Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN


AKIBAT CACAT BARANG PRODUKSI MENURUT UNDANG
– UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999

Diajukan Oleh:
Nama : Andi Muh. Khaerul Ikhwan
NIM : 8.19.2.1947

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL
DENPASAR
2022
PROPOSAL PENELITIAN
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN
AKIBAT CACAT BARANG PRODUKSI MENURUT UNDANG
– UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999

Diajukan Oleh:
Nama : Andi Muh. Khaerul Ikhwan
NIM : 8.19.2.1947

Di bawah Bimbingan
…………………….

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL
DENPASAR
2022
PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT CACAT


BARANG PRODUKSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999

(Proposal Penelitian (UPP))


Disusun Oleh
Nama : Andi Muh Khaerul Ikhwan
NIM : 8.19.2.1947

Telah disetujui untuk


Dipertahankan dalam Ujian Kelayakan Proposal
Pada Tanggal………………………..

Menyetujui, Denpasar, …………………


Dosen Pembimbing Usulan Peneliti
Proposal Penelitian,

………………………………………… Andi Muh Khaerul Ikhwan


NIP /NPP. NIM: 8.19.2.1947

Mengetahui,
A.n Dekan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial
Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Putu Eva Ditayani Antari, S.H., M.H.


NPP. 02.03.15.235

PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN


PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT CACAT
BARANG PRODUKSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999

(Proposal Penelitian (UPP))


Disusun Oleh
Nama : Andi Muh Khaerul Ikhwan
NIM : 8.19.2.1947
Telah dipertahankan dan diterima oleh panitia sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
Pada Hari : …………………….
Tanggal : …………………….
Tempat/Ruang : …………………….

Susunan Tim Penguji


No Nama Jabatan Tanda Tangan
1 ………………………………... Ketua ………………….
2 ………………………………... Anggota ………………….
3 ………………………………... Anggota ………………….

Mengetahui,
A.n Dekan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial
Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Putu Eva Ditayani Antari, S.H., M.H.


NPP. 02.03.15.235

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah terselesaikannya penyusunan proposal yang berjudul “Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen Akibat Cacat Barang Produksi Menurut Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999” tepat waktu. Penulis menyadari penyusunan proposal ini
jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penyusunan proposal yang lebih baik lagi sebagai syarat Tugas Akhir untuk
menyelesaikan Pendidikan S1. Penyusunan proposal ini penulis banyak
mendapatkan banyak saran, kritik, dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Nyoman Sri Subawa, S.T., S.Sos., M.M., IPM. Selaku
Rektor Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar.
2. Ir. I Wayan Sutama, M.T., IPM. Selaku Kepala Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Nasional
(UNDIKNAS) Denpasar.
3. Dr. Ni Nyoman Juwita Arsawati, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas
Hukum dan Ilmu Sosial (FHIS) Universitas Pendidikan Nasional
(UNDIKNAS) Denpasar.
4. Putu Eva Ditayani Antari, S.H., M.H. selaku Ketua Program Studi
Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (FHIS) Universitas
Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar.
5. Seluruh dosen Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (FHIS)
UniversitasPendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar.
6. Dosen Pembimbing Proposal dan Skripsi.
7. Dosen Penguji Proposal yang memberi kritik dan saran.
8. Dosen Pembimbing Akademik
9. Seluruh dosen Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (FHIS) Universitas
Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar.
10. Seluruh Staff Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS)
Denpasar.
11. Kepada kedua orang tua saya yang selalu memberi dukungan selama
ini berupa doa yang tulus dalam menyelesaikan proposal ini.
12. Bagus Baskoro, A.Md.,S.Ak yang telah banyak membantu saya dalam
berdiskusi untuk menyelesaikan proposal ini.
13. Seluruh teman-teman seangkatan 2019 yang berjuang bersama untuk
mencapai gelar S1 serta seluruh teman dan sahabat yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang selalu mendukung dalam
menyelesaikan proposal ini.

