Anda di halaman 1dari 39

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP KASUS

KORUPSI YANG TERJADI DI INDONESIA

NAMA DOSEN
NAMA : ROY FACHRABY GINTING, SH., M.kn
NIDN : 0129117102

DISUSUN OLEH
ARVI DWI INVANY HRP
222406011

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan kasih karunia-Nya  penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP KASUS KORUPSI YANG
TERJADI DI INDONESIA”.
Terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang sudah mendukung selama
dalam proses pembuatan makalah ini. Terkhusus penulis sampaikan terima kasih kepada
Bapak Roy F. Ginting S.H., M.Hum. selaku dosen pengajar Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang telah membimbing. 
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis.
Disertai rasa rendah hati, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca agar nantinya penulis dapat meningkatkan dan merevisi
kembali pembuatan makalah demi penyempurnaan makalah ditugas lainnya dan diwaktu
berikutnya. Sekian Dan Terimakasih.

Medan, 3 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

                                        Halaman
KATA PENGANTAR               i
DAFTAR ISI        ii
 
BAB 1  PENDAHULUAN         1
             1.1 Latar Belakang   1
             1.2 Rumusan Masalah   1

BAB 2  PEMBAHASAN         3


            2.1. Pancasila Sebagai Dasar Negara                         3
2.1.1 Pengertian Dasar Negara 3
2.1.2 Proses Lahirnya Pancasila                                                                     3
2.1.3 Pancasila Sebagai Dasar Negara    6
2.2 Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa 7
2.2.1 Pengertian Ideologi dan Pancasila                                              7
2.2.2 Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama               7
             2.2.3 Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Baru               8
             2.2.4  Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Era Reformasi        9
             2.2.5 Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan Politik             10
            2.2.6 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Dinamis                             11
             2.2.7 Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Relevansinya 11
2.3 Pancasila sebagai Sistem filsafat 12
2.3.1 Pengertian Filsafat 12
2.3.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat 12
2.3.3 Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hierarkis dan Piramidal 13
2.4 Pancasila sebagai Etika 15
2.4.1 Pengertian Etika 15
2.4.2 Manfaat Etika 15
2.4.3 Nilai 15
2.4.4 Norma 16
2.4.5 Moral 16
2.4.6 Urgensi Pancasila Sebagai Etika 17
2.4.7 Konsep Pancasila Sebagai Etika 17
2.5 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia 18
2.5.1 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa           18
2.5.2 Penjabaran Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa           19
2.5.3 Arti Penting Pancasila Sebagai pandangan Hidup Bangsa 20
2.6 Pancasila Dan Implementasinya Terhadap Kasus Korupsi Di Indonesia 21
2.6.1 Korupsi Di Indonesia 21
2.6.2 Dampak Dari Korupsi 23
2.6.3 Mengapa Korupsi Masih Terjadi Indonesia 23
2.6.4 Pelaksanaan Implementasi Pancasila Terhadap Korupsi 25
2.6.5 Sikap Untuk Menghadapi Korupsi Dengan Nilai Nilai Pancasila 28

ii
BAB 3  PENUTUP 31
             3.1 Kesimpulan                                            31
             3.2 Saran                                          31

DAFTAR PUSTAKA 32

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi adalah perbuatan di mana seseorang secara diam-diam mengambil


uang negara untuk keuntungan pribadi atau keuntungan lain yang bukan urusan
negara. Jika hal ini terjadi semakin banyak, maka akan sangat mempengaruhi negara
dan akan mengganggu negara dalam bidang ekonominya. Jika perekonomian
terganggu, kehidupan negara juga akan terancam. Banyak negara di dunia yang
korupsi, termasuk negara kita, Indonesia. Di Indonesia, korupsi sangat sering terjadi
di pemerintahan, hal itu terjadi karena banyak faktor, salah satunya adalah
kepercayaan pejabat yang lemah. Pejabat tersebut harus memiliki keyakinan yang
kuat agar tidak mudah terombang-ambing oleh sesuatu yang menggiurkan. Meski
KPK diciptakan untuk memberantas korupsi, namun tidak cukup untuk memberantas
korupsi di Indonesia.
Pemerintah perlu lebih tegas terhadap pelanggaran yang sedang berlangsung
agar hal-hal buruk tidak terjadi di Indonesia. Dalam Pancasila terdapat lima sila yang
masing-masing memiliki makna yang berbeda tetapi dengan tujuan yang sama, yaitu
untuk menciptakan dan mewujudkan cita-cita negara Indonesia. Seperti yang
dijelaskan, korupsi adalah salah satu penipuan paling umum di Indonesia. Tindakan
tersebut tidak hanya melanggar peraturan negara, tetapi juga melanggar ideologi dan
prinsip Pancasila. Dengan menyimpang dari tindakan terhadap Pancasila, ia akan
menyebabkan cita-cita yang didambakan oleh negara dan yang lama kelamaan akan
hancur. Oleh karena itu, ada hal penting dalam tindak pidana korupsi terhadap
Pancasila, bahwa dengan melakukan tindak pidana korupsi kita dapat menghancurkan
Pancasila yang telah dilakukan oleh para pendiri bangsa kita.

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana dan apa arti pancasila sebagai dasar negara ?
B. Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa ?
C. Bagaimana Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ?
D. Bagaimana Pancasila Sebagai Etika ?

1
E. Bagaimana Pancasila Sebagai Pandangan Hidup ?
F. Bagaimana kondisi korupsi yang terjadi di Indonesia?
G. Apa Dampak Dari Korupsi Tersebut ?
H. Bagaimana implementasi pancasila dalam menghadapi korupsi?

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Dasar Negara


2.1.1 Pengertian Dasar Negara
Dasar Negara Merupakan landasan kehidupan bernegara atau berbangsa yang mana
setiap negara memilki dasar negara sebagai dasar penyelengaran negara tersebut. Fungsi
dasar negara: dasar berdiri dan tegaknya suatu negara. dasar pergaulan antara rakyat negara.

2.1.2 Proses Lahirnya Pancasila


Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil kesepakatan bersama para Pendiri
Bangsa yang kemudian sering disebut sebagai sebuah “Perjanjian Luhur” bangsa
Indonesia.Namun di balik itu terdapat sejarah panjang perumusan sila-sila Pancasila dalam
perjalanan ketatanegaraan Indonesia. Sejarah ini begitu sensitif dan salah-salah bisa
mengancam keutuhan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu banyak polemik serta
kontroversi yang akut dan berkepanjangan baik mengenai siapa pengusul pertama sampai
dengan pencetus istilah Pancasila. Penempatan rumusan yang lebih awal tidak mengurangi
kedudukan rumusan yang lebih akhir.Dari kronik sejarah setidaknya ada beberapa rumusan
Pancasila yang telah atau pernah muncul. Rumusan Pancasila yang satu dengan rumusan
yang lain ada yang berbeda namun ada pula yang sama.
Selain Muh Yamin dan Soepomo, beberapa anggota BPUPKI juga menyampaikan
usul dasar negara, di antaranya adalah Ir Sukarno Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945
yang kemudian dikenal sebagai hari lahir Pancasila.Namun masyarakat bangsa indonesia ada
yang tidak setuju mengenai Pancasila yaitu Ketuhanan, dengan menjalankan syari'at Islam
bagi pemeluk-pemeluknya. Lalu diganti bunyinya menjadi Ketuhanan yang Maha Esa. 
Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah usulan calon dasar
negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pula-lah yang
mengemukakan dan menggunakan istilah “Pancasila” Secara harfiah berarti lima dasar pada
rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa (Muhammad Yamin) yang duduk di sebelah
Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno di atas disebut dengan Pancasila, Trisila, dan
Ekasila

3
Rumusan Pancasila
1. Kebangsaan Indonesia (nasionalisme)
2. Internasionalisme (peri-kemanusiaan)
3. Mufakat (demokrasi)
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
6. Rumusan Trisila
7. Sosio-nasionalisme
8. Sosio-demokratis
9. ke-Tuhanan
10. Rumusan Ekasila
11. Gotong-Royong
Lahirnya Pancasila adalah judul pidato yang disampaikan oleh Soekarno dalam sidang
Dokuritsu Junbi Cosakai (bahasa Indonesia: "Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan") pada tanggal 1 Juni 1945.
Dalam pidato inilah konsep dan rumusan awal "Pancasila" pertama kali dikemukakan
oleh Soekarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka. 
Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan
baru mendapat sebutan "Lahirnya Pancasila" oleh mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman
Wedyodiningrat.
Hal itu tertulis dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh
BPUPKI.
Sejak tahun 2017, tanggal 1 Juni resmi menjadi hari libur nasional untuk
memperingati hari "Lahirnya Pancasila".
Setelah melalui proses persidangan dan lobi-lobi akhirnya rumusan Pancasila hasil
penggalian Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah
Undang-Undang Dasar 1945, yang disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar negara
Indonesia merdeka pada sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945.
Dalam kata pengantar atas dibukukannya pidato tersebut, yang untuk pertama kali terbit pada
tahun 1947, mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat menyebut pidato Ir.
Soekarno itu berisi “Lahirnya Pancasila”. “Bila kita pelajari dan selidiki sungguh-sungguh
“Lahirnya Pancasila” ini, akan ternyata bahwa ini adalah suatu Demokratisch Beginsel. Suatu
Beginsel yang menjadi dasar Negara kita, yang menjadi Rechtsideologie Negara kita; suatu

