Anda di halaman 1dari 22

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN

NAFSU MAKAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG


MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS

Analisis Jurnal

Oleh

MUKHAMAD TOBRONI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ginjal mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga

kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ

vital dalam tubuh. Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, keseimbangan asam

basa dalam darah, dan ekskresi bahan buangan seperti urea dan sampah

nitrogen lain dalam darah. Bila ginjal tidak bisa bekerja sebagaimana

mestinya maka akan timbul masalah kesehatan yang berkaitan dengan

penyakit Gagal Ginjal Kronik (Cahyaningsih, 2009).

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan perkembangan gagal ginjal

yang bersifat progresif, lambat, dan biasanya berlangsung selama beberapa

tahun. Ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan

komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan normal (Price dan Wilson,

2006). Penyakit GGK ditandai Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang

dari 60 mL/menit/1,73m2 dalam kurun waktu 3 bulan atau lebih (NKF-

KDIGO, 2013).

Pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialis rentan mengalami

kekurangan gizi. Syaiful et al. (2014) menyebutkan bahwa 49,15% pasien

hemodialisis mengalami kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada pasien

hemodialisis disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

peningkatan katabolisme protein, kehilangan zat gizi selama dialisis,

2
inflamasi, komorbid, disfungsi hormonal, dan penurunan nafsu makan

(Oliveira et al., 2015).

Penurunan nafsu makan berimplikasi pada rendahnya asupan

makanan. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2015) terhadap pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo menunjukkan bahwa subjek yang tidak memenuhi

standar asupan energi dan protein adalah sebesar 50% dan 82,1%. Oleh

sebab itu, lebih dari separuh (60,71%). pasien dengan GGK”.

Penurunan nafsu makan memiliki resiko kematian dua kali lebih besar

(RR= 2,23) dibandingkan dengan pasien dengan nafsu makan baik (Lopes et

al., 2007). Penurunan nafsu makan pada pasien gagal ginjal kronik salah

satunya berkaitan dengan tingginya kadar ureum akibat tidak memadainya

terapi hemodialisis yang dilakukan. Kadar ureum yang tinggi dalam darah

menimbulkan perasaan mual dan muntah (Gahong dan McPhee, 2010).

Lopes et al. (2007) menyebutkan bahwa mual, karakteristik pasien (jenis

kelamin dan usia), dan depresi berhubungan dengan penurunan nafsu

makan.

Dampak dari nafsu makan yang turun diakibatkan oleh meningkatnya

ampas sisa metabolisme, yaitu ureum dan kreatinin yang beredar dalam

darah dan tidak bisa keluar dari tubuh. Kadar ureum dan kreatinin yang

meningkat tersebut dapat merangsang produksi asam lambung, sehingga

menyebabkan keluhan seperti sakit maag (gastritis), yaitu mual, muntah,

perih ulu hati, kembung dan tidak nafsu makan. Karena asupan makan yang

3
kurang maka dengan sendirinya kalori untuk membuat energipun juga

terbatas, akibatnya produksi sel darah merah menurun. keadaan itu dapat

juga menyebabkan tubuh jadi lemas dan tidak bertenaga (Suharyanto dan

Madjid, 2013).

Mengingat banyak dampak yang terjadi akibat nafsu makan pada

pasien yang menjalani hemodialisis maka penulis tertarik menyusun analisis

jurnal tentang faktor yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan nafsu

makan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Praktis

Memperkaya ilmu pengetahuan perawat tentang faktor yang

berhubungan dengan penurunan nafsu makan pada pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani terapi hemodialisis.

1.3.2 Manfaat Teoritis

Analisis jurnal ini dapat dijadikan referensi untuk mengetahui

faktor yang dapat berhubungan dengan penurunan nafsu makan pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis.

4
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode Pencarian

Analisis jurnal ini menggunakan 4 (empat) media atau metode pencarian

jurnal, yaitu sebagai berikut :

1. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan alamat situs:

www.pnri.go.id

2. International Journal of Engineering Science dengan alamat situs:

https://sciencedirect.com

3. Jurnal internasional : www.ncbi.nlm.nih.gov

4. Google Cendekia dengan alamat situs: https://scholar.google.co.id

2.2 Konsep tentang Tinjauan Teoritis

1. Nafsu Makan

a. Definisi

Nafsu makan adalah keinginan psikologis untuk makan dan hal

ini berkaitan dengan perasaan senang terhadap makanan (Insel, 2010).