Denpasar, …………………….
Penulis

ttd

Andi Muh Khaerul Ikhwan

DAFTAR ISI
i. Bagian Awal
a. Sampul Depan…………………………………………..i
b. Halaman Judul…………………ii
c. Halaman Persetujuan…………………..iii
d. Halaman Pengesahan………………….iv
e. Kata Pengantar……………….v
f. Daftar Isi………………………..vii
ii. Bagian Utama
a. Judul………………………….1
b. Latar Belakang Masalah………………………….1
c. Rumusan Masalah……………………………………1
d. Tujuan Penelitian……………………………….1
e. Manfaat Penelitian…………………………….1
f. Kajian Teoritis…………………………….1
g. Originalitas Penelitian………………………….1
h. Kerangka Penelitian…………………………………..1
i. Hipotesis Penelitian…………………………………….1
j. Definisi Operasional……………………….1
k. Metode Penelitian………………..1
iii. Bagian Akhir
a. Daftar Pustaka
b. Lampiran-lampiran

A. Judul
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Akibat Cacat Barang
Produksi Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

B. Latar Belakang Masalah


Di era tekonolgi saat ini, perkembangan terjadi pada seluruh aspek
kehidupan termasuk di dalamnya kegiatan perdagangan. Pada awalnya
perdagangan dilakukan dengan cara konvensional, yaitu dengan bertemunya
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Seiring
perkembangan teknologi, pasar sebagai tempat bertemunya permintaan dan
penawaran mengalami perubahan. Pembeli dan penjual tidak lagi harus
bertatap muka untuk melakukan transaksi. Munculnya internet sebagai media
baru, mendorong perubahan ini menjadi lebih maju. Kecepatan, kemudahan,
serta murahnya biaya internet menjadi pertimbangan banyak orang untuk
memakainya, termasuk untuk melakukan transaksi.
Dengan munculnya media internet, bentuk jarak dan waktu tidak lagi
menjadi hambatan setiap orang untuk melakukan transaksi. Selain untuk
berkomunikasi, internet di luar dugaan sebelumnya telah berkembang menjadi
media untuk berbisnis. Transaksi jual beli yang dilakukan melalui media
internet pada dasarnya sama dengan transaksi jual beli pada umumnya.
Dengan perdagangan lewat internet ini berkembang pula sistem bisnis
virtual, seperti virtual store dan virtual company , pelaku bisnis menjalankan
bisnis dan perdagangannya melalui media internet dan tidak lagi
mengandalkan bisnis perusahaan konvensional yang nyata. Dengan adanya
fenomena yang demikian ini, yakni semakin majunya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktifitas dan efisiensi
produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai
sasaran usaha, maka perlindungan hukum terhadap konsumen dipandang
sangat penting keberadaanya. Sebab dalam rangka mengejar produktifitas dan
efisiensi tersebut, pada akhirnya baik secara langsung atau tidak langsung,
konsumenlah yang menanggung dampaknya. Dengan kemudahan yang
ditawarkan internet, adalah suatu hal yang wajar ketika transaksi jual beli
konvensional mulai ditinggalkan. Saat ini transaksi melalui media internet
lebih dipilih karena kemudahan yang ditawarkan. Transaksi perdagangan
melalui sistem elektronik, khususnya internet, menjanjikan sejumlah
keuntungan, namun pada saat yang sama juga berpotensi terhadap sejumlah
kerugian.
Perkembangan teknologi internet ini menimbulkan permasalahan baru
dibidang hukum, khususnya hukum perlindungan konsumen. Dalam lingkup
Dalam lingkup pembicaraan hukum dan teknologi, perlindungan konsumen
menjadi hal yang sangat efektivitas perkembangan dan penerapan teknologi
tersebut di tengah masyarakat. Sebaliknya Undang-Undang Perlindungan
Konsumen yang sekarang berlaku di Indonesia masih berbasis pada sesuatu
yang sifatnya fisik belum kepada virtual/maya. Transaksi perdangan melalui
media elektronik atau lazim disebut Electronic Commerce menyisakan
berbagai permasalahan yang belum ada pengaturannya. Electronic Commerce
terbentuk dari berbagai sub sistem yang tersusun secara sistematis, dan
masing-masing sub sistem tersebut memiliki permasalahnya masing-masing.
Dampak negatif dari ecommerce itu sendiri cenderung merugikan konsumen.
Diantaranya dalam hal yang berkaitan dengan produk yang dipesan tidak
sesuai dengan produk yang ditawarkan, kesalahan dalam pembayaran,
ketidaktepatan waktu menyerahkan barang atau pengiriman barang dan hal –
hal lain yang tidak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Disamping itu,
bagi produsen, banyaknya jumlah orang yang dapat mengakses internet
mengakibatkan produsen kesulitan untuk mendeteksi apakah pembeli yang
hendak memesan produknya adalah pembeli yang sesungguhnya atau bukan.
Masalah perlindungan konsumen dalam e-commerce merupakan aspek
yang penting untuk diperhatikan, karena beberapa karakteristik khas e-
commerce akan menempatkan pihak konsumen pada posisi yang lemah atau
dirugikan seperti :

