saja yang ditinjau dari PP No. 46 Tahun 2015 Tentang
Tahun 2011 Tentang BPJS dan Permenaker No. 4 Tahun 2022 Tentang Tata
Sriwijaya.
penelitian ini yaitu membahas objek penelitian yang sama di bidang hukum
Siagian dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian Chyntia Yolanda Siagian
21
ini terfokus secara rinci pada perlindungan hak jaminan hari tua nya, selain itu
metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini juga berbeda dengan
Muhammadiyah Mataram.
penelitian ini adalah dalam penelitian ini mengenai perlindungan jaminan hari
tua tidak hanya ditinjau melalui Undang-Undang BPJS saja, melainkan juga
dalam aturan baru yang tertuang dalam Permenaker No. 4 Tahun 2022.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini yang berjudul “Perlindungan Hak Jaminan Hari
Permenaker Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pembayaran
Manfaat Jaminan Hari Tua”, disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
22
BAB I PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
KERJA
tujuan jaminan sosial tenaga kerja, dasar hukum jaminan sosial tenaga
kerja, pengertian jaminan hari tua, manfaat jaminan hari tua, dan prinsip
Dalam bab ini berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari jenis
penelitian.
23
Dalam bab ini penulis menguraikan laporan tentang hasil penelitian dan
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian dan
penelitian diatas.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada
wajib bagi tiap pekerja yang bekerja untuk melindungi keselamatan dan
asasi manusia, perlindungan fisik dan sosial ekonomi melalui norma yang
berlaku dalam perusahaan. Dengan demikian, secara teoritis dikenal ada tiga
26
Yusuf Subkhi, Tenaga Kerja Alih Daya (Outsorsing) Perspektif Undang-Undang No. 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Hukum Islam, UIN Maliki Malang, 2012, hlm. 36.
27
Zaeni Asyahdie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia,
Rajawali Pers, Jakarta Timur, 2013, hlm. 20.
24
25
ditimbulkan oleh pesawat atau alat kerja atau oleh bahan yang diolah atau
dikerjakan di perusahaan.
jaminan sosial.
tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Untuk itu pengusaha
26
d. Jaminan Kematian.
28
Abdul Khakim, Dasar-dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2009, hlm. 105.
29
Junaidi Abdullah, Op.Cit, hlm. 122.
30
Suratman, Op.Cit, hlm. 208.
27
terletak pada masa depan tenaga kerja. Program jaminan sosial tenaga kerja
sebagai dasar teknik jaminan sosial adalah Vladimir Rys, yang mengatakan
bahwa jaminan sosial adalah seluruh rangkaian langkah wajib yang dilakukan
oleh masyarakat untuk melindungi mereka dan keluarga dari segala akibat
31
Suratman, Op.Cit, hlm. 93.
32
Agusmindah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Dinamika & Kajian Teori, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2010, hlm. 11.
33
Vladimir Rys, Merumuskan Ulang Jaminan Sosial, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2011, hlm.
23.
28
Sosial, maka pelaksana dari jaminan sosial tenaga kerja dilakukan oleh PT.
NRI) 1945, Pasal 28 H ayat (2) dan Pasal 34 adalah Sistem Jaminan Sosial
34
Junaidi Abdullah, Op.Cit, hlm. 123.
35
Ibid. hlm. 123.
36
Tim Koordinasi Komunikasi Publik Terintegrasi Jaminan Sosial Bidang
Ketenagakerjaan, “Buku Tanya Jawab Seputar : Sistem Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan
(SJSN-TK)”, Jakarta, 2016, hlm. 2.
29
37
Zaeni Asyahadie, Op.Cit, hlm. 35-36.
30
pelaksana pembangunan.
segala risiko yang mungkin saja terjadi, baik karena adanya peralatan
terjadinya;
38
Ibid, hlm. 38-39.
31
nilai Pancasila.
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (disingkat UUD NRI 1945), hal
Pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2)
39
Andika Wijaya, Hukum Jaminan Sosial Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta Timur, hlm. 2.
32
merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 UU SJSN yang
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.
40
Ibid, hlm. 27.
41
Ibid, hlm. 28.
33
Oleh karena itu, jaminan sosial tenaga kerja ini dikatakan mempunyai
undang tersebut terkahir sudah dicabut, maka yang menjadi dasar hukum utama
(2) “Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Jaminan sosial tenaga kerja tersebut meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan
kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Akan tetapi,
42
Zaeni Asyahadie, Op.Cit, hlm. 84.
34
mengingat objek yang mendapat jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam
diluar hubungan kerja atau dengan kata lain tidak bekerja pada perusahaan,
pengaturan tentang jaminan sosial tenaga kerjanya akan diatur tersendiri dengan
peraturan pemerintah. Oleh karena itu, pelaksanaan jaminan sosial bagi tenaga
kerja yang tidak dalam hubungan kerja untuk sementara diatur dalam Peraturan
dijelaskan diatas dasar hukum jaminan sosial tenaga kerja saat ini diatur oleh
Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan Undang-
Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja serta di ikuti
43
Ibid, hlm. 85.
35
Jaminan hari tua adalah salah satu dari 5 (lima) jenis jaminan sosial
(BPJS) Ketenagakerjaan. Program jaminan hari tua ini bersifat sebagai bekal
atau tabungan para pekerja ketika akan memasuki usia pensiun, cacat total
Mengacu pada pengertian tersebut, manfaat dari jaminan hari tua yang
berupa uang tunai hanya dapat dicairkan oleh BPJS Ketenagakerjaan untuk
44
Andika Wijaya, Op. Cit, hlm. 112.
45
Zaeni Asyahadie, Op.Cit, hlm. 160.