Nafsu makan didefinisikan sebagai dorongan yang kuat atau keinginan

terhadap sesuatu dimana dalam hal ini adalah keinginan terhadap

makanan (Yeomans & Bertenshaw, 2008). Nafsu makan khususnya

berkaitan dengan aroma, rasa, penampilan, dan daya tarik makanan

yang dapat dianggap sebagai metafora bagi perasaan ingin atau suka

akan hal yang berharga dalam hidup (Mahler & Sarvimäki, 2012).

5
Nafsu makan berkaitan dengan keseimbangan energi karena

mempengaruhi asupan energi terhadap tubuh seseorang. Hal ini

dikarenakan nafsu makan berkaitan dengan beberapa aspek dari pola

makan seperti frekuensi dan ukuran episode makan, pemilihan akan

makanan rendah atau tinggi lemak, kandungan energi dari makanan

yang dikonsumsi, keragaman makanan yang dikonsumsi, kecocokan

terhadap suatu diet, dan keragaman konsumsi makanan sehari-hari

(Finlayson et al., n.d.). Dengan adanya nafsu makan yang tinggi,

seseorang masih akan sanggup untuk makan meski perutnya telah

mencapai perasaan kenyang. Selain itu, karena nafsu makan yang

berlebih seseorang dapat makan dengan jumlah banyak meski ia tidak

dalam keadaan lapar.

b. Etiologi Nafsu Makan Berkurang

Nafsu makan kurang diartikan ketika keinginan atau dorongan

dari dalam dirinya untuk makan tidak sebanyak kondisi sebelumnya.

Kondisi ini salah satunya dapat ditunjukkan dengan seseorang

menolak atau tidak menghabiskan makanan yang diberikan.

Berkurangnya nafsu makan diyakini sebagai faktor utama terjadinya

kurang gizi. Selain itu pun dianggap sebagai prediktor yang dapat

dipercaya terhadap morbiditas dan mortalitas (Muscaritoli et al.,

2007).

Dengan berkurangnya nafsu makan dapat berdampak pada

penurunan berat badan yang tidak disengaja (Vorvick, 2010)

6
Penyebab nafsu makan yang berkurang adalah multifaktorial dan

berhubungan dengan sistem saraf pusat dan perifer (Akimoto, 2010).

Etiologi dari nafsu makan yang hilang pada pasien hemodialisis

dihubungkan dengan berbagai faktor meliputi keracunan uremia,

asidosis metabolik, dan peningkatan besarnya peradangan serta stres

oksidatif (Suneja, 2010). Ada pun menurut Cano (2001) penyebab

nafsu makan kurang pada pasien yang menjalani hemodialisis antara

lain:

1) Hemodialisis yang tidak adekuat

2) Retensi molekul anoreksigen (menekan nafsu makan)

3) Peningkatan serum leptin

4) Disgeusia (perubahan pengecapan)

5) Rasa tidak nyaman di saluran pencernaan, mual, muntah,

gastroparesis

6) Obat-obatan, rawat inap di rumah sakit

7) Depresi

Hal menarik ditemukan dari penelitian kohort yang dilakukan Bossola

et al. (2005) yaitu lebih tinggi persentase pasien dengan nafsu makan

buruk/sangat buruk pada hari di mana pasien menjalani hemodialisis

(12,7%) dibandingkan dengan hari lainnya(5,4%). Nafsu makan

kurang selanjutnya dapat berkontribusi terhadap kondisi status gizi

kurang (Bossola, 2006).

7
2. Konsep Gagal Ginjal Kronik

a. Definisi

Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan fungsi ginjal yang

progresif yang berakir fatal pada uremia (kelebihan urea dalam darah).