a. Perusahaan di internet (the internet merchant) tidak memiliki


alamat secara fisik di suatu negara tertentu, sehingga hal ini akan
meyulitkan konsumen untuk mengembalikan produk yang tidak
sesuai dengan pesanan.
b. Konsumen sulit memperoleh jaminan untuk mendapatkan ganti
rugi.
c. Produk yang dibeli konsumen ada kemungkinan tidak sesuai atau
tidak kompatible dengan perjanjian awal.
Di dalam jual beli melalui internet, seringkali terjadi kecurangan. Kecurangan-
kecurangan tersebut dapat terjadi yang menyangkut keberadaan pelaku usaha,
barang yang dibeli, harga barang, dan pembayaran oleh konsumen. Kecurangan
yang menyangkut pelaku usaha, misalnya pelaku usaha yang bersangkutan
merupakan toko yang fiktif.
Seperti kasus penipuan transaksi e-commerce yang dialami seorang mahasiswi
yang beritanya dimuat di harian Sriwijaya Post, Minggu (6/3) 2011 tatkala
melakukan transaksi elektronik via media jejaring sosial, kronologisnya
mahasiswi tersebut hendak berbelanja setelah mendapatkan tawaran menggiurkan
berupa produk-produk elektronik yang mekanismenya produk-produk tersebut
ditawarkan dengan memberikan gambaran informasi berupa foto-foto yang
kemudian dkirimkan ke akun korban dengan harga miring. Berbekal, kepercayaan
dirinya kemudian berinsiatif untuk mencoba membeli produk yang ditenggarai
distributor produk elektronik berupa laptop dan handphone tersebut berdomisili di
Pulau Batam.
Menyangkut barang yang dikirimkan oleh pelaku usaha, misalnya barang
tersebut tidak dikirimkan kepada konsumen atau terjadi keterlambatan pengiriman
yang berkepanjangan, terjadi kerusakan atas barang yang dikirimkan atau barang
yang dikirimkan cacat, dan lain-lain. Menyangkut purchase dan pembayaran oleh
konsumen yang disangkal kebenarannya oleh pelaku usaha. Misalnya, pelaku
usaha hanya mengakui bahwa jumlah barang yang dipesan kurang dari yang
tercantum di dalam purchase yang dikirimkan secara elektronik atau harga per
unit dari barang yang dipesan oleh konsumen dikatakan lebih tinggi dari pada
harga yang dicantumkan di dalam purchase.
Dapat pula terjadi pelaku usaha mengaku belum menerima pembayaran dari
konsumen, padahal kenyataannya konsumen sudah mengirim pembayaran untuk
seluruh harga barang. Dengan karakteristik e-commerce seperti ini konsumen
akan menghadapi berbagai persoalan hukum dan peraturan perlindungan hukum
bagi konsumen yang ada sekarang belum mampu melindungi hak-hak konsumen
dalam transaksi e-commerce lintas negara di Indonesia.
Dalam transaksi e-commerce tidak ada lagi batasan negara maka undang-
undang perlindungan konsumen masing-masing negara seperti yang dimiliki
Indonesia tidak akan cukup membantu, karena e-commerce beroperasi secara
lintas batas. Dalam kaitan ini, perlindungan hukum bagi hak-hak konsumen harus
dilakukan dengan pendekatan internasional melalui harmonisasi hukum dan
kerjasama institusiinstitusi penegak hukum.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang akan jadi pokok
permasalahan adalah :
1. Bagaimana perlindungan hukum kepada konsumen menurut undang -
undang No. 8 tahun 1999.
2. Bagaimana pertanggungjawaban produsen terhadap cacat barang produksi
D. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka penelitian ini bertujuan:
a. Untuk mengetahui dan menganalisa Undang – Undang Perlindungan
Konsumen No 8 Tahun 1999 dapat melindungi konsumen.
b. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban produsen terhadap cacat
barang produksi yang beredar di pasaran.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk:
a. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam hal
perlindungan hukum terhadap konsumen.
b. Bagi akademisi, sebagai tambahan referensi guna mempermudah bagi
pihak yang berkepentingan yang ingin melakukan penelitian dengan objek
yang sama.
c. Bagi pembaca, agar para pembaca dapat memahami bagaimana keabsahan
sebuah kontran elektronik dalam transaksi jual beli di media intrenet dan
perlindungan hukum terhadap konsumen dalam transaksi jual beli di
media internet serta bagaimana mekanisme penyelesaian.

