mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab1.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidaklah sekedar menyiapkan
manusia intelek, pendai, dan pintar dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan
keahliannya saja (IQ). Lebih dari itu, pendidikan juga bertujuan untuk meningkatkan
1 UU RI NO. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal. 3
kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Karena sekolah didirikan
untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni dengan memberikan situasi belajar
kepada anak-anak tempat mereka dapat mengembangkan bakatnya.2
Pendidikan agama merupakan hal yang paling diharapkan dapat mencapai
tujuan pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik menjadi manusia
bertakwa dan berakhlak mulia. Secara khusus tujuan pendidikan agama di sekolah
menurut kurikulum 2004 adalah: 1) berfungsi membentuk manusia Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan
mampu menjaga kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama; 2) bertujuan
untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan
mengamalkan nilia-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.3
Dudung dkk juga menyampaikan bahwa pendidikan agama Islam memiliki
kedudukan yang penting dan strategis dalam pelaksanaan pendidikan di setiap
jenjangnya. Pada hakikatnya keberhasilan pendidikan agama menjadi tanggung
jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. 4
5 Ibid, hal. 12
6 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal. 187
tentang
penyelenggaraan
kegiatan
ekstrakurikuler
dan kegiatan
ekstrakurikuler
sebagai
pelaksanaan.10
Nurdin
Usman
10 Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),
hal. 548.
yang
terencana
dan
untuk
mencapai
tujuan
kegiatan.11
Sedangkan Hanifah menjelaskan pengertian implementasi sebagai suatu
proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan kebijakan dari politik
kedalam administrasi. Pengembangan suatu kebijakan dalam rangka
penyempurnaan suatu program.12
Guntur berpendapat bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas
yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.13
Berdasarkan pengertian-pengertian implementasi di atas, penulis
membatasi implementasi kepada pelaksanaa dan penerapan kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan berdasarkan pada rancangan kurikulum yang
telah ada di SMK Negeri 10 Malang.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan
Kegiatan diartikan sebagai suatu aktivitas; kegairahan; usaha;
pekerjaan.14 Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler diartikan oleh Rusli Rutan
sebagai bagian internal dari proses belajar yang menekankan pada
sebagai
pedoman
sebagai
pandangan
hidup.22
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam dapat diartikan
sebagai usaha sadar dengan menyelenggarakan bimbingan
dan arahan kepada peserta didik dengan tujuan kelak
menjadi orang yang memiliki keilmuan, pemahaman dan
perilaku yang islami.
F. Sistematika Penulisan
Bab IPenulis
10
11
terencana
dan
terstrukur
untuk
mengumpulkan
dan
R.
Semiawan
penelitian
kualitatif
adalah
suatu
12
Beberapa
deskripsi ini
motivasi
belajar
siswa
dan
faktor-faktor
yang
penelitian
ini,
lokasi
penelitian
Kec.
Kedungkandang
Malang.
Alasan
yang
kota.
Letak
tersebut
memungkinkan
adanya
13
mempengaruhi
motivasi
belajar
siswa
pada
pembelajaran PAI.
Alasan kedua penulis memilih sekolah menengah
kejuruan ialah karena porsi pendidikan agama kalah dengan
porsi
pendidikan
memungkinkan
dan
pelatihan
adanya
faktor
kejuruan.
Sehingga
tambahan
yang
jabatan
yang
14
digunakan,
serta
kebijakan-
di
Sekolah,
diharapkan
adalah
berkenaan
dengan
segala
PAI
informasi
yang
sesuatu
yang
dan
kegiatan
ekstrakurikuler
serta
penghambat
keagamaan
faktor-faktor
kegiatan
pendukung
yang
dan
ekstrakurikuler
kegiatan
ekstrakurikuler
15
pengamatan
dan
Penulis
mengumpulkan
menggunakan
data
yang
terkait
teknik
ini
dengan
untuk
suasana
ekstrakurikuler
diselenggarakan
oleh
SMK
keagamaan
Negeri
10
Malang
yang
dan
28Sutrisno Hadi, Metodologi Research JIlid 2 (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hal. 151.
29 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, hal. 225
16
dengan
pengumuman,
cara
ikhtisar
membaca
rapat,
surat-surat,
pernyataan
tertulis,
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
teknik
implementasi
kegiatan
ekstrakurikuler
17
ini
akan
mengedit,
mempermudah
menemukan
tema-tema,
penelitian
guna
analisis data.
2. Penyajian Data
Pada
proses
mengorganisir
mempermudah
penyajian
data
yang
data,
telah
proses
penulis
direduksi
dan
benar-benar
kesatuan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penulis pada tahap
terhadap
obyek
dilibatkan
ini
penelitian
menjadi
menarik
satu
kesimpulan
berdasarkan
pada
18
Guna
menetapkan
validitas
data,
digunakan
sumber-sumber
yang
lebih
bervariasi
guna
data
yang
bersifat
menggabungkan
dari
yang
diperoleh
peneliti
dari
berbagai
sudut
19
data
primer
dibandingkan
dengan
data
yang
20
I. Daftar Pustaka
An-Nahlawi, A. (1995). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press.
Drajat, Z. (1992). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Dudung Rahmat Hidayat, Maman Abdurrahman, Yayan Nurbayan. (2007).
Pendidikan Agama: Urgensi dan Tantangan. Dalam T. P. Pendidikan,
Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian3 Pendidikan Disiplin Ilmu (hal.
3). Bandung: PT. Intima.
Hadi, S. (1989). Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Harsono, H. (2002). Implementasi Kebijakan dan Politik. Yogyakarta:
Rhineka Karsa.
Khaeruddin, d. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KOnsep dan
Implementasinya di Madrasah. Yogyakarta: Nuansa Aksara.
Mardalis. (2006). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:
Bumi Aksara.
Muhaimin. (2002). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
PAI di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhaimin, d. (2008). Pengembangan Model KTSP pada Sekolah dan
Madrasah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS.
Raco, J. (t.thn.). Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Jakarta: Grasindo.
Rahardjo, M. (2015, Maret 6). Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif.
Diambil kembali dari mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id:
http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/270triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html
Rutan, R. (1986). Pengelolaan Interaksi Belajar Intrakurikuler, Kokurikuler
dan Ekstrakurikuler. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Semiawan, C. R. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo.
Setiawan, g. (2004). Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan.
Jakarta: Cipta Dunia.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Surachmad, W. (1986). Pengantar Ilmiah Dasar, Metode Teknik. Bandung:
Tarsito.
21
22