36
Peserta dari Program Jaminan Hari Tua (JHT) bisa dilakukan oleh
peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi upah selain pemerintah
atau Negara, bahkan pekerja yang bekerja di Indonesia minimal 6 bulan wajib
menjadi peserta dan bisa di ikuti oleh peserta bukan penerima upah47.
pada orang perseorangan dan orang asing yang bekerja di Indonesia paling
pemberi kerja, pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri dan
pekerja yang tidak termasuk pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja
terutama setelah tenaga kerja yang bersangkutan tidak produktif lagi. Perihal
kemanfaatan JHT berupa saldo tabungan pada rekening tenaga kerja masing-
masing yang terdiri dari pemupukan iuran peserta tenaga kerja masing-masing
46
Andika Wijaya, Op.Cit, hlm. 113.
47
Junaidi Abdullah, Op.Cit, hlm. 125-126.
48
Ibid, hlm. 126.
37
yang terdiri dari pemupukan iuran beserta bunganya. Selain itu, JHT yang
Peserta yang ikut dalam program Jaminan Hari Tua (JHT) ketika
peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total
tetap, maka akan mendapatkan manfaat Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar nilai
sampai batas tertentu apabila Peserta telah memiliki masa kepesertaan paling
singkat 10 (sepuluh) tahun. Dengan presentase paling banyak 30% (tiga puluh
persen) dari jumlah Jaminan Hari Tua (JHT), yang peruntukannya untuk
kepemilikan rumah atau paling banyak 10% (sepuluh persen) untuk keperluan
manfaatnya diberikan kepada ahli waris yang sah. Ahli waris yang sah
meliputi:
a. Janda;
49
Dede Agus, “Perkembangan Pengaturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dalam Rangka
Perlindungan Hukum Buruh/Pekerja”, Jurnal Ilmu Hukum Vol. 8 No.1, Serang, 2014, hlm. 64.
50
Junaidi Abdullah, Op.Cit, hlm. 129-130.
51
Ibid, hlm. 130.
38
b. Duda; atau
c. Anak.
Jika peserta Jaminan Hari Tua (JHT) tidak mempunyai janda, duda
maupun anak, maka manfaat Jaminan Hari Tua (JHT) di berikan kepada ahli
b. Saudara kandung;
c. Mertua;
Sesuai ketentuan tersebut, hak atas manfaat jaminan hari tua tidak
dapat dialihkan dengan alasan apa pun. Termasuk bila nanti peserta dijatuhi
manfaat jaminan hari tua tidak dapat disita oleh pengadilan sebagai harta
pailit. Hak atas manfaat jaminan hari tua hanya dapat dinikmati oleh peserta
Jaminan hari tua adalah program yang ditujukan untuk menjamin agar
cacat total tetap, atau meninggal dunia. Jaminan hari tua diselenggarakan
52
Andika Wijaya, Op.Cit, hlm. 128.
39
yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan
menafsirkan secara autentik bahwa prinsip asuransi sosial dalam jaminan hari
pekerja dan pemberi kerja. Adapun prinsip tabungan wajib dalam jaminan
hari tua didasarkan pada pada pertimbangan bahwa manfaat jaminan hari tua
a. Kegotong royongan;
b. Nirlaba;
c. Keterbukaan;
53
Daniel Perwira dkk, Perlindungan Tenaga Kerja Melalui Sistem Jaminan Sosial:
Pengalaman Indonesia, Lembaga Penelitian SMERU, Jakarta, 2003, hlm. 3.
54
Andika Wijaya, Op. Cit, hlm. 113.
40
d. Kehati-hatian;
e. Akuntabilitas;
f. Portabilitas;
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
mengungkapkan kembali konsep hukum, fakta hukum, dan sistem hukum yang
telah pernah ada untuk dikembangkan, atau diperbaiki, atau dimodifikasi sesuai
hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah proses penelitian untuk meneliti
dan mengkaji tentang hukum sebagai norma, aturan, asas hukum, prinsip hukum,
permasalahan hukum yang diteliti. Oleh karena itu, berdasarkan pendapat di atas,
55
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004, hlm. 37.
56
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis serta Disertasi, Alfabeta,
Bandung, 2017, hlm. 25.
41
42
berdasarkan dari judul yang diangkat oleh penulis mengacu pada bentuk
hak jaminan hari tua yang ditinjau berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011
Tentang BPJS dan Permenaker No. 4 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Persyaratan
dan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua. Penelitian ini sebagai salah satu cara
Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Undang-Undang No. 40 Tahun
Tentang Cipta Kerja, Permenaker No. 4 Tahun 2022 Tentang Tata cara dan
2022 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua,
Permenaker No. 19 Tahun 2015 Tentang Tata cara dan Persyaratan Pembayaran
57
Muhaimin, Op.Cit, hlm. 48.
43
Manfaat Jaminan Hari Tua, Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2015 Tentang
2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2015 Tentang
Indonesia. Serta hasil wawancara dengan Bapak Brian Aprinto selaku Asisten
Deputi Bidang Kebijakan Program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun
(JP) mengenai perlindungan hak jaminan hari tua, yang digunakan sebagai data
menggunakan teori keadilan, teori perikatan, dan teori perlindungan hukum sebagai
B. Spesifikasi Penelitian
Ruang lingkup yang dilakukan dalam penelitian ini adalah termasuk dalam
ruang lingkup keperdataan. Norma hukum yang mengatur hubungan hukum yang
penelitian ini antara lain mengenai jaminan sosial tenaga kerja, sehingga para
pekerja/buruh dapat saling mengetahui lebih jelas mengenai hak ekonomisnya nya
58
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1998, hlm. 36.