(Nettina, 2002:185). Gagal Ginjal Kronik merupakan penurunan

fungsi ginjal yang menahun irreversible serta cukup lanjut (silvia A

Price, 1999:812). Sedang menurut (Brunner dan Suddarth, 2002: 448)

Gagal Ginjal Kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan

irreversible dimana keseimbangan tubuh gagal mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan

uremia. Gagal Ginjal Kronik atau CRF terjadi setelah sejumlah

keadaan yang menghancurkan massa nefron ginjal. Pada keadaan ini

ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan

komposisi cairan tubuh dalam keadaan diet makanan dan minuman

normal.

b. Etiologi

Penyebab paling umum dari gagal ginjal kronik meliputi

glomerulonefritis, pielonefritis, hipoplasia konginetal, penyakit ginjal

polikistik, diabetes militus, hipertensi, sistemik lupus, sindrom

Alport’s, amiloidosis. (Susan M Tucker, 1998:538).

c. Patofisiologi

Kerusakan nefron yang terus berlanjut namun sisa nefron yang

masih utuh tetap bekerja secara normal untuk mempertahankan

8
keseimbangan air dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami

hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja

ginjal. Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi beban solute dan

reabsorbsi tubular dalam ginjal turun di bawah nilai normal. Akhirnya

75% massa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban

solute bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan

glomerolus, tubulus tidak lagi di pertahankan (keseimbangan antara

peningkatan filtrasi, reabsorsi dan fleksibilitas proses ekskresi maupan

konservasi solute dan air menjadi berkurang). Sedikit perubahan dapat

mengubah keseimbangan yang rawan karena makin rendah GFR

semakin besar perubahan kecepatan ekskresi pernefron, hilang

kemampuan memekatkan / mengencerkan kemih menyebabkan berat

jenis urine 1,010 atau 285 m Os mol sehingga menybabkan poliuria

dan nokturia. (Price, 1995:814).

d. Manifestasi Klinik

Menurut (Sylvia A Price, 1995:813). Perjalanan umum pada

gagal ginjal kronis dapat di bagi mnjadi tiga stadium :

1) Stadium I

Penurunan cadangan ginjal, selama stadium ini kreatinin serum dan

kadar BUN normal. Penderita asimtomatik gangguaan fungsi ginjal

diketahui dengan tes pemekatan urine yang lama.

9
2) Stadium II

Insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan telah rusak

(GFR besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini kadar BUN dan

kreatinin mulai meningkat. Azotemia ringan kecuali jika stress

(infeksi, payah jantung), nokturia dan poliuria karena gagal

pemekatan.

3) Stadium III

Uremia dimana 90% massa nefron telah hancur. GFR 10% dari

normal, krelin kreatinin < 5-10 ml/menit. BUN dan kreatinin

meningkat sangat menyolok. Urine BD = 1,010, oliguria < 50

ml/24 jam, terjadi perubahan biokimia yang komplek dan

gejalanya.

3. Konsep Hemodialisa.

a. Definisi

Hemodialisis berasal dari kata hemo yang berarti darah dan

dialysis yang berarti proses filtrasi. Hemodialisis adalah dialisis yang

dilakukan dengan cara mengeluarkan darah dari dalam tubuh melalui

sebuah kateter arteri dan masuk ke dalam sebuah mesin yang disebut

dialyzer (Corwin, 2007). Hemodialisis adalah salah satu metode untuk

membuang zat sisa metabolisme tubuh menggunakan mesin dialiser

dengan tiga mekanisme, yaitu difusi, konveksi, dan absorpsi (Reddy &

Cheung, 2009).

10
Hemodialisis merupakan prosedur yang berlangsung ketika

darah seorang pasien bersirkulasi di dalam sebuah mesin (dialyzer)

untuk membuang produk sampah sisa metabolisme dan kelebihan

cairan. Dialyzer diibaratkan sebagai ginjal buatan yang memiliki

fungsi hampir sama dengan ginjal dalam hal pembuangan zat terlarut.

