Presusjur - Gakri - Kel 34
Presusjur - Gakri - Kel 34
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan masalah yang universal sebagai salah satu pembunuh di dunia,
sedangkan di negara maju maupun berkembang seperti di Indonesia, stroke memiliki
angka kecacatan dan kematian yang cukup tinggi. Angka kejadian stroke di dunia di
perkirakan 200 per100.000 penduduk, dalam setahun (Muslihah S U, 2017). Stroke dapat
menyerang otak secara mendadak dan berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24
jam ini disebabkan oleh iskemik maupun hemoragik di otak sehingga pada keadaan
tersebut suplai oksigen keotak terganggu dan dapat mempengaruhi kinerja saraf di otak,
yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Penyakit stroke biasanya disertai dengan
adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang ditandai dengan nyeri kepala dan
mengalami penurunan kesadaran. Secara global, 20% aliran darah dari curah jantung akan
masuk ke serebral per menit per 100 gram jaringan otak, apabila otak mengalami
penurunan kesadaran, penderita stroke non hemoragik dapat menyebabkan
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, yang apabila tidak ditangani maka, akan
meningkatkan tekanan intrakranial, dan menyebabkan kematian (Black&Hawk, 2014;
Ayu R D, 2018).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa, sebanyak 20,5 juta jiwa
di dunia 85% mengalami stroke iskemik dari jumlah stroke yang ada. Penyakit hipertensi
menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Berdasarkan prevalensi stroke Indonesia
10,9 permil setiap tahunnya terjadi 567.000 penduduk yang terkena stroke, dan sekitar
25% atau 320.000 orang meninggal dan sisanya mengalami kecacatan (RISKESDAS,
2018). Data Kementerian Kesehatan RI, di Jawa tengah,Muntilan-Magelang kasus stroke
mencapai 461 dari total keluhan gangguan kesehatan, melonjak menjadi 75,1 %, pada
tahun 2017 (PROFIL RSUD MUNTILAN KAB.MAGELANG,2019).
Stroke non hemoragik terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah
ke otak. Sumbatan ini disebabkan karena adanya penebalan dinding pembuluh darah yang
disebut dengan Antheroscherosis dan tersumbatnya darah dalam otak oleh emboli yaitu
bekuan darah yang berasal dari Thrombus di jantung. Stroke non hemoragik
mengakibatkan beberapa masalah yang muncul, seperti gangguan menelan, nyeri akut,
hambatan mobilitas fisik, hambatan komunikasi verbal, defisit perawatan diri,
ketidakseimbangan nutrisi, dan salah satunya yang menjadi masalah yang menyebabkan
kematian adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral (Nur’aeni Y R, 2017).
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dapat diatasi dengan memonitor
tekanan intrakranial yaitu dengan memberikan informasi kepada keluarga, memonitor
tekanan intrakranial pasien dan respon neurologi terhadap aktivitas dan memonitor intake
dan output cairan serta meminimalkan stimulus dan lingkungan, selain itu bisa diatasi
dengan membatasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung serta berkolaborasi dalam
pemberian analgetik dan antibiotik (Ayu R D, 2018).
Berdasarkan latar belakang tersebut kelompok tertarik untuk mengambil kasus
dan menganalisis jurnal terkait dengan stroke non hemoragik dengan masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn. M
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Stroke iskemik atau sering disebut dengan stroke non-hemoragik (SNH) adalah stroke
paling umum dengan angka kejadian 87%. Hal ini sebabkan oleh penyumbatan arteri dari
gumpalan darah (trombus) atau pembuluh darah tersumbat karena aterosklerosis.
Arterisklerosis, plak kolesterol diendapkan didalam dinding arteri, mempersempit diameter
arteri sehingga menyempit dan mengakibatkan aliran darah berkurang ke otak, sehingga
tekanan darah meningkat untuk memenuhi tuntutat kebutuhan tubuh (Hermanto,2020).
