Anda di halaman 1dari 22

IMPLEMENTASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN GUNA

MENUNJANG KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK


NEGERI 10 MALANG
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam di sekolah diamanatkan Undang-Undang Dasar
1945 kepada negara agara menyelenggarakan pendidikan yang bertujuan
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
meningkatkan akhlak mulia peserta didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Pemerintah mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan agama di
sekolah dalam rangka menjalankan amanat tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya
lahirnya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menyatakan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah

mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab1.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidaklah sekedar menyiapkan
manusia intelek, pendai, dan pintar dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan
keahliannya saja (IQ). Lebih dari itu, pendidikan juga bertujuan untuk meningkatkan
1 UU RI NO. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal. 3

kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Karena sekolah didirikan
untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni dengan memberikan situasi belajar
kepada anak-anak tempat mereka dapat mengembangkan bakatnya.2
Pendidikan agama merupakan hal yang paling diharapkan dapat mencapai
tujuan pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik menjadi manusia
bertakwa dan berakhlak mulia. Secara khusus tujuan pendidikan agama di sekolah
menurut kurikulum 2004 adalah: 1) berfungsi membentuk manusia Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan
mampu menjaga kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama; 2) bertujuan
untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan
mengamalkan nilia-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.3
Dudung dkk juga menyampaikan bahwa pendidikan agama Islam memiliki
kedudukan yang penting dan strategis dalam pelaksanaan pendidikan di setiap
jenjangnya. Pada hakikatnya keberhasilan pendidikan agama menjadi tanggung
jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. 4

2 Muhammad Zein, Asa dan Pengemabngan Kurikulum, (Yogyakarta: Sumbangsih Offset,


1985), hal. 20
3 Dudung Rahmat Hidayat, dkk, Pendidikan Agama: Urgensi dan Tantangan, Ilmu dan
Aplikasi Pendidikan, Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu (Bandung: PT. Imtima, 2007),
hal. 3
4 Ibid, 6

Semakin penting kedudukan pendidikan agama, semakin besar pula


tantangan yang dihadapi. Khususnya pendidikan agama Islam. Diantara tantangan
pendidikan agama Islam di sekolah yaitu:
1) Pendidikan agama sebatas formalitas
2) Kualitas pendidik yang lemah
3) Penanaman sikap beragama di sekolah yang belum terintegrasi
Dari berbagai kendala yang dihadapi pendidikan agama Islam di sekolah,
yang paling banyak dikeluhkan oleh para pendidik adalah minimnya alokasi waktu
yang diberikan, sehingga sangat sulit menyampaikan ajaran agama Islam yang
sangat luas dengan sempurna dan sesuai harapan. Tuntutan tersebut semakin keras
dan mendesak setelah terjadi banyak persitiwa menyedihkan terkait rendahnya moral
dan akhlak para pelajar.5 Untuk itu, sekolah harus mampu menyusun kurikulum yang
mampu mengatasi kendala yang di hadapi pendidikan agama Islam di sekolah.
Kurikulum tidak hanya diartikan terbatas pada mata pelajaran saja, akan
tetapi kurikulum juga diartikan sebagai suatu aktivitas apa saja yang dilakukan
sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu
tujuan dalam pembelajarannya. biasanya kegiatan ekstrakurikuler disusun bersamaan
dengan membuat kisi-kisi kurikulum dan materi pelajaran. Itu artinya, kegiatan
tersebut merupakan bagian dari pelajaran sekolah dan kelulusan siswapun
dipengaruhi oleh aktivitasnya dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut. 6

