Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Vol. 16, No. 4, 2001, 401 - 420

PENGEMBANGAN KONSEP JASA PENDIDIKAN TINGGI


BERBASIS KEINGINAN KONSUMEN POTENSIAL
Andriya Risdwiyanto
STIE YKPN Yogyakarta

Basu Swastha Dharmmesta


Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

This research tests a model of the influence of marketing stimuli to the choice of
private colleges in Yogyakarta and Central Java. The study uses confirmatory factor
analysis for a model comprising seven marketing stimuli (product, price, place,
promotion, people, physical evidence, and process) which influence the choice of
private colleges in Yogyakarta and Central Java. Regression analysis model is used to
determine the influence of marketing stimuli to the choice of private colleges. Data are
gathered through survey to applicants (potential customer) from Yogyakarta and
Central Java high schools. This research provides a systematic model to develop a
concept of private higher education services in Yogyakarta and Central Java.
Key words: Market research, Marketing stimuli, Product choice behavior, Product
concept development, College services, Private colleges.

PENDAHULUAN keinginan pelanggan dan kemampuan sumber


daya manusia dalam memasarkan produk
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
kepada pelanggan. Globalisasi mempunyai
lingkungan bisnis banyak disebabkan oleh
dampak yang luas tidak hanya pada sektor
faktor-faktor eksternal organisasi yang bersifat
ekonomi tetapi juga mempengaruhi sektor
uncontrollable. Perubahan tersebut semakin
pendidikan (Ilyas, 1999, h. 36).
meningkatkan intensitas persaingan baik di
pasar lokal maupun global. Persaingan Pendidikan memiliki peran penting dalam
antarproduk dan antarorganisasi yang demikian menghasilkan sumber daya manusia yang
ketat menjadikan dunia bisnis bagaikan ajang handal. Penyedia jasa (service provider)
pertempuran untuk memperebutkan posisi pendidikan memiliki kewajiban untuk
superior. Dalam era global sekarang ini, menciptakan manusia berkualitas melalui suatu
organisasi tidak hanya menghadapi pertanyaan proses pendidikan secara efektif. Secara
yang dapat mereka lakukan untuk pelanggan, umum, penyedia jasa pendidikan di Indonesia
tetapi apa yang pelanggan dapat beritahukan terdiri dari dua macam jasa yaitu pendidikan
kepada organisasi (Hanssenss, 1996, h. 66-67). yang diselenggarakan oleh pemerintah dan
Memenangkan pilihan konsumen merupakan masyarakat (Dardjowidjojo, 1991, h. 17).
hal terpenting bagi setiap organisasi dalam Menurut Evans dan Berman (1984, h. 455),
situasi persaingan yang semakin ketat. Kunci penyedia jasa pendidikan dikategorikan
keberhasilan dalam persaingan adalah menurut tujuan penyedia jasa dan bersifat
kemampuan produk memenuhi kebutuhan dan nirlaba. Sebagai suatu organisasi yang
402 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

berorientasi nirlaba, bukan berarti jasa pendi- PERSAINGAN ANTARPENYEDIA JASA


dikan menafikan persaingan dan pemasaran. PENDIDIKAN TINGGI
Menurut Kotler (1997, h. 467), jasa Data Direktorat Perguruan Tinggi Swasta
merupakan berbagai tindakan atau kinerja menyebutkan bahwa sampai dengan akhir
(performance) yang dapat ditawarkan oleh tahun 1998, jumlah perguruan tinggi swasta
seseorang atau suatu organisasi kepada pihak (PTS) di Indonesia mencapai 1.449 PTS,
lain dan bersifat tidak berwujud serta tidak sedangkan jumlah PTS di Kopertis (Koordinasi
berakibat pada kepemilikan terhadap sesuatu. Perguruan Tinggi Swasta) Wilayah V Daerah
Bagi penyedia jasa pendidikan, peserta didik Istimewa Yogyakarta adalah 78 PTS (38
merupakan pelanggan yang langsung akademi, 2 politeknik, 18 sekolah tinggi, 5
menikmati jasa pendidikan yang ditawarkan institut, dan 15 universitas), dan Kopertis
oleh penyedia jasa pendidikan. Dalam sistem Wilayah IV Jawa Tengah adalah 198 PTS (63
pendidikan nasional, jenjang pendidikan yang akademi, 4 politeknik, 104 sekolah tinggi, 3
akan dilalui peserta didik adalah jenjang institut, dan 24 universitas) (Direktorat PTS,
pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. 1998/1999).
Pendidikan tinggi merupakan salah satu
Jumlah PTS yang cukup besar tersebut
jenjang pendidikan di dalam sistem pendidikan
memicu persaingan antarPTS untuk mempere-
nasional (Dardjowidjojo, 1991, h. 42-43).
butkan calon pelanggan (calon mahasiswa).
Mahasiswa merupakan peserta didik yang
Permasalahan ini memicu calon mahasiswa
terdaftar dan belajar pada lembaga pendidikan
(lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)
tinggi. Jasa pendidikan tinggi terdiri dari
menjadi semakin rasional dalam memilih
pendidikan akademik dan pendidikan profesi,
pendidikan tinggi sesuai dengan pemahaman-
sedangkan satuan pendidikan yang menyeleng-
nya terhadap perubahan lingkungan di
garakan pendidikan tinggi berbentuk akademi,
sekitarnya (Wajdi, 1998, h. 90-91).
politeknik, sekolah tinggi, institut, atau
universitas. Kebutuhan jasa pendidikan tinggi Dengan semakin rasionalnya calon
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun pelanggan jasa pendidikan tinggi dan tingkat
menyebabkan kapasitas jasa pendidikan tinggi persaingan antarlembaga pendidikan tinggi,
yang diselenggarakan pemerintah tidak lagi manajemen pendidikan tinggi dituntut untuk
mampu menampung seluruh calon peserta senantiasa bertindak proaktif terhadap tuntutan
didik. Hal ini mendapat respon kelompok masyarakat dan perubahan lingkungan yang
masyarakat yang lain melalui penawaran jasa mereka hadapi. Simonson (1993, h. 68)
pendidikan dengan beragam atribut dan menyebutkan bahwa upaya memenuhi
kepentingan. Perubahan yang terjadi dalam keinginan pelanggan dan calon pelanggan
lingkungan bisnis global turut memicu merupakan kunci sukses memenangkan
meningkatnya intensitas persaingan antar- persaingan. Upaya ini dilakukan melalui
penyedia jasa pendidikan tinggi, sehingga pendekatan pada konsumen agar mampu
masing-masing penyedia jasa pendidikan mengenali secara tepat apa yang mereka
tinggi akan berusaha menawarkan jasa inginkan dan menggunakan informasi tersebut
pendidikan tinggi yang sesuai dengan apa yang sebagai dasar pengembangan strategi
dikehendaki oleh calon peserta didik. pemasarannya. Tindakan terbaik yang perlu
dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi
adalah menggunakan umpan balik dari
pelanggan atau calon pelanggan (customers
feedback) untuk mengendalikan perubahan
organisasional (Bergin, 1997, h. 82).
2001 Risdwiyanto & Dharmmesta 403

