PROPOSAL
Penulisan Skripsi
Oleh :
SUVIANTO
NIM : 10.19.3942
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
BANYUWANGI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan oleh:
SUVIANTO
NIM: 10.19.3942
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Mengesahkan
Dekan Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi
KATA PENGANTAR
ii
Puji syukur kehadirat Allah SWT, bahwa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul
“Perlindungan Hukum Bagi Pemenang Lelang Hak Atas Tanah Terhadap
Gugatan Dari Pihak Lain Berdasarkan Undang–Undang No. 4 Tahun 1996
Tentang Hak Tanggungan” (Studi Kasus Putusan Nomor
11/Pdt.G/1996/PN.PP).
Penulisan proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum,
Fakultas Hukum, Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi. Penulis menyadari
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
penyusunan proposal ini tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan proposal ini
dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan
motivasi pada penyelesaian penyusunan proposal ini:
1. Bapak Wisnu Ardytia, S.H., M.Kn., selaku Dosen Pembimbing Utama
yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu, pikiran dan
perhatiannya untuk membimbing penulisan proposal ini.
2. Bapak Demas Brian W, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Anggota
telah banyak memberi bimbingan dan arahan pada penulisan proposal serta
membantu dalam penyusunan pemberkasan dan motivasi untuk pengajuan
skripsi ini.
3. Ibu Etis Cahyaning Putri, S.H., M.H., selaku Dosen Wali yang telah
memberikan semangat dan arahan dalam kegiatan perkuliahan dalam
kegiatan perkuliahan selama ini.
4. Bapak Rudi Mulyanto, S.H., MKn., selaku Dekan Fakultas yang telah
menyediakan waktu dalam memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk
hingga selesainya penulisan proposal ini.
iii
5. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap staf Fakultas Hukum dan Universitas
17 Agustus 1945 Banyuwangi yang telah memberikan jasanya dalam
penulisan proposal ini.
6. Pihak-pihak yang membantu dan mengijinkan saya untuk melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang saya perlukan.
7. Orang tua, saudara-saudara saya, semua keluarga dan kerabat atas do’a
serta dukungan yang telah diberikan.
8. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum angkatan 2019 tanpa
terkecuali yang selalu memberi semangat kebersamaan dalam menuntut
ilmu, semoga kita selalu dalam lindungan-Nya.
SUVIANTO
NIM: 10.19.3942
iv
DAFTAR ISI
1. HALAMAN JUDUL...................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................v
2. PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1 Latar Belakang.......................................................................................1
2.2 Rumusan Masalah..................................................................................7
2.3 Tujuan Penelitian...................................................................................7
2.4 Manfaat Penelitian.................................................................................7
2.5 Penelitian Terdahulu..............................................................................8
3. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................10
3.1 Kajian Teori...........................................................................................10
3.1.1 Hak Atas Tanah..............................................................................10
3.1.2 Kredit..............................................................................................13
3.1.3 Hak Tanggungan............................................................................15
3.1.4 Perlindungan Hukum......................................................................20
3.2 Kerangka Konseptual.............................................................................22
3.2.1 Eksekusi Lelang Hak Atas Tanah..................................................22
3.2.2 Gugatan..........................................................................................27
4. METODE PENELITIAN..........................................................................32
4.1 Jenis Penelitian.......................................................................................32
4.2 Metode Pendekatan................................................................................32
4.3 Sumber Bahan Hukum...........................................................................32
4.4 Metode Pengumpulan Bahan Hukum....................................................33
4.5 Analisis Bahan Hukum..........................................................................34
5. DAFTAR PUSTAKA..................................................................................35
v
2. PENDAHULUAN
1
2
3
Yudha Cahya Kumala, Lelang Indonesia (serba serbi lelang dan pelaksanaanya di Indonesia)
(Yogyakarta: Budi Utomo, 2020), h. 14.
4
Michael Willy et.al, Penyelesaian Sengketa Kredit Macet Melalui Pelaksanaan Pelelangan Aset
Debitur Oleh Bank Artha Graha Internasional Tbk Medan, Dalam DE LEGA LATA: Jurnal Ilmu
Hukum, Vol. 5. No. 2. (2020). hal. 218-219.
4
objek/objek jaminan atas lelang barang jaminan yang diberikan kepada kreditur,
yang menyebabkan para pihak lain memutuskan untuk mengambil tindakan
hukum dan menggugat pihak yang melakukan lelang. atas agunan yang diberikan
kepada kreditur.
