SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD IDHAM KHOLID
NPM. 0217048901
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2022
ii
Oleh :
MUHAMMAD IDHAM KHOLID
NPM. 0217048901
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.H.Taufiq.SH.MHum.
NPP. 111098120
iii
PENGESAHAN
Judul : Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah Dalam
Membuat Akta Hak Tanggungan Berdasarkan
Undang-Undang No 4 Tahun 1996 Tentang Hak
Tanggungan
Nama Mahasiswa : MUHAMMAD IDHAM KHOLID
Nomor Pokok Mahasiswa : 0217048901
Pembimbing I : Dr.H.Taufiq.SH.MHum.
Pembimbing II : Esmara Sugeng.SH.Mhum.
Diujikan tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.H.Taufiq.SH.MHum.
NPP. 111098120
iv
SURAT PERNYATAAN
▪ Ayah dan Ibuku sebagai tanda baktiku dan cintaku terhadap beliau.
▪ Kakak Ida dan segenap keluarga besarku, yang tak henti memberi semangat
▪ Para sahabat dkk yang selalu ada dikala saya merasa lelah dan terima kasih
MOTTO :
ABSTRAK
Kata Kunci : Kewenangan, Pejabat Pembuat Akta Tanah dan, Akta Hak
Tanggungan
vii
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
pihak-pihak yang telah membantu Penulis dalam penulisan skripsi ini, antara lain :
Pekalongan.
Pekalongan.
3. Bapak Dr, Taufiq,SH. MHum dan Esmara Sugeng, SH. MHum selaku
untuk menilai kelayakan proposal dan Tim penguji skripsi yang telah
yang dari awal telah memberikan pengetahuan kepada Penulis tentang Ilmu
Hukum.
8. Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
Pembaca.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 1 Dalam rangka
jika pemberi dan penerima kredit serta pihak yang terkait mendapat
perlindungan melalui suatu lembga hak jaminan yang kuat dan dapat
jaminan yang kuat yang dapat dibebankan pada hak atas tanah, yaitu Hak
1
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
2
Efendi Perangin,1991, Praktek Penggunaan Tanah Sebagai Jaminan Kredit, Rajawali
Pers.Jakarta, hlm. 2
3
Ibid.Hlm 3
2
Namun dapat saja dikemudian hari dikarenakan sesuatu hal maka debitor
tidak dapal memenuhi prestasi. Dalam hal ini dapat dikatakan debitor telah
melakukan wanprestasi yang berarti lalai atau alpa atau cidera janji. Dengan
antara lain:4
tidak memenuhi prestasi secara suka rela atau dinyatakan wanprestsi, maka
kekayaan debitor yang dijadikan jaminan. Dalam Pasal 1131 KUH Perdata
tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada
4
Pasal 1131 KUH Perdata
3
1. Yang dapat secara mudah membantu pcrolehan kredit oleh pihak yang
memerlukannya
usahanya
barang jaminan setiap waktu terscdia untuk dieksekusi, yaitu bila perlu
sebagai jaminan adalah tanah"6, hal ini karena tanah merupakan barang
fasilitas kredit. Sebab tanah pada umumnya mudah dijual atau mudah
5
R . Subekti, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Alumni,
Bandung, 1988, hal. 29
6
Efendi Perangin,1991, Praktek Penggunaan Tanah Sebagai Jaminan Kredit, Rajawali
Pers.Jakarta, hlm. 5
4
sebagai peraturan dasar dalam bidang agrarian. Dalam UUPA, apa yang
Pasal 51 yang mengatakan bahwa Hak Tanggungan itu akan diatur dengan
Undang-undang dan dalam Pasal 25, 33, dan 59 dikatakan bahwa Hak
Miiik, Hak Guna Usaha, dan Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan
utang dengan dibebani Hak Tanggungan. Maksud dari Pasal 51 UUPA itu
Dengan Tanah. 7
Tanggungan, adalah hak jaminan yarg dibebankan pada hak atas tanah
bendabenda Iain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk
7
K. Wantjik Saleh,1985, Hak Anda Alas Tanah, Ghalia indonesia, Jakarta, hlm. 55
5
karya yang terdapat di atas tanah itu untuk jaminan terpisah dari tanahnya
(sesuai dengan perkataan berikut atau tidak berikut). Hal ini terjadi apabila
kepemilikan antara tanah dan bangunan, tanaman atau hasil karya tersebut
tidak dimiliki oleh satu orang. Hak Tanggungan atas tanah menurut UU
berada atau dikenal dengan istilah droit de suite yang diatur dalam
Fasal 7 UUHT
dengan jaian melelang barang yang menjadi jaminan debitor cidera janji
menurut Pasal 11 ayat (2) tersebut dengan adanya janji untuk menjual atau
tanpa keputusan hakim yaitu dengan jalan eksekusi iangsung. Ini berarti
8
Ibid.
