Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
Anggaran negara adalah urat nadi bagi suatu negara dalam menjalankan
pemerintahan. Pengertian anggaran (budget) menurut Robert D Lee, Jr dan
Ronald W Johnson adalah A document or a collection of documents that refer to
the financial condition of an organization ( family, corporation, government),
including information on revenues, expenditures, activities, and purposes or
goals. Terjemahan bebas dari pengertian anggaran tersebut adalah dokumen
yang menunjukkan kondisi atau keadaan keuangan suatu organisasi (keluarga,
perusahaan, pemerintah) yang menyajikan informasi mengenai pendapatan,
pengeluaran, aktivitas dan tujuan yang hendak dicapai. Di Indonesia anggaran
negara setiap tahun disusun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). APBN secara filosofi adalah perwujudan dari kedaulatan rakyat
sehingga penetapannya dilakukan setiap tahun dengan undang-undang. APBN
pada dasarnya sebagai bentuk kepercayaan rakyat kepada pemerintah untuk
mengelola keuangan negara sehingga pengelolaannya diharapkan dapat
memenuhi syarat akuntabilitas (accountability), transparan (transparency), dan
kewajaran (fairness).
Di Indonesia ketentuan mengenai APBN terdapat dalam Undang-Undang
Dasar 1945 Bab VIII Hal Keuangan Pasal 23 yaitu:
1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan
oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah
menjalankan anggaran pendapatan dan belanja tahun yang lalu.
APBN yang ditetapkan tiap tahun dengan undang undang mempunyai arti
bahwa terdapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai wakil rakyat
atas rancangan APBN yang diajukan oleh pemerintah. Menurut Arifin P.Soeria

Atmadja pada Persetujuan DPR atas APBN yang diusulkan pemerintah pada dasarnya
adalah machtiging bukan hanya sebagai consent dari DPR kepada Pemerintah dalam
hal ini presiden. Machtiging berarti menghendaki pertanggungjawaban pengelolaan
APBN oleh presiden kepada pemberi mandat yaitu DPR.
Bentuk keseriusan pemerintah dan DPR dalam bidang pendidikan tertuang
dalam Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 Amandemen ke 4 mengamanatkan bahwa negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN
serta dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Hal ini dikuatkan dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 013/PUU-VI/2008,
Pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen
dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional. Alokasi anggaran diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang terkait
dengan peningkatan kualitas pendidikan. Alokasi anggaran pendidikan lebih spesifik
dituangkan dalam pasal 49 UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 yaitu Dana pendidikan
selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
BAB II
PEMBAHASAN
A. APBN
1. Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31
Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap
tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
2. Fungsi APBN
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan
negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan
pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan
nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum.

APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,


distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran
yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan
dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.

B. ANGGARAN DANA PENDIDIKAN


Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang
dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga, alokasi anggaran pendidikan
melalui transfer ke daerah, dan alokasi anggaran pendidikan melalui pengeluaran
pembiayaan, termasuk gaji pendidik tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan
kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung
jawab pemerintah (pasal 1 butir 40 UU No.4 Tahun 2012 Tentang Perubahan atas UU
No.22 tahun 2011 Tentang APBN TA 2012).
Berdasarkan pasal 49 bahwa alokasi anggaran adalah alokasi pada sektor pendidikan.
Dalam istilah penganggaran, sektor sepadan dengan fungsi, hal ini diatur dalam
Peraturan menteri keuangan No.101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran.
Klasifikasi anggaran menurut fungsi, merinci anggaran belanja menurut fungsi dan
sub fungsi. Fungsi itu sendiri memiliki pengertian perwujudan tugas kepemerintahan
di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
nasional. Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi.
Klasifikasi anggaran menurut fungsi yang berlaku saat ini ada 11 (sebelas) fungsi
yaitu:
1. Pelayanan umum [01];
2. Pertahanan [02];
3. Ketertiban dan Keamanan [03];
4. Ekonomi [04];
5. Lingkungan Hidup [05];
6. Perumahan dan fasilitas umum [06];
7. Kesehatan [07];
8. Pariwisata [08];
9. Agama [09];

10. Pendidikan dan Kebudayaan [10];


11. Perlindungan sosial [11].
12. Pendidikan anak usia dini
13. Pendidikan dasar
14. Pendidikan Menengah
15. Pendidikan Non Formal dan Informal
16. Pendidikan kedinasan
17. Pendidikan Tinggi
18. Pelayanan Bantuan Terhadap Pendidikan
19. Pendidikan Keagamaan
20. Litbang Pendidikan
21. Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga
22. Pendidikan Lainnya
Penggunaan fungsi dan subfungsi disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masingmasing K/L. Penggunaanya dikaitkan dengan kegiatan (merupakan penjabaran
program) yang dilaksanakan, sehingga suatu program dapat menggunakan lebih dari
satu fungsi.
Berdasarkan amanat undang-undang maka alokasi anggaran pendidikan sebesar 20%
diterjemahkan dalam alokasi anggaran fungsi pendidikan. Fungsi pendidikan terdiri
dari sub fungsi yaitu :
Perkembangan alokasi anggaran berdasarkan sub fungsi dari tahun 2008 sampai
dengan 2014 adalah sebagai berikut :
Anggaran Pendidikan per sub Fungsi
Tahun 2008-2014

Sumber : Dasar-Dasar Praktik Penyusunan APBN di Indonesia Edisi II Hal 232

Adapun perkembangan anggaran pendidikan tahun 2010 2015 dapat dilihat pada
tabel berikut:
Anggaran Fungsi Pendidikan 2010-2015
(dalam triliun rupiah)