F. Kajian Teoritis
1. Perlindungan Hukum
a. Pengertian Perlindungan Hukum
Bentuk perlindungan terhadap masyarakat mempunyai banyak
dimensi salah satunya yaitu perlindungan hukum. Adanya benturan
kepentingan didalam masyarakat harus dapat diminimalisasi dengan
kehadiran hukum dalam masyarakat. Adanya perlindungan hukum
bagi seluruh rakyat Indonesia dapat ditemukan dalam Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) , oleh karena itu
maka setiap produk yang dihasilkan oleh legislatif harus mampu
memberikan perlindungan hukum bagi seluruh masyarakat. Terdapat
beberapa pendapat para sarjana mengenai perlindungan hukum, antara
lain :
a) Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah adanya
upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara
mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak
dalam rangka kepentingannya tersebut1
b) Menurut Philipus M. Hadjon, perlindungan hukum diartikan
sebagai tindakan melindungi atau memberikan pertolongan
kepada subyek hukum dengan perangkat-perangkat hukum. Bila
melihat pengertian perlindungan hukum di atas, maka dapat
diketahui unsur-unsur dari perlindungan hukum, yaitu: subyek
yang melindungi , obyek yang akan dilindungi alat, instrumen
maupun upaya yang digunakan untuk tercapainya perlindungan
tersebut.
Dari beberapa pengertian mengenai perlindungan hukum di atas,
dapat disimpulkan bahwaperlindungan hukum sebagai suatu upaya
untuk melindungi kepentingan individu atas kedudukannya sebagai
manusia yang mempunyai hak untukmenikmati martabatnya, dengan
memberikan kewenangan padanya untuk bertindak dalam rangka
kepentingannya tersebut.
Menurut Pasal 1 angka 1 UU No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa “Perlindungan konsumen
adalah “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen”. Kalimat yang menyatakan
“segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum” .
b. Perlindungan Hukum Dari Sisi Pelaku Usaha
Dimana dalam hal ini pelaku usaha berkewajiban
mencantumkan identitas dalam website, berdasarkan hasil penelitian
terhadap pelaku usaha toko online, didapatkan toko online yang hanya
memasang nomor telephon dan alamat email saja tanpa
mencantumkan alamat jelas dari pelaku saha maupun identitas
lainnya. Diharapakan dengan pencantuman identitas ini dapan
menjamin kepastian hukum bagi konsumen yang bertransaksi.
Adanya lembaga penjamin keabsahan toko online, berdasarkan
penelitian, toko online yang berada di Indonesia tidak ada lembaga
penjamina keabsahan toko tersebut, sehingga dimungkinkan konsumen
bertransaksi dengan toko online yang fiktif.

c. Perlindungan Hukum Dari Sisi Konsumen


Adanya jaminan perlindungan kerahasiaan data – data pribadi
konsumen, karena data – data pribadi tersebut jika tidak dijaga
kerahasiaannya oleh pelaku usaha dapat diperjual belikan oleh
pihak lain untuk kepentingan promosi.
d. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen
Dari Sisi Produk Dalam menawarkan produknya, pelaku usaha
diwajibkan untuk :
1) Memberikan informasi yang jelas dan lengkap mengenai
produk yang ditawarkan sehingga konsumen tidak disesatkan
terutama informasi yang sifatnya mendasar (kualitas produk
apakah asli, imitasi, baru , bekas, jenis produk, ukuran)
disamping informasi – informasi lain yang relevan seperti
keunggulan produk. Hal ini sangat penting untuk membantu
konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli atau
tidak. Berdasarkan hasil penelitian untuk pelaku usaha di
Indonesia dalam mendeskripsikan produk sangat minim
informasi, hanya menyebutkan harga dan penjelasan sedikit
mengenai produk.
2) Informasi produk mengenai produk harus diberikan melalui
bahasa yang mudah dimengerti dan tidak menimbulkan
penafsiran lain. Dalam hal ini mengingat e-commerce
merupakan perdagangan yang melintasi batas negara dan
pelaku usaha bisa darimana saja maka untuk penggunaan
bahasa disesuaikan dengan negara asal pelaku usaha tersebut.
Jadi dalam hal ini menuntut konsumen dalam bertransaksi
dengan pelaku usaha yang bahasanya dapat dipahaminya.
3) Memberikan jaminan bahwa produk yang ditawarkan aman
atau nyaman untuk dikonsumsi atau dipergunakan.
4) Memberi jaminan bahwa produk yang ditawarkan sesuai
dengan apa yang dipromosikan oleh pelaku usaha. Pengenalan
suatu produk sangatlah penting karena kesalahan konsumen
memilih produk akan berakibat merugikan dirinya sendiri.