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global
akibat terhambatnya aliran darah keotak karena perdarahan ataupun sumbatan. Jenis stroke
yang paling banyak dengan angka kejadian 88 % adalah Stroke Non Hemoragik atau
iskemik atau infark karena sumbatan. Pada stroke iskemik, aliran darah keotak terhenti
karena aterosklerosik atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah,
melalui proses aterosklerosis. Hal ini tentu sangat berdampak pada kesehatan klien. Stroke
non hemoragik merupakan suatu gangguan pada otak karena terhentinya atau tersumbatnya
aliran darah ke otak akibat dari iskemik, trombosis, emboli dan penyempitan lumen. Pada
umunya pasien stroke non hemoragik akan mengalami gangguan sensoris dan motoris yang
mengakibatkan gangguan keseimbangan termasuk kelemahan otot, serta hilangnya
koordinasi, hilangnya kemampuan keseimbangan tubuh dan postur (Hemiparesis). Keadaan
hemiparesis merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab hilangnya mekanisme
refleks postural normal, seperti mengontrol sikuuntuk bergerak, mengontrol gerak kepala
untuk keseimbangan, rotasi tubuh untuk gera-gerak fungsional pada ekstremitas (Oxyandi,
Miming dan Anggun Sri Utami, )
.
B. Consep Map
BAB III
TINJAUAN KASUS
C. Secondary Survey
RIWAYAT KOMPAK/AMPLE
Keluhan` : pasien datang dengan keluhan bicara pelo (+) mulai hari ini, lemah
disertai pusing dan kedua ekstremitas atas bawah lemas.
Obat : pasien mangatakan tidak ada riwayat penggunaan obat
Makanan :pasien mengatakan tidak ada alergi makanan
Penyakit : pasien mengatakan pernah menderita gagal ginjal kronik
Alergi : pasien mengatakan tidak ada alergi
Kejadian/Event : pasien mengatakan mulai bicara pelo, pusing disertai lemas pada kedua
ekstremitas atas dan bawah mulai hari ini 2 jam SMRS
RESPON NYERI
Provocatif : -
Paliatif : -
Quality : -
Region : -
Severity/Scale : -
Time :-
Data Objektif :
- Pasien tampak lemah
- Tampak kedua ekstremitas atas dan bawah lemah kekuatan otot
- 4444 3333
- 4444 3333
Keadaan Umum
TTV:
TD : 139/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 36̊c
RR : 20x/menit
SpO2 : 98%
E. Terapi Medis :
Jenis Terapi Nama Obat Dosis Rute Fungsi
Cairan IV Inf RL 12 tpm IV
Inj Omeprazole 1g IV
Inj Citicolin 250 g IV
Inj Ceftriaxon 1g IV
Inj Pantoprazole IV
ANALISA DATA
Do:
- Pasien tampak lemah
- Saat ditanya pasien tampak
belum kooperatif
- Pasien memiliki riwayat CKD
- Pasien tampak susah untuk
Stroke
berbicara (pelo)
- Saat di tanya pasien susah untuk
menjawabnya
- Pasien tampak menunjukkan
respon tidak sesuai
- TD : 139/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 36̊c
RR : 20x/menit
SpO2 : 98%
- Ureum : 258 mg/dL
Ds: (D.0143)
Keluarga pasien mengatakan tiba-tiba Resiko Jatuh
pasien mengalami kelemahan terutama
pada tubuh bagian kiri, sehingga sulit
juga untuk berjalan dan bergerak dan
butuh bantuan.
Do:
Kekuatan Otot
- Pasien tampak mengalami
Menurun
kelemahan terutama pada
bagian tubuh sebelah kiri
- ROM :
4444 3333
4444 3333
- Tampak kadang dibantu oelh
keluarga dalam melakukan
aktifitas di brangkar
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. (D.0017) Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Stroke
2. (D.0143) Resiko Jatuh b.d Kekuatan Otot Menurun
RENCANA TINDAKAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI) Rasional TTD
(SDKI) (SLKI)
(D.0017) (L.02014) (I.02062) O : Untuk mengetahui Kelompok 34
Risiko Perfusi Serebral Perfusi serebral Pemberian Obat apakah pasien mengalami
Tidak Efektif meningkat alergi obat
O:
Setelah dilakukan N : Untuk keamanan
- Identifikasi
tindakan keperawatan pasien dan mencegah
kemungkinan
selam 1x8 jam, diharapkan kesalahan dalam
“Perfusi Serebral” Tn. M alergi, interaksi, pemberian terapi
meningkat dari skala 2 dan