7
nyata pada setiap peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat. Data
penelitian ini diperoleh dari dua cara yaitu: 1). Data primer, yakni data
dengan permasalahan yang akan diteliti, 2). Data sekunder, yakni data yang
diperoleh secara tidak langsung tetapi berkaitan dengan data empiris dan
dan sekunder, seperti kamus dan ensiklopedi. Analisis Penelitian ini diolah
rekonstruksi data, dan sistemasi data. Hasil studi ini menunjukkan bahwa
9
dewi tantini wardaningsih,2020, tanggungjawab ppat dalam pembuatan akta pembebanan hak
tanggungan (apht) dengan jaminan milik anak di bawah umur, program studi kenotariatan program
magister fakultas hukum universitas islam indonesia
8
Hukum Bagi Para Pihak Pada Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Jual Beli
hukum bagi para pihak dalam proses peralihan Hak Atas Tanah melalui jual
beli. PPAT sebagai pejabat umum pembuat akta tertentu khususnya akta
pertanahan, mengingat akta tersebut bisa digunakan sebagai alat bukti yang
hukum terhadap para pihak, dalam peralihan hak jual beli, dilakukan sejak
penjual terlindungi jika obyek jual beli telah dibayar lunas oleh pembeli,
dan hak pembeli terlindungi jika proses peralihan hak sampai dengan
atas nama pembeli. Agar bisa memberikan penyuluhan hukum, serta contoh
akibat hukum jika para pihak tidak memenuhi persyaratan peralihan hak
sesuai dengan apa yang dijelaskan PPAT harus menguasai dan memahami
9
semua ketentuan yang berlaku terkait dengan peralihan hak melalui jual
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
10
Jurnal Ilmiah Purna Noor Aditama Tanggung Jawab Pejabat Pembuat Akta Tanah Dalam
Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Pada Peralihan Hak Atas Tanah 2 No. 1 VOL.
3 Januari 2018: 189 - 205
10
D. MANFAAT PENELITIAN
yakni dari segi teoritis. Dengan adanya penelitian ini penulis sangat
1. Manfaat Akademis
2. Manfaat Praktis
11
Tanggungan
E. METODE PENELITIAN
a. Metode Pendekatan
11
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji,2007 Penelitian Hukum Normatif-Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, , Hlm 1
12
kepustakaan atau data sekunder belaka Penelitian ini dilakukan guna untuk
meliputi: 12
horisontal.
d. Perbandingan hukum.
e. Sejarah hukum.
2. Spesifikasi Penelitian
12
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1996), hlm. 63.
13
13
Peter Mahmud, 2016 , Penelitian Hukum, kencana, Jakarta Hal 244
14
di Kabupaten Pekalongan.
2. Kamus hukum
Tanggungan .
data.14 Reduksi data adalah bagian dari analisis, suatu bentuk analisis
dan transformasi data kasar yang diperoleh dari studi pustaka, serta
14
Maman, Rahman, 1999, Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian, Semarang : IKIP Semarang
Press. Hlm 45
15
penyajian data peneliti akan mengerti apa yang akan terjadi dan
ditarik dari semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
dengan terperinci dan sistematis agar para pembaca mudah dan dapat
yang saling berhubungan satu dengan yang lain, dapat dilihat sebagai
berikut:
dan persembahan, prakata, sari, daftar isi, daftar singkatan dan tanda
2. Bagian Pokok
16
penutup.
BAB I : PENDAHULUAN
penulis.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan Hak
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah, bahwa “Pejabat Pembuat Akta
15
Pasal Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah.
16
Pasal 1 angka 5 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah.
18
mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun”.
dan Pasal 26 ayat (1) UUPA menyatakan bahwa jual beli, tukar
17
Pasal 1 angka 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
19
dengan pejabat umum. Maksud “pejabat umum” itu adalah orang yang
a Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT adalah pejabat umum yang diberi
hukum tertentu mengenai hak atas tanah dan hak milik atas satuan
rumah susun.
18
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2003), hlm. 486.
19
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia; Kumpulan Tulisan Tentang
Notaris dan PPAT (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009), hlm. 77.
20
sebagai Notaris tidak dapat dikabulkan oleh Kepala BPN hanya disuruh
berhenti saja sebagai PPAT atau dia diangkat saja sebagai Notaris di
Acara Sumpah Jabatan yang disaksikan paling kurang dua orang saksi.
keputusan pengangkatannya.20
20
Ibid hlm. 81.
22
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah dan hak milik atas
Akta Tanah.
23
akta-akta otentik mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan
21
Boedi Harsono. 2003. Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Cetakan Kesembilan. Jakarta. Penerbit Djambatan. Hlm 72.
24
mengenai Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.”
tanah yang menjadi haknya. Ketentuan Pasal 4 ayat (2) UUPA, kepada
tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang
perbuatan hukum tentang Hak Atas Tanah dan Hak Milik Atas Satuan
22
Jayadi Setiabudi. 2015. Pedoman Pengurusan Surat Tanah & Rumah Beserta Perizinannya.
Yogyakarta. Penerbit Buku Pintar. Hlm. 19.
25
23
6Effendi Perangin, Hukum Agraria Di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994),
hlm. 6-7.
