Anda di halaman 1dari 203

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS

MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI


(TELAAH MATERI PAI KELAS 3 SEMESTER 2)
DI SDN PONDOK RANJI 3 CIPUTAT TIMUR TANGERANG
SELATAN

TESIS
Diajukan untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Magister Agama
(M.Ag.)

Disusun oleh :

Wahyu Eko Ramdhany

Nomor pokok 2019920044

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2022M/1442H

1
ii
iii
iv
FAKULTAS AGAMA ISLAM
Program Studi Magister Studi Islam

Wahyu Eko Ramdhany


2019920044

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI (TELAAH MATERI PAI KELAS 3)
DI SDN PONDOK RANJI 03 CIPUTAT TIMUR TANGGERANG SELATAN

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Penguatan Pendidikan


Karakter Religius Melalui Pembelajaran PAI (Telaah Materi kelas 3 semester 2)
dalam program kegiatan Intrakulikuler dan ekstrakulikuler di SDN Pondok ranji
03 Ciputat timur Tanggerang selatan. (2) Faktor Penghambat dan Pendukung
dalam Penguatan Pendidikan Karakter Religius melalui Implementasi
Pembelajaran PAI.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk
menganalisis datadata berupa kalimat atau kata. Teknik pengumpulan data berupa
observasi, wawancara dan dokumentasi sumber data yang di peroleh adalah
sumber data primer maupun sumber data sekunder data analisis dengan
pengumpulan data, mereduksi data, penyajian data dan penyajian kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Penguatan pendidikan
Pembelajaran PAI (Telaah Materi kelas 3 semester 2) meliputi : kegiatan
intrakulikuler dalam materi PAI kelas 3 di integrasikan dalam penguatan karakter
Religius melalui startegi Aktive Learning, Startegi Cooperative Learning dan
metode menyesuaikan dalam setiap materi. Kegiatan ektrakulikuler meliputi :
kegiatan 3S (senyum, sapa, salam), Paskibra, Pramuka, Dai cilik, PHBI, BTQ di
integrasikan dalam penguatan pendidikan karakter Religius. (2) Faktor pendukung
dan penghambat Penguatan pendidikan karakter Religius melalui implementasi
pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI kelas 3 semester 2), adapun faktor
pendukung meliputi: (1) fasilitas dan media pembelajaran mendukung (2)
Pembiasaan sikap 3S (Senyum sapa dan salam) oleh guru dan peserta didik. (3)
Adanya juz’ama dan AlQur’an disetiap kelas, jadi setiap pagi para siswa-siswi
SDN Pondok Ranji 03 membaca jus’ama dan Al-Qur’an dikelas masing-masing.
Adapun faktor menghambat meliputi : (1) adanya wabah virus covid 19 yang
membuat aktifitas kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler melalui daring. (2)
Kurangnya perhatian orang tua dalam melakukan pembiasaan karakter Religius.
(3) Peserta didik lebih menghabiskan waktu bermain gadget atau handphone. (4)
Kurangnya melakukan pembiasaan membaca Al-Quran atau Juz ama di rumah.

Kata Kunci : Penguatan pendidikan, karakter Religius, pembelajaran PAI

‫برنامج دراسة الماجستير في الدراسات اإلسالمية‬

v
‫‪Wahyu Eko Ramdhany‬‬
‫‪2019920044‬‬
‫تعزيز تعليم الشخصيات الدينية‪ S‬من خالل تنفيذ تعلم التربية اإلسالمية (مراجعة مواد التربية الدينية‪ S‬اإلسالمية‬
‫الفئة الثالثة) في مدرسة بوندوك رانجي تيغا االبتدائية الحكومية ‪ ،‬سيبوتات تيمور ‪ ،‬تانجيرانج سالتان‬
‫ملخص‬
‫كان الغرض من هذه الدراسة هو تحديد‪ )1( S‬تعزيز تعليم الشخصية الدينية من خالل تعلم التربية الدينية‪S‬‬
‫اإلسالمية (الفصل الثالث من الصف الثاني دراسة المواد) في برنامج األنشطة داخل المناهج الدراسية وغير‬
‫المنهجية في مدرسة بوندوك رانجي تيغا االبتدائية‪ S‬الحكومية ‪ ،‬سيبوتات تيمور ‪ ،‬تانجيرانج سالتان‪ )2( .‬منع‬
‫‪.‬ودعم العوامل في تقوية التربية على الشخصية الدينية‪ S‬من خالل تنفيذ تعليم التربية الدينية اإلسالمية‬
‫تستخدم هذه الدراسة نهجًا وصفيًا نوعيًا لتحليل البيانات في شكل جمل أو كلمات‪ .‬تقنيات جمع البيانات في‬
‫شكل المالحظة والمقابالت وتوثيق مصادر البيانات التي تم الحصول عليها هي مصادر البيانات األولية‬
‫ومصادر البيانات الثانوية ‪ ،‬ويتم تحليل البيانات من خالل جمع البيانات وتقليل البيانات وتقديم البيانات‬
‫‪.‬وتقديم االستنتاجات‬
‫تظهر نتائج الدراسة ما يلي‪ )1( :‬تعزيز تعلم التربية الدينية اإلسالمية (دراسة المواد للفصل الثالث من‬
‫الفصل الدراسي الثاني) تشمل‪ :‬األنشطة داخل المناهج الدراسية في الصف الثالث مواد التربية الدينية‪S‬‬
‫اإلسالمية مدمجة في تعزيز الشخصية الدينية من خالل استراتيجيات التعلم النشط ‪ ،‬استراتيجيات التعلم‬
‫التعاوني وطرق التكيف في كل مادة‪ .‬تشمل األنشطة الالمنهجية‪ :‬ثالثة أنشطة (االبتسامات ‪ ،‬التحيات ‪،‬‬
‫‪.‬التحيات) ‪ ،‬الكشافة ‪ ،‬الفتيات الصغيرات ‪ ،‬والتي تتكامل في تعزيز تعليم الشخصية الدينية‪S‬‬
‫العوامل الداعمة والمثبطة لتعزيز تعليم الشخصية الدينية‪ S‬من خالل تنفيذ تعليم التربية الدينية اإلسالمية )‪(2‬‬
‫(مراجعة مواد التربية الدينية‪ S‬اإلسالمية للصف الثالث في الفصل الدراسي الثاني) ‪ ،‬بينما تشمل العوامل‬
‫الداعمة‪ )1( :‬دعم مرافق التعلم والوسائط (اثنان) ) ثالثة تعويد على المواقف (االبتسامة) ‪.‬تحية وتحياتي)‬
‫من قبل المعلمين والطالب‪ )3( .‬هناك جزامة وقرآن في كل فصل ‪ ،‬لذلك كل صباح يقرأ طالب مدرسة‬
‫بوندوك رانجي االبتدائية الحكومية الثالثة ال ُجسامة والقرآن في فصولهم الدراسية‪ .‬تشمل العوامل المثبطة ما‬
‫يلي‪ )1( :‬تفشي فيروس الذي يجعل األنشطة داخل المناهج الدراسية وخارجها عبر اإلنترنت‪( .‬ب) عدم‬
‫اهتمام الوالدين بجعل الشخصية الدينية‪ S‬تعود (‪ )3‬يقضي الطالب وقتًا أطول في لعب األدوات أو الهواتف‬
‫‪.‬المحمولة‪ )4( .‬عدم التعود على قراءة القرآن أو الجزء في البيت‬

‫‪FAKULTAS AGAMA ISLAM‬‬


‫‪Program Studi Magister Studi Islam‬‬

‫‪Wahyu Eko Ramdhany‬‬


‫‪2019920044‬‬
‫‪vi‬‬
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI (TELAAH MATERI PAI KELAS 3)
DI SDN PONDOK RANJI 03 CIPUTAT TIMUR TANGGERANG SELATAN

ABSTRAK

The purpose of this study was to find out (1) Strengthening Religious
Character Education through Islamic Religious Education Learning (Material
Review for third grade in second semester) in the program of intracurricular and
extracurricular activities at Pondok Ranji Tiga State Elementary School, Ciputat
Timur, Tangerang Selatan. (2) Inhibiting and Supporting Factors in Strengthening
Religious Character Education through the Implementation of Islamic Religious
Education Learning.
This study uses a descriptive qualitative approach to analyze data in the
form of sentences or words. Data collection techniques in the form of observation,
interviews and documentation of data sources obtained are primary data sources
and secondary data sources. Data analysis is done by collecting data, reducing
data, presenting data and presenting conclusions.
The results of the study show that: (1) Strengthening of Islamic Religious
Education Learning (Material Review for class 3 semester 2) includes:
intracurricular activities in class 3 PAI material are integrated in strengthening
religious character through Active Learning strategies, Cooperative Learning
strategies and methods of adjusting in each Theory. Extracurricular activities
include: 3S activities (smiles, greetings, greetings), Paskibra, Scouts, Little Girls,
Islamic Holidays, Al-Quran Reading and Writing are integrated in strengthening
religious character education. (2) Supporting and inhibiting factors for
strengthening religious character education through the implementation of Islamic
Religious Education learning (Review of Islamic Religious Education Materials in
the third semester of the second semester), while the supporting factors include:
(1) supporting learning facilities and media (2) 3S attitude habituation (Smile).
greetings and greetings) by teachers and students. (3) There is juz'ama and the
Koran in every class, so every morning the students of Pondok Ranji 03 State
Elementary School read jus'ama and the Koran in their respective classes. The
inhibiting factors include: (1) the outbreak of the covid 19 virus which makes
intracurricular and extracurricular activities online. (2) Lack of parental attention
in making religious character habituation. (3) Students spend more time playing
gadgets or cellphones. (4) Lack of habituation to read Al-Quran or Juz ama at
home.
Keywords: Strengthening education, religious character, Islamic Education
learning.

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Konsonan

vii
‫ء‬ , ‫ط‬ TH
‫ب‬ B ‫ظ‬ ZH
‫ت‬ T ‫ع‬ ‘
‫ث‬ TS ‫غ‬ GH
‫ج‬ J ‫ف‬ F
‫ح‬ H ‫ق‬ Q
‫خ‬ KH ‫ك‬ K
‫د‬ D ‫ل‬ L
‫ذ‬ DZ ‫م‬ M
‫ر‬ R ‫ن‬ N
‫ز‬ Z ‫و‬ W
‫س‬ S ‫ه‬ H
‫ش‬ SY ‫ي‬ Y
‫ص‬ SH ‫ة‬ H
‫ض‬ DL

2. VokalPendek 3. VokalPanjan
‫َب‬ A ‫بَا‬ Â
‫ب‬
ِ I ‫ِبي‬ Î
‫ب‬ ُ U ‫بُو‬ Û

4. Diftong 5. Pembauran
---‫و‬ Au ‫ال‬ al- …
---‫ىي‬ Ai ‫الش‬ al-sy …
‫وال‬ wa al- …

KATA PENGANTAR

viii
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan. Sholawat serta salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta

ummatya yang menjalankan segala ajarannya.

Tesis ini ditulis dalam upaya memenuhi salah satu tugas akhir dalam

memperoleh gelar Srata Dua (S2) pada program Magister Studi Islam, Fakultas

Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta, Tahun 2022.

Tidak sedikit kendala yang diharapkan dalam proses penyelesaiannya,

namun karena bimbingan, arahan, dan bantuan dari kedua orang tua tercinta dan

tersayang. Bapak Sugeng Kusdianto, dan Ibu Yatmiati yang telah memberikan

kasih sayang, dorongan moril dan dukungan materil, sehingga memperlancar

keberhasilan studi.

berbagai pihak baik moril maupun materil, sehingga kendala itu menjadi

tidak terlalu berarti. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan

terimah kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak berikut:

1. Dr Ma’mun Murod Al – Barbasy.M.Si.,Rektor Universitas Muhammadiyah

Jakarta

2. Dr. Sopa, M.Ag., Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Jakarta.

3. M. Hilali Basya, MA.,Ph.D., Ketua Program Studi Magister Studi Islam

Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4. Dr. Yusuf Muzakir, M.Si Dosen Pembimbing Tesis yang telah mengorbankan

waktu, tenaga, pikiran dalam proses bimbingan.


ix
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Agama Islam universitas

Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan pelayanan terbaik.

6. Kepala Sekolah SDN Pondok Ranji 03. Yang telah memberikan ijin

penelitian di SDN Pondok Ranji 03.

Sangat disadari bahwa Tesis ini masih banyak kekurangan dan

keterbatasan baik dalam metodologi maupun kedalam isi, namun demikian

diharapkan banyak memberikan manfaat pada semua pihak yang

berkempentingan. Aamiin

Jakarta, 1 Syaban 1443 H


4 Maret 2022 M

Wahyu Eko Ramdhany

DAFTAR ISI
PERYATAAN ORISINALITAS......................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................ iii

x
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................iv
ABSTRAK..........................................................................................................................v
PEDOMAN LITERASI ................................................................................................viii
KATA PENGANTAR........................................................................................................x
DAFTAR ISI.....................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...........................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................1
B. Identifikasi Masalah...............................................................................7
C. Fokus dan Rumusan Masalah................................................................8
D. Rumusan Masalah..................................................................................8
E. Kegunaan Penelitian..............................................................................9
F. Sistematika penelitian...........................................................................10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR...................11


A. Penguatan Pendidikan Karakter............................................................11
1.Pengertian Penguatan Pendidikan Karakter.......................................11
2. Dasar hukum pelaksanaan pendidikan karakter ...............................15
3. Metode Pendidikan Karakter dalam islam......................................19
4. Nilai-nilai, tujuan, fungsi, evaluasi karakter ....................................24
a. Nilai-nilai pendidikan karakter...........................................24
b. Tujuan Pendidikan Karakter...............................................27
c. Fungsi Pendidikan karakter.................................................29
d. Evaluasi Pendidikan Karakter.............................................29
B. Implementasi Pembelajaran..................................................................35
1. Pengertian Implementasi...............................................................37
2. Pengertian Pembelajaran...............................................................37
3. Komponen Pembelajaran..............................................................42
4. Strategi Pembelajaran....................................................................48

xi
5. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.......................................54
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam.........................................54
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam..............................................56
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam.................................57
d. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam............60
C. Karakter Religius ................................................................................69
1. Pengertian Karakter Religius .........................................................69
2. Aspek-aspek Religius......................................................................74
3. Macam-macam nilai/indikator kakrakter religious.........................75
4. Tahap Perkembangan Religius........................................................79
D. Hasil Penelitian Yang Relevan.............................................................81
E. Kerangka Berfikir.................................................................................84

BAB III METODELOGI PENELITIAN......................................................86


A. Tujuan Penelitian..................................................................................86
B. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................86
1. Tempat Penelitian...........................................................................86
2. Waktu Penelitian.............................................................................86
C. Latar Penelitian.....................................................................................87
D. Metode Penelitian..................................................................................88
E. Data dan Sumber data...........................................................................88
F. Teknik Pengumpulan Data....................................................................90
1. Wawancara....................................................................................90
2. Observasi.......................................................................................92
3. Dokumentasi..................................................................................92
4. Validasi Data.................................................................................95

BAB IV HASIL PENELITIAN.....................................................................97


A. Deskrispsi data............................................................................97
B. Temuan Penelitian.......................................................................101
C. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................128

xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................168
A. Kesimpulan.................................................................................168
B. Saran-saran..................................................................................170

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian ....................................................72


Tabel 3.2 Tabel Data dan Sumber data ………………………………………..85
Tabel 4.1 Tabel Tenaga Pendidik dan Kependidikan…………………………94
Tabel 4.2 Tabel Jenjang Pendidikan Guru…………………………………….95
Tabel 4.3 Tabel Jumlah Peserta Didik………………………………………...95
Tabel 4.4 Tabel Jumlah Ruang Kelas dan Fasilitas ………………………….96
Tabel 4.5 Tabel Penguatan Pendidikan Karakter Materi Kisah Keteladanan
Nabi Yusuf as dan Nabi Syuaib as…………………………………100
Tabel 4.6 Tabel Penguatan pendidikan Karakter Materi Hati Tentram dengan
berprilaku terpuji…………………………………………………...102
Tabel 4.7 Tabel Penguatan Pendidikan Karakter Materi ayo belajar Surah AL-
Kautsar……………………………………………………………..104
Tabel 4.8 Tabel Penguatan Pendidikan Karakter Materi Meyakini Allah swt
Maha mengetahui dan maha mendengar…………………………..106
Tabel 4.9 Tabel Penguatan pendidikan Karakter Materi bersyukur Allah
swt...................................................................................................108
Tabel 4.10 Tabel Penguatan Pendidikan Karakter Materi Zikir dan doa Setelah
shalat………………………………………………………………..110
Tabel 4.11 Tabel Penguatan Pendidikan Karakter Materi kisah keteladanan Nabi
Ibrahim as dan Nabi Ismail as…………………………………...…113
Tabel 4.12 Tabel Perencanaan Implementasi Pembelajaran PAI karakter Religius
Di SDN Pondok Ranji 03…………………………………………..134
Tabel 4.13 Tabel Penguatan Pendidikan Karakter Religius Melalui Implementasi
Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI Kelas 3 semester 2 )………141
Tabel 4.14 Tabel Faktor Pendukung dan Penghambat implementasi
Pembelajaran PAI…………………………………………………..142

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .........................................................................80

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Lampiran 4 Pedoman Wawancara

Lampiran 5 Pedoaman Wawancara

Lampiran 6 Pedoman Wawancara

Lampiran 7 Pedoman Wawancara

Lampiran 8 Pedoaman Wawancara

Lampiran 9 Pedoman Wawancara

Lampiran 10 Pendoman Wawancara

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Penguatan Pendidikan karakter religius pada sekarang ini dalam

kualitas masyarakat mengalami menurunan, seperti terjadinya kekerasan,

pornografi, tawuran, dan lainnya. Sehingga dalam pendidikan karakter ini

merupakan program pendidikan yang harus diimplementasikan ke dalam

pendidikan formal diseluruh jenjang pendidikan nasional. Dengan adanya

penerapan pendidikan karakter ini dapat tercapainya tujuan pendidikan

nasional untuk menjadikan peserta didik menjadi manusia yang beriman,

bertakwa, berakhlak mulia, kreatif cakap dan lainnya.

Sekolah merupakan pendidikan setelah keluarga, karena secara

teratur atau terencana dapat melaksanakan pendidikan dengan baik, dari hal

tersebut peserta didik akan mendapat pendidikan, baik dari teman sebaya

maupun guru. Dan ketika peserta didik sudah berada di sekolah maka akan

lebih focus terhadap pendidikan yang ada di sekolah.1 Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik.

Pendidikan formal maupun non formal memiliki strategi dalam mencapai

tujuan diantaranya pengarahan, pembentukan, dan pembinaan. Pendidikan

bukanlah suatu hal yang mudah tetapi juga perlu kebersamaan dalam

mencapainya.2

1
Maunah, Binti, “Landasan Pendidikan”, (Yogyakartaa: Teras, 2009), hal. 179
2
Wiyani Ardy, Novan, “Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orang Tua
dan Guru dalam Membentuk Kemandirian dan Kedisiplinan Anak Usia Dini”,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 5-6.
1
2

Pendidikan perlu adanya karakter, sehingga dapat tercapainya

tujuan pendidikan nasional untuk menjadikan peserta didik menjadi manusia

yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, kreatif cakap dan lainnya. Karakter

memiliki sifat budi pekerti, akhlak, dan lainnya. Dan karakter juga memiliki

arti yaitu tabiat, kepribadian, akhlak.3

Pendidikan karakter menjadi program nasional sejak satu dasawarsa

terakhir karena menyadari kondisi karakter masyarakat saat ini yang sangat

memprihatinkan. Pemerintah berinisiatif untuk mengutamakan penerapan

karakter bangsa dalam pendidikan. Hal ini diwujudkan dalam rencana

pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025 yang menyatakan

bahwasanya pendidikan karakter adalah bagian dari visi misi bangsa dalam

mewujudkan pembangunan nasional yang disebut dengan gerakan nasional

pendidikan karakter, sehingga penguatan pendidikan karakter (PPK) adalah

lanjutan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter (GNPK). Hal ini sejalan

dengan Nawacita Presiden Republik Indonesia saat ini yang mengemukakan

bahwa pembangunan watak (character building) masyarakat dengan

menjadikan manusia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan berprilaku baik

sangatlah penting. Oleh kerena itu, dikeluarkan Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.4

Karakter merupakan kulminasi dari kebiasaan yang dihasilkan dari

pilihan etik, perilaku, dan sikap yang dimiliki individu yang merupakan moral
3
Sahlan, Asmaun dan Prasetyo Teguh, Angga, “Desain Pembelajaran
BerbasisKarakter”, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 13
4
Sofiawati, Esmi Tsalsa, dkk, Penguatan Pendidikan Karakter Pada Siswa
Dalam Menghadapi Tantangan Global, (Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 2 Kudus 11
April 2022), h. 281.
3

yang prima walaupun ketika tidak seorang pun yang melihatnya. Karakter

mencangkup keinginan seseorang untuk melakukan yang terbaik, kepedulian

terhadap kesejahteraan orang lain, kognisi dari pemikiran kritis dan alas an

moral, dan pengembangan ketrampilan interpersonal dan emosional yang

menyebabkan kemampuan individu untuk bekerja secara efektif dengan orang

lain dalam situasi setiap saat. Karakter diharapkan mampu memecahkan.

berbagai persoalan, khususnya dalam bidang pendidikan, dengan

mempersiapkan peserta didik melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

terhadap sistem pendidikan, secara efektif, efisien, dan berhasil. Karakter

memerankan guru sebagai pembentukan karakter dan kompetensi peserta

didik, yang harus kreatif dalam memilah dan memilih, serta mengembangkan

metode dan materi pembelajaran. Guru harus professional dalam membentuk

karakter dan kompetensi peserta didik sesuai dengan karakteristik individual. 5

Keberhasilan pembentukan karakter dapat diketahui dari berbagai

perilaku sehari-hari peserta didik dan warga sekolah lainnya. Perilaku tersebut

antara lain diwujudkan dalam bentuk : kesadaran, kejujuran, keikhlasan,

kesederhanaan, kemandirian kepedulian, kebebasan dalam bertindak,

kecermatan, ketelitian, dan komitmen.6 Penerapan karakter religius sangat

dibutuhkan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang

menghancurkan sistem kemanusiaan, penerapan keagamaan merupakan

pembinaan secara keselurhaan dan membutuhkan tenaga, kesabaran,

ketelatenan, ruang, waktu dan biaya yang ekstra guna menjadi jembataan
5
Mulyasa, E, “Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013”, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2016), hal. 4- 7.
6
Ibid.Hal.11
4

dalam Negara sebagai perwujudkan insane kamil yang bertakwa kepada Allah

SWT.7 Agama memiliki peran sebagai motivasi hidup dan merupakan alat

pengembang dan pengendalian diri yang amat penting, tanpa adanya pedoman

manusia akan terjerumus kedalam lembah kenistaan dunia dan akhirat. Dapat

dilihat hancurnya nilai-nilai yang terlihat oleh jasmani, dunia mulai hancur

kefitrahannya.8 Dimulai dari salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam.

pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah adalah mengoptimalkan

pembelajaran materi pendidikan agama Islam. Peran pendidikan agama

khususnya pendidikan agama Islam sangatlah strategis dalam mewujudkan

pembentukan karakter peserta didik.

Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 butir

1 , pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga yang demokratis serta bertanggung jawab.

Di dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan seorang

Amilosa, Putri, “Pembinaan Karakter Religius Santri di Muhammadiyah


7

Boarding School”, Jurnal Basic Of Education, Volume 02, No. 02 Januari-Juni,


(Ponorogo: Al-Assasiyyah, 2018), hal. 15.
8
Ibid.Hal.14-15
5

pendidik yang berkualitas, sehingga dalam pola pembelajaran yang diajarkan

dalam proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diinginkan agama

islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan termasuk

didalamnya seorang guru. Karena guru adalah seorang pengajar dan juga

pendidik yang selalu mencurahkan pengetahuannya kepada anak didiknya

agar anak didiknya nanti juga memiliki pengetahuan, sehingga dapat

mengamalkan dalam kehidupan masyarakat.9

Dalam hal ini, guru berperan dalam membentuk dan mengembangkan

peserta didik yang tidak hanya cerdas tetapi juga memiliki kepribadian

berakhlak mulia dalam kesehariannya. Untuk mencapai hal tersebut salah

satunya perlu dirasa adanya implementasi pendidikan karakter bagi siswa mata

pelajaran aqidah akhlak saja, bahkan pada mata pelajaran umum juga

diperlukan. Dalam hal ini mata pelajaran pendidikan agama islam untuk

membentengi peserta didik dalam pembinaan Akhlak yang diharapkan

nantinya agar dapat menjadi peserta didik yang unggul dan berkarakter.10

Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

dalam aspek keagamaan (aspek kognitif), sebagai sarana transformasi norma

serta nilai moral yang membentuk sikap (aspek afektif), yang berperan dalam

pengendalian prilaku (aspek psikomotorik) sehingga tercipta kepribadian

manusia seutuhnya. Pendidikan agama Islam diharapkan mampu

menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa,

9
Kerajaan Saudi Arabia, (Mujama’Al Malik Fahd Li Thiba Al Mushaf Asy-
Syarif. Al-Qu’an dan terjemahnya. Madinah. Kerajaan Saudi Arabia. 1422), hlm. 109
10
Thomas Lickona. Terj Lita S, Pendidikan Karakter: Panduan lengkap
MendidikSsiswa Menjadi Pintar dan Baik,(Bandung:Nusa Media, 2013), hlm. 6
6

dan berakhlak mulia mencaakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai

perwujudan dari pendidikan. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam

menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam

pergaulan masyarakat baaik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun

global. Adapun masalah yang dihadapi oleh guru serta orang tua siswa antara

lain kurangnya kesadaran dalam melaksanakan ibadah shalat disekolah,

Kurangnya minat siswa dalam melaksanakan shalat dhuha, kurangnya

perhatian orang tua dalam pembentukan karakter religius dalam beribadah,

masih banyak siswa bermain handphone dan lali dalam melaksankan ibadah

shalat di rumah, kurangnya siswa dalam melaksanakan kegiatan iabadah.Dari

ungkapan diatas maka harus menjadi milik seluruh warga sekolah. Maka

seluruh guru, kepala sekolah, pengawas, bahkan komite sekolah harus

memberi contoh dan menjadi suri tauladan dalam mempraktekkan indikator-

indikator pendidikan karakter dalam perilaku sehari-hari. Sehingga dapat

terciptanya pembentukan karakter peserta didik dan seluruh warga sekolah,

sehingga pendidikan karakter tidak hanya dijadikan ajang pembelajaran, tetapi

menjadi tanggung jawab semua warga sekolah untuk membina dan

mengembangkan. Dalam penelitian ini akan melihat efektifitas karakter

religius pada peserta didik di SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur. Dengan

melihat efektifitas religius pada implementasi pembelajaran pendidikan agama

islam dalam pembentukan karakter religius pada peserta didik SDN Pondok

Ranji 03 Ciputat Timur ini dapat meningkatkan karakter religius peserta didik

serta dalam mengimplementasikan pendidikan karakter religius pada


7

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dari hal tersebut dapat disimpulkan

adanya pendidikan karakter diajarkan secara intensif di SDN Pondok Ranji 03

Ciputat Timur. Mengajarkan karakter atau akhlak di sekolah tidak mudah.

Banyak dari guru di SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur ini tidak hanya

sekedar mengajar tetapi juga memberikan penerapan karakter religius. Karena

karakter religius, diharapkan dapat memberikaan nilai nilai religius peserta

didik seperti 1) nilai dasar ajaran Islam, yaitu tauhid, 2) nilai ibadah, 3) nilai

kesatuan (integritas) antara dunia dan akhirat serta ilmu agama dan ilmu

umum, 4) nilai perjuangan (jihad), untuk membekali peserta didik dengan

berbagai kemampuan sesuai dengan tuntunan zaman. Seperti halnya di SDN

Pondok Ranji 03 Ciputat Timur, yang memiliki banyak berbagai karakter.

Berdasarkan keterangan di atas maka penulis berminat untuk melakukan

sebuah penelitian yang berjudul “PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

RELIGIUS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI (TELAAH

MATERI PAI KELAS 3 SEMESTER 2) SDN PONDOK RANJI 03 CIPUTAT

TIMUR”.

B. Identifikasi Masalah

Dari Latar Belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai

berikut :

1. Kurangnya kesadaran dalam melaksanakan ibadah shalat disekolah.

2. Kurangnya minat siswa dalam melaksanakan shalat dhuha.

3. Kurangnya perhatian orang tua dalam pembentukan karakter religius

dalam beribadah.
8

4. Masih banyak siswa bermain handphone dan lalai dalam melaksanakan

ibadah shalat dirumah.

5. Kurangnya didiplin siswa dalam melaksanakan kegiatan ibadah.

C. Fokus dan Rumusan Masalah

Agar Masalah ini tidak menyimpang dari apa yang di teliti, maka penulis

memfokuskan penelitian ini pada masalah.

1. Fokus :

Penguatan Pendidikan Karaker Melalui Implementasi Pembelajaran PAI

(Telaah Materi PAI Kelas 3 Semester 2) SDN Pondok Ranji 03 Ciputat

Timur.

2. Sub Fokus :

a. Apa Saja Program Penguatan Pendidikan Karakter Religius melalui

Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI Kelas 3 Semester 2)

SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur.

b. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Penguatan Pendidikan Karakter

Religius melalui Implementasi Pembelajaran PAI.

D. Rumusan Masalah

Dari latar Belakang msalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penulisan ini adalah :

a. Bagaimana Penguatan Pendidikan Karakter Religius melalui Implementasi

Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI Kelas 3 semester 2) SDN Pondok

Ranji 03 Ciputat Timur ?

b. Bagaimana Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penguatan


9

Pendidikan Karakter Melalui Implementasi Pembelajaran PAI SDN

Pondok Ranji 03 Ciputat Timur ?

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan bermanfaat bagi

berbagai pihak diantaranya :

a. Kegunaan Secara Teoristik

Memberi sumbangan untuk memperkaya khasanah keilmuan bagi

Program Studi Magister Study Islam Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Jakarta dalam “Penguatan Pendidikan Karakter Melalui

Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI Kelas 3 Semester

2) di SDN Pondok Ranji Ciputat Timur”

b. Kegunaan Secara Praktis

a.Bagi Kepala Sekolah dapat digunakan sebgai sumbangan pemikiran

atau sebagai bahan masukan untuk memecahkan permasalahan-

permasalahan berkaitan dengan Penguatan Pendidikan Karakter

Religius melalui Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi

PAI Kelas 3 Semester 3) SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur.

b. Bagi guru dapat Menjadikan kebijakan mengenai Penguatan

Pendidikan Karakter Religius melalui Implementasi Pembelajaran

PAI (Telaah Materi PAI Kelas 3 Semester 3) SDN Pondok Ranji 03

Ciputat Timur.

c.Bagi Masyarakat, diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran

masyarakat dalam meningkatan peran dan kualitas pendidikan. Dan


10

orang tua diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam menentukan pendidikan bagi anaknya.