(Menigkat) ke skla 3 kontraindikasi E : Sebagai informasi dan
(sedang), dengan kriteria obat pengetahuan tambahan
hasil : N: bagi pasien maupun
- Lakukan prinsip keluarga
1. Sakit 6 benar (pasien,
kepala/pusing obat, dosis, rute, K : Untuk menentukan
(dari skala 2 waktu dan terapi obat yang tepat bagi
cukup meningkat pasien
dokumentasi)
ke skala 3 sedang) E :
2. Agitasi (dari skala - Jelaskan jenis
2 cukup obat, alasan
meningkat ke pemberian,
skala 3 sedang) tindakan yang
3. Reflek saraf (dari diharapkan, dan
skala 3 sedang ke efek samping
skla 4 cukup sebelum
membaik) pemberian
b. K :
- Kolaborasi
dengan dokter
(D.0143) L. 14138 I.14540 O : Untuk mengetahui Kelompok 34
Resiko Jatuh Tingkat Jatuh Pencegahan Jatuh tingkat risiko jatuh pada
pasien
Setelah dilakukan O: T : Untuk mencegah
tindakan keperawatan Identifikasi risiko jatuh kejadian jatuh pada pasien
selam 1x8 jam, diharapkan (gangguan keseimbangan) E : Agar memudahkan
“Tingkat Jatuh” Tn. M T: pasien dalam pergerakan
menurun dari skala 4 - Pastikan roda dan mencegah jatuh
(Cukup Menigkat) ke skla tempat tidur
3 (sedang), dengan kriteria dalam kondisi
hasil : terkunci
1. Jatuh dari tempat - Pasang handrall
tidur tempat tidur
2. Jatuh saat berdiri E :
3. Jatuh saat duduk Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah
CATATAN PERKEMBANGAN
JURNAL ASLI
Corresponding Author:
Alex Handani Sinaga
Program Studi S1 Farmasi,
Universitas Imelda Medan,
Jl. Bilal No. 52 Kelurahan Pulo Brayan Darat I Kecamatan Medan Timur, Medan - Sumatera Utara.
Email: alex.sinaga25@gmail.com
36 e-ISSN: 2597-7164 – p-ISSN: 2655-3147
1. INTRODUCTION
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan
saraf (Deficit Neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak (Kementrian Kesehatan
RI, 2018). Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah penyakit jantung dan
kanker. Pada tahun 2007, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan data 8,3
per 1000 penduduk menderita stroke. Sedangkan pada tahun 2013, prevalensi stroke
nasional 12,1 per mil sedangkan Riskesdas 2018 prevalensi stroke 10,9 per mil, tertinggi di
provinsi Kalimantan timur (14,7 per mil), terendah di provinsi papua (4,1 per mil).
Di Sumatera Utara, prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau
dengan gejala mengalami peningkatan dari 6,8 per mil pada tahun 2007 menjadi 10 per
mil pada tahun 2012 dan pada umumnya, prevalensi stroke yang terjadi di kota lebih tinggi
daripada di desa (H et al., 2013). Berdasarkan data yang di dapat dari RSU Imelda Pekerja
Indonesia medan pada tahun 2017 sudah mulai terdapat penderita stroke diusia 41-45 tahun
sebesar (60%), usia 31-35 tahun sebesar (16,6%), usia 21-25 tahun sebesar (10%), 26-30
dan 36-40 tahun masing-masing sebesar (6,7%) dengan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi terjadinya stroke di usia muda (Silalahi, 2017).
Biaya dari terapi obat merupakan konsep dari biaya yang menawarkan sumber daya
barang atau jasa/pelayanan. Untuk menentukan banyaknya sumber daya yang tersedia,
perlu dilakukan analisis ekonomi yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Cara
komprehensif untuk menentukan pengaruh ekonomi dari alternative terapi obat atau
intervensi kesehatan lain yaitu dengan analisis farmakoekonomi yang berupa Cost
Effectiveness Analysis (CEA) atau analisis efektivitas biaya (Refasi. et al., 2018).
Menurut (Alicic et al., 2017) hasil CEA juga dinyatakan dalam rasio yang disebut
dengan Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremmental Cost Effectiveness
Ratio (ICER). Salah satu terapi yang diberikan pada pasien stroke adalah dengan
memberikan obat golongan neuroprotektan. Neuroprotektan bekerja memperbaiki
membran sel serta melancarkan aliran darah pada pembuluh darah di otak (Praja et al.,
2013).
Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa kejadian stroke dengan terapi penggunaan
golongan obat neuroprotektan Citicoline injeksi dan Piracetam injeksi lebih banyak
dilakukan. Berdasarkan survey data dari rekam medis yang dilakukan di RSU Imelda
Pekerja Indonesia Medan menyatakan terapi penggunaan obat golongan neuroprotektan
yang digunakan citicoline injeksi dan piracetam injeksi, namun penelitian terhadap Cost
Effective Analysis (CEA) penggunaan obat golongan neuroprotektan terbatas dilaporkan
hal ini menjadi salah satu ketertarikan peneliti untuk meneliti CEA penggunaan golongan
obat neuroprotektan citicoline injeksi dan piracetam injeksi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas terapi dan efektivitas
biaya terapi pasien stroke antara penggunaan alternatif injeksi citicoline dan injeksi
piracetam secara farmakoekonomi dengan pendekatan Cost Effectiveness di RSU Imelda
Pekerja Indonesia Medan.
1. RESEARCH METHOD
Penelitian ini menggunakan metode Studi Cohort retrospektif. Penelitian ini
dilakukan di RSU Imelda Pekerja Indoensia Medan, Jl. Bilal No. 24 Pulo Brayan Darat 1,
Kota Medan yang dilaksanakan mulai dari bulan April - Juli 2021. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang di diagnosa mengalami stroke dan
JIFI (Jurnal Ilmiah Farmasi Imelda), Vol. 5, No. 2,Maret 2022: 35-42
36 e-ISSN: 2597-7164 – p-ISSN: 2655-3147
menjalani pengobatan golongan obat neurotropektan citicoline injeksi dan piracetam
injeksi di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan yang aktif berobat pada periode Januari
2020-Desember 2020 sebanyak yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel
penelitian ini berjumlah 44 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel
dengan rumus Slovin, dimana 22 pasien dengan pengobatan citicoline injeksi dan 22
pasien dengan pengobatan piracetam injeksi. Teknik pengambilan data melalui
pengambilan data RM Pasien stroke, pengambilan data dibagian keuangan dan instalasi
farmasi.
Analisis CEA dihitung nilai ACER (Average Cost Effectiveness) dengan
menghitung rasio biaya (Rp) dan persen (%) Outcome terapi. Sedangkan ICER
(Incremental Effectiveness Ratio) dihitung berdasarkan rasio antara selisih biaya dan %
Outcome klinis pada kedua kelompok terapi. Perhitungan ACER dan ICER dapat
digambarkan (Park et al., 2017):
JIFI (Jurnal Ilmiah Farmasi Imelda), Vol. 5, No. 2,Maret 2022: 35-42
JIFI (Jurnal Ilmiah Farmasi Imelda) 37
1.1 Results
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 44 responden maka didapatkan
hasil sebagai berikut:
Berdasarkan dari Tabel 4 dan Tabel 5, total biaya medik langsung terkecil adalah
citicoline injeksi dengan pasien stroke rawat inap yaitu Rp. 23.454.850.- dengan Rata-Rata
Direct Medical CostRp. 10.611.584.-. Biaya medik yang paling besar harus dikeluarkan
oleh pasien yang menggunakan piracetam injeksi Rp. 279.012.818.- dengan Rata-Rata
Direct Medical Cost Rp. 12.735.146.-. Komponen biaya dengan selisih tertinggi
didapatkan dari komponen biaya obat, biaya rawat inap dan biaya alat kesehatan. Menurut
penelitian yang dilakukan Baroroh dan Fauzi, Tahun 2017 menyatakan setelah biaya obat
komponen terbesar kedua merupakan biaya akomodasi rawat inap dan komponen ketiga
merupakan biaya alat kesehatan.
Berdasarkan tabel 7 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai ACER paling
tinggi ditunjukkan oleh piracetam injeksi pada pasien stroke yang rawat inap sebesar Rp.
15.474.-. Sedangkan nilai ACER yang paling kecil adalah citicoline injeksi pada pasien
stroke rawat inap rawat inap sebesar Rp. 11.949.-
pasien. Sedangkan piracetam yaitu 82,3% dari 22 pasien yang mencapai target nilai
trigliserida normal terdapat 17 pasien.
Hasil dari CEA digambarkan sebagai rasio, baik dengan Average Cost
Effectiveness Ratio (ACER) atau sebagai Incremental Cost Effectiveness (ICER).
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa nilai ACER paling tinggi ditunjukkan oleh
piracetam injeksi pada pasien stroke yang rawat inap sebesar Rp. 15.474.-. Sedangkan
nilai ACER yang paling kecil adalah citicoline injeksi pada pasien stroke rawat inap
rawat inap sebesar Rp. 11.949.-. Pengobatan yang memiliki nilai ACER dapat memilih
alternatif Cost Effective dengan biaya lebih rendah untuk setiap Outcome yang diperoleh
(Tri Murti, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa citicoline injeksi lebih Cost Effective atau
memiliki biaya paling efektif di bandingkan piracetam injeksi.