44
yang salah satu produk bahasannya adalah hak jaminan hari tua, sehingga para
menggunakan teori keadilan, teori perikatan dan teori perlindungan hukum sebagai
salah satu sarana bantuan untuk menganalisis tentang hukum serta menetukan
posisi Permenaker No. 4 Tahun 2022 tersebut guna memperoleh gambaran secara
rinci, sistematis, dan menyeluruh mengenai keadilan yang dalam teorinya John
sebagai fairness bahwa keadilan tersebut harus memuat asas-asas bahwa orang-
orang yang merdeka dan rasional yang dalam hal ini orang-orang tersebut yakni
Dalam penelitian ini kepentingan tersebut ialah jaminan sosial tenaga kerja
yang salah satu bahasannya yaitu jaminan hari tua serta memperoleh kedudukan
yang sama dalam hal ini seluruh kategori atau golongan pekerja juga berhak
hukum yang dengan demikian para pihak tersebut wajib memenuhi hak dan
kewajiban nya berkaitan dengan perlindungan hak jaminan hari tua. Kemudian
Jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah jenis
data sekunder. Adapun sumber data berupa data sekunder dalam penelitian ini
terdiri dari beberapa jenis bahan hukum, yang meliputi bahan hukum primer dan
terdiri dari norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan perundang-
sebagai berikut:
59
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji, Penlitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm. 13.
46
Jaminan Sosial;
Nasional;
hukum sekunder ini adalah buku-buku teks, skripsi, tesis, disertasi hukum, serta
47
teori-teori yang diperoleh dari literatur hukum, hasil penelitian artikel ilmiah
berasal dari bahan pustaka yang berhubungan dengan topik penelitian ini yang
Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia, Nuradi dan Edi
dengan Bapak Brian Aprinto selaku Asisten Deputi Bidang Kebijakan Program
Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) mengenai perlindungan hak
jaminan hari tua, yang digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap dalam
penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Data primer bersumber
Kerja, Permenaker No. 2 Tahun 2022 Tentang Tata cara dan Persyaratan
Tentang Tata cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua,
No. 46 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua serta
buku-buku yang relevan baik buku koleksi pribadi maupun dari perpustakaan
dan hukum jaminan sosial yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Serta
melalui hasil wawancara via Google Meeting (Gmeet) dengan Bapak Brian
Aprinto selaku Asisten Deputi Bidang Kebijakan Program Jaminan Hari Tua
(JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) mengenai perlindungan hak jaminan hari tua
49
yang digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap dalam proses penelitian
ini.
D. Lokasi Penelitian
Jend. Gatot Subroto No. 79, Karet Semanggi, Kecamatan Setiabudi, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta melalui via Google Meeting
(Gmeet).
Dalam tahapan ini, penulis mengumpulkan data di dalam penelitian ini yaitu
data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer yang bersumber dari peraturan
pelaksana dan bahan hukum sekunder yang bersumber dari buku-buku, baik buku
koleksi pribadi, buku elektronik digital, maupun dari perpustakaan dan jurnal-jurnal
ilmiah yang berkaitan dengan hukum ketenagakerjaan dan hukum jaminan sosial
serta melalui hasil wawancara via Google Meeting (Gmeet) dengan Bapak Brian
Aprinto Selaku Asisten Deputi Bidang Kebijakan Program Jaminan Hari Tua (JHT)
dan Jaminan Pensiun (JP) mengenai perlindungan hak jaminan hari tua yang
digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap dalam proses penelitian ini.
50
kepustakaan serta melalui wawancara via Google Meeting (Gmeet) dengan Bapak
Brian Aprinto selaku Asisten Deputi Bidang Kebijakan Program Jaminan Hari Tua
(JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) mengenai perlindungan hak jaminan hari tua
dengan cara penulis mengumpulkan data-data hasil studi kepustakaan baik buku-
buku, teori, pendapat, dalil atau hukum serta data hasil wawancara lalu kemudian
ditarik kesimpulan mengenai perlindungan hak jaminan hari tua sehingga dapat
pengolahan data yang dibantu atau dengan menggunakan teori-teori yang telah
60
Muhaimin, Op.Cit, hlm. 105.
51
gambaran atau deskripsi dengan kata-kata atas temuan dan karena nya lebih
analisis, yaitu dengan menganalisa data dikaitkan dengan berdasarkan teori baik
dalam teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori keadilan, teori
perikatan, serta teori pelindungan hukum maupun hukum positif yang kemudian
perlindungan hak jaminan hari tua guna memperoleh kesimpulan sehingga mampu
perikatan, dan teori perlindungan hukum antara lain sebagai berikut: Perlindungan
hak jaminan hari tua berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang
BPJS dilakukan apabila para pekerja terdaftar sebagai peserta dari program JHT
yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Peserta program JHT terdiri atas
peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara
negara dan peserta bukan penerima upah dengan ketentuan mencapai usia pensiun,
61
Ibid, hlm. 107.
52
mengalami cacat total tetap atau meninggal dunia, dan peserta yang berhenti
bekerja meliputi peserta yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau
mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun dengan cara melakukan klaim atau
pencairan yang dapat dilakukan melalui kantor cabang, antrian online atau layanan
tanpa kontak fisik, serta melalui Jamsostek Mobile. Pembayaran manfaat Jaminan
Hari Tua (JHT) ini juga dibayar sekaligus, kecuali jika ingin melakukan klaim
sebagian dengan rincian 10% dengan tujuan untuk persiapan masa pensiun, dan
klaim JHT sebagian 30% untuk kepemilikan rumah dengan syarat kepesertaan
pengawasan internal dilakukan oleh organ pengawas BPJS yang terdiri atas Dewan
Pengawas dan Satuan Pengawas Internal (SPI) dan Pengawasan eksternal BPJS
dilakukan oleh DJSN serta lembaga pengawas independen seperti BPK (Badan
Pemberantasan Korupsi). Perlindungan hak jaminan hari tua juga diatur dengan
Ketentuan sanksi administratif tersebut berupa teguran tertulis, denda, atau tidak
Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS jika dihubungkan dengan Permenaker
53
No. 4 Tahun 2022 dapat dikatakan telah memberikan perlindungan yang telah
mencakup seluruh kalangan tenaga kerja dan jika dikaitkan dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 27 ayat (2) UUD
1945, Pasal 28D ayat (2) UUD 1945, Pasal 28 D ayat (1), Pasal 28H ayat (2) dan
(3) UUD 1945, serta Pasal 34 ayat (2) UUD 1945 maka sudah sesuai dan memenuhi
rasa keadilan bagi para pekerja tersebut dan jika dikaitkan dengan teori keadilannya
John Rawls yang digunakan dalam penelitian ini yang dalam pendapatnya
asas keadilan dan setiap orang yang dalam hal ini sebagai tenaga kerja memiliki
hak yang sama dan perbedaan sosial dan ekonomisnya diatur sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan manfaat bagi para pekerja tersebut dan dalam
pandangannya juga menyatakan bahwa tiap individu dalam masyarakat tidak ada
pembedaan status dan kedudukan dan memposisikan situasi yang sama dan
sederajat.