2. E-Commerce
E-commerce adalah dimana dalam satu website menyediakan atau dapat
melakukan Transaksi secara online atau juga bisa merupakan suatu cara
berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang
memanfaatkan fasilitas Internet dimana terdapat website yang dapat
menyediakan layanan “get and deliver“. E-commerce akan merubah semua
kegiatan marketing dan juga sekaligus memangkas biaya-biaya
operasional untuk kegiatan trading (perdagangan). Adapun pendapat
mengenai pengertian E-Commerce bahwa E-commerce mengacu pada
internet untuk belanja online dan jangkauan lebih sempit. dimana e-
commerce adalah subperangkat dari E-Bisnis. cara pembayarannya:
melalui transfer uang secara digital seperti melalui account paypal atau
kartu credit Sedangkan, E-Bisnis mengacu pada internet tapi jangkauan
lebih luas. area bisnisnya terjadi ketika perusahaan atau individu
berkomunikasi dengan klien atau nasabah melalui e-mail tapi pemasaran
atau penjualan di lakukan dengan internet. dengan begitu dapat
memberikan keuntungan berupa keamanan fleksibililtas dan efisiensi. cara
pembayarannya yaitu dengan melaui pembayaran digital secara E-Gold
dan sudah di akui di seluruh dunia dalam melakukan transaksi online.
3. Produk Cacat
a. Produk Cacat Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen
Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, pembangunan dan perkembangan
perekonomian khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan
nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang/jasa yang
dapat dikonsumsi. Selain itu, globalisasi dan perdagangan bebas
yang didukung oleh kemajuan tekhnologi telekomunikasi
informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang
dan/ jasa yang ditawarkan bervariasi baik produksi dalam maupun
luar negeri. Kondisi yang demikian pada satu pihak mempunyai
manfaat bagi konsumen karena kebutuhan konsumen akan barang
dan/atau jasa yang dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar
kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kuantitas barang
dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen.
Kemudahan tersebut pada sisi lain dapat berpotensi memunculkan
kemungkinan berbagai kerugian yang akan diterima oleh
konsumen, sebagai akibat transaksi perindustrian dan perdagangan
yang bersifat global dengan didukung kemajuan yang sangat pesat
pada bidang informasi telekomunikasi, yang dapat mengakibatkan
kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang,
konsumen hampir selalu berada pada posisi yang lemah.
Konsumen menjadi objek bisnis meraih keuntungan yang sebesar-
besarnya oleh pelaku usaha, kerugian konsumen tersebut dapat
berasal/ berupa dari produk cacat yang dikonsumsi atau digunakan
oleh konsumen. Menurut Salam sebagaimana dikutip oleh Tuti
Elpina Siregar, suatu produk dikatakan cacat apabila produk
tersebut tidak aman dalam penggunaannya serta tidak memenuhi
syarat-syarat keamanan tertentu. Pengertian cacat juga diatur dalam
KUHPerdata, yaitu cacat yang “sungguhsungguh” bersifat
sedemikian rupa yang menyebabkan barang itu “tidak dapat
digunakan” dengan sempurna sesuai dengan keperluan yang
semestinya dihayati oleh benda tersebut, atau cacat itu
mengakibatkan “berkurangnya manfaat” benda tersebut dari tujuan
yang semestinya. Dari batasan ini dapat dilihat bahwa pihak yang
bertanggung jawab adalah pelaku usaha pembuat produk tersebut.
Perkembangan ini dipicu oleh tujuan yang ingin dicapai doktrin ini
yaitu:
a) Menekan lebih rendah tingkat kecelakaan karena produk cacat
tersebut.
b) Menyediakan sarana hukum ganti rugi bagi korban produk
cacat yang tidak dapat di hindari.
Melihat beberapa kasus yang pernah terjadi yang menimpa
konsumen, bahwa kerugian dapat berasal dari produk cacat, yang
memungkinkan konsumen mengalami kerugian tidak serta merta
dialami ketika produk tersebut dikonsumsi atau digunakan.
Kerugian tersebut dapat berupa cacat atau bahkan mungkin
kematian bagi pengguna produk tersebut. Kerugian yang diderita
oleh konsumen akibat mengonsumsi atau menggunakan produk
cacat tersebut, memberikan konsekuensi berupa tanggung jawab
yang dibebankan kepada pelaku usaha untuk memberikan ganti
rugi, sebagai mana dinyatakan pada Pasal 9 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(selanjutnya ditulis UU PK), tanggung jawab pelaku usaha
meliputi:
a) Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan.
b) Tanggung jawab ganti rugi atas pencemaran.
c) Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen.
Kosumen dapat melakukan pengembalian barang atau produk
yang sudah dipesan atau dibeli dari produsen dikarenakan adanya
suatu produk yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh
konsumen. Produk yang tidak sesuai dapat dikatakan sebagai
produk produk cacat. Produk ini mempunyai kriteria yang tidak
sesuai dengan keinginan konsumen sehingga konsumen merasa
tidak puas. Apabila return (pengembalian barang yang sudah
dibeli) barang tidak ditangani lebih serius oleh pihak produsen,
produsen tersebut nantinya akan mengalami kerugian yang begitu
besar. Kerugian itu berupa penambahan biaya produksi untuk
mengganti barang yang dikembalikaan oleh konsumen apabila
konsumen menghendaki produk yang baru untuk return barang
mereka.
Produk cacat merupakan produk yang dihasilkan tidak
sesuai dengan standar kualitas yang sudah ditentukan. Standar
kualitas yang baik menurut konsumen adalah produk tersebut dapat
digunakan sesuai dengan kebutuhan konsumen tersebut. Apabila
konsumen sudah merasa bahwa produk tersebut tidak dapat
digunakan sesuai kebutuhan, maka produk tersebut akan dikatakan
sebagai produk cacat. Untuk mengatasi produk cacat yang
dihasilkan, produsen hanya dapat melakukan pencegahan terhadap
terjadinya cacat produk. Untuk melakukan perbaikan sangat sulit
dikarenakan memperbaiki produk yang cacat tetapi tidak pada
proses produksinya sama saja akan menambah biaya. Produsen
sebaiknya melakukan pencegahan terjadinya produk cacat dengan
cara menyelidiki apakah terjadi kesalahan dalam proses
produksinya sehingga dapat didapatkan penyebab produk cacat itu
terjadi. Pada sisi lain UU PK tidak memberikan rumusan yang jelas
dan tegas tentang definisi jenis produk barang dan/atau jasa yang
dilindungi, yang secara hukum dapat dipertanggung jawabkan oleh
pelaku usaha tertentu atas hubungan hukumnya dengan konsumen
apalagi rumusan yang berkaitan dengan definisi dan kriteria produk
cacat. Istilah cacat dalam UU PK hanya ditemukan pada Pasal 8
ayat (2 dan 3).