4
Beginsel yang telah meresap dan berurat-berakar dalam jiwa Bung Karno, dan yang telah
keluar dari jiwanya secara spontan.
Rumusan Dr.Soepomo
Pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo pun menyampaikan rumusan dasar negaranya,
namun rumusan ini tidak disertai penyebutan nama dasar negara, yaitu:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Rumusan Moh. Yamin
Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan pada 29 Mei – 1 Juni
1945 beberapa anggota BPUPKI diminta untuk menyampaikan usulan mengenai bahan-
bahan konstitusi dan rancangan “blue print” Negara Republik Indonesia yang akan didirikan.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Mohammad Yamin menyampaikan usul dasar negara
dihadapan sidang pleno BPUPKI baik dalam pidato maupun secara tertulis yang disampaikan
kepada BPUPKI.
Rumusan Pidato
Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh Yamin
mengemukakan lima calon dasar negara yaitu,
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan
dasar negara.  Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda
dengan rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan yang dipresentasikan secara lisan,
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan

5
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rapat tersebut memutuskan membentuk suatu panitia kecil berbeda (kemudian
dikenal dengan sebutan "Panitia Sembilan") yang bertugas untuk menyelaraskan mengenai
hubungan Negara dan Agama. Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota
BPUPKI terbelah antara golongan Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan
golongan Kebangsaan yang menghendaki bentuk negara sekuler di mana negara sama sekali
tidak diperbolehkan bergerak di bidang agama.  Persetujuan di antara dua golongan yang
dilakukan oleh Panitia Sembilan tercantum dalam sebuah dokumen “Rancangan Pembukaan
Hukum Dasar”. Dokumen ini pula yang disebut Piagam Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr.
Muh Yamin.
Adapun rumusan rancangan dasar negara terdapat di akhir paragraf keempat dari dokumen
“Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (paragraf 1-3 berisi rancangan pernyataan
kemerdekaan/proklamasi/declaration of independence). Rumusan ini merupakan rumusan
pertama sebagai hasil kesepakatan para "Pendiri Bangsa"

2.1.3 Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila yang merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki peran
sebagai pembangun fondasi kebudayaan bangsa Indonesia.  Hal ini juga diperkuat karena
Pancasila memiliki subtansi-substansi dasar yang berperan sebagai landasan dalam
memenuhi arah kepribadian bangsa.  Pancasila terdiri dari lima sila yang saling berkaitan
implementasinya dalam bermasyarakat, 
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, 
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, 
3. Persatuan Indonesia, 
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawarakatan
perwakilan, 
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 
Pancasila juga berisi sebuah motto yang mencerminkan kemajemukan bangsa,
Bhinneka Tunggal Ika.
Fondasi kebudayaan adalah sebuah struktur dasar kepribadian sebuah bangsa yang
memiliki substansi-substansi mengenai bagaimana sebuah bangsa berkehendak, berperilaku,
dan bertindak dalam pergaulan internasional yang saat ini dibantu oleh tatanan globalisasi di
setiap lini kehidupan. 

6
Fondasi kebudayaan merupakan salah satu kebutuhan primer yang harus dimiliki oleh
sebuah bangsa agar kepribadian bangsa itu akan terus eksis dan menjadi titik filtrasi berbagai
kebudayaan asing yang masuk akibat dari arus globalisasi yang tidak bisa dibendung lagi
pergerakannya. Sebagai titik filtrasi, atau titik penyaringan budaya, fondasi kebudayaan harus
memiliki dasar yang kuat agar segala bentuk penyaringan itu bisa diterima dan tidak terjadi
sikap skeptisme dalam tubuh masyarakat itu sendiri.

2.2 Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa

2.2.1 Pengertian Ideologi dan Pancasila


Ideologi berasal dari kata idea, berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, ide-ide
dasar, atau cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu
pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian-pengertian
dasar. Ideologi adalah seperangkat tujuan dan ide-ide yang mengarahkan pada satu tujuan,
harapan, dan tindakan. Sebagai ilmu, ideologi memiliki ciri yang berbeda dengan ilmu pada
umumnya karena ideologi cenderung tertutup, tabu dari kritik, dan cenderung dipandang
memiliki kebenaran mutlak. Karakteristik ideologi adalah sebagai berikut:
a. Ideologi seringkali muncul dan berkembang dalam situasi krisis
b. Ideologi merupakan pemikiran yang sistematis, meskipun cenderung kaku dan
tertutup
c. Ideologi memiliki ruang lingkup jangkauan yang sangat luas, namun beragama
d. Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan
Pancasila adalah sebuah ideologi negara dan bangsa Indonesia yang bersifat terbuka.
Pancasila merangkum nilai-nilai yang sama yang terkandung dalam adat-istiadat,
kebudayaan, dan agama yang ada di Indonesia. Dengan demikian, Pancasila sebagai
pandangan hidup mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Dalam ideologi Pancasila nilai kekeluargaan dan kebersamaan yang diutamakan,
maka seorang yang memahami dengan baik nilai kekeluargaan akan menolak nilai
individualisme karena nilai ini melahirkan liberalisme, kapitalisme, kolonialisme,
imperilaisme, monopoli, otoriterianisme dan totaliterisme.. Dengan memahami ideologi
Pancasila juga dapat untuk menilai misalnya , bahwa kejujuran sesuatu yang baik karena
sesuai dengan nilai kemanusiaan dan sebaliknya berbuat curang, menipu sesuatu yang tidak
baik, karena bertentangan dengan nilai kemanusiaan

7
2.2.2 Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama
Pada masa Orde Lama, yaitu pada masa kekuasaan Presiden Soekarno, Pancasila
mengalami ideologisasi. Artinya, Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai
keyakinan dan kepribadian bangsa Indonesia. Presiden Soekarno menyampaikan bahwa
ideologi Pancasila berangkat dari mitologi yang belum jelas bahwa Pancasila itu dapat
mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kesejahteraan, tetapi Soekarno tetap berani
membawa konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi bangsa Indonesia.
Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada
situasi dunia yang ketika itu diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada di
dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa ini
adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila, terutama dalam sistem kenegaraan.
Maka dari itu, Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda.
Orde Lama (1959–1965) adalah masa ketika sistem Demokrasi terpimpin sempat berjalan di
Indonesia. Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi yang seluruh keputusan
serta pemikiran berpusat pada pemimpin negara, kala itu Presiden Soekarno. Konsep sistem
Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno dalam pembukaan
sidang konstituante pada tanggal 10 November 1956. Demokrasi Terpimpin menurut
ketetapan MPRS No. VIII/MPRS/1965 yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berintikan musyawarah untuk
mufakat secara gotong royong di antara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner
dengan berporoskan pada Nasakom.

2.2.3 Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Baru


Rezim baru yang tampil di atas keruntuhan demokrasi terpimpin menamakan diri
sebagai ‘Orde Baru’. Yang muncul sebagai pemeran utama Orde Baru adalah Angkatan
Darat. Ada landasan konstitusional mengenai masuknya militer ke dalam politik, yakni
Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan adanya golongan ABRI dalam anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Satu model yang dianggap dapat menjelaskan realitas politik Orde Baru adalah
rezim otoriter birokratis, yang melenceng jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila.. Rezim ini
didukung oleh kelompok-kelompok yang paling dapat mendukung proses pembangunan yang
efisien, yaitu militer, teknokrat sipil, dan pemilik modal.
Pada awal kehadirannya, Orde Baru memulai langkah pemerintahannya dengan
langgam libertarian. Rezim Orde Baru dipimpin oleh Presiden Soeharto. Pada masa Orde

8
Baru, pemerintah berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap Orde Lama yang menyimpang dari
Pancasila, melalui program P4 (Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila).
Pemerintahan Orde Baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan
ideologi negara sekaligus berhasil memberantas paham komunis di Indonesia. Akan tetapi,
implementasi dan aplikasinya sangat mengecewakan. Beberapa tahun kemudian, kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Pancasila ditafsirkan
sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah sehingga tertutup bagi tafsiran lain. Pancasila
justru dijadikan sebagai indoktrinasi. Presiden Soeharto menggunakan Pancasila sebagai alat
untuk melanggengkan kekuasaannya.
Dalam sistem pemerintahannya, Presiden Soeharto melakukan beberapa
penyelewengan dalam penerapan Pancasila, yaitu dengan diterapkannya demokrasi
sentralistik, demokrasi yang berpusat pada pemerintah. Selain itu, Presiden Soeharto juga
memegang kendali terhadap lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif sehingga peraturan
yang dibuat harus sesuai dengan persetujuannya. menyimpang dari nilai-nilai luhur Pancasila
adalah bahwa Presiden Soeharto melanggengkan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
sehingga pada masa ini dikenal sebagai rezim terkorup di Indonesia.