fairness, yang berarti bahwa keadilan haruslah memuat asas-asas bahwa orang-
jaminan sosial tenaga kerja khususnya dalam penelitian ini yaitu jaminan hari tua
serta memperoleh kedudukan yang sama pada saat akan memulainya yang dalam
hal ini seluruh kategori atau golongan pekerja berhak mendapatkannya dan
dalam sebuah perikatan antara pekerja, pengusaha atau pemberi kerja dengan Badan
54
Prof. R. Subekti, S.H. yang juga mengatakan bahwa: “Perikatan adalah suatu
perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang
satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain
diatas, maka dalam hal ini pihak yang berhak menuntut sesuatu (jaminan hari tua)
adalah para pekerja, sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan hak
tersebut dalam hal ini yaitu jaminan hari tua adalah pemberi kerja dengan Badan
Maka dengan konsep itu Rawls menggiring masyarakat yang dalam hal ini
sebagai tenaga kerja untuk memperoleh prinsip persamaan yang adil dengan
orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat yang dalam hal ini
sebagai tenaga kerja agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum yang mana hak tersebut dalam hal ini adalah jaminan hari tua. Sehingga
Permenaker No. 4 Tahun 2022 mengatur beberapa poin penting tentang jaminan
hari tua. Secara ringkas ketentuan-ketentuan dalam Permenaker No. 4 Tahun 2022
tersebut diantaranya manfaat jaminan hari tua dapat diberikan kepada seluruh
55
golongan pekerja yang meliputi peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi
kerja selain penyelenggara negara, antara lain pekerja pada perusahaan, pekerja
pada orang perserorangan, dan orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat
6 (enam) bulan. Serta pekerja yang termasuk peserta bukan penerima upah, antara
lain pemberi kerja, pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan pekerja
yang tidak termasuk pekerja di luar hubungan kerja dan tidak pula termasuk sebagai
Maka berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja ini, manfaat JHT yang
wajib diberikan kepada peserta berdasarkan Permenaker No. 4 Tahun 2022 ini yaitu
antara lain peserta yang mencapai usia pensiun, peserta mengalami cacat total tetap,
dan meninggal dunia dapat diberikan secara tunai dan sekaligus kepada peserta
pada saat mencapai usia pensiun, mengalami cacat total tetap dan bagi peserta
meninggal dunia dibayarkan kepada ahli waris peserta. Kemudian peserta yang
berhenti bekerja meliputi peserta yang mengundurkan diri (resign) dan terkena
pemutusan hubungan kerja (PHK) juga dapat diberikan secara tunai dan sekaligus
setelah melewati masa tunggu 1 (satu) bulan, tanpa lagi harus menunggu peserta
dengan ketentuan yang ada pada Permenaker No. 2 Tahun 2022. Pada Permenaker
No. 2 Tahun 2022 tersebut dijelaskan bahwa manfaat JHT bagi peserta yang
mencapai usia pensiun diberikan kepada peserta pada saat mencapai usia 56 (lima
puluh enam) tahun. Manfaat JHT bagi peserta yang berhenti bekerja yang meliputi
peserta yang mengundurkan diri atau (resign) dan peserta yang terkena pemutusan
56
hubungan kerja (PHK) diberikan pada saat peserta mencapai usia 56 (lima puluh
enam) tahun. Dan manfaat JHT bagi yang mengalami cacat total tetap diberikan
kepada peserta yang mengalami cacat total tetap sebelum mencapai usia pensiun.
ini telah memberikan perlindungan mencakup semua tenga kerja dan sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa setiap orang
berhak atas jaminan, dan perlindungan serta memperoleh kesempatan dan manfaat
yang sama sesuai dengan teori keadilan John Rawls yang digunakan dalam
penelitian ini yang dalam pendapatnya mengatakan bahwa keadilan harus dapat
ditegakkan apabila negara melaksanakan asas keadilan dan setiap orang hendaknya
memiliki hak yang sama serta perbedaan sosial dan ekonomisnya hendaknya diatur
sedemikian rupa sehingga memberi manfaat yang besar bagi mereka yang
berkedudukan paling tidak beruntung dalam hal ini pekerja. Dalam pandangannya
juga Rawls menyatakan setiap individu dalam masyarakat tidak ada pembedaan
status dan kedudukan, yang kemudian memposisikan situasi yang sama dan
sederajat.
sebagai fairness, yang berarti bahwa keadilan haruslah memuat asas-asas bahwa
jaminan sosial tenaga kerja khususnya dalam penelitian ini yaitu jaminan hari tua
serta memperoleh kedudukan yang sama pada saat akan memulainya yang dalam
hal ini seluruh kategori atau golongan pekerja berhak mendapatkannya dan
57
dalam sebuah perikatan antara pekerja, pengusaha atau pemberi kerja, dengan
teorinya Prof. R. Subekti, S.H. yang juga mengatakan bahwa: “Perikatan adalah
suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana
pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang
penjelasan diatas, maka dalam hal ini pihak yang berhak menuntut sesuatu (jaminan
hari tua) adalah para pekerja, sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi
tuntutan hak tersebut dalam hal ini yaitu jaminan hari tua adalah pemberi kerja
Maka dengan konsep itu Rawls menggiring masyarakat yang dalam hal ini
sebagai tenaga kerja untuk memperoleh prinsip persamaan yang adil dengan
orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat yang dalam hal ini
sebagai tenaga kerja agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum yang mana hak tersebut dalam hal ini adalah jaminan hari tua. Hukum
dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi, dan
politik untuk memperoleh keadilan sosial yang dalam hal ini adalah pekerja/buruh.
Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (disingkat
“Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang
sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan
pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga
kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal
dunia”.
sebagian besar rakyat belum memperoleh perlindungan yang memadai. Pada era
kepesertaan yang lebih luas serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi setiap
peserta.
62
Andika Wijaya, Op.Cit, hlm. 43.
58
59
Indonesia, dibentuk UU BPJS yang merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1)
dan dinyatakan tidak berlaku melalui pasal khusus dalam UU BPJS. Hal ini tertuang
merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 UU SJSN yang
Sosial. Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan
63
Ibid, hlm. 44.
64
Ibid, hlm. 28.
60
ketentuan Pasal 6 ayat (1) UU SJSN, Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial harus
Melalui UU BPJS dibentuk 2 (dua) BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan
Jaminan Pensiun mulai tanggal 1 Juli”. Tanggal 1 Juli 2015 merupakan tanggal dari
beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan secara resmi, sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan dalam Pasal 64 UU BPJS. Secara yuridis, tanggal 1 Juli 2015 merupakan
65
Ibid, hlm. 26.
66
Ibid, hlm. 45.
61
pemeriksaan atas kepatuhan peserta hanya berlaku bagi peserta yang merupakan
tua) juga dimiliki oleh Pengawas Ketenagakerjaan pada instansi yang bertanggung
perundang-undangan69.
Program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) proses pengawasan
dan eksternal. Proses pengawasan untuk internal dilakukan oleh Satuan Pengawas
67
Ahmad Nizar Shihab, Hadirnya Negara Di Tengah Rakyatnya Pasca Lahirnya Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol. 9, No. 2, 2012, hlm. 181.
68
Andika Wijaya, Op.Cit, hlm. 135.
69
Ibid, hlm. 135
62
Internal (SPI) kemudian untuk pengawasan eksternalnya itu dilakukan oleh BPK
(Badan Pemeriksa Keuangan), dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) serta KPK
terhadap BPJS dilakukan secara ekternal dan internal. Pengawasan secara eksternal
1. Pengawasan internal BPJS dilakukan oleh organ pengawas BPJS, yang terdiri
atas Dewan Pengawas dan satuan pengawas internal (vide Pasal 39 ayat (3) UU
BPJS).
tanggal 11 Juli 1974 di Jenewa, Swiss telah menyetujui ILO Convention No. 81
70
Wawancara dengan Bapak Brian Aprinto pada tanggal 15/09/2022 pukul 15:00 WIB
71
Andika Wijaya, Op.Cit, hlm. 43
72
Ibid, hlm. 136
63
Menurut bapak Brian Aprinto jumlah data penerima manfaat jaminan hari
tua per tahun 2019 hingga 2021 yaitu untuk 2021 kemarin itu sudah 2,5 Juta
sebelumnya tuh kira-kira 2 Jutaan juga, artinya kalau di rata-rata 2019 itu 2 Juta ya
rata-rata mungkin 2019, 2020, 2021 3 tahun ya, 3 tahun itu kira-kira 7 Jutaan73.
Untuk hasil pengembangan saldo Jaminan Hari Tua Tahun 2019 yaitu 6,08 %, dan
untuk hasil pengembangan saldo Jaminan Hari Tua pada Tahun 2020 adalah 5,59
%74.
hak jaminan hari tua juga diatur dengan ketentuan pemberian sanksi bagi para
kerja.
73
Wawancara dengan Bapak Brian Aprinto, Op.Cit.
74
Website Resmi BPJS Ketenagakerjaan https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/ diakses
pada tanggal 17/09/2022
75
Wawancara dengan Bapak Brian Aprinto, Op.Cit.
64
Sesuai bunyi Pasal 33 ayat (2) PP JHT sanksi administratif yang dimaksud
dalam pasal tersebut terbagi dalam (tiga) jenis sanksi, yaitu teguran tertulis, denda,
atau tidak mendapat pelayanan publik tertentu, yang meliputi: perizinan terkait
usaha, izin yang diperlukan dalam mengikuti tender proyek, izin mempekerjakan
tenaga kerja asing, izin perusahaan penyedia jasa pekerja atau buruh atau izin
mendirikan bangunan.
Jenis sanksi tersebut dapat ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai
negara atas pasal pasal-pasal sebagaimana Pasal 33 ayat (1) PP JHT. Sanksi berupa
teguran tertulis dan/atau denda kepada pemberi kerja selain penyelenggara negara
peraturan perundang-undangan77.
Tua juncto Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Tata
Cara Dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua, terkait dengan klaim
manfaat JHT yang menjelaskan bahwa saldo JHT dapat diambil secara tunai dan
sekaligus oleh seluruh kalangan pekerja, baik peserta penerima upah yang bekerja
pada pemberi kerja selain penyelenggara negara dan pekerja yang termasuk peserta
76
Andika Wijaya, Op.Cit, hlm. 134.
77
Ibid, hlm.134.