Menurut Tri Murti, Tahun 2013 Menyatakan analisis dengan ACER telah
memberikan informasi yang bermanfaat, ciri khas dari analisis efektivitas biaya adalah
analisis dengan menggunakan ICER. ICER digunakan untuk mendeterminasi biaya
tambahan dan pertambahan efektivitas suatu terapi dibandingkan terapi yang paling baik.
Berdasarkan tabel 8, obat neuroprotektan yang Cost Effective untuk pasien stroke adalah
citicoline injeksi dan piracetam injeksi dengan hasil ICER Rp. -32.661.- dengan rata-rata
lama rawat 6,5 hari. Perhitungan ICER menunjukkan hasil negatif atau semakin kecil,
maka suatu alternatif obat dianggap lebih efektif dan lebih murah, sehigga dapat
dijadikan rekomendasi pilihan terapi. Jika hanya ICER saja yang digunakan untuk
mengambil keputusan, maka dapat menjadi meragukan. Hasil yang diperoleh pada Cost
Effectiveness Plant di quadran yang berbeda dapat sama dengan nilai ICER, meskipun
kesimpulan analisis bisa berlawanan. Jika nilai ICER positif dan berada pada kuadran I,
menunjukkan bahwa intervensi tersebut lebih efektif dan lebih mahal dibandingkan
pembandingnya. Jika nilai ICER negatif dan berada pada kuadran II, menunjukkan
biayanya lebih rendah dan efektivitasnya lebih tinggi (Tri Murti, 2013). Disimpulkan
bahwa hasil ICER negatif atau semakin kecil, dianggap lebih efektif dan lebih murah,
sesuai dengan di kuadran II Cost Effectiveness Plant sehingga terapi golongan obat
neuroprotektan yang paling Cost Effectiveness pada pasien stroke di RSU Imelda Pekerja
Indonesia adalah citicoline injeksi.
2. CONCLUSION
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSU Imelda Pekerja
Indonesia Medan tentang cost effectiveness analysis (CEA) penggunaan obat golongan
obat neuroprotektan citicoline injeksi dan piracetam injeksi pada pasien stroke sebagai
berikut:
Nilai ACER dari citicoline injeksi adalah Rp. 11.949.- dan nilai ACER dari piracetam
injeksi adalah Rp. 15.474.- Terapi citicoline injeksi yang paling Cost Effective.
Nilai ICER dari perbandingan citicoline injeksi dan piracetam injeksi adalah Rp. -
32.661.- yang berarti hasil ICER negatif atau semakin kecil, dianggap lebih efektif dan
lebih murah, sesuai dengan di kuadran II Cost Effectiveness Plant sehingga terapi
golongan obat neuroprotektan yang paling Cost Effectiveness pada pasien stroke di
RSU Imelda Pekerja Indonesia adalah citicoline injeksi.
Penggunaan citicoline injeksi menunjukkan efektivitas yang lebih tinggi dibanding
piracetam injeksi yaitu 88,8% dari 22 pasien yang mencapai target normal nilai
trigliserida terdapat 18 pasien dengan rata-rata rawat inap 7,5 hari. Sedangkan
piracetam injeksi yaitu 82,3% dari 22 pasien yang mencapai target nilai trigliserida
normal terdapat 17 pasien dengan rata-rata rawat inap 6,4 hari.
REFERENCES
Alicic, R. Z., Rooney, M. T., & Tuttle, K. R. (2017). Diabetic Kidney Disease. Clinical
Journal of the American Society of Nephrology, 12(12), 2032–2045.
Davalos A, J., Castillo, J. A., S, J. J., S., J., & Sonia, L. (2002). Oral Citicoline in Acute
Ischemic Stroke: An Individual Patient Data Pooling Analysis Of Clinical Trials.
Journal of American Heart Assosiation, 33, 2850–2857.
E, G., K, T., G, A., K, Ö., O, V., & K, K. (2017). Factors Affecting Hospital Length of
Stay Among Patients With Acute Stroke. Ournal of Neurological Sciences, 34(2),
143–152.
Goldszmidt, & Caplan. (2017). Esensial Stroke. Jakarta: EGC.
H, H., AT, W., Raflizar, K, H., Ika, & SU, N. (2013). Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan
Dasar Provinsi Sumatera Utara. Badan Litbankes.
Hauer, A. J., Ruigrok, Y. M., Algra, A., Dijk, E. J. van, Koudstaal, P. J., Luijckx, G.,
Nederkoorn,
P. J., Oostenbrugge, R. J. van, Visser, M. C., Wermer, M. J., Kappelle, L. J., & Klijn,
C. J. M. (2017). Age-Specific Vascular Risk Factor Profiles According to Stroke
Subtype. Journal of theAmericanHeart Association,6(5).
https://doi.org/https://doi.org/10.1161/JAHA.116.005090
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes
RI. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil- Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
Park, C., Wang, G., Durthaler, J. M., & Fang, J. (2017). ost-effectiveness Analyses of
Antihypertensive Medicines: A Systematic Review. American Journal of Preventive
Medicine, 53(6), S131–S142.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.amepre.2017.06.020
Praja, D. S., Hasmono, D., & Syifa, N. (2013). tudi Penggunaan Obat Neuroprotektan
Pada Pasien Stroke Iskemik. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia
(Pharmaceutical Journal of Indonesia), 10(3), 147–159.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30595/pji.v10i2.796
Refasi., L. ., Lolo., A. ., & Bodhi., W. (2018). Analisis Efektivitas Biaya (Cost
Effectiveness Analysis) Pada Pengobatan Pasien Malaria Falciparum Di Rsud
Nabire. Pharmacon, 7(2), 1– 9.
Silalahi, B. (2017). Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Stroke
Pada Dewasa Dini Di Rumah Sakit X Kota Medan. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Imelda, 3(2), 161–164.
https://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN/article/view/270
Tri Murti, A. (2013). Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi. Bursa Ilmu, Jogyakarta.
Watila, M., Nyandaiti, Y., Bwala, S., & Ibrahim, A. (2010). Gender Variation Risk Factors
Neuroscienceanda BehaviouralHealth,3(3),38
BAB V
PEMBAHASAN
Jurnal ini membahas studi yang membandingkan efektivitas dan efektivitas biaya dari
dua obat neuroprotektan, injeksi citicoline dan injeksi piracetam, dalam merawat pasien
stroke. Terapi citicolin memberikan luaran klinis yang lebih baik pada pasien yang dinilai
dengan modified Rankin Scale (mRS). Luaran klinis pasien stroke iskemik akan lebih baik
dengan pemberian citicolin (Risaldi,2017). Citicolin merupakan obat yang digunakan untuk
dapat mengatasi pasien dengan kesadaran menurun yang mengakibatkan fungsi otak
berkurang. Peran citikolin adalah memperbaiki membran sel dengan cara menambah sintesis
phosphatidylcholine yang merupakan komponen utama membran sel terutama otak dimana
dengan meningkatnya sintesis phosphatidylcholine akan berpengaruh pada perbaikan fungsi
membran sel yang mengarah pada perbaikan sel. Pada level vaskuler, citikolin berperan dalam
meningkatkan aliran darah otak, meningkatkan konsumsi oksigen, dan menurunkan resistensi
vaskuler (Setiya, 2013). Citicolin merupakan obat yang dapat menghambat radikalisasi asam
lemak pada keadaan penyumbatan sehingga dapat mengurangi penumpukan asam lemak pada
dinding pembuluh darah (Grieb, 2014).
B. Korelasi Isi Jurnal dengan Realitas Klinis
Berdasarkan isi jurnal, terdapat korelasi yang kuat antara temuan penelitian dan praktik
klinis. Studi ini relevan dengan praktik klinis di RSUD Muntilan khususnya instalasi gawat
darurat yang sudah menerapkan pemberian injeksi citicolin sebagai salah satu terapi yang di
berikan dalam merawat pasien stroke, menjadikannya relevan dengan praktik klinis dan
membantu meningkatkan kualitas perawatan bagi pasien stroke.