F. Sistematika Penulisan

BAB 1 : PENDAHULUAN

Terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, fokus dan

rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN

PERYATAAN PENELITIAN

Bab ini membahas kajian pustaka, kerangka berfikir dan peryataan

penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi penelitian, setting penelitian, uit analisis,

sumber data, tehnik instrument pengumpulan data, keabsahan data

dan teknik analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini meliputi Deskripsi hasil penelitian tentang gambaran

umum SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur Tangerang Selatan,

dan pembahasan hasil temuan penelitian.

BAB V : PENUTUP

Yang berisi kesimpulan, saran.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penguatan Pendidikan Karakter

1. Pengertian Penguatan Pendidikan Karakter

Pengertian Penguatan Menurut Etimologi adalah Sesuai dengan

makna kata dasarnya “kuat”, penguatan (reinfocement) mengandung

makna menambahkan kekuatan pada sesuatu yang dianggap belum begitu

kuat. Makna tersebut ditujukan kepada tingkah laku individu yang perlu

diperkuat. “diperkuat” artinya dimantapkan, diperseling kemunculannya,

tidak hilang-hilang timbul, tidak sekali muncul sekian banyak yang

tenggelam. Pada proses pendidikan yang beorientasi pengubahan tingkah

laku, tujuan utama yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran adalah

terjadinya tingkah laku yang baik, tingkah laku yang diterima sesering

mungkin sesuai dengan kegunaan kemunculannya. Penguatan adalah

respon terhadap suatu tingkah laku positif yang dapat meningkatkan

kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.11

Sedangkan Pengertian Penguatan secara Terminologi adalah Istilah

penguatan (reinforcement) berasal dari Skinner, salah seorang ahli

psikologi belajar behavioristik. Mengartikan reinforcement ini sebagai

setiap konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah

laku tertentu. Penguatan adalah respon positif dalam pembelajaran yang

diberikan guru terhadap perilaku peserta didik yang positif dengan tujuan

mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut. Penguatan


11
Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), hal. 73
11
12

merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang sengaja diberikan agar

tingkah laku tersebut dapat terulang kembali. Penguatan yang diberikan

oleh guru merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik.12

Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang

berarti mengukir. Membentuk karakter di ibaratkan seperti mengukir batu

permata atau permukaan besi yang keras. Maka selanjutnya berkembang

pengertian Karakter yang diartikan sebagai tanda khusus atau pola

perilaku. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, karakter didefinisikan

sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dari orang lain. Sedangkan menurut Philips (2008) karakter

adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu system yang melandasi

pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.13

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

penguatan adalah salah satu bentuk penciptaan suasana belajar yang

menyenangkan yang telah diberikan oleh guru kepada peserta didik

dengan tujuan agar tingkah laku positif peserta didik dapat meningkat.

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan

dibawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter

peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah

raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga

12
Barnawi& Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz,
2012), hal. 208
13
Jalal Fasli, Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter: Tiga Stream
Pendekatan, (Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, 2015), h. 65.
13

dan masyarakan sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental

(GNRM). Terdapat lima nilai utama yang menjadi prioritas Gerakan

Penguatan Pendidikan Karakter di madrasah atau sekolah. lima karakter

tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh serta tidak biasa dipisah-

pisahkan saling mempengaruhi dan saling menentukan dan ditentukan,

yakni:27 1) Religius Karakter religius merupakan cerminan ketaatan

manusia terhadap Allah SWT, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku

menjalankan syariat islam, toleransi terhadap umat beragama lain; meliputi

tiga aspek, yakni relasi individu dengan Allah SWT, dengan sesama

manusia dan dengan alam semesta. Wujud nilainya berupa cinta damai,

toleransi, menghargai perbedaan agama, teguh pendirian, percaya diri,

kerja sama lintas agama, anti buli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan,

tidak memaksakan kehendak melindungi yang kecil dan merasa tersisih. 2)

Nasionalis Karakter nasionalis tampak dalam pola pikir, sikap dan perilaku

setia, peduli, dan menghargai bahasa, lingkungan sosial dan fisik,

kebudayaan, ekonomi dan politik bangsa Indonesia diatas kepentingan

pribadi dan golongan. Wujud nilai karakter nasionalis berupa kesediaan

menghargai dan menjaga kebudayaan bangsa sendiri, berkorban secara

ikhlas, punya prestasi, cinta tanah air, melestarikan lingkungan fisik dan

sosial, mematuhi aturan hukum yang berlaku, disiplin dan berdedikasi

tinggi, menghargai keanekaragaman budaya, suku dan agama. 3) Mandiri

Karakter mandiri Nampak pada pola pikir, sikap dan perilaku yang tidak

bergantung pada orang lain, serta mengoptimalkan semua tenaga, pikiran,


14

waktu, biaya untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita. Wujud nilai

kemandirian berupa semangat kerja keras, tangguh, mempunyai daya

juang tinggi, professional, kreatif, pemberani, serta sedia meluangkan

waktu sebagai pembelajar sepanjang masa. 4) Gotong Royong Karakter

gotong royong nampak pada pola pikir, sikap dan perilaku kerja sama dan

bahu membahu dalam menyelesaikan persoalan bersama, memperlihatkan

rasa senang berbicara, bergaul, bersahabat dengan orang lain dan memberi

bantuan pada orang miskin, tersingkir dan membutuhkan pertolongan.

Wujud nilai gotong royong berupa kesediaan saling menghargai, bekerja

sama, taat keputusan, musyawarah mufakat, saling mrnolong, memiliki

solidaritas, berempati, tidak suka diskriminasi dan kekerasan, serta rela

berkorban. 5) Integritas Karakter integritas menjadi karakter utama yang

melandasi pola piker, sikap dan perilaku amanah, setia pada nilai-nilai

sosial dan moral. Karakter integritas meliputi sikap tanggungjawab sebagai

warga negara, aktif terlibat dalam kegiatan sosial, melalui konsistensi

tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Wujud dari nilai

integritas berupa kejujuran, cinta pada kebenaran dan keadilan, memiliki

komitmen moral, tidak korupsi, bertanggungjawab, menjadi teladan,

menghargai maartabat individu (terutama penyandang disabilitas).

Dapat diambil kesimpulan bahwa penguatan pendidikan karakter

merupakan sikap yang integritas dalam sikap Religius, nasionalis karakter,

sikap mandiri yang mengarahkan karakter siswa.

2. Dasar Hukum Pelaksanaan Pendidikan Karakter


15

Dasar hukum pendidikan karakter ialah:.14

a. Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen, terutama dalam pembukaan

alinea ke-empat yang berintikan Pancasila sebagai dasar Negara,

pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, jiwa bangsa, tujuan

yang akan dicapai, perjanjian luhur bangsa, asas kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, pengamalan pembangunan

bangsa dan jati diri bangsa.15

b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 3 yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, terutama pada bab II pasal 4 yang berbunyi: “Standar

Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional

dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat”

14
Kemendiknas, Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Kejuruan,
(Jakarta:2010)
15
Konsep dan Model Pendidikan Karakter, h. 21-24
16

d. Permendiknas No 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan

e. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, terutama

termaktub dalam pendahuluan:

“Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk mengembangakan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berkahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.”

f. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan. Dalam rumusan SKL tersebut secara implisit maupun

eksplisit pada semua jenjang pendidikan memuat substansi nilai

atau karakter.16

g. Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional 2010-2014,

bahwa pendidikan karakter sudah menjadi bagian yang tak

terpisahkan dari upaya pencapaian visi pembangunan nasional.19

Didalam Al-Qur’an akan ditemukan banyak sekali pokok-

pokok pembicaraan tentang akhlak atau karakter ini . seperti

perintah untuk berbuat baik (ihsan), dan kebajikan (al-birr),

16
Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,h. 27
17

menepati janji (al-wafa), sabar, jujur, takut kepada Allah SWT,

bersedekah dijalan Allah, berbuat adil , pemaaf, dalam banyak ayat

didalam al-Qur’an. Kesemuanya itu merupakan prinsip-prinsip dan

nilai karakter mulia yang harus dimiliki oleh setiap pribadi muslim.

Implentasi pembentukan karakter dalam Islam, tersimpul dalam

karakter pribadi Rasulullah SAW. Dalam pribadi Rasul, tersemai

nilai-nilai akhlak yang mulia dan agug. Firman Allah SWT

berbunyi:

‫ك َل َع ٰلى ُخلُ ٍق َعظِ ي ٍْم‬


َ ‫َو ِا َّن‬
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi

pekerti yang agung. (Q.S. al Qolam:4)17

Sementara itu, dalam surah Alahzab ayat 21 dijelaskan:

َ ‫ان لَ ُك ْم فِ ْي َرس ُْو ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َك‬


‫ان‬ َ ‫لَقَ ْد َك‬
ۗ‫يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَ ْو َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْيرًا‬
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut

Allah. (Q.S.al- Ahzab:21).18

17
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Al-Qahhar (Jakarta Timur: Maghfirah
Pustaka, 2006)
18
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Al-Qahhar (Jakarta Timur: Maghfirah
Pustaka, 2006)
18

Sesungguhnya Rasulullah adalah contoh serta teladan bagi umat

manusia yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai karakter

yang mulia kepada umatnya. Sebaik-baiknya manusia adalah yang

baik karakter atau akhlaknya dan manusia yang sempurna adalah

yang memiliki akhlak al-karimah. Karena ia merupakamn cerminan

iman yang sempurna.

Dalam Islam, karakter mempunyai kedudukan penting dan

diangap mempunyai fungsi yang vital dalam memandu kehidupan

masyarakat.

Sebagaimana firman Allah SWT berbunyi:

‫ر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم‬S ۤ ۤ ‫هّٰللا ْأ‬


ِ S‫ا ِء َو ْال ُم ْن َك‬S ‫رْ ٰبى َويَ ْن ٰهى َع ِن ْالفَحْ َش‬SSُ‫اِ َّن َ يَ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َوااْل ِ حْ َسا ِن َواِ ْيتَاِئ ِذى ْالق‬

َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah

melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia

memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

pelajaran”. (Q.S. an-Nahl:90)19

Ayat diatas menjelaskan tentang perintah Allah yang menyuruh

manusia agar berbuat adil, yaitu menunaikan kadar kewajiban

berbuat baik dan terbaik, berbuat kasih sayang kepada ciptaan-Nya

dengan bersilaturahmi pada mereka serta menjauhkan diri dari

berbagai bentuk perbuatan buruk yang menyakiti sesama dan


19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Al-Qahhar (Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka, 2006)
19

merugikan orang lain.

Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta

pembentukan karakter mulia yang harus diteladani agar manusia

yang hidup sesuai dengan tuntunan syari’at, yang bertujuan untuk

kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. Islam merupakan

agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang ada dalam

Islam memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan pendidikan

karakter. Adapun yang menjadi dasar pendidikan karakter atau

akhlak adalah alqur’an dan al-Hadist, dengan kata lain dasar-dasar

yang lain senantiasa di kembalikan kepada Al-Qur’an dan al-

Hadits. Pembentukan karakter melibatkan beberapa macam

komposisi beberapa nilai (Nilai agama, nilai moral, nilai umum,

dan nilai-nilai kewarganegaraan). Hal tersebut dapat dibedakan

dalam nilai keutamaan , nilai keindahan, nilai kerja, nilai cinta

tanah air, nilai demokrasi, nilai kesatuan, nilai koral, dan nilai-nilai

kemanusiaan.20

3. Metode Pendidikan Karakter Dalam Islam

Kepercayaan akan adanya fitrah yang baik pada diri manusia

akan mempengaruhi implikasi-implikasi penerapan metode-metode

yang seharusnya diterapkan dalam proses belajar mengajar. Dalam

pendidikan Islam banyak metode yang diterapkan dan digunakan

dalam pendidiakan karakter. Manurut An-nahlawy metode untuk

20
Koesoema 2007. Pendidikan Karakter. (Jakarta),h. 212
20

pendidikan karakter dan menanamkan keimanan, yaitu:

a. Metode perumpamaan

Metode ini adalah penyajian bahan pembelajaran dengan

mengangkat perumpamaan yang ada dalam al-Qur’an. Metode ini

mempermudah peserta didik dalam memahami konsep yang abstrak,

ini terjadi karena perumpamaan yang ada dalam al-Qur’an. Metode

ini mempermudah peserta didik dalam memahami konsep yang

abstrak, ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda

konkrit seperti kelemahan orang kafir yang diumpamakan dengan

sarang laba-laba itu memang lemah sekali disentuh dengan lidi

pun dapat rusak. Metode ini sama seperti yang disampaikan oleh

Abdurrahman Saleh Abdullah.

b. Metode Keteladanan

Metode Keteladanan memberikan teladan atau contoh

yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam

merealisasikan tujuan pendidik. Pelajar cenderung meneladani

pendidiknya, ini hendaknya senang meniru, tidak saja yang baik,

tetapi yang tidak baik juga ditiru.

c. Metode Pembiasaan

Metode pembiasaan atau dalam istiah psikologis

pendidikan dikenal dengan istilah operan conditioning. Siswa

diajarkan untuk membiasakan berprilaku terpuji, giat belajar,


21

bekerja keras, bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah

diberikan. Salat dilakukan 5 kali sehari semalam ialah

membiasakan umat manusia untuk hidup bersih dengan symbol

wudhu, disiplin waktu yang ditandai azan setiap

waktu sholat,bertanggung jawab dengan simbol

pengakuan di dalam bacaan doa iftitah “sesunggahnya sholat ku,

ibadahkku, hidup dan matiku untuk Allah”, doa ini memberikan

isyarat berupa tanggung jawab atas anugerah yang Allah telah

berikan. Pada saat ruku’dan sujud umat muslim diajarkan untuk

bersikap rendah hati. Sikap rendah hati inilah merupakan awal

kemuliaan seseorang Di dalam hadits Qudsi Allah berfirman:

“Tidaklah aku menerima salat setiap orang. Aku menerima

salat dari orang yang merendah demi ketingggianku, berkhusyuk

demi keagungan ku, mencegah nafsunya demi larangku, melewat

kan siang dan malam mengingatku, tidak terus menerus dalam

pembangkangan terhadapku, tidak bersikap angkuh terhadap

makhlukku, dan selalu mengasihani yang lemah dan menghibur

orang miskin demi keridhoanku. Bila ia memanggilku, aku

akan memberinya. Bila ia bersumpah dengan namaku aku akan

membuatnya mampu memenuhinya. Akan aku jaga ia dengan

kekuatanku dan kubanggakan dia diantara malaikatku.

Seandainyaa bagi-bagikan nurnya untuk seluruh

penghuni bumi, niscaya akan aku cukup bagi mereka.


22

Perumpamaannya seperti surga firdaus, bebuahannya tidak akan

rusak dan knikmatannya tidak akan sirna” (H.R.Muslim). 21

Metode pembiasaan ini perlu di terapkan oleh guru dalam proses

dilakukan oleh semua ahli pendidikan.

Dasarnya karena secara psikologis pelajar

memang pembentukan karakter, bila seseorang anak telah terbiasa

dengan sifat-sifat terpuji, implus-implus positif menuju neokortek

lalu tersimpan dalam system limbic otak sehingga aktivitas yang

dilakukan oleh siswa tercover secara positif. Untuk itu pihak

penyelanggara sekolah sepantasnya menyediakan ruangan dan

waktu untuk siswa melaksanakan sholat secara berjamaah.

Dengan melaksanakan sholat berjama’ah minimal Dzuhur

dan Ashar karena waktu sholat ini masih dalam waktu

pembelajaran, atau sholat dhuha, siswa siswi diajak beradaptasi

dengan lingkungan sosialnnya, pada saat sholat berjama’ah

mereka dapat belajar bagaimana berkata yang baik, bersikap

sopan dan santun, menghargai saudara nya sesama muslim,

terjalinnya tali persaudaraan. Bila suasana seperti ini telah

dibiasakan mereka lakukan kemungkinan tidak akan terlalu sulit

menghadapi persoalan kehidupan di masyarakat. Bahkan mereka

dapat menjadi tauladan bagi masyarakatnya.

d. Metode Tarqib dan Tarhib


Metode ini dalam teori metode belajar modern dikenal
21
A.N, Firdaus, Hadis Qudsi Pilihan, Jakarta, CV. Pedoman Ilmu, 1990,h. 325
23

dengan reward dan funisment, yaitu suatu metode dimana

hadiah dan hukuman menjadi konsekuensi dari aktivitas belajar

siswa, bila siswa dapat bercermin sikap yang baik maka ia

berhak mendapatkan hadiah dan sebaliknya mendapatkan

hukuman ketika ia tidak dapat dengan baik menjalankan

tugasnya sebagai siswa.22

Begitu pula halnya sholat, saat seseorang melakukan

sholat dengan baik dan mampu ia implementasikan dalam

kehidupan sehari-hari maka ia mendapatkan kebaikan dari

Allah dan masyarakat sebagaimana yang telah dijelaskan

dimuka hadis riwayat Muslim “surga firdaus untuk orang-

orang yang dapat mengamalkan sholat dengan baik dan

benar.” Sebaliknya bagi mereka yang melalaikan sholat dan

tidak melaksanakan sholat neraka wail dan Saqqor baginya.

Metode Reward dan punishment ini menjadi motivasi

eksternal bagi siswa dalam proses belajar. Sebab, khususnya

anak-anak dan remaja awal ketika disuguhkan hadiah untuk

yang dapat belajar dengan baik dan ancaman bagi mereka

yang tidak disiplin. Hal ini bisa terjadi karena secara psikologi

manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat baik dan

mendapatkan balasan dari perbuatan baiknya

4. Nilai-nilai,Tujuan ,Fungsi, Evaluasi Pendidikan Karakter


22
Wawan Susetya, Sebuah Kerinduan Sholat Khusuk, Yogyakarta, Tugu Pulisher, 2010
24

a. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Dalam publikasi Pusat Kurikulum Badan Penelitian

dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional

berjudul “Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011)”

telah mengidentifikasi sejumlah nilai pembentuk karakter yang

merupakan hasil kajian empirik Pusat. Kurikulum yang

bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan

pendidikan nasional. Nilai-nilai tersebut adalah:.23

1) Religius (sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran

terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun

dengan pemeluk agama lain).

2) Jujur (perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam

perkataan, tindakan, dan pekerjaan).

3) Toleransi (sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan

agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang

lain yang berbeda dari dirinya).

4) Disiplin (tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan

patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan).

5) Kerja Keras (perilaku yang menunjukkan upaya yang

23
Kementrian Pendidikan Nasional, Pedoman Pelaksanaaan Pendidikan
Karakter;Berdasarkan Pengalaman di satuan Pendidikan rintisan, Jakarta : Badan Penelitian
Pusat Kurikulum dan perbukuan, 2011 h. 2-3
25

sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan

guna menyelesaikan tugas/belajar/pekerjaan dengan

sebaik-baiknya).

6) Kreatif (berfikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah

dimiliki).

7) Mandiri (sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas).

8) Demokratis (cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang

menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain).

9) Rasa Ingin Tahu (sikap dan tindakan yang selalu


berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari

sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar)

10) Semangat Kebangsaan (cara berfikir, bertindak, dan

berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan

Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya).

11) Cinta Tanah Air (cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang

tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, dan politik bangsa).

12) Menghargai Prestasi (sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan


26

orang lain.)

13) Bersahabat/Komunikatif (tindakan yang memperlihatkan rasa

senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang

lain).

14) Cinta Damai (Sikap, perkataan, dan tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas

kehadiran dirinya).

15) Gemar Membaca (kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaan yang memberikan kebaikan bagi

dirinya).

16) Peduli Lingkungan (sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan

alam yang terjadi).

17) Peduli Sosial (sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan

pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan).

18) Tanggung Jawab (sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya ia

lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam,

sosial dan budaya, Negara dan Tuhan Yang Maha Esa).

19) Peduli Sosial (sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang


27

membutuhkan).

20) Tanggung Jawab (sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya ia

lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam,

sosial dan budaya, Negara dan Tuhan Yang Maha Esa).

Nilai-nilai tersebut di atas dikristalkan, berdasarkan

kebutuhan bangsa Indonesia saat ini, menjadi empat nilai-

nilai inti (core values) yang akan dikembangkan di dalam

implementasi nilai-nilai karakter di Indonesia.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Secara sederhana, tujuan pendidikan karakter dapat dirumuskan

menjadi “merubah manusia menjadi lebih baik, dalam pengetahuan,

sikap dan keterampilan”. Dalam konteks yang lebih luas, tujuan

pendidikan karakter dapat dipilah menjadi tujuan jangka pendek dan

jangka panjang. Tujuan jangka pendek dari pendidikan karakter adalah

penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan

bersama yang lebih menghargai kebebasan individu. Tujuan jangka

panjangnya adalah mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual

individu, yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang

akan diraih lewat proses pembentukan diri secara terus menerus (on

going formation).24

Pendidikan karakter juga bertujuan untuk meningkatkan mutu

24
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik, hlm. 135.
28

proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter

dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang,

sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan

pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan

mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta

mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga

terwujud dalam prilaku sehari-hari.25

Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah

pada pembentukan budaya sekolah/madrasah yaitu nilai-nilai yang

melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-

simbol yang dipraktekkan oleh semua warga sekolah/madrasah, dan

masyarakatsekitarnya.26

Dalam setting sekolah, tujuan pendidikan karakter ialah:

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang

dianggap penting dan perlu sehingga menjadi

kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas

sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan;

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan

nilai- nilai yang dikembangkan oleh sekolah;

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan

masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan

25
E. Mulyasa, Manajmemen Pendidikan Karakter, hlm. 9.
26
Ibid
29

karakter secara bersama.27

c. Fungsi Pendidikan Karakter

1. Pengembangan; pengembangan potensi peserta didik untuk

menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik

ynag telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan

budaya dan karakter bangsa.

2. Perbaikan; memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk

bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta

didik yang bermartabat dan

3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan

budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

d. Evaluasi Pendidikan Karakter

Menurut bahasa evaluasi berasal dari bahasa Inggris,

“evaluation”, yang berarti penilaian atau penaksiran.28 Sedangkan

menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang

terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan

menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur

memperoleh kesimpulan. Dengan demikian secara sederhana dapat

disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan adalah penilaian untuk

mengetahui proses pendidikan dan komponen-komponennya dengan

27
Johar Permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktek Di Sekolah, hlm. 9
28
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2003), Hlm. 3.
30

instrument yang terukur.29

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi

pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan dan penetapan

mutu.

pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada

setia jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk

pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan.30

pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan

semua pihak rumah tangga, keluarga sekolah, dan lingkungan

sekolah. Pendidikan karakter melalui sekolah merupakan usaha

mulia yang mendesak untuk dilakukan. bahkan ketika berbicara tentang

masa depan, sekolah bertanggung jawab bukan hanya mencetak peserta

didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga

dalam karakter kepribadian.

Usaha pembentukan dalam pendidikan karakter melalui sekolah,

menurut Azyumardi Azra bisa dilakukan setidaknya melalui

pendekatan sebagai berikut:

a. Menerapkan pendekatan modeling atau exemplary atau

uswatun hasanah, yakni mensosialisasikan dan

membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan dan

29
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum berbasis KBK, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2005), Hlm. 181
30
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
31

menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melaui

suri tauladan

b. Menjelaskan atau mengklarifikasi kepada peserta didik

secara terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan

nilai yang buruk.

c. Menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (character

based education). Hal ini bisa dilaksanakan dengan

memasukkan pendidikan karakter ke dalam setiap pelajaran

yang ada. Atau melakukan reorientasi baru baik dari segi isi

dan pendekatan terhadap mata pelajaran yang relevan atau

berkaitan seperti mata pelajaran pendidikan agama dan

PPKN, bisa pula mencakup seluruh mata pelajaran umum

dan muatan lokal.31

Jika dikaitkan antara evaluasi dengan pendidikan karakter

hingga menjadi suatu term evaluasi berbasis pendidikan karakter adalah

penilaian untuk mengetahui proses pendidikan dan komponen-

komponennya dengan instrument yang terukur dan berlandaskan

ketercapaian karakter yang diinginkan.

Pendidikan karakter menanamkan nilai-nilai yang sangat

sinkron dengan pendidikan agama Islam dan secara tidak langsung

maka untuk proses evaluasinya bisa digunakan evaluasi dalam

wacana pendidikan Islam. Term atau istilah evaluasi dalam wacana


31
Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonstruksi dan
Demokratisasi, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2002), hlm. 187-186.
32

pendidikan Islam tidak diperoleh pada kata yang pasti, tetapi terdapat

term atau istilah-istilah tertentu yang mengarah pada makna evaluasi.

Istilah-istilah tersebut adalah.32

a. Al-Hisab, memiliki makna menghitung, menafsirkan dan

mengira. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah SWT QS.

Al-Baqarah ayat 284, dan Al-Ghasyiyah ayat 26.

b. Al-Qadha, artinya putusan. Terdapat dalam firman Allah SWT

QS. Thaha ayat 72.

c. Al-Nazhr, artinya melihat terdapat dalam firman Allah QS. Al-

Naml ayat 27.

d. Al-Imtihan, berarti ujian yang juga berasal dari kata mihnah.

Bahkan dalam al-Qur‟an terdapat surah yang menyatakan

wanita- wanita yang diuji dengan menggunakan kata imtihan,

yaitu surah Al-

Mumtahanah. Yang berkatian dengan kata imtihan ini terdapat

pada surah Al-Mumtahanah ayat 10.

e. Al-Ikhtibar, memiliki makna ujian atau cobaan/al-bala‟.

Orang Arab sering menggunakan kata ujian/bala‟ dengan

sebutan iktibar. Bahkan di lembaga pendidikan bahasa Arab

menggunakan istilah evaluasi dengan istilah ikhtibar.

Beberapa term tersebut di atas dapat dijadikan petunjuk arti

evaluasi secara langsung atau hanya sekedar alat atau proses di

32
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hlm. 198.
33

dalam evaluasi. Hal ini didasarkan asumsi bahwa al-Qur‟an dan Hadits

merupakan asas maupun prinsip pendidikan Islam, sementara untuk

oprasionalnya tergantung pada ijtihad manusia. Term evaluasi pada

taraf berikutnya lebih diorientasikan pada makna “penafsiran atau

memberi putusan terhadap pendidikan”. Setiap tindakan pendidikan

didasarkan atas rencana, tujuan, bahan, alat dan lingkungan

pendidikan tertentu. Berdasarkan komponen ini, maka peran

penilaian dibutuhkan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan

pendidikan tercapai.

Menurut Johar Permana dalam bukunya Pendidikan Karakter,

kata “evaluasi” menjadi kata yang banyak dikhawatirkan oleh para

guru, khususnya guru yang mengajar pada mata pelajaran yang di

UN-kan. Evaluasi secara nasional yang saat ini dilakukan melalui

proses “Ujian Nasional” memiliki dampak psikologis yang

meresahkan bagi para guru, kepala sekolah, orang tua, dan juga anak

yang bersangkutan.45

Evaluasi untuk pendidikan karakter dilakukan untuk

mengukur apakah anak sudah memiliki satu atau sekelompok

karakter yang ditetapkan oleh sekolah dalam kurun waktu tertentu.

Karena itu, substansi evaluasi dalam konteks pendidikan karakter

adalah upaya membandingkan perilaku anak dengan standar

(indikator) karakter yang ditetapkan oleh guru dan/atau sekolah.46

Proses membandingkan antara perilaku anak dengan indikator


34

karakter dilakukan melalui suatu proses pengukuran. Proses

pengukuran dapat dilakukan melalui tes tertentu atau tidak melalui

tes (nontes).

Adapun tujuan evaluasi pendidikan karakter adalah:

a. Mengetahui kemajuan hasil belajar dalam bentuk kepemilikan

sejumlah indikator karakter tertentu pada anak dalam kurun

waktu tertentu;

b. Mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran

yang dibuat oleh guru;

c. Mengetahui tingkat efektifitas proses pembelajaran yang

dialami oleh anak, baik pada seting kelas, sekolah, maupun

rumah.47

Berdasarkan tujuan pendidikan karakter di atas, dapat dipahami

bahwasanya evaluasi pendidikan karakter tidak terbatas pada

pengalaman anak di kelas, tetapi juga pengalaman anak di sekolah

dan di rumah. Tentu saja hal ini terbatas pada pengalaman belajar anak

yang didesain secara khusus oleh guru. Dalam hal ini, desain RPP yang

dibuat oleh guru memang betul-betul merumuskan pengalaman

belajar anak di rumah. Artinya evaluasi belajar anak di rumah tidak

dilakukan jika memang guru tidak mendesain adanya pembelajaran di


rumah.
Perlu menjadi catatan penting, bahwa suatu karakter tidak

dapat dinilai dalam satu waktu (one shot evaluation), tetapi harus

diobservasi dan diidentifikasi secara terus menerus dalam keseharian


35

anak, baik di kelas, sekolah, maupun rumah. Karena itu, penilaian

terhadap karakter harus melibatkan tiga komponen tersebut. Evaluasi

di kelas melibatkan guru, peserta didik sendiri dan peserta didik

lainnya. Evaluasi di sekolah melibatkan peserta didik itu sendiri,

teman-temannya, guru lainnya (termasuk Kepala Sekolah dan Wakil

Kepala Sekolah), pustakawan, laboran, tenaga administrasi sekolah,

penjaga sekolah, dan teknisi jika ada. Di rumah melibatkan peserta

didik, orang tuanya (jika masih ada) atau walinya, kakak, dan

adiknya (jika ada).48

B. Implementasi Pembelajaran

1. Pengertian Implementasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa

pengertian implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan. Bentuk kata

kerjanya adalah untuk mengimplementasikan yang berarti melaksanakan

atau menerapkan. Pengertian penerapan adalah perbuatan untuk

menerapkan.33

Istilah implementasi bukanlah hal yang baru dalam dunia

pendidikan, maupun dunia manajemen, setiap guru setelah melakukan

perancangan terhadap program ataupun rencana pastilah akan berusaha

semaksimal mungkin untuk mewujudkan rencana tersebut agar sukses dan

mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku

di sekolah. Mengartikan bahwa implementasi sebagai “pelaksanaan atau

33
Diakses dari www.pengertianmenurutparaahli.net/penegrtian-implementasi/, pada hari jumat, 24
Juni 2021.
36

penerapan”.34 artinya segala sesuatu yang dilaksanakan dan diterapkan,

sesuai dengan kurikulum yang telah dirancang atau didesain untuk

kemudian dijalankan sepenuhnya sesuai dengan peraturan yang telah

ditetapkan. Maka, implementasi kurikulum juga dituntut untuk

melaksanakan sepenuhnya apa yang telah direncanakan dalam

kurikulumnya, permasalahan yang akan terjadi adalah apabila yang

dilaksanakan menyimpang dari yang telah dirancang maka terjadilah

kesia-siaan antara rancangan dengan implementasi. Implementasi biasanya

dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap sempurna jadi

implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana

yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Berikut ini adalah

beberapa pengertian tentang implementasi menurut para ahli. Menurut

Nurdin Usman Implementasi adalah “bermuara pada aktivitas, aksi,

tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implemantasi bukan

sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai

tujuan kegiatan”.35 Menurut Hanifah yang telah dikutip oleh Harsono telah

mengemukakan pendapatnya implementasi adalah “suatu proses untuk

melaksanakan kegiatan menjadi tindakan kebijakan dari politik kedalam

administrasi”.36

Dari pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

implementasi merupakan tindakan dari sebuah rencana yang sudah disusun


34
M.Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), 174.
35
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Yogyakarta: Insan
Media, 2002), 70.
36
Harsono, Implementasi Kebijakan dan Politik, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2002), 67.
37

matang. Implementasi menitikberatkan pada sebuah pelaksanaan nyata

dari sebuah perencanaan.