26
mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun,
tanggungan.24
maupun Hak Milik Atas Satua.n Rumah Susun yang dapat dijadikan
bersama, pemberian Hak Guna Bangunan/ Hak Pak.ai atas tanah, Hak
24
A. P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia (Bandung: Penerbit Mandar Maju, 1999),
hlm. 180
27
jawab terhadap akta yang telah dibuat yang dapat digunakan sebagai
pada sisi yang lain bahwa jabatan dapat berjalan sebagai pendukung
25
Ngadino. (2019). Ketentuan Umum Tata Cara Pem.buatan dan Pengisian Akta PPAT.
Semarang:UPT Penerbitan Universitas PGRI Semarang. Hlm 56
28
dengan teori maupun praktek. Salah satu jenis tolak ukur dari adanya
1. Pengertian Akta
merupakan bentuk jamak dari kata "Actum" yang berasal dari balisa latin
26
Toedjasaputro. (1995). Etika Pr.ofrsi Notaris Dan Profesi Hukum. Semarang: Aneka Ilmu Hlm
22
27
R. Subekti dan Tjitrosudibio, Kamus Hukum, Pradnya Paramila, Jakarta, 1990, him. 9
30
2. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai atau digunakan sebagai bukti
pembuktian sesuatu. 28
yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan yang digunakan untuk
pembuktian"29
diberi tanda tangan yang menjadi dasar dari pada suatu hak atau
pembuktian"."31
28
victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Grosse Akia Dalam Pembuktian Dan
EksUiusi, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, him. 26
29
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,2000,
him. 119
30
Retnowulan Sutantio dan Oerip Kartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktek.
Mandar Maju. Bandung, 1990, him. 58
31
"Opcit Abdul Kadir. Hlm 123
31
akta tercantum dalam akta, tercantum dalam Pasal 1869 KUH Perdata
yang berbunyi: "Suatu akta yang karena tidak berkuasa atau tidak
suatu surat untuk dapat disebutakta adalah untuk memberikan ciri atau
2. Surat itu hams memuat peristiwa yang menjadi dasar sesuatu hak atau
perikatan
32 32
victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Grosse Akia Dalam Pembuktian Dan
EksUiusi, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, him. 29
32
Syarat ketiga agar suatu surat dapat disebut suatu akta adaiah
surat itu hams dipemntukkan sebagai alat bukti. Jadi segaia surat-surat
perdata bukti tulisan adalah bukti yang utama, bukti tulisan yang
otentik maupun dengan tulisan (akta) di bawah tangan" Dari isi Pasal
a. Akta Otentik
bukti yang lengkap antara para pihak dan para ahli warisnya dan
perihal akta itu. Defenis akta otentik ini dapat dijumpai dalam Pasal
adalah suatu akta yang dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-
33
Lilian Tedjosaputro, Eika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum Pidana, Bigraf Publishing,
Yogyakarta. 1995, him. 31
33
berkepenlingan
tangan adalah akta yang sengaja dibuat oleh para pihak untuk
dikatakan akta tidak otentik karena tidak dibuat oleh atau dihadapan
34
Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Pembuktian Dalam Sengketa Tata Usaha Negara, Pradnya
Paramila, .lakarta, 1997, him. 63
34
tambahan.
dipengadilan.35
khusus yang dibuat sedemikian rupa agar menjadi suatu alat bukti yang
sah dan akurat disebut sebagai akta (acte). Akta adalah tulisan khusus
yang dibuat agar menjadi suatu alat bukti tertulis.14 A.Pitlo mengartikan
akta itu sebagai surat – surat yang ditandatangani, dibuat untuk dipakai
pengertian akta otentik tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Pasal 1870
35
Dedy Pramono, Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum
menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 12 Nomor 3, Desember2015,
hlm. 250.
36
A. Pitlo, Pembuktian dan Daluarsa, Intermasa, Jakarta, 1986, hlm. 52
36
sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya. Jika sesuatu akta hendak
memperoleh status otentisiteit, hal mana terdapat pada akta notaris, maka
UUHT antara lain dalam Pasal 10 ayat (2) berbunyi: "Pemberian Hak
Tanah yang selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat umum yang diberi
dari Akta Pemberian Hak Tanggungan, bentuk dan isi buku tanah hak
tanggungan dan hal Iain-Iain yang berkaitan dengan tata cara pemberian
37
Ibid.Hlm 62
37
bidang agrarian. Dalam UUPA, apa yang dimaksud dengan pengertian Hak
Tanggungan tidak dijumpai, selain dalam Pasal 51 yang mengatakan bahwa Hak
Tanggungan itu akan diatur dengan Undang-undang dan dalam Pasal 25, 33, dan
59 dikatakan bahwa Hak Miiik, Hak Guna Usaha, dan Hak Guna Bangunan dapat
dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan. Maksud dari Pasal 51
1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan
Dengan Tanah. 38
Berkaitan Dengan Tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak
38
K. Wantjik Saleh,1985, Hak Anda Alas Tanah, GHlmia indonesia, Jakarta, hlm. 55
38
jaminan yarg dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam
Agraria, berikut atau tidak berikut bendabenda Iain yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertcnlu, yang memberikan
lain.