65
bukan penerima upah, dengan ketentuan mencapai usia pensiun, mengalami cacat
total tetap, atau meninggal dunia dapat diambil secara tunai dan sekaligus.
pemutusan hubungan kerja (PHK) atau mengundurkan diri (resign) dapat diberikan
1 (satu) bulan terhitung setelah peristiwa tersebut terjadi dan keluarnya surat
pemberitahuan tanpa harus menunggu peserta mencapai usia 56 (lima puluh enam)
(JHT) ini juga dibayar secara tunai dan sekaligus, kecuali jika ingin melakukan
klaim sebagian dengan rincian 10% tujuannya untuk persiapan masa pensiun, dan
klaim JHT sebagian 30% untuk kepemilikan rumah dengan syarat kepesertaan
pencairan manfaat jaminan hari tua dapat dilakukan melalui kantor cabang, dan
dapat juga melalui antrian online atau layanan tanpa kontak fisik, selain itu juga
klaim dapat dilakukan melalui Jamsostek Mobile. Untuk proses klaim melalui
kantor cabang, peserta dapat datang dengan mengisi formulir kemudian setelah
Kemudian akan dilayani dan dilakukan wawancara serta dimintai dokumen lalu
kemudian dipastikan identitasnya. Setelah itu peserta dapat dipersilahkan balik, dan
untuk transfer manfaatnya atau klaimnya biasanya bisa hari itu atau paling lambat
78
Wawancara dengan Bapak Brian Aprinto, Op.Cit.
66
Apabila melalui antrian online atau layanan tanpa kontak fisik atau lapak
.go.id mengajukan antrian online, dari antrian online tersebut peserta akan mengisi
cabang, hal yang berbeda adalah adalah peserta melakukan sendiri kemudian
mengajukan dan akan mendapat peringatan atau notifikasi di emailnya yang akan
di hubungi. Kemudian dari rekan-rekan kita di kantor cabang akan melakukan video
diminta untuk melakukan pengkinian data di jamsostek mobile. Pengkinian data itu
untuk data seperti tempat tinggal dan lain-lain. Setelah peserta menginput data-data
pengkinian data, kemudian peserta akan melakukan foto selfie, setelah melakukan
sudah match atau sesuai maka klaim itu sudah bisa langsung diberikan dan langsung
khususnya mengenai jaminan hari tua (JHT) dalam Undang-Undang No. 24 Tahun
2011 Temtang BPJS, maka penulis dapat merumuskan bahwa perlindungan hak
jaminan hari tua terhadap para pekerja dapat dilakukan apabila para pekerja
79
Wawancara dengan Bapak Brian Aprinto, Ibid.
80
Wawancara dengan Bapak Brian Aprinto, Ibid.
81
Wawancara dengan Bapak Brian Aprinto, Ibid.
67
terdaftar sebagai peserta dari program JHT yang diselenggarakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan. Perlindungan hak jaminan hari tua tersebut antara lain dengan
pemberi kerja, serta melakukan proses klaim atau pencairan manfaat dana JHT.
dalam penelitian ini mengenai jaminan hari tua sudah menjadi tanggung jawab bagi
1945 pada Pasal 28D ayat (1), Pasal 28H ayat (2) dan (3), serta Pasal 34 ayat (2).
Indonesia Tahun 1945 dalam hal pemberian perlindungan dan jaminan sosial harus
berlandaskan pada asas keadilan dan kemanusiaan yang mana dalam hal tersebut
setiap orang berhak untuk bekerja dan mendapat perlakuan yang adil dan sama
perlindungan manfaat jaminan hari tua bagi para pekerja dalam permenaker No. 4
Tahun 2022 menjelaskan bahwa saldo JHT dapat diambil oleh seluruh kalangan
pekerja, baik peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain
penyelenggara negara dan pekerja yang termasuk peserta bukan penerima upah
68
dengan ketentuan peserta mencapai usia pensiun, mengalami cacat total tetap,
meninggal dunia dapat diambil secara tunai dan sekaligus serta peserta yang terkena
pemutusan hubungan kerja (PHK) atau mengundurkan diri (resign) dapat diberikan
1 (satu) bulan terhitung setelah peristiwa tersebut terjadi dan keluarnya surat
pemberitahuan tanpa harus menunggu peserta mencapai usia 56 (lima puluh enam)
tahun.
Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS jika dihubungkan dengan Permenaker
No. 4 Tahun 2022 dapat dikatakan telah memberikan perlindungan yang telah
mencakup seluruh kalangan tenaga kerja dan jika dikaitkan dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 27 ayat (2) UUD
1945, Pasal 28D ayat (2) UUD 1945, Pasal 28 D ayat (1), Pasal 28H ayat (2) dan
(3) UUD 1945, serta Pasal 34 ayat (2) UUD 1945 maka sudah sesuai dan memenuhi
rasa keadilan bagi para pekerja tersebut dan jika dikaitkan dalam teori keadilannya
John Rawls yang digunakan dalam penelitian ini yang dalam pendapatnya
asas keadilan dan setiap orang yang dalam hal ini sebagai tenaga kerja memiliki
hak yang sama dan perbedaan sosial dan ekonomisnya diatur sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan manfaat bagi para pekerja tersebut dan dalam
pandangannya juga menyatakan bahwa tiap individu dalam masyarakat tidak ada
pembedaan status dan kedudukan dan memposisikan situasi yang sama dan
sederajat.
69
fairness, yang berarti bahwa keadilan haruslah memuat asas-asas bahwa orang-
jaminan sosial tenaga kerja khususnya dalam penelitian ini yaitu jaminan hari tua
serta memperoleh kedudukan yang sama pada saat akan memulainya yang dalam
hal ini seluruh kategori atau golongan pekerja berhak mendapatkannya dan
dalam sebuah perikatan antara pekerja, pengusaha atau pemberi kerja, dengan
teorinya Prof. R. Subekti, S.H. yang juga mengatakan bahwa: “Perikatan adalah
suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana
pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang
penjelasan diatas, maka dalam hal ini pihak yang berhak menuntut sesuatu (jaminan
hari tua) adalah para pekerja, sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi
tuntutan hak tersebut dalam hal ini yaitu jaminan hari tua adalah pemberi kerja
Maka dengan konsep itu Rawls menggiring masyarakat yang dalam hal ini
sebagai tenaga kerja untuk memperoleh prinsip persamaan yang adil dengan
orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat yang dalam hal ini
sebagai tenaga kerja agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum yang mana hak tersebut dalam hal ini adalah jaminan hari tua. Hukum
dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi, dan
politik untuk memperoleh keadilan sosial yang dalam hal ini adalah pekerja/buruh.