Pemenang lelang yang dalam hal ini menjadi pembeli barang jaminan hasil
lelang juga menghadapi gugatan dari debitur atau pihak lain karena merasa tidak
senang dan merasa keputusan kreditur untuk mengadakan lelang melanggar
haknya.
Kasus tersebut sering banyak terjadi dan lebih detail kasusnya ialah pada
tanggal 20 November 1987, H. Syamsuddin Dt. Marajo bersama Abdul Muis
membuka kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Padang Panjang
sebesar Rp 550.000.000,00 (lima ratus lima puluh juta Rupiah) dengan Akta
Kredit Nomor 120. Bahwa atas pembukaan kredit tersebut, H. Syamsuddin Dt.
Marajo bersama Abdul Muis telah memberikan jaminan berupa tanah kosong dan
tanah berikut bangunan yang ada di atasnya, kemudian setelah berjalan kredit
tersebut beberapa tahun, ternyata Abdul Muis tidak dapat melunasi hutangnya
pada PT. Bank Rakyat Indonesia, sedangkan H. Syamsuddin Dt. Marajo sudah
melunasi hutang pada PT. Bank Rakyat Indonesia. Berhubung oleh karena Abdul
Muis tidak dapat melunasi hutangnya, maka PT. Bank Rakyat Indonesia meminta
5
Purnama Tioria Sianturi, op.cit, h, 160.
5
bantuan pada Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (selanjutnya disingkat
KPPLN) untuk melakukan lelang paksa atas seluruh jaminan kredit. Bahwa
kemudian pihak KPPLN telah melaksanakan lelang paksa terhadap jaminan
debitur, yaitu berupa :
1. Sebidang tanah Hak Milik Nomor 158 seluas kurang lebih 43 M² berikut
bangunan toko yang ada di atasnya atas nama H. Syamsuddin Dt. Marajo.
2. Sebidang tanah Hak Milik Nomor 157 seluas kurang lebih 31 M² berikut
bangunan toko yang ada di atasnya atas nama H. Syamsuddin Dt. Marajo.
Bahwa oleh karena PT. Bank Rakyat Indonesia dan KPPLN telah
melaksanakan lelang paksa atas seluruh jaminan, H. Syamsuddin Dt. Marajo
merasa keberatan terhadap tindakan yang dilakukan PT. Bank Rakyat Indonesia,
dengan alasan bahwa antara H. Syamsuddin Dt. Marajo dan Abdul Muis sudah
ada tanggung jawab masing-masing tentang pelunasan hutang, namun dengan
keberatan H. Syamsuddin Dt. Marajo tersebut tidak ditanggapi oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia.
Dalam hal ini kreditur/bank selaku pihak yang secara langsung memang
memiliki hubungan hukum dengan debitur/pihak lain melalui perjanjian yang
telah mereka lakukan tentu saja sudah siap dengan segala sikap debitur tersebut,
namun bagaimana dengan si pemenang lelang, yang dalam ini pemenang lelang
hanyalah perorangan/badan hukum yang secara sah dan legal melakukan jual beli
dengan cara yang ditetapkan dan dijalankan berdasarkan undang-undang.
6
Tentunya hal ini perlu pengkajian lagi agar para pemenang lelang tidak menjadi
pelampiasan ketidakpuasan pihak manapun atas pelelangan barang jaminan yang
diberikannya kepada pihak kreditur/bank.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini diberi judul
“Perlindungan Hukum Bagi Pemenang Lelang Hak Atas Tanah Terhadap
Gugatan Dari Pihak Lain Berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun
1996 Tentang Hak Tanggungan (Studi Kasus Putusan Nomor
11/Pdt.G/1996/PN.PP)”.
a. Bagaimana hubungan hukum antara pemenang lelang dengan status hak atas
tanah yang menjadi objek lelang?
b. Bagaimana perlindungan hukum bagi pemenang lelang hak atas tanah terhadap
gugatan dari pihak lain?
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan hukum antara si pemenang lelang dengan
status hak atas tanah yang dimenangkan melalui lelang.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui perlindungan hukum yang didapat oleh pemenang
lelang hak atas tanah terhadap gugatan dari pihak lain.