Persaingan yang terjadi antarlembaga saat Ketujuh dimensi bauran pemasaran jasa
ini tidak saja terjadi antara perguruan tinggi pendidikan tersebut perlu didisain dalam
swasta (PTS) dengan perguruan tinggi negeri bentuk atribut yang bersifat akademik dan
(PTN), tetapi persaingan yang lebih hebat nonakademik menjadi sebuah proses pendi-
terjadi antarPTS. Ini ditunjukkan dari data dikan tinggi yang berkualitas dan mampu
perkiraan pemerintah bahwa pada periode menghasilkan lulusan yang siap bersaing di
Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (Ilyas, pasar global.
1999, h. 38), jumlah penduduk usia pendidikan Keinginan konsumen memberikan dampak
tinggi (19-24 tahun) mencapai 24 juta orang yang sangat signifikan pada strategi organisasi
dengan angka partisipasi pendidikan (APP) dan strategi pemasaran saat ini dibandingkan
mencapai 25%, yang berarti meningkat 15% dengan sebelumnya (Simonson, 1993, h. 68).
dibanding periode sebelumnya, yaitu sebanyak Perubahan lingkungan yang terjadi secara
6 juta orang. Daya serap PTN diperkirakan kontinyu mengakibatkan keinginan konsumen
mencapai 1,2 juta orang dan 200.000 orang terhadap jasa pendidikan tinggi pun mengalami
diperkirakan akan masuk pendidikan tinggi perubahan dari waktu ke waktu. Untuk dapat
kejuruan (PTK) dan pendidikan tinggi agama bertahan dan bertumbuh dalam situasi
(PTA), sehingga jumlah calon mahasiwa persaingan yang semakin ketat, PTS dituntut
potensial yang akan terserap di PTS mencapai mendapatkan masukan mengenai tuntutan
4,6 juta orang. konsumen (customer voice) sebagai dasar
Persaingan digambarkan sebagai suatu kebijakan dan strategi manajemen pendidikan
siklus perubahan yang ditentukan oleh empat tinggi (company voice), khususnya strategi
komponen persaingan (4C) yaitu company, pemasaran.
customers, competitor, dan change (Kartajaya, Kesesuaian antara keinginan atau persepsi
1994). Bagi penyedia jasa pendidikan tinggi konsumen (customer voice) dan kehendak
swasta, pelanggan yang langsung menikmati organisasi (company voice) merupakan syarat
jasa yang ditawarkannya adalah mahasiswa, penting keberhasilan proses pendidikan tinggi.
pesaing adalah penyedia jasa pendidikan Pemahaman PTS terhadap perilaku calon
sejenis pada jenjang yang sama, dan perubahan mahasiswa dalam pemilihan PTS akan sangat
meliputi segala bentuk perubahan sebagai menentukan keberhasilan PTS dalam jangka
inisiatif internal maupun tekanan eksternal, panjang. Memahami perilaku konsumen dan
baik yang bersifat akademik maupun alasan-alasan melakukan aktivitas untuk
nonakademik. Salah satu sumber perubahan memenuhi kebutuhan dan keinginannya
adalah perubahan tuntutan pelanggan dan merupakan suatu hal yang tidak sederhana.
calon pelanggan terhadap berbagai atribut dan Pemahaman tersebut merupakan titik kunci
kinerja jasa pendidikan yang mereka terima. bagi keberhasilan aktivitas pemasaran dan
Dalam pengembangan atribut dan kinerja jasa kehidupan organisasi di masa mendatang.
pendidikan tinggi, PTS perlu mempertim- Sedemikian kompleks dan dinamisnya
bangkan strategi pemasaran dalam bentuk pengertian dan konsep perilaku konsumen,
kombinasi marketing mix yang tepat untuk sehingga organisasi perlu melakukan upaya
memenangkan persaingan. Menurut Booms untuk memahami dinamika yang terjadi pada
dan Bitner (Kotler, 1997, h. 472), strategi konsumen sasarannya.
bauran pemasaran yang terdiri dari product,
price, place, dan promotion (4P) perlu Model perilaku konsumen selalu didasari
diperluas dengan menambahkan tiga pada hubungan stimulus-response. Perilaku
komponen dalam dimensi pemasaran jasa yaitu konsumen merupakan respon konsumen
people, physical evidence, dan process (3P). terhadap rangsangan (stimuli) yang diterima-
nya melalui suatu proses pengambilan
404 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

keputusan yang dipengaruhi oleh karakteristik verbal yang dapat mempengaruhi individu.
konsumen. Black box model merupakan suatu Dalam model tersebut, rangsangan dapat
model perilaku konsumen yang paling berupa rangsangan pemasaran maupun
sederhana, tetapi mampu menjelaskan proses rangsangan nonpemasaran. Rangsangan pema-
pengambilan keputusan konsumen sebagai saran merupakan anaka komunikasi verbal dan
respon terhadap rangsangan yang diterimanya nonverbal yang didisain untuk mempengaruhi
(Gambar 1). perilaku konsumen. Produk dan komponen-
Model black box terdiri dari tiga bagian komponen yang menyertainya merupakan
yaitu rangsangan, konsumen atau pembeli, dan rangsangan primer (intrinsic stimuli),
respon. Stimuli atau rangsangan merupakan sedangkan komunikasi yang didisain untuk
segala sesuatu berupa input yang ditangkap mempengaruhi perilaku konsumen merupakan
melalui indera konsumen (Schiffman & rangsangan sekunder (extrinsic stimuli) dalam
Kanuk, 1994, h. 162), sedangkan Assael (1995, bentuk kata, gambar, dan simbol, atau melalui
h. 186) menyatakan bahwa rangsangan adalah rangsangan lain yang diasosiasikan pada
komunikasi yang berwujud fisik, visual, atau produk yang ditawarkan.

Rangsangan Rangsangan Karakteristik Proses Pengambilan Keputusan


Pemasaran Nonpemasaran Konsumen Keputusan Pembelian Pembelian
Produk Ekonomi Kultural Pengenalan masalah Produk
Harga Teknologi Sosial Pencarian informasi Merk
Lokasi Politik Personal Evaluasi Penjual
Promosi Kultur Psikologikal Keputusan Waktu
Perilaku pascabeli Jumlah
Sumber: Kotler (1997), h. 172.
Gambar 1. Model Perilaku Pembelian: Black Box Model

PENGEMBANGAN PRODUK yang memiliki keterkaitan dengan suatu


produk.
Dengan memahami faktor-faktor rang-
sangan pemasaran, PTS dapat mengguna- Dalam proses pengembangan produk, tahap
kannya sebagai dasar untuk melakukan proses pertama yang dilalui adalah penggalian ide
pengembangan jasa pendidikan tinggi. sebanyak mungkin sebagai masukan bagi
Perubahan persyaratan konsumen akan organisasi untuk mengembangkan konsep
mengakibatkan tuntutan pengembangan produk di masa mendatang (Kotler, 1997, h.
produk di masa mendatang. Eksplorasi ide 307; Khazanet, 1997, h. 16). Keberhasilan
produk baru merupakan faktor penting dalam dalam mengeksplorasi ide produk baru dan
proses pengembangan produk (Kibildis, 1989, proses pengembangan produk merupakan
h. 97). Salah satu sumber penting untuk kunci memenangkan persaingan. Secara
mendapatkan ide produk baru adalah voice of umum, keberhasilan pengembangan produk
the customers (Cohen, 1995, h. 75-76). akan mempengaruhi kinerja organisasi dan
Kibildis (1989, h. 97) menyatakan bahwa tidak pertumbuhan industri (Peterson, 1988, h. 25).
ada seorang pun yang mampu memonopoli ide Persyaratan kunci untuk mengkomunikasikan
produk baru. Ini menunjukkan bahwa ide rangsangan sekunder adalah pengembangan
produk baru dapat diperoleh dari setiap orang konsep produk (Assael, 1995, h. 187).
2001 Risdwiyanto & Dharmmesta 405