2.2.4 Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Era Reformasi


Reformasi juga diartikan pembaruan dari paradigma pola lama ke paradigma pola
baru untuk menuju ke kondisi yang lebih baik sesuai dengan harapan. Pancasila yang pada
dasarnya sebagai sumber nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat pelaksana negara
digunakan sebagai alat legitimasi politik. Semua tindakan dan kebijakan mengatasnamakan
Pancasila, kenyataannya tindakan dan kebijakan tersebut sangat bertentangan dengan
Pancasila. Klimaks dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional,
sehingga muncullah gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan, dan
masyarakat sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya reformasi di segala bidang,
terutama di bidang hukum, politik, ekonomi, dan pembangunan. Awal dari gerakan reformasi
bangsa Indonesia yakni ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei
1998, yang kemudian digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie.
Dalam kenyataannya, bangsa Indonesia telah salah mengartikan makna dari sebuah
kata ‘reformasi’, yang saat ini menimbulkan gerakan yang mengatasnamakan reformasi,
padahal gerakan tersebut tidak sesuai dengan pengertian dari reformasi itu sendiri.

9
Pancasila merupakan dasar filsafat Negara Indonesia, sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia, namun ternyata Pancasila tidak diletakkan pada kedudukan dan fungsinya.
Pada masa Orde Lama, pelaksanaan negara mengalami penyimpangan dan bahkan
bertentangan dengan Pancasila. Pada masa Orde Baru, Pancasila hanya dijadikan sebagai alat
politik oleh penguasa.
Pada Era Reformasi, Pancasila sebagai re-interpretasi, yaitu Pancasila harus selalu
diinterpretasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman, berarti dalam
menginterpretasikannya harus relevan dan kontekstual, serta harus sinkron atau sesuai dengan
kenyataan pada zaman saat itu. Setiap sila pada Pancasila mempunyai nilai dalam paradigma
reformasi, antara lain yaitu:
a. Reformasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, gerakan reformasi
berdasarkan pada moralitas ketuhanan dan harus mengarah pada kehidupan yang baik
bahwa manusia adalah makhluk Tuhan.
b. Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, gerakan
reformasi berlandaskan pada moral kemanusiaan sebagai upaya penataan kehidupan
yang penuh penghargaan atas harkat dan martabat manusia.
c. Reformasi yang berdasarkan nilai persatuan Indonesia. Artinya, gerakan reformasi
harus menjamin tetap tegaknya bangsa dan negara Indonesia sebagai satu kesatuan.
d. Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan. Artinya, seluruh penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara harus dapat menempatkan rakyat sebagai subjek
dan pemegang kedaulatan. Kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat Indonesia.
e. Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya,
gerakan reformasi harus memiliki visi yang jelas, yaitu demi terwujudnya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat.

2.2.5 Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan Politik


Ideologi politik dapat diartikan sebagai seperangkat tujuan dan ide yang menjelaskan
bagaimana suatu rakyat bekerja, dan bagaimana cara mengatur kekuasaan. Ideologi politik
adalah sebuah himpunan ide dan prinsip yang menjelaskan bagaimana seharusnya masyarakat
bekerja dan menawarkan ringkasan order masyarakat tersebut.
Suatu organisasi atau biasa dikenal sebagai partai politik bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita-cita dalam memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa, dan Negara serta memelihara keutuhan Negara kesatuan Republik

10
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Namun sebagai perwujudan Negara hukum,
maka partai politik harus tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang “partai politik” dilakukan oleh lembaga
negara yang berwenang secara fungsional sesuai ketentuan Undang-undang.

2.2.6 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Dinamis


Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun tetap saja
bersifat reformatif, dinamis, dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila
adalah bersifat aktual, dinamis dan antisipatif, dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan
perkembangan zaman, IPTEK, serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.
Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai- nilai dasar yang terkandung
didalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih kongkrit sehingga memiliki
kemampuan yang reformasif untuk memecah masalah-masalah aktual yang senantiasa
berkembang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan IPTEK, dan zaman.
Pancasila sebagai ideologi terbuka artinya nilai-nilai dasar Pancasila bersifat tetap,
namun dapat dijabarkan menajdi nilai
instrumental yang berubah dan berkembang secara dinamis dan kreatif sesuai dengan
kebutuhan perkembangan masyarakat Indonesia. Tatanan nilai mempunyai tiga tingkatan,
yaitu:
a. Nilai Dasar, merupakan esensi dari sila-sila pancasila yang bersifat universal. Nilai
dasar ideologi tertuang dalam pembukaan UUD 45. Sehingga pembukaan UUD 45
memuat nilai-nilai dasar ideologi Pancasila. Sebagai ideologi terbuka, nilai inilah
yang bersifat tetap dan terlekat pada kelangsungan hidup negara.
b. Nilai Instrumental, merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaan. Nilai instrumental ini merupakan eksplisitasi, penjabaran lebih lanjut
dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.
c. Nilai Praksis, merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengalaman yang bersifat nyata. Maksudnya, dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2.2.7 Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Relevansinya dengan Masalah Bangsa
Ada kecenderungan Pancasila sebagai ideologi negara belum serius dimplementasikan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dapat digambarkan dari berbagai
pandangan berikut ini:

11
a. Adanya kecenderungan Pancasila dicampakan oleh elit negara
b. Pejabat sudah “alergi” Pancasila Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Prof Syafii Maarif (2011) menilai pejabat sekarang sudah "alergi"
Pancasila, padahal mereka seharusnya menjadi teladan tentang penghayatan dan
pengamalan Pancasila yang benar.
c. Munculnya ideologi “tandingan‟ Pancasila
Pancasila merupakan asas tunggal yang berlaku di negara ini. Tergerusnya
pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam diri masyarakat Indonesia pun
semakin terlihat jelas. Termasuk, yang ditunjukkan oleh para pejabat negara maupun elite
politik negeri ini. sangat memungkinkan masuknya pengaruh beragam 'ideologi baru'.
Pancasila sebagai ideologi negara masih sangat mampu untuk mengatasi masalah
bangsa dewasa ini. Untuk itu perlu dilakukan antara lain:
a. Pengembangan politik kenegaraan untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan
bangsa
b. Mengembangkan muatan Pancasila dalam sistem pendidikan nasional
c. Pembentukan badan khusus perumusan dan pembudayaan Pancasila

2.3 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

2.3.1 Pengertian Filsafat

Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakekat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Dalam hal ini filsafat
adalah suatu ilmu pengetahuan tentang hakekat. Ilmu pengetahuan tentang hakekat
menanyakan apa hakekat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Dengan cara itu
jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang hakiki, hal mana sesuai dengan arti
filsafat menurut kata-katanya.

2.3.2 Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing silanya
saling kait mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup
filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya.
Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi tentang manusia. Oleh karena itu, pokok-pokok

12
Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat bangsa Indonesia
bersifat majemuk tunggal (monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari sila-
silanya. Akan tetapi bukan manusia yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan dari sila-sila
Pancasila itu, melainkan dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat manusia. Jadi
bersifat monopluralis, dan hakiikat manusia yang monopluralis itulah yang menjadi dasar
persatuan dan kesatuan sila-sila Pancasila yang merupakan dasar filsafat Negara Indonesia.
Pancasila yang bulat dan utuh yang bersifat majemuk tunggal itu menjadi dasar hidup
bersama bangsa Indonesia yang bersifat majemuk tunggal pula. Secara hakiki, bangsa
Indonesia yang memiliki perbedaan-perbedaan itu juga memiliki kesamaan,.bangsa Indonesia
berasal dari keturunan nenek moyang yang sama, jadi dapat dikatakan memiliki kesatuan 
darah. untuk selalu menuju kepada persatuan dan kesatuan bangsa atau yang lebih dikenal
dengan wawasan “ bhineka tunggal ika “. Keutuhan negara dan bangsa bertolak dari sudut
kuat atau lemahnya bangsa itu berpegang kepada dasar negaranya.
Alasan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan
nilai Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan.
b. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila dalah dasar
negara (filsafat negara) RI.
c. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan bangsa
dan budaya manapun. Karenanya, wajar bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-
bangsa lain (Cina, India, Arab, Eropa) mewarisi sistem filsafat dalam budayanya.
Jadi, Pancasila adalah filsafat yang diwarisi dalam budaya Indonesia.
d. Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya;
filsafat Pancasila akan berkembang secara konsepsional, kaya konsepsional dan
kepustakaan secara kuantitas dan kualitas.