G. Originalitas Penelitian
No. Peneliti Judul Hasil Penelitian
1 Marcelo Upaya Hukum Tanggung jawab pelaku usaha
Leonardo Tuela Perlindungan memberikan ganti rugi atas
(2014) Konsumen Terhadap kerusakan barang yang
Barang Yang merugikan konsumen dapat
Diperdagangkan berupa pengembalian uang atau
penggantian barang yang
sejenis atau setara nilainya, atau
perawatan kesehatan dan/atau
santunan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundangundangan yang
berlaku. Pemberian ganti rugi
dilaksanakan dalam tenggang
waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi. Upaya hukum
untuk mencegah konsumen
tidak dirugikan akibat barang
yang digunakan dalam keadaan
rusak melalui pemenuhan
kewajiban pelaku usaha untuk
melaksanakan kegiatan usaha
dengan beritikad baik.. Pelaku
usaha harus memberi
kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian
dan pemanfaatan barang yang
diperdagangkan tidak sesuai
dengan yang dijanjikan
2 Pangaribawa Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8
Maghakalpika Perlindungan Hukum Tahun 1999 Tentang
(2007) Terhadap Konsumen Perlindungan Konsumen yang
Ditinjau Dari Undang- disusun untuk melindungi hak-
Undang Nomor 8 hak konsumen dari perilaku
Tahun 1999 Tentang menyimpang para pelaku usaha
Perlindungan secara nyata telah mampu
Konsumen Di Badan diterapkan dalam
Penyelesaian Sengketa pelaksanaannya, aparat penegak
Konsumen (Bpsk) hukum telah mampu
menerapkan Pasal-pasal dalam
undang-undang tersebut
kedalam proses penyelesaian
sengketa. Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK)
kota Semarang sebagai lembaga
yang bertugas menyelesaikan
sengketa konsumen dalam
pelaksanaannya telah mengacu
pada Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen dan
SK Menperindag Nomor
350/MPP/Kep/12/2001. Hasil
penelitian menunjukkan adanya
kesiapan aparat penegak hukum
dari BPSK kota Semarang yang
telah mampu menyelesaikan
perkara berdasarkan aturan
yang ada dengan hasil yang
baik.
3 Ni Ketut Esa Perlindungan Hukum Perlindungan Konsumen bagi
Savitri, Terhadap Konsumen pelaku usaha sesuai Pasal 7
Mahawyahrty Dalam Transaksi huruf g UU perlindungan
Ayu Putu Perdagangan Barang Konsumen berkewajiban
Laksmi Cacat Tersembunyi memberi kompensasi, ganti rugi
Danyathi Melalui Internet dan/atau penggantian apabila
barang dan/atau jasa yang
diterima atau dimanfaatkan
tidak sesuai dengan perjanjian.
Peraturan Pemerintah tentang
Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik dalam
Pasal 48 ayat (3) juga mengatur
dengan tegas yaitu pelaku usaha
wajib memberikan batas waktu
kepada konsumen dan/atau
penerima kontrak untuk
mengembalikan barang yang
dikirim dan/atau jasa yang
disediakan apabila tidak sesuai
dengan kontrak atau terdapat
cacat tersembunyi. Pertanggung
jawaban produsen terhadap
barang-barang cacat yang
dipasarkan melalui Internet
adalah konsumenl dapat
mengajukanl klaim
berdasarkanl adanyal
kewajibanl pabrikanl untuk
menjaminl mutu suatu produk.
4 Fabian Fadhly Ganti Rugi Sebagai Produsen memiliki tanggung
(2013) Perlindungan Hukum jawab memberikan ganti rugi
Bagi Konsumen terhadap kerugian yang dialami
Akibat Produk Cacat atau diderita akibat
menggunakan/mengonsumsi
produk cacat, dengan
memperhatikan kerugian nyata
dan yang dapat diduga, dan
mempertimbangkan kewajiban
konsumen yang menjadi hak
produsen telah dilaksanakan.
Uang merupakan bentuk ganti
rugi yang lazim dan praktis
sehingga lebih mudah
digunakan untuk membayar
suatu kerugian, yang timbul
akibat produk cacat sehingga
menyebabkan penderitaan bagi
konsumen.
H. Kerangka Pemikiran