Perubahan lingkungan membawa dampak Cohen (1995, h. 75-76) menyatakan bahwa


perubahan persyaratan konsumen terhadap pencarian berbagai macam masukan dari
kinerja produk. Schilling dan Hill (1998, h. 69) konsumen berkaitan dengan features dan
menyatakan bahwa kesesuaian dengan manfaat produk merupakan suatu proses
persyaratan konsumen, seperti atribut baru, pengumpulan voice of the customer. Proses
kualitas unggul, dan harga yang menarik, perlu tersebut dilakukan melalui suatu upaya riset
dioptimalkan untuk meraih keberhasilan untuk: (a) mendengar apa yang dikatakan
pemasaran yang signifikan. konsumen mengenai bentuk produk dan
Suatu produk berawal dari suatu ide yang mencoba menangkap pernyataan konsumen
dikembangkan menjadi suatu konsep produk. yang belum terstruktur, (b) mengurutkan
Kotler (1997, h. 317-318) menyatakan bahwa berbagai tipe komentar konsumen yang
organisasi perlu memahami perbedaan antara berbeda ke dalam beberapa kategori (dimensi),
ide produk, konsep produk, dan citra (image) dan (c) menggunakan salah satu kategori
produk. Ide produk merupakan suatu produk dominan yang menggambarkan kebutuhan dan
potensial yang mungkin dapat ditawarkan oleh keinginan konsumen untuk dikembangkan.
suatu organisasi ke pasar. Konsep produk Riset pasar tidak hanya dibutuhkan ketika
adalah suatu bentuk elaborasi ide yang perusahaan akan meluncurkan sebuah produk
diwujudkan dalam suatu pengertian yang baru, tetapi juga dapat dilakukan ketika
bermakna bagi konsumen, sedangkan citra perusahaan ingin mengembangkan produk
produk merupakan suatu gambaran tertentu yang telah ada di pasar (Kotler, 1997, h. 307).
yang diterima konsumen terhadap produk Untuk mempertahankan daya saing, kemam-
potensial atau aktual. puan bersaing di pasar tidaklah cukup tetapi
Pengembangan produk secara kontinyu harus diimbangi pula dengan proses
telah menjadi suatu persyaratan bagi pengembangan produk secara kontinyu
pengembangan dan keberhasilan organisasi. (Khazanet, 1997, h. 16). Pengembangan atribut
Hambatan dalam proses pengembangan produk dan manfaat jasa pendidikan tinggi secara
dapat diakibatkan oleh kegagalan organisasi berkelanjutan akan menentukan daya saing
untuk memadukan strategi produk, peren- PTS memperebutkan calon mahasiswa.
canaan portofolio, dan fasilitasi struktur Pemilihan produk oleh calon pelanggan (calon
organisasi dengan pengenalan kebutuhan mahasiswa) ditentukan banyak faktor. Secara
konsumen secara jelas, pengenalan konsep umum, Kotler (1997, h. 172) menyebutkan
produk, dan perencanaan proyek (Khurana & bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam
Rosenthal, 1997, h. 103). Pengembangan pemilihan produk oleh konsumen terdiri dari
konsep produk merupakan tugas paling awal faktor eksternal (stimuli) dan faktor internal
yang harus dilakukan di dalam suatu proses (pembeli). Stimuli (rangsangan) yang diterima
pengembangan produk (Burchill & Fine, 1997, konsumen dibedakan menjadi rangsangan
h. 465-466). pemasaran dan rangsangan nonpemasaran.
Dengan maksud untuk mengembangkan
vocabulary atribut dan manfaat produk,
RISET PASAR BAGI PENYEDIA JASA penggalian sebanyak mungkin voice of the
PENDIDIKAN TINGGI customers yang dapat berpengaruh secara
Proses pencarian masukan dari konsumen signifikan terhadap pemilihan PTS oleh calon
dapat dilakukan dengan berbagai bentuk riset mahasiswa sangat penting untuk dilakukan.
pasar yang hasilnya dapat digunakan oleh PTS Dengan demikian, penelitian yang
untuk mendisain vocabulary of product mendasari tulisan ini bertujuan untuk meng-
attributes and benefits (Assael, 1995, h. 267). eksplorasi dan menganalisis faktor-faktor yang
406 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

mempengaruhi pemilihan PTS oleh calon 217) terhadap seluruh SLTA di Yogyakarta
mahasiswa (voice of the customers) yang dapat dan Jawa Tengah yang tercantum dalam buku
dikendalikan oleh PTS (rangsangan Petunjuk Pendaftaran UMPTN 1999. Penen-
pemasaran) dan menguji seberapa besar faktor- tuan sampel sekolah ini dilakukan dengan
faktor tersebut berperan dalam pemilihan PTS menggunakan fasilitas RAN (random access
(product/brand choice). Penelitian ini number) dalam program lembar kerja excel.
bertujuan untuk melakukan analisis pengaruh Penentuan sampel pada tahap kedua adalah
rangsangan-rangsangan pemasaran terhadap menentukan responden dari sekolah yang
perilaku pemilihan PTS oleh calon mahasiswa. terpilih dalam tahap pertama. Penentuan
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan responden menggunakan metode nonproba-
rekomendasi berupa model eksplorasi untuk bilistic sampling, yaitu setiap elemen dalam
mengembangkan konsep jasa pendidikan sampel sekolah terpilih tidak memiliki
tinggi yang lebih didasari oleh keinginan probabilitas yang sama untuk dipilih menjadi
konsumen potensial. Pemilihan fokus pene- sampel (Sekaran, 1992, h. 235-244; Cooper &
litian pada tahap eksplorasi faktor-faktor yang Emory, 1995, h. 227-230). Teknik penentuan
mempengaruhi pemilihan PTS dimaksudkan sampel secara nonprobabilitas yang digunakan
untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dalam penelitian ini adalah judgment sampling,
mengenai voice of the customers mengenai yaitu pemilihan sampel oleh peneliti
proses pendidikan tinggi yang mereka berdasarkan suatu kriteria tertentu sebagai
inginkan. Berdasarkan tujuan penelitian dan suatu judgment. Kriteria tersebut adalah: (1)
konsep pengembangan produk, hipotesis yang responden adalah siswa kelas tiga dan (2)
diajukan dalam penelitian ini adalah faktor- responden memiliki kesediaan membantu
faktor rangsangan pemasaran tidak memiliki proses pengumpulan data penelitian ini.
pengaruh signifikan terhadap pemilihan
perguruan tinggi swasta di Yogyakarta dan
Jawa Tengah. PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan metode survai
METODE PENELITIAN untuk mendapatkan data primer. Penyebaran
kuesioner dilakukan terhadap siswa kelas tiga
Sampel Penelitian masing-masing SLTA yang terpilih sebagai
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini sampel. Siswa kelas tiga digunakan sebagai
adalah seluruh siswa kelas tiga SLTA di responden karena mereka adalah konsumen
Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sampel dalam potensial bagi perguruan tinggi swasta.
penelitian ini ditentukan melalui proses multi- Kuesioner disusun ke dalam dua tahap.
stage sampling. Penentuan sampel dilakukan Kuesioner pertama ditekankan pada upaya
melalui dua tingkatan, yaitu penentuan sampel eksplorasi keinginan siswa (calon mahasiswa)
sekolah dan penentuan responden dari sampel terhadap jasa pendidikan tinggi yang
sekolah yang terpilih. Penentuan sampel tahap ditawarkan oleh suatu perguruan tinggi swasta,
pertama dilakukan untuk menentukan SLTA sehingga daftar pertanyaan disusun dengan
yang dipilih sebagai sampel sekolah. Setiap pertanyaan terbuka secara terbatas.
SLTA di Yogyakarta dan Jawa Tengah Kuesioner tahap kedua merupakan
memiliki peluang yang sama menjadi sampel pengembangan jawaban responden terhadap
penelitian, sehingga metode penentuan sampel kuesioner tahap pertama. Pendapat tersebut
sekolah menggunakan probabilistic sampling merupakan refleksi persetujuan dan ketidak-
yaitu simple random sampling (Sekaran, 1992, setujuan responden dengan menggunakan skala
h. 229-230; Cooper & Emory, 1995, h. 202- Likert dengan skala 1 sampai dengan 5. Butir-
2001 Risdwiyanto & Dharmmesta 407

butir pernyataan dalam kuesioner tahap kedua pengujian prasurvai dan pengujian survai.
merupakan representasi keinginan calon Penyusunan instrumen penelitian ini diawali
mahasiswa terhadap atribut jasa pendidikan dengan eksplorasi atribut jasa pendidikan
tinggi sebagai variabel independen. Variabel tinggi melalui penyebaran kuesioner tahap
independen didasarkan pada pengembangan pertama. Ketigapuluhenam butir profil jasa
empat komponen rangsangan pemasaran yaitu pendidikan PTS yang diperoleh dari jawaban
produk, harga, tempat, dan promosi, ditambah responden terhadap kuesioner tahap pertama
dengan tiga komponen rangsangan pemasaran (Lampiran A) dan sembilan kriteria akreditasi
jasa yaitu orang, fasilitas fisik, dan proses perguruan tinggi yang ditetapkan Badan
(Kotler, 1997, h. 472). Akreditasi Nasional (BAN) mendasari
Pengukuran variabel dependen yaitu penyusunan kuesioner tahap kedua awal.
pemilihan PTS dilakukan atas dasar sembilan Kuesioner tahap kedua awal merupakan
kriteria yang digunakan Badan Akreditasi instrumen penelitian yang digunakan dalam
Nasional (BAN) untuk melakukan evaluasi dan penelitian ini sebelum dilakukan pengujian
akreditasi perguruan tinggi (BAN, 1998, h. 11- prasurvai. Kuesioner tahap kedua awal terdiri
17). Kesembilan kriteria tersebut meliputi dari 40 butir pernyataan rangsangan pemasaran
kemahasiswaan, ketenagaan, sarana/prasarana, yang merupakan pengembangan dari 36 butir
kurikulum, pengelolaan lembaga, pengelolaan profil jasa pendidikan PTS yang diinginkan
program, pengelolaan pembelajaran, evaluasi, calon konsumen dan 22 butir pernyataan
dan hasil kinerja. Kriteria akreditasi BAN pemilihan PTS oleh calon konsumen yang
digunakan karena kriteria tersebut merupakan merupakan pengembangan dari sembilan
ketetapan pemerintah yang berlaku secara kriteria akreditasi perguruan tinggi yang
nasional bagi semua perguruan tinggi baik ditetapkan BAN. Proses berikutnya adalah
negeri maupun swasta (voice of the company), pengujian prasurvai terhadap kuesioner tahap
sehingga diharapkan calon mahasiswa akan kedua awal.
memilih jasa pendidikan tinggi yang Untuk pengujian prasurvai instrumen
ditawarkan oleh PTS sesuai dengan kriteria penelitian, kuesioner tahap kedua awal yang
akreditasi BAN. Dalam pengumpulan data terdiri dari 62 butir pernyataan diedarkan
melalui kuesioner tahap pertama diperoleh sebanyak 100 eksemplar dengan response rate
atribut profil jasa pendidikan perguruan tinggi 77% atau 77 eksemplar jawaban responden
swasta (PTS) yang diinginkan calon konsumen yang layak untuk diproses dalam pengujian
(responden) di dua area penelitian (Lampiran validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.
A). Hasil pengujian prasurvai untuk validitas
menunjukkan bahwa dari 62 butir pernyataan
instrumen penelitian, 45 butir dinyatakan sahih
PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN
dan 17 butir dinyatakan gugur, sedangkan hasil
Untuk memenuhi kriteria sebagai pengujian prasurvai untuk reliabilitas dengan
instrumen penelitian yang valid dan reliabel, menggunakan uji keandalan teknik Hoyt
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa konstrak yang diuji cukup
diuji validitas (kesahihan) dan reliabilitasnya andal dengan koefisien keandalan (rtt) di atas
(keandalan) dengan menggunakan SPS-2000 0,7. Hasil pengujian prasurvai untuk setiap
dengan tingkat signifikansi 0,05. Pengujian konstrak disajikan dalam Tabel 1.
instrumen penelitian dilakukan dua kali yaitu
408 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