Sumber : http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/edef-seputar-list.asp?
apbn=didik
Berdasarkan data APBN tahun 2010 sampai dengan 2015 Alokasi anggaran
pendidikan telah memenuhi amanat UUD 1945 yaitu minimal 20% dari belanja
negara. Alokasi anggaran pendidikan dilakukan tiga jalur.
Pertama, Alokasi Anggaran Pendidikan melalui belanja Pemerintah Pusat meningkat
dari Rp96,5 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp154,2 triliun pada tahun 2015.
Alokasi anggaran pendidikan pada Pemerintah Pusat digunakan antara lain untuk
penyediaan beasiswa untuk siswa/mahasiswa kurang mampu, rehabilitasi ruang kelas,
pembangunan unit sekolah baru dan ruang kelas baru, serta pembangunan prasarana
pendukung dan pemberian tunjangan profesi guru.
Kedua, Alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah antara lain terdiri dari
bagian anggaran yang dialokasikan pada bagian anggaran sebagai berikut :
1. Bagian anggaran pendidikan dalam DBH terdiri atas bagian DBH
pertambangan minyak bumi dan gas bumi. Penghitungan DBH pendidikan
tersebut berdasarkan pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf e angka 2 dan huruf f angka 2

sebesar 0,5% (setengah persen) dialokasikan untuk menambah anggaran


pendidikan dasar.
2. Bagian anggaran pendidikan dalam DAU terdiri atas DAU untuk gaji pendidik
dan DAU untuk non gaji.
3. Bagian anggaran pendidikan dalam DAK ditetapkan berdasarkan kesepakatan
antara Pemerintah dengan DPR.
4. Bagian anggaran pendidikan dalam otonomi khusus dihitung berdasarkan
pasal 36 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Papua dan pasal 182 ayat (3) Undang-Undang Nomor
11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
5. Bagian anggaran pendidikan dalam dana penyesuaian antara lain terdiri atas
tunjangan profesi guru, dana tambahan penghasilan guru Pegawai Negeri Sipil
Daerah (PNSD), dan bantuan operasional sekolah (BOS) yang
penghitungannya bersumber dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
serta dana insentif daerah yang penggunaannya ditujukan terutama untuk
pelaksanaan fungsi pendidikan yang dialokasikan kepada daerah dengan
mempertimbangkan kriteria tertentu.
6. Pemerintah pusat telah melaksanakan amanat UUD 1945 dan UU no.20 tahun
2003 yang mewajibkan mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20%
dari belanja negara.
7. Alokasi anggaran pendidikan merupakan alokasi anggaran pada klasifikasi
fungsi pendidikan yang terdiri dari sub fungsi Pendidikan anak usia dini,
Pendidikan dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Non Formal dan
Informal, Pendidikan kedinasan, Pendidikan Tinggi, Pelayanan Bantuan
Terhadap Pendidikan, Pendidikan Keagamaan, Litbang Pendidikan,
Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga dan Pendidikan Lainnya.
8. Dalam penyaluran alokasi dana pendidikan dilakukan melalui kementerian
negara/lembaga, alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah, dan
alokasi anggaran pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan.
9. DJA, Dasar-Dasar Praktik Penyusunan APBN di Indonesia Edisi II , Jakarta,
DJA,2014
10. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
11. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 238/PMK.05/2010 tentang Tata
Cara Penyediaan, Pencairan, Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Endowment Fund dan Dana Cadangan Pendidikan

12. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 101/PMK.02/2011 tentang


Klasifikasi Anggaran
13. http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/edef-seputar-list.asp?apbn=didik
Dari tahun 2010-2015, alokasi anggaran pendidikan pada transfer ke daerah juga
mengalami perkembangan yang sangat signifikan, yaitu dari Rp127,7 triliun pada
tahun 2010 menjadi Rp254,9 triliun pada tahun 2015. Alokasi anggaran pendidikan
pada transfer ke daerah sebagian besar disalurkan melalui DAU, Tunjangan Profesi
Guru dan BOS.
Ketiga, Anggaran pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan yang selanjutnya
disebut dana pengembangan pendidikan nasional (DPPN) terdiri atas dana abadi
(endowment funds) pendidikan dan dana cadangan pendidikan, dimana dana tersebut
dikelola oleh BLU bidang pendidikan yaitu Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
(LPDP) yang merupakan satker dari Kementerian Keuangan. Dasar hukum
Pengelolaan DPPN tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor: 238/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Endowment Fund dan Dana Cadangan Pendidikan. Pengertian
Endowment Fund adalah Dana Pengembangan Pendidikan Nasional yang
dialokasikan dalam APBN dan/atau APBN-P yang bertujuan untuk menjamin
keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya sebagai bentuk
pertanggungjawaban antargenerasi (intergenerational equity).
Sedangkan Dana Cadangan Pendidikan adalah Dana Pengembangan Pendidikan
Nasional yang dialokasikan dalam APBN dan/atau APBN-P untuk mengantisipasi
keperluan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam.
Penyediaan DPPN ini dimulai tahun 2010 sebesar Rp1,0 triliun, kemudian tahun 2011
sebesar Rp2,6 triliun, tahun 2012 sebesar Rp7,0 triliun, tahun 2013 sebesar Rp5,0
triliun dan tahun 2014 sebesar Rp8,4 triliun

Anda mungkin juga menyukai