5 Ibid, hal. 12
6 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal. 187

Dalam Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dijelaskan bahwa


kegiatan ekstrakurikuler masuk dalam komponen pengembangan diri.7 Kegiatan
Ekstrakurikuler berada di luar mata pelajaran dan konseling, untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat
melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berkewanangan di sekolah atau madrasah.8
Pengembangan pendidikan agama Islam di SMk Negeri 10 Malang mendapat
perhatian lebih meski alokasi waktu yang ditentukan kurikulum hanya sedikit. Hal
ini disebabkan karena begitu besar tanggung jawab yang diemban oleh PAI namun
dengan porsi yang kecil. Pihak SMK menyadari betapa pentingnya pendidikan
agama sebagai landasan dasar keilmuan dan pembentukan karakter peserta didik
sebagai genarasi bangsa. Oleh karena itu SMK Negeri 10 Malang menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan keagamaan yang bersifat di luar materi untuk memenuhi
kekurangan porsi dari PAI.
SMK Negeri 10 Malang juga menyadari bahwa pengajaran PAI yang selama
ini hanya bersifat formal dan terbatas pada aspek kognitif semata, oleh karena itu
perlu adanya kegiatan keagamaan yang praktis dan mengena bagi peserta didik
sebagai proses pembiasaan dan internalisasi materi PAI yang diperoleh di kelas.

7 Khaerudin, dkk. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep dan Implementasinya di


Madrasah, (Yogyakarta: Nuansa Aksara, 2007), hal. 86
8 Muhaimin, dkk, Pengembangan Model KTSP Pada Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008), hal. 74

Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, penulis mendapati bahwa


kegiatan ekstrakurikuler keagamaan sangatlah penting sebagai penunjang pendidikan
agama Islam di SMKN 10 Malang. Di antara kegiatan keagamaan ekstrakurikuler
yang diselenggarakan di SMKN 10 Malang adalah: 1) Pembacaan Surah Al-Waqiah,
istighotsah dan ceramah agama yang diselenggarakan setiap hari Jumat sebelum
kegiatan pembelajaran, 2) Sholat Jumat bagi siswa putra di masjid sekolah, 3)
Kegiatan keputrian bagi siswa putri selama kegiatan sholat Jumat berlangsung, dll.9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Apa saja kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMK Negeri 10 Malang?
2. Bagaimana implementasi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMK
Negeri 10 Malang?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan di SMK Negeri 10 Malang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan pada rumusan masalah di atas, adalah:
1. Mendeskripsikan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang ada
di SMK Negeri 10 Malang.
2. Mendeskripsikan implementasi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di
SMK negeri 10 Malang.
3. Mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMK negeri 10 Malang.
D. Manfaat Penelitian
9 Hasil wawancara dengan kepala sekolah SMK Negeri 10 Malang, Haryanto, 26 Mei 2015

Penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat bagi berbagai pihak,


diantaranya:
1. Bagi Peneliti, sebagai pelajaran dan pengalaman untuk menambah
pengetahuan dalam bidang penelitian ilmiah. Dan sebagai tambahan
pengetahuan

tentang

penyelenggaraan

kegiatan

ekstrakurikuler

keagamaan di SMK Negeri 10 Malang.


2. Bagi pihak sekolah, sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMK Negeri 10 Malang.
3. Bagi siswa, sebagai tambahan pengetahuan tentang kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan di SMK N 10 Malang
4. Bagi calon guru, penelitian ini diharakan bermanfaat sebagai tambahan
pengetahuan

dalam bidang ilmiah

dan kegiatan

ekstrakurikuler

keagamaan di sekolah, sehingga kelak dapat menyelenggarakan kegiatan


ekstrakurikuler yang baik.
E. Batasan Istilah
Penulis membatasi berbagai istilah yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Implementasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi
diartikan

sebagai

pelaksanaan.10

Nurdin

Usman

mengemukakan bahwa implementasi adalah bermuara pada


aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu

10 Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),
hal. 548.