Tabel 1. Pengujian Prasurvai: Respon terhadap Kuesioner Tahap Kedua Awal

No. Konstrak Butir Semula Butir Sahih Butir Gugur rtt*


1 Produk 8 4 4 0,806
2 Harga 5 4 1 0,873
3 Lokasi 5 4 1 0,834
4 Promosi 8 6 2 0,758
5 Orang 4 4 0 0,709
6 Fisik 4 4 0 0,811
7 Proses 6 5 1 0,757
8 Pemilihan PTS 22 14 8 0,901
Jumlah Butir 62 45 17

Sumber: Pengujian validitas dan reliabilitas data prasurvai.


Keterangan:
 Uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPS-2000 (Hadi & Pamardiningsih, 2000).
 Konstrask nomor 1 sampai dengan 7 digunakan sebagai variabel independen dan konstrak
nomor 8 digunakan sebagai variabel dependen.
 rtt* adalah koefisien keandalan (uji keandalan teknik Hoyt).
Dari hasil pengujian prasurvai tersebut, Dalam survai sesungguhnya diedarkan 250
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini eksemplar kuesioner tahap kedua revisi kepada
memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang seluruh SLTA terpilih di dua area penelitian
cukup memadai sebagai instrumen penelitian dengan response rate 83,6% atau 209 jawaban
untuk mengukur masing-masing konstrak. responden yang layak untuk diproses. Hasil
Hasil tersebut menunjukkan bahwa instrumen pengujian validitas terhadap 45 butir
yang digunakan dalam penelitian ini dapat pernyataan dalam survai sesungguhnya menun-
mengukur apa yang sebenarnya dianalisis jukkan bahwa semua butir dinyatakan sahih
(valid) dan koefisien keandalan menunjukkan sebagai instrumen penelitian untuk mengukur
bahwa butir-butir pernyataan semakin tepat delapan konstrak yang digunakan dalam
menggambarkan konstrak yang diukur penelitian ini. Hasil pengujian keandalan
(reliabel). terhadap ke delapan konstrak dengan meng-
Dari hasil pengujian prasurvai, kuesioner gunakan uji keandalan teknik Hoyt
tahap kedua direvisi dengan menghilangkan 17 menunjukkan koefisien keandalan (rtt) lebih
butir gugur, sehingga dari jumlah 62 butir dari 0,7 dan relatif tidak berbeda dari
instrumen penelitian disesuaikan menjadi 45 pengujian prasurvai yang telah dilakukan
butir. Kuesioner tahap kedua revisi tersebut sebelumnya. Pengujian ini diperkuat dengan
digunakan untuk survai sesungguhnya. hasil pengujian reliabilitas untuk seluruh butir
Meskipun telah melalui pengujian prasurvai, instrumen penelitian dengan menggunakan
proses pengolahan data pada survai sesung- analisis reliabilitas SPSS yang menunjukkan
guhnya didahului dengan pengujian validitas koefisien reliabilitas (cronbach alpha) sebesar
dan reliabilitas untuk masing-masing konstrak 0,7040 (Tabel 2). Hasil ini menunjukkan
dengan menggunakan SPS-2000 dan uji bahwa instrumen penelitian yang digunakan
reliabilitas untuk keseluruhan butir dengan cukup valid dan reliabel digunakan untuk
menggunakan SPSS. mengukur konstrak dan cukup baik digunakan
sebagai model pengukuran dalam penelitian
ini. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
2001 Risdwiyanto & Dharmmesta 409

instrumen penelitian ini cukup tepat digunakan instrumen penelitian ke dalam delapan faktor
sebagai model pengukuran untuk analisis yang telah ditentukan. Untuk bisa masuk di
selanjutnya. dalam suatu faktor, butir pernyataan harus
memiliki factor loadings yang menunjukkan
Tabel 2. Pengujian Survai: Respon terhadap korelasi antara skor butir dengan skor faktor
Kuesioner Tahap Kedua Revisi minimal 0,40 (Hair et al.,1995, h. 385; Kim &
Mueller, 1982, h. 21-22), pengelompokkan
Butir berdasarkan factor loadings tersebut dapat
No. Konstrak Reliabilitas
Sahih dilihat pada Lampiran D. Dari 45 butir
1 Produk 4 0,806 instrumen penelitian, seluruh butir dapat
2 Harga 4 0,885 dikelompokkan sesuai dengan konstrak
3 Lokasi 4 0,863 masing-masing butir, kecuali butir PIL9 yang
4 Promosi 6 0,762 tidak dapat masuk ke dalam salah satu faktor
5 Orang 4 0,732 karena factor loadings PIL9 kurang dari 0,40.
6 Fisik 4 0,758
7 Proses 5 0,736 Untuk analisis lebih lanjut, butir PIL9
8 Pemilihan PTS 14 0,849 dikeluarkan dari proses pembentukan skor
faktor. Analisis faktor kedua dilakukan dengan
Jumlah Butir 45 0,7040*
mengeluarkan butir PIL9 dari analisis untuk
Sumber: Pengujian validitas dan reliabilitas data mendapatkan hasil perhitungan skor faktor
survai. yang lebih reliabel. Dari analisis faktor kedua
*Cronbach alpha dari hasil pengujian reliabilitas menunjukkan hasil pengelompokkan yang
terhadap seluruh butir dengan tidak berbeda dari analisis faktor pertama.
menggunakan program SPSS. Perbedaan antara kedua analisis ditunjukkan
pada kemampuan model untuk menjelaskan
HASIL DAN PEMBAHASAN variasi yang terjadi di antara variabel yang
dianalisis. Kemampuan menjelaskan variasi
Analisis Faktor pada analisis kedua (55,13%) lebih besar
Analisis faktor dilakukan terhadap semua daripada analisis pertama (54,04%). Hasil ini
butir sahih yang digunakan sebagai instrumen membuktikan bahwa tujuan penelitian ini
penelitian ini, yaitu sejumlah 45 butir. untuk mengelompokkan butir-butir instrumen
Keempatpuluhlima butir tersebut digunakan penelitian ke dalam tujuh faktor rangsangan
untuk mengukur tujuh konstrak rangsangan pemasaran dan satu faktor pemilihan PTS telah
pemasaran dan satu konstrak pemilihan PTS. tercapai dengan kemampuan menjelaskan
Analisis faktor terhadap seluruh butir variasi variabel yang dianalisis cukup baik.
instrumen penelitian dilakukan dengan Dengan melihat hasil total variasi yang
menggunakan teknik confirmatory factor dapat dijelaskan (total variance explained),
analysis melalui penentuan sejumlah faktor instrumen penelitian ini mampu menjelaskan
yang dikehendaki. Dengan maksud dan tujuan variasi pengukuran variabel secara kumulatif
penelitian ini, faktor analisis dilakukan dengan sebesar 54,04% pada analisis faktor pertama.
menentukan delapan faktor, yaitu tujuh faktor Hasil ini menunjukkan bahwa 45 butir
rangsangan pemasaran dan satu faktor instrumen penelitian mampu menjelaskan total
pemilihan PTS. variasi yang terjadi dalam analisis sebesar
Dari hasil rotated component matrix 54%. Kemampuan menjelaskan variasi terse-
dengan menggunakan metode ekstraksi prin- but meningkat ketika butir PIL9 dikeluarkan
cipal component analysis dan metode rotasi dalam analisis faktor kedua, yaitu sebesar
varimax diperoleh pengelompokkan butir-butir 55,13%. Hasil ini menunjukkan bahwa 44 butir
410 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