2. Pengertian Pembelajaran

Secara sederhana istilah pembelajaran (instruction) bermakna

sebagai "upaya“untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang

yang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan

pendekata ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan”.

Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara

terprogram dalam desain instruktional untuk mrmbuat siswa belajar.

Beberapa para ahli mengemukakan tentang pengertian pembelajaran

diantaranya: 1) Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta

dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subjek khusus dari

pendidikan (Corey, 1986) 2) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No. 20

tahun 2003) 3) Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan. (Mohammad Surya) 4) Pembelajaran adalah suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan

pembelajaran. (Oemar Hamalik) Pada prinsipnya, pembelajaran tidak

hanya terbatas pada eventevent yang dilakukan oleh guru, tetapi mencakup
38

semua events yang 16 mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar

yang meliputi kejadian-kejadian yang diturunkan dari bahan-bahan cetak,

gambar, program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari

bahanbahan tersebut. Association for Education Communication and

Technology (AECT) menegaskan bahwa pembelajaran (Inctructional)

merupakan bagian dari pendidikan pembelajaran merupakan suatu sistem

yang didalamnya terdiri dari komponen-komponen sistem instruktional,

yaitu komponen pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar atau

lingkungan. Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan

(belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta

diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi

dan indikator sebagai gambaran hasil belajar. Pembelajaran dari sisi guru

sering kali ditukar makna dengan teaching (mengajar). Oleh karena itu,

manakala ditemukan konsepsi teaching, maka esensi maknanya menjadi

tidak berbeda: hal ini seperti diungkapkan oleh Nana Syaodih (2004),

bahwa pengajaran (teaching) san pembelajaran (instruction) secara konsep

memiliki perbedaan, tetapi dalam tulisan ini di pandang sama. Pada

dasarkan pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang

mengkondisikan/ merangsang seseorang agar bisa belajar dengan 17 baik

agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu kegiatan

pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama,

bagamianan orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui

kegiatan belajar. Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan


39

penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Dengan

demikian makna pembelajaran merupakan kondisi eksternal kegiatan

belajar yang antar lain dilakukan oleh guru dalam mengkondisikan sesorng

untuk belajar. Paparan diatas mengilustrasikan bahwa belajar merupakan

proses internal siswa dan pembelajaran merupakan kondisi eksternakl

belajar. Dari segi guru, belajar merupakan akibat tindakan pembelajaran.

Untuk lebih jels mengenai pembelajaran dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 2.1 Konsep dan Sudut Pandang Pembelajaran37

Konsep Sudut Pandang

Belajar (Learning) Peserta Didik/Pembelajaran

Mengajar (Teaching) Pendidik/pengajar

Pembelajaran (Intruction) Interaksi antara peserta didik,

pendidik, dan atau media/sumber

belajar.

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah

usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau

belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi

proses perkembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta

didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran

berbeda dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas

37
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), h. 4-6
40

guru, sedangkan pembelajaran menggambarkn aktivitas peserta didik.38

Pembelajaran harus menghasilkan belajar pada peserta didik dan harus

dilakukan suatu perencanaan yang sistematis sedangkan mengajar hanya

salah satu penerapan strategi pembelajaran diantara strategi-strategi

pembelajaran yang lain dengan tujuan utamanya menyampaikan informasi

kepada peserta didik. Kalau diperhatikan, perbedaan kedua aspek istilah

ini bukanlah hal yang sepele, tetapi telah menggeserkan paradigm

pendidikan, pendidikan yang semula lebih berorientasi pada “mengajar”

(guru yang lebih banyak berperan) telah berpindah kepada konsep

“pembelajaran” (merencanakan kegiatan-kegiatan yang orientasinya

kepada siswa agar terjadi belajar dalam dirinya.39

Istilah pembelajaran dalam khazanah ilmu pendidikan sering

disebut juga dengan pengajaran atau proses belajar menagajar. Dalam

bahsa inggris sering disebut dengan teaching/teaching learning. 40

Sedangkan pembelajaran menurut Degeng berarti upaya membelajarkan

siswa.41 Melalui proses belajar mengajar yang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan

menggunakan bahasa siswa sendiri dan berbagai gagasan dengan

temannya yang mendorong siswa memberikan penjelasan tentang

gagasannya. Pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah


38
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2009), h. 85
39
Evelin Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), h.14
40
Zainal Arifin Ahmad, Perencanaan Pembelajaran : dari Desain Sampai Implementasi,
(Jakarta: Pedagogia, 2012),
41
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), h.2
41

dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal

siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan

memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa

terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena

yang menantang siswa. Semua pengetahuan itu yang didapat oleh siswa itu

sendiri, maka akan sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan

dari seseorang kepada yang lainnya. Benyamin S. Bloom dengan teman-

temannya mengajukan tujuan pembelajar dikelompokkan dalam tiga

ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah

kognitif adalah hal-hal yang menyangkut daya piker, pengetahuan dan

penalaran. Ranah afektif adalah hal-hal berkaitan dengan perasaan atau

kesadaran. Dan ranah psikomotorik adalah hal-hal yang berkaitan dengan

keterampilan fisik, keterampilan motoric atau keterampilan tangan.42

Pembelajaran yang berkualitas tentu saja memiliki pedoman yang

komprehensif tentang skenario pembelajaran yang diinginkan oleh guru.

Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien

sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa. Pelaksanaan kegiatan

pembelajaran yang baik memerlukan perencanaan program yang baik pula.

Itu berarti keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh perencanaan

pembelajaran mutlak dilakukan oleh guru pada saat akan melaksanakan

tugasnya dalam memberikan materi pembelajaran. Artinya, guru tidak

akan dapat mengajar dengan optimal apabila tidak memiliki persiapan

42
Zulfiani, et.al., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009), h. 64
42

yang dikembangkan sebelumnya.43

Dengan demikian dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu

proses interaksi antara guru dan siswa yang berisi berbagai kegiatan yang

bertujuan agar terjadi proses pembelajaran (perubahaan tingkah laku) pada

dii siswa. Kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran pada dasarnya

sangat kompleks. Tetapi pada intinya meliputi kegiatan penyampaian

pesan kepada siswa, penciptaan lingkungan yang kondusif dan edukatif

bagi proses belajar siswa dan pemberdayaan potensi siswa melalui

interaksi perilaku pendidik dan siswa, dimana semua perbuatan itu

dilaksanakan secara bertahap. Dan dalam pembelajaran mempunyai tiga

ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

3. Komponen Pembelajaran

Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki

peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses pembelajaran.

Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses

pendidikan, yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan.

Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja

pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.

Pembelajaran Merupakan proses perkembangan moral keagamaan,

aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan

pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang pada

prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan pembelajaran

43
Kasful Anwar dan Hendra Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2011), h. 24
43

menggambarkn aktivitas peserta didik

Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran adalah

kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain

yang merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar..

Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses

pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 6

komponen. Berikut akan kami uraikan satu persatu komponen-komponen

tersebut.

a. Tujuan pendidikan

Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar

tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku

manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan

terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari pada ilmu

pendidikan yang  normatif dan praktis. Sebagai ilmu pengetahuan

normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah; norma-

norma atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya

dilaksanakan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis,

tugas pendidikan atau pendidik maupun guru ialah menanamkan

sistem-sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan

kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga

pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat.

b. Peserta didik

Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang


44

yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga

pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa

guru. Dalam konteks keagamaan murid digunakan sebagai sebutan

bagi seseorang yang mengikuti bimbingan seorang tokoh bijaksana.

Meskipun demikian, siswa jangan selalu dianggap sebagai objek

belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat,

dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda. Bagi siswa, sebagai

dampak pengiring (nurturent effect) berupa terapan pengetahuan

dan atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar

yang akan membantu perkembangan mereka mencapai keutuhan

dan kemandirian.44

Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya

terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada

pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta

didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang

peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang

dewasa. Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah

Amstrong (1981) mengemukakan beberapa persoalan anak didik

yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan tersebut

mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik?

Bagaimana tingkat kemampuan anak didik? Hambatan-hambatan

apakah yang dirasakan anak didik disekolah? Dan bagaimana

penguasaan anak didik disekolah? Berdasarkan persoalan tersebut


44
Sugandi, Achmad. 2005. Teori Pembelajaran. Semarang : UNNES Press.
45

perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan

individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan,

dan penanaman sikap dan tanggung jawab pada anak didik.

c. Guru/pendidik disekolah

Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang juga

berarti guru, tetapi arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang

pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya

merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik. Guru sebagai pendidik disekolah yang

secara langsung maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang

tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu

kedudukan guru sebagai pendidik dituntut mementuhi  persyaratan-

persyaratan baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan.

Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang

paling maju, guru memegang peranan penting. Guru merupakan

satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga

masyarakat. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar

(penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing,

pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat

memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

d. Orang tua dan lingkungan masyarakat


46

Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan

pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Arinya orang tua

sebagai pendidik utama dan berlandaskan pada cinta-kasih keluarga

atau anak yang lahir dari lingkungan keluarga mereka. Selain orang

tua dan guru, pemimpin masyarakat dan pemimpin keagamaan

merupakan pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat menjadi

pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan

pembinaan atau bimbingan. Pemimpin keagamaan sebagai

pendidik, tampak pada aktifitas kerohanian manusia.

e. Interaksi edukatif pendidik dan anak didik

Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi

antara komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara

pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik

dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

Tindakan yang dilakukan pendidik dalam interaksi tersebut

mungkn berupa tindakan berdasarkan kewibawaan, tindakan berupa

alat pendidikan, dan metode pendidikan.

f.      Isi pendidikan

Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan

pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu

disampaikan kepada peserta didik isi yang biasanya disebut

kurikulum dalam pendidikan formal.

Secara etimologis, kurikulum ( curriculum ) berasal dari


47

bahasa Yunani, curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti

“tempatberpacu”. yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh

pelari dari garis start sampai garis finish.

Secara terminologis, istilah kurikulum mengandung arti

sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh

atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah.

Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa

mata pelajaran atau bidang studi dan kegiatan-kegiatan belajar

siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh

terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan

pendidikan yang diharapkan. Misalnya fasilitas kampus,

lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses belajar

mengajar, media dan sumber-sumber belajar yang memadai.

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai

kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan

pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam

pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka

dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa

menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.Selain kurikilum

materi pun merupakan salah satu isi dari juga merupakan salah

satu faktor penentu keterlibatan siswa.45

4. Strategi Pembelajaran

45
Syah, Muhibin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
48

a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran Kata strategi mempunyai pengertian

yang terkait dengan hal-hal kemenangan, kehidupan, atau daya

juang. Artinya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan mampu

tidaknya perusahaan atau organisasi menghadapi tekanan yang

muncul dari dalam maupun dari luar (Kasali, 1994:173) Strategi

adalah suatu rencana jangka panjang dan sebagai penentu tujuan

jangka panjang, yang kemudian diikuti dengan tindakan-tindakan

yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Strategi berguna

untuk mengarahkan suatu organisasi mencapai suatu tujuan. Dalam

pengertian ini strategi adalah suatu seni, yaitu seni membawa

pasukan ke dalam medan tempur dalam posisi yang paling

menguntungkan. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan

sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves

a particular educational goal (David, dalam Sanjaya, 2008:2).

Dengan demikian strategi pembelajaran diartikan sebagai

perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi merupakan

siasat dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan lebih efektif

dan efisien manakala dijalankan dengan suatu strategi tertentu.

Contoh, strategi yang akan dipakai adalah 10 bagaimana

mengaktifkan peserta didik, agar siswa mau aktif. Dalam kegiatan

belajar mengajar guru menggunakan Metode tanya jawab, bisa


49

bertanya klasikal, bertanya berantai dan bertanya silih berganti,

tujuannya agar aktivitas yang disampaikan bisa efektif

tersampaikan (Ali, 2007:83). Dalam prroses pembelajaran dikenal

beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga sering

kali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah - istilah

tersebut antara lain yaitu: strategi pembelajaran dan metode

pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah - istilah tersebut

dengan harapan dapat memberikan kejelasan tentang penggunaan

istilah tersebut. (Sanjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi

pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus

dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran

David, Sanjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi

pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, strategi

pada dasarya masih bersikap konseptual tentang keputusan -

keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan

pembelajaran. Ditinjau dari cara penyajian dan pengolahan, strategi

pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran

induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran

sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya

digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. 11 Metode

pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan


50

nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat

beberapa metode pembelajaran untuk mengimple mentasikan

strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi;

(3) Tanya jawab, dan sebagainya. Sedang istilah pembelajaran

merupakan padanan dari kata dalam bahasa Inggris instruction,

yang berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya adalah

membantu orang belajar, atau memanipulasi (merekayasa)

lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang yang belajar.

Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang dimuat dalam

bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide,

maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Bahkan saat ini

pemanfaatkan berbagai perangkat elektronik, yang berupa

programprogaram sudah banyak diimplementasikan dalam

kegiatan belajar mengajar secara umum. Dalam kegiatan belajar

mengajar paling tidak ada tiga tahapan pokok yaitu tahapan

permulaan (pra instruksional), tahap pengajaran (intstruksional),

dan tahap evaluasi atau penilaian. Tahap permulaan adalah tahap

yang ditempuh guru sebelum memulai pembelajaran. Tahapan

pengajaran adalah tahap menyampaikan materi pelajaran yang

telah disusun sebelumnya. Sedangkan tahap evaluasi adalah

tahapan 12 penilaian kegiatan belajar mengajar yang telah

dilaksanakan guna mengetahui kekurangan dan kelegihan dari

pelaksanaan pembelajaran (Depdikbud, 2002:23).


51

Macam-macam Strategi Pembelajaran meliputi :

1) Strategi Inkuiri Learning 

didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge,

1973) sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi

bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti

luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin

melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan

mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan

penemuan yang satu dengan penemuan yang

lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang

ditemukan orang lain.

2) Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)

Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan

sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang

dihadapi secara ilmiah.

Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM

bersandarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat

dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah

laku berkat adanya pengalaman. Pada dasarnya, belajar

bukan hanya merupakan proses menghafal sejumlah ilmu

dan fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara

individu dengan lingkungannya.


52

3) Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir

(SPPKB)

Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan

berpikir merupakan strategi pembelajaran yang

menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam

pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu

saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk

proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai

melalui proses dialogis yang terus menerus dengan

memanfaatkan pengalaman siswa. Model strategi

pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah

model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan

kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta

atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan

masalah yang diajarkan

5. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian

kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam

kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran dengan menggunakan sistem

pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam


53

orang yang mempunyai latar belakang kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda

(heterogen).

6) Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Strategi pembelajaran kontekstual/Contextual

teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran

dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

7. Strategi Pembelajaran Afektif (SPA)

Strategi pembelajaran afektif memang berbeda

dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan.

Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur

karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari

dalam diri siswa. Dalam batas tertentu, afeksi dapat muncul

dalam kejadian behavioral.

8) Strategi Pembelajaran Aktive learning

Strategi pembelajaran Aktive Learning merupakan

proses pembelajaran yang memberikan stimulus aktive

dalam upaya pembentukan karakter peserta didik.

Dapat disimpulkan dari pengertian di atas

merupakan strategi pembelajaran untuk meningkatkan


54

proses pembelajaran menjadi aktive serta dapat di

implementasikan oleh para pendidik.46

5. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Dalam peraturan pemerintah Nomor 55 Tahun 2007

tentang Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Keagamaan.

Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan

dan membentuk sikap , kepribadian, dan keterampilan peserta didik

dalam mengamalkan ajaran agamanya yang dilaksanakan sekurang-

kurangnya melalui mata pelajaran / kuliah pada semua jalur, jenjang,

dan jenis pendidikan (pasal 1 ayat 1).

Sementara itu pengertian lebih spesifik tentang Pendidikan

Agama Islam menurut Muhaimin yakni sebagai usaha sadar, suatu

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang dilakukan

secara berencana dan sadar untuk meningkatkan keyakinan,

pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama islam dari

peserta didik disekolah.47

Pendidikan Islam secara fundamental adalah berdasarkan Al-

qur’an yang dengan keuniversalannya terbuka bagi setiap orang

untuk mempelajari serta mengkritisinya. Segala bentuk usaha untuk

mengkaji dan menampilkan gagasan-gagasan tentang konsep

46
https://www.haruspintar.com/macam-macam-strategi-pembelajaran/diakses pada tanggal 26
februari 2022, pukul 17.34 wib.
47
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2002),
Hlm.76
55

pendidikan islam merupakan usaha positif. Hal ini karena agama islam

yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW adalah mengandung

implikasi pendidikan yang bertujuan menjadi rahmatan lil-‘alamin.

Menurut muhammad yunus dan Qosim Bakri dalam bukunya yang

berjudul Kitabut Tarbiyat Wata’limi adalah : pengertian pendidikan

menurut istilah adalah: segala pengaruh yang dipilih yang bertujuan

untuk membantu siswa dalam rangka meningkatkan jasmani dan

rohani serta akhlak (tingkah laku) sehingga sampai pada tujuan yang

sempurna.

Menurut Achmadi “Pendidikan Islam adalah sebagai usaha

untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber

daya insani yang ada pada nya menuju manusia seutuhnya (insan

kamil) sesuai dengan norma islam.48

Menurut Abdurrahman an –Nahlawi “pendidikan islam adalah

pendidikan yang menghantar kan manusia pada perilaku dan

perbuatan manusia yang berpedoman pada syari’at Allah Swt”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

Islam sebagai upaya untuk mengembangkan mendorong serta

mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan

nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses

tersebut diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang

48
Achmadi Islam sebagai paradigma ilmu pendidikan, (Yogyakarta:Aditiya Media
1992)h. 20
56

sempurna baik yang berkaitan dengan potensi akal perasaan maupun

perbuatannya.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Jika kita berbicara tentang tujuan pendidikan islam berarti

berbicara tentang nilai-nilai ideal yang bercorak islami. Hal ini

mengandung makna bahwa tujuan pendidikan islam tidak lain adalah

tujuan yng merealisasi identitas islami. Sedang idealitas islami itu

sendiri pada hakikatnya adalah mengandung nilai perilaku manusia

yang didasari atau dijiwa oleh iman dan takwa kepada Allah swt

sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati.

Dalam aspek ini setidaknya ada 3 macam dimensi ideal islam,

yaitu: a)Mengandung nilai yang berupaya meningkatkan

kesejahteraan hidup manusia dimuka bumi. b)Mengandung nilai yang

mendorong manusia yang berusaha keras untuk meraih kehidupan

yang baik. c)mengandung nilai yang dapat memadukan antara

kepentingan kehidupan dunia dan akhirat.49

Tujuan pendidikan agama sebagaimana dalam PP 55 Tahun

2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan, pendidikan agama

bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam

memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang

menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni (pasal 2 ayat 2).

49
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara, 2005h. 20
57

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam disekolah

Secara umum sebagaimana tujuan pendidikan agama islam

diatas, maka dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak dituju oleh

kegiatan pembelajaran pendidikan agama islam, yaitu :

a) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran


Islam

b) Dimensi Pemahaman atau penalaran intelektual

serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran

agama islam

c) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang

dirasakan peserta didik dalam menjalan kan ajaran

islam

d) Dimensi pengalaman, dalam arti bagaimana ajaran

islam yang telah diimani , dipahami dan dihayati

oleh peserta didik ini mampu menumbuhkan

motivasi dalam dirinya untuk mengamalkan ajaran

agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan

pribadinya serta merealisasikannya dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.50

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan antara hubumgan manusia dengan

Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga


50
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Rosdakarya,2002),h.78
58

hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia

dengan makhluk lain dan lingkungannya.

Ruang lingkup pendidikan agama islam juga identik dengan

aspek-aspek pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung

didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi yang satu

dengan yang lainnya.

Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup

Pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan disekolah

adalah:51

1) Pengajaran keimanan, pengajaran keimanan berarti proses

belajar mengajar tentang aspek kepercayaan menurut ajaran

islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun islam.

2) Pengajaran Akhlak, pengajaran akhlak adalah bentuk

pengajaran yang mengarah pada pembentukkan jiwa, cara

bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti

proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang

diajarkan berakhlak baik.

3) Pengajaran Ibadah, Pengajaran ibadah adalah pengajaran

tentang segala bentuk ibadah dan memahami arti dari tujuan

pelaksanaan ibadah.

4) Pengajaran fiqih, pengajaran fiqih adalah pengajaran yang

51
https://pinarac.wordpress.com/2012/04/06ruang-lingkup-mata
pelajaran-pendidikan- agama-islam-di sma/, diakses pada hari selasa
tanggal 27 Desember 2021, jam 14:02 WIB
59

isinya menyampaikan materi tentang segala bentuk-bentuk

hukum islam yang bersumber pada AI-Qur’an sunnah, dan dalil-

dalil syar’i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa

mengetahui dan mengerti tentang hukum- hukum islam dan

melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pengajaran Al-Qur’an, Pengajaran Al-Qur’an adalah

pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-

Qur’an dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap

ayat-ayat al-Qur’an. Akan tetapi dalam prakteknya hanya

ayat-ayat tertentu yang dimasukkan dalam materi pendidikan

agama islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.

6) Pengajaran sejarah islam. Tujuan pengajaran dari sejarah

islam ini adalah agar siswa dapat mengetahui tentang

pertumbuhan dan perkembangan agama islam dari awalnya

sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan

mencintai agama Islam.

Jadi Ruang lingkup Materi Pendidikan Agama Islam kelas 3

semester 2 meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Pelajaran 6 (Kisah Keteladanan Nabi Yusuf as dan

Nabi Syuaib as)

2. Pelajaran 7 (Hati Tentram dengan berprilaku baik)

3. Pelajaran 8 (Ayo, Belajar surah Al-Kautsar)

4. Pelajaran 9 (Meyakini Allah Maha Mengetahui dan


60

maha mendengar)

5. Pelajaran 10 (Bersykur kepada Allah SWT)

6. Pelajaran 11 (Zikir dan Doa setelah shalat)

7. Pelajaran 12 (Kisah Keteladanan Nabi Ibrahim as dan

nabi ismail.)52

Dapat ditarik kesimpulan Ruang Lingkup Materi

Pembelajaran PAI kelas 3 semester 2 dapat di integrasikan

dalam penguatan pendidikan karakter religius siswa,

dalam setiap materi mengarahkan strategi dan metode

bertujuan dalam penguatan pendidikan karakter religius

siswa.

d. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

merupakan suatu usaha penanaman aqidah Islam kepada anak didik

sebagai generasi Islam untuk memahami, menghayati, meyakini

kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkan nilai-nilai ajaran

Islam setiap waktu, kapanpun dan dimanapun berada. Pendidikan

Agama Islam merupakan pelajaran yang mengajarkan tentang nilai-

nilai agama, baik dari segi teori maupun praktik. Berdasarkan teori,

siswa diharapkan mampu memahami dasar-dasar ajaran agama yang

berlandaskan al-Qur’an dan Hadits, kemudian dari praktiknya siswa

diharapkan mampu mengaplikasikan teori dalam kehidupan sehari-

hari.
52
Hasim Ahmad, Buku Pendidikan Agama Islam Kelas 3,hlm 71-167.
61

Implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus

diterapkan dengan baik agar dapat menanamkan aqidah Islam kepada

siswa. Metode pembelajaran yang digunakan guru dapat

mempengaruhi ketertarikan siswa terhadap pelajaran, oleh karena itu

dalam implementasi pembelajaran PAI guru diharapkan mampu

mengajar dengan kreatif dan inovatif, sehingga siswa dapat

memahami nilai-nilai ajaran agama dan terbentuklah aqidah yang

baik.

Implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam

merupakan masalah inti dalam pendidikan untuk meningkatkan

pengembangan karakter peserta didik. Oleh karena itu suatu rumusan

pendidikan akan tepat bila sesuai dengan fungsinya demi tercapainya

efektifitas pembelajaran.53

Pembelajaran PAI memiliki materi kelas 3 dalam semester 2

yaitu : Pelajaran ke 6 Kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s dan Nabi

Syuaib a.s dalam kompetensi dasar KD 1.11 Meyakini Kebenaran

Kisah Nabi yusuf a.s dan nabi syuaib a.s, KD 2.11 Menunjukan sikap

pemaaf sebagai implementasi dari pemahaman kisah keteladanan

Nabi Yusuf a.s dan nabi syuaib a.s, KD 3.11 Memahami kisah

keteladanan Nabi Yusuf a.s dan nabi syuaib a.s , KD 4.11

Menceritakan Kisah Keteladanan Nabi yusuf dan nabi syuaib a.s.54

53
Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban bangsa, (Surakarta:Yuma
Pustaka, 2010), h. 76
54
Hasim Ahmad, Pendidikan Agama Islam Kelas 3, (Jakarta: buana pustaka, 2018), h.71-
81
62

Dalam materi tersebut guru pendidikan agama islam dalam

proses pembelajaran menggunakan media infokus untuk

menampilkan video kisah keteladanan Nabi yusuf a.s dan nabi syuaib

a.s, kemudian peserta didik mengamati video tersebut agar dapat

mengatahui hikmah yang terdapat di video tersebut, maka guru

pendidikan agama islam menggunakan strategi cooperative learning

dan membuat metode kelompok, metode diskusi, metode resitasi

setiap kelompok mencatat dan disampaikan pesan-pesan kisah

keteladanan.

Guru Pendidikan agama islam dalam pelajaran ke 7 Hati

tentram dengan Berprilaku Baik memilki sub pembahasan tentang

“Ikhlas, Mohon Pertolongan” dalam kompetensi dasar KD. KD 1.5

Meyakini bahwa perilaku ikhlas dan mohon pertolongan sebagai

cerminan dari iman, KD 2.5 Menunjukan perilaku ikhlas, dan mohon

pertolongan, KD 3.5 Memahami perilaku ikhlas dan mohon

pertolongan. KD 4.5 Mencontohkan perilaku ikhlas dan mohon

pertolongan.55

Dalam materi tersebut guru pendidikan agama islam dalam

proses pembelajaran menjelaskan contoh perilaku ikhlas kemudian

menggunakan metode demontrasi dan metode role playing (bermain

peran) sehingga peserta didik dalam materi pembelajaran

mencontohkan perilaku ikhlas dalam segala aktifitas apapun. Dalam

materi mohon pertolongan guru pendidikan agama islam


55
Hasim Ahmad, Pendidikan Agama Islam Kelas 3, (Jakarta: buana pustaka, 2018).h,89-96
63

menggunakan startegi active learning dan menggunakan metode

ceramah, diskusi dan keteladanan.

Guru Pendidikan agama islam dalam pelajaran ke 8 Ayo

Belajar Surah Al-Kautsar memilki sub pembahasan tentang

1)Membaca Kamiat dalam suart Ak-kautsar, 2) Menghafal surat Al-

kautsar, 3) Menulis Kalimat dalam surah Al-kautsar, 4) Pesan Surah

Al-kautsar. dalam kompetensi dasar KD. 1.1 Terbiasa membaca Al-

Quran dengan Tartil, KD 3.1 Memahami makna suarh Al-kautsar, KD

4.11 Membaca kalimat-kalimat surat Al-kautsar dengan benar, KD

4.1.2 Menulis kalimat-kalimat dalam Surat Al-Kautsar dengan benar,

KD 4.1.3 Menunjukan hafalan Surat Al-Kautsar dengan lancar.56

Dalam materi tersebut guru pendidikan agama islam dalam

proses pembelajaran melafalakan Surat Al-Kautsar kemudian

menggunakan metode Tilawatil Quran dan Metode discovery learning

setalah itu peserta didik melafalkan bersama-sama dengan lancar,

kemudian guru pendidikan agama islam menjelaskan makna dari isi

kandungan surat Al-kautsar bahwa memiliki arti yaitu “Nikmat yang

banyak”.

Guru Pendidikan agama islam dalam pelajaran ke 9 Meyakini

Allah Maha Mengetahui dan maha mendengar memilki sub

pembahasan tentang “Allah Maha Mengetahui, Allah Maha

Mendengar” dalam kompetensi dasar KD 1.4 Meyakini adanya SWT

yang maha Mengetahui dan maha mendengar, KD 2.4 Menunjukan


56
Hasim Ahmad, Pendidikan Agama Islam Kelas 3, (Jakarta: buana pustaka, 2018)hlm.101-115
64

sikap peduli berbuat baik dan hati-hati sebagai implementasi dari

pemahaman Asmaul Husna Al-Alim dan As-Sami, KD 3.4

Memahami makna asmaul husna Al-Alim dan As-sami.57

Dalam materi Asmaul Husna Al-Alim dan As-Sami guru

pendidikan agama islam metode Discovery learning dan metode

resitasi. Metode discovery learning adalah metode yang melibatkan

partisipasi aktif dan mandiri para peserta didik sedangkan

metoderesitasi adalah umpan balik yang diberikan guru pada para

peserta didik, yaitu dengan mewajibkan peserta didik membuat

ringkasan materi yang disampaikan.