Latar Belakang Rumusan Masalah Kajan Teoritis

Di era tekonolgi saat ini, perkembangan Berdasarkan penjelasan latar belakang 1. Perlindungan Hkum
terjadi pada seluruh aspek kehidupan masalah yang telah dijelaskan oleh penulis 2. Kosumen
termasuk di dalamnya kegiatan di atas, maka permasalahan yang sekarang 3. Pelaku Usaha
perdagangan. Pada awalnya perdagangan telah menjadi aktifitas yang sering kita 4. Prosuksi Cacat
dilakukan dengan cara konvensional, yaitu jumpai di kalangan masyarakat global ini
dengan bertemunya penjual dan pembeli yaitu transaksi yang dilakukan dengan
untuk melakukan transaksi jual beli. Seiring menggunakan media intenet, namun
perkembangan teknologi, pasar sebagai masyarakat harus mengetahui mengenai Metode Peelitian
tempat bertemunya permintaan dan keabsahan sebuah kontrak elektonik dalam
penawaran mengalami perubahan. Pembeli transaksi jual beli di media internet agar 1) . Jenis Penelitian
dan penjual tidak lagi harus bertatap muka tercipta sebuah perlindungan hukum
untuk melakukan transaksi. Munculnya terhadap konsumen dalam bertransaksi
2) Jenis Pendekatan
internet sebagai media baru, mendorong melalui media internet tersebut. Untuk 3) Sumber Data
perubahan ini menjadi lebih maju. menjawab permasalahan tersebut maka 4) Teknik Pengumpulan
Kecepatan, kemudahan, serta murahnya penulis menyajikan pertanyaan penelitian
biaya internet menjadi pertimbangan sebagai berikut : a. Bagaimana Data
banyak orang untuk memakainya, termasuk perlindungan hukum terhadap konsumen 5) Teknik Pemeriksaan
untuk melakukan transaksi dalam bertransaksi melalui media
Keabsahan Data
instagram ? b. Apa saja bentuk tanggung
jawab pelaku usaha terkait memenuhi hak 6) Teknik Analisis Data
konsumen dalam transaksi jual beli pada
media instagram ?