instrumen penelitian mampu menjelaskan total butir instrumen penelitian (Hair et al.,1995, h.
variasi yang terjadi dalam analisis sebesar 390-391).
55,13%, sehingga instrumen penelitian ini
cukup baik untuk menjelaskan variasi faktor-
Analisis Regresi Berganda
faktor yang dianalisis.
Analisis faktor yang dilakukan juga Analisis regresi berganda digunakan untuk
menghitung skor masing-masing faktor menguji hipotesis dalam penelitian ini yaitu
sebagai variabel untuk melakukan penelitian pengaruh faktor-faktor rangsangan pemasaran
lebih lanjut mengenai pengaruh faktor terhadap faktor pemilihan PTS. Analisis ini
rangsangan pemasaran terhadap faktor dilakukan dengan memperlakukan tujuh faktor
pemilihan PTS dengan menggunakan analisis rangsangan pemasaran hasil analisis faktor
regresi. Skor faktor digunakan untuk analisis sebagai variabel independen yang
regresi karena nilai tersebut dipandang lebih mempengaruhi variabel dependen pemilihan
mencerminkan kondisi sesungguhnya karena PTS. Hasil analisis regresi berganda antara
merupakan fungsi dari seluruh butir-butir yang tujuh faktor rangsangan pemasaran dengan
digunakan, sehingga suatu skor faktor pemilihan PTS ditunjukkan pada Tabel 3
merupakan fungsi dari factor loadings seluruh berikut ini.

Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Berganda

Variabel Nama* Koefisien Regresi thitung Pval


Konstanta - 0,04454 0,927 0,355
Skor Faktor-2 Harga -0,399 -7,169 0,000
Skor Faktor-3 Lokasi 0,227 4,166 0,000
Skor Faktor-4 Promosi 0,113 2,232 0,027
Skor Faktor-5 Produk 0,121 2,276 0,024
Skor Faktor-6 Proses 0,123 2,455 0,015
Skor Faktor-7 Fasilitas Fisik** 0,08601 1,772 0,078
Skor Faktor-8 Orang 0,124 2,384 0,018
Sumber: Hasil analisis regresi berganda.
* Variabel ditentukan berdasarkan urutan skor faktor yang dihasilkan dari analisis faktor
kedua.
** Signifikan pada tingkat signifikansi 0,10.
Skor faktor-1 adalah variabel pemilihan PTS (variabel dependen).
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian 0,05. Perbandingan antara Fhitung dan Ftabel
ini diuji dengan menggunakan hasil analisis menunjukkan Fhitung lebih besar daripada Ftabel
regresi berganda yang terdiri dari uji F, uji t, sehingga hipotesis yang menyatakan tidak ada
dan koefisien determinasi (R2) untuk pengaruh signifikan faktor-faktor rangsangan
menentukan tingkat signifikansi dan besarnya pemasaran terhadap pemilihan PTS di Yogya-
pengaruh faktor-faktor rangsangan pemasaran karta dan Jawa Tengah ditolak. Ftabel pada
terhadap variabel pemilihan PTS di df1=7 dan df2=201 adalah 2,06, sehingga
Yogyakarta dan Jawa Tengah oleh calon Fhitung=33,773 > Ftabel =2,06. Pengujian ini
mahasiswa. Dari hasil analisis regresi berganda didukung dengan tingkat signifikansi uji F
yang disajikan dalam Tabel 3, uji F sebesar 0,000 (sangat signifikan) yang berarti
menunjukkan koefisien sebesar 33,773. Uji ini hasil tersebut signifikan pada tingkat
dinyatakan signifikan pada tingkat signifikansi signifikansi 0,05. Penolakan hipotesis
2001 Risdwiyanto & Dharmmesta 411

diperkuat dengan hasil uji t masing-masing HRG : Faktor Harga


koefisien regresi yang sebagian besar LOK : Faktor Lokasi
signifikan pada tingkat signifikansi 0,05. PRM : Faktor Promosi
Uji t untuk masing-masing koefisien PRD : Faktor Produk
regresi menunjukkan bahwa keenam variabel PRS : Faktor Proses
independen (harga, lokasi, promosi, produk, FSK : Faktor Fasilitas fisik
proses, dan orang) signifikan, satu variabel ORG : Faktor Orang
(fasilitas fisik) kurang signifikan, dan E : Variabel pengganggu (error).
konstanta memiliki koefisien regresi yang Untuk mengetahui kekuatan pengaruh
tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05. masing-masing variabel independen terhadap
Ketidaksignifikanan konstanta (p=0,355) tidak variabel dependen dilakukan perhitungan
menjadi permasalahan berarti dalam model koefisien beta. Koefisien beta (standardized
regresi ini, karena model yang ditemukan regression coefficient) merupakan proses
bukan dimaksudkan untuk melakukan prediksi, normalisasi atau standarisasi koefisien regresi
tetapi untuk mengetahui pengaruh variabel variabel independen yang dinyatakan dalam
independen terhadap variabel dependen. bentuk standar deviasinya (Arief, 1993, h. 10-
Selain itu, koefisien determinasi (R2) 12). Perbandingan koefisien beta masing-
menunjukkan koefisien 0,54 atau 54%. Hasil masing variabel independen akan menunjuk-
ini menunjukkan bahwa variabel independen kan besarnya kekuatan pengaruh masing-
rangsangan pemasaran mampu menjelaskan masing variabel tersebut. Perhitungan
54% variasi yang terjadi pada variabel koefisien beta terhadap variabel rangsangan
dependen pemilihan PTS. Model regresi yang pemasaran menunjukkan urutan kekuatan
digunakan untuk analisis ini menunjukkan pengaruh yang ditentukan oleh besarnya
bahwa faktor-faktor rangsangan pemasaran koefisien beta masing-masing variabel, yaitu
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel harga, lokasi, proses, produk, orang, promosi,
pemilihan PTS di Yogyakarta dan Jawa dan fasilitas fisik (Tabel 4).
Tengah oleh calon mahasiswa dengan Koefisien beta menjadi dasar bagi PTS
kemampuan variabel rangsangan pemasaran untuk mengembangkan atribut jasa pendidikan
untuk menjelaskan variasi yang terjadi pada tinggi yang ditawarkannya berdasarkan urutan
variabel pemilihan PTS sebesar 54%, kekuatan pengaruh tersebut. Calon mahasiswa
sedangkan 46% sisanya dijelaskan oleh faktor- (responden) meletakkan pertimbangan pertama
faktor yang tidak dimasukkan dalam analisis dan kedua pada variabel harga (koefisien beta
penelitian ini. Model analisis regresi yang dite- -7,125) dan lokasi (4,127) untuk menentukan
mukan dalam penelitian ini adalah: pilihan PTS. Pertimbangan harga menunjukkan
bahwa pertimbangan ekonomi sangat
Zpr = 0,04454 - 0,399HRG +
menentukan pemilihan PTS. Pertimbangan
0,227LOK + 0,113PRM + ekonomi bagi calon mahasiswa untuk memilih
0,121PRD + 0,123PRS + PTS dalam penelitian ini didasarkan pada
0,08601FSK + 0,124ORG + e indikator biaya pendidikan, biaya hidup, dan
uang gedung. Penjelasan rasional mengenai
Keterangan: ketiga indikator tersebut perlu dilakukan PTS
Zpr : Pemilihan PTS (Yhitung atau nilai Z untuk memberikan pemahaman kepada calon
prediksi) mahasiswa untuk memilih PTS yang tepat.
412 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

Tabel 4. Perhitungan Koefisien Beta Variabel Rangsangan Pemasaran

Urutan Kekuatan
Variabel Koefisien Regresi Standar Deviasi Koefisien Beta
Pengaruh
Skor factor 2 -0,399 0,056 -7,125 1
(Harga)
Skor faktor 3 0,227 0,055 4,127 2
(Lokasi)
Skor faktor 4 0,113 0,051 2,216 6
(Promosi)
Skor faktor 5 0,121 0,053 2,283 5
(Produk)
Skor faktor 6 0,123 0,050 2,460 3
(Proses)
Skor faktor 7 0,08601 0,049 1,755 7
(Fisik)
Skor faktor 8 0,124 0,052 2,385 4
(Orang)
Sumber: Hasil analisis regresi berganda.