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat melalui pemikiran secara
teoritis, sekurang-kurangnya dapat dijadikan referensi ilmiah dan sumbangan
pemikiran yang berguna dalam perkembangan ilmu hukum serta sumbangan
pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya dibidang hukum perdata mengenai
perlindungan hukum bagi pemenang lelang hak atas tanah terhadap gugatan
dari pihak lain.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi pihak-
pihak yang terkait termasuk bagi kepentingan negara, bangsa, masyarakat dan
8
para praktisi hukum khususnya bagi pemenang lelang hak atas tanah yang
mendapatkan gugat atas objek yang dimenangkannya.
yang memfokuskan penelitian pada peralihan hak atas tanah melalui proses
lelang.
Pada dasarnya, istilah hak-hak atas tanah berasal dari bahasa Inggris,
yaitu: land right, sedangkan dalam bahasa Belanda hak atas tanah disebut dengan
landrechten, dan dalam bahasa Jerman disebut dengan landrechte. Secara
etimologi, hak diartikan sebagai kekuasaan untuk berbuat sesuatu atau kekuasaan
yang benar atas sesuatu atau untuk menunutut sesuatu. Menurut Boedi Harsono:
10
11
Kepastian hukum akan tanah merupakan sesuatu hal yang mutlak yang
harus ada guna menjaga kestabilan penggunaan tanah dalam pembangunan serta
mewujudkan kepastian hukum atas kepemilikan tanah bagi sesama masyarakat
yang mau berhubungan dengan tanah tersebut. Kepastian hukum yang
dimaksudkan dalam pendaftaran tanah akan membawa akibat diberikannya surat
tanda bukti hak atas tanah (sertifikat) oleh Kantor Pertahanan sebagai lembaga
penyelenggara administrasi negara kepada yang berhak, dan dapat diandalkan
pemilik atas miliknya untuk berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat terhadap
hak-hak atas tanah seseorang tersebut.7 Sertifikat hak atas tanah merupakan
benang merah yang menghubungkan antara kepastian hukum, bidang tanah dan
pemegang hak. Lebih lanjut, meskipun Pasal 19 ayat(2) huruf (c) PP No. 24.
Tahun 1997 menegaskan bahwa:
“Sebagai alat bukti yang kuat, memberikan surat-surat bukti hak yang
sah”.8
6
Rahmat Ramadhani, Beda Nama dan Jaminan Kepastian Hukum Sertifikat Hak Atas Tanah
(Medan: Pustaka Prima, 2018), h. 43.
7
Rahmat Ramadhani, Pendaftaran Tanah Sebagai Langkah Untuk Mendapatkan Kepastian Hukum
Terhadap Hak Atas Tanah, SOSEK: Jurnal Sosial & Ekonomi, Vol. 2. No. 1. (2021). hal. 32-33.
8
Rahmat Ramadhani, Jaminan Kepastian Hukum Yang Terkandung Dalam Sertifikat Hak Atas
Tanah, Dalam DE LEGA LATA: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 2. No. 1. (2017). hal. 140.
12
1. Wewenang Umum
Wewenang yang bersifat umum yaitu pemegang hak atas yang mempunyai
wewenang untuk menggunakan tanah, termasuk juga bumi dan air dan ruang
yang ada diatasnya sekedar dipermukaan untuk kepentingan yang berlangsung
dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan-
peraturan hukum lain yang lebih tinggi.
2. Wewenang Khusus
9
Rahmat Ramadhani, Buku Ajar Hukum Agraria (Suatu Pengantar) (Medan: UMSU Press, 2018),
h. 31.
13
3.1.2 Kredit
Pengertian kredit menurut bahasa berasal dari bahasa latin creditus yang
dapat diartikan sebagai kepercayaan, dalam artian bahwa seseorang atau badan
usaha yang mendapatkan kredit dari bank, maka orang atau badan hukum tersebut
telah mendapat kepercayaan dari bank pemberi kredit. 11 Menurut UU Perbankan,
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
a. Kepercayaan
10
Urip Santoso, Hak-Hak Atas Tanah, Hak Pengelolaan, dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
(Jakarta: Kencana, 2017), h. 8.
11
H. R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005) h.
123.
12
Munir Fuady, op.cit, h, 5.