Guru Pendidikan agama islam dalam pelajaran ke 10

Bersyukur Kepada Allah SWT memilki sub pembahasan tentang

“Nikmat Bersyukur, Sikap Bersyukur” dalam kompetensi dasar KD

1.7 Menerima dan Mensyukuri nikmat Allah SWT. Yang diberikan

kepada Makhluknya, KD 2.7 Menunjukan sikap bersyukur, KD 3.7

memahami sikap bersyukur, KD 4.7 Mencontohkan sikap bersyukur.58

Dalam materi Bersyukur Kepada Allah Swt guru pendidikan

agama islam metode Discovery learning dan metode resitasi. Metode

discovery learning adalah metode yang melibatkan partisipasi aktif

dan mandiri para peserta didik sedangkan metode resitasi adalah

umpan balik yang diberikan guru pada para peserta didik, yaitu

dengan mewajibkan peserta didik membuat ringkasan materi yang

57
Ibid, hlm.119-124
58
Ibid, hlm.131-137
65

disampaikan. Dalam materi tersebut guru pendidikan agama islam

mengajak peserta didik kesuatu tempat mengunjungi teman sedang

sakit, serta mengamati seseorang yang memilki keterbtasan fisik

maupun materi dari hasil proses mengamati tersebut dapat dikatkan

dengan materi pembelajaran dengan sub Menyukuri nikmat bersyukur

sehingga lebih bermakan dalam proses pembelajaran dan dapat di

implementasi di kehidupan sehari-hari.

Guru Pendidikan agama islam dalam pelajaran ke 11 Zikir

dan Doa setelah salat memilki sub pembahasan tentang “Arti zikir dan

Doa setelah salat, bacaan zikir dan doa setelah salat” dalam

kompetensi dasar KD 1.8 Menjalankan salat secara tertib, KD 2.8

Menunjukan sikap hidup tertib sebagai implementasi dari pemahaman

makna ibadah salat, KD 3.8 memahami makna salat, KD 2.9

Menunjukan sikap rendah hati sebagai impementasi dari pemahaman

makan zikir dan doa, KD memahami makna zikir dan doa setelah

salat. KD 4.9 Mempraktikan tatacara zikir dan doa setelah salat secara

benar.59

Upaya penguatan Pendidikan agama islam dalam Pelajaran

ke 12 tentang Kisah keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s

memilki sub pembahasan “Kisah keteladanan Nabi Ibrahim a.s, Kisah

keteladanan nabi Ismail” dalam kompetensi dasar KD 1.13 Meyakini

kebenaran kisah nabi Ibrahim a.s dan nabi ismail a.s. KD 2.13

Menunjukan sikap rasa ingin tahu, sabar, rela berkorban, hormat dan
59
Ibid, hlm.143-149
66

patuh kepada orangtua sebagai implementasi dari pemahaman kisah

keteladanan nabi Ibrahim a.s dan nabi ismail a.s. KD 3.13 Memahami

kisah keteladanan nabi Ibrahim a.s dan nabi ismail a.s. KD 4.13

Menceritakan kisah keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan nabi ismail a,s.

Dalam materi Zikir dan doa setelah salat. guru pendidikan

agama islam menggunakan metode ceramah, metode

keteladan ,metode Discovery learning dan metode resitasi. Metode

discovery learning adalah metode yang melibatkan partisipasi aktif

dan mandiri para peserta didik sedangkan metode resitasi adalah

umpan balik yang diberikan guru pada para peserta didik, yaitu

dengan mewajibkan peserta didik membuat ringkasan materi yang

disampaikan. Dalam materi tersebut guru pendidikan agama islam

mempraktekan shalat dan bacaan doa dan zikir setelah shalat.dalam

proses pembelajaran dan dapat di implementasi ibadah shalat di

kehidupan sehari-hari.

Bahwa dalam kegiatan intrakulikuler dalam pembelajaran

PAI dalam penguatan pendidikan karakter Religius mengunakan

startegi active learning dan strategi cooperative learning dan metode

didesauiakan dengan materi PAI kelas 3 semester 2. Sehingga dari

materi tersebut bisa memaknai pembelajaran dalam karakter Religius

yang ditanamkan nilai-nilai karakter yang di sampaikan oleh guru

pendidikan agama islam.

Kemudian penguatan pendidikan Karakter Religius ditambah


67

kegiatan Ektrakulikuler di luar kelas, meliputi : Shalat Duha, shalat

zuhur berjamaah, Dai Cilik, Paskibra, Pramuka.

Kegaiatan Paskibra dan pramuka untuk melatih karakter

kepribadian mandiri, berani, tanggung jawab, disiplin yang di

integrasikan dengan startegi active learning, strategi discovery

learning serta metode role playing dalam proses pelaksanaan

kegaiatan tersebut, kemudian selalu ditanamkan nilai-nilai karakter

religius.

Pendidikan sebagai suatu usaha pasti mengalami permulaan

dan mengalami kesudahannya. Agar peroses pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dapat berjalan dengan baik untuk meningkatkan

keimanan pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik

tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman

dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,

penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam

sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa

kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan

pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. 60 Membangun masyarakat

yang bermoral adalah tanggung jawab semua pihak, anak-anak akan


60
Ramayulis & Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, h. 21-22
68

tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada

lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang

dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal. Hal ini dilakukan

oleh semua pihak seperti keluarga, sekolah, seluruh komponen yang

terdapat dalam masyarakat. Melalui kegiatan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat mengembangkan

kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi

siswa. Di sisi lain pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait

dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang

dimaksud adalah bagaiamana pendidikan karakter direncanakan,

dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan

di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi,

nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam program kurikulum, kultur

sekolah, pembelajaran, penilaian, tata tertib sekolah, guru dan tenaga

kependidikan, serta komponen terkait lainnya.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa

Implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam mempunyai

peran yang sangat besar di dalam kegiatan intrakulikuler dan

ektrakulikuler dalam pengumbangan karakter peserta didik, sehingga

untuk mewujudkan semua itu dibutuhkan kerjasama yang baik mulai

dari lembaga pendidikan, dewan guru, lingkungan pendidikan,

masyarakat, dan seluruh civitas yang berada di ruang lingkup

pendidikan tersebut.
69

C. Karakter Religius

1. Pengertian Karakter Religius

Kata dasar dari religius adalah religius yang berasal dari

bahasa asing religion sebagai bentuk dari kata benda yang

berarti agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan

kodrati di atas manusia. Sedangkan religius berasal dari kata

religius yang berarti sifat religi yang melekat pada diri

seseorang.

Religius sebagai salah satu nilai karakter dideskripsikan

oleh Suparlan sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan

pemeluk agama lain. Karakter religius ini sangat dibutuhkan

oleh siswa dalam menghadapi perubahan zaman dan

degradasi moral, dalam hal ini siswa diharapkan mampu

memiliki dan berprilaku dengan ukuran baik dan buruk yang di

dasarkan pada ketentuan dan ketetapan agama.61

Agama dalam kehidupan pemeluknya merupakan ajaran

yang mendasar yang menjadi pandangan atau pedoman

hidup. Pandangan hidup ialah “konsep nilai yang dimiliki

seseorang atau sekelompok orang mengenai kehidupan”. Apa

yang dimaksut nilai-nilai adalah sesuatu yang dipandang

61
Elearning Pendidikan. 2011. Membangun Karakter Religius Pada Siswa Sekolah
Dasar. dalam, (http://www.elearningpendidikan.com), diakses 3 januari 2022
70

berharga dalam kehidupan manusia, yang mempengaruhi sikap

hidupnya. Pandangan hidup (way of life, worldview)

merupakan hal yang penting dan hakiki bagi manusia, karena

dengan pandangan hidupnya memiliki kompas atau pedoman

hidup yang jelas di dunia ini. Manusia antara satu dengan

yang lain sering memiliki pandangan hidup yang berbeda-

beda seperti pandangan hidup yang berdasarkan agama

misalnya, sehingga agama yang dianut satu orang berbeda

dengan yang dianut yang lain.

Muhaimin mengatakan kata religius sering dikaitkan

dengan kata religi (agama) dan religiusitas (keberagamaan).

Keberagaman tidak selalu identik dengan agama, agama lebih

menunjuk kepada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan, dalam

aspek yang resmi, yuridis, peraturan- peraturan dan hukum-

hukumnya, sedangkan keberagamaan atau religiusitas lebih

melihat pada aspek yang “di dalam lubuk hati nurani” pribadi

dan karena itu religiusitas memiliki makna lebih dalam diri

agama yang tampak formal.62

Pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai yang

bersumber dan terkait dengan:

a. Agama, sebagai system kayakinan yang mendasar, sakral,

dan menyeluruh mengenai hakikat kehidupan yang

62
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT. Rosdakarya, 2008), hlm. 288
71

pusatnya ialah keyakinan Tuhan.

b. Ideologi, sebagai sistem paham yang ingin menjelaskan dan

melakukan perubahan dalam kehidupan ini, terutama dalam

kehidupan social-politik.

c. Filsafat, sistem berpikir yang radikal, spekulatif, dan induk

dari pengetahuan.

d. Agama, sebagai system kayakinan yang mendasar, sakral,

dan menyeluruh mengenai hakikat kehidupan yang

pusatnya ialah keyakinan Tuhan.

e. Ideologi, sebagai sistem paham yang ingin menjelaskan dan

melakukan perubahan dalam kehidupan ini, terutama dalam

kehidupan social-politik.

f. Filsafat, sistem berpikir yang radikal, spekulatif, dan induk

dari pengetahuan.

Pandangan hidup manusia dapat diwujudkan atau

tercermin dalam cita- cita, sikap hidup, keyakinan hidup

dan lebih konkrit lagi perilaku dan tindakan. Pandangan

hidup manusia akan mengarah orientasi hidup yang

bersangkutan dalam menjalani hidup di dunia ini. Bagi

seorang muslim misalnya, hidup itu berasal dari Allah

Yang Maha Segala-galanya, hidup tidak sekedar di dunia

tetapi juga di akhirat kelah. Pandangan hidup muslim

berlandaskan tauhid, ajarannya bersumber pada al-Qur‟an


72

dan Sunnah Nabi, teladannya ialah Nabi, tugas dan fungsi

hidupnya adalah menjalankan ibadah dan kekhalifaan muka

bumi, karya hidupnya ialah amalan shaleh, dan tujuan

hidupnya ialah meraih karunia dan ridha Allah.

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini agama

memiliki posisi dan peranan yang sangat penting. Agama

dapat berfungsi sebagai faktor motivasi (pendorong untuk

bertindak yang benar, baik, etis, dan maslahat), profetik

(menjadi risalah yang menunjukan arah kehidupan), kritik

(menyuruh pada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang

mungkar), kreatif (mengarahkan amal atau tindakan yang

menghasilkan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain),

intergratif (menyatukan elemen-elemen yang rusak dalam

diri manusia dan masyarakat untuk menjadi lebih baik),

sublimatif (memberikan proses penyucian diri dalam

kehidupan), dan liberatif (membebaskan manusia dari

berbagai belenggu kehidupan).manusia yang tidak memiliki

pandangan hidup, lebih-lebih yang bersumber agama, ibarat

orang buta yang berjalan di tengah kegelapan dan

keramaian: tidak tahu dari mana dia datang, mau apa di

dunia, dan kemana tujuan hidup yang hakiki

Karena demikian mendasar kehidupan dan fungsi agama

dalam kehidupan manusia maka agama dapat dijadikan


73

nilai dasar bagi pendidikan, termasuk pendidikan karakter,

sehingga melahirkan model pendekatan pendidikan

berbasis agama. Pendidikan karakter yang berbasis pada

agama merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-

nilai berdasarkan agama yang membentuk pribadi, sikap,

dan tingkah laku yang utama atau luhur dalam kehidupan.

Dalam agama islam, pendidikan karakter memiliki

kesamaan dengan pendidikan akhlak. Istilah akhlak bahkan

sudah masuk dalam bahasa indonesia yaitu akhlak. Akhlak

(dalam bahasa Arab: al-akhlak) menurut Ahamad

Muhammad Al-Hufy dalam “Min Akhlak al-Nabiy”, ialah

“azimah (kemauan) yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan

berulang-ulang sehingga menjadi adat (membudaya) yang

mengarah pada kebaikan atau keburukan”. Karena

itu,dikenalkan adanya istilah “akhlak yang mulia atau baik”

(akhlak al- karimah) dan “akhlak yang buruk” (al-akhlak al-

syuu). Ajaran tentang akhlak dalam Islam sangatlah penting

sebagaimana ajaran tentang aqidah (keyakinan), ibadah, dan

mu‟amalah (kemasyarakat). Nabi akhiru zaman,

Muhammad s.a.w, bahkan diutus untuk menyempurnakan

akhlak manusia, “innamaa buitstu li-utannima makaarim al-

akhlak”. Menyempurnakan aklak manusia berarti

meningkatkan akhlak yang sudah baik menjadi lebih baik


74

dan mengikis akhlak yang buruk agar hilang serta diganti

oleh akhlak yang mulia. Itulah kemuliaan hidup manusia

sebagai makhluk Allah yang utama. Betapa pentingnya

membangun akhlak sehingga melekat dengan kerisalah

nabi.63

2. Aspek-aspek Religius

Aspek religius menurut Kementerian Lingkungan Hidup

RI 1987 religiusitas (Agama Islam) terdiri dari lima

aspek:.64

1) Aspek iman menyangkut keyakinan dan

hubungan manusia dengan Tuhan, malaikat,

para nabi dan sebagainya

2) Aspek Islam menyangkut freluensi, intensitas

pelaksanaan ibadah yang telah ditetapkan,

misalnya sholat, puasa dan zakat

3) Aspek ihsan menyangkut pengalaman dan

perasaan tentang kehadiran Tuhan, takut

melnggar larangan dan lain-lain.

4) Aspek ilmu yang menyangkut pengetahuan

seseorang tentang ajaran-ajaran agama.


63
Hadedar Nashir, “Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya”, (Yogyakarta:
Multi Presindo, 2013), hlm 22-24
64
Ahmad Tonthowi, Hakekat Religiusitas,
http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/hakekatreligiusitas.pdf, diakses pada hari Ahad, 3
januari 2022, 22:21 WIB.
75

5) Aspek amal menyangkut tingkah laku

dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya

menolong orang lain, membela orang lemah,

bekerja dan sebagainya.

3. Macam macam nilai/ Indikator karakter Religius

Landasan religius dalam pendidikan merupakan

dasar yang bersumber dari agama. Tujuan dari landasan

religius dalam pendidikan adalah seluruh proses dan

hasil dari pendidikan dapat mempunyai manfaat dan

makna hakiki. Agama memberikan dan mengarahkan

fitrah manusia memenuhi kebutuhan

batin, menuntun kepada kebahagiaan dan

menunjukkan kebenaran. Seperti yang ditetapkan pada

Al-Qur‟an surat Al-„Alaq ayat 1-5

Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu

yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari

segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha

pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran

kalam,Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak


76

diketahuinya.65

Lima ayat diatas memerintahkan kepada manusia

untuk melakukan pembacaan atas semua ciptaan Tuhan

dengan berdasarkan ketauhitadan.Pendidikan agama

dan pendidikan karakter adalah dua hal yang saling

berhubungan. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam

pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasikan

berasal dari empat sumber yaitu, agama, pancasila,

budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Agama

menjadi sumber kehidupan individu, masyarakat, dan

bangsa yang selalu didasari pada ajaran agama dan

kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan

didasari pada nilai agama. Sehingga nilai pendidikan

karakter harus didasarkan pada nilai dan kaidah dari

agama.

Pancasila sebagai prinsip kehidupan bangsa dan

negara, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila

mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi,

kemasyarakatan dan seni. Sedangkan budaya menjadi

dasar dalam pemberian makna dalam komunikasi antar

anggota masyarakat. Budaya menjadi penting karena

65
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Al-Qahhar (Jakarta Timur: Maghfirah
Pustaka, 2006)
77

sebagai sumber nilai dalam pendidikan budaya dan

pendidikan karakter bangsa. Sedangkan tujuan dari

pendidikan nasional menurut UU. No.20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, betujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggungjawab.66Menurut Zayadi,

sumber nilai yang berlaku dalam kehidupan manusia

digolongkan menjadi dua macam yaitu:

a. Nilai ilahiyah,

Nilai ilahiyah adalah nilai yang berhubungan

dengan ketuhanan atau habul minallah, dimana inti dari

ketuhanan adalah keagamaan. Kegiatan menanamkan

nilai keagamaan menjadi inti kegiatan pendidikan.

Nilai – nilai yang paling mendasar adalah: 1) Iman,

yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada

Allah. 2) Islam, yaitu sebagai kelanjutandari iaman,


66
Zayadi, “Desain Pendidikan Karakter”, (Jakarta: Kencana Pramedia Group,2001),h.7
78

maka sikap pasrah kepada-Nya denngan meyakini bahwa

apapun yang datang dari Allah mengandung hikmah

kebaikan dan apsrah kepada Allah. 3)Ihsan,yaitu

kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah

senantiasa hadir atauberada bersama kita di manapun

kita berada 4) Taqwa, yaitu sikap menjalankan

perintah dan menjauhi larangan Allah. 5) Iklas, yaitu

sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatantanpa

pamrih, semata-mata mengharapkan ridho dari Allah.

6)Tawakal, yaitu sikap yang senantiasa bersandar kepada

Allah, dengan harapan kepada Allah. 7) Syukur, yaitu

sikap dengan penuh rasa terimakasih dan penghargaan atas

ni’mat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah. 8)

Sabar, yaitu sikap batin yang tumbuh karena kesadaran

akan asal dan tujuan hidup yaitu Allah.

b. Nilai Insaniyah,

Nilai insaniyah adalah nilai yang berhubungan

dengan sesama manusia atau habul minannas yang berisi

budi pekerti. Berikut adalah nilai yang tercantum dalam

nilai insaniyah.671) Silaturahmi, yaitu pertalian rasa

cinta kasih antar sesama manusia. 2) Al- Ukhwah,

yaitu semangat persaudaraan. 3) Al-Musawah, yaitu


67
Ibid , h. 95
79

pandangan bahwa harkat dan martabat semua manusia

6) Tawadlu, yaitu sikap rendah hati. 7) Al-Wafa, yaitu

tepat janji. 8)Insyirah yaitu lapang dada. 9) Amanah,

yaitu bisa dipercaya. 10) Iffah atau ta’’afuf, yaitu sikap

penuh harga diri, tetapi tidak sombong tetap rendah

hati. 11)Qawamiyah, yaitu sikap tidak boros . 12)Al-

Munfikun, yaitu sikap kaum beriman yang memilki

kesediaan yang besar menolong sesama manusia.

4. Tahap perkembangan Religius

Tahap perkembangan religius yang di kembangkan


Moran seperti dikutip

M.I Soelaeman sebagaimana dijelaskan berikut:

a. Anak-anak, Dunia religius anak masih sangat sederhana

sehingga disebut juga dengan the simply religious.pada

saat itu anak memang belum dapat murni dalam

tingkah laku dan perbuatantanpa pamrih, semata-mata

mengharapkan ridho dari Allah. 6)Tawakal, yaitu sikap

yang senantiasa bersandar kepada Allah, dengan harapan

kepada Allah. 7) Syukur, yaitu sikap dengan penuh rasa

terimakasih dan penghargaan atas ni’mat dan karunia yang

telah diberikan oleh Allah. 8) Sabar, yaitu sikap batin

yang tumbuh karena kesadaran akan asal dan tujuan

hidup yaitu Allah. Tahap perkembangan Religius Tahap


80

perkembangan religius yang di kembangkan Moran

seperti dikutip M.I Soelaeman sebagaimana dijelaskan

berikut:

b. Anak-anak, Dunia religius anak masih sangat sederhana

sehingga disebut juga dengan the simply religious.pada

saat itu anak memang belum dapat Dewasa, Pada saat

ini seseorang mencapai tahap kedewasaan beragama,

yakni mampu merealisasikan agama yang dianutnya dalam

kehidupan sehari - hari atas dasar kerelaan dan

kesungguhan dan bukan halnya peluasan diluar. Pribadi

yang rela dan sungguh-sungguh dalam

keberagamaannya sehingga akan menerima dan

menjalankan kewajiban-kewajiban agama, maupun

tugas hidupnya bukan sebagai sesuatu yang dibebankan

dari luar, melainkan sebagai suatu sikap yang muncul

dari dalam dirinya

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan pengamatan dan penelusuran yang dilakukan penulis

sejauh ini, belum ada penelitian yang secara khusus membahas tentang

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

Pembentukan Karakter Religus Siswa. Akan tetapi menemukan judul

Tesis yang mempunyai kajian hampir sama namun beda kajian, seperti:

1) Penelitian tesis yang ditulis Kurnia Dwi Putra, dengan Judul


81

“Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) SDN Gedung Sari Kecamatan Anak Ratu Aji

Kabupaten Lampung Tengah” (Tesis di Program Pascasarjana

Pendidikan Agama Islam UIN Raden intang Lampung 2020)

Persamaan dengan Penelitian ini yaitu Penguatan Pendidikan

Karakter melalui Pembelajaran PAI, dimana diharapkan dengan

penguatan pendidikan karakter peserta didik terbentuk.

Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu penguatan pendidikan

karakter melalui pembelajaran PAI yaitu terletak pada perencanaan

pembelajaran PAI dan evaluasi pembelajaran PAI hasil dari penelitian

ini adalah Penguatan Pendidikan karakter.

2) Penelitian tesis yang ditulis Remanda Nadia Tamara, dengan judul

“Implementasi Pembelajaran PAI dalam penguatan Karakter Religius

dan sikap peduli sosial siswa di SMA Negeri 2 MASBAGIK” (Tesis

Program Studi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Universitas

Negeri Mataram 2021).

Persamaan dengan penelitian ini yaitu Implementasi Pembelajaran

PAI dalam Penguatan Pendidikan Karakter Religius.

Perbedaan penelitian tersebut yaitu lebih menekankan

Implementasi pembelajaran PAI dalam Penguatan Pendidikan

Karakter Religius.

3) Penelitian tesis yang ditulis Mohammad Johan, dengan judul

“implementasi Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren (Studi


82

Kasus di Tarbiyatul Mu”allimien Al-Islamiyah (TMII) Pondok

Pesantren AL- Amien Prenduan Sumenep)” (Tesis di Program

Magister Manajemen Pendidikan Islam UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang 2012).56

Persamaan dengan penelitian ini yaitu pengimplementasian

Pendidikan karakter. Dimana diharapkan dengan Implementasi

pendidikan karakter peserta didik memiliki sikap yang berkarakter.

Perbedaan dengan penelitian tersebut yaitu terletak pada

fokus penelitian dimana penelitian ini membahas Fokus penelitian ini

mengenai Implementasi Pendidikan Karakter dalam kegiatan

kurikuler dan ekstrakulikuler dalam kegiatan sehari-hari di

pondok Al-Amin Sumenep. Hasil dari penelitian adalah

implementasi pendidikan karakter melalui mata pelajatran

pesantren, kegiatan ekstrakulikuler dan kepesantrenan.

4) Penelitian tesis yang ditulis oleh Nanang qosim, dengan judul :

“Penguatan Pendidikan Karakter Religius Melalui Program live

in,Character Building camp, dan Sosial care” (Tesis Program

Magister Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Walinsong Semarang 2019).

Adapun hasil penelitian ini adalah penguatan pendidikan karakter

religius dengan melalui camp building dan care dalam membentuk

karakter peserta didik.


83

Persamaan penelitian ini adalah penguatan pendidikan karakter

religius, sedangkan perbedaannya adalah peneliti yang sekarang

lebih fokus ke metode Character camp building dan care.

5) Penelitian tesis yang ditulis oleh: Hery Nugroho, dengan judul :

“Impementasi Pendidikan karakter dalam Penelitian Agama Islam

di SMA Negeri 3 Semarang”, (Tesis di Proram Magister Studi

Islam Konsentrasi Pendidikan Islam Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Walisongo Semarang 2012)”.58

Adapun hasil dari penelitian adalah kebijakan

pendidikan karakter dalam PAI di SMA Negeri 3 Semarang

melalui tiga cara, aykni mata pelajaran pengembangan diri, dan

budaya sekolah.

Persamaan penelitian ini adalah pembentukan karakter

siswa dalam pendidikan agama islam, sedangkan perbedaannya

adalah peneliti sekarang lebih pokus pada Pelaksanaan Pembejaran

PAI dalam Membentuk Karakter Religius yang ada di Sekolah

Dasar, hingga faktor pendukung dan penghambatnya, dengan

menggunakan penelitian kualitatif.

E. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir menurut Uma Sekaran dalam sugiyono

yaitu kerangka berfikir dapat diartikan sebagai model konseptual

tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.


84

Pada judul yang ditulis yaitu Implementasi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Religius siswa

SDN Pondok Ranji 03 ciputat Timur, kerangka berfikir berpusat pada

pembentukan karakter Religius siswa yang dapat dilaksanakan oleh

guru PAI kemudian menjadi strategi yang terbentuk yang dapat

dilaksanakan oleh guru PAI. Berikut adalah gambaran kerangka

berfikir yang telah di jabarkan diatas :

Gambar 2.4
Kerangka Berfikir

Indikator Penguatan Indikator


Pendidikan karakter Pembelajaran Implementasi PAI
religius Pendidikan Agama
1. Pembiasaan islam 1. Religius
kegiatan ibadah 2. Jujur
sunnah seperti shlat
3. Toleran
dhuha
2. Membiasakan 4. Disiplin
tadarusan sebelum Kendala Kegiatan PAI: 5. Bekerja keras
belajar 6. kreatif
Kurangnya kesadaran dalam
3. Melaksanakan
melaksanakan ibadah shalat
ibadah disekolah
disekolah.
dan dirumah
Kurangnya minat siswa dalam
melaksanakan shalat dhuha.

Program Kurangnya perhatian orang tua


internal dan dalam pembentukan karakter
Eksternal PAI religius dalam beribadah.
dalam
Masih banyak siswa bermain
Penguatan handphone dan lalai dalam
pendidikan melaksanakan ibadah shalat
karakter dirumah.
Religius
Kurangnya didiplin siswa dalam
melaksanakan kegiatan ibadah.

Terbentuk
Karakter
Religius Siswa
85
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Bagaimana Program Penguatan Pendidikan Karakter Religius melalui

Implementasi Program intrakulikuler dan ektrakulikuler dalam

Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI Kelas 3 Semester 2) SDN Pondok

Ranji 03 Ciputat Timur.

2. Bagaimana Faktor Pendukung dan Penghambat dalam penguatan

pendidikan karakter Religius melalui implementasi pembelajaran PAI.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di SDN Pondok Ranji 03 Ciputat timur SD

NEGERI PONDOK RANJI 03 beralamat di Jl. Pertamina Raya

RT.003/07, Pondok Ranji, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan,

Banten, dengan kode pos 15412.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan terhitung sejak

tanggal 7 juli 2021 sampai dengan 11Oktober 2021.

86
87

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
Judul: Penguatan Pendidikan Karakter Religius Melalui
Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI Kelas 3
Semester 2) Di SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur Tanggerang
Selatan.

W A K T U
No Oktober November Desember Januari Februari Maret
Kegiatan
. 2021 2021 2021 2022 2022 2022
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi
pendahuluan
2. Penyusunan
proposal
3. Seminar
proposal
4. Perbaikan
proposal
7. Pengumpulan
data
8. Pengolahan &
analisis data
9. Penyusunan
draft naskah
laporan
10. Pengesahan
dan
penggandaan
11. Ujian Tesis

C. Latar Penelitian

Berawal dari kajian-kajian terdahulu dan studi lapangan, maka

penelitian ini ditujukan pada dua lembaga pendidikan yang di bawah

naungan Kemendikbud. Adapaun lokasi penelitian adalah yang pertama di

berada di Jl. Pertamina Raya RT.003/07, Pondok Ranji, Kec. Ciputat

Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten, dengan kode pos 15412.


88

D. Metode Penelitian

Dalam mencapai sebuah tujuan yang akan diraih, pasti

menempuhnya dengan berbagai cara atau pun metode,

sehingga sasaran yang akan dituju dapat terjangkau dengan

signifikan. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam

penyusunan karya ilmiah ini adalah metode kualitatif dengan

melakukan pendekatan deskriptif dan observasi kelapangan,

juga penelaahan terhadap buku- buku yang relevan.

Penelitian ini hendak mengexsplor atau

menggambarkan tentang bagaimana penguatan pendidikan

karakter Religius melalui implementasi pembelajaran PAI

(Telaah Materi PAI Kelas 3 semesetr 2) di SDN Pondok Ranji

03 Ciputat Timur. Metode dengan pendekatan deskriptif

menurut Bogdan dan Taylor dalam bukunya Lexy J. Moleong

ialah pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara

holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan

individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,

tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu

keutuhan.68

E. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan berupa data

deskriptif, misalnya dokumen pribadi, catatan lapangan, tindakan responden,

68
Lexy J. Moeloeng.Metedologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 2012), h. 4
89

dokumen, dan lain-lain.69 Adapun data dalam penelitian ini berupa keterangan,

tindakan, perilaku, dan catatan yang dapat dijadikan bahan dasar kajian

berkenaan dengan Penguatan pendidikan Karakter Religius melalui

Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi kelas 3 Semester 2) SDN

Pondok Ranji 03 Ciputat Timur . Adapun jenis data dalam penelitian ini dibagi

dalam dua macam, yakni:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan dari

sumber pertama.70 Data primer dalam penelitian ini berupa data hasil

interview, Wawancara dan hasil observasi. Adapun sumber data dari

interview adalah hasil interview dengan pimpinan lembaga, yakni kepala

sekolah/ madrasah, waka kurikulum. Kemudian interview dengan para

guru dan siswa, serta warga sekolah/madrasah yang lain. Untuk data dari

observasi adalah hasil pengamatan tindakan/kegiatan siswa di

sekolah/madrasah, kondisi lokasi penelitian, tindakan/kegiatan warga

sekolah/madrasah, serta aktifitas lainnya yang dapat menunjang penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari sumber

pertama, namun sumber kedua, ketiga, dan seterusnya. 71 Adapun data

sekunder dari penelitian ini adalah data yang berupa dokumen-dokumen

dan arsip penunjang kegiatan pendidikan karakter dan dokumen- dokumen

69
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif Rancangan Penelitian,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 43
70
Andi, Metode, hlm. 204
71
Ibid. hlm.205
90

hasil kegiatan pendidikan karakter di sekolah/madrasah. Sehingga sumber

data dari data sekunder ini adalah isi dokumen- dokumen atau arsip yang

telah diteliti. Untuk memperjelas data dan sumber data di atas akan

dijabarkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.2
Data dan Sumber Data

Data yang Dibutuhkan Sumber Data Teknik Penelitian


1. Sejarah lembaga Pribadi, Wawancara
Pendidikan Perseorangan
2. Pandangan/pendapat Pribadi,
tentang pembelajaran perseorangan Wawancara
pendidikan agama
islam
3. Implementasi Kejadian/peristiwa
pembelajaran yang sedang Observasi
pendidikan agama Berlangsung
islam
4. Program penguatan
pendidikan Karakter Dokumen Telaah dokumen
religius siswa

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Paham dalam bukunya Andi Prastowo menyebutkan

bahwa teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk

mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan.72 Adapun teknik

pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

1. Wawancara

Melakukan wawancara (interview) dengan informan dan

sumber- sumber lain yang menunjang penelitian ini. Menurut

Moleong yang terkutip dalam bukunya Haris menyebutkan


72
Andi, Metode, hlm. 208
91

wawancara adalah perca- kapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.73

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

termasuk wawancara mendalam (in-depth interview). Menurut Burhan

Bungin wawancara mendalam secara umum adalah proses

memperoleh kete- rangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan

atau orang yang diwawan- carai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan

terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian,

kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam

kehidupan informan.74 Adapun informan dalam penelitian ini adalah

pemipinan lembaga, guru, siswa, dan warga sekolah/madrasah yang

dapat dipercaya. Untuk menetapkan informan pertama, peneliti akan

memilih informan yang memiliki pengetahuan khusus dan dekat

dengan situasi yang menjadi fokus penelitian, seperti para pimpinan

lembaga dan para guru. Selanjutnya adalah wawancara tidak

tersetruktur dengan informan lain, seperti para siswa dan warga

sekolah yang lain yang dapat dipercaya. Untuk mengatasi terjadinya

73
Haris, Metodologi, hlm. 118

74
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 108
92

pembiasan informasi yang diragukan kesahihannya, maka setiap

wawancara dilakukan pengujian informasi dan informan sebelumnya

dan pencarian sumber informasi baru.