Pertimbangan lokasi ditentukan oleh empat Pertimbangan ketiga dan keempat bagi
indikator, yaitu lokasi PTS di pinggiran kota, calon mahasiswa untuk memilih PTS adalah
hubungan lokasi dengan bonafiditas PTS, faktor proses (2,460) dan orang (2,385).
keamanan lingkungan, dan kota pendidikan. Variabel proses merupakan pertimbangan
Pertimbangan lokasi di pinggiran kota format penyampaian jasa pendidikan tinggi.
menunjukkan persepsi responden bahwa lokasi Variabel proses ditentukan oleh lima indikator,
pinggiran kota mencerminkan biaya hidup yaitu orientasi spesialis, hubungan alumni,
yang rendah. Pertimbangan ini didukung oleh hubungan eksternal, program magang, dan
indikator lokasi PTS tidak menentukan praktikum. Sebagian besar calon mahasiswa
bonafiditasnya, sehingga lokasi PTS di menentukan pilihan PTS berdasarkan pada
pinggiran kota tidak mencerminkan kinerja proses penyampaian jasa pendidikan tinggi
jasa pendidikan yang lebih buruk dibandingkan yang berorientasi spesialis. Pertimbangan
dengan kinerja jasa pendidikan PTS di tengah orientasi spesialis ini tidak lepas dari keinginan
kota. Di samping itu, citra kota pendidikan calon mahasiswa untuk segera memperoleh
menjadi pertimbangan pula dalam menentukan pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikan-
pemilihan PTS. Responden lebih memilih PTS nya. Pertimbangan ini didukung dengan
yang berada di kota pendidikan daripada kota- keinginan calon mahasiswa yang lebih
kota lain yang tidak menunjukkan citra sebagai memilih PTS yang menawarkan program
kota pendidikan. Pemilihan PTS oleh calon magang dan praktikum. Kedua program
mahasiswa juga dipengaruhi oleh pertim- tersebut dipandang akan memberikan kemam-
bangan keamanan lingkungan di sekitar lokasi puan lebih bagi mahasiswa dalam hal praktikal
PTS maupun tempat tinggal calon mahasiswa dan teknikal.
khususnya bagi calon mahasiswa yang Calon mahasiswa juga mempertimbangkan
bertempat tinggal sementara di sekitar lokasi kemampuan PTS dalam membina hubungan
PTS. alumni dan eksternal. Hubungan alumni
2001 Risdwiyanto & Dharmmesta 413

menentukan kemampuan PTS mengelola hasil SKS, dan kegiatan kemahasiswaan. Calon
akhir (end process) jasa pendidikan yang mahasiswa memilih PTS dengan pertimbangan
ditawarkannya. Kemampuan tersebut ditunjuk- adanya keseimbangan antara kegiatan
kan dari perhatian dan sumbangan PTS dalam perkuliahan dan kemahasiswaan. Di satu sisi,
membantu lulusannya untuk menyalurkan calon mahasiswa mempertimbangkan pemi-
mereka ke organisasi-organisasi pemakai lihan PTS berdasarkan pada apa yang akan
lulusan atau inisiatif PTS untuk memberikan mereka peroleh dari suatu proses pendidikan
kemampuan kewirausahaan bagi lulusannya. yaitu program studi, metode pengajaran, dan
Penyaluran lulusan ke organisasi pemakai sistem pengambilan SKS. Program studi
lulusan sangat ditentukan oleh kemampuan menunjukkan pada kandungan pengetahuan
PTS dalam membina hubungan eksternal. apa yang diinginkan calon mahasiswa, metode
Hubungan eksternal, khususnya dengan pengajaran merupakan cara yang digunakan
organisasi pemakai lulusan, menunjukkan PTS untuk melaksanakan proses pengajaran,
kemampuan PTS mengelola proses pendi- sedangkan sistem pengambilan SKS dapat
dikannya (by process), yaitu akomodasi mencerminkan kualitas jasa pendidikan PTS.
kebutuhan pemakai lulusan di dalam proses Pertimbangan promosi menempati pering-
pendidikannya. kat keenam sebagai variabel yang mempe-
Variabel orang yang dipertimbangkan ngaruhi pemilihan PTS. Faktor promosi
calon mahasiswa ditentukan oleh indikator ditentukan oleh enam indikator, yaitu
dosen (staf pengajar), gelar kesarjanaan dosen, popularitas nama PTS, informasi teman, saran
pimpinan PTS, dan sikap pegawai adminis- orang terdekat, aktivitas sosial, informasi surat
trasi. Kemampuan dosen yang tercermin dari kabar, dan peran orang tua. Dari keenam
gelar kesarjanaan dosen menjadi pertimbangan indikator tersebut, variabel promosi lebih
calon mahasiswa memilih PTS. Semakin didasarkan pada aktivitas promosi yang
banyak staf pengajar dengan gelar kesarjanaan bersifat pasif. Kepercayaan calon mahasiswa
tertinggi yang dimiliki suatu PTS akan yang dimanifestasikan dalam perilaku
semakin memberikan peluang bagi PTS pemilihan PTS dibangun lebih atas dasar
tersebut untuk dipilih calon mahasiswa. aktivitas promosional yang bersifat pasif atau
Demikian pula gelar kesarjanaan tertinggi bagi tidak langsung. Popularitas nama PTS,
pimpinan PTS menjadi keinginan calon informasi teman, saran orang terdekat, dan
mahasiswa yang dapat mempengaruhi peran orang tua lebih dipengaruhi informasi
pemilihan PTS. Di samping itu, sikap pegawai words of mouth. Informasi aktivitas sosial
administrasi dalam proses penyampaian jasa dapat diperoleh calon mahasiswa dari aktivitas
pendidikan menjadi syarat bagi calon promosional aktif maupun pasif, sedangkan
mahasiswa untuk memilih PTS. Aspek informasi surat kabar merupakan aktivitas
kemampuan sumber daya manusia (staf promosional yang bersifat aktif dari suatu PTS.
pengajar dan administrasi) merupakan faktor Hasil ini memberikan pedoman bagi PTS
pertimbangan calon mahasiswa dalam untuk lebih mengembangkan aktivitas
pemilihan PTS, sehingga pengembangan promosional pasif untuk mempengaruhi pemi-
kemampuan tersebut secara berkelanjutan lihan PTS daripada aktivitas promosional aktif
menjadi syarat kemajuan PTS. yang memberikan sedikit kontribusi dalam
Pertimbangan kelima dan keenam dalam mempengaruhi pemilihan PTS. Pengembangan
pemilihan PTS adalah variabel produk (2,283) tersebut dapat dilakukan melalui perbaikan
dan promosi (2,216). Variabel produk proses penyampaian jasa pendidikan maupun
ditentukan oleh empat indikator yaitu program pengelolaan proses akhir. Pengembangan by
studi, metode pengajaran, sistem pengambilan process dan end process akan memberikan
414 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

dampak positif bagi citra PTS di masa Di samping analisis regresi, penelitian ini
mendatang. juga dilengkapi dengan hasil matriks korelasi
Faktor terakhir yang dipertimbangkan antarvariabel untuk melihat seberapa besar
calon mahasiswa adalah variabel fasilitas fisik korelasi antarvariabel (Tabel 5). Matriks
(1,755). Fasilitas fisik merupakan variabel korelasi menunjukkan bahwa korelasi antara
yang memberikan pengaruh kurang signifikan variabel independen dan variabel dependen
pada taraf signifikansi 0,05. Variabel fasilitas yang paling rendah adalah 18,6% (variabel
fisik ditentukan oleh empat indikator, yaitu fasilitas fisik) dan tertinggi 62,1% (variabel
bangunan kampus, fasilitas perpustakaan, harga). Dari analisis korelasi tersebut, model
fasilitas komputer, dan fasilitas olahraga. penelitian ini terbebas dari masalah
Meskipun pengaruh variabel fasilitas fisik multikolinearitas, yaitu korelasi yang cukup
kurang signifikan, tetapi variabel tersebut tinggi antarvariabel independen. Multikolinea-
merupakan sarana pendukung bagi terseleng- ritas akan terjadi apabila korelasi antarvariabel
garanya proses penyampaian jasa pendidikan independen menunjukkan koefisien lebih besar
tinggi. Variabel fasilitas fisik merupakan dari 0,8 (Gujarati, 1995, h. 335; Arief, 1993,
pendukung bagi signifikansi pengaruh variabel 26-27). Hasil ini memperkuat penemuan
lainnya, sehingga pengembangan fasilitas fisik sebelumnya bahwa model regresi cukup baik
tetap dibutuhkan meskipun berada pada digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-
prioritas terakhir. faktor rangsangan pemasaran terhadap
pemilihan PTS di Yogyakarta dan Jawa
Tengah.