Mesin ini terdiri atas dua ruang yang dibatasi oleh membran semi

permeabel yaitu kompertemen darah dan kompertemen dialyzer.

b. Diet pada pasien Gagal Ginjal Kronik

Kepatuhan diet merupakan satu penatalaksanaan untuk

mempertahankan fungsi ginjal secara terus menerus dengan prinsip

rendah protein, rendah garam, rendah kalium dimana pasien harus

meluangkan waktu menjalani pengobatan yang dibutuhkan (Sumigar,

Rompas, & Pondaag, 2015). Secara umum, pasien dialisis disarankan

untuk meningkatkan asupan protein dan membatasi jumlah kalium,

fosfor, natrium, dan cairan dalam diet mereka. Pasien dengan diabetes

atau kondisi kesehatan lain mungkin memiliki pembatasan diet

tambahan. Sangat penting untuk berbicara dengan Anda ahli gizi

tentang kebutuhan diet individu. Tim asuhan dialisis akan memantau

pengobatan pasien dengan tes laboratorium bulanan untuk

memastikan pasien mendapatkan jumlah yang tepat dari dialisis dan

bahwa pasien memenuhi tujuan dietnya (National Kidney Foundation,

2016).

11
c. Komplikasi Penggunaan Hemodialisa

Hemodialisa terbukti efektif mengeluarkan cairan, elektrolit dan

sisa metabolisme tubuh, sehingga secara tidak langsung bertujuan

untuk memperpanjang umur pasien. Prosedur hemodialisis bukan

berarti tanpa resiko. Meskipun hemodialisis aman dan bermanfaat

untuk pasien, namun bukan berarti tanpa efek samping. Berbagai

permasalahan dan kompilkasi dapat terjadi saat pasien menjalani

hemodialisis (Armiyati, 2012).

Komplikasi intradialisis yang umum dialami pasien saat

menjalani hemodialisis. Komplikasi intradialisis yang umum dialami

pasien saat menjalani hemodialisis adalah hipotensi, hipertensi, kram,

mual, dan muntah, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, demam

dan menggigil ( Armiyati, 2012; Al Nazly et al, 2013). Komplikasi

intradialisis dapat menimbulkan ketidaknyamanan, meningkatkan

stres dan mempengaruhi kualitas hidup pasien serta berbagai

komplikasi intradialisis dapat terjadi sejak hemodialisis dimulai

sampai diakhiri, mulai jam pertama sampai jam terakhir (Jablonski,

2007, dalam Armiyati, 2009).

12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Author Judul/Tahun Metode Hasil Source


Rokhmah Faktor- faktor yang Analitik Faktor dominan yang mempengaruhi http://jos.unsoed.ac.id/
berhubungan dengan observasional. penurunan nafsu makan adalah depresi index.php/jgps/article/
Penurunan nafsu makan dan lama hemodialisis. Penurunan view/343/351
pada pasien gagal nafsu makan pada pasien GGK yang
Ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis
menjalani terapi berhubungan dengan lama
Hemodialisis. hemodialisis, frekuensi mual/muntah,
Tahun 2017 dan depresi.
Santoso Hubungan lama Survey analitik Ada hubungan lamanya hemodialisis http://
hemodialisis dengan dengan pendekatan dengan penurunan nafsu makan pada ojs.dinamikakesehatan.stik
penurunan nafsu makan Cross Sectional pasien Gagal Ginjal Kronik di Unit essarimulia.ac.id/
Pada pasien gagal ginjal Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin index.php/dksm/article/
kronik Di unit view/67
hemodialisa RSUD
Ulin Banjarmasin.
Tahun 2016
Purnamas Faktor- faktor yang Analitik observasional Penurunan nafsu makan pada pasien http://jos.unsoed.ac.id/
ari berhubungan dengan GGK yang menjalani terapi index.php/jgps/article/
Penurunan nafsu makan hemodialisis berhubungan dengan view/343
pada pasien gagal lama hemodialisis, frekuensi
Ginjal kronik yang mual/muntah, dan depresi.
menjalani terapi

13
Hemodialisis
Tahun 2017
Lopes, Lack of appetite in Study Is An Analysis The data suggest that a single question https://
A.A haemodialysis atients about lack of appetite helps identify www.ncbi.nlm.nih.gov/
associations with haemodialysis patients with poorer pubmed/17893106
patient characteristics, nutritional status, inflammation,
indicators of nutritional depression and higher risks of
status and outcomes in hospitalization and death. The study
the international calls attention to a possible beneficial
DOPPS. effect of longer haemodialysis on
Tahun 2017 appetite
Bossola Appetite in Chronic Conducted a Appetite in HD patients may be https://
Hemodialysis Patients: longitudinal study constantly very good/good or www.ncbi.nlm.nih.gov/
A Longitudinal Study fair/poor, or may fluctuate over time. pubmed/19540136
Tahun 2018 The latter trends are associated with
older age, more comorbidities, and
more hospitalizations.