2. Observasi

Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat

digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. 75 Hal

tersebut dilakukan dengan pengamatan langsung (observasi) terhadap

situasi lingkungan, tempat, dan kegiatan implementasi pendidikan

karakter. Peneliti mengamati secara independen dan objektif, serta

menganalisis apa saja yang terjadi di lapangan. Observasi yang

dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui segala bentuk proses

kegiatan yang berhu bungan dengan implementasi pendidikan

karakter, observasi tentang kondisi lokasi, kondisi awal dalam

melakukan penelitian, dan lain-lain.

3. Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpalan data yang terakhir adalah

metode dokumentasi. Studi dokumentasi adalah salah satu metode

pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis

dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain

tentang subjek.76 Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk

surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan, dan sebagainya.

Sifat utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu, sehingga
75
Haris, Metodologi, hlm. 131
76
Burhan, Penelitian, hlm. 122
93

memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang

pernah terjadi di waktu silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini

disebut dokumen dalam arti luas termasuk monumen, artefak, foto,

tape, mikrofon, disc, CD, harddisk, flashdisk, dan sebagainya.

Data dari hasil dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi

data yang diperoleh dari olah dokumentasi kegiatan implementasi dan

dokumen hasil kegiatan implementasi pembelajaran pendidikan

agama islam dalam pembentukan karakter religius siswa. Selain

dokumen tersebut, terdapat beberapa dokumen penunjang dalam

penelitian ini, seperti catatan sejarah kegiatan implementasi

pembelajaran pendidikan agama islam dalam pembentukan karakter

religus siswa, sejarah berdiri dan berkembangnya lembaga, dan

peraturan- peraturan tertulis yang ada SDN Pondok Ranji 03 Ciputat

Timur, serta dokumen-dokumen lain sebagai penunjang. Dalam

melakukan analisis data, peneliti menggunakan tiga cara analisis yang

terjadi secara bersamaan, yakni reduksi data, penyajian data.

Proses pertama adalah reduksi data yang diartikan sebagai

pemilihan, pemusatan perhatian, dan penyederhanaan data yang

diperlukan. Sesuai dengan pendapat dari Miles dan Huberman dalam

bukunya Andi yang menyebutkan bahwa reduksi data merupakan

suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan.77Terdapat beberapa hal yang akan


77
Andi, Metode, hlm. 242
94

dilakukan dalam tahap reduksi data ketika melakukan penelitian.

Kegiatan tersebut difokuskan pada identifikasi beberapa data yang

ditemukan, mulai dari bagian data yang terkecil namun memiliki

hubungan dan makna yang dapat dikaitkan dengan fokus

permasalahan yang diteliti. Selanjutnya, menyusun ketegori sebagai

upaya untuk memilah-milah satuan data kedalam bagian-bagian yang

memiliki kesamaan guna untuk memper- mudah menganalisa data.

Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang kompleks dikemudian

hari dalam proses pengumpulan data dan penyajian data, maka

peneliti melakukan beberapa cara untuk memudahkan hal itu, seperti

menggunakan catatan- catatan penting yang berkaitan dengan

permasalahan. Catatan-catatan tersebut dapat berupa poin-poin

penting yang selanjutnya perlu melakukan penguraian kata-kata yang

perlu penjelasan lebih rinci dan terfokus.

Kegiatan yang ketiga dan tidak kalah pentingnya dari kegiatan

sebelumnya adalah penarikan kesimpulan/verifikasi. Pada proses

penarikan kesimpulan semua data yang telah terkumpul dan dijadikan

pada bagian- bagian tertentu agar memudahkan peneliti dalam

penarikan kesimpulan. Proses analisis data dalam penelitian ini

dimulai dengan menelaah seluruh data yang dikumpulkan baik yang

diperoleh melalui observasi, interview, maupun dokumentasi, baru

kemudian ditarik kesimpulan dengan mengguna- kan metode

deskriptif.
95

4. Validasi Data

Dalam melakukan pengecekan keabsahan data, yang akan

dilakukan adalah triangulasi data. Moleong menjelaskan bahwa

triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. 78

Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Dalam proses

triangulasi sumber data ini, peneliti melakukan dengan berbagai cara

sebagai berikut:

1) Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil

wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan oleh pimpinan lembaga

dengan guru dan siswa, serta warga sekolah.

3) Membandingkan apa yang dikatakan oleh informan dalam situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan informan sepanjang waktu.

Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen-dokumen

lainnya yang bersangkutan. Untuk menetapkan keabsahan data

diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan

berdasarkan atas sejumlah kriteria tertentu, ada empat kriteria

yang digunakan yaitu: derajat kepercayaan (cerdibility),

78
Andi, Metode, hlm. 242
96

keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan

kepastian (confirmability). Berdasarkan dari ketiga kriteria yang

telah disebutkan sebelumnya, peneliti melakukan pengecekan data

berdasarkan sumber-sumber data yang telah dikumpulkan.

Pengecekan data tersebut dilakukan secara teliti sehingga

diharapkan hasil penelitian yang dilakukan merupakan penelitian

benar-benar absah dan orisinal.

BAB IV

HASIL PENELITIAN
97

A. Deskripsi Data

1. Gambaran Umum SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur

SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur  adalah salah satu satuan pendidikan

dengan jenjang SD di Pondok Ranji, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang

Selatan, Banten. Dalam menjalankan kegiatannya, SDN Pondok Ranji 03

berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

SDN Pondok Ranji 03 beralamat di Jl. Pertamina Raya RT.003/07,

Pondok Ranji, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten, dengan

kode pos 15412.

SDN Pondok Ranji 03 memiliki akreditasi A, berdasarkan sertifikat

127/BAP-S/M-SK/XII/2017. Kemudian berdekatan dengan SDN Pondok Ranji

4. Pada tahun 2015 sebelum dinamakan SDN Pondok Ranji 3 adalah dengan

sebutan SDN Pondok Ranji 5, dengan berjalananya waktu peminat masyarkat

antusias untuk belajar peserta didik jenjang SD maka dari Dinas Pendidikan

memberi keputusan SDN Pondok Ranji 3 dan SDN Pondok Ranji 4 dengan

satu wilayah namun berbeda.

SDN Pondok Ranji 03 berdektan dengan SMPN 10 sehingga peserta didik

ke jenjang berikutnya bisa di belajar di SMPN 10 sebagaimana dengan sistem

Zonasi wilayah tempat tinggal.

Adapun program kegiatan yang diterapkan di SDN Pondok Ranji 3

merupakan kegiatan mengarahkan karakter religius antara lain kegiatan

intrakulikuler dan ekstrakulikuler, kegiatan intrakulikuler adalah

pembiasaan shalat berjamaah, setoran hafalan Al-Qur’an serta sapa dan


98

salam terhadap guru serta teman disekitar sekolah. Kemudian kegiatan

Ekstarkulikuler adalah kegiatan seperti Dai cilik, Paskibra, Pramuka,

Tahfidz Al-Qur’an, Pantonim dan mendongeng islami.

Bahwa kegiatan tersebut merupakan pembentukan karakter peserta

didik dan melatih berani tampil dengan engikuti lomba-lomba kejuaran.79

a. Visi SDN Pondok Ranji 03

Mewujudkan peserta didik yang B5 :

1. Ber-IMTAQ

2. Ber-Karakter

3. Berwawasan Iptek Moderen

4. Berani Berkompetisi, dan

5. Berarti Bagi Lingkungan

b. Misi SDN Pondok Ranji 03

1. Rajin beribadah, mengkaji ilmu dan bergotong royong

2. Aktif,kreatif,mandiri, dan inovatif

3. Nyata hasil kreatifitas berwawasan moderen

4. Jasmani dan rohani diolah seimbang

5. Indah, asri, bersih lingkunganya

6. Tingkatkan kinerja dlm peningkatan mutu pendidikan

7.Imtak yg mencerminkan religius, cerdas, dan mandiri.

8.Gerakan sekolah bersih menyenangkan

9. Aman nyaman menjadi rumah ke dua.

c. Tujuan SDN Pondok Ranji 03


79
Arsip Dokumen SDN Pondok Ranji 03
99

1. Membiasakan peserta didik beribadah tepat waktu sesuai dengan


agamanya dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan.
2. Evaluasi diri dan Membiasakan mengkaji ilmu pengetahuan yg tlh
dipelajari
3 . Rajin dan disiplin kerja untuk peningkatan mutu pendidikan.
4. Dawamkan kebiasaan wudhu, Menjaga kebersihan jasmani & rohani
Serta dapat berpartisipasi aktif,kreatif inovatif dan mandiri untuk
Lingkungan yg hijau, nyaman dan asri.
5. Edukasi karakter kebangsaan yang terbiasa dlm kehidupan sehari hari
6. Kemampuan untuk memiliki wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi
sesuai dgn era globalisasi
7. Anak-anak dan warga sekolah Berani berkompetisi dilingkungan
sekolah maupun di luar sekolah.80

d. Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan.

Jumlah tenaga Pendidik dan kependidikan yang bekerja di sekolah SDN

Pondok Ranji 03 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Tenga Pendidik dan Kependidikan

no Mata Pelajaran Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Guru Pendidikan Agama 2 1 3

Islam

2 Guru Kelas 3 21 24

3 Guru PJOK 1 1 2

4. Guru Bhs inggris 1 3 4

5. TU/Operator 1 2 3

6. Pembantu Umum - - -

7. Tenaga kebersihan 3 - 3
80
Arsip Dokumen SDN Pondok Ranji 03
100

8. Tenaga Keamanan 1 - 1

Tabel 4.2 Jenjang Pendidikan Guru

no Pendidikan Guru Laki-laki Perempuan

1 SMP 3 -

2 SMA 1 2

3 D3/S1 3 29

4. S2 1 1

1) Jumlah Peserta Didik SDN Pondok Ranji 03

Adapun jumlah Peserta Didik SDN Pondok Ranji 03 adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.3 Jumlah Peserta Didik SDN Pondok Ranji 03

no Tahun Pelajaran Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2018/2019 394 399 793

2 2019/2020 393 388 781

3 2021/2022 393 388 781

2) Jumlah Ruang Kelas dan Fasilitas SDN Pondok Ranji 03

SDN Pondok Ranji 03 memiliki bangunan sarana dan prasarana guna

memperlancar proses belajar mengajar di SDN Pondok Ranji 03,diantara

jumlah sarana dan prasarana sebagai berikut:81

Tabel 4.4 Jumlah Ruang Kelas dan Fasilitas SDN Pondok Ranji 03

no Tempat Rombel Jumlah


81
Dokumentasi,SDN Pondok Ranji 03
101

1 Kelas 1 4 4

2 Kelas 2 4 4

3 Kelas 3 4 4

4. Kelas 4 4 4

5. Kelas 5 4 4

6. Kelas 6 4 4

7. Lapangan 1 1

8. Lab 1 1

9. Kamar Mandi 4

10. Ruang Guru 1

11 Ruang Kepala Sekolah 1

B. Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dokumentasi Penelitian ini

berfokus terhadap Penguatan Pendidikan karakter melalui Impementasi

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Telaah Materi kelas 3 Semester 2)

yang di lakukan di SDN Pondok Ranji 3. Penelitian ini di jabarkan sebagai

berikut:

1. Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Religius Melalui


102

Impelementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI Kelas 3 semester 2).

Dalam upaya penguatan pendidikan karakter Religius melalui

Pembelajaran PAI (Telaah Materi kelas 3 semester 2) terdapat materi PAI

kelas 3 semester 2 memiliki 6 materi meliputi : a) Pelajaran ke 6 Kisah

Keteladanan Nabi Yusuf a.s dan Nabi Syu’aib a.s, b) pelajaran ke 7 Hati

tentram dengan berprilaku baik memiliki sub materinya yaitu (Ikhlas,

Mohon pertolongan), c) pelajaran ke 8 Ayo, Belajar Surat Al-Kautsar

memiliki sub materi yaitu (Membaca kalimat surat Al-Kautsar, menghafal

Surat Al-Kautsar, Menulis Kalimat surat Al-kautsar, Pesan Surat Al-

Kautsar), d) pelajaran ke 9 Meyakini Allah Maha Mengetahui dan Maha

Mendengar memiliki sub materi yaitu (Allah Maha mengetahui, Allah

Maha Mendengar), e) pelajaran 10 Bersyukur kepada Allah Swt memiliki

sub materi yaitu (Nikmatnya bersyukur, sikap bersyukur), f) pelajaran 11

zikir dan doa setelah salat memiliki sub materi yaitu (Arti zikir dan doa

setelah shalat, bacaan zikir dan doa setelah shalat), g) pelajaran 12 Kisah

Keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail memiliki sub materi yaitu

(Kisah keteladanan nabi Ibrahim a.s, Kisah Keteladanan nabi Ismail a.s). 82

Bahwa dalam upaya Penguatan Pendidikan Karakter Religius

dalam Implementasi Pembelajaran PAI Melalui 2 Jalur kegiatan

Intrakulikuler dan kegiatan Ekstrakulikuler, adapun kegiatan intrakulkuler

merupakan integrasi melalui materi PAI Kelas 3 semester 2 dan kegiatan

Ektrakulikuler meliputi kegiatan paskibra, kegiatan Pramuka, Kegiatan

82
Hasim Ahmad, Pendidikan Agama Islam Kelas 3, (Jakarta: buana pustaka, 2018)hlm,71-167
103

Sanlat Ramadhan, Kegiatan Dai Cilik, Kegiatan Pantonim.

Dalam kegiatan intrakulikuler dan kegiatan eksrakulikuler tersebut

dikembangkan melalui strategi Aktive Learning dan Strategi cooperative

learning dikembangkan melalui Metode Ceramah, Metode diskusi dan

metode Tanya jawab.

Dalam upaya penguatan Pendidikan Karakter melalui

Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI kelas 3 Semester 2)

terdapat materi PAI kelas 3 meliputi : Pelajaran ke 6 tentang Kisah

Keteladanan Nabi yusuf a.s dan Nabi syuaib a.s memiliki sub pembahasan

kisah keteladanan Nabi yusuf a.s, Kisah keteladanan Nabi syuaib a.s. di

dalam kompetensi dasar KD meliputi: KD. 1.11 Meyakini kebenaran kisah

Nabi Yusuf a,s. KD 2.11 Menunjukan sikap pemaaf sebagai implementasi

dari pemahaman kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s. KD 3.11 Memahami

kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s. KD 4.11 Menceritakan kisah

keteladanan Nabi Yusuf a.s.83

Dalam Materi tersebut Strategi yang dikembangkan dalam

penguatan pendidikan karakter religius melalui strategi Pembelajaran

Aktive learning dan Strategi Cooperative Learning dengan melalui Metode

Ceramah, Metode Diskusi, Metode Kelompok, Metode Resitasi.

Untuk Lebih jelasnya peneliti jelaskan dengan hasil wawancara

dengan Guru PAI Kelas 3.

83
Hasim Ahmad, Pendidikan Agama Islam Kelas 3, (Jakarta: buana pustaka, 2018)hlm,71-167
104

Seperti hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh, M.Pd

“Implementasi dari pembelajaran PAI dalam materi tentang


pelajaran ke 6 kisah keteladanan Nabi yusuf a.s dan nabi syuaib a.s. dalam
materi tersebut guru PAI dalam proses pembelajaran menggunakan media
infokus untuk menampilkan video kisah keteladanan Nabi yusuf a.s dan
nabi syuaib a.s, kemudian peserta didik dibagi 5 kelompok terdiri 30
peserta didik, kemudian peserta didik mengamati video tersebut agar dapat
mengetahui hikmah dan manfaat yang terdapat di video tersebut, maka
guru PAI menggunakan strategi Coperative learning dan strategi active
learning dan menggunakan metode kelompok, metode diskusi, metode
resitasi setiap kelompok mencatat dan di presentasikan pesan-pesan kisah
keteladanan nabi yusuf a.s dan nabis syuaib a.s.”84

Dalam hasil wawancara tersebut guru PAI kelas 3 mengarahkan

penguatan pendidikan karakter Religius dan menananmkan nilai-nilai

religius dalam materi Kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s dan Nabi Syuaib

a.s. Guru PAI kelas 3 mengintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran

berlangsung serta menanamkan nilai-nilai karakter religius dalam materi

PAI kelas 3 maka dari materi tersebut menunjukan pada sikap kognitif

pengetahuan yang mana peserta didik mengamati video tersebut dan

mengambil pelajaran atau hikmah dari kisah tersebut, sikap Afektif yaitu

sikap atau value maka peserta didik menerapkan perilaku keteladanan

kisah tersebut, sikap Psikomotorik yaitu kemampuan peserta didik untuk

berani mempresentasikan dari hasil diskusi dan hasil pengamatan yang di

tampilkan video tersebut.

Tabel 4.5 Penguatan pendidikan Karakter Materi Kisah


84
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh Menggunakan media sosial Wa pada
tanggal 14 Januari 2022, Pukul 10.00 WIB
105

Keteladanan Nabi Yusuf a.s dan nabi syuaib a.s.85

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

Kisah Keteladanan KD. 1.11 Meyakini kebenaran Strategi Aktive

Nabi Yusuf a.s dan kisah Nabi Yusuf a,s. Learning dan Strategi

Nabi Syuaib a.s KD 2.11 Menunjukan sikap Cooperative Learning

pemaaf sebagai implementasi dikembangkan melalui

dari pemahaman kisah Metode Ceramah,

keteladanan Nabi Yusuf a.s. Metode kelompok,

KD 3.11 Memahami kisah Metode diskusi dan

keteladanan Nabi Yusuf a.s. Metode Resitasi.

KD 4.11 Menceritakan kisah

keteladanan Nabi Yusuf a.s.

Dalam upaya penguatan Pendidikan Karakter melalui

Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI kelas 3 Semester 2)

terdapat materi PAI kelas 3 meliputi : Pelajaran ke 7 “Hati tentram dengan

berprilaku baik” memiliki sub pembahasan tentang Ikhlas dan Mohon

Pertolongan dalam kompetensi dasar KD. 1.5 Meyakini bahwa perilaku

ikhlas dan mohon pertolongan sebagai cerminan dari iman, KD 2.5

Menunjukan perilaku ikhlas dan mohon pertolongan, KD 3.5 Memahami

perilaku ikhlas dan mohon pertolongan. KD 4.5 mencontohkan perilaku

ikhlas dan mohon pertolongan.

85
Silabus Pendidikan agama islam kelas 3
106

Dalam Materi tersebut Strategi yang dikembangkan dalam

penguatan pendidikan karakter religius melalui strategi Pembelajaran

Aktive learning dan Strategi Cooperative Learning dengan melalui Metode

Ceramah, Metode Keteladanan, Metode Demontrasi dan Metode Role

Playing.

Untuk Lebih jelasnya peneliti jelaskan dengan hasil wawancara

dengan Guru PAI Kelas 3.

Seperti hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh, M.Pd

“Dalam proses pembelajaran materi tentang Ikhlas dan mohon


pertolongan, Guru PAI menjelaskan contoh perilaku ikhlas kemudian
menggunakan metode demontrasi dan metode role playing (bermain
peran) sehingga peserta didik dalam materi tersebut mencontohkan
perilaku ikhlas dalam segala aktifitas apapun kehidupan sehari-hari.
Kemudian dalam materi moho pertolongan guru PAI menggunakan
strategi Aktive learning dan menggunakan metode ceramah, diskusi dan
keteladanan”.86
Dalam hasil wawancara tersebut guru PAI kelas 3 mengarahkan

penguatan pendidikan karakter Religius dan menanamkan nilai-nilai

religius dalam materi Hati Tentram dengan berprilaku terpuji.

Guru PAI dalam implementasi pembelajaran materi tersebut

mengacu pada kompetensi inti kognitif yaitu pengetahuan. Peserta didik

mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru tersebut

kemudian dicatat. Sikap afektif yaitu perilaku atau valeu peserta didik

mencontohkan perilaku ikhlas dan mohon pertolongan yang sudah di

contohkan oleh guru PAI. Psikomotorik yaitu kemampuan atau skill

peserta didik mempraktekan perilaku sikap ikhlas dan mohon


86
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh di SDN Pondok Ranji 03 pada tanggal 14
Januari 2022, Pukul 10.00 WIB
107

pertolongan.

Tabel 4.6 Penguatan pendidikan Karakter Materi Hati Tentram

dengan berprilaku terpuji.87

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

Hati Tentram KD. 1.5 Meyakini bahwa Strategi Aktive

dengan Berprilaku perilaku ikhlas dan mohon Learning

Terpuji pertolongan sebagai cerminan dikembangkan melalui

dari iman, Metode Ceramah,

KD 2.5 Menunjukan perilaku Metode keteladanan,

ikhlas dan mohon pertolongan, Metode demontrasi,

KD 3.5 Memahami perilaku Metode role Playing.

ikhlas dan mohon pertolongan.

KD 4.5 mencontohkan perilaku

ikhlas dan mohon pertolongan.

Upaya penguatan Pendidikan Karakter melalui Implementasi

Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI kelas 3 Semester 2) terdapat materi

PAI kelas 3 meliputi : Pelajaran ke 8 tentang “Ayo belajar Surah Al-

kautsar” memilki sub pembahasan membaca kalimat dalam suart Al-kautsar,

menghafal surat Al-Kautsar, Menulis Kalimat dalam surat Al-kautsar, pesan

Surat Al-kautsar. Mengacu pada kompetensi dasar KD 1.1 Terbiasa

87
Silabus Pendidikan agama islam kelas 3
108

membaca surah Al-kautsar dengan tartil. KD 3.1 memahami makna surah

Al-Kautsar. KD 4.11 membaca kalimat-kalimat surat Al-kautsar dengan

benar. KD 4.13 menunjukan hafalan surat Al-kautsar dengan lancar.

Dalam Materi tersebut Strategi yang dikembangkan dalam

penguatan pendidikan karakter religius melalui strategi Pembelajaran

Aktive learning dengan melalui Metode Ceramah, Metode Tilawatil

Quran, Metode Discovery Learning.

Untuk Lebih jelasnya peneliti jelaskan dengan hasil wawancara

dengan Guru PAI Kelas 3.

Seperti hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh, M.Pd

“Dalam materi tersebut guru PAI dalam proses pembelajaran


melafalkan surat Al-kautsar menggunkan metode Tilawatil Quran dan
metode discovery learning setelah itu peserta didik melafalkan kalimat
surat Al-kautsar dengan bersama-sama dengan lancar, kemudian guru
PAI menjelaskan makna dari isi kandungan surat Al-kautsar bahwa
memilki arti yaitu “nikmat yang banyak”88

Dalam hasil wawancara tersebut guru PAI kelas 3 mengarahkan

penguatan pendidikan karakter Religius dan menanamkan nilai-nilai

religius dalam materi Belajar Surah Al-Kautsar.

Dalam ranah kompetensi inti kognitif peserta didik

mendengarkan kalimat-kalimat surat Al-kautsar yang telah dilaflkan

oleh guru PAI, Afektif peserta didik mampu implementasi dari

pemahaman sureat Al-kautsar. Psikomotorik peserta didik mampu

melafalkan bacaan suart Al-kautsar dengan baik dan benar.

Tabel 4.7 Penguatan pendidikan Karakter Materi Ayo belajar


88
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh di SDN Pondok Ranji 03 pada tanggal 14
Januari 2022, Pukul 10.00 WIB
109

Surah Al-kautsar.89

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

Ayo belajar Surah KD 1.1 Terbiasa membaca Strategi Aktive

Al-Kautsar surah Al-kautsar dengan tartil. Learning

KD 3.1 memahami makna dikembangkan melalui

surah Al-Kautsar. Metode Ceramah,

KD 4.11 membaca kalimat- Metode Tilawatil

kalimat surat Al-kautsar Quran, Metode

dengan benar. Discoevry learning

KD 4.13 menunjukan hafalan

surat Al-kautsar dengan lancar.

Dalam upaya penguatan Pendidikan Karakter melalui

Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI kelas 3 Semester 2)

terdapat materi PAI kelas 3 meliputi : Pelajaran ke 9 tentang Meyakini

Allah maha mengetahui dan Maha mendengar memilki sub pembahasan

Allah maha mengetahui, Allah Maha mendengar. Terdapat kompetensi

dasar KD 1.4 Meyakini adanya Allah SWT yang maha mengetahui dan

mendengar, KD 2.4 menunjukan sikap peduli berbuat baik dan hati-hati

sebagai implementasi dari pemahaman Asmaul husna Al-Alim dan As-

89
Silabus Pendidikan agama islam kelas 3
110

Sami, KD 3.4 Memahami makna asmaul husna Al-Alim dan As-Sami.

KD 4.13 menunjukan hafalan surat Al-kautsar dengan lancar.

Dalam Materi tersebut Strategi yang dikembangkan dalam

penguatan pendidikan karakter religius melalui strategi Pembelajaran

Aktive learning dengan melalui Metode Ceramah, Metode Tanya jawab,

Metode resitasi.

Untuk Lebih jelasnya peneliti jelaskan dengan hasil wawancara

dengan Guru PAI Kelas 3.

Seperti hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh, M.Pd

“dalam materi Asmaul-husna dan As –Sami guru PAI


menggunakan metode discovery learning dan metode resitasi, metode
discovery learning adalah metode yang melibatkan partisipasi aktif dan
mandiri para peserta didik sengakan metode resitasi adalah umpan
balik yang diberikan guru pada para peserta didik, dalam materi
tersebut guru PAI menjelaskan tentang Asmaul husna Al-Alim dan As-
sami kemudian peserta didik melihat demontrasi yang diterapkan
dalam materi Allah maha mengetahui dan maha mendengar maka
peserta didik turut aktif dan mempraktekan yang sudah di contohkan,
setelah itu guru PAI memberikan pemahaman nilai-nilai karakter
religius.”90

Dalam hasil wawancara tersebut guru PAI kelas 3 mengarahkan

penguatan pendidikan karakter Religius dan menanamkan nilai-nilai

religius dalam materi Meyakini Allah Maha Mengetahui dan Maha

mendengar.

Dalam ranah kompetensi inti kognitif peserta didik

mendengarkan yang disampaikan dan melihat perilaku yang

90
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh di SDN Pondok Ranji 03 pada tanggal 14
Januari 2022, Pukul 10.00 WIB
111

dicontohkan oleh guru PAI, Afektif peserta didik menanamkan nilai

karakter dalam pemahaman materi tersebut. Psikomotorik peserta didik

mampu mempraktekan perilaku terpuji.

Tabel 4.8 Penguatan pendidikan Karakter Materi Meyakini Allah

maha mengetahui dan Maha mendengar .

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

Meyakini Allah KD 1.4 Meyakini adanya Allah Strategi Aktive

maha mengetahui SWT yang maha mengetahui Learning

dan Maha dan mendengar, dikembangkan melalui

mendengar KD 2.4 menunjukan sikap Metode Discovery

peduli berbuat baik dan hati- learning, Metode

hati sebagai implementasi dari Ceramah, Metode

pemahaman Asmaul husna Al- Tanya Jawab dan

Alim dan As-Sami, Metode diskusi

KD 3.4 Memahami makna

asmaul husna Al-Alim dan As-

Sami.

KD 4.13 menunjukan hafalan

surat Al-kautsar dengan lancar.

Upaya penguatan Pendidikan Karakter melalui Implementasi


112

Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI kelas 3 Semester 2) terdapat materi

PAI kelas 3 meliputi : Pelajaran ke 10 tentang Bersyukur kepada Allah

swt. Memiliki pemabahsan nikmat bersyukur, sikap bersyukur yang

mengacu pada kompetansi dasar KD 1.7 menerima dan mensyukuri

nikmah Allah swt. KD 2.7 menunjukan sikap bersyukur, KD 3.7

memahami sikap bersyukur, KD 4.7 mencontohkan sikap bersyukur.

Dalam Materi tersebut Strategi yang dikembangkan dalam

penguatan pendidikan karakter religius melalui strategi Pembelajaran

Aktive learning dengan melalui Metode Ceramah, Metode Tanya jawab,

Metode resitasi.

Untuk Lebih jelasnya peneliti jelaskan dengan hasil wawancara

dengan Guru PAI Kelas 3.

Seperti hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh, M.Pd

“Dalam materi bersyukur kepada Allah swt guru PAI


menggunakan metode discovery learning adalah metode yang
melibatkan partisipasi aktif dan mandiri para peserta didik sedangkan
metode resitasi adalah umpan balik yang diberikan guru pada peserta
didik, kemudian peserta didik menulis ringkasan materi yang
didampaikan. Dalam materi tersebut guru PAI mengajak peserta didik
kesuatu tempat mengunjungi teman sakit, serta mengamati seseorang
yang memilki keterbatasan fisik maupun materi dari hasil proses
mengamati seseorang yang memiliki keterbatasan fisik maupun materi
dari hasil proses mengamati tersebut dapat dikaitkan dengan materi
pembelajaran menyukuri nikmat bersyukur sehingga lebih bermakna
dalam proses pembelajaran dan dapat di implementasikan dari suatu
pemahaman materi tersebut”.91

Dalam hasil wawancara tersebut guru PAI kelas 3 mengarahkan

91
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh di SDN Pondok Ranji 03 pada tanggal 14
Januari 2022, Pukul 10.00 WIB
113

penguatan pendidikan karakter Religius dan menanamkan nilai-nilai

religius dalam materi Bersyukur Kepada Allah Swt.

Dalam ranah kompetensi inti kognitif peserta didik

mendengarkan yang disampaikan dan melihat perilaku yang

dicontohkan oleh guru PAI, Afektif peserta didik mengamati proses

pembelajaran nimat bersyukur. Psikomotorik peserta didik mampu

mempraktekan perilaku terpuji.

Tabel 4.9 Penguatan pendidikan Karakter Materi Bersyukur

Kepada Allah Swt.