14
Berarti adanya keyakinan oleh bank bahwa setiap pelepasan kredit dapat
dibayar kembali oleh debiturnya sesuai dengan jangka waktu yang telah
disepakati.
b. Waktu
Berarti bahwa antara pemberian kredit dengan pelunasan tidak dilakukan
dalam satu waktu, melainkan dipisahkan oleh tenggang waktu serta dilakukan
dalam waktu yang berbeda dan telah ditentukan jangka waktu pembayaran
kembali.
c. Resiko
Berarti terhadap setiap jenis pelepasan kredit akan terkandung resiko
dalam jangka waktu pelaksanaannya, dimulai dari pemberian kredit hingga
pembayaran kembali. Semakin panjang jangka waktunya maka semakin besar
risiko yang mungkin terjadi.
d. Prestasi
Berarti pada setiap kesepakatan yang terjadi antara bank dengan
debitornya mengenai pemberian kredit, maka akan timbul prestasi dan kontra
prestasi. 13
13
H. R. Daeng Naja, op.cit, h, 124.
14
Ibid, h. 293
15
Hak jaminan yang dibebankan atas hak atas tanah sama dengan yang
tercantum dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Peraturan Pokok Agraria.
Merupakan jenis kesatuan yang digunakan oleh hak atas tanah untuk
tujuan pelunasan hutang, dan memberikan kedudukan yang digunakan
oleh kreditur tertentu terhadap kreditur lainnya.16
Berikut ini adalah beberapa unsur yang dapat ditemukan dalam proses
identifikasi tanggungan:17
a. Hak jaminan yang dibebankan hak atas tanah adalah hak penguasaan yang
secara khusus dapat diberikan kepada kreditur, yang memberi wewenang
kepadanya, jika debitur ingkar janji. Menjual lelang tanah yang secara khusus
pula ditunjuk sebagai agunan piutangnya dan mengambil seluruh atau sebagai
hasilnya untuk pelunasan hutangnya tersebut, dengan hak mendahului dari
pada kreditur-kreditur lain (droit de preference). Selain berkedudukan
15
Munir Fuady, op.cit, h. 21.
16
Salim HS, op.cit, h, 95.
17
Ibid, h. 96.
16
Pencapaian yang harus dicapai oleh debitur atas kredit yag diberikan
kepadanya bukan hanya untuk melunasi utangnya tetapi juga harus disertai
dengan bunga yang sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Kesepakatan yang dimaksud disini adalah sumber terpenting dari lahirnya aliansi,
karena perjanjian adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak,
sedangkan perjanjian yang lahir ialah dari undang-undang yang dibuat tanpa
kehendak para pihak yang bersangkutan, karena persekutuan adalah suatu
hubungan hukum (rechtsbetrekking) oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan
dengan cara hubungan. Jadi perjanjian adalah suatu pengertian yang abstrak,
sedangkan perjanjian itu sendiri adalah suatu hal atau peristiwa yang konkrit.18
Selain deskripsi dan penjelasan diatas, maka berikut ini dapat disimpulkan
ciri hak tanggungan yaitu:
18
Rahmat Ramadhani, Legal Consequenses of Transfer of Home Ownership Loans without
Creditors’ Permission, Dalam IJRS: Internasional Journal Reglement & Society, Vol. 1. No. 2.
(2020), hal. 31-32.
17
Kembali pada defenisi hak tanggungan, maka ada beberapa unsur pokok
yang dapat diambil yaitu:
19
Michael Willy et.al, Penyelesaian Sengketa Kredit Macet Melalui Pelaksanaan Pelelangan Aset
Debitur Oleh Bank Artha Graha Internasional Tbk Medan, Dalam DE LEGA LATA: Jurnal Ilmu
Hukum, Vol. 5. No. 2. (2020), hal. 223.
18
1. Undang-Undang Pokok Agraria dari Pasal 25, 33, dan 39 dalam hal hak milik,
hak guna usaha, dan hak guna bangunan sebagai tujuan tanggungan dalam
Pasal 51.
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996, tentang hak tanggungan atas tanah,
khususnya benda-benda yang berhubungan dengan tanah (UUHT).
3. Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
20
Lilawati Ginting, Perlindungan Hukum Bagi Kreditor Yang Beritikad Baik Akibat Pembatalan
Hak Tanggungan, Dalam DE LEGA LATA: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 1. No. 2. (2016), hal. 379.
21
Ibid, h. 380.