B. Perlindungan Hak Jaminan Hari Tua Dalam Permenaker No. 4 Tahun 2022
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua
Menurut ketentuan umum dalam Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran
Manfaat Jaminan Hari Tua, yaitu: “Jaminan Hari Tua yang selanjutnya disingkat
JHT adalah manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat Peserta
memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap”.
Sedangkan yang dimaksud Peserta JHT yang selanjutnya disebut Peserta adalah
setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
No. 4 Tahun 2022 diantaranya sebagai berikut: Pembayaran manfaat JHT bagi
peserta yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dibayarkan secara tunai dan
sekaligus setelah melewati masa tunggu 1 (Satu) bulan terhitung sejak tanggal
pemutusan hubungan kerja (diatur dalam Pasal 10 dan Pasal 11). Pembayaran
manfaat JHT bagi peserta yang mengundurkan diri atau resign dapat dibayarkan
71
secara tunai dan sekaligus setelah melewati masa tunggu 1 (satu) bulan terhitung
sejak diterbitkan surat pengunduran diri dari pemberi kerja (diatur dalam Pasal 8
dan Pasal 9). Pembayaran manfaat JHT bagi peserta yang mengalami cacat total
tetap, dibayarkan sebelum mencapai usia pensiun yang hak nya tersebut
cacat total tetap (diatur dalam Pasal 14 dan Pasal 15). Pembayaran manfaat JHT
bagi peserta yang mencapai usia pensiun dibayarkan secara tunai dan sekaligus
kepada peserta pada saat mencapai usia pensiun sesuai perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau PKB (diatur dalam Pasal 6 ayat 1 dan Pasal 7).
Bagi peserta yang meninggal dunia, manfaat JHT dapat dibayarkan kepada
ahli waris peserta yang meliputi janda, duda, dan anak. Dalam hal janda, duda, atau
anak tidak ada, manfaat JHT dibayarkan sesuai urutan keturunan sedarah peserta
menurut garis lurus ke atas dan ke bawah sampai derajat kedua yaitu saudara
kandung, mertua, dan pihak yang ditunjuk dalam wasiatnya oleh peserta. Dalam hal
pihak yang ditunjuk dalam wasiat peserta tidak ada, manfaat JHT dikembalikan ke
(diatur dalam Pasal 16 dan Pasal 17). Peserta program JHT dapat terdiri dari peserta
penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara dan
peserta bukan penerima upah (diatur dalam Pasal 2 ayat 1). Manfaat JHT juga dapat
dibayarkan kepada peserta karena berakhirnya PKWT dan peserta bukan penerima
upah karena berhenti bekerja (diatur dalam Pasal 6 ayat 2 dan Pasal 7). Pembayaran
manfaat JHT juga dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak pengajuan dan
persyaratan diterima secara lengkap dan benar oleh BPJS Ketenagakerjaan (diatur
72
dengan ketentuan yang ada pada Permenaker No. 2 Tahun 2022. Pada Permenaker
No. 2 Tahun 2022 tersebut dijelaskan bahwa manfaat JHT bagi peserta yang
mencapai usia pensiun diberikan kepada peserta pada saat mencapai usia 56 (lima
puluh enam) tahun (diatur dalam Pasal 3). Manfaat JHT bagi peserta yang berhenti
bekerja yang meliputi peserta yang mengundurkan diri atau resign dan peserta yang
terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) diberikan pada saat peserta mencapai
usia 56 (lima puluh enam) tahun (diatur dalam Pasal 5). Dan manfaat JHT yang
mengalami cacat total tetap diberikan kepada peserta yang mengalami cacat total
tetap sebelum mencapai usia pensiun (diatur dalam Pasal 7 ayat 1 dan Pasal 7 ayat
2).
perlindungan tenaga kerja dalam bidang program jaminan hari tua bahwa yang
mana sebelumnya pada Permenaker No. 2 Tahun 2022 apabila peserta berhenti
bekerja karena PHK atau mengundurkan diri (ressign) diatur apabila telah
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua, itu
berusaha mengembalikan filosofi jaminan hari tua. Sehingga, JHT itu hanya bisa
diambil ketika pekerja mencapai usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau
73
untuk ahli warisnya dalam hal meninggal dunia82. Sedangkan dalam Permenaker
No. 4 Tahun 2022 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat
masyarakat belum siap, karena selama ini JHT digunakan sebagai dana cadangan83.
kebutuhan peserta jaminan hari tua, sehingga dalam hal tersebut Permenaker No. 2
Tahun 2022 masih dianggap belum berhasil dalam mememuhi hak normatif pekerja
hari tua dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Tata
Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua, dapat disimpulkan
bahwa peserta yang memasuki usia pensiun atau tidak dapat lagi menjalankan
pekerjaannya, mengalami cacat total tetap, meninggal dunia dapat diberikan secara
tunai dan sekaligus kemudian bagi peserta yang terkena pemutusan hubungan kerja
(PHK), mengundurkan diri (resign), dan pemberhentian hak bekerja, maka manfaat
JHT nya dalam Permenaker No. 4 Tahun 2022 ini yang sebagai bagian pelaksana
dari PP JHT dapat diambil secara tunai dan sekaligus setelah melewati masa tunggu
1 (satu) bulan tanpa lagi harus menunggu usia 56 (lima pilih enam) tahun dan dapat
82
Wawancara dengan Bapak Brian Aprinto, Ibid
83
Wawancara dengan Bapak Brian Aprinto, Ibid.