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

Bersyukur Kepada KD 1.7 menerima dan Strategi Aktive

Allah Swt mensyukuri nikmah Allah swt. Learning

KD 2.7 menunjukan sikap dikembangkan melalui

bersyukur. Metode Discovery

KD 3.7 memahami sikap learning, Metode

bersyukur. Ceramah, Metode

KD 4.7 mencontohkan sikap Tanya Jawab dan

bersyukur. Metode diskusi

Penguatan Pendidikan Karakter melalui Implementasi

Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI kelas 3 Semester 2) terdapat materi


114

PAI kelas 3 meliputi : Pelajaran ke 11 tentang zikir dan doa setelah salat

memiliki sub pembehasan tentang “ Arti zikir dan doa setelah salat, bacaan

zikir dan doa setelah salat” dalam kompetensi dasar KD 1.8 Menjalankan

salat secara tertib. KD 2.8 Menunjukan sikap hidup tertib sebagai

implementasi dari pemahaman makna ibadah salat. KD 3.8 memahami

makna slat. KD 2.9 Menunjukan sikap rendah hati sebagai implementasi

dari pemahaman makna zikir dan doa, KD3.5 Memahami makna zikir dan

doa setelah salat. KD 4.9 Mempraktikan tatacara zikir dan doa setelah salat

secara benar.

Dalam Materi tersebut Strategi yang dikembangkan dalam

penguatan pendidikan karakter religius melalui strategi Pembelajaran

Aktive learning dengan melalui Metode Ceramah, Metode

Keteladanan,Metode Demontrasi, Metode resitasi.

Untuk Lebih jelasnya peneliti jelaskan dengan hasil wawancara

dengan Guru PAI Kelas 3.

Seperti hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh, M.Pd

“Dalam Materi Zikir dan doa setelah salat. Guru PAI


menggunakan metode ceramah, Metode Keteladanan, Metode
discovery learning adalah metode yang melibatkan partisipasi aktif dan
mandiri para peserta didik sedangkan metode resitasi adalah umpan
balik yang diberikan guru pada para peserta didik, yaitu dengan
mewajibkan peserta didik membuat ringkasan materi yang
disampaikan. Dalam materi tersebut guru PAI mempraktekan shalat
dan bacaan doa dan zikir setelah salat, dalam proses pembelajaran
dapat di implementasi ibadah shalat di kehidupan sehari-hari,
kemudian guru PAI melafalkan bacaan zikir setelah salat kepada para
peserta didik. Kemudian peserta didik mempraktekan bacaan zikir
setelah salat setelah itu Guru PAI menanamkan nilai-nilai karakter
115

religius.92

Dalam hasil wawancara tersebut guru PAI kelas 3 mengarahkan

penguatan pendidikan karakter Religius dan menanamkan nilai-nilai

religius dalam materi Bersyukur Kepada Allah Swt.

Dalam ranah kompetensi inti kognitif peserta didik

mendengarkan yang dipraktekan bacaan salat dan melihat gerakan salat

dan bacaannya yang dicontohkan oleh guru PAI, Afektif peserta didik

melaksanakan sesuai dengan waktunya yaitu salat 5 waktu dalam

sehari dan dapat memaknai bacaan zikir setelah salat. Psikomotorik

peserta didik mampu mempraktekan ibadah salat dalam kehidupan

seharai-hari dan mampu melafalkan bacaan zikir setelah salat.

Tabel 4.10 Penguatan pendidikan Karakter Religius Materi zikir

dan doa setelah salat.

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

zikir dan doa KD 1.8 Menjalankan salat Strategi Aktive

setelah salat secara tertib. Learning

KD 2.8 Menunjukan sikap dikembangkan melalui

hidup tertib sebagai Metode Discovery

implementasi dari pemahaman learning, Metode

makna ibadah salat. Ceramah, Metode

KD 3.8 memahami makna Tanya Jawab dan

92
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh di SDN Pondok Ranji 03 pada tanggal 14
Januari 2022, Pukul 10.00 WIB
116

salat. Metode diskusi

KD 4.9 Mempraktikan tatacara

zikir dan doa setelah salat

secara benar.

Dalam upaya penguatan Pendidikan Karakter melalui

Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI kelas 3 Semester 2)

terdapat materi PAI kelas 3 meliputi : Pelajaran ke 12 tentang Kisah

keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s memilki sub

pembahasan “Kisah keteladanan Nabi Ibrahim a.s, Kisah keteladanan nabi

Ismail” dalam kompetensi dasar KD 1.13 Meyakini kebenaran kisah nabi

Ibrahim a.s dan nabi ismail a.s. KD 2.13 Menunjukan sikap rasa ingin

tahu, sabar, rela berkorban, hormat dan patuh kepada orangtua sebagai

implementasi dari pemahaman kisah keteladanan nabi Ibrahim a.s dan nabi

ismail a.s. KD 3.13 Memahami kisah keteladanan nabi Ibrahim a.s dan

nabi ismail a.s. KD 4.13 Menceritakan kisah keteladanan Nabi Ibrahim a.s

dan nabi ismail a,s.

Dalam Materi tersebut Strategi yang dikembangkan dalam

penguatan pendidikan karakter religius melalui strategi Pembelajaran

Aktive learning dan strategi Cooperative learning dengan melalui Metode

Ceramah, Metode Kelompok,Metode Demontrasi, Metode resitasi.


117

Untuk Lebih jelasnya peneliti jelaskan dengan hasil wawancara

dengan Guru PAI Kelas 3.

Seperti hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh, M.Pd

“Implementasi dari pembelajaran PAI dalam materi tentang pelajaran ke


12 kisah keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan nabi ismail a.s. dalam materi
tersebut guru PAI dalam proses pembelajaran menggunakan media infokus
untuk menampilkan video kisah keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan nabi
ismail a.s, kemudian peserta didik dibagi 5 kelompok terdiri 30 peserta
didik, kemudian peserta didik mengamati video tersebut agar dapat
mengetahui hikmah dan manfaat yang terdapat di video tersebut, maka
guru PAI menggunakan strategi Coperative learning dan strategi active
learning dan menggunakan metode kelompok, metode diskusi, metode
resitasi setiap kelompok mencatat dan di presentasikan pesan-pesan kisah
keteladanan nabi Ibrahim a.s dan nabis Ismail a.s.”93

Dalam hasil wawancara tersebut guru PAI kelas 3 mengarahkan

penguatan pendidikan karakter Religius dan menanamkan nilai-nilai

religius dalam materi Kisah Keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi ismail

a.s.

Guru PAI kelas 3 mengintegrasikan dalam setiap proses

pembelajaran berlangsung serta menanamkan nilai-nilai karakter religius

dalam materi PAI kelas 3 maka dari materi tersebut menunjukan pada

sikap kognitif pengetahuan yang mana peserta didik mengamati video

tersebut dan mengambil pelajaran atau hikmah dari kisah tersebut, sikap

Afektif yaitu sikap atau value maka peserta didik menerapkan perilaku

keteladanan kisah tersebut, sikap Psikomotorik yaitu kemampuan peserta

didik untuk berani mempresentasikan dari hasil diskusi dan hasil

93
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh di SDN Pondok Ranji 03 pada tanggal 14
Januari 2022, Pukul 10.00 WIB
118

pengamatan yang di tampilkan video tersebut.

Tabel 4.11 Penguatan pendidikan Karakter Religius Materi Kisah

Keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail.

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

zikir dan doa KD 1.13 Meyakini kebenaran Strategi Aktive

setelah salat kisah nabi Ibrahim a.s dan nabi Learning

ismail a.s. dikembangkan melalui

KD 2.8 Menunjukan sikap Metode Discovery

hidup tertib sebagai learning, Metode

implementasi dari pemahaman Ceramah, Metode

makna ibadah salat. Tanya Jawab dan

KD 3.8 memahami makna Metode diskusi

salat.

KD 4.9 Mempraktikan tatacara

zikir dan doa setelah salat

secara benar.

Dalam Materi Pembelajaran PAI Materi kelas 3 Semester 2

dalam penguatan pendidikan karakter religius dari materi tersebut Guru

PAI menggunakan strategi aktive learning dan Strategi cooperative

learning dan metode ceramah, tanya jawab, diskusi serta metode

resitasi menagarahkan peserta didik dalam menanamkan nilai-nilai


119

karakter religius dalam setiap materi pembelajaran PAI.

Untuk Lebih jelasnya peneliti jelaskan dengan hasil wawancara

dengan Guru PAI Kelas 3.

Seperti hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh, M.Pd

“Implementasi dari Pembelajaran PAI dalam membentuk siswa-


siswi berkarakter religius di SDN Pondok Ranji 03 merupakan sebuah
tujuan penting agar membentuk pribadi yang taat dalam hal ibadah,
memiliki akhlak yang baik, memiliki jiwa saling tolong menolong,
bantu membantu antar sesama manusia. Pembentukan karakter religius
di SDN Pondok Ranji 03 tidak terjadi secara tiba tiba dan dilakukan
dengan sekedarnya, melainkan karena adanya kebutuhan hidup serta
dorongan dari seluruh guru serta sesama yang berperan dalam
pendidikan. Dan tentunya guru PAI memiliki tanggung jawab yang
lebih besar, bukan hanya sekedar mengajarkan dan menjelaskan
pelajaran PAI di dalam kelas, namun yang lebih penting adalah
menanamkan nilai-nilai religius di SDN Pondok Ranji 03. agar
menjadi kebiasaan dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari”94

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

membentuk karakter religius di SDN Pondok Ranji 03 dilakukan dan

tentunya diperlukan adanya koordinasi dan kerjasama dari berbagai pihak,

baik dari Orang Tua, kepala sekolah, guru PAI Khususnya dan seluruh

guru-guru umumnya. Pelaksanaan Kegiatan pendidikan agama Islam

dilaksanakan di SDN Pondok Ranji 03 merupakan pengembangan dari ciri

khas keagamaan yang melekat pada lembaga pendidikan ini, Adapun

strategi pelaksanaan Pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius

ini mengunakan strategi pembelajaran active learning dalam program

pembelajaran.

Untuk mengetaui Penguatan Pendidikan Karakter melalui

94
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh Menggunakan media sosial Wa pada
tanggal 17 Januari 2022, Pukul 10.00 WIB
120

Implementasi Pembelajaran PAI. Guru PAI SDN Pondok Ranji 03.

Hasil Wawancara dengan Guru PAI SDN Pondok ranji 03. Arif Puguh,

M.Pd.

“Pelaksanaan Pembelajaran PAI yang diajarkan untuk membentuk


karakter religius di SDN Pondok Ranji 03 yaitu dengan dua cara, yakni
intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Yaitu dengan memasukkan nilai
karakter religius dalam semua materi pembelajaran PAI. Adapun
pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
membentuk karakter religius di SDN Pondok Ranji 03 adalah
memasukkan nilai karakter religius dalam semua materi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) Secara umum aspek materi yang
disampaikan dalam SDN Pondok Ranji 03 adalah: Ekstrakulikulrnya
adalah berupa Dai Cilik, baca Tulis Alqur’an (BTQ), Paskibra, Pramuka,
Pantonim, Mendongeng. Dalam mengajar PAI ini dapat dimasukkan
implementasi karakter religius yaitu dengan penjelasan sebagai berikut:
Gambaran nilai karakter religius di SDN Pondok Ranji 03 adalah sikap
dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup
rukun dengan pemeluk agama lain. Lebih rinci indikator pelaksanaan
Pendidikan Karakter religius di kelas adalah berdoa sebelum kemudian
melakukan pembiasaan tadarusan surah pendek danmembaca doa sesudah
pelajaran dan memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk
melakukan ibadah.”

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SDN Pondok Ranji 03. Mai

Mitarningsih.S.E.M.M

“Implementaasi Pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius


di SDN Pondok Ranji 03 tidaklah mudah, dan tentunya dibutuhkan
usaha dan strategi yang tepat, serta perlu adanya kerja sama dari
berbagai pihak dalam pelaksanaannya. Program ini tentunya bukan
hanya menjadi kewajiban para guru PAI saja, melainkan dorongan dari
kepala sekolah yang menjadi pimpinan di sekolah serta menentukan
kebijakan, seluruh guru, dan staf nya, agar berjalan secara maksimal.”95

95
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDN Pondok Ranji 03 Mai Witarningsih di SDN Pondok
Ranji 03 pada tanggal 17 Januari 2022, Pukul 10.15 WIB
121

Hasil Wawancara dengan Wali Murid kelas 3 SDN Pondok ranji 03.

Nurhayati

“Dalam penguatan pendidikan karakter peran orang tua sangat


berperan dalam pembentukan karakter Religius, kerjasama dan
dukunngan dalam pembentukan karakter religius, Guru PAI
memberikan google from untuk mengetahui kegiatan ibadah dirumah,
sehingga saling bekerja sama dalam pembentukan karakter.”96

Hasil Wawancara dengan Guru PAI SDN Pondok ranji 03. Arif Puguh,

M.Pd.

“Dalam pembelajaran pendidikan agama islam menggunakan


strategi aktif learning, strategi aktif learning merupakan pembelajaran
mengajak peserta didik aktif dalam belajar untuk menemukan ide,
memecahkan masalah atau mengaplikasikan materi yang dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian mengunakan strategi
pembelajaran afektif merupakan pembelajaran mengarahkan aspek
kognitif dan keterampilan atau value dalam setiap materi pembelajaran
pendidikan agama islam”.97

Adapun materi dalam membentuk karakter religius dalm Pembelajaran

pendidikan agama islam kelas 3 mencakup materi semester 1 dan

semester 2, materi semester 1 meliputi “Nabi Muhammad saw.

Panutanku”, “Senangnya belajar surah An-Nasr”, Meyakini Allah

Maha Esa dan Maha pemberi”, “Hidup tenang dengan berprilaku

terpuji”, “shalat kewajibanku”, “Kisah keteladanan nabi Yusuf as dan

nabi syu’aib as”. Kemudian materi semester 2 meliputi “Hati Tentram

dengan berprilaku baik”, “Ayo, Belajar surah Al-Kautsar”, “Meyakini

Allah Maha Mengetahui dan Maha mendengar”, “Bersyukur kepada

Allah Swt”, “Zikir dan doa setelah shalat”, “Kisah keteladanan nabi

96
Hasil Wawancara dengan Wali Murid kelas 3 SDN Pondok ranji 03. Nurhayati.
97
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh Menggunakan media sosial Wa pada
tanggal 17 Januari 2022, Pukul 11.00 WIB
122

ibrahim as dan nabi ismail as”.98

Maka penulis mewawancarai dalam proses pembelajaran

mengunakan metode yang mengarahkan karakter Religius.

Hasil Wawancara dengan Guru PAI SDN Pondok ranji 03. Arif Puguh,

M.Pd.

“Guru Pendidikan agama islam dalam proses pembelajaran


berlangsung mengunakan Metode keteladanan, Metode Ceramah,
Metode diskusi, tanya jawab, dan metode demontrasi. Hal ini berupaya
peserta didik aktif dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama
islam dalam materi kelas 3, kemudian ada materi yang bisa
diaplikasikan yaitu materi tentang “Hati Tentram dengan berprilaku
terpuji” ada sub materinya yaitu : tanggung jawab, tawadu, peduli.
Berdasarkan materi tersebut menyesuaikan metode yang digunakan
agar proses pembelajaran lebih bermakna dan bisa diterapkan dalam
kehidupan.”99

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan agama

islam dalam seminggu 2 jam serta BTQ 2 jam, sehingga guru

pendidikan agama islam mampu memberikan nilai-nilai karakter

religius pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Kemudian Pembiasaan penguatan pendidikan karakter Religius

yang di terapkan di SDN Pondok Ranji 03 yaitu senyum sapa salam,

Membaca doa, Tadarusan bersama, Shalat Dhuha berjamaah,

Membaca Yasin bersama setiap hari Jum’at.

Hasil Wawancara dengan Guru PAI SDN Pondok ranji 03. Arif Puguh,

M.Pd.

“Dalam membentuk karakter Religius maka memiliki program


yaitu sapa dan salam peserta didik dan guru, sebelum pembelajaran
98
Buku Pendidikan Agama islam kelas 3
99
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh di SDN Pondok Ranji 03 pada tanggal 18
Januari 2022, Pukul 10.00 WIB
123

membaca doa, zonasi kedatangan, tadarusan bersama serta shalat


dhuha berjamaah dan membaca yasin setiap jumat pagi.” 100

Pembelajaran ekstrakulikuler merupakan kegiatan di luar

pembelajaran di dalam kelas untuk membentuk sikap karakter religius

peserta didik di SDN Pondok Ranji 03. Kegiatan ekstrakulikuler di

SDN Pondok Ranji 03 meliputi : 3S (Senyum,Sapa, Salam), Membaca

doa, Kegiatan Pramuka, Paskibra, Dai cilik, Pantonim, Tari, Dongeng,

Sanlat Ramadhan, PHBI (Peringatan hari Besar islam), BTQ (Baca

Tulis Al-Quran).

Dalam kegiatan ekstrakulikuler mengarahkan dalam Penguatan

Pendidikan Religius melalui Implementasi PAI. Maka dari itu dalam

penguatan Pendidikan Karakter Religius mengimplementasikan sikap

3S (Senyum, sapa, salam) hal ini tertanam dalam nila-nilai karakter

Religius.

Untuk mengetaui Penguatan Pendidikan Karakter melalui

Implementasi Pembelajaran PAI yang dikembangkan melalui kegiatan

Eksrakulikuler. Guru PAI SDN Pondok Ranji 03.

Hasil Wawancara dengan Guru PAI SDN Pondok ranji 03. Arif Puguh,
M.Pd.

“Dalam upaya penguatan pendidikan karakter Religius guru


PAI dan Guru kelas bekerja sama dalam membentuk karakter Religius
melalui pembiasaan sikap 3S (Senyum sapa salam) di kelas maupun di
lingkungan sekolah”101

100
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh Di SDN Pondok Ranji 03 pada tanggal 18
Januari 2022, Pukul 10.00 WIB
101
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh Di SDN Pondok Ranji 03 pada tanggal 18
Januari 2022, Pukul 11.00 WIB
124

Dalam hasil wawancara tersebut guru PAI kelas 3 mengarahkan

penguatan pendidikan karakter Religius dan menanamkan nilai-nilai

religius melalui pembiasaan, hal ini menunjukan proses menanamkan

nilai-nilai karakter dengan melalui strategi Aktive Learning dan Metode

Keteladanan yang di implementasikan oleh stakeholder sekolah.

Dalam kegiatan ekstrakulikuler mengarahkan dalam Penguatan

Pendidikan Religius melalui Implementasi PAI dengan kegiatan

Pramuka dan Paskibra hal ini tertanam dalam nila-nilai karakter

Religius.

Untuk mengetaui Penguatan Pendidikan Karakter melalui

Implementasi Pembelajaran PAI yang dikembangkan melalui kegiatan

Eksrakulikuler. Guru PAI SDN Pondok Ranji 03.

Hasil Wawancara dengan Guru PAI SDN Pondok ranji 03. Arif Puguh,
M.Pd.

“dalam penguatan pendidikan karakter Religius melalui


kegiatan Eksrakulikuler yaitu Paskibra dan Pramuka, kegaiatan
tersebut melatih peserta didik disiplin dan tanggung jawab dalam
kepribadian peserta didik”102

Dalam hasil wawancara tersebut guru PAI kelas 3 mengarahkan

penguatan pendidikan karakter Religius dan menanamkan nilai-nilai

religius melalui kegiatan Pramuka dan Paskibra, kegaiatan tersebut

melatih karakter kedisiplinan serta tanggung jawab yang tertanam dalam

102
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh Di SDN Pondok Ranji 03 pada tanggal 18
Januari 2022, Pukul 11.00 WIB
125

kepribadian peserta didik.

Dalam kegiatan ekstrakulikuler mengarahkan dalam Penguatan

Pendidikan Religius melalui Implementasi PAI dengan kegiatan Dai

Cilik dan Pantonim hal ini tertanam dalam nila-nilai karakter Religius.

Untuk mengetaui Penguatan Pendidikan Karakter melalui

Implementasi Pembelajaran PAI yang dikembangkan melalui kegiatan

Eksrakulikuler. Guru PAI SDN Pondok Ranji 03.

Hasil Wawancara dengan Guru PAI SDN Pondok ranji 03. Arif Puguh,
M.Pd.

“upaya penguatan pendidikan karakter di SDN Pondok Ranji 03


melalui kegiatan Dai Cilik dan Pantonim, kegiatan dai cilik tersebut
dilaksankan setiap hari jumat dan menampilkan ceramah yang
disampaikkan oleh peserta didik, kemudian kegiatan pantonim dilatih
untuk mengikuti perlombaan”103

Hasil Wawancara dengan Guru PAI SDN Pondok ranji 03. Arif Puguh,
M.Pd.

Dalam hasil wawancara tersebut guru PAI kelas 3 mengarahkan

penguatan pendidikan karakter Religius dan menanamkan nilai-nilai

religius melalui kegiatan Dai cilik dan Pantonim, kegaiatan tersebut

melatih karakter keberanian serta tanggung jawab yang tertanam dalam

kepribadian peserta didik.

2. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Implementasi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa.

Faktor pendukung Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam (PAI) dalam pembentukan Karakter Religius di SDN Pondok Ranji


103
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh Di SDN Pondok Ranji 03 pada tanggal 18
Januari 2022, Pukul 11.00 WIB
126

03 Berjalan Sesuai harapan, dan salah satu kunci kesuksesan serta

keberhasilan SDN Pondok Ranji 03 disebabkan adanya faktor pendukung.

Berkaitan dengan Implementasi Pembelajaran Agama Islam dalam

pembentukan Karakter Religius siswa, dari hasil data yang diperoleh di

lapangan menyebutkan bahwa faktor pendukung dalam pembentukan

karakter religius.

Selain iti seperti hasil wawancara dengan guru pendidikan agama

islam di SDN Pondok Ranji 03 Bapak Arif Puguh susilo mengenai faktor

pendukung Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu

“(1) fasilitas dan media pembelajaran mendukung.(2) guru-guru di


sekolah mempunyai semanggat untuk membangun karakter
Religius khususnya guru PAI merancang beberapa kegiatan dan
pembelajaran tambahan yaitu intrakulikuler dan ekstrakulikuler
untuk menanamkan nilai-nilai karakter Religius. (3) Pembiasaan
sikap 3S (Senyum sapa dan salam) oleh guru dan peserta didik.(4)
Adanya juz’ama dan AlQur’an disetiap kelas, jadi setiap pagi para
peserta didik SDN Pondok Ranji 03 membaca jus’ama dan Al-
Qur’an dikelas masing-masing.”104

Dalam hasil wawancara tersebut menajdi pendukung dalam

Penguatan pendidikan Karakter Religius melauli Pembelajaran

PAI.

104
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 3 Arif Puguh di SDN Pondok Ranji 03 tanggal 26
Januari 2022, Pukul 10.00 WIB
127

Faktor inilah yang menjadi penunjang Implementasi

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan

karakter Religius siswa.

Solusi yang dapat dilakukan yaitu dilakukannya secara

rutin apa yang sudah direncanakan.mengunakan strategi Aktive

learning dan metode pembiasaaan serta disesuaikan pada materi

pembelajaran pendidikan Agama islam. Serta dukungan para guru

kelas untuk mendorong dalam kegiatan dan mengingatkan kegiatan

ibadah-ibadah yang dilakukan di sekolah maupun di rumah.

Adapun faktor penghambat Impementasi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Religius

siswa yaitu dalam pembelajaran jarak jauh Seperti yang dikatan

bapak Arif Puguh Susilo Guru PAI Kelas 3 yaitu

“Faktor penghambat sekarang ini yaitu (1) adanya wabah


Virus Covid-19 yang membuat aktifitas kegiatan Intrakulikuler dan
Eksrakulikuler melalui daring.(2) kurangnya perhatian orang tua
dalam melakukan pembiasaan karakter religius. (3) peserta didik
lebih menghabiskan waktu bermain gadget atau handphone.(4)
kurangnya melakukan pembiasaan membaca Al-Quran atau juz
ama di rumah105

Dalam hasil wawancara tersebut menjadi faktor

penghambat dalam Penguatan pendidikan Karakter Religius

melalui Pembelajaran PAI, menjadi penyabab dalam penguatan

pendidikan karakter Religius.

105
Hasil wawancara dengan Guru PAI Kelas 5 Burhanudin di SDN Pondok Ranji 03 pada tanggal 26
Januari 2022, Pukul 11.00 WIB
128

Solusinya dalam upaya penguatan pendidikan karakter

religius peserta didik, disekolah dibentuk penanaman nilai-nilai

karakter religius dan di perkuat dalam penguatan karakter dan

pembiasaan dirumah, saling bekerjasama dalam penguatan karakter

Religius.

Dari faktor pendukung dan penghambat penulis membuat

tabel agar dapat pahami dengan mudah mengenai faktor pendukung

dan penghambat Penguatan pendidikan karakter Religius melalui

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam

Pembentukan Karakter Religius Siswa Di SDN Pondok Ranji 03

Ciputat Timur Tanggerang Selatan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

dengan judul “Penguatan Pendidikan Karakter Religius melalui

Implementasi Pembelajaran PAI ( Telaah Materi PAI Kelas 3

semester 2) di SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur Tanggerang

Selatan”. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi. Maka peneliti akan

menganalisa temuan yang ada.

Dari keterangan tertera dalam teknik analisa data penelitian,

peneliti menggunakan teknik analisis deskripsi kualitatif untuk

mengembangkan data yang sudah diperoleh/terkumpul


129

sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi.

Data yang diperoleh peneliti adalah hasil dari observasi,

wawancara dan dokumentasi. Adapun data yang akan dianalisis

oleh peneliti yaitu :

1. Penguatan Pendidikan Karakter Religius melalui

Implementasi Program Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI

Kelas 3 semester 2) SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur.

Dalam upaya penguatan pendidikan karakter

Religius melalui Pembelajaran PAI (Telaah Materi kelas 3

semester 2) terdapat materi PAI kelas 3 semester 2

memiliki 6 materi meliputi : a) Pelajaran ke 6 Kisah

Keteladanan Nabi Yusuf a.s dan Nabi Syu’aib a.s, b)

pelajaran ke 7 Hati tentram dengan berprilaku baik

memiliki sub materinya yaitu (Ikhlas, Mohon pertolongan),

c) pelajaran ke 8 Ayo, Belajar Surat Al-Kautsar memiliki

sub materi yaitu (Membaca kalimat surat Al-Kautsar,

menghafal Surat Al-Kautsar, Menulis Kalimat surat Al-

kautsar, Pesan Surat Al-Kautsar), d) pelajaran ke 9

Meyakini Allah Maha Mengetahui dan Maha Mendengar

memiliki sub materi yaitu (Allah Maha mengetahui, Allah

Maha Mendengar), e) pelajaran 10 Bersyukur kepada Allah

Swt memiliki sub materi yaitu (Nikmatnya bersyukur, sikap


130

bersyukur), f) pelajaran 11 zikir dan doa setelah salat

memiliki sub materi yaitu (Arti zikir dan doa setelah shalat,

bacaan zikir dan doa setelah shalat), g) pelajaran 12 Kisah

Keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail memiliki

sub materi yaitu (Kisah keteladanan nabi Ibrahim a.s, Kisah

Keteladanan nabi Ismail a.s).106

Bahwa dalam upaya Penguatan Pendidikan Karakter

Religius dalam Implementasi Pembelajaran PAI Melalui

Jalur kegiatan Intrakulikuler dan kegiatan

Ekstrakulikuler, adapun kegiatan intrakulkuler merupakan

integrasi melalui materi PAI Kelas 3 semester 2 dan

kegiatan Ektrakulikuler meliputi kegiatan paskibra,

kegiatan Pramuka, Kegiatan Sanlat Ramadhan, Kegiatan

Dai Cilik, Kegiatan Pantonim.

Dalam kegiatan intrakulikuler dan kegiatan

eksrakulikuler tersebut dikembangkan melalui strategi

Aktive Learning dan Strategi cooperative learning

dikembangkan melalui Metode Ceramah, Metode diskusi

dan metode Tanya jawab.

Dalam Penguatan Pendidikan Karaketr Religius

melalui Implementasi Pembelajaran PAI dalam

Pembentukan Karakter Religius siswa merupakan

106
Hasim ahmad, Pendidikan agama islam dan budi pekerti kelas 3,(Jakarta, buana pustaka) hlm,
77-167
131

Terbentuknya Karakter Religius yang baik terhadap siswa

merupakan dampak paling urgen yang diharapkan di SDN

Pondok Ranji 03 Ciputat Timur. Hal ini dapat dilihat

dalam tiga aspek, yaitu: Spritual, Sosial dan

Pengetahuan.

Pertama: Karakter Religius ini berdampak pada

peningkatan kualitas spritual siswa, yaitu bertambahnya

keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, memiliki

Akidah yang kuat, berpegang teguh pada syari’at Islam.

Para siswa dan siswi mempunyai akhlak yang mulia dan

memiliki karakter yang baik.

Hal tersebut, tampak dari nilai-nilai, aktivitas-

aktivitas Intrakulikuler dan Ekstrakulikuler yang dilakukan

di SDN Pondok Ranji 03, diantaranya Kegiatan

Intrakulikuler di kelas adalah: Membiasakan sapa Salam

dengan Guru dan teman, Membaca Doa sebelum belajar,

Tadarusan/Murojaah Juz’Ama, Guru Pendidikan Agama

Islam Memberikan Nilai-nilai Karakter religius pada Setiap

sub Materi yang akan di ajarkan pada saat Proses

Pembelajaran, demontrasi dan mempraktekan dalam Materi

Pendidikan Agama Islam. 107

Dalam Penguatan Pendidikan Karakter Religius

melalui Implementasi Pembelajaran PAI dalam


107
Wawancara guru PAI Kelas 3 Arif Puguh M.Pd, di sdn pondok ranji 03
132

Pembentukan Karakter Religius lebih mengarahkan peserta

didik mengikuti sikap yang patut diteladani yaitu Nabi

Muhammad SAW yang di implementasikan oleh guru

Pendidikan agama islam dalam pembentukan karakter

religius meliputi keteladanan yang baik,diharapkan akan

menumbuhkan perilaku yang kuat dan kokoh di depan

tantangan materialism yang begitu kuatnya membelenggu

kehidupan manusia.

Rasulullah Saw merupakan guru profesional yang

harus diteladani karena ia mendapat latihan langsung dari

Allah Swt sendiri. Segala nasehat, bimbingan dan petunjuk

yang disampaikan Rasul datangnya dari Allah Swt

sebagaimana firman Allah Swt dalam surat an-Najm ayat 3-

4.