Tabel 5. Matriks Korelasi Antarvariabel


F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
VARIABEL
(PTS) (HRG) (LOK) (PRM) (PRD) (PRS) (FSK) (ORG)
F1 (PTS) 1 -0,621 0,501 0,341 0,367 0,299 0,186 0,356
F2 (HRG) 1 0,418 0,263 0,231 0,204 0,114 0,286
F3 (LOK) 1 0,261 0,295 0,154 0,117 0,153
F4 (PRM) 1 0,181 0,131 0,125 0,204
F5 (PRD) 1 0,222 0,025 0,302
F6 (PRS) 1 0,016 0,144
F7 (FSK) 1 0,071
F8 (ORG) 1
Sumber: Hasil analisis korelasi.
Keterangan: Tingkat signifikansi 0,05.

Konsep Jasa Pendidikan Tinggi di Indonesia, khususnya perguruan tinggi


swasta, perlu mempertimbangkan atribut atau
Dari hasil analisis dan pembahasan
persyaratan yang dituntut oleh konsumen agar
sebelumnya, peneliti menyusun suatu rerangka
PTS memiliki kemampuan untuk memenang-
atau model pengembangan konsep jasa
kan pilihan calon mahasiswa. Rerangka
pendidikan tinggi di Indonesia, khususnya di
pengembangan konsep jasa pendidikan tinggi
Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang didasari
dari hasil penelitian ini disajikan pada Gambar
oleh faktor-faktor rangsangan pemasaran yang
2.
berpengaruh terhadap perilaku pemilihan PTS.
Proses pengembangan jasa pendidikan tinggi
2001 Risdwiyanto & Dharmmesta 415

Fisik

Promosi

Produk

Orang

Proses

Lokasi

Harga

Gambar 2. Rerangka Pengembangan Konsep Jasa Pendidikan Tinggi

Pengembangan konsep jasa pendidikan nilai lebih daripada bentuk promosi yang
tinggi bagi calon mahasiswa masih didominasi bersifat aktif. Fasilitas fisik merupakan faktor
pertimbangan rasional-ekonomis, sehingga yang kurang signifikan dalam proses
pengembangan tersebut harus bertumpu pada penyediaan jasa pendidikan tinggi. Kombinasi
kemampuan daya beli calon mahasiswa untuk yang tepat dari ketujuh faktor rangsangan
memilih PTS. Selanjutnya, faktor lokasi juga pemasaran tersebut akan menjadi senjata
sangat menentukan bagi pengembangan PTS di ampuh bagi PTS untuk menyongsong era
masa mendatang. Lokasi PTS bagi calon persaingan bebas jasa pendidikan tinggi di
mahasiswa tidak saja dipandang dari sisi masa mendatang.
tempat tetapi juga lingkungan dan iklim yang
kondusif bagi proses pendidikan tinggi. Format
SIMPULAN
penyampaian proses pendidikan tinggi menjadi
faktor ketiga yang berpengaruh pada pemilihan Penelitian ini menggunakan teknik
PTS. PTS dituntut untuk melakukan pemer- confirmatory factor analysis untuk menguji
kayaan proses pendidikan dan pengajaran model pemilihan perguruan tinggi swasta di
mereka. Yogyakarta dan Jawa Tengah. Atas dasar
Sumber daya manusia dan produk teknik pengujian tersebut, peneliti menetapkan
pendidikan tinggi menjadi faktor berikutnya. tujuh variabel rangsangan pemasaran yang
Kemampuan sumber daya manusia yang dapat mempengaruhi pemilihan perguruan tinggi
ditawarkan PTS merupakan faktor penting swasta di Yogyakarta dan Jawa Tengah oleh
yang selalu melekat pada proses penyediaan calon mahasiswa.
dan penyampaian jasa pendidikan tinggi, Penelitian ini menghasilkan suatu model
sedangkan variasi dan fleksibilitas pengem- penelitian untuk menguji seberapa besar peran
bangan jasa pendidikan tinggi akan menjadi yang telah dilakukan PTS untuk mengakomo-
tuntutan di masa mendatang. Promosi dasikan kebutuhan dan keinginan calon
merupakan faktor signifikan terakhir yang mahasiswa. Dengan beberapa modifikasi dan
mempengaruhi pemilihan PTS. Bentuk-bentuk pengembangan, model penelitian ini dapat
promosi yang bersifat pasif ternyata memiliki menjadi rerangka market research bagi PTS di
416 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

Yogyakarta dan Jawa Tengah pada khususnya perilaku pemilihan PTS. Untuk penelitian
dan perguruan tinggi di Indonesia pada mendatang disarankan untuk memperluas
umumnya untuk mendapatkan masukan dari cakupan atau ruang lingkup penelitian,
calon konsumen. Di samping itu, PTS perlu sehingga variabel yang dianalisis dapat
mengembangkan konsep jasa pendidikan lebih variatif dan representatif. Perluasan
tinggi secara berkelanjutan di masa mendatang variabel rangsangan pemasaran dan
atas dasar besarnya pengaruh variabel penambahan variabel nonpemasaran dapat
rangsangan pemasaran terhadap pemilihan dipertimbangkan untuk memperluas
PTS. cakupan tersebut.
Perguruan tinggi swasta di Yogyakarta dan 2. Keterbatasan penentuan sampel. Sampel
Jawa Tengah perlu mengubah paradigma yang digunakan dalam penelitian ini
manajemen pendidikan yang hanya bertumpu dilakukan melalui dua tahap pengambilan
pada kemauan PTS atas dasar common sense sampel yaitu sampel sekolah dan responden.
tanpa melihat apa yang sebenarnya dibutuhkan Untuk mengatasi kelemahan penetapan
dan diinginkan calon mahasiswa (konsumen). responden yang sangat tergantung pada
Paradigma tersebut akan merugikan PTS kebijakan Kepala Sekolah, maka pengem-
dalam jangka panjang. Perubahan ini bukan bangan sampel pada penelitian selanjutnya
berarti PTS berubah menjadi sebuah perlu memasukkan variasi dalam
perusahaan komersial yang senantiasa penggunaan metode yang lebih obyektif.
mengejar keuntungan. Perubahan pandangan Responden sasaran yang digunakan dalam
tersebut diterapkan dengan tetap berpegang penelitian ini adalah konsumen potensial
pada prinsip etika layanan publik (public yang berhubungan langsung dengan proses
service ethics) yang menjadi salah satu pilar penyampaian jasa pendidikan tinggi yaitu
utama dalam penyediaan jasa pendidikan siswa kelas tiga SLTA. Pada kondisi riil,
tinggi bagi masyarakat di Indonesia. konsumen perguruan tinggi tidak hanya
calon mahasiswa tetapi juga organisasi
pemakai lulusan perguruan tinggi. Untuk
Keterbatasan Penelitian
penelitian mendatang, penetapan responden
Untuk penelitian selanjutnya di masa yang sasaran perlu mempertimbangkan kebu-
akan datang, peneliti menyarankan kepada PTS tuhan konsumen pemakai lulusan terhadap
dan peneliti lain untuk berupaya mengurangi jasa pendidikan tinggi.
keterbatasan yang ada pada penelitian ini. 3. Pengujian model dan instrumen penelitian.
Beberapa keterbatasan yang perlu dikurangi Penelitian ini menguji sebuah model
pada penelitian selanjutnya adalah: perilaku pemilihan perguruan tinggi swasta
1. Keterbatasan lingkup atau cakupan pene- oleh calon mahasiswa. Dari pengujian
litian. Penelitian ini hanya memfokuskan prasurvai diperoleh suatu model dan
pada aspek rangsangan pemasaran dan instrumen penelitian yang telah teruji
perilaku pemilihan PTS. Menurut model validitas dan reliabilitasnya untuk diguna-
kotak hitam, rangsangan yang diterima kan kembali dalam penelitian lain.
konsumen dapat berupa rangsangan Kuesioner (instrumen penelitian) yang
pemasaran (controllable stimuli) maupun disusun dalam penelitian ini perlu
nonpemasaran (uncontrollable stimuli) dan dikembangkan lebih lanjut untuk mendapat-
pemrosesan rangsangan tersebut dalam diri kan berbagai dimensi lain dari masing-
konsumen melibatkan karakteristik dan masing konstrak maupun konstrak-konstrak
proses pengambilan keputusan pemilihan lain yang belum ditemukan dalam
yang memiliki pengaruh besar terhadap penelitian ini. Untuk penelitian lebih lanjut,
2001 Risdwiyanto & Dharmmesta 417

pengembangan dan variasi perlu dilakukan Direktorat Perguruan Tinggi Swasta.


