MAKALAH-WPS Office
MAKALAH-WPS Office
PENDIDIKAN PANCASILA
DOSEN PENGAMPU:
RIA LA ODE THAMRIN TONDA S.Pd M.Pd
ADE OLEH
SUMARNI
(PSW.B.2022.IB.0001)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas karunia, hidayah dan
nikmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah pendidikan pancasila ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Pancasila
Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran kami sendiri yang bersumber
dari internet dan buku sebagai referensi, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih
kepada pengajar mata kuliah Pendidikan Pancasila atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai arti penting nya
Konsep Dan Urgensi Pancasila Sebagai Etika
Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya, sehingga, menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.
Aamiin.
ISRAYANTI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB III:
PENUTUP 8
Kesimpulan 8
Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I
Latar Belakang
Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam
hubungannya dengan pancasila maka ketiganya akan memberi pemahamann yang
saling melengkapi sebagai sitem etika.
Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikinya merupakan suatu sistem
nilai yang menjadi sumber dari penjabarannorma baik norma hukum, norma
moral maupun norma yang lainnya. Disamping itu, terkandung juga pemikiran-
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, dan konfrehensif. Oleh karena
itu, suatu pemikiran falsafat adalah suatu nilai-nilai yang mendasar yang
memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
1. Tujuan Khusus:
2. Tujuan Umum :
PEMBAHASAN
2.1 Menelusuri Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika
A. Pengertian Etika
Etika selalu terkait dengan masalah nilai sehingga perbincangan tentang etika,
pada umumnya membicarakan tentang masalah nilai (baik atau buruk). Apakah
yang Anda ketahui tentang nilai? Frondizi menerangkan bahwa nilai merupakan
kualitas yang tidak real karena nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri, nilai
membutuhkan pengemban untuk berada (2001:7). Misalnya, nilai kejujuran
melekat pada sikap dan kepribadian seseorang. Istilah nilai mengandung
penggunaan yang kompleks dan bervariasi. Lacey menjelaskan bahwa paling tidak
ada enam pengertian nilai dalam penggunaan secara umum, yaitu sebagai berikut.
2. Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna atau pemenuhan
karakter untuk kehidupan seseorang.
4. Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang baik di
antara berbagai kemungkinan tindakan.
6. Suatu ”objek nilai”, suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang sekaligus
membentuk hidup yang berharga dengan identitas kepribadian seseorang. Objek
nilai mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek yang disucikan, budaya,
tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri. (Lacey, 1999: 23).
Dengan demikian, nilai sebagaimana pengertian butir kelima (5), yaitu sebagai
standar fundamental yang menjadi pegangan bagi seseorang dalam bertindak,
merupakan kriteria yang penting untuk mengukur karakter seseorang. Nilai
sebagai standar fundamental ini pula yang diterapkan seseorang dalam
pergaulannya dengan orang lain sehingga perbuatannya dapat dikategorikan etis
atau tidak.
Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai berikut.
sikap yang adil dan beradabsehingga menjamin tata pergaulan antarmanusia dan
antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi, yaitu
kebajikan dan kearifan
Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata
(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
menonjolkan keutamaan (Virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan itu
sendiri.
Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan pancasila sebagai sistem
etika meliputi hal-hal sebagai berikut. Pertama,meletakkan sila-sila pancasila
sebagai sistem etika berarti menempatkan pancasila sebagai sumber moral dan
inspirasi bagi penentu sikap, tindakan,dan keputusan yang diambil setiap warga
negara. Kedua,pancasila sebagai sistem etika memberi guidancebagi setiap warga
negarasehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal,
nasional, regional, maupuninternasional. Ketiga,pancasila sebagai sistem etika
dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai kebijakan yang dibuat oleh
penyelenggara negarasehingga tidak keluar dari semangat negarakebangsaan
yang berjiwa pancasilais. Keempat,pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi
filter untuk menyaring pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat sebagai dampak globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga
negara.
Mahasiswa sebagai insan akademis yang bermoral pancasila juga harus terlibat
dan berkontribusi langsung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai
perwujudan sikap tanggung jawab warga negara. Tanggung jawab yang penting
berupa sikap menjunjung tinggi moralitas dan menghormati hukum yang berlaku
di Indonesia. Untuk itu, diperlukan penguasaan pengetahuan tentang pengertian
etika, aliran etika, dan pemahaman Pancasila sebagai sistem etika sehingga
mahasiswa memiliki keterampilan menganalisis persoalan-persoalan korupsi dan
dekadensi moral dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Anda perlu mengetahui bahwa pancasila sebagai sistem etika tidaklah muncul
begitu saja. Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam kehidupan politik
untuk mengatur sistem penyelenggaraan negara. Anda dapatbayangkan apabila
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara tidak ada sistem etika yang menjadi
guidanceatau tuntunan bagi para penyelenggara negara, niscaya negara akan
hancur. Beberapa alasan mengapa pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia,meliputi hal-hal
sebagai berikut. Pertama,korupsi akan bersimaharajalelakarena para
penyelenggara negara tidak memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan
tugasnya.Para penyelenggara negara tidak dapatmembedakan batasanyang boleh
dantidak, pantas dantidak, baik dan buruk (good and bad). Pancasila sebagai
sistem etika terkait dengan pemahaman atas kriteria baik (good)dan buruk (bad).
Archie Bahmdalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan buruk
merupakan dua hal yang terpisah. Namun,baik dan burukitu eksis dalam
kehidupan manusia, maksudnya godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu
muncul. Ketika seseorang menjadi pejabat dan mempunyai peluang untuk
melakukan tindakan buruk (korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi pada siapa
saja. Oleh karena itu,simpulan Archie Bahm, ”Maksimalkan kebaikan, minimalkan
keburukan” (Bahm, 1998: 58).
Kedua,tantangan terhadap sistem etika pancasila pada zaman Orde Baru terkait
dengan masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan
penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan sosialkarena
nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya menguntungkan segelintir orang atau
kelompok tertentu.
Kedua,pada zaman Orde Baru sistem etika pancasila diletakkan dalam bentuk
penataran P-4. Pada zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusia Indonesia
seutuhnya sebagai cerminan manusia yang berperilaku dan berakhlak mulia sesuai
dengan nilai-nilai pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya dalam pandangan Orde
Baru,artinya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang secara
kodrati bersifat monodualistik, yaitu makhluk rohani sekaligus makhluk jasmani,
dan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk pribadi
memiliki emosi yang memiliki pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan, dan
tanggapan emosional dari manusia lain dalam kebersamaan hidup. Manusia
sebagai mahluk sosial,memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan
sejahtera. Tuntutan tersebut hanya dapat terpenuhi melalui kerjasama dengan
orang lain, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itulah,sifat kodrat
manusia sebagai mahluk individu dan sosial harus dikembangkan secara selaras,
serasi, dan seimbang (Martodihardjo, 1993: 171).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Hubungan nilai dengan norma adalah nilai mendasari terbentuknya pola perilaku.
Pola perilaku akan bisa terwujud sesuai denagan yang kita inginkan apabila
terdapat kaidah-kaidah atau ketentuan-ketentuan yang memendorong dan
mengarahkan untuk mewujudkan pola perilaku itu menjadi perbuatan atau
tindakan konkret. Dalam bersosialisasi kita juga haru menerapkan aturan
pancasila sebagai sitem etika, dengan norma-norma dan ketentuan yang telah
ada.
DAFTAR PUSTAKA
http://muhammadryas.com/2017/03/konsep-dan-urgensi-pancasila-
sebagai.html?m=1