14
3.2 Pembahasan

Kajian pertama dilakukan oleh Rokhmah (2017) yang melakukan

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang

berhubungan dengan penurunan nafsu makan pada pasien Gagal Ginjal

Kronik (GGK) yang menjalani terapi hemodialisis. Penelitian ini merupakan

penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.

Penelitian ini menggunakan subjek penelitian sebanyak 58 orang yang

diambil dengan teknik sampling consecutive sampling. Hasil penelitian

menunjukkan Responden yang mengalami penurunan nafsu makan

sebanyak 58,6%. Lebih dari separuh responden (56,9%) berjenis kelamin

laki- laki dan 84,5% responden berusia dewasa (19-59 tahun). Sebanyak

63,8% responden menjalani hemodialisis >1tahun. Responden yang

mengalami mual/muntah berat sebanyak 39,7% dan 53,4% mengalami

depresi. Berdasarkan analisis bivariat menggunakan Uji Chi-Square/ Fisher

Exact diperoleh hasil bahwa nafsu makan berhubungan secara signifikan

dengan lama hemodialisis (p=0,041), frekuensi mual/ muntah (p=0,014),

dan depresi (p=0,002). Faktor dominan yang mempengaruhi penurunan

nafsu makan adalah depresi dan lama hemodialisis. Penurunan nafsu makan

pada pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis berhubungan dengan

lama hemodialisis, frekuensi mual/muntah, dan depresi.

Pasien Gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dalam waktu

lama memiliki kadar mediator proinflamasi seperti Tumor Nekrosis Factor

Alpha (TNF-α), C- Reactive Protein (CRP), dan interleukin yang tinggi

15
dalam darah. Menurut Carerro (2009), tingginya kadar mediator

proinflamasi dalam darah menyebabkan peningkatan peptida yang bersifat

anoreksigenik seperti kolesistokinin, Glukosa Like-Peptida 1 (GLP-1), dan

PYY3-36. Selain itu, pelepasan leptin (anoreksigenik) dari jaringan adiposa

juga meningkat akibat stimulasi mediator proinflamasi.

Responden yang mengalami mual/muntah 4,27 kali lebih besar

resikonya untuk mengalami nafsu makan kurang. Mual dan muntah

menimbulkan perasaan yang tidak nyaman pada perut sehingga membuat

seseorang menolak makanan atau tidak mampu menghabiskan sejumlah

makanan yang disajikan. Hirata et al. (2012) mengemukakan bahwa

gangguan gastrointestinal seperti mual/muntah pada pasien gagal ginjal

kronik juga disebabkan oleh perlambatan pengosongan dan gangguan

aktifitas mioelektrik pada lambung.

Depresi juga dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal. Hal ini

berkaitan dengan perubahan sekresi lambung akibat gangguan jalur

endokrin melalui Hipotalamus-Pituitary-Adrenal Axis (HPA Axis).

Peningkatan asam lambung menimbulkan gejala seperti nyeri, mual, dan

perasaan cepat kenyang sehingga berakibat pada turunnya nafsu makan

(Junior et al., 2013). Depresi dapat meningkatkan kadar sitokin proinflamasi

di dalam tubuh. Adanya sitokin proinflamasi menghambat nafsu makan

melalui pengaruh sinyal peripheral dan pusat.