sistem, implemantasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu


kegiatan

yang

terencana

dan

untuk

mencapai

tujuan

kegiatan.11
Sedangkan Hanifah menjelaskan pengertian implementasi sebagai suatu
proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan kebijakan dari politik
kedalam administrasi. Pengembangan suatu kebijakan dalam rangka
penyempurnaan suatu program.12
Guntur berpendapat bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas
yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.13
Berdasarkan pengertian-pengertian implementasi di atas, penulis
membatasi implementasi kepada pelaksanaa dan penerapan kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan berdasarkan pada rancangan kurikulum yang
telah ada di SMK Negeri 10 Malang.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan
Kegiatan diartikan sebagai suatu aktivitas; kegairahan; usaha;
pekerjaan.14 Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler diartikan oleh Rusli Rutan
sebagai bagian internal dari proses belajar yang menekankan pada

11 Nurdin Usman, Konteks Implementasi berbasis Kuriukulum, (Semarang: CV. Obor


Pustaka, 2002), hal. 70
12 Hanifah Harsono, Implementasi Kebijakan dan Politik, (Yogyakarta: Rhineka Karsa,
2002), hal. 67
13 Guntur Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta: Cipta Dunia,
2004), hal 39
14 Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 477

pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan


ekstrakurikuler sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, bahkan kegiatan
ekstrakurikuler perpanjangan pelengkap atau penguat kegiatan intrakurikuler
untuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi
anak didik mencapai tarap maksimum.15
Muhaimin menggambarkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayana konseling untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai kebutuhan, potensi, bakat, dan
minat melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik
dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
sekolah atau madrasah.16
Penulis membatasi pengertian kegiatan ekstrakurikuler sebagai kegiatan
tambahan di luar jam pelajaran yang diselenggarakan sekolah guna
mengembangakan potensi peserta didik dalam bidang tertentu sesuai dengan
bakat dan minat yang dimiliki. Sedangkan pengertian keagamaan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu mengenai agama.17
Berdasarkan pengertian itu, penulis membatasi istilah kegiatan
ekstrakurikuler keagaman sebagai kegiatan di luar jam pelajaran guna
mengembangkan potensi peserta didik dalam bidang keagamaan.
3. Menunjang Keberhasilan
15 Rusli Rutan, Pengelolaan Interaksi belajar intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1986), hal. 72
16 Muhaimin, dkk, Pengembangan Model KTSP Pada Sekolah dan Madrasah, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 74
17 Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 18

Menunjang diartikan sebagai membantu kelancaran (usaha dsb)18.


Menunjang tidak mempunyai makna tanpa ada kata setelahnya. Dengan
demikian makna kata menunjang bermuara pada kata berkutnya, yakni
keberhasilan.
Keberhasilan berasal dari kata hasil, yang diartikan sebagai pendapatan;
perolehan; buah; akibat; kesudahan (dr pertandingan, ujian, dsb); Setelah
mendapat tambahan ber menjadi berhasil. Berhasil diartikan sebagai 1)
mendatangkan hasil; ada hasilnya; 2) beroleh (mendapat) hasil; berbuah;
tercapai maksudnya. Kemudian setelah mendapat tambahan awalan ke- dan
akhiran an menjadai keberhasilan yang diartikan sebagai perihal (keadaan)
berhasil.19
Berdasarkan pada pengertian-pengertian tersebut, penulis mendefiniskan
keberhasilan sebagai suatu keadaan yang sesuai dengan apa yang
direncanakan dan sampai pada tujuan tertentu. Dengan demikian penulis
membatasi makna menunjang keberhasilan sebagai keadaan yang membantu
kelancaran usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan
berdasarkan pada rencana yang disusun sebelumnya.
4. Pendidikan Agama Islam
Pengertian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar
yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan
peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan
ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
18 Ibid, hal. 1567
19 Ibid, 513

pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang


telah ditetapkan.20
Zuhairimi mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai
asuhan-asuhan secara sistematis dalam membentuk anak
didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.21
Sedangkan Zakiyah Derajat mendefinisikan Pendidikan
Agama Islam sebagai usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya
dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama serta
menjadikannya