Artinya : Dan tiadalah yang diucapkannya itu

(Alquran) menurut hawa nafsu. Ucapannya itu hanyalah

wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. an-Najm: 3-4)

Al-Maraghi108 menyatakan dalam tafsirnya bahwa

Rasulullah Saw hanyalah mengucapkan apa yang

diperintahkan kepada-Nya supaya ia sampaikan kepada

umat manusia dengan sempurna, seadanya tanpa ditambahi

maupun dikurangi. Sifat-sifat Rasulullah Saw yang

108
Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Tafsir al-Maraghi .(Beirut: Dar al-Fikr, 1970), juz
27,hlm.45
133

menunjukkan bahwa beliau adalah seorang guru yang

professional adalah sebagai berikut:

1. Shiddiq Setiap perkataan maupun tindakan seorang

nabi dan rasul adalah benar dan jujur. Mereka

menyampaikan ajaran yang diperoleh dari wahyu

Allah kepada umat manusia. Semua yang

disampaikan harus benar-benar datang dari Allah.

Dalam karakter Shidiq yaitu jujur dapat

dibentuk dalam pembelajaran pendidikan agama

islam serta guru-guru menetrapkan karakter tersebut

dalam pembentukan karakter religius.

2. Amanah Sejak kecil Rasulullah Saw sudah memiliki

sifat amanah, bahkan dia dijuluki oleh masyarakat

dengan al-Amin yang artinya dapat dipercaya.

Karakter Amanah dalam setiap materi yang

berkaitan dengan karakter tersebut dapat di

implementasikan ke peserta didik.

3. Tabligh “Tabligh”, artinya menyampaikan.

Lawannya adalah “kitman”, artinya

menyembunyikan. Ini berarti Rasulullah Saw tidak

pernah menyembunyikan pengetahuan dan

kebenaran yang diberikan kepada beliau.


134

Karakter Tabligh yaitu menyampaikan

bahwa peserta didik di ajarkan oleh guru pendidikan

agama islam dalam menyampaikan kejujuran serta

tanggung jawab dalam pembentukan karakter

religius.

4. Fathanah Rasulullah Saw memiliki kecerdasan dalam

memahami masalah umat manusia beserta sifat-sifat

mereka. Rasulullah Saw juga cerdas dalam menerima

tugas dan amanah yang diberikan kepadanya.

Rasulullah Saw harus mampu menjelaskan firman-

firman Allah kepada kaumnya sehingga mereka mau

masuk ke dalam Islam. Beliau juga harus mampu

berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara yang

sebaik-baiknya.

Dalam keteladanan sifat fathanah peserta didik

mampu dalam meningkatkan kecerdasaan dalam

mengikuti pembelajaran yang baik serta lebih

mengedepankan karakter keberanian dalam setiap

perlombaan yang di ikuti.

Dalam karakter keteladanan yang dimiliki Nabi

Muhammad SAW dapat diterapkan terhadap peserta

didik SDN Pondok Ranji 03 dalam membentuk

karakter religius.
135

Hal ini mampu membentuk karakter religius

terhadap peserta didik dengan mengutamakan suri

tauladan Ahklak dan sikap yang diterapkan oleh

seorang guru Pendidikan Agama Islam serta didukung

oleh guru kelas dalam mengimplementasikannya.

Adapun Materi PAI Kelas 3 Semester 2 dalam

penguatan Pendidikan karakter religius melalui proses

pembelajaran PAI, terdiri dari 12 Materi yang di

integrasikan dalam penguatan pendidikan karakter

Religius antara lainnya materi tentang : Pelajaran ke 6

tentang Kisah Keteladanan Nabi yusuf a.s dan Nabi

syuaib a.s memiliki sub pembahasan kisah keteladanan

Nabi yusuf a.s, Kisah keteladanan Nabi syuaib a.s. di

dalam kompetensi dasar KD meliputi: KD. 1.11

Meyakini kebenaran kisah Nabi Yusuf a,s. KD 2.11

Menunjukan sikap pemaaf sebagai implementasi dari

pemahaman kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s. KD 3.11

Memahami kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s. KD 4.11

Menceritakan kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s.109

Dalam upaya penguatan Pendidikan Karakter

melalui Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi

PAI kelas 3 Semester 2) terdapat materi PAI kelas 3

109
Hasim ahmad, Pendidikan agama islam dan budi pekerti kelas 3,(Jakarta, buana pustaka)hlm
77-167
136

meliputi : Pelajaran ke 7 “Hati tentram dengan berprilaku

baik” memiliki sub pembahasan tentang Ikhlas dan Mohon

Pertolongan dalam kompetensi dasar KD. 1.5 Meyakini

bahwa perilaku ikhlas dan mohon pertolongan sebagai

cerminan dari iman, KD 2.5 Menunjukan perilaku ikhlas

dan mohon pertolongan, KD 3.5 Memahami perilaku ikhlas

dan mohon pertolongan. KD 4.5 mencontohkan perilaku

ikhlas dan mohon pertolongan.

upaya penguatan Pendidikan Karakter melalui

Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI kelas

3 Semester 2) terdapat materi PAI kelas 3 meliputi :

Pelajaran ke 8 tentang “Ayo belajar Surah Al-kautsar”

memilki sub pembahasan membaca kalimat dalam suart Al-

kautsar, menghafal surat Al-Kautsar, Menulis Kalimat

dalam surat Al-kautsar, pesan Surat Al-kautsar. Mengacu

pada kompetensi dasar KD 1.1 Terbiasa membaca surah

Al-kautsar dengan tartil. KD 3.1 memahami makna surah

Al-Kautsar. KD 4.11 membaca kalimat-kalimat surat Al-

kautsar dengan benar. KD 4.13 menunjukan hafalan surat

Al-kautsar dengan lancar.110

Dalam upaya penguatan Pendidikan Karakter

melalui Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi

110
Hasim ahmad, Pendidikan agama islam dan budi pekerti kelas 3,(Jakarta, buana pustaka),hlm
101-115
137

PAI kelas 3 Semester 2) terdapat materi PAI kelas 3

meliputi : Pelajaran ke 9 tentang Meyakini Allah maha

mengetahui dan Maha mendengar memilki sub pembahasan

Allah maha mengetahui, Allah Maha mendengar. Terdapat

kompetensi dasar KD 1.4 Meyakini adanya Allah SWT

yang maha mengetahui dan mendengar, KD 2.4

menunjukan sikap peduli berbuat baik dan hati-hati sebagai

implementasi dari pemahaman Asmaul husna Al-Alim dan

As-Sami, KD 3.4 Memahami makna asmaul husna Al-Alim

dan As-Sami.111

upaya penguatan Pendidikan Karakter melalui

Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI kelas

3 Semester 2) terdapat materi PAI kelas 3 meliputi :

Pelajaran ke 10 tentang Bersyukur kepada Allah swt.

Memiliki pemabahsan nikmat bersyukur, sikap bersyukur

yang mengacu pada kompetansi dasar KD 1.7 menerima

dan mensyukuri nikmah Allah swt. KD 2.7 menunjukan

sikap bersyukur, KD 3.7 memahami sikap bersyukur, KD

4.7 mencontohkan sikap bersyukur.112

Penguatan Pendidikan Karakter melalui

Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI kelas

3 Semester 2) terdapat materi PAI kelas 3 meliputi :


111
Hasim ahmad, Pendidikan agama islam dan budi pekerti kelas 3,(Jakarta, buana
pustaka),hlm.119-124
112
Ibid,hlm 131-137
138

Pelajaran ke 11 tentang zikir dan doa setelah salat memiliki

sub pembehasan tentang “ Arti zikir dan doa setelah salat,

bacaan zikir dan doa setelah salat” dalam kompetensi dasar

KD 1.8 Menjalankan salat secara tertib. KD 2.8

Menunjukan sikap hidup tertib sebagai implementasi dari

pemahaman makna ibadah salat. KD 3.8 memahami makna

slat. KD 2.9 Menunjukan sikap rendah hati sebagai

implementasi dari pemahaman makna zikir dan doa, KD3.5

Memahami makna zikir dan doa setelah salat. KD 4.9

Mempraktikan tatacara zikir dan doa setelah salat secara

benar.113

Dalam upaya penguatan Pendidikan Karakter

melalui Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi

PAI kelas 3 Semester 2) terdapat materi PAI kelas 3

meliputi : Pelajaran ke 12 tentang Kisah keteladanan Nabi

Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s memilki sub pembahasan

“Kisah keteladanan Nabi Ibrahim a.s, Kisah keteladanan

nabi Ismail” dalam kompetensi dasar KD 1.13 Meyakini

kebenaran kisah nabi Ibrahim a.s dan nabi ismail a.s. KD

2.13 Menunjukan sikap rasa ingin tahu, sabar, rela

berkorban, hormat dan patuh kepada orangtua sebagai

implementasi dari pemahaman kisah keteladanan nabi

Ibrahim a.s dan nabi ismail a.s. KD 3.13 Memahami kisah


113
Ibid,hlm. 143-149
139

keteladanan nabi Ibrahim a.s dan nabi ismail a.s. KD 4.13

Menceritakan kisah keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan nabi

ismail a,s.

Materi PAI kelas 3 semester 2 tersebut yang sudah

dipaparkan keterangannya diatas beserta Kompetensi dasar,

Guru PAI kelas 3 menggunakan Strategi Aktive Learning

merupakan strategi pembelajaran pembelajaran aktif

tersebut, peserta didik dapat menggunakan semua alat indra

yang dimiliki dengan maksimal melalui pendengaran,

penglihatan, pengamatan, bahkan pengalaman langsung

dengan objek yang dipelajari. Dengan menggunakan alat

indra, telinga, mata, sekaligus menggunakan otak untuk

berfikir mengolah informasi yang didapat dan ditambah

dengan mengerjakan tugas, maka dalam proses belajar

mengajar akan menyenangkan tanpa adanya beban sebab

proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan

mengesankan.114

Strategi Cooperative Learning  suatu metode

pembelajaran atau strategi dalam belajar dan mengajar yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam

bekerja dengan kata lain pembelajaran dilakukan dengan

membuat sejumlah kelompok dengan jumlah peserta didik

114
Melvin L. Siberman, Active Learning, 101 Strategi Belajar Aktif, (Bandung: Nusa
Media, 2006), h. 23
140

2-5 anak yang bertujuan untuk saling memotivasi antar

anggotanya untuk saling membantu agar tujuan dapat

tercapai secara maksimal.115

Metode yang digunakan Guru PAI menyesuaikan

materi tersebut dalam pelaksanaan proses pembelajaran

berlangsung, dalam penguatan pendidikan karakter Religius

menanamkan nilai-nilai religius disetiap materi tersebut

serta memberikan contoh keteladanan, maka dari materi

PAI Kelas 3 semester 2 dapat di implementasi dalam

kehidupan sehari-hari.

Dalam penerapan Strategi pembelajaran dan metode

Pembelajaran mengarahkan pada kompetensi inti yaitu

kognitif, afektif, psikomotorik.

Adapun Kegiatan Ektrakulikuler adalah : Peringatan

Hari Besar Islam, Dai Cilik tiap hari Sabtu, Sholat duha,

sholat dzuhur berjamaah, membaca tulis Al-Qur’an,

membiasakan senyum salam sapa (3S), Pesantren

Ramadhan, Paskibra, Pramuka, Bakti sosial.

Kedua, Sosial berdampak pada ucapan dan

perbuatan, memiliki sikap kepeduliaan pada orang lain,

seperti selalu mengucapkan salam, ucapan rasa terima

kasih, saling menghargai, salaman, baksos ramadhon, infaq

115
https://raharja.ac.id/2022/03/18/model-pembelajaran-cooperative-learning.
141

dan shodaqoh, menjenguk teman atau orang tua yang sakit.

Dan saling membantu di lingkungan sekolah.

Ketiga, Pengetahuan berdampak pada keilmuan

siswa yaitu memahami ilmu agama dan umum. Kesempatan

siswa untuk memiliki wawasan integral.

Berdasarkan paparan diatas, yang menarik di SDN

Pondok Ranji 03 Ciputat Timur adalah dapat

mengembangkan ketiga komponen diatas, sehingga

memiliki kualitas yang baik serta dapat memberikan baik

dari masyarakat maupun orang tua siswa. Hal tersebut

berupa: 1) memiliki akhlakul karimah atau karakter yang

baik, 2) Memiliki wawasan integral (imtaq dan ipteq),serta

dapat meluluskan siswa, 3) dapat melanjutkan ke jenjang

yang lebih tinggi dan dapat diterima di sekolah Negeri.

Dalam kaitannya Implementasi Pembelajaran PAI

dalam penguatan pendidikan karakter religius melalui

Pembelajaran PAI (Telaah materi kelas 3 semesetr 2) di

SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur, dampak dari 3

komponen diatas, sejalan dengan apa yang diajukan

Thomas Lickona yaitu: Moral feeling, dan Moral action

Dan Moral knowing.116 Moral Knowing menunjukkan siswa

tidak hanya mendapat kan pengetahuan keagamaan dari

116
http://hamiddarmadi.blongspot.co.id/2012/04/belajar-pendidikan-karakter-darithomas.
html, diakses pada hari jumat 14 Januari 2022, pukul 20:12
142

pelajaran agama saja, melainkan dari pelajaran umum yang

terintegrasi di madrasah, Moral feeling, bertambahnya

keimanan dan ketaqwaan, rasa persatuan, serta rasa cinta

siswa dalam beribadah kepada Allah. Sementara Moral

action, terwujud perbuatan, memiliki sikap kepedulian pada

orang lain, saling menghargai, selalu mengucapkan salam,

dan saling membantu di lingkungan sekolah.

Berdasarkan hasil temuan peneliti dilapangan siswa

perencanaan pembelajaran PAI dalam penguatan

pendidikan karakter religius melalui Pembelajaran PAI

(Telaah materi kelas 3 semesetr 2) di SDN Pondok Ranji 03

Ciputat Timur adalah : Peran Guru PAI dalam

pengimplementasikan pembelajaran PAI untuk penguatan

Pendidikan karakter religius melalui pembelajaran PAI di

SDN Pondok Ranji 03 sangat dibutuhkan agar dapat

terselenggaranya kegiatan-kegiatan dengan baik. Hal

tersebut sesuai dengan yang dijelaskan oleh Fathurrahman

bahwa guru adalah tenaga pendidik yang memberikan

sejumlah ilmu pengetahuan kepada siswa di sekolah, selain

ilmu pengetahuan guru juga bertugas menanamkan nilai-

nilai dan sikap kepada siswa agar memiliki kepribadian

paripurna.117

117
wawancara guru PAI kelas 3 Arif Puguh M.Pd di sdn pondodk ranji 03
143

Perencanaan Pembelajaran PAI dalam penguatan

pendidikan karakter Religius melalui pembelajaran PAI di

SDN Pondok Ranji 03 yaitu melalui penyusunan silabus

dan penyusunan RPP. Adapun Perencanaan yang dilakukan

guru PAI di SDN Pondok Ranji 03 diantaranya sebagai

berikut :

Tabel 4.12 Perencanaan Implementasi Pembelajaran PAI Karakter

Religius di SDN Pondok Ranji 03 :

Tujuan Program Waktu Rasionalisasi

Memberikan Kegiatan Setiap jam Karakter

Pemahaman Intrakulikuler belajar pelajaran Religius di SDN

Karakter mengajar PAI (2 Jam Pondok Ranji 03

Religius Pelajaran) Ciputat Timur.

Integrasikan

dengan Materi

Pelajaran PAI.

Melatih dan Kegiatan Sesuai Implementasi

membiasakan Ekstrakulikuler yang dengan Karakter

siswa meiliki mengandung unsur Kalender, Religius di SDN

Karakter Karakter Religius, Setiap Hari, Pondok Ranji 03

setiap Ciputat Timur

Minggu, tidak cukup

Setiap bulan, hanya dengan 2


144

setiap tahun jam pelajaran.

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI) dalam membentuk karakter religius di SDN Pondok

Ranji 03 Ciputat Timur dilakukan tentunya diperlukan

adanya koordinasi dan kerjasama dari berbagai pihak, baik

pihak dari kepala sekolah, guru-guru PAI Khususnya dan

seluruh guru-guru umumnya serta seluruh siswa.118

Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa

Penguatan Pendidikan melalui implementasi pembelajaran

PAI di SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur menggunakan

dua cara, yakni kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler.

Hal ini sesuai dalam Peraturan Menteri Agama No. 16

Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama,

bahwa proses pembelajaran pendidikan agama dilakukan

melalui kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler (pasal 8

ayat 3). Maksud kegiatan intrakulikuler adalah kegiatan

pembelajaran yang dilakukan melalui tatap muka di dalam

kelas dan kegiatan mandiri diluar kelas sesuai dengan

standar isi (PASAL 1 ayat 5). Intrakulikuler yaitu melalui

kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas dalam

pembelajaran PAI berlangsung selam 2 JAM Pelajaran saja

118
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Mai di SDN Pondok Ranji 03 pada tanggal 28 Januari
2022, Pukul 11.00 WIB
145

setiap minggunya, pada setiap pelajaran mempunyai alokasi

waktu 40 menitan, sehingga guru dikelas memiliki waktu

80 menit pelajaran. Alokasi waktu ini sangatlah kurang jika

dibandingkan dengan sekolah agama, dan dalam

menanamkan nilai-nilai karakter religius kepada para siswa,

sehingga para guru PAI harus memiliki inisiatif dan

inovatif dalam pembelajaran. Guru PAI di kelas

mengedepankan nilai-nilai di setiap materi yang

diajarkannya, nilai-nilai tersebut ditanamkan melalui

pembelajaran kemudian dikaitkan dengan materi ajar serta

pada kehidupan sosial masyarakat melalui nasehat- nasehat

dan pengalaman-pengalaman yang diceritakan kepada

siswa di kelas. Pembelajaran di kelas ini guru mengawali

dengan mengucapkan salam, dilanjutkan dengan doa

bersama, guru melakukan pendahuluan seperti menanyakan

kabar dll dan mengabsen kehadiran siswa.119 Sebelum

pelajaran di mulai guru memberikan apersepsi dengan

menanyakan materi sebelumnya lalu guru mengkaitkannya

dengan materi yang akan diajarkan dengan memberikan

nasehat atau cerita tentang nilai-nilai yang terkandung

dalam ajaran islam dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-

hari di masyarakat sosial, setelah itu guru menutup

pembelajaran. Implementasi pembelajaran PAI dalam


119
Wawancara guru PAI Arif Puguh M.Pd di SDN Pondok Ranji 03
146

pembentukan karakter religius di SDN Pondok Ranji 03

Ciputat Timur yang diintegrasikan dalam pembelajaran

sudah dikembangkan oleh kementrian pendidikan dan

kebudayaan, dalam hal ini Mulyasa menjelaskan bahwa

design kurikulum yang dikembangkan oleh kemendiknas,

yaitu kurikulum holistik (Menyeluruh), berbasis karakter

(character based integrated curriculum). Kurikulum

terpada yang menyentuh semua aspek kebutuhan anak dan

dapat merefleksiakan dimensi keterampilan, dengan

menampilkan tema-tema yang kontekstual. Kurikulum ini

mengembangkan kecakapan hidup yang melibatkan

kemampuan personal,sosial, logika, dan motorik.120

Sedangkan menurut Muchlas pendidikan karakter adalah

penanaman nilai-nilai karakter kepada manusia yang

meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan

dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap

Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun

kebangsaan sehingga bisa menjadi insan kamil.121

Implementasi pembelajaran PAI dalam

pembentukan karakter religius di SDN Pondok Ranji 03

yang diintegrasikan dalam pembelajaran sudah

dikembangkan oleh kementrian pendidikan dan


120
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2009), h, 12
121
Muchlas Samani dkk, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja.2009),
h.15
147

kebudayaan, dalam hal ini Mulyasa menjelaskan bahwa

design kurikulum yang dikembangkan oleh kemendiknas,

yaitu kurikulum holistik (Menyeluruh), berbasis karakter

(character based integrated curriculum). Kurikulum

terpadu yang menyentuh semua aspek kebutuhan anak dan

dapat merefleksiakan dimensi keterampilan, dengan

menampilkan tema-tema yang kontekstual. Kurikulum ini

mengembangkan kecakapan hidup yang melibatkan

kemampuan personal, sosial, logika, dan motorik.

Sedangkan menurut Muchlas pendidikan karakter adalah

penanaman nilai-nilai karakter kepada manusia yang

meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan

dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap

Tuhan,diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan

sehingga bisa menjadi insan kamil.

Begitu juga yang disampaikan Syamsul Kurniawan

bahwa pendidikan karakter di lingkungan sekolah dapat

diintegrasikan dalam pelajaran pada setiap mata pelajaran.

Materi yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada

setiap mata pelajaran perlu dikembangkan dan dikaitkan

dengan dengan konteks sehari-hari.

Dengan demikian pendidikan karakter tidak hanya

sebatas pada tataran kognitif saja, tetapi juga menyentuh


148

pada implementasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan

siswa sehari-hari di masyarakat.122

Dalam penguatan pendidikan karakter Religius

melalui Implementasi pembelajaran PAI memiliki

pencapain ruang lingkup dalam proses pembelajaran PAI.

Maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)

yang umum dilaksanakan di sekolah adalah:.123

1) Pengajaran Al-Qur’an dan hadits, Pengajaran Al-

Qur’an adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa

dapat membaca Al-Qur’an dan mengerti arti

kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat tertentu

yang dimasukkan dalam menteri Pendidikan Agama

Islam yang disesuaikan

dengan tingkat pendidikannya.

2) Pengajaran Aqidah, pengajaran Aqidah berarti

proses belajar mengajar tentang aspek keyakinan ,

dalam hal ini tentunya keyakinan menurut ajaran

Islam, inti dari pengajaran ini tentang rukun islam.

3) Pengajaran Akhlak, Pengajaran akhlak adalah

bentuk pengajaran yang mengarah pada

pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada

kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar


122
Syamsul Kurniwan, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2013), h. 48
123
Departemen Pendidikan Nasioal, standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Tingkat
SD Mata Pelajaran AgamaIslam, (Direktorat Jenderal Mendikdasmen 2007) h. 2
149

mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang

diajarkan berakhlak baik.

4) Pengajaran fiqih, Pengajaran fiqih adalah

pengajaran yang isinya menyampaikan materi

tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang

bersumber pada Al-Qur’an, sunnah, dan dalil-dalil

syar’i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar

siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-

hukum Islam dan melaksanakannya dalam

kehidupan sehari-hari.

5) Pengajaran Tarikh dan kebudayaan islam, Tujuan

pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa

dapat mengetahui tentang pertumbuhan dan

perkembangan agama islam dari awalnya sampai

zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan

mencintai agama Islam.

Jadi Implementasi pembelajaran PAI Melalui KBM

(Intrakurikuler) dalam membentuk karakter religius di SDN Pondok Ranji

03 Ciputat Timur berupa : Materi Pendidikan Agama Islam Kelas 3 yaitu :

Nabi Muhammad saw. Panutanku, Senangnya belajar surat An-Nasr,

Meyakini Allah Maha esa dan maha pemberi, Hidup tenang dengan

berprilaku terpuji, Shalat Kewajibanku, Kisah Keteladanan nabi Yusuf as

dan nabi Syuaib as, Hati tentram dengan berprilaku baik, Ayo, Belajar
150

Surat Al kautsar, meyakini Allah maha mengetahui dan maha mendengar,

Bersyukur kepada Allah Swt, Zikir dan doa setelah shalat, Kisah

Keteladanan nabi Ibrahim as dan nabi ismail as. Materi tersebut di

integrasikan dalam pembelajaran Startegi Aktif Learning dan

menyesuaikan metode yang di gunakan oleh guru PAI dalam

Pembentukan karakter religius siswa.

Tabel 4.13 Penguatan Pendidikan Karakter Religius Melalui

Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah Materi PAI kelas 3 semester 2).

Materi KD (Kompetensi dasar) Strategi dan Pencapain KI

Metode (Kompetensi

Inti)

Kisah KD.1.11 Meyakini kebenaran kisah Strategi Aktive Kognitif

Keteladanan nabi yusuf a,s dan nabi syuaib a.s Learning dan Afektif

nabi yusuf dan KD 2.11 Menunjukan sikap pemaaf Strategi

nabi syuaib sebagai implementasi dari Cooperative

pemahaman kisah keteladanan kisah learning

nabi yusuf a.s dan nabi syuaib a,s dikembangkan

KD 3.11 memahami kisah melalui

keteladanan nabi yusuf a.s dan nabi Metode

syuaib a.s Ceramah,

KD 4.11 Menceritakan kisah Diskusi, Tanya

keteladanan nabi Yusuf a.s dan Nabi jawab dan

Syuaib a.s. metode


151

Resitasi

Hati tentram KD 1.5 Meyakini bahwa perilaku Strategi Aktive Kognitif

dengan ikhlas dan mohon pertolongan Learning dan Afektif

berprilaku baik sebagai cerminan dari iman. Strategi Psikomotorik

KD 2.5 menunjukan perilaku ikhlas cooperative

dan mohon pertolongan Learning

KD 3.5 memahami perilaku ikhlas dikembangkan

dan mohon pertolongan. melalui

KD 4.5 Mencontohkan perilaku metode

ikhlas dan mohon pertolongan. demontrasi,

metode role

playing,

ceramah.

Ayo belajar KD 1.1 terbiasa membaca surah Al- Strategi Aktive Kognitif

surah Al-kautsar Kautsar dengan tartil Learning dan Afektif

KD 3.1 Memahami makna surah Al- Strategi Psikomotorik

kautsar Cooperative

KD 4.11 membaca kalimat-kalimat Learning dan

surah Al-kautsar dengan benar Metode

KD 4.11 Menunjukan hafalan surah Tilawatil

Al-kautsar dengan lancar. Quran dan

Metode

discovery
152

learning,

Meyakini Allah KD 1.4 Meyakini adanya Allah SWT Strategi Aktive Kognitif

Maha yang maha mengetahui dan Learning dan Afektif

mengetahui dan mendengar. Strategi Psikomotorik

Allah Maha KD 2.4 menunjukan sikap peduli Cooperative

mendengar berbuat baik dan hati-hati sebagai Learning dan

implementasi dari pemahaman Metode

Asmaul husna Al-Alim dan As Sami Resitasi

KD 3.4 memahami makna ASmaul discovery

husna Al-Alim dan As sami learning,

Bersyukur KD 1.7 Menerima dan mensyukuri Strategi Aktive Kognitif

kepada Allah nikmat Allah Swt. Learning dan Afektif

SWT KD 2.7 Menunjukan sikap bersyukur Strategi Psikomotorik

KD 3.7 Memahami sikap bersyukur. Cooperative

KD 4.7 Mencontogkan sikap Learning dan

bersyukur Metode

Resitasi

discovery

learning,

Zikir dan doa KD 1.8 Menjalankan salat secara Strategi Aktive Kognitif

setelah shalat tertib. Learning dan Afektif

KD 2.8 Menunjukan sikap hidup Strategi Psikomotorik

tertib sebagai implementasi dari Cooperative


153

pemahaman makna ibadah salat. Learning dan

KD 3.8 Memahami makna salat Metode

KD 2.9 Menunjukan sikap rendah Resitasi

hati sebagai implementasi dari discovery

pemahaman makna zikir dan doa learning,

KD 4.9 Mempraktikkan tatacara Metode

zikir dan doa setelah salat secara keteladanan

benar.

Kisah KD 1.13 Meyakini Kebenaran kisah Strategi Aktive Kognitif

Keteladanan nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s Learning dan Afektif

Nabi Ibrahim a.s KD 2.13 Menunjukan sikap rasa Strategi Psikomotorik

dan Nabi Ismail ingin tahu, sabar, rela berkorban, Cooperative

a.s hormat dan patuh kepada orang tua learning

sebagai implementasi kisah dikembangkan

keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan melalui

Nabi ismail a.s Metode

KD 3.13 Memahami kisah Ceramah,

Keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan Diskusi, Tanya

Nabi Ismail a,s jawab dan

KD 4.13 Menceritakan kisah metode

keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan Resitasi

Nabi Ismail a.s

Strategi Aktive
154

Learning dan

Strategi

cooperative

Learning

dikembangkan

melalui

metode

demontrasi,

metode role

playing,

ceramah.

Dari keterangan tabel di atas mengarahkan dalam penguatan

pendidikan karakter Religius melalui Implementasi Pembelajaran PAI

(Telaah Materi PAI Kelas 3 Semester 2). Strategi yang di implementasikan

yaitu Strategi Aktive Learning dan Strategi Cooperative learning

dikembangkan melalui Metode pembelajaran yang disessuaikan dalam

setiap materi tersebut.

Menurut Zakiah Darajat, pokok-pokok ajaran Islam yang

dijabarkan dalam kurikulum pendidikan (agama) Islam mengandung tiga

materi pokok, yaitu:


155

(1) Hubungan manusia dengan Allah swt., yang mencakup tentang

keimanan, rukun Islam dan ihsan, termasuk di dalamnya membaca dan

menulis huruf alQur'an.

(2) Hubungan manusia dengan manusia, mencakup masalah muamalah

dan akhlak.

(3) Hubungan manusia dengan alam, mencakup fungsi manusia sebagai

khalifah Allah swt. yang pandai mengatur, memelihara, mengolah dan

memanfaatkan alam yang didasari dengan rasa cinta kepada alam.124

Dan tiga isi materi pokok di atas merupakan kesatuan dalam mata

pelajaran.Sehingga untuk meraih kesuksesan kaitannya dengan

implementasi pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius di

SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur. Ibnu Miskawaih menawarkan

konsep (Akhlaq) yang didasarkan pada doktrin jalan tengah (Nadzar Al-

Ausath), dengan maksud adanya jalan tengah adalah adanya

keseimbangan, moderat, harmoni, utama. Relevansi konsep keseimbangan.

ini diharapkan lulusan SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur mampu

menghasilkan lulusan yang cerdas, berkarakter dan berakhlaq mulia.

Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan kegiatan ekstrakurikuler

yang membentuk siswa memiliki karakter religius adalah :

1) Senyum salam sapa (3S)


124
Zakiah Dradjat, et at . Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama/IAIN, 1983)H. 126-127
156

Secara psikologi, senyuman dapat mencairkan suasana yang kaku

dalam menghadapi seseorang yang baru (new person) sehingga diharapkan

kesan pertama yang didapatkan adalah sebuah kesan positif yang akhirnya

memudahkan komunikasi lebih lanjut antara guru dan siswa di sekolah.

Sebuah salam pembuka yang tulus diucapkan setelah senyuman diberikan

adalah awal penempatan sebuah pondasi untuk membuka jiwa (hati), Allah

juga memerintahkan hamba- hambaNya, jika mendengar ucapan salam,

untuk menjawab salam tersebut dengan cara yang lebih baik. Atau

sekurang- kurangnya menjawab salam dengan salam yang sama.