19
a. Surat pengantar rangkap dari PPAT dengan daftar jenis surat yang
disampaikan;
b. Surat permohonan pendaftaran hak tanggungan dari penerima hak
tanggungan yang meminta pendaftaran hak tanggungan;
c. Fotokopi surat keterangan pemberi dan pemegang hak tanggungan;
d. Sertifikat asli hak milik atas satuan rumah susun atau hak atas tanah yang
menjadi pokok hak tanggungan;
e. Halaman kedua dokumen Akta Pemberian Hak Tanggungan;
f. Salinan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang telah ditandatangani oleh
PPAT yang bersangkutan dan salinan yang disahkan oleh Kepala Kantor
Pertanahan untuk dapat dibuatkan sertifikat hak tanggungan; dan
g. Bukti bahwa biaya pendaftaran hak tanggungan telah dibayarkan.
3. Jika hari ketujuh jatuh pada hari libur, maka buku tanah hak tanggungan yang
bersangkutan diberi tanggal pada hari kerja berikutnya. Dan tanggal buku tanah
hak tanggungan adalah hari ketujuh setelah dokumen yang diperlukan untuk
pendaftaran diterima secara lengkap.
tanah yang bersangkutan, tetapi kreditur dapat memperjanjikan lain dalam Akta
Pemberian Hak tanggungan, yaitu agar sertifikat hak atas tanah tersebut
diserahkan kepada kreditur.
hal. 128.
25
Faisal, Akibat Hukum Ketiadaan Akta Ikrar Wakaf Atas Perwakafan Tanah, Dalam DE LEGA
LATA:Jurnal Ilmu Hukum Vol. 3. No. 3. (2018), hal. 147.
26
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia (Surabaya: Bina Ilmu, 1987),
h. 29.
27
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009), h. 41.
10
konstruksi logika berpikir yang diatur dalam rangka menjelaskan variabel
penelitian yang akan diteliti. Umumnya, dalam sebuah penelitian, kerangka
konseptual dikembangkan berdasarkan kajian teori yang sesuai dengan topik
penelitian.
Lelang adalah penjualan publik yang diawasi oleh juru lelang (dengan
tawaran yang keterlaluan). Sedangkan melelang adalah penjualan berbasis lelang.
28
M. Khoidin, Hukum Jaminan (Hak-hak Jaminan, Hak tanggungan, dan Eksekusi Hak
Tanggungan), (Surabaya: Laksbang Yustitla, 2017), h. 89.
29
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2015), h. 20.
10
Secara keseluruhan, pelaksanaan lelang itu sendiri diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan (yang selanjutnya disingkat menjadi PMK) petunjuk pelaksanaan
lelang. Berdasarkan PMK petunjuk pelaksanaan lelang dapat dipisahkan menjadi
beberapa macam, yaitu:30
a. Lelang Eksekusi
Lelang Eksekusi adalah lelang yang dilaksanakan berdasarkan putusan
atau penetapan pengadilan, dokumen yang dipersamakan dengan itu, dan/atau
melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Lelang jenis ini
meliputi:
30
Salim HS, op.cit, (2015), h, 245.
10
Jika dilihat dari objek atau benda yang akan dilelang, penggolongan lelang
dapat dibedakan menjadi lelang benda bergerak dan lelang benda tidak bergerak.
Benda bergerak merupakan benda yang dapat berpindah-pindah ataupun
dipindahkan, seperti perabot rumah, mobil dan harta benda lainnya. Sedangkan
benda tidak bergerak merupakan benda yang tidak berpindah atau dipindahkan,
seperti tanah dan bangunan yang ada pada tanah tersebut.31
Ada beberapa aturan tentang lelang yang harus diikuti saat jual beli:
1. Penjual: seseorang, badan hukum, bisnis, atau agensi diizinkan untuk menjual
melalui lelang berdasarkan perjanjian atau peraturan.
2. Pemilik barang: orang, badan hukum, atau bisnis yang memiliki barang yang
akan dilelang.
3. Penawar: orang perseorangan, badan hukum, dan badan usaha yang telah
memenuhi persyaratan untuk mengikuti lelang.
4. Pembeli: orang atau badan hukum atau badan usaha yang mengajukan
penawaran tertinggi dan disahkan sebagai pemenang lelang oleh pejabat lelang.
5. Pejabat lelang: orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan diberi
wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan secara lelang.
31
Purnama Tioria Sianturi, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak
Bergerak Melalui Lelang (Bandung: Mandar Maju, 2018), h. 57.