dimungkinkan adanya tanah dan bangunan, ataupun tanaman atau hasil karya
yang terdapat di atas tanah itu untuk jaminan terpisah dari tanahnya (sesuai
dengan perkataan berikut atau tidak berikut). Hal ini terjadi apabila kepemilikan
antara tanah dan bangunan, tanaman atau hasil karya tersebut tidak dimiliki
oleh satu orang. Hak Tanggungan atas tanah menurut UU No. 4 Tahun 1996
mengikuti bendanya dalam tangan siapapun benda itu berada atau dikenal
39
Ibid Hlm 57
39
f. Hak tanggungan hanya bcrisi hk-hak untuk pelunasan utang dan tidak
maka dapat diketahui bahwa hak tanggungan adalah perjanjian accesoir, bersifat
droit de suite, mempunyai kedudukan prefrensi dan hanya untuk pelunasan saja.
hak kebendaan yaitu dapat dipertahankan terhadap siapa pun juga, selalu
hak jaminan atas Rumah Susun dan Hak Milik alas Satuan Rumah Susun,
lermasuk yang didirikan di atas tanah Hak Pakai atas Tanah Negara. Scsuai Pasal
12 dan Pasal 13 UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (UURS) yang
itu sendiri juga harus tunduk pada peraturan undang-undang Hak Tanggungan
tersebut, sehingga penjaminan dengan fiducia tidak berlaku lagi. Di samping itu
Pembebanan rumah beserta lanag yang haknya dimiliki oleh pihak yang
Tanggungan. Dengan demikian unluk jaminan terhadap hak alas tanah, berikut
40
Hak Tanggungan, satu-satunya lembaga jaminan atas tanah yang berlaku adalah
Hak Tanggungan yang diatur dalam Undang-undang Hak Tanggungan (UU No. 4
Tahun 1996).
Dalam hak tanggungan juga terdapat subyek hukum yang menjadi hak
dimaksud dengan subyek hak tanggungan ini adalah pihak-pihak yang terlibat
a. Pemberi hak tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menjamin obyek hak
tanggungan
b. Pemegang hak tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menerima hak
Indonesia, dengan ditetapkannya hak pakai atas tanah negara sebagai salah satu
obyek hak tanggungan, bagi warga negara asing juga dimungkinkan untuk dapat
menjadi subyek hak tanggungan, apabila memenuhi syarat. Jika hak pakai itu
oleh warga negara asing, dimana hak pakai itu menurut Undang-undang Hak
Tanggungan juga dapat menjadi obyek Hak Tanggungan, ada persyaratan untuk
menjadi subyek Hak Pakai yang harus dipenuhi. Demikian juga kalau warga
41
negara asing tersebut mengajukan permohonan kredit dengan hak pakai atas
Republik Indonesia.
badan hukum asing juga dapat menjadi pemegang hak tanggungan karena hak
tanggungan tidak ada kaitannya dengan pemilikan obyek secara serta merta.
terhadap obyek hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
ada pada pemberi hak tanggungan pada saat pendaftaran hak tanggungan
dilakukan". Ini berarti bahwa hak tanggungan hanya dapal diletakan oleh
UUPA mengenai siapa yang boleh memberikan hak tanggungan ini dibalasi,
40
Ibid.Hlm 66
42
ini disebabkan karena adanya syaral-syaral bagi subyek Hak Milik, Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai. Menurut UUPA yang dapat
mempunyai Hak Milik adalah Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum
yaitu:
Indonesia dan Badan Hukum yang ditunjuk oleh pemerintah. Yang dapat
(1) UUPA. Pemberian Hak Tanggungan dari Hak Guna Bangunan adalah
Warga Negara Indnesia dan Badan Hukum yang didirikan menurut hukum
Usaha menurut UUP adalah Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum
Hal ini diatur dalam Pasal 30 UUPA. Dengan demikian yang dapat
memberikan Hak Tanggungan dari Hak Guna Usaha adalah Waga Negara
43
Indonesia dan Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
Tanggungan adalah Hak Pakai berdasarkan Pada Pasal 4 ayat (2) UUHT. Ini
Atas Tanah Negara menurut Pasal 42 UUPA adalah Warga Negara Indonesia,
Menurut penjelasan UUHT, Hak Pakai tersebut adalah Hak Pakai yang
didatarkan, yaitu Hak Pakai yang diberikan aas tanah negara. Sebagaian dari
Hak Pakai yang didaftar tersebut menurut sifat dan kenyataannya dapat
Badanbadan Hukum Perdata. Jadi yang dapal mempunyai Hak Pakai Atas
dapat berupa lembaga keuangan bank, lembaga keuangan non bank, badan
mungkin mengaku obyek hak tanggungan tersebut, maka bleli saja bank atau
lembaga keuangan asing alau lembaga keuangan non bank asing dan
perorangan lain sebagai kreditor/ Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
asing dan bisa juga badan hukum asing, baik yang berkedudukan di Indonesia
Tanggungan dapat siapa saja, dalam arti dapat siapa saja sebagai subyek
sebagai pihak yang berpiutang atau kreditor. Baik itu Warga Negara
maupun Badan Hukum Asing asalkan ia adalah pihak yang berpiutang atau
kreditor.42
dibebani dengan Hak Tanggungan adalah hak-hak atas tanah beserta benda-
Tanggungan tersebut dijelaskan bahwa hak atas tanah yang dapat dibebani Hak
41
Dedy Pramono, Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum
menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 12 Nomor 3, Desember2015,
hlm. 213
42
Ibid Hlm 143
43
Ibid Hlm 146
45
2. Hak milik
dipindahtangankan
6. Hak-hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah
ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut,
7. dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah. Dalam hal ini
dengan tanah tersebut tidak dimiliki oleh pemegang hak alas tanah,
yang bersangkutan oleh pemilik atau yang diberi kuasa untuk itu olehnya
dengan akta otentik. Menurut penjelasan Pasal 4 UUHT, ada 2 (dua) unsur
mutlak dari hak atas tanah yang dapat dijadikan obyek Hak Tanggungan adalah:
a. Hak tersebut sesuai ketentuan yang berlaku wajib didaftar dalam daftar
umum, dalam hal ini Kantor Pertanahan. Unsur ini berkaitan dengan
pemegang hak tanggungan terhadap kreditor lainnya. Untuk itu harus ada
Catalan menganai hak tanggungan tersebut pada buku tanah dan sertifikat
ditegaskan bahwa terhadap tanah Hak Milik yang sudah diwakafkan dan
sifat dan tujuan penggunaannya, tidak dapat dijadikan obyek Hak Tanggungan.