Jurnal diatas mendukung jurnal kedua yang dilakukan oleh Santoso (2016).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan lamanya hemodialisis

16
dengan penurunan nafsu makan pada pasien Gagal Ginjal Kronik di Unit

Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin. Metode penelitian ini menggunakan

survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel

dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling yaitu sebanyak

174 orang pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Hasil

penelitian menunjukkan ada hubungan lamanya hemodialisis dengan

penurunan nafsu makan pada pasien Gagal Ginjal Kronik di Unit

Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin (p=0,000<0,05).

Pasien yang sudah lama menjalani hemodialisis akan memiliki kadar

ureum dan kreatinin yang tinggi. Kadar ureum dan kreatinin yang

meningkat tersebut dapat merangsang produksi asam lambung, sehingga

menyebabkan keluhan seperti sakit maag (gastritis), yaitu mual, muntah,

perih ulu hati, kembung dan tidak nafsu makan.

Kedua jurnal diatas juga mendukung hasil penelitian oleh

Purnamasari (2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan pada pasien Gagal

Ginjal Kronik (GGK) yang menjalani terapi hemodialisis. Penelitian ini

merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross

sectional. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 63 orang

menggunakan teknik consecutive sampling. Berdasarkan analisis bivariat

menggunakan Uji Chi- Square/ Fisher Exact diperoleh hasil bahwa nafsu

makan berhubungan secara signifikan dengan lama hemodialisis, dan

17
depresi. Penurunan nafsu makan pada pasien GGK yang menjalani terapi

hemodialisis berhubungan dengan lama hemodialisis, dan depresi.

Jurnal berikut oleh Bossola (2018), Penelitian ini bertujuan untuk

menilai nafsu makan dari waktu ke waktu pada pasien HD, dan untuk

menentukan faktor-faktornya terkait dengan tren nafsu makan yang berbeda.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini sejumlah 54 responden. Hasil

penelitian ditemukan bahwa Nafsu makan pada pasien HD mungkin selalu

sangat baik / baik / buruk, atau mungkin berfluktuasi dari waktu ke waktu.

Tren yang terakhir dikaitkan dengan usia yang lebih tua, lebih banyak

komorbiditas, dan lebih banyak hospitalisasi. Dalam penelitian ini, peneliti

menemukan bahwa hampir setengah dari pasien, nafsu makan sangat baik

selama 6 bulan pengamatan, dan hampir seperempat dari pasien, nafsu

makan baik. Selain itu, sekitar sepertiga dari pasien, tingkat nafsu makan

berfluktuasi dari waktu kewaktu.

Jurnal terakhir adalah jurnal oleh Lopes, A.A (2017). Sampel pada

penelitian ini berjumlah 406 responden yang menjalani terapi hemodialisa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu pertanyaan tentang kurang nafsu

makan membantu mengidentifikasi hemodialisis pada pasien dengan status

gizi buruk, peradangan, depresi dan risiko hospitalisasi yang lebih tinggi

dan kematian. Sehingga studi ini meminta perhatian pada kemungkinan

manfaat efek hemodialisis yang lebih lama pada nafsu makan.

Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan hal yang sederhana

pertanyaan untuk menilai sejauh mana pasien terganggu oleh kurangnya

18
nafsu makan sangat terkait dalam dosis–respons mode dengan risiko

kematian, rawat inap tingkat, indikator konvensional status gizi buruk dan

prevalensi depresi. Demikian penelitian ini memberikan bukti bahwa

bahkan penilaian tunggal masalah yang dilaporkan sendiri pasien dengan

nafsu makan oleh pertanyaan sederhana dapat membantu mengidentifikasi

hemodialisis pasien dengan risiko yang lebih tinggi dari hasil yang

merugikan. Kita mengusulkan bahwa pertanyaan sederhana ini dari

KDQOL, yaitu ‘selama 4 minggu terakhir, sejauh mana anda terganggu oleh

kurang nafsu makan?’, digunakan secara klinis berlatih untuk

mengidentifikasi pasien hemodialisis yang membutuhkan evaluasi yang

lebih terperinci dan intervensi khusus untuk meningkatkan kelangsungan

hidup dan kualitas hidup. Hasil mendukung pengembangan uji klinis untuk

menilai kemanjuran durasi sesi dialisis yang lebih lama dan pengobatan

depresi dalam mencegah atau mengendalikan kurang nafsu makan di antara

pasien hemodialisis.