10
6. Afslager (pemandu lelang): orang yang membantu pejabat lelang untuk
menawarkan dan menjelaskan barang dalam suatu pelaksaan lelang.
7. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) atau balai lelang:
badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas (PT) yang khusus
didirikan untuk melakukan kegiatan usaha dibidang lelang sebagai
penyelenggaran lelang.
“Lelang hak atas tanah dan/atau bangunan debitur yang dijadikan jaminan
utang bank (kreditur) yang terikat hak tanggungan debitur karena debitur
ingkar janji (wanprestasi)”.
Lelang semacam ini harus dilaksanakan sesuai dengan aturan yang sudah ada
untuk mengadakan lelang. Pelaksanaan lelang dapat diringkas sebagai berikut:32
32
Rachmadi Usman, op.cit, h, 154.
10
Pada dasarnya setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau
dihadapan pejabat lelang, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang atau
peraturan pemerintah. Kemudian keharusan atau kewajiban pelaksanaan lelang
dilakukan oleh dan/atau dihadapan pejabat lelang, dipertegas lagi dalam pasal 2
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.06/2021, yang menyatakan:
“Bahwa setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau dihadapan
pejabat lelang, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang atau peraturan
pemerintah.”
33
Ibid, h. 55.
10
Latar belakang sebelum pelelangan dijelaskan dengan alasan lelang diadakan. Hal
ini penting untuk diperjelas selama pelaksanaan lelang. Kemudian, lokasi dan
waktu lelang akan dibahas.
Akta yang asli memberikan pembuktian yang sempurna tentang apa yang
terkandung didalamnya bagi pihak yang berkepentingan dan ahli warisnya
atau bagi orang yang mendapat hak darinya.
3.2.2 Gugatan
Gugatan adalah suatu perkara oleh seseorang atau beberapa kelompok
sebagai pihak yang dirugikan yang berhubungan dengan suatu masalah bersama
yang berisi perdebatan antara sekurang-kurangnya dua pertemuan yang diajukan
kepada pimpinan pengadilan daerah dimana salah satu pihak menjadi pihak yang
dirugikan untuk menuntut pihak yang lain. sebagai penggugat. Kata Latin untuk
contentiosa berarti bersaing dengan antusias atau berpolemik. Disebut yurisdiksi
contentiosa, atau otoritas yudisial yang memeriksa kasus yang berkaitan dengan
perselisihan antara pihak yang berselisih, mengacu pada proses penyelesaian
perselisihan dalam kasus.34 Menurut rancangan Undang-Undang Hukum Acara
Perdata pada Pasal 1 angka (2) gugatan adalah tuntutan hak yang mengandung
sengketa dan diajukan kepengadilan untuk mendapatkan putusan.
34
Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata di Indonesia (Jakarta: Prenadamedia Group,
2016), h. 19.
10
a. Permasalahan yang diajukan kepengadilan mengandung sengketa.
b. Para pihak berselisih, atau setidaknya ada dua pihak yang terlibat.
c. Sifat suatu kelompok, dengan satu pihak sebagai penggugat dan pihak lainnya
sebagai tergugat.
d. Tidak dapat dilakukan sendiri oleh penggugat atau tergugat (ex-parte).
e. Sejak awal sidang sampai putusan diambil, sengketa harus diperiksa secara
kontradiktor.
f. Dikirim oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam isu yang
dipersengketakan.
g. Diserahkan ke pengadilan dengan yurisdiksi yang kompeten.
35
Ibid, h. 20.
10
secara luas. gugatan lisan, maka surat gugatan dapat disampaikan secara lisan
kepada ketua pengadilan negeri yang mencatat perkara jika penggugat buta huruf.
Bahkan menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung tanggal 4 Desember 1975, No.
369 K/Sip/1973, orang tersebut menerima surat kuasa tidak diizinkan untuk
mengajukan gugatan secara lisan saat ini.
Dilihat dari isi gugatan, maka secara umum gugatan memuat beberapa hal, yaitu:
1. Identitas para pihak adalah keterangan yang lengkap dari pihak-pihak yang
berperkara, yaitu nama, tempat tinggal, dan pekerjaan.