tersebut juga dijelaskan bahwa Hak Pakai Atas Tanah Negara yang diberikan
Hak Milik alas lanah adalah turun-lemurun, terkuat dan lerpenuh yang
dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6
dan Pasal 20 ayat (1) UUPA. Hak Milik dapat dijadikan jaminan utang yang
Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
Iangsung oleh negara dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam Pasal
Pasal 28 ayat (1) UUPA. Hak Guna Usaha dapat dijadikan jaminan utang dengan
hak tanggungan atas tanah Hak Milik adalah perseorangan Warga Negara
47
Indonesia dan Badan Hukum yang ditunjuk oleh pemerintah. Yang dapat
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Ketentuan ini diatur Pasal 46 ayat (1)
UUPA. Pemberian Hak Tanggungan dari Hak Guna Bangunan adalah Warga
Negara Indnesia dan Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia
menurut UUP adalah Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum yang didirikan
menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Hal ini diatur dalam
Pasal 30 UUPA. Dengan demikian yang dapat memberikan Hak Tanggungan dari
Hak Guna Usaha adalah Waga Negara Indonesia dan Badan Hukum yang
yang dapat dibebani dengan Hak Tanggungan adalah Hak Pakai berdasarkan
Pada Pasal 4 ayat (2) UUHT. Ini adalah terobosan yang dilakukan UUHT untuk
Hak Pakai Atas Tanah Negara menurut Pasal 42 UUPA adalah Warga Negara
pokok. Perjanjian pokoknya adalah suatu perjanjian hutang piutanc atau kredit.
Hutang piutangnya dapat sudah direalisir atau mungkin belum direalisir. Dengan
perjanjian pokok tersebut Di dalam penjelasan umum UUHT angka 1 pada alinea
penerimaaan kredit serta pihak lain yang terkait mendapat perlindungan melalui
suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan dapat pula memberikan kepastian
sebeiumnya dinyatakan bahwa: "Ciri-ciri dari lembaga hak jaminan atas tanah
pemegangnya
b. Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapapun obyek itu
berada
berkepenlingan
pihak ketiga akan memberikan suatu kekuatan hukum yang dapat menjadi suatu
49
atau pihak ketiga yang isinya menjamin pelunasan utang yang timbul dari
mengabdi pada perjanjian pokok. Suatu perjanjian jaminan tida akan ada apabila
tidak ada perjanjian pokok atau dengan kata lain perjanjian jaminan itu selalu
menimbulkanperjanjian jaminan.
kewajiban dari debitor yang ada dalam perjanjian kredit, yailu melunasi kredit
tersebut. Jadi lanpa adanya perjanjian kredil. perjanjian jaminan kredit tidak
akan ada. Dalam ilmu hukum, kedudukan dari perjanjian kredil adalah
(accessoir).
perjanjian jaminan kredit sebagai perjanjian yang accessoir ini akan menjamin
kreditor.
obyek yang sama untuk menjamin pelunasan lebih dari satu utang dan untuk
kredit melalui bank cukup diminati oleh para pelaku '"konomi dalam menunjang
bahwa jaminan bukan merupakan syarat mutlak dalam prolehan kredil, namun
bahwa para kreditor lebih mcnyukai jaminan yang bersifat kebendaan berupa
Milik, Hak Guna Usaha, dan Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan
dengan dibebani Hak Tanggungan (Pasal 25, 33, dan 39 UUPA). Untuk
51 UUPA.
51
adanya ketentuan dalam pasal peralihan tersebut, sejak mulai berlakunya UUPA
kecuali mengenai obyeknya yang sudah ditunjuk sendiri oleh UUPA, terhadap
adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah. Namun
hasil karya yang merupakan satu kesatuan sengan tanah yang dijadikan jaminan.