2.3.3 Susunan Pancasila Yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal


Susunan pancasila adalah hierarkis dan berbentuk piramidal. Pengertian matematis
piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarki sila-sila pancasila dalam
urutan-urutan luas (kuantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya (kualitas). Kalau dilihat dari
intinya urutan-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian pengkhususan dari sila-sila di
mukanya. Setiap sila dapat di artikan bermacam-macam maksud dan penafsirannya sehingga
sama saja dengan tidak adanya pancasila.

13
Kesatuan sila-sila pancasila yang memiliki susunan hierarkis pyramidal ini maka sila
Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebaiknya
Ketuhanan Yang Maha Esa serta berkeadilan sosial sehingga didalam setiap sila senantiasa
terkandung sila-sila lainnya. Secara ontologis hakikat sila-sila pancasila mendasarkan pada
landasan sila-sila pancasila yaitu : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil..

Rumusan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal

1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah diliputi oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputi dan menjiwai sila kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial
begi seluruh rakyat Indonesia.
4. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan adalah diliputi dan dijiwai sila-sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, serta meliputi
dan menjiwai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputi dan dijiwai
oleh sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, serta meliputi dan menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan.

14
2.4 Pancasila Sebagai Etika

2.4.1 Pengertian Etika


Etika pancasila merupakan cabang yang terkandung dalam sila pancasila digunakan
untuk mengatur kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara di Indonesia karena
didalamnya dikemukakan nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan buruk,
mengenai hak dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berhubungan dengan
ahlak, dan nilai benar atau salah yang dianut dalam masyarakat. Secara etimologi, etika
berasal dari bahasa Yunani "Ethos" artinya karakter, watak, kesusilaan, dan adat kebiasaan. 
Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki kelompok atau individu, meliputi
tindakan yang dilakukan benar atau salah, baik atau buruk. Jadi, etika merupakan landasan
dasar atau pertimbangan setiap perilaku manusia termasuk bidang keilmuan. Etika
mengalami perkembangan menjadi studi tentang kebiasaan manusia. Perkembangan tentang
etika menjadi sebuah pelajaran tentang kebenaran atau tidak benar berdasarkan kodrat
manusia.

2.4.2 Manfaat Etika


Manfaat ketika memiliki etika dalam kehidupan sehari – hari antara lain:
1. Seseorang memiliki rasa tanggung jawab. 
2. Dipakai sebagai pedoman. 
3. Dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan dan organisasi. 
4. Menjaga ketertiban dan keteraturan dalam organisasi atau perusahaan. 
5. Menjadi kontrol sosial. 
6. Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 
7. Bisa melindungi hak anggota pekerja. 
8. Dipakai sebagai acuan untuk memecahkan masalah internal dan eksternal.

2.4.3 Nilai
Pengertian nilai bersifat subjektif artinya bahwa nilai dari suatu objek tergantung pada
subjek yang menilainya. Suatu objek akan dinilai secara berbda oleh berbagai orang,
sehingga nilai tidak ada ukuran pastinya tergantung oleh subjektif. Menurut Pato dan
Aristoteles, nilai itu bersifat objektif. Yang berarti, nilai suatu objek akan melekat pada
objeknya dan tidak tergantung pada subjek yang menilainya.

15
Gambar 2.5 (a) Nilai Kemanusiaan

Gambar 2.5 (b) Nilai Sosial

2.4.4 Norma
Norma memiliki arti ukuran, garis pengarah, aturan, kaidah pertimbangan dan
penilaian. Norma dimaknai sebagai nilai yang menjadi milik bersama dalam suatu
masyarakat yang telah tertanam menjadi kesepakatan bersama. klasifikasi norma seperti
norma sopan santun, norma hukum, norma kesusilaan (moral), dan norma agama. jika dilihat
dari perspektif sosiologi, norma merupakan “rules” yang diharapkan diikuti oleh masyarakat.

Gambar 2.6 (a) Norma Hukum Gambar 2.6 (b) Norma Kesopanan

2.4.5 Moral
Moral berasal dari kata “mores” yang berarti cara hidup atau adat, yang tertuju pada
tindakan atau perbuatan yang sedang dinilai, dan bisa juga dimaknai sebagai sistem ajaran
tentang nilai baik buruk. Menurut Gilligan dalam “Implications for Moral Theory”
mengatakan bahwa moral memiliki keterkaitan dengan kepedulian seseorang terhadap orang

16
lain, tidak hanya terkait tingkah laku tetapi lebih luas lagi yaitu mengarahkan seseorang untuk
dapat berbuat baik kepada oranglain. Moral melibatkan emosi, kognisi dan tindakan yang
saling berkaitan. (Gilligan, Chicago Journal 2009, 474-476).
Nilai-nilai moral tersebut, yaitu: 
a. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan,
memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain.
b. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.

2.4.6 Urgensi Pancasila Sebagai Etika


Adanya pancasila sebagai sistem etika sangatlah penting dikarenakan terkait dengan
permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia yang diantaanya adalah sebagai berikut.

1. Masih adanya kasus korupsi yang dapat melemahkan sendi kehidupan negara
2. Masih terdapat kasus terorisme yang mengaasanamakan agama sehingga menurunkan
toleransi dan menghambat integrase nasional
3. Masih terjadinya pelanggaran atas arti HAM dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara
4. Terdapat kesenjangan antara kelompok miskin dan kaya serta masih terdapatnya marginal
pada beberapa wilayah yang merasa terasingkan
5. Masih adanya ketidakadilan hukumm dalam sistem peradilan di Indonesia
6. Banyak terjadi pengingkaran dalam pembayaran pajak, dan sebagainya.

2.4.7 Konsep Pancasila Sebagai Etika


Pancasila sebagai sistem etika memerlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai moral
yang hidup agar tidak terjebak dalam pandangan yang bersifat mitos.. Beberapa hal yang
sangat penting dalam mengembangkan pancasila sebagai etika adalah sebagai berikut.
1.  Menempatkan pancasila sebagai sumber moral dan penentu sikap, tindakan serta
keputusan yang akan diambil setiap warga negara.
2. Pancasila memberikan pedoman bagi setiap warga negara agar memiliki orientasi yang
jelas dalam pergaulan regional, nasional dan internasional
3. Pancasila menjadi dasar analisis kebijakan yang dibuat penyelenggara negara sehingga
mencerminkan semangat kenegaraan berjiwa pancasila
4. Pancasila menjadi filter terhadap pluralitas nilai yang berkembang dalam berbagai bidang
kehidupan.

17
2.5 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

2.5.1 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa artinya adalah seluruh aktivitas kehidupan
bangsa Indonesia dalam kesehariannya harus selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Keselarasan
dengan nilai-nilai Pancasila ini dapat dimulai dari hal sederhana, seperti hidup rukun di
lingkungan keluarga, sekitar rumah, sekolah, sampai ke lingkup yang lebih luas seperti
antarsuku, pulau, bahkan negara.
Manusia tanpa adanya pandangan hidup seperti manusia tanpa mimpi, bisa disebut
juga pikiran yang mati. Pandangan hidup bangsa Indonesia    haruslah berpedoman, jika tidak
berpedoman akan menjadi tidak terarah dan dengan demikian Kehidupan sehari hari bangsa
Indonesia diatur dalam Pancasila. 

Gambar warga sedang merayakan hari lahirnya Pancasila 


Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa yang berarti bahwa pancasila menjadi
petunjuk atau pedoman diberbagai kegiatan kehidupan untuk mengatur kehidupan bernegara
dan berbangsa Indonesia.Sebagai pandangan hidup pancasila juga berfungsi sebagai
pegangan hidup, norma, dan pedoman disemua aspek kehidupan mulai dari masyarakan
hingga berbangsa Indonesia sebagai mana UUD 1945 dan Pancasila yang menjadi Dasar
Negara Republik Indonesia.Dapat disimpulkan bahwa semua perilaku dan sikap setiap
individu harus dijiwai dengan nilai-nilai pancasila.