10
satu pihak yang membuatnya tidak bisa memenuhi kewajbanya kepada pihak
lain.36 Jika menyangkut gugatan wanprestasi maka gugatan itu diawali dengan
adanya perjanjian yang dibuat oleh kedua pihak, yang perjanjian itu sama-sama
mereka sepakati tentang hak dan kewajiban masing-masing dari mereka. Setelah
perjanjian dibuat, salah satu pihak cidera janji dan tidak memenuhi kewajibannya.
36
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014), h. 241.
10
sebagai Rule of Law atau penegakan hukum dan keadilan. Jika tidak dapat
dilaksanakan, putusan tidak ada artinya. Akibatnya, putusan hakim memiliki
kekuatan eksekutorial kewenangan untuk dijalankan oleh negara sesuai dengan
dengan ketentuan putusan.37
37
Purnama Tioria Sianturi, op.cit, h, 164.
38
Mhd. Teguh Syuhada Lubis, Pelaksanaan Sita Jaminan Terhadap Objek Sengketa Yang Berada
Di Tangan Pihak Ketiga, Dalam Penanganan Perkara Perdata DE LEGA LATA: Jurnal Ilmu
Hukum Vol. 4. No. 1. (2019), hal. 43.
10
4. METODE PENELITIAN
39
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi (Bandung:
Alfabeta, 2017), hal. 67.
32
33
a. Secara Offline
Yaitu menghimpun data studi kepustakaan (library research) secara
langsung di perpustakaan (baik didalam maupun diluar kampus Universitas 17
Agustus 1945 Banyuwangi) guna menghimpun data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
40
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Edisi 1 (satu), Cetakan Pertama (Jakarta: Sinar
Grafika, 2009), hal. 106.
41
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Edisi Satu, Cetakan
Ketujuh (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 119.
34
b. Secara Online
Yaitu studi kepustakaan (library research) yang diakukan dengan cara
searching melalui media internet guna menghimpun data sekunder yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
5. DAFTAR PUSTAKA
42
Ibid, h. 22.
35
Buku:
Ali, Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Hukum, Edisi 1 (satu), Cetakan Pertama.
Jakarta: Sinar Grafika.
Amiruddin dan Asikin, Zainal. 2013. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Edisi
Satu, Cetakan Ketujuh. Jakarta: Rajawali Pers.
Cahya Kumala, Yudha. 2020. Lelang Indonesia (serba serbi lelang dan
pelaksanaanya di Indonesia). Yogyakarta: Budi Utomo.
Daeng Naja, H. R. 2005. Hukum Kredit dan Bank Garansi. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Ishaq. 2017. Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta
Disertasi. Bandung: Alfabeta.
Ramadhani, Rahmat. 2018. Beda Nama dan Jaminan Kepastian Hukum Sertifikat
Hak Atas Tanah. Medan: Pustaka Prima.
36
Santoso, Urip. 2017. Hak-Hak Atas Tanah, Hak Pengelolaan, dan Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun. Jakarta: Kencana.
------. 2018. Buku Ajar Hukum Agraria (Suatu Pengantar). Medan: UMSU Press.
Jurnal:
Faisal, Akibat Hukum Ketiadaan Akta Ikrar Wakaf Atas Perwakafan Tanah,
Dalam DE LEGA LATA:Jurnal Ilmu Hukum Vol. 3. No. 3. (2018).
Lilawati Ginting, Perlindungan Hukum Bagi Kreditor Yang Beritikad Baik Akibat
Pembatalan Hak Tanggungan, Dalam DE LEGA LATA: Jurnal Ilmu
Hukum, Vol. 1. No. 2. (2016).
Mhd. Teguh Syuhada Lubis, Pelaksanaan Sita Jaminan Terhadap Objek Sengketa
Yang Berada Di Tangan Pihak Ketiga, Dalam Penanganan Perkara Perdata
DE LEGA LATA: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 4. No. 1. (2019).
Rahmat Ramadhani, Legal Protection for Land Rights Holders Who Are Victims
of the Lan Mafia, Dalam IJRS: International Journal Reglement & Society
Vol. 2. No. 2. (2021).
------, Jaminan Kepastian Hukum Yang Terkandung Dalam Sertifikat Hak Atas
Tanah, Dalam DE LEGA LATA: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 2. No. 1. (2017).
Peraturan Perundang-Undangan:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Internet:
Ahmad Mughits Naufal, Kewajiban Mempertahankan Harta dan Benda dan
Syahidnya Seseorang yang meninggal Karenanya, diakses melalui
38