Searah dengan asas pemisahan horizontal yang dianut oleh hukum pertanahan
kita, maka benda-benda yang terletak di atas tanah yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah, bukan merupakan bagian dari tanah. Oleh karena itu,
setiap perbuatan hukum mengenai hak atas tanah, tidak dengan sendirinya
kata
rumusan judul tersebut terkesan bahwa UUHT telah meninggalkan hukum adat
sebagai dasar hukum tanah nasional dan menggantinya dengan asas perlekatan.
52
Idealnya jaminan kebendaan bagi tanah harus berada dalam kerangka dan dasar
pemikiran UUPA, yaitu hukum adat yang menganut asas pemisahan horizontal.
yang diatur dalam Buku II BW. Kenyataan tentang adanya inkonsistensi asas
teguran dan berakhir dengan pelelangan tanah yang dibebani dengan Hak
Hak tanggungan dan uang hasil lelang diserahkan kepada Kreditur, maka
hak tanggungan yang membebani tanah tersebut akan diroya dan tanah
tersebut akan diserahkan secara bersih, dan bebas dan semua beban,
tersebut, maka berlakulah ketentuan yang terdapat dalam Pasal 200 ayat
(11) HIR. Hal ini berbeda dengan penjualan berdasarkan janji untuk
menjual atas kekuasaan sendiri berdasarkan Pasal 1178 ayat (2) BW, dan
Pasal 11 ayat (2) e UU No. 4 Tahun 1996 yang juga dilakukan melalui
telah membuat janji untuk tidak dibersihkan (Pasal 1210 BW dan pasal 11
53
ayat (2) j UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan), maka apabila
ada Hak tanggungan lain-¬lainnya dan hasil lelang tidak cukup untuk
bersangkutan, maka hak tanggungan yang tidak terbayar itu, akan tetap
dan pelelangan yang sah. Jadi pembeli lelang memperoleh tanah tersebut
44
https://www.pn-kabanjahe.go.id/2015-06-06-01-33-28/eksekusi-hak-tanggungan.html diakses
pada 13 November 2021
54
BAB III
Hak Tanggungan.
mengenai pengertian akta otentik yaitu : “Suatu akta otentik, adalah suatu akta
yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau
dijelaskan lebih lanjut oleh Pasal 1870 Kitab Undang – Undang Hukum
Perdata bahwa suatu akta otentik memberikan kepada para pihak yang
membuatnya suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya.
Jika sesuatu akta hendak memperoleh status otentisiteit, hal mana terdapat
pada akta notaris, maka menurut pasal 1868 KUHPerdata45 Keotentikan Akta
Hak Tanggungan sebagaimana diatur dalam UUHT antara lain dalam Pasal 10
45
Ibid.Hlm 62
55
selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk
membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak atas tanah
bentuk dari Akta Pemberian Hak Tanggungan, bentuk dan isi buku tanah hak
tanggungan dan hal Iain-Iain yang berkaitan dengan tata cara pemberian dan
dipengadilan. Oleh sebab itu pembuktian ini merupakan bagian yang sangat
kebenaran formal lai halnya dengan pembuktian dalam perkara pidana adalah
alat – alat pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 1866 Kitab Undang-
sedemikian rupa agar menjadi suatu alat bukti yang sah dan akurat disebut
sebagai akta (acte). Akta adalah tulisan khusus yang dibuat agar menjadi suatu
alat bukti tertulis. A.Pitlo mengartikan akta itu sebagai surat – surat yang
oleh orang, untuk kepentingan siapa surat itu dibuat.47 Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT) pertama kali terdapat dalam PP No. 10 Tahun 1961 perihal
tiap kesepakatan yang memiliki maksud mengubah hak tanah, memberi hak
tanah baru, malkukan pegadaian tanah atau melakukan pinjaman uang nemun
hak tanah menjadi tanggungan, wajib memiliki bukti berupa akta yang
Menteri Agraria.48
46
Dedy Pramono, Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum
menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 12 Nomor 3, Desember2015,
hlm. 250.
47
A. Pitlo, Pembuktian dan Daluarsa, Intermasa, Jakarta, 1986, hlm. 52
48
Ngadino. (2019). Ketentuan Umum Tata Cara Pembuatan dan Pengisian Akta PPAT. UPT
Penerbitan Universitas PGRI Semarang Press.
57
kegiatan hukum tentang hak tanah atau hak milik dari rumah susun. Boedi
Harsono dalam bukunya menjelaskan maksud dari pejabat umum yaitu orang
pembuatan akta yang menjadi bukti sudah melalui proses suatu hukum perihal
hak dari tanah atau Hak Milik Dari Rumah Susun, setelah itu akan jadi acuan
untuk melakukan listing untuk mengubah data listing tanah yang disebabkan
proses hukum itu.Aktivitas hukum sebagai yang dibebankan berarti, ada pada
seluruhnya, diberikannya hak untuk gedung atau hak penggunaan dari tanah
tugas dari PPAT antara lain mengerjakan akta dari hak jaminan. Pasal 1 angka
1 UU No. 4 Tahun 1996 perihal Hak Tanggungan Dari Tanah Beserta Benda-
hak tanggungan yang diberikan ke hak dari tanah seperti pada UU No. 5
49
Harsono, B. (2003). Hukum Agraria Indonesia. Djambatan.