Tujuan

Sejalan dengan batasan dan rumusan


masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka penelitian ini bertujuan: a. Untuk
mengetahui dan menganalisa Undang –
Undang Perlindungan Konsumen No 8
Tahun 1999 dapat melindungi konsumen
dalam transaksi e-commerce atau tidak. b.
Untuk mengetahui perlindungan hukum
terhadap konsumen dalam bertransaksi
melalui media internet. c. Untuk
mengetahui permasalahan – permasalahan
yang timbul dalam perlindungan hukum
terhadap konsumen dalam transaksi
ecommerce mengetahui penyelesaian
sengketa konsumen dalam transaksi jual
beli pada media internet

Pembahasan

perlindungan hukum kepada konsumen


yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 akibat cacatnya barang produksi

Penutup
I. Hipotesis Penelitian

J. Definisi Operasional
Definisi operasional atau kerangka konsep yang menggambarkan hubungan
antara definisi- definisi/konsep-konsep khusus yang akan diteliti. Namun
demikian, masih diperlukan penjabaran lebih lanjut dari konsep ini dengan jalan
memberikan defenisi operasionalnya. Berdasarkan dari judul yang telah diajukan
maka perlu kiranya penulis memaparkan beberapapengertian sebagai berikut:
1. Hukum Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam
tingkah laku tindakan- tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman
mesti mengganti kerugian, jika melanggar aturan- aturan itu akan
membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan
kemerdekaannya, didenda dan sebagainya.
2. Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat serta
pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek
hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai
kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapatmelindungi suatu hal dari
hal yang lainnya.
3. Konsumen
Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/jasa
untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain atau untuk
diperdagangkan (tujuan komersial).
4. Pelaku Usaha
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
5. Produk Cacat
Suatu produk dikatakan cacat apabila produk tersebut tidak aman dalam
penggunaannyaserta tidak memenuhi syarat-syarat keamanan tertentu.
K. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif.
Penelitian jenis ini hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam
peraturan perundang-undangan atau hukum yang dikonsepkan sebagai
kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang
dianggap pantas. Penelitian ini berlandaskan norma-norma hukum yang
berlaku yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.
2. Pendekatan Masalah
Dalam penelitian hukum normatif terdapat beberapa pendekatan. Dengan
pendekatan ini, Penulis akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek
mengenai isu yang akan dibahas. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian hukum normatif yaitu:pendekatan perundang-undangan,
pendekatan kasus, pendekatan historis, pendekatan komparatif, dan
pendekatan konseptual. Dalam penelitian ini pendekatan yang Penulis
gunakan adalah pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus dan
pendekatan konseptual.
3. Metode Memperoleh Bahan Hukum
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum bersifat
otoritatif.Artinya sumber-sumber hukum yang dibentuk oleh pihak
yang berwenang.Bahan hukum primer terdiri dari peraturan
perundang-undangan, catatan resmi dalam pembuatan perundang-
undangan. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang
Informasi Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPer).
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer. Terdiri dari buku-buku teks, jurnal
hukum, kamus hukum, hasil penelitian yang berkaitan dengan
pengelolaan serta perlindungan lingkungan hidup.
4. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
Dari bahan hukum yang sudah terkumpul baik bahan hukum primer
Maupun bahan hukum sekunder diklasifikasikan sesuai isu hukum yang
akan dibahas. Kemudian bahan hukum tersebut diuraikan untuk
mendapatkan penjelasan yang sistematis.Pengolahan bahan hukum bersifat
deduktif yaitu menarik kesimpulan yang menggambarkan permasalahan
secara umum ke permasalahan yang khusus atau lebih konkret. Setelah
bahan hukum itu diolah dan diuraikan kemudian Penulis menganalisisnya
(melakukan penalaran ilmiah) untuk menjawab isu hukum yang telah
dirumuskan dalam rumusan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Asikin, A. dan Z. (2004). Pengantar Metode Penelitian Hukum. Raja Grafindo
Persada.
Barkatullah, A. H. (2009). Perlindungan Hukum Bagi Konsumen dalam Transaksi
E-commerce Lintas Negara di Indonesia. FH UII Press.
Gunawan, J. (2010). Hukum Perlindungan Konsumen. Universitas Katolik
Parahyangan.
Ibrahim, J. (2008). Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. ayumedia
Publishing.
Miru, A. (2011). Hukum Perlindungan Konsumen. PT. Raja Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai