Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menjelaskan
definisi pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, hal ini dipertegas dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional maupun daerah berdasar pada amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 Ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Sehingga pemenuhan hak dasar warga Negara terhadap pendidikan perlu diupayakan secara sadar dan terencana termasuk di dalamnya rencana anggaran untuk pendidikan. Persoalan dasar pendidikan di Negara Indonesia ialah kurangnya mutu pendidikan baik secara komparatif maupun kompetitif. Salah satu penyebab yang membuat kurangnya mutu pendidikan di Negara Indonesia terkait soal pembiayaan. Terdapat perbedaan signifikan antara definisi pendanaan pendidikan dan pembiyaan pendidikan. Pendanaan pendidikan sendiri merupakan penetapan atau pemberian sejumlah anggaran untuk keperluan penyelenggaraan sekolah sedangkan pembiayaan sekolah sendiri adalah rangkaian proses dengan menggunakan pendapatan dan sumberdaya yang tersedia dipakai untuk mengoperasionalkan fungsi-fungsi sekolah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga mengamanatkan alokasi anggaran minimal 20% dari APBN dan APBD untuk penyelenggaraan pendidikan Nasional. Hal ini berdasar atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2022 yang membahas mengenai perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. Pasal 80 Ayat 1-6 membahas mengenai alokasi anggaran pendidikan dalam APBN tidak termasuk biaya pendidikan kedinasan serta mekanisme persetujuan pengalokasian anggaran pendidikan dalam APBN oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional. Perubahan juga terdapat pada Pasal 81 Ayat 1-4 yang membahas mengenai alokasi anggaran pendidikan dalam APBD setiap tahun sekurang-kurangnya 20% dari belanja daerah. Selanjutnya anggaran tersebut digunakan untuk mendanai urusan pendidikan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota sepanjang urusan pendidikan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota dan dapat digunakan untuk mendukung pendanaan urusan pendidikan di luar kewenangan provinsi atau kabupaten/kota sepanjang urusan pendidikan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota telah terpenuhi. Sedangkan Pasal 82 dan Pasal 83 Ayat 1-3 memaparkan bahwa dana pendidikan dari Pemerintah kepada Pemerintah daerah diberikan dalam bentuk hibah begitu juga dengan dana pendidikan dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan dan pemeberian hibah diatur lebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan urairan perubahan peraturan pemerintah tersebut Negara menunjukkan konsistensinya dalam menangani urusan mengenai pendanaan pendidikan. Dalam pelaksanaannya tentu saja pasti terdapat beberapa masalah atau kendala jadi dirasa perlu pembahasan lebih lanjut untuk membahas mengenai persoalan pendanaan dan pembiayaan pendidikan. Berikut merupakan beberapa rekomendasi atau saran yang kiranya dapat menjadi bahan analisis dan pertimbangan lebih lanjut mengenai persoalan pendanaan dan pembiayaan pendidikan ; 1. Menyusun dan menetapkan aturan khusus (peraturan daerah/peraturan kepala daerah) yang mengatur tentang urusan pendidikan apa saja yang masih termasuk ke dalam kewenangan provinsi atau kabupaten/kota sehingga Negara dapat memprioritaskan alokasi pendanaan bagi urusan pendidikan utama. 2. Menyusun dan menetapkan aturan khusus (peraturan daerah/peraturan kepala daerah) yang mengatur tentang kriteria urusan pendidikan diluar kewenangan provinsi atau kabupaten/kota apa saja yang kiranya dapat menjadi alokasi pendanaan dan pembiayaan pendidikan setelah memenuhi tanggung jawab dalam pendanaan dan pembiayaan urusan pendidikan yang termasuk ke dalam kewenangan provinsi atau kabupaten/kota. 3. Pemerintah dengan aktif menyosialisasikan peraturan perundang- undangan khusus yang mengatur tentang urusan pendidikan apa saja yang masih termasuk ke dalam kewenangan provinsi atau kabupaten/kota dan kriteria urusan pendidikan diluar kewenangan provinsi atau kabupaten/kota.