58
Tahun 1960 perihal Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, barang lain yang
pemberian kedudukan yang paling utama pada kreditor tertentu pada kreditor
lain. Secara umum hak tanggungan memiliki unsur-unsur pokok antara lain :50
e. Mampu diberikan dari tanah maupun pada barang lain pada tanah yang jadi
yang terdiri dari membuat Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT) dari
PPAT, setelah itu dilanjut mendaftarkan Hak Jaminan yang dilakukan Kantor
dikarenakan hal tersebut adalah bukti adanya hak jaminan yang diberikan.51
Setelah APHT dibuat oleh PPAT, maka dalam waktu 7 hari kerja
pendukung lain pada Kantor Badan Pertanahan Nasional daerah tersebut yang
50
Anggraeni, S. Z., & Marwanto, M. (2020). Kewenangan dan Tanggung Jawab Hukum Pejabat
Pembuat Akta Tanah Dalam Pelaksanaan Pendaftaran Hak Tanggungan Secara Elektronik. Acta
Comitas.
51
Nufus, N. H. (2010). Proses Pembebanan Hak Tanggungan Terhadap Tanah Yang Belum
Bersertifikat Universitas Diponegoro.
59
Seperti pada Pasal 40 ayat 1 PP No. 24 Tahun 1997 perihal Pendaftaran Tanah
berisi, paling lambat 7 hari kerja dari tanggal disahkannya akta yang
untuk memelihara data listing tanah yang diadakan lewat perangkat elektronik
52
Wawancara dengan ibu Catur Novianti, SH sebagai Notaris di Kabupaten Pekalongan
60
APHT, Sertifikat Hak Atas Tanah dan dokumen lain yang diperlukan
Penduduk (KTP) Saksi, PBB, Salinan Perjanjian Kredit dan Surat Kuasa
Sertifikat Hak Atas Tanah serta dokumen lain sebagimana telah disebutkan;
No. 24 Tahun 1997 PPAT mengecek Sertifikat Hak Atas Tanah dengan
yang dibuatnya kepada Kantor Pertanahan dalam hal ini PPAT hanya
sistem HT-el. 53
tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang kemudian diubah
mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik
pasal 26 ayat (1) UUPA dan Pasal 26 ayat (1) UUPA menyatakan bahwa jual
53
Wawancara dengan ibu Catur Novianti, SH sebagai Notaris di Kabupaten Pekalongan
62
secara tegas tentang Jabatan PPAT, namun penyebutan tentang adanya pejabat
yang akan bertindak untuk membuat akta terhadap perbuatan hukum tertentu
Akta Tanah (PPAT) adalah sebagai pejabat umum. Namun dalam peraturan
pejabat umum. Maksud “pejabat umum” itu adalah orang yang diangkat oleh
terhadap siapa pun juga, selalu mengikuti bendanya dan juga berlakunya asas
hak jaminan atas Rumah Susun dan Hak Milik alas Satuan Rumah Susun,
lermasuk yang didirikan di atas tanah Hak Pakai atas Tanah Negara. Scsuai
Pasal 12 dan Pasal 13 UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (UURS)
54
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2003), hlm. 486.
63
bangunan itu sendiri juga harus tunduk pada peraturan undang-undang Hak
serta ketentuan yang mengatur mengenai hipotik yang berlaku seiama ini,
Hak Tanggungan. Dengan demikian unluk jaminan terhadap hak alas tanah,
berikut atau tidak bcrikut benda-benda yang merupakan satu kesatuan dengan
Dalam hak tanggungan juga terdapat subyek hukum yang menjadi hak
dimaksud dengan subyek hak tanggungan ini adalah pihak-pihak yang terlibat
55
Wawancara dengan ibu Catur Novianti, SH sebagai Notaris di Kabupaten Pekalongan
64
a. Pemberi hak tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menjamin obyek hak
tanggungan
b. Pemegang hak tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menerima hak
Indonesia, dengan ditetapkannya hak pakai atas tanah negara sebagai salah
satu obyek hak tanggungan, bagi warga negara asing juga dimungkinkan
untuk dapat menjadi subyek hak tanggungan, apabila memenuhi syarat. Jika
hak pakai itu oleh warga negara asing, dimana hak pakai itu menurut Undang-
undang Hak Tanggungan juga dapat menjadi obyek Hak Tanggungan, ada
persyaratan untuk menjadi subyek Hak Pakai yang harus dipenuhi. Demikian
dengan hak pakai atas tanah negara sebagai jaminan, harus memenuhi
Republik Indonesia.
badan hukum asing juga dapat menjadi pemegang hak tanggungan karena hak
tanggungan tidak ada kaitannya dengan pemilikan obyek secara serta merta.