C. Analisa SWOT
1. Strengeth (Kekuatan)
a Kekuatan dari jurnal ini adalah jurnal ini diteliti oleh mahasiswa S1 Farmasi yaitu Alex
Handani Sinaga & Agni Anjani yang merupakan mahasiswa Universitas Imelda Medan
Indonesia. Penelitian ini sudah mencantumkan waktu penelitian yaitu pada bulan Maret
2022 serta tempat penelitian yaitu di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan.
b Jurnal ini menyajikan topik yang relevan dan penting di bidang farmakoekonomi dan
terapi stroke, yang berpotensi menguntungkan pembuat keputusan dan penyedia layanan
kesehatan.
c Rancangan studi yang digunakan dalam artikel tersebut, sebuah studi kohort retrospektif,
merupakan metode yang mapan untuk menilai efektivitas intervensi medis.
d Ukuran sampel dari 44 pasien, dengan 22 pasien di setiap kelompok perlakuan, relatif
besar dan dapat meningkatkan generalisasi temuan penelitian.
e Jurnal ini menyajikan hasil yang jelas dan ringkas, termasuk nilai ACER dan ICER, yang
dapat dengan mudah ditafsirkan oleh pembaca.
f Jurnal ini diterbitkan dalam jurnal akses terbuka dan tersedia untuk berbagai pembaca.
2. Weakness (Kelemahan)
a Jurnal tersebut tidak memberikan informasi rinci tentang karakteristik pasien, seperti
usia, jenis kelamin, dan tingkat keparahan stroke, yang berpotensi berdampak pada hasil
penelitian.
b Jurnal tersebut tidak memberikan informasi tentang durasi pengobatan dan tindak lanjut,
yang dapat mempengaruhi hasil studi dan generalisasi temuan.
c Jurnal tersebut tidak membahas potensi efek samping atau efek samping yang terkait
dengan penggunaan injeksi citicoline dan injeksi piracetam, yang dapat menjadi faktor
penting dalam pengambilan keputusan perawatan kesehatan.
d Jurnal ini ditulis dalam bahasa Indonesia, yang mungkin membatasi aksesibilitasnya bagi
pembaca non-Indonesia.
e Secara keseluruhan, jurnal ini menyajikan topik yang relevan dan penting dalam
farmakoekonomi dan terapi stroke, dan desain penelitian serta presentasi hasil yang jelas
merupakan kekuatannya. Namun, kurangnya karakteristik pasien secara rinci dan durasi
pengobatan, dan tidak adanya diskusi tentang potensi efek samping atau efek samping,
merupakan kelemahan yang dapat diatasi dalam penelitian selanjutnya.
f Populasi pada jurnal ini tidak membatasi jenis atau tingkat keparahan stroke yang diderita
pasien. Selain itu, tidak ada kriteria eksklusi yang dijelaskan dalam jurnal.
3. O (Peluang)
Jurnal penelitian ini sangat berpeluang tinggi di terapkan di RSUD Muntilan atau
klinis di karenakan:
a citicoline injection lebih lebih efektif daripada piracetam injection dalam menangani
pasien stroke. Hal ini memberikan peluang bagi rumah sakit dan tenaga medis di RSUD
Muntilan atau klinis untuk meningkatkan penggunaan terapi citicoline injection pada
pasien stroke, sehingga dapat meningkatkan kualitas pengobatan dan efisiensi biaya.
b Peluang untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan: Dengan mengetahui jenis
terapi yang lebih efektif dalam menangani pasien stroke, maka RSUD Muntilan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Selain itu,
penelitian ini dapat memotivasi pihak-pihak terkait, seperti pemerintah atau asuransi
kesehatan, untuk lebih memperhatikan efisiensi biaya dalam memberikan dukungan dan
pelayanan kesehatan.
4. T (Ancaman)
a Ancaman terhadap umumnya hasil penelitian: jurnal tersebut hanya mengambil sampel
dari satu rumah sakit dan tidak mencakup populasi yang lebih luas. Hal ini dapat
mempengaruhi generalisasi hasil penelitian pada populasi yang lebih luas, sehingga perlu
dilakukan penelitian yang lebih luas untuk dapat mengetahui keabsahan dan generalisasi
hasil penelitian ini.
b Ancaman terhadap bias dalam pemilihan pasien: jurnal tersebut hanya memilih pasien
yang dirawat di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan, sehingga kemungkinan adanya
bias dalam pemilihan pasien yang dirawat. Pasien yang diobati dengan citicoline injection
mungkin memiliki kondisi kesehatan yang lebih ringan atau kebutuhan klinis yang
berbeda, yang dapat memengaruhi hasil penelitian.
c Ancaman terhadap akurasi biaya pengobatan: jurnal tersebut menggunakan biaya
pengobatan yang diperoleh dari catatan medis pasien, yang mungkin tidak akurat atau
lengkap. Hal ini dapat memengaruhi akurasi biaya pengobatan dan interpretasi hasil
penelitian yang berkaitan dengan biaya pengobatan.