18
2.5.2 Penjabaran Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Dalam pelaksanaannya sila kesatu Pancasila melandasi sila kedua, ketiga, keempat,
dan kelima. Sila kedua dilandasi sila pertama melandasi sila ketiga, keempat dan kelima. Sila
ketiga dilandasi sila pertama dan kedua serta melandasi sila keempat dan kelima dan
seterusnya.
Ciri atau karakteristik yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila yaitu sebagai
berikut:
1. Ketuhanan yang maha esa
Sila pertama ini mengartikan bahwa kita sebagai warga negara Indonesia
mempercayai dan bertakwa pada Tuhan. Tentunya ini disesuaikan dengan agama dan
kepercayaan yang dimiliki oleh masing-masing orang.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila kedua ini kita sebagai warga negara diminta untuk memahami bahwa setiap
manusia memiliki derajat yang sama, sehingga kita harus saling menyayangi satu
sama lain. Kita juga harus saling menjaga dan membantu sesama, membela kebenaran
dan keadilan, dan bekerjasama untuk kedamaian negara kita
3. Persatuan Indonesia 
Merupakan perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang mengatasi paham
perseorangan, golongan, suku bangsa, dan mendahulukan persatuan dan kesatuan
bangsa sehingga tidak terpecah-belah oleh sebab apa pun. Dengan dasar kebangsaan
(nasionalisme) dimaksudkan bahwa bangsa Indonesia seluruhnya harus memupuk
persatuan yang erat antara sesama warga, tanpa membeda-bedakan suku atau
golongan serta berdasarkan satu tekad yang bulat dan satu cita-cita bersama.

Gambar keanekaragaman bhineka tunggal ika

19
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat  kebijaksanaan dalam  permusyawaratan perwakilan 
Sila keempat ini mengajak kita untuk tidak memaksakan kehendaknya pada orang lain dan
mengutamakan kepentingan negara dan orang lain. Terkadang kita akan menemukan
perbedaan pendapat dan cara pandang. Namun, kita harus menyelesaikannya dengan cara
bermusyawarah atau berdiskusi. Hakikat dari musyawarah untuk mufakat dalam kemurnianya
adalah suatu tata cara khas yang bersumber pada inti paham kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksaan dalam permusywaratan/ perwakilan untuk merumuskan dan atau
memutuskan sesuatu hal berdasrkan kehendak rakyat.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia 
Makna dari sila ini berarti mengembangkan perbuatan luhur dengan cara
kekeluargaan dan gotong royong, selalu bersikap adil. Selain itu kita harus seimbang
antara hak dan kewajiban dengan juga menghormati hak-hak orang lain. 

2.5.3 Arti Penting Pancasila Sebagai pandangan Hidup Bangsa


Pandangan hidup merupakan wawasan atau cara pandang mereka untuk memenuhi
kehidupan di dunia dan bekal di hari akhir. Bangsa Indonesia yang terdiri dari suku bangsa
tersebut, meyakini adanya kehidupan di dunia dan hari akhir. Berdasarkan hal tersebut kita
menemukan persamaan pandangan hidup di antara suku-suku bangsa di tanah air ini, ialah
keyakinan mereka adanya dua dunia kehidupan. Mempratikkan panacasila dalam kehidupan
sehari-hari merupakan hal yang esensial untuk menjadi masyarakat yang madani. Sudah
seharusnya kita sebagai warga negara menunjukkan sikap menghargai nilai-nilai Pancasila
dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu sikap menghargai nilai-nilai Pancasila adalah
dengan mempertahankan Pancasila. Mempertahankan Pancasila mengandung pengertian
bahwa kita harus melaksanakan dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Mempertahankan Pancasila berarti kita tidak mengubah, menghapus
dan mengganti dasar Negara Pancasila dengan dasar negara lain.
Mempertahankan Pancasila berarti mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Jika ada yang ingin mengganti Pancasila berarti mengancam keberadaan Negara
Indonesia. Jika dasar negara diganti, runtuhlah bangunan Negara Indonesia. Oleh karena itu,
mempertahankan Pancasila merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
rakyat Indonesia.

20
2.6 Pancasila Dan Implementasinya Terhadap Kasus Korupsi Yang Terjadi
Di Indonesia

2.6.1 Korupsi Di Indonesia

Korupsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dsb) untuk keuntungan
pribadi atau orang lain. Kasus korupsi di Indonesia saat ini terus terjadi dan faktor utamanya
adalah faktor ekonomi seperti tingkat pendapatan yang tak cukup untuk memenuhi kehidupan
sehari hari. Banyak yang menganggap korupsi adalah hal yang remeh tetapi sebenarnya
korupsi merupakan perilaku yang sangat menyimpang dari segi norma maupun moral
sehingga masih banyak kemiskinan yang ada di Indonesia saat ini. Hingga saat ini,
berdasarkan data Komisi Pemberantasan Korupsi. Kasus korupsi di Indonesia dianggap
sebagai kejahatan luar biasa
Ironisnya, jumlah kasus korupsi tidak pernah hilang.
Menurut data dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dari tahun 2004 sampai
Oktober 2022 ada 1.310 kasus, 79 diantaranya terjadi di tahun ini.Sementara itu, Indeks
Persepsi Korupsi (IPK) tahun 2022, Indonesia meraih nilai 38 dan berada di peringkat 96 dari
180 negara. Artinya, pemerintah masih perlu melakukan pembenahan dalam penanganan
kasus korupsi yang dilabeli sebagai kejahatan luar biasa ini. Di sisi lain, data tersebut juga
menunjukkan bahwa budaya korupsi masih menjadi musuh utama bangsa Indonesia.

Kedudukan, Tugas, Wewenang dan Kewajiban KPK

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menetapkan KPK sebagai lembaga


negara yang independen dan tidak terpengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
KPK dibentuk untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas upaya pemberantasan korupsi.
Dalam menjalankan tugas dan amanatnya, KPK berpedoman pada nilai-nilai kepastian
hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kebaikan bersama dan proporsionalitas. Berdasarkan
kedudukannya, KPK memiliki tugas sebagai berikut.
1. Berkoordinasi dengan lembaga antikorupsi Dalam melaksanakan tugas utama (koordinasi)
yang pertama, KPK memiliki kewenangan sebagai berikut: Menetapkan sistem pelaporan

21
kegiatan antikorupsi; meminta informasi aktivitas antikorupsi dari instansi terkait.
Mengadakan audiensi publik atau pertemuan dengan lembaga yang diberdayakan untuk
memberantas korupsi. Meminta laporan dari lembaga antikorupsi terkait.
2. Mengawasi lembaga antikorupsi Dalam melaksanakan tugas pengawasannya yang kedua,
KPK memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan, penyidikan, atau pemeriksaan
terhadap lembaga yang melaksanakan tugasnya, kewenangan yang terkait dengan
pemberantasan korupsi, dan lembaga penyelenggara pelayanan publik. Dalam menjalankan
kewenangan tersebut, KPK juga berwenang untuk mengambil alih penyidikan atau
penuntutan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh polisi atau penuntut umum. Jika KPK
mengambil alih penyidikan atau penuntutan, polisi atau kejaksaan harus menyerahkan
tersangka dan berkas perkara, beserta barang bukti dan dokumen lain yang diperlukan, dalam
waktu 14 hari kerja sejak menerima permintaan KPK. Jurnal Gema Keadilan (ISSN: 0852-
0011) Volume 9 Edisi III, Desember 2022
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi Dalam
melaksanakan tugas penyidikan, penyidikan, dan penuntutan pidana, KPK berwenang: -
Melakukan panggilan telepon dan merekam percakapan;
- Memerintahkan kepada pejabat yang berwenang untuk melarang seseorang pergi ke luar
negeri;
- Meminta bank atau lembaga keuangan lain untuk menjelaskan keadaan keuangan tersangka
atau terdakwa yang sedang diperiksa;
- Memerintahkan atasan atau atasan tersangka untuk memberhentikan sementara tersangka
dari tugasnya;
- Meminta data properti serta data pajak tersangka atau terdakwa dari organisasi terkait;
- Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi bisnis dan pengaturan lainnya
atau mencabut untuk sementara waktu izin, izin dan konsesi yang diberikan atau dipegang
oleh tersangka atau terdakwa berdasarkan bukti permulaan yang cukup terkait dengan tindak
pidana korupsi yang sedang diselidiki;
- Mencari bantuan dari Interpol Indonesia atau lembaga penegak hukum negara lainnya untuk
mencari, menangkap, dan menyita barang bukti di luar negeri;
- Meminta bantuan kepada kepolisian atau pejabat lain yang berwenang untuk melakukan
penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi
yang ditangani.
4. Pencegahan korupsi Dalam menjalankan fungsi pencegahannya, KPK berhak:

22
- mencatat dan memeriksa laporan kekayaan pejabat publik, - menerima laporan dan
menetapkan status tantiem,
2.6.2 Dampak Dari Korupsi
Korupsi sangat berdampak buruk terutama pada perekonomian Indonesia. Dampak
korupsi pada perekonomian yaitu meningkatnya kemiskinan absolut dan dampak pada
ketimpangan yaitu munculnya kemiskinan relatif. Banyak sekali kasus korupsi yang terus
menerus meningkat di Indonesia saat ini. Sehingga Banyak Munculnya Masyarakat
Pengangguran dan untuk mendapatkan uang mereka melakukan segala cara termasuk
kriminalitas, seperti Perampokan. Kemiskinan juga berdampak pada generasi muda, banyak
generasi muda menjadi setres, sehingga mengonsumsi obat obat terlarang dan narkoba. Serta
kurang nya ilmu Agama membuat mereka memiliki sifat Anti Perbedaan Agama dan lahir lah
generasi Intoleran. Jika Hal ini Tidak Bisa Diatasi Akhirnya Mulcullah Radikalisme dan
Terorisme.