56
Ibid.Hlm 66
65
(1) harus ada pada pemberi hak tanggungan pada saat pendaftaran hak
subyek Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai.
Menurut UUPA yang dapat mempunyai Hak Milik adalah Warga Negara
hak tanggungan atas tanah Hak Milik adalah perseorangan Warga Negara
Indonesia dan Badan Hukum yang ditunjuk oleh pemerintah. Yang dapat
ayat (1) UUPA. Pemberian Hak Tanggungan dari Hak Guna Bangunan
adalah Warga Negara Indnesia dan Badan Hukum yang didirikan menurut
Hak Guna Usaha menurut UUP adalah Warga Negara Indonesia dan
demikian yang dapat memberikan Hak Tanggungan dari Hak Guna Usaha
adalah Waga Negara Indonesia dan Badan Hukum yang didirikan menurut
Pasal 4 ayat (2) UUHT. Ini adalah terobosan yang dilakukan UUHT untuk
pemegang, seperti pada Pasal 1 angka 1 serta Pasal 20 ayat (1) UUHT.
objek yang ada, sesuai dengan Pasal 7 UUHT. Kriteria ini adalah jaminan
terikatnya orang ketiga serta diberikannya dengan pasti hukum oleh pihak
pengadilan.
merupakan pengguna sistem HTel termasuk kreditor serta PPAT atau pihak
lain yang dipilih Kementerian. Kreditor yaitu perorangan atau badan hukum
57
Santi Dewi, I. G., & Ardani, M. N. (2020). Kebijakan Penjaminan Tanah Melalui Hak
Tanggungan di Indonesia (Studi Penjaminan Hak Tanggungan Elektronik di Kabupaten Badung
Provinsi Bali). Law, Development and Justice Review
68
elektronik saling terhubung yang dibuat oleh anggota teknis yang memiliki
tugas di sektor data serta informasi guna proses melakukan layanan HT-el
lain:58
e. Memperbaiki data.
melalui Kantor Pertanahan secara online. Seperti yang ada pada PMATR/BPN
58
Wawancara dengan ibu Catur Novianti, SH sebagai Notaris di Kabupaten Pekalongan
69
Kantor Pertanahan yaitu kreditor. Didasarkan pada hal tersebut sesuai dengan
tersebut dapat diartikan dalam hal ini tugas pokok PPAT yaitu membuat
mendaftar perawatan data. Pada jaminan HT-el PPAT harus mengunggah file
tentang aktivitas hukum dengan objek tanah, tidak menjalankan tugas kode
HT-el dilakukan oleh kreditor. Sehingga dalam hal ini apabila terdapat
tidak sesuai dengan regulasi yang ada . Pada hal ini pendaftaran HT-el bukan
Elektronik.60
salah pada pengajuan layanan HT-el yang baru disadari sesudah sertifikat HT-
el dibuat, pemilik sertifikat HT-el dalam hal ini adalah kreditor dapat
mengajukan perbaikan lewat perangkat HT-el terakhir 30 (tiga puluh) hari dari
terdapat kesalahan pada sertifikat HT-el pemilik HT-el tidak dapat meminta
Tanggungan adalah pemohon (kreditor). Oleh karena itu dalam hal ini yang
yang juga merupakan pemilik sertifikat HT-el, PPAT tidak dapat mengajukan
merupakan kewenangannya.61
60
Kelsen, H. (2006). Teori Umum Tentang Hukum dan Negara. Raja Grafindo Persada.
61
Wawancara dengan ibu Catur Novianti, SH sebagai Notaris di Kabupaten Pekalongan
71
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
(APHT) dari PPAT, setelah itu dilanjut mendaftarkan Hak Jaminan yang
yang krusial dikarenakan hal tersebut adalah bukti adanya hak jaminan
yang diberikan.
tanggung jawab PPAT karena dalam PMATR/BPN No. 5 Tahun 2020 yang
kelalaiannya saat menginput data dalam sistem HT- el selaku pihak yang
B. Saran
fotokopi blangko lagi karena akan membuat kepastian hukum akta tersebut
menjadi semakin lemah. PPAT dapat menyalin atau mengetik ulang isi
contoh akta PPAT sebelumnya sebagai salah satu solusi pada saat terjadi
halnya notaris.
oleh PPAT. Sehingga tidak perlu lagi menggunakan blangko akta yang
mengenai keotentikannya.
73
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Jurnal Ilmiah:
Jurnal Ilmiah Purna Noor Aditama Tanggung Jawab Pejabat Pembuat Akta
Tanah Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Pada
Peralihan Hak Atas Tanah 2 No. 1 VOL. 3 Januari 2018: 189 – 205
Undang-Undang:
Pasal 1 angka 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.
Pasal 1 angka 5 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah.
Pasal Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang berkaitan dengan
Tanah.
Wawancara :
Wawancara dengan ibu Catur Novianti, SH sebagai Notaris di Kabupaten Pekalongan
Internet:
https://www.pn-kabanjahe.go.id/2015-06-06-01-33-28/eksekusi-hak-
tanggungan.html diakses pada 13 November 2021
75
a. Rumah :
b. HP : 082328616165