untuk membangun konsep baru mengenai (1996/1997), Direktori Perguruan Tinggi
rangsangan pemasaran yang tidak hanya Swasta Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
terpaku pada ketujuh faktor yang telah Dardjowidjojo, Soenjono. (1991), Pedoman
dianalisis. Tanpa menggunakan pendekatan Pendidikan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
confirmatory factor analysis, penelitian
selanjutnya diharapkan dapat mengembang- Hair, Joseph F. Jr., Rolph E. Anderson, Ronald
kan penemuan-penemuan baru sebagai L. Tatham, & William C. Black. (1995),
dasar pengembangan konsep pemasaran. Multi-variate Data Analysis with
Analisis faktor terhadap variabel pemilihan Readings. Fourth Edition. New Jersey:
PTS juga dapat menghasilkan dimensi- Prentice-Hall, Inc.
dimensi lain untuk dianalisis lebih lanjut, Hanssens, Dominique M. (1996), “Customer
sehingga dimensi-dimensi tersebut dapat Information: Building A Strategic Asset.”
digunakan untuk mengembangkan kriteria Chief Executive (May), p. 66-67.
akreditasi perguruan tinggi secara nasional Ilyas, Yusniar. (1999), "Tantangan Perguruan
oleh Badan Akreditasi Nasional. Tinggi Swasta Indonesia dalam Meng-
hasilkan Lulusan Berkualitas Menghadapi
DAFTAR PUSTAKA Era Globalisasi." Jurnal Ekonomi, Bisnis,
dan Koperasi (April), hal. 36-41.
Arief, Sritua. (1993), Metodologi Penelitian
Ekonomi. Jakarta: UI-Press. Kartajaya, Hermawan. (1994), “The Strategic
Marketing Plus 2000 Conceptual
Assael, Henry (1995), Consumer Behavior & Framework.” Swa, Edisi Khusus IV
Marketing Action. Fifth Edition. Ohio: (Agustus).
South-Western College Publishing.
Khazabet, V.L. (1997), "Improving the Product
Badan Akreditasi Nasional. (1998), Direktori Development Process." Industrial Mana-
Akreditasi Program Studi Jenjang Sarjana gement (March/April), p. 16-18.
(S1) Hasil Penilaian Tahun 1996/1997:
Direktori Umum. Buku 1. Jakarta: Khurana, Anil & Stephen R. Rosenthal.
Depdikbud. (1997), "Integrating the Fuzzy Front End
of New Product Development." Sloan
Bergin, Sarah. (1997), "Communication is the Management Review (Winter), p. 103-120.
Key to Customer Success." Transportation
& Distribution (March), p. 82-84. Kibildis, William (1989), "The Product
Development Challenge." CPCU Journal
Burchill, Gary and Charles H. Fine. (1997), (June), p. 97-104.
"Time versus Market Orientation in
Product Concept Development: Kim, Jaeon & Charles W. Mueller (1978),
Empirically-Based Theory Generation." Introduction to Factor Analysis: What It Is
Management Science (April), p. 465-478. and How to Do It. London: Sage
Publications.
Cohen, Lou. (1995), Quality Function
Development: How to Make QFD Work Kotler, Philip. (1997), Marketing Manage-
for You. Massachussetts: Addison-Wesley ment: Analysis, Planning, Implementation,
Publishing Co. and Control. Ninth Edition. New Jersey:
Prentice Hall, Inc.
Cooper, Donald R. & C. William Emory.
(1995), Business Research Methods. Fifth Peterson, Robert T. (1988), "An Analysis of
Edition. Chicago: Richard D. Irwin, Inc. New Product Ideas in Small Business."
Journal of Small Business Management
418 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

(April), p.25-31. Simonson, Itamar. (1993), "Get Closer to Your


Schiffman, Leon G. & Leslie L. Kanuk. Customers by Understanding How They
(1994), Consumer Behavior. Fifth Edition. Make Choices." California Management
New Jersey: Prentice-Hall Book, Co. Review (Summer), p. 68-84.

Schilling, Melissa A. & Charles W.L. Hill Wajdi, Farid. (1998), "Faktor-faktor yang
(1998), "Managing the New Product Mempengaruhi Calon Mahasiswa Memilih
Development Process: Strategic Program Studi di Universitas Muham-
Imperatives." Academy of Management madiyah Surakarta." Empirika (Nomor
Executive (Vol. 12 No. 3), p. 67-81. 22), hal. 90-122.

Sekaran, Uma. (1992), Research Methods for Yudelson, Julian. (1988), "The Four Ps of
Business: A Skill-Building Approach. Nonprofit Marketing." Nonprofit World
Second Edition. Singapore: John Wiley & (November/December), p. 21-23.
Sons, Inc.
2001 Risdwiyanto & Dharmmesta 419

LAMPIRAN A

Hasil Pengumpulan Data untuk Kuesioner Tahap Pertama


No. Atribut menurut Konsumen Frekuensi Ya % Frekuensi Tidak %
PRODUK
1 Program studi/Jurusan 51 70,83 21 29,17
2 Kurikulum 36 50,00
3 Status/Akreditasi 69 95,83
4 Waktu penyelesaian studi 23 31,94
5 Sistem pendidikan 11 15,28
6 Kualitas pendidikan 48 66,67
7 Kegiatan kemahasiswaan 37 51,39
HARGA
8 Biaya Pendidikan 69 95,83 3 4,17
9 Biaya hidup 70 97,22
10 Uang gedung 45 62,50
11 Biaya pendaftaran 15 20,83
12 Sumbangan lain 27 37,50
LOKASI
13 Lokasi kampus 56 77,78 16 22,22
14 Transportasi umum 67 85,90
15 Keamanan lingkungan 24 33,33
16 Kota pendidikan 23 31,94
PROMOSI
17 Informasi Teman 41 56,94 31 43,06
18 Nama populer 54 75,00
19 Brosur 33 45,83
20 Surat kabar 46 63,89
21 Informasi Saudara 58 80,56
ORANG
24 Tenaga pengajar/Dosen 71 98,61 1 1,39
25 Tenaga administrasi 21 29,17
FASILITAS FISIK
26 Gedung 70 97,22 2 2,78
27 Perpustakaan 68 94,44
28 Fasilitas pendukung 26 36,11
29 Kantin 9 12,50
30 Fasilitas olahraga 59 81,94
31 Fasilitas laboratorium 27 37,50
PROSES
32 Orientasi Spesialis 20 27,78 52 72,22
33 Masa depan karir 34 47,22
34 Kerjasama eksternal 7 9,72
35 Kesempatan magang 37 51,39
36 Praktikum 44 61,11
Keterangan: Dari 72 responden, 34 responden dari SLTA di Yogyakarta dan 38 responden dari
SLTA di Jateng.
420 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Oktober

LAMPIRAN B
Matriks Komponen Analisis Faktor yang Telah Dirotasi
Butir Nama F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
1 PIL1 .905
2 PIL2 .793
3 PIL10 .682
4 PIL8 .680
5 PIL7 .606
6 PIL3 .592
7 PIL4 .585
8 PIL14 .541
9 PIL11 .536
10 PIL6 .531
11 PIL12 .493
12 PIL5 .451
13 PIL13 .435
14 HRG2 .892
15 HRG3 .852
16 HRG4 .829
17 HRG1 .773
18 LOK1 .888
19 LOK4 .844
20 LOK2 .812
21 LOK3 .807
22 PRM1 .873
23 PRM3 .693
24 PRM2 .667
25 PRM4 .660
26 PRM5 .542
27 PRM6 .533
28 PRD1 .898
29 PRD3 .812
30 PRD4 .756
31 PRD2 .707
32 PRS1 .824
33 PRS2 .758
34 PRS4 .720
35 PRS5 .582
36 PRS3 .549
37 FSK1 .873
38 FSK3 .760
39 FSK2 .711
40 FSK4 .632
41 ORG2 .829
42 ORG1 .768
43 ORG4 .727
44 ORG3 .556
45 PIL9*
Sumber: Hasil analisis faktor.
*Factor Loadings butir PIL9 tidak memenuhi kriteria untuk masuk ke dalam salah satu faktor (FL<0,40)
dengan tingkat signifikansi 0,05.

Anda mungkin juga menyukai