Sungguh Besar Dampak dari Korupsi Ini. Dengan adanya tindakan korupsi, negara
dan masyarakat akan terkena imbasnya. Korupsi sangatlah tidak dibenarkan apapun
alasannya. Korupsi harus diberantas dengan tuntas sampai ke akarnya. Jangan sampai korupsi
menjadi budaya dan norma di Indonesia.

2.6.3 Mengapa Korupsi Masih Terjadi Di Indonesia

Korupsi ini Dapat Disebabkan Oleh Implementasi yang Buruk Dari Nilai-Nilai
Pancasila. Ada 2 Faktor yg mempengaruhinya, yaitu Faktor Internal dan Eksternal. Faktor
Internal nya adalah sikap dan sifat Individu sangat dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya nilai-
nilai anti korupsi dalam diri seseorang. Jika Ia tidak Menerapkan Nilai – Nilai Pancasila
Dengan Baik Maka akan timbul Sifat Serakah, Moral Lemah dan Gaya Hidup Komsumtif,
yang membuat para koruptor selalu merasa kurang dan menginginkan yang lebih.

Dan Adapun Faktor Eksternal nya adalah pengaruh yang datang dari lingkungan atau
pihak luar. Seperti :

1. Aspek Sosial
Kehidupan sosial seseorang berpengaruh dalam mendorong terjadinya korupsi,
terutama keluarga. Bukannya mengingatkan atau memberi hukuman, keluarga malah justru
mendukung seseorang korupsi untuk memenuhi keserakahan mereka. Aspek sosial lainnya
adalah nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung korupsi. Misalnya, masyarakat
23
hanya menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya atau terbiasa memberikan
gratifikasi kepada pejabat. 
2. Aspek Politik
Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh keuntungan yang besar menjadi faktor
eksternal penyebab korupsi. Tujuan politik untuk memperkaya diri pada akhirnya
menciptakan money politics. Dengan money politics, seseorang bisa memenangkan kontestasi
dengan membeli suara atau menyogok para pemilih atau anggota-anggota partai politiknya.
Pejabat yang berkuasa dengan politik uang hanya ingin mendapatkan harta,
menggerus kewajiban utamanya yaitu mengabdi kepada rakyat. Melalui perhitungan untung-
rugi, pemimpin hasil money politics tidak akan peduli nasib rakyat yang memilihnya, yang
terpenting baginya adalah bagaimana ongkos politiknya bisa kembali dan berlipat ganda.

3. Aspek Hukum
Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa dilihat dari dua sisi, sisi perundang-
undangan dan lemahnya penegakan hukum. Koruptor akan mencari celah di perundang-
undangan untuk bisa melakukan aksinya. Selain itu, penegakan hukum yang tidak bisa
menimbulkan efek jera akan membuat koruptor semakin berani dan korupsi terus terjadi.
Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika banyak produk hukum yang tidak jelas
aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada kecenderungan hukum dibuat untuk
menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sanksi yang tidak sebanding terhadap pelaku korupsi,
terlalu ringan atau tidak tepat sasaran, juga membuat para pelaku korupsi tidak segan-segan
menilap uang negara.

4. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama korupsi. Di antaranya
tingkat pendapatan atau gaji yang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Fakta juga
menunjukkan bahwa korupsi tidak dilakukan oleh mereka yang gajinya pas-pasan. Korupsi
dalam jumlah besar justru dilakukan oleh orang-orang kaya dan berpendidikan tinggi. Banyak
kita lihat pemimpin daerah atau anggota DPR yang ditangkap karena korupsi. Mereka
korupsi bukan karena kekurangan harta, tapi karena sifat serakah dan moral yang buruk.
Di negara dengan sistem ekonomi monopolistik, kekuasaan negara dirangkai
sedemikian rupa agar menciptakan kesempatan-kesempatan ekonomi bagi pegawai
pemerintah untuk meningkatkan kepentingan mereka dan sekutunya. Kebijakan ekonomi
dikembangkan dengan cara yang tidak partisipatif, tidak transparan dan tidak akuntabel. 

24
5. Aspek Organisasi
Faktor eksternal penyebab korupsi lainnya adalah organisasi tempat koruptor berada.
Biasanya, organisasi ini memberi andil terjadinya korupsi, karena membuka peluang atau
kesempatan. Misalnya tidak adanya teladan integritas dari pemimpin, kultur yang benar,
kurang memadainya sistem akuntabilitas, atau lemahnya sistem pengendalian manajemen.
Seperti yang kita Lihat Diatas, Mentalitas aparat, moral, kemampuan kerja, dan
desakan ekonomi Menjadi Alasan Mengapa Korupsi Dapat Terjadi. Dan Hal – Hal Diatas
Tidak akan Terjadi Jika Mengimplementasikan Pancasila Dengan Baik Dan juga Menjunjung
Tinggi Nilai Nilai Pancasila Didalam Diri Masing – Masing.

2.6.4 Pelaksanaan Implementasi Pancasila Terhadap Kasus Korupsi Di


Indonesia
Seperti Yang Kita ketahui Sebelumnya Tidak hanya berfungsi sebagai Dasar Negara
dan Ideologi saja, Pancasila juga merupakan Filsafat, Etika dan pandangan hidup yang
merekatkan segala perbedaan, serta memiliki fungsi sentral dalam berbagai aspek kehidupan
Setelah Orde Baru berakhir, rezim pemerintahan berganti ke masa Reformasi.
Pancasila sebagai falsafah serta ideologi negara Indonesia berarti bahwa pancasila
merupakan sumber inspirasi dan sumber solusi permasalahan bangsa. Namun, saat
perkembangan era Reformasi, nilai-nilai murni yang terkandung dalam Pancasila belum
diterapkan secara maksimal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila seakan-
akan telah dilupakan oleh berbagai golongan masyarakat. Pada zaman Reformasi saat ini
pengimplementasian pancasila sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena di dalam pancasila
terkandung nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Maka dari itu, diperlukan
pelestarian terhadap nilai-nilai pancasila agar tetap berjalan dengan semestinya terutama pada
masa era Reformasi hingga sekarangti aspek pendidikan, sosial, dan ekonomi bangsa.
Implementasi Pancasila Terhadapa Korupsi Dapat Dilakukan Setelah Kita Dapat
Menguatkan Nilai Nilai Pancasila Di masyarakat. Upaya menjaga dan menguatkan nilai-nilai
Pancasila di masyarakat dapat dilakukan dengan tiga hal yaitu melalui pendekatan budaya,

25
internalisasi di semua level pendidikan, dan penegakan hukum terhadap hal-hal yang tidak
sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
1. nilai-nilai Pancasila perlu dikuatkan dengan pendekatan budaya. Pemerintah melalui
Kemdikbud harus menyusun strategi yang tepat, efektif, dan partisipatif tanpa paksaan.
Hal ini bisa dilakukan dengan membangun fasilitas atau pos-pos budaya di semua wilayah
dalam rangka melestarikan sekaligus mengembangkan kebudayaan lokal yang ada di
masyarakat.
2. penguatan nilai-nilai Pancasila di sektor pendidikan. Generasi muda adalah masa
depan bagi ideologi Pancasila. Saat ini paparan ideologi radikal mulai mengancam generasi-
generasi muda kita.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum mendasarkan pada moral dan
nilai-nilai budaya asli masyarakat Indonesia. Hal ini dapat digunakan sebagai upaya untuk
memberantas korupsi dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dengan demikian,
solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memastikan bahwa nilai Pancasila dapat
diimplementasikan dengan lebih baik dalam skala kecil atau besar sebanyak mungkin.