Sebagaimana Firman Allah swt:

‫ بِاَحْ َسنَ ِم ْنهَٓا اَوْ ُر ُّدوْ هَا ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ ع َٰلى ُكلِّ َش ْي ٍء َح ِس ْيبًا‬S‫َواِ َذا ُحيِّ ْيتُ ْم بِتَ ِحيَّ ٍة فَ َحيُّوْ ا‬ 

Artinya : “apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu

penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik

dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yangserupa),

Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu”125.

sedangkan sapa‟an akan memantapkan dasar pondasi yang telah dibuat

dengan senyum dan salam, dengan sapaan kita menunjukan bahwa kita

adalah mau terbuka “care”.126

125
Q.S Annisa ayat:86
126
Https:// Chuckmamad. Wordpress, com/2010/07/08 Senyum-Salam-Sapa/,diakses pada
hari Minggu 27 Januari 2022. Jam 09:37
157

2) BTQ (Baca Tulis Al-Quran)

Al- Qur’an adalah kitab suci agama Islam. di dalamnya memuat

Kalam Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw

melalui perantara malaikat Jibril, berisi bimbingan dan petunjuk bagi

umat manusia dalam segala bidang kehidupan, baik untuk perorangan,

bermasyarakat dan bernegara. Untuk mencapai kebahagiaan dan

keselamatan di akhirat. Dalam memberikan petunjuk untuk

menyelesaikan suatu persoalan, tidak hanya dicukupkan pada satu ayat

atau satu surat, akan tetapi dipancarkan dalam beberapa ayat yang

berlainan pula suratnya. Dasar utama umat Islam untuk membaca Al-

Qur‟an yaitu Kitab Allah dan Hadits Rasulullah. Di dalam Al-Qur‟an

banyak ayat yang memerintahkan umat Islam untuk membacanya

diantaranya Q.S Al-Qiyaamah ayat 17-18 :

Artinya : Sesungguhnya atas tanggungan kamilah

mengumpulkannya (didadamu) dan (membuatmu pandai)

membacanya. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka

ikutilah bacaannya itu.127

Orang yang menghapal Al- Qur’an dan pandai membacanya akan

mendapatkan pahala yang besar serta bersama para malaikat yang

mulia. Dan yang membaca Al- Qur‟an dengan mengeja dan ia

membacanya dengan kesulitan akan mendapatkan dua pahala dari

Allah Swt.128
127
Q.S Al-Qiyaamah ayat 17-18
128
Kaelany HD, Petunjuk Praktis Belajar Membaca Al-Qur‟an, (Jakarta:Mutiara Sumber
Widya, 1996), h. 7
158

Salah satu bentuk kegiatan dalam implementasi karakter religius

yang dilakukan di SDN Pondok Ranji 03 ciputat Timur, yaitu

membaca atau mengaji al-qur‟an dan juga hafalan al-qur‟an.

Kemudian mengajak siswa-siswi untuk senantiasa cinta Alqur‟an,

membiasakan siswa-siswi sebelum proses pembelajaran diwajibkan

membaca Al-Qur‟an dipagi hari, selain itu usaha dari kepala sekolah

dan guru PAI dengan mengadakan pembelajaran ekstrakurikuler BTQ

disiang hari guna pemberantasan siswa-siswi yang buta baca tulis Al-

Qur’an.

Adapun maksud dari mengajarkan Al-Qur`an di SDN Pondok

Ranji 03 Ciputat Timur, yaitu mengajari siswa cara membaca Al-

Qur`an yang benar berdasarkan hukum tajwid. Mengajarkan ilmu-ilmu

umum mendapatkan pahala dan tentu mengajarkan Al- Qur`an lebih

utama. Bahkan ketika Sufyan Ats-Tsauri ditanya, mana yang lebih

utama antara berjihad di jalan Allah dan mengajarkan Al-Qur`an, dia

mengatakan bahwa mengajarkan Al- Qur`an lebih utama.

3) Shalat Dhuha

Shalat dhuha merupakan salah satu shalat sunnah yang dianjurkan

Nabi Muhammad SAW. Jumlah rakaat shalat duha yang dikerjakan

para siswa-siswi dua sampai empat rokaat, dan biasanya Shalat Dhuha

dilakukan pada jam 08.15 Banyak hadits yang menunjukan

bahwasanya shalat dhuha sangat dianjurakan. Demikian pendapat

kebanyakan ulama. Menurut sebagian ulama, shalat dhuha itu tidak


159

dianjurakan kecuali ada sebab. Sebagian lagi ada yang berpendapat,

shalat dhuha di anjurkan untuk dikerjakaan dirumah.129

Hal ini sesuai dari hasil observasi peneliti, setelah terdengar bel

masuk terdengar pengumuman dan anjuran kepada siswa-siswi yang

terjadwal sholat duha, pada hari itu akan melaksanakan sholat dhuha,

karna di SDN Pondok Ranji 03 Sholat duha ada jadwalnya masing-

masing seperti , kls 1,dan 2 pada hari Rabu, kelas 3 dan 4, hari selasa,

dan kelas 5, dan 6 pada hari Kamis, melaksanakan sholat dhuha di

Musholla.130 Sehingga implementasi pembelajaran PAI dalam

membentuk karakter religius di sekolah yaitu guru selalu berusaha

mengajak dan menganjurkan siswa-siswi di sekolah untuk

melaksanakan shalat sunnah duha.

4) Shalat Zhuhur

Shalat berjamaah adalah shalat yang dikerjakan secara bersama-

sama oleh dua orang atau lebih, seorang menjadi imam dan yang lain

menjadi makmum dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

Melaksanakan shalat berjamaah hukumnya sunah muakkad, artinya

sunah yang dikuatkan atau dianjurkan. Melaksanakan salat berjamaah

lebih utama dibandingkan salat sendirian (munfarid).

Di SDN Pondok Ranji 03, berdasarkan hasil pengamatan peneliti

melalui observasi dan wawancara sekolah ini melaksanakan sholat

dhuzur berjama‟ah di musholla sekolah ketika adzan dzuhur


129
Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, terj,. Abdul Rasyid Shiddiq,(Jakarta: pustaka
AlKautsar 2002), Hlm. 444
130
Observasi di SDN Pondok Ranji Jumat 28 Januari 2022
160

dikumandangkan, dan dilakukan secara bergantian, hal ini adalah

upaya utnuk membentuk karakter religius siswa di sekolah.

5) Membiasakan Berdoa

Kegiatan membiasakan berdoa sebelum memulai pembelajaran

berlangsung untuk melatih pembiasaan agar terbiasa dalam melakukan

hal tersebut untuk melakukan kegiatan apapun di sekolah maupun di

luar.

Artinya : “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu

tentang Aku,Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku

mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon

kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-

Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu

berada dalam kebenaran.”131

Ayat diatas menegaskan bahwa Allah SWT berada sangat dekat

dengan hambanya, dan menyaksikan sekaligus mengabulkan setiap

permohonan doa dari hambanya yang sholeh.

Di SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur, upaya untuk

pembentukan karakter religius yaitu dengan mengajak para siswa

berdoa bersama seperti sebelum dan sesudah belajar, setelah shalat,

131
Q.S Al-baqarah ayat 186
161

menjelang ujian dan lain sebagainya. Karena sejatinya doa adalah

senjata orang mukmin.

6) PHBI (Peringatan hari Besar Islam)

Kegiatan hari-hari besar tidak seluruhnya diperingati di SDN

Pondok Ranji 03 Ciputat Timur. Hanya peringatan tahun baru Islam

(Muharam), Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra‟ mi‟raj serta Nuzulul

Qur‟an yang biasanya diperingati untuk kegiatan peringatan atau

muharam dan maulid Nabi Muhammad SAW, Nuzulul Qur‟an, isra‟

mi‟raj selalu diisi ceramah keagamaan, sedangkan untuk peringatan

hari besar lainnya tidak dilakukan dengan alasan mayarakat sekitar

kota Tangerang Selatan juga sudah melaksanakan dengan berbagai

pengajian umum, majlis ta‟lim dan sholawat, sehingga para guru

hanya memberikan anjuran pada siswa-siswi untuk mengikuti atau

menghadiri berbagai hari besar Islam tersebut.

7) Pesantren Ramadhan

Ramadhan adalah bulan mulia yang memberikan kesempatan

kepada siswa di sekolah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan

kepada Allah SWT. Sehingga Guru dan siswa SDN Pondok Ranji 03

Ciputat Timur mengunakan sebaik- baiknya pada bulan Ramadhan

untuk memperbanyak ibadah dan pengetahuan keagamaan. Kegiatan

selama bulan ramadhan sudah pasti bernuansa rohani, seperti siraman

rohani dan bimbingan khusus untuk menjalankan ibadah puasa dengan


162

khusyuk. Salah satu kegiatan positif yang dapat memperdalam ilmu-

ilmu agama adalah pesantren dengan pesantren.

Implementasi dari pembelajaran PAI dalam membentuk karakter

religius 781 siswa-siswi disekolah dengan mengadakan kegiatan

pesantren ramadhan yang didalamnya ditanamkan nilai- nilai ketaatan,

dan meningkatkan kualitas ibadah dengan berbagai kegiatan seperti

sholat dzuhur berjama‟ah, tadarus Al- Qur‟an, pengajian, lomba-

lomba keagamaan, praktek ibadah dan buka puasa bersama.

8) Paskibra

Kegiatan Ektrakulikuler di SDN Pondok Ranji 03 yaitu paskibra

merupakan kegiatan untuk melatih kedisiplinan siswa-siswi dalam

tanggung jawab apapun, Paskibra merupakan singkatan dari Pasukan

Pengibar Bendera. Dalam arti luas Paskibra berarti suatu wadah bagi

bangsa dan negara yang ditunjuk dalam menghormati Sang Merah

Putih, disiplin, tangguh, pantang menyerah serta melatih Sikap Dasar

Kepemimpinan dalam keorganisasian, baik di lingkungan sekolah

maupun di lingkungan masyarakat. Dalam arti khusus Paskibra adalah

suatu wadah pembinaan generasi muda, khususnya para pelajar di

SDN Pondok Ranji 03 ciputat timur dalam hal Tata Upacara Bendera

(TUB). Paskibra bertugas dalam kegiatan upacara bendera. Paskibra

umumnya ada di setiap sekolah umum baik negeri maupun swasta.

Sehingga Paskibra dapat diartikan sebagai sekelompok peserta didik

yang bertugas untuk mengibarkan bendera merah putih pada hari Senin
163

atau hari-hari besar. Seorang Paskibra harus mempunyai karakter

kepribadian yang baik, empati dalam bersikap, cermat dalam

merancang, akurat dan tepat pada sasaran, mantap dalam melangkah,

aktif dalam bertindak atau proaktif, bertata krama dan sopan, bersikap

nasionalosme dan amanah.

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

kegiatan Paskibra membentuk Kakrakter kepribadian yang baik, dan

bersikap empati terhadap sesama sehingga dapat membentuk karakter

religius Siswa. 132

9) Pramuka

Pramuka" merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang

memiliki arti Jiwa Muda yang Suka Berkarya. Pramuka merupakan

sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga

(7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak

(16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun). Kelompok anggota

yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan Pramuka, Korps Pelatih

Pramuka, Pamong Saka Pramuka, Staf Kwartir dan Majelis

Pembimbing.

Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah

dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik,

menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam

terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode

132
Observasi di SDN Pondok Ranji sabtu 29 Januari 2022
164

Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan

budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan

yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan

masyarakat, dan bangsa Indonesia. Kegiatan Pramuka di SDN Pondok

Ranji 03 Ciputat Timur merupakan kegiatan ekstrakurikuler wajib bagi

peserta didik kelas 1 dan 6. kegiatan ekstrakurikuler pramuka

dilaksanakan setiap hari Rabu dan Sabtu pukul 08.00 - 12.00.

Penguatan pendidikan karakter melalui Implementasi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan Pramuka membentuk

Kakrakter kepribadian yang baik serta membentuk Akhlak Yang baik,

dan bersikap empati terhadap sesama sehingga dapat membentuk

karakter religius Siswa.133

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dalam Penguatan Karakter Religius siswa

SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur.

SDN Pondok Ranji 03 ciputat Timur merupakan sekolah Negeri

yang mendidik para siswanya agar menjadi manusia profesional,

berjiwa sosial tinggi, menguasai imtaq, iptek dan bertanggung jawab.

Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan bahwa

Implementasi Pembelajaran PAI dalam membentuk karakter

religius di SDN Pondok ranji 03 Ciputat timur. berjalan dengan

133
Observasi di SDN Pondok Ranji sabtu 29 Januari 2022
165

baik, namun di sisi lain terdapat beberapa Faktor pendukung dan

penghambat sebagai berikut.

a). Faktor Pendukung

(1) fasilitas dan media pembelajaran mendukung (2) guru-guru

di sekolah mempunyai semanggat untuk membangun karakter

Religius khususnya guru PAI merancang beberapa kegiatan

dan pembelajaran tambahan yaitu intrakulikuler dan

ekstrakulikuler untuk menanamkan nilai-nilai karakter Religius

(3). Pembiasaan sikap 3S (Senyum sapa dan salam) oleh guru

dan peserta didik.4) Adanya juz’ama dan AlQur’an disetiap

kelas, jadi setiap pagi para peserta didik SDN Pondok Ranji 03

membaca jus’ama dan Al-Qur’an dikelas masing-masing

b) Faktor Penghambat

1) adanya wabah Virus Covid-19 yang membuat aktifitas

kegiatan Intrakulikuler dan Eksrakulikuler melalui daring 2)

kurangnya perhatian orang tua dalam melakukan pembiasaan

karakter religius.3) peserta didik lebih menghabiskan waktu

bermain gadget atau handphone.4) kurangnya melakukan

pembiasaan membaca Al-Quran atau juz ama di rumah.

Sehingga dengan adanya faktor pendukung proses

implementasi pembelajaran PAI dalam membentuk karakter

religius di SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur dapat berjalan


166

baik, sedangkan setelah mengetahui faktor penghambatnya

maka hal ini sebagai langkah memperbaikinya.

Tabel 4.14 fakor pendukung dan penghambat

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Faktor Pendukung Faktor Penghambat


 fasilitas dan media  adanya wabah Virus Covid-
pembelajaran mendukung 19 yang membuat aktifitas
kegiatan Intrakulikuler dan
Eksrakulikuler melalui
daring

 guru-guru di sekolah  kurangnya perhatian orang


mempunyai semanggat tua dalam melakukan
untuk membangun pembiasaan karakter
karakter Religius religius.
khususnya guru PAI
merancang beberapa
kegiatan dan pembelajaran
tambahan yaitu
intrakulikuler dan
ekstrakulikuler untuk
menanamkan nilai-nilai
karakter Religius

 Pembiasaan sikap 3S  peserta didik lebih


(Senyum sapa dan salam) menghabiskan waktu bermain
oleh guru dan peserta didik gadget atau handphone

 Adanya juz’ama dan  kurangnya melakukan


AlQur’an disetiap kelas, pembiasaan membaca Al-
jadi setiap pagi para siswa- Quran atau juz ama di rumah
siswi SDN Pondok Ranji
03 membaca jus’ama dan
Al-Qur’an dikelas masing-
masing
167
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Pembahasan hasil penelitian mengenai Penguatan

Pendidikan Karakter Religius Melalui Implementasi Pembelajaran

Pendidikan PAI (Telaah Materi kelas 3 Semester 2) maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari beberapa Implemetasi Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam dalam Pembentukan Karakter Religius siswa, menemukan

kegiatan pembiasaaan dalam karakter religius kegiatan yaitu

intrakulikuler dan kegiatan Ekstrakulikuler, antara lain kegiatan

intrakulikuler yaitu meliputi kegiatan pembiasaan ibadah sunnah

dhuha berjamaah, shalat zhuhur berjamaah,membaca yasin

bersama disetiap jumat pagi, membiasakan sapa salam dengan

bapak/ibu guru serta teman-teman kelasnya, murajaah disetiap

pagi sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan Ektrakulikuler

yaitu meliputi kegiatan diluar kelas seperti Paskibra, Pramuka,

Dai Cilik, Pantonim, Dongeng islami, BTQ .

Strategi dalam menerapkan Implementasi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Yaitu (1) Strategi Aktive Learning

dalam proses pembelajaran berlangsung, guru memberikan

stimulus ke siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran PAI (2

para guru-guru di sekolah ini juga punya semangat untuk

168
169

membangun sekolah yang para siswa nya memiliki karakter

religius khususnya guru PAI merancangbeberapa kegiatan dan

pembelajaran tambahan yaitu intrakulikuler dan ekstrakulikuler

untuk menanamkan nilai-nilai karakter Religius. (3)

Mengadakan murajaah sebelum pembelajaran berlangsung (4)

Membimbing dan mengingatkan para siswa agar bisa

memberikan keteladanan untuk siswa dalam pembiasaan sapa

dan salam serta patuh terhadap bapak/ibu guru(5) Memberikan

contoh keteladan bagi peserta didik.

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Penguatan

Pendidikan Karakter Religius Melalui Pembelajaran PAI.

a) Adapun Faktor pendukung sebagai berikut:

(1) fasilitas dan media pembelajaran mendukung.(2) guru-guru

di sekolah mempunyai semanggat untuk membangun karakter

Religius khususnya guru PAI merancang beberapa kegiatan dan

pembelajaran tambahan yaitu intrakulikuler dan ekstrakulikuler

untuk menanamkan nilai-nilai karakter Religius. (3) Pembiasaan

sikap 3S (Senyum sapa dan salam) oleh guru dan peserta didik.

(4) Adanya juz’ama dan AlQur’an disetiap kelas, jadi setiap pagi

para peserta didik SDN Pondok Ranji 03 membaca jus’ama dan

Al-Qur’an dikelas masing-masing 3.

b) Adapun faktor penghambat Implementasi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Religius


170

siswa yaitu: (1) adanya wabah Virus Covid-19 yang membuat

aktifitas kegiatan Intrakulikuler dan Eksrakulikuler melalui

daring.(2) kurangnya perhatian orang tua dalam melakukan

pembiasaan karakter religius. (3) peserta didik lebih

menghabiskan waktu bermain gadget atau handphone.(4)

kurangnya melakukan pembiasaan membaca Al-Quran atau juz

ama di rumah

B. Saran-saran

Berkaitan dengan kesimpulan penilaian poin-poin disarankan

hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam Penguatan Pendidikan Karakter Religius Melalui

Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah materi kelas 3

Semester 2). Dalam integrasi penguatan pendidikan karakter

memilki 2 kegiatan intrakulikuler dan Kegiatan

Ekstrakulikuler lebih menekan Strategi Pembelajaran Aktive

Learning, Strategi pembelajaran Cooperative Learning dan

dikembangkan melalui Metode yang disesuaikan dalam

setiap materi. Guru PAI menanamkan nilai-nilai Karakter.

Saling bekerjasama dengan orang tua serta stakholder dalam

sekolah dalam penguatan Pendidikan Karakter Religius.

2. Mengurangi Faktor Penghambat yaitu : (1) Melakukan

monitoring peserta didik dalam kegiatan pembiasaan ibadah

shalat dirumah. (2) Guru Pendidikan Agama Islam harus


171

mempunyai inisiatif tinggi khususnya penerapan nilai-nilai

karakter religius dalam kegiatan intrakulikuler dan kegiatan

ekstrakulikuler.
DAFTAR PUSTAKA
Maunah, Binti, “Landasan Pendidikan”, (Yogyakartaa: Teras, 2009)
Wiyani Ardy, Novan, “Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orang
Tua dan Guru dalam Membentuk Kemandirian dan
Kedisiplinan Anak Usia Dini”, (Yogyakarta: Ar- Ruzz
Media, 2013)

Sahlan, Asmaun dan Prasetyo Teguh, Angga, “Desain Pembelajaran


BerbasisKarakter”, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)
Mulyasa, E, “Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013”, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2016)
Amilosa, Putri, “Pembinaan Karakter Religius Santri di Muhammadiyah
Boarding School”, Jurnal Basic Of Education, Volume 02, No.
02 Januari-Juni, (Ponorogo: Al-Assasiyyah, 2018)
Kemendiknas, Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah
Kejuruan, (Jakarta:2010)
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT. Rosdakarya,
2008)
Wawan Susetya, Sebuah Kerinduan Sholat Khusuk, Yogyakarta, Tugu
Pulisher, 2010
Kementrian Pendidikan Nasional, Pedoman Pelaksanaaan Pendidikan
Karakter;Berdasarkan Pengalaman di satuan Pendidikan
rintisan, Jakarta : Badan Penelitian Pusat Kurikulum dan
perbukuan, 2011
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2003)
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum berbasis
KBK, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005)
Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonstruksi dan
Demokratisasi, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2002)
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004)
M.Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007)

172
173

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2016)
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana, 2009)
Evelin Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010)
Zainal Arifin Ahmad, Perencanaan Pembelajaran : dari Desain Sampai
Implementasi, (Jakarta: Pedagogia, 2012)
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu
Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta : Bumi Aksara,
2010)
Zulfiani, et.al., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009)
Kasful Anwar dan Hendra Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : Alfabeta,
2011)
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung Remaja Rosdakarya,
2002)
Achmadi Islam sebagai paradigma ilmu pendidikan, (Yogyakarta:Aditiya
Media 1992)
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta:Bumi Aksara, 2005)
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Rosdakarya,2002)
Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban bangsa,
(Surakarta:Yuma Pustaka, 2010)
Hadedar Nashir, “Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya”,
(Yogyakarta: Multi Presindo, 2013)
Lexy J. Moeloeng.Metedologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda
Karya, 2012)
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif
Rancangan Penelitian, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011)
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007)
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Mai Witarningsih, S.Pd., M.M

Hari/Tanggal : Jumat, 28 januari 2022

Waktu : 11.00 WIB di SDN Pondok Ranji 03


Ciputat Timur

Pewawancara : Wahyu Eko Ramdhany


Yang diwawancarai : Kepala Sekolah SDN Pondok Ranji 03 ciputat
Timur

Tema : Penguatan Pendidikan Karakter


Religius melalui Implementasi
Pembelajaran PAI (Telaah Materi
PAI kelas 3 Semester 2)

Pertanyaan :

1. Bagaimana Sejarah berdirinya sekolah SDN Pondok ranji 03


Ciputat Timur ?

2. Apa saja Visi, Misi dan tujuan sekolah ?

3. Kurikulum apa saja yang diterapkan di SDN Pondok ranji 03


Ciputat timur ?

4. Bagaimana Pandangan ibu mengenai penguatan pendidikan


karakter Religius melalui Pembelajaran PAI (Telaah materi PAI
kelas 3 semester 2) ?

5. Mengapa Penguatan pendidikan karakter religius melalui


pembelajaran PAI siswa sangat diperlukan ?

174
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Arief Puguh, M.Pd

Hari/Tanggal : Jumat, 28 januari 2022

Waktu : 11.00 WIB di SDN Pondok Ranji 03


Ciputat Timur

Pewawancara : Wahyu Eko Ramdhany


Yang diwawancarai : Guru PAI Kelas 3 SDN Pondok Ranji 03 ciputat
Timur

Tema : Penguatan Pendidikan Karakter


Religius melalui Implementasi
Pembelajaran PAI (Telaah Materi
PAI kelas 3 Semester 2)

Pertanyaan :
1. Bagaimana Penguatan Pendidikan Karakter Religius melalui
pembelajaran PAI (Telaah Materi kelas 3 semester 2 ) ?
2. Apa saja upaya guru PAI dalam penguatan pendidikan karakter Religius
melalui pembelajaran PAI (Telaah materi PAI kelas 3 semester 2) ?
3. Melalui Strategi dan metode apa saja dalam penguatan pendidikan
karakter religius melalui pembelajaran PAI (Telaah materi PAI kelas 3
semester 2) ?
4. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam penguatan pendidikan karakter
religius melalui pembelajaran PAI (Telaah materi PAI kelas 3 semester
2) ?

5. Bagaimana Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter religius


melalui pembelajaran PAI ?

6. Apa saja program intrakulikuler dan ekstrakulikuler dalam penguatan


pendidikan karakter religius siswa?

175
176

7. Bagaimana Faktor Pendukung dan penghambat dalam penguatan


pendidikan karakter religius melalui pembelajaran PAI (Telaah materi
PAI kelas 3 semester 2) ?

8. Apa saja Materi PAI kelas 3 semester dalam penguatan pendidikan


karakter religius melalui pembelajaran PAI (Telaah materi PAI kelas 3
semester 2) ?

9. Apa saja penguatan pendidikan karakter religius dalam program


kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler?

10. Apakah Media pembelajaran sangat mendukung dalam upaya


penguatan pendidikan religius melalui pembelajaran PAI (Telaah
materi PAI kelas 3 semester 2) ?
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Nurhayati
Hari/Tanggal : Sabtu, 29 januari 2022
Waktu : 11.00 WIB di SDN Pondok Ranji 03
Ciputat Timur
Pewawancara : Wahyu Eko
Ramdhany
Yang diwawancarai : Wali Murid Kelas 3 SDN Pondok Ranji 03 ciputat
Timur
Tema : Penguatan Pendidikan Karakter
Religius melalui Implementasi Pembelajaran PAI (Telaah
Materi PAI kelas 3 Semester 2)
Pertanyaan :
1. Apakah dalam penguatan Pendidikan Karakter religius
melalui pembelajaran PAI sangat berpengaruh dalam
lingkungan keluarga ?
2. Apakah ada kerjasama dengan guru dalam penguatan
pendidikan karakter religius ?
3. Apakah ada hasilnya dalam penguatan pendidikan
karakter religius dalam pembelajaran PAI ?
4. Apakah program kegiatan intrakulikuler dan kegiatan
ekstrakulikuler sangat menunjang penguatan pendidikan
karakter religius siswa ?

177
Lampiran 4
MATERI PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti
Tema : Kisah Keteladana Nabi Yusuf a,s dan Kisah Keteladanan
Nabi Syuaib
a.s

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

Kisah Keteladanan KD. 1.11 Meyakini kebenaran Strategi Aktive

Nabi Yusuf a.s dan kisah Nabi Yusuf a,s. Learning dan Strategi

Nabi Syuaib a.s KD 2.11 Menunjukan sikap Cooperative Learning

pemaaf sebagai implementasi dikembangkan melalui

dari pemahaman kisah Metode Ceramah,

keteladanan Nabi Yusuf a.s. Metode kelompok,

KD 3.11 Memahami kisah Metode diskusi dan

keteladanan Nabi Yusuf a.s. Metode Resitasi.

KD 4.11 Menceritakan kisah

keteladanan Nabi Yusuf a.s.

178
Lampiran 5
MATERI PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti
Tema : Hati Tentram dengan berprilaku terpuji.

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

Hati Tentram KD. 1.5 Meyakini bahwa Strategi Aktive

dengan Berprilaku perilaku ikhlas dan mohon Learning

Terpuji pertolongan sebagai cerminan dikembangkan melalui

dari iman, Metode Ceramah,

KD 2.5 Menunjukan perilaku Metode keteladanan,

ikhlas dan mohon pertolongan, Metode demontrasi,

KD 3.5 Memahami perilaku Metode role Playing.

ikhlas dan mohon pertolongan.

KD 4.5 mencontohkan perilaku

ikhlas dan mohon pertolongan.

179
Lampiran 6
MATERI PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti
Tema : Ayo Belajar surah Al-Kautsar

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

Ayo belajar Surah KD 1.1 Terbiasa membaca Strategi Aktive

Al-Kautsar surah Al-kautsar dengan tartil. Learning

KD 3.1 memahami makna dikembangkan melalui

surah Al-Kautsar. Metode Ceramah,

KD 4.11 membaca kalimat- Metode Tilawatil

kalimat surat Al-kautsar Quran, Metode

dengan benar. Discoevry learning

KD 4.13 menunjukan hafalan

surat Al-kautsar dengan lancar.

180
Lampiran 7
MATERI PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti
Tema : Meyakini Allah maha mengetahui dan Maha mendengar .

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

Meyakini Allah KD 1.4 Meyakini adanya Allah Strategi Aktive

maha mengetahui SWT yang maha mengetahui Learning

dan Maha dan mendengar, dikembangkan melalui

mendengar KD 2.4 menunjukan sikap Metode Discovery

peduli berbuat baik dan hati- learning, Metode

hati sebagai implementasi dari Ceramah, Metode

pemahaman Asmaul husna Al- Tanya Jawab dan

Alim dan As-Sami, Metode diskusi

KD 3.4 Memahami makna

asmaul husna Al-Alim dan As-

Sami.

KD 4.13 menunjukan hafalan

surat Al-kautsar dengan lancar.

181
Lampiran 8
MATERI PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti
Tema : Bersyukur Kepada Allah Swt.

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

Bersyukur Kepada KD 1.7 menerima dan Strategi Aktive

Allah Swt mensyukuri nikmah Allah swt. Learning

KD 2.7 menunjukan sikap dikembangkan melalui

bersyukur. Metode Discovery

KD 3.7 memahami sikap learning, Metode

bersyukur. Ceramah, Metode

KD 4.7 mencontohkan sikap Tanya Jawab dan

bersyukur. Metode diskusi

182
Lampiran 9
MATERI PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti
Tema : zikir dan doa setelah salat

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

zikir dan doa KD 1.8 Menjalankan salat Strategi Aktive

setelah salat secara tertib. Learning

KD 2.8 Menunjukan sikap dikembangkan melalui

hidup tertib sebagai Metode Discovery

implementasi dari pemahaman learning, Metode

makna ibadah salat. Ceramah, Metode

KD 3.8 memahami makna Tanya Jawab dan

salat. Metode diskusi

KD 4.9 Mempraktikan tatacara

zikir dan doa setelah salat

secara benar.

183
Lampiran 10
MATERI PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SDN Pondok Ranji 03 Ciputat Timur
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti
Tema : Kisah Keteladanan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail.

Materi KD (Kompetensi Dasar) Strategi dan Metode

Kisah keteladanan KD 1.13 Meyakini kebenaran Strategi Aktive

Nabi Ibrahim a.s kisah nabi Ibrahim a.s dan nabi Learning

dan nabi ismail ismail a.s. dikembangkan melalui

KD 2.8 Menunjukan sikap Metode Discovery

hidup tertib sebagai learning, Metode

implementasi dari pemahaman Ceramah, Metode

makna ibadah salat. Tanya Jawab dan

KD 3.8 memahami makna Metode diskusi

salat.

KD 4.9 Mempraktikan tatacara

zikir dan doa setelah salat

secara benar.

184
Dokumentasi
Kegiaatan Pembelajaran PAI

Kegiatan Cerdas Cermat Pembelajaran PAI

Kegiatan Pembelajaran jarak jauh

Kegiatan Membaca yasin dan Shalat Dhuha Bersama

185
186

Kegiatan Ekstrakulikuler Pantonim

Kegiatan Pildacil

Kegiatan Paskibra
RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyu Eko Ramdhany

NPM : 2019920044

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta 18 Januari 1999

Alamat : Jln. Kavling keauangan


raya kedaung ciputat
kecamatan pamulang.

Program Studi : Magister Studi Islam

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat Email : wahyuekoramdani@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. SDN KP. Bulak 02


2. SMP PGRI 1 Ciputat
3. SMA DUA MEI
4. MA Al-Karimiyah
5. Universitas Muhammadiyah Jakarta

187

Anda mungkin juga menyukai