74
ini telah memberikan perlindungan mencakup semua tenga kerja dan sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa setiap orang
berhak atas jaminan, dan perlindungan serta memperoleh kesempatan dan manfaat
yang sama sesuai dengan teori keadilan John Rawls yang digunakan dalam
penelitian ini yang dalam pendapatnya mengatakan bahwa keadilan harus dapat
ditegakkan apabila negara melaksanakan asas keadilan dan setiap orang hendaknya
memiliki hak yang sama serta perbedaan sosial dan ekonomisnya hendaknya diatur
sedemikian rupa sehingga memberi manfaat yang besar bagi mereka yang
berkedudukan paling tidak beruntung dalam hal ini pekerja. Dalam pandangannya
juga Rawls menyatakan setiap individu dalam masyarakat tidak ada pembedaan
status dan kedudukan, yang kemudian memposisikan situasi yang sama dan
sederajat.
sebagai fairness, yang berarti bahwa keadilan haruslah memuat asas-asas bahwa
jaminan sosial tenaga kerja khususnya dalam penelitian ini yaitu jaminan hari tua
serta memperoleh kedudukan yang sama pada saat akan memulainya yang dalam
hal ini seluruh kategori atau golongan pekerja berhak mendapatkannya dan
dalam sebuah perikatan antara pekerja, pengusaha atau pemberi kerja, dengan
teorinya Prof. R. Subekti, S.H. yang juga mengatakan bahwa: “Perikatan adalah
suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana
pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang
lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu” yang mana berdasarkan penjelasan
diatas, maka dalam hal ini pihak yang berhak menuntut sesuatu (jaminan hari tua)
adalah para pekerja, sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan hak
tersebut dalam hal ini yaitu jaminan hari tua adalah pemberi kerja dengan Badan
Maka dengan konsep itu Rawls menggiring masyarakat yang dalam hal ini
sebagai tenaga kerja untuk memperoleh prinsip persamaan yang adil dengan
orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat yang dalam hal ini
sebagai tenaga kerja agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum yang mana hak tersebut dalam hal ini adalah jaminan hari tua. Hukum
dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi, dan
politik untuk memperoleh keadilan sosial yang dalam hal ini adalah pekerja/buruh.
perlindungan terhadap tenaga kerja dan juga dengan dikeluarkannya peraturan baru
sebagai peraturan pelaksana yang dalam hal ini Permenaker No. 4 Tahun 2022
76
dapat menjadi jaring pengaman bagi hari tua nya serta sekaligus sebagai jaring
pengaman pasca kerja bagi pekerja dalam pemberian perlindungan jaminan sosial
tenaga kerja.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS dan Permenaker No. 4 Tahun
2022 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua
1. Perlindungan hak jaminan hari tua dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2011
apabila para pekerja terdaftar sebagai peserta dari program JHT yang
peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara
negara dan peserta bukan penerima upah dengan ketentuan mencapai usia
pensiun, mengalami cacat total tetap atau meninggal dunia saldo JHT nya dapat
diambil secara tunai dan sekaligus kemudian untuk peserta yang berhenti
bekerja meliputi peserta yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau
mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun dengan cara melakukan klaim atau
pencairan yang dapat dilakukan melalui kantor cabang, antrian online atau
77
78
pengawasan internal dilakukan oleh organ pengawas BPJS yang terdiri atas
seperti BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Perlindungan hak jaminan hari tua juga
2. Perlindungan hak jaminan hari tua dalam Permenaker Nomor 4 Tahun 2022
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua
penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara,
antara lain pekerja pada perusahaan, pekerja pada orang perserorangan, dan
orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. Serta
pekerja yang termasuk peserta bukan penerima upah, antara lain pemberi kerja,
pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan pekerja yang tidak
termasuk pekerja di luar hubungan kerja dan tidak pula termasuk sebagai
2022 ini yaitu antara lain peserta yang mencapai usia pensiun, peserta
mengalami cacat total tetap, dan meninggal dunia dapat diberikan secara tunai
79
dan sekaligus kepada peserta pada saat mencapai usia pensiun, mengalami cacat
total tetap dan bagi peserta meninggal dunia dibayarkan kepada ahli waris
peserta. Kemudian bagi peserta yang berhenti bekerja meliputi peserta yang
mengundurkan diri (resign) dan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) juga
dapat diberikan secara tunai dan sekaligus setelah melewati masa tunggu 1
(satu) bulan, tanpa lagi harus menunggu peserta mencapai usia 56 (lima puluh
klausul hak pasca kerja dari peraturan sebelumnya yang telah disepakati dipaksa
berlaku surut, sehingga harus diperbaharui dalam hal tersebut yang tidak
B. Saran
pelayanan manfaat JHT agar dapat terlayani dengan mudah dalam melakukan
terpastikan bahwa pelayanan manfaat JHT dapat terlayani dengan mudah dalam
2. Perjanjian baru yang membagi premi pembayaran yang telah dibayarkan atau
sesuai kebutuhan pekerja yang disepakati baru dapat, semua untuk JHT, semua
A. Buku
81
82
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji, Penlitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 2013.
Vladimir Rys, Merumuskan Ulang Jaminan Sosial, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2011.
B. Jurnal
Daniel Perwira dkk, “Perlindungan Tenaga Kerja Melalui Sistem Jaminan Sosial:
Pengalaman Indonesia”, Lembaga Penelitian SMERU, Jakarta, (2003).
83
Pan Mohhamad Faiz, Teori Keadilan John Rawls (John Rawls A Theory Of
Justice), Jurnal Konstitusi, Vol. 6, No. 1, (2009).
C. Peraturan Perundang-undangan
D. Wawancara
Wawancara dengan Bapak Brian Aprinto, S.T., M.M. selaku Asisten Deputi Bidang
Kebijakan Program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) via Google
Meeting (Gmeet) pada Hari Kamis Tanggal 15/09/2022 Pukul 15.00 WIB.