Implementasi Pancasila Terhadap Korupsi Sebagai Berikut :

Dalam mengatasi persoalan korupsi, implementasi Pancasila dapat dimulai dari


kehidupan berkeluarga, yaitu dengan membiasakan kewajiban menjalankan ajaran agama
sehingga dapat menjadi benteng moralitas dan garda terdepan dalam menilai perbuatan-
perbuatan baik maupun buruk. Seorang yang beragama pasti akan mempertimbangkan dahulu
sebelum melakukan suatu Tindakan apakah itu baik atau buruk. Selain faktor keluarga, peran
tokoh agama juga penting untuk mengajarkan dan mendidik masyarakat untuk menolak
dengan tegas perbuatan korupsi karena bertentangan denga napa yang diajarkan oleh agama.
Interaksi kalangan agamawan dan masyarakat menjadi simbiosis mutualisme dalam upaya
dalam pencegahan terhadap kesempatan melakukan korupsi.
Pada sila ke-2, ini merupakan sebuah wujud Tindakan atau perbuatan dari penegasan
sila kedua dimana bahwa korupsi merupakan Tindakan yang sudah mengabaikan dari adanya
pengakuan penghormatan terhadap adanya persamaan derajat yang dimiliki, adanya saling
menyayangi, adanya sikap toleransi, serta adanya prilaku menegakkan kebenaran dan
keadilan. Karena jika seseorang melakukan Tindakan korupsi berarti didalam dirinya tidak
memiliki rasa keadilan dan etiket, karena para koruptor tidak memikirkan Tindakan yang ia

26
lakukan. Dari Tindakannya itu berarti telah mengambil hak orang yang seharusnya dirasakan
oleh semua rakyat.
Persatuan Indonesia, yaitu pada sila ke-3 para koruptor tidak memiliki sikap persatuan
antar sesame karena mereka hanya mementingkan kepentingan individu dan mementingkan
hawa nafsunya saja. Para koruptor tidak memikirkan dampak buruk yang terjadi dapat
merusak perekonomian, melemahkan sikap positif, dan melunturkan sikap kecintaan terhadap
bangsa dan negara. perbuatan korupsi dapat merusak persatuan nasional karena
mengakibatkan pembangunan nasional terhenti disebabkan dana pembangunan dikorupsi
oknum tertentu. Seorang koruptor juga telah memberikan teladan buruk kepada generasi
selanjutnya, karena menciptakan nilai negatif bahwa jika ingin kaya maka korupsilah.
Sila ke-4 dapat dimulai dengan keterlibtan aktif para aktor demokrasi dalam hal ini
seperti Lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang masing-masing sudah diberikan
kepercayaan oleh masyarakat untuk mengelola negara sesuai kewenangannya. Tindakan
penindakan penting dijalankan dengan penangkapan dan menghukum para pelaku korupsi di
tiga Lembaga tersebut. Tetapi pencegahan korupsi jugalah penting dilakukan melalui
pemberian gaji yang layak, apresiasi terhadap sosok personal yang anti korupsi,
meningkatkan kesadaran anti korupsi melalui berbagai kegiatan partisipasi aktif dalam tiga
Lembaga tersebut. Jangan sampai kegiatan demokrasi yang terkait kesuksesan melawan
korupsi diukur dengan ditangkapnya para koruptor tetapi mengabaikan pentingnya upaya
untuk mencegah Tindakan korupsi.
Dalam sila ke-5, tak ada lagi keadilan Ketika kesenjangan sosial semakin melebar
disebabkan anggaran negara tidak lagi pro rakyat. Kepentingan umum terganggu akibat tidak
selesainya pembangunan karena dana yang digunakan untuk pembangunan berada ditangan
para koruptor. Kemajuan pembangunan dan kesempatan untuk menikmati keadilan sosial
harus hilang karena banyak pembangunan yang tidak berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Serta ini sama saja dengan menghilangkan kemajuan perkembangan yang
dilakukan secara menyeluruh dan adanya harapan untuk merasakan wujud dari keadilan
sosial yang seutuhnya ini berarti sudah hilang dimana Ketika banyaknya program untuk
pembangunan di Indonesia tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan rakyat.
Pancasila bukanlah sistem tatanan yang kaku dan Pancasila memiliki sifat yang
terbuka, maka Ketika Pancasila diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dapat
berkolaborasi dengan beberapa bidang dalam kehidupan bermasyarakat dan juga dapat
menyangkutkan kepada golongan atau kelompok yang memiliki keperluan yang sama untuk
menjaga, melindungi, dan melaksanakan nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila harus diikatkan

27
dengan aparat atau penegak hukum agar tidak masuk ke dalam masalah korupsi. Untuk
mengatasi adanya korupsi ini maka diperlukan kesadaran para masyarakat untuk
mengimplementasikan nilai Pancasila dalam lingkungan lingkup kecil maupun rang lingkup
besar. Dalam pengimplementasikannya nilai-nilai Pancasila ini menggunakan berbagai unsur
yang terdapat pada kehidupan sehari-hari misalnya keluarga, kehidupan di masyarakat,
maupun pada pemerintah ataupun negara bahkan hingga ke kehidupan di instansi Pendidikan.
Unsur-unsur diatas ini saling Bersatu dan saling berkaitan dalam mencegah serta menindak
tegas seseorang yang melakukan Tindakan korupsi diberbagai macam bidang kehidupan.
Sehingga pemberian penghargaan oleh pemerintah penting kepada orang ataupun
Lembaga yang memberantas kasus korupsi di Indonesia. Dengan ini dapat menjadi teladan
bagi masyarakat Indonesia untuk Bersama-sama memberantas kasus korupsi dan menjaga
nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar negara bangsa Indonesia.

2.6.5 Sikap Untuk Menghadapi Korupsi Dengan Nilai Nilai Pancasila


Sikap untuk menghadapi korupsi Dengan munculnya kasus korupsi di Indonesia,
pemerintah pun melakukan Tindakan dengan cara mengeluarkan peraturan yang berkaitan
denga korupsi, dan juga hukum dan sanksi yang disertainya. Secara umum penegakan hukum
pidana ini ditekankan kepada pencegahan kejahatan dan pelaksana hukum pidana. Penegakan
hukum pidana ini lebih difokuskan kepada pencegahan terhadap tindak pidana sebagai sarana
untuk mencegah terjadinya akan tindak pidana. Pencegahan tindak pidana ini tidak dapat
berlangsung secara langsung, tetapi pencegahan ini memerlukan perencanaan yang rasional,
mengandung nilai-nilai moral bangsa, dan strategi perlindungan kepada masyarakat secara
menyeluruh.
Masyarakat Indonesia yang selalu menanamkan Pancasila di kehidupan sehari-harinya
pasti akan menentang dan menolak keras Tindakan korupsi. Karena didalam dirinya sudah
ada kesadaran bahwa korupsi merupakan perilaku yang buruk dan melanggar hak orang lain.
Padahal dalam kehidupan bermasyarakat setiap orangnya mempunyai hak untuk hidup damai,
adil, sejahtera, dan Makmur. Dan Ketika salah satu masyarakat Indonesia melakukan
Tindakan korupsi maka dia telah merugikan hak setiap orangnya. Seorang yang berjiwa
Pancasila juga paham dengan negara hukum yang penting sekali untuk menjunjung tinggi
hukum dengan tidak melakukan Tindakan yang melanggar hukum. Dan dalam kehidupan
beragama pun, agama tidak pernah mengajarkan untuk merugikan orang lain.

28
Seperti yang diketahui korupsi sudah terjadi sejak lama. Dari sinilah pemerintah
membuat suatu agenda yang bertujuan untuk menjauhkan negara Indonesia ini dari KKN
(korupsi, kolusi, dan nepotisme). Pemerintah membangun Lembaga KPK untuk menangani
kasus korupsi yang ada di Indonesia ini. KPK termasuk kedalam kewenangan eksekutif, yang
berarti KPK memiliki tugas dan wewenang yang bersifat berdiri sendiri sehingga dalam
melaksanakan tugasnya tidak ada campur tangan dari pihak lain. Dalam menjalankan
tugasnya KPK dapat menyerasikan dengan Lembaga atau instansi lain yang juga memiliki
wewenang dalam memberantas kasus korupsi. KPK juga memiliki wewenang untuk
melakukan penyelidikan, penyidikan, sampai pada penutupan kasus. Dan yang selanjutnya
melakukan suatu Tindakan untuk mencegah kasus korupsi, juga memantau para pelaksana
pemerintah negara di Indonesia.
Pendidikan kewarganegaraan penting untuk diajarkan kepada peserta didik dalam
membentuk karakter yang mempresentasikan warga negara yang beradab, karena merekalah
yang akan menjadi penerus bangsa, karena itulah harus dipersiapkan potensi generasi muda
yang berkualitas. Pembelajaran kewarganegaraan sebagai pendidikan markah memiliki misi
yang bertujuan untuk menjadikan peserta didik mempunyai sikap yang demokratif, positif,
kritis, dan beradab. Jika warga negara memiliki sikap yang beradab maka tidak akan terjadi
korupsi. Pada hakikatnya Ketika tujuan pembelajaran yang fokus pada Pendidikan Pancasila
dan peningkatan kepribadian di bawah UUD 1945, efektif dalam daya internalisasi nilai
antikorupsi memintasi Pendidikan kewarganegaraan.
Generasi muda antikorupsi merupakan generasi yang dituju karena memiliki
kemampuan mental, intelektual, dan emosional yang kuat. Jika dalam pembelajaran hanya
terfokus kepada intelektual asaja maka generasi yang diharapkan negara tidak akan terwujud.
Orang yang melakukan korupsi adalah individu yang intelektual tapi tak bermoral. Tindak
pidana korupsi bila dilihat sebagai suatu kebiasaan, itu menunjukan bahwa moral bangsa
Indonesia telah merosot. Nilai-nilai antikorupsi menjadi dasar untuk upaya pencegahan
Tindakan korupsi. Korupsi harus diberantas karena korupsi dapat merugikan negara.