D. Analisa PICO
1. P (Populasi)
Populasi dalam jurnal tersebut adalah pasien stroke yang dirawat di RSU Imelda Pekerja
Indonesia Medan dan diberikan terapi dengan salah satu dari dua obat neuroprotektan,
yaitu citicoline injection atau piracetam injection. Jumlah sampel dalam studi ini sebanyak
44 pasien yang terdiri dari 22 pasien yang diberikan citicoline injection dan 22 pasien
yang diberikan piracetam injection. Populasi ini tidak membatasi jenis atau tingkat
keparahan stroke yang diderita pasien. Selain itu, tidak ada kriteria eksklusi yang
dijelaskan dalam jurnal.
2. I (Intervensi)
Intervensi yang diberikan dalam jurnal tersebut yaitu pemberian terapi dengan obat
neuroprotektan, yaitu citicoline injection dan piracetam injection pada pasien stroke di
RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan.
3. C (Perbandingan)
Jurnal dengan judul “ Manfaat Pemberian Sitikolin Pada Pasien Strok Non Hemoragik”.
Hasil Penelitian : penggunaan citikolin pada pasien stroke non hemoragik memiliki manfaat
dalam meningkatkan kemampuan motorik dan fungsi kognitif pasien.
4. O (Hasil)
Persentase efektivitas terapi dihitung berdasarkan jumlah pasien yang pada saat
keluar dari rumah sakit mencapai target normal nilai trigliserida setelah mengkonsumsi
obat neuroprotektan. Penggunaan citicoline injeksi menunjukkan efektivitas yang lebih
tinggi dibanding piracetam injeksi yaitu 88,8% dari 22 pasien yang mencapai target
normal nilai trigliserida terdapat 18 pasien. Sedangkan piracetam yaitu 82,3% dari 22
pasien yang mencapai target nilai trigliserida normal terdapat 17 pasien.
Outcome dari jurnal tersebut adalah menunjukkan bahwa penggunaan citicoline
injection lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan piracetam injection pada pasien
stroke di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan. Hasil analisis lebih efektif menunjukkan
bahwa nilai ACER (Average Cost Effectiveness Ratio) dari citicoline injection lebih
rendah dibandingkan dengan piracetam injection, sehingga citicoline injection dianggap
sebagai obat neuroprotektan yang lebih efektif. Selain itu, nilai ICER (Incremental Cost
Effectiveness Ratio) menunjukkan hasil negatif, yang berarti penggunaan citicoline
injection lebih efektif dan lebih murah dibandingkan dengan penggunaan piracetam
injection.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
3. Didapatkan hasil bahwa inejeksi citicolin lebih efeketif dari segi pengobatan maupun
4. Disimpulkan dari analisis SWOT dan PICO bahwa jurnal dapat berpeluang untuk di
B. Saran
pada segi keefektifan pemberian obat saraf dan dari segi biaya yang telah terbukti
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu menganalisis lebih lanjut terkait masalah yang ada diruangan
terkait penanganan pada pasien dan mencoba mencari solusi berdasarkan literature
yang terpercaya
DAFTAR PUSTAKA
Nur’aeni Yuliatun Rini, 2017, Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non Hemoragik Dengan
Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Di Ruang Kenanga RSUD Dr.
Soedirman Kebumen, Program Studi DIII Akademi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
Oxyandi, Miming dan Anggun Sri Utami. (2020). Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Dan
Latihanrom(Range Of Motion) Pada Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Non
Hemoragik. Vol 10 No 01 (2020): JURNAL KESEHATAN: JURNAL ILMIAH MULTI
SCIENCIES
Pinzon, R.T., & Hardjito, Y. 2021. Apakah Pemberian Citicolin Dapt Mencegah Luaran Klinis
Buruk Pada Pasien Stroke. Jurnal Kedokteran,3(2),23-32.
Setiya, D., Didik, H., dan Nailis, S. 2013. Study Penggunaan Obat Neuroprotektan pada Pasien
Stroke Iskemik . Pharmacy. 10 (2). Halaman 6.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) (Edisi I
Ce). Dewaan Pengurus Pusata PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (Edisi I
Ce). Dewaan Pengurus Pusata PPNI.
Tim pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SIKI) (Edisi I Ce)
Dewan Pengurus Pusata PPNI.