Jurnal-jurnal tersebut memiliki beberapa perbedaan yakni perbedaan

metode penelitian, perbedaan jumlah sampel yang di teliti, perbedaan

durasi dan waktu penelitian. Namun secara keseluruhan dapat disimpulkan

bahwa faktor lamanya menjalani terapi hemodialisa, frekuensi mual muntah

dan depresi.

3.3 Implikasi Keperawatan

Analisis jurnal ini memberi implikasi bahwa sebagai perawat

profesional sejogyanya mampu berperan sebagai edukator, tempat

19
konsultasi pasien dalam pemberian informasi, memberi terkait pelayanan

keperawatan yang diberikan.

20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Secara teori menunjukkan bahwa penurunan nafsu makan pada pasien

GGK yang menjalani terapi hemodialisis berhubungan dengan lama

hemodialisis, frekuensi mual/muntah, dan depresi. Namun pasien yang

menjalani hemodialisis akan memiliki kadar ureum dan kreatinin yang

tinggi. Kadar ureum dan kreatinin yang meningkat tersebut dapat

merangsang produksi asam lambung, sehingga menyebabkan keluhan

seperti sakit maag (gastritis), yaitu mual, muntah, perih ulu hati, kembung

dan tidak nafsu makan.

4.2 Saran

1. Bagi Program Studi

Diharapkan laporan analisis jurnal ini dapat dijadikan referensi dan bahan

bacaan tentang faktor yang mempengaruhi nafsu makan pada pasien yang

menjalani terapi hemodialisa.

2. Bagi Perawat

Diharapkan analisis jurnal ini khususnya bagi perawat untuk dapat

menjadi referensi untuk lebih meningkatkan edukasi ke pasien mengenai

faktor yang terkait dengan penurunan nafsu makan pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Bossola, 2018. Appetite in Chronic Hemodialysis Patients: A Longitudinal Study.


Journal Of Renal Nutrition. Vol. 19. Diakses 9 April 2019.

Brunner & Suddarth. 2012. Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). Jakarta: EGC

Cahyaningsih, D Niken. 2009. Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal. Mitra


Yogyakarta: Cendekia Press

Lopes, A.A, 2017. Lack of appetite in haemodialysis atients associations with


patient characteristics, indicators of nutritional status and outcomes in the
international DOPPS. Nephrology Dyalisis Transplantations. Diakses 9
April 2019.

NKF-KDIGO. 2013. Clinical Practice Guideline for the Evaluation and


Management of Chronic Kidney Disease. Journal of the International
Society of Nephrology. Diakses 9 April 2019.

Oliveira, C.M.C., Kubrusly, M., Lima, A.T., Torres, D.M., Cavalvante, N.M.R.,
Jeronimo, A.L.C., Oliveira, T.C.B. 2015. Correlation Between Nutritional
Markers and Appetite Self- Assessments in Hemodialysis Patients. Journal
of Renal Nutrition. Diakses 9 April 2019.

Purnamasari, 2017. Faktor- faktor yang berhubungan denganPenurunan nafsu


makan pada pasien gagal Ginjal kronik yang menjalani terapi
Hemodialisis. Diakses 9 April 2019

Rokhmah, 2017. Faktor- faktor yang berhubungan dengan Penurunan nafsu


makan pada pasien gagal Ginjal kronik yang menjalani terapi
Hemodialisis. Diakses 9 April 2019.

Santoso, 2016. Hubungan lama hemodialisis dengan penurunan nafsu makan


Pada pasien gagal ginjal kronik Di unit hemodialisa RSUD Ulin
Banjarmasin. Diakses 9 April 2019.

Syaiful, H.Q., Oenzil F., dan Afriant, R. 2014. Hubungan Umur dan Lamanya
Hemodialisis dengan Status Gizi pada Penderita Penyakit Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Haemodialisis di RS. Dr. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. Diakses 9 April 2019.

Wijayanti, T.S. 2015. Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Haemodialisis. Skripsi.
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Diakses 9 April 2019.

22

Anda mungkin juga menyukai