Dan Untuk Membrantas Koruptor Dapat Dilakukan Hal – Hal Berikut :


1. Mempertegas hukum yang mengikat mengenai praktik korupsi. Korupsi merupakan
penyakit lama yang sulit diatasi oleh karena itu harus ada hukum yang tegas yang mengatur
tentang praktik korupsi sehingga memberikan efek yang jera kepada setiap pelakunya.
2. Memaksimalkan kinerja KPK sebagai lembaga pemberantas praktik korupsi. KPK
sebagai lembaga pemerintah yang memiliki fungsi sebagai pemberantas korupsi harus

29
memaksimalkan kinerja sehingga bisa meminimalisir kasus praktik korupsi di tubuh birokrasi
Indonesia.
3. Menciptakan birokrasi yang sehat. Harus ada rekonstruksi dalam birokrasi
pemerintahan di setiap instansi sehingga bisa menekan kasus praktik korupsi, hal ini sejalan
dengan kebijkan dari presiden jokowi yang memangkas system birokrasi dalam pemerintahan
yang tentunya akan mengurangi praktik korupsi.
4. Memberikan pendidikan anti korupsi sejak dini. Salah satu langkah preventif untuk
mencegah praktik ini yaitu dengan memberikan  pendidikan anti korupsi sehingga bisa
menghasilkan generasi-generasi bermoral yang anti korupsi, sehingga cepat atau lambat
praktik korupsi bisa ditekan bahkan dihilangkan dari bumi pertiwi.
5. Korupsi merupakan penyakit dalam birokrasi yang harus diatasi, jangan biarkan
praktik korupsi tumbuh dengan subur dalam setiap dimensi khidupan, oleh karena itu saya
mengundang semua pembaca untuk menjauhkan diri sejauh mungkin dari praktik korupsi
dalam hal-hal kecil karena korupsi adalah salah satu faktor yang membuat negeri kita masih
jauh dari kata makmur.

30
BAB 3
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Pancasila sebagai Dasar Negara,Ideologi,Filsafat,Etika Dan Pandangan Hidup
merupakan penunjuk jalan menuju masa depan bangsa. Pancasila digunakan untuk mengatur
pemerintahan negara dan ketatanegaraan. Pancasila dijadikan pedoman dalam bertindak
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi adalah perbuatan yang
menyimpang dari ideologi Pancasila. Korupsi memiliki banyak konsekuensi, salah satunya
adalah meningkatnya kemiskinan absolut. Timbulnya efek korupsi yang semakin menimpa
kelas bawah. Ada banyak cara untuk mengatasi masalah korupsi di Indonesia dengan
memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK memiliki kewenangan untuk
menyelidiki, mengadili, melakukan peradilan yang adil, dan menghukum korupsi dengan
efek jera. Dan Cara mencegah terjadinya Tindakan korupsi yaitu dengan cara
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dari sila pertama sampai sila kelima, dengan
begitu lingkungan kehidupan akan menjadi lebih nyaman, tentram, damai, Makmur, dan
sejahtera. Dan cita-cita yang diimpikan bangsa akan mudah untuk di capai.

3.2  Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan supaya makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila Dan Implementasinya
Terhadap Kasus Korupsi Di Indonesia. Saran saya kepada pembaca sebagai Sebagai
masyarakat Indonesia Kembali menguatkan dan juga mengimplementasikan nilai-nilai yang
tekandung di dalam pancasila di kehidupan, karakter maupun sikap sehari-hari dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi masing-masing individu yang memiliki agama
pasti akan menjauhkan dirinya
sendiri dari perbuatan yang salah seperti perbuatan korupsi karena, korupsi ini sama saja kita
telah mengambil apa yang bukan milik kita selain itu juga ini dapat merusak nilai keadilan.

31
Adanya korupsi ini juga dapat menimbulkan kesenjangan bagi negara dan rakyat di negara
Indonesia. Dengan memahami dan dapat mengimplemantasikan sila-sila yang terdapat pada
pancasila, ini merupakan tindakan yang dapat mencegah dan menindak secara tegas pelaku
korupsi.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.facebook.com/groups/1184354541612700/permalink/235843466420467 6/?
mibextid=ztldM3

http://www.facebook.com/groups/1184354541612700/permalink/237169644621183 1/?
mibextid=ztldM3 

Asatawa, I Putu Ari. 2017. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Sebagai Bidang 
Kehidupan Bermasyarakat,  Berbangsa Dan Bernegara. Bali : Universitas Udayana
https://www.facebook.com/groups/1184354541612700
https://unnes.ac.id/wp-content/uploads/4.-IDEOLOGI-PANCASILA-PPAK-
2016.pdf
Suryatni, Luh. 2014. Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Hak Asasi Manusia 
Dalam Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Hukum
Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma 5(1) : 34-47

Windia, Wayan,dkk, 2014. Modul Pancasila Dalam Membangun Karakter Bangsa. 


Bali: Udayana University Press
http://www.gatra.com/artikel.php?id=148905

Lansil, C.S.T. 1999. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita

Laboratorium Pancasila IKIP Malang. 1988. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.


Malang: IKIP Malang

Moedjanto, G,dkk. 1989. Pancasila Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT. Gramedia

Sunoto. 1985. Mengenal Pancasila Pendekatan Melalui Metafisika Logika Etika.


Yogyakarta: PT. Hanindita

32
Husrin. 2014. Makalah Pancasila sebagai Filsafat.Majenang : STAIS.
http://fakta-inspiratif.blogspot.co.id/2015/08/rumus-kesatuan-sila-sila-pancasila.html

https://www.facebook.com/groups/1184354541612700/permalink/235843466420467 6/?
mibextid=ztldM3
https://www.facebook.com/groups/1184354541612700/permalink/2371696446211831/?
mibextid=ztldM3
https://www.academia.edu/35055296/
MAKALAH_PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_FILSAFAT
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61c9575f9b5aa/pengertian-etika-macam-dan- contohnya-
dalam-kehidupan-sehari-hari

https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-malang/pancasila-education-
pancasila-education/makalah-pancasila-sebagai-sistem-etika/23134423

https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/
1844390017/03TUGAS1_PANCASILA_RETNO%20INDRIANI_1844390017.pdf

file:///C:/Users/andyk/Downloads/11%20Pancasila%20Sebagai%20Sistem%20Etika
%20(1).pdf

Ruman, Jurnal Hukum Prioris, No. 2, Februari 2009, 109-111


Gilligan, Chicago Journal 2009, 474-476
Jahroh, Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pendidikan, 2016, 398-399
Gufron, Jurnal , Yaqzhan, No. 1, Juni 2016, 104-106
Ratnawati, http://repository.ut.ac.id/, 2014, 122-132
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6187117/makna-pancasila-sebagai-pandangan-
hidup-dalam-sila-1-sampai-5-pelajari-yuk

https://tirto.id/apa-makna-pancasila-sebagai-pandangan-hidup-bangsa-gj8T

https://web.facebook.com/groups/1184354541612700/permalink/2358434664204676/?
mibextid=ztldM3&_rdc=1&_rdr

https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/23/073000669/arti-pancasila-sebagai-dasar-
negara-dan-pandangan-hidup?page=all

16421-56251-1-SM%20(2).pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/pancasila/article/view/70075#:~:text=Pancasila%20sebagai
%20sumber%20dari%20segala,menjunjung%20tinggi%20hak%20asasi%20manusia
https://www.gramedia.com/best-seller/kasus-korupsi-di-indonesia/

33
https://aclc.kpk.go.id/action-information/lorem-ipsum/20220407-null
1284-Article%20Text-2418-2-10-20210430%20(1).pdf

Maharani Della, Dewi Anggraeni Dinie. (2021). Implementasi Pancasila dalam Mengatasi
Korupsi di Indonesia. Jurnal Pendidikan Edumaspul 5 (1), 920-925.

34
35

Anda mungkin juga menyukai