sebagai

pedoman

sebagai

pandangan

hidup.22
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam dapat diartikan
sebagai usaha sadar dengan menyelenggarakan bimbingan
dan arahan kepada peserta didik dengan tujuan kelak
menjadi orang yang memiliki keilmuan, pemahaman dan
perilaku yang islami.
F. Sistematika Penulisan
Bab IPenulis

memulai dengan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,


batasan istilah dan sistematika penuisan.
20 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya MEngefektifkan PAI di Sekolah
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 183
21 Zuhairimi, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Offset Printing, 1981),
hal. 25
22 Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 86

10

Bab II Penulis memaparkan tinjauan pustaka yang berkaitan


dengan motivasi belajar siswa dan pendidikan agama
Islam.
Bab III

Penulis memaparkan metode yang digunakan

dalam penelitian meliputi teknik pengumpulan data,


sumber data / informan dan analisis data. Teknik yang
penulis gunakan dalam analisis data adalah teknik
triangulasi untuk

membandingkan kebenaran data

yang satu dengan yang lain pada topik yang sama.


Bab IV

Penulis memaparkan hasil penelitian di lapangan

dengan metode deskriptif berdasarkan pada landasan


teori tentang motivasi belajar siswa pada pembelajaran
PAI.
G. Metode Penelitian
Metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai cara yang teratur berdasarkan pemikiran yang matang
untuk mencapai maksud.23 Sedangkan penelitian diartikan sebagai
upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk
memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati
dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.24

23Op. Cit, hal. 952

11

J.R. Raco mengartikan metode penelitian sebagai suatu


kegiatan ilmiah yang tereancana, terstruktur, sistematis, dan
memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis. 25 Dengan
demikian metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang

terencana

dan

terstrukur

untuk

mengumpulkan

dan

menganalisa data sehingga didapat kesimpulan dari fenomena


yang diteliti.
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang
telah dikemukakan, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif. Menurut Catherine Marshal yang dikutip oleh
Jonathan Sarwono menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah suatu proses yang digunakan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang
ada dalam interaksi manusia.26
Sedangkan menurut Creswell (2008) yang dikutip oleh
Conny

R.

Semiawan

penelitian

kualitatif

adalah

suatu

24Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: BumiAksara, 2006)


hal. 24.
25 Dr. J.T. Raco, M.E, M.Sc., Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya (Jakarta: Grasindo), hal. 2-3
26 Catherine Marshal dan Gretchen B Rossman, Designing Qualitive Research (California:
Sage Publication, 1995), dikutip oleh Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitaif &
Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 193

12

pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan


memahami satu gejala sentral.27
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif kualitatif, yaitu mengumpulkan informasi dan
membuat penjelasan atau deskripsi tentang suatu fenomena,
yaitu keadaan fenomena menurut apa adanya.
Penulis dalam penelitian ini berusaha mendeskripsikan
secara menyeluruh dengan menganalisa kejadian, peristiwa,
aktivitas, sikap, kepercayaan dan persepsi dari individu
maupun kelompok yang diperoleh dari data wawancara,
observasi maupun dokumentasi.

Beberapa

deskripsi ini

nantinya digunakan untuk menjelaskan dan menyimpulkan


kondisi

motivasi

belajar

siswa

dan

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya terhadap Pendidikan Agama Islam di SMK


Negeri 10 Malang.
2. Lokasi Penelitian
Pada kesempatan

penelitian

ini,

lokasi

penelitian

dilakukan di SMK Negeri 10 Malang yang terletak di Jl. Raya


Tlogowaru

Kec.

Kedungkandang

Malang.

Alasan

yang

mendorong peneliti memilih SMK Negeri 10 Malang sebagai


lokasi penelitian adalah karena letaknya yang berada di
pinggiran

kota.

Letak

tersebut

memungkinkan

adanya

percampuran peserta didik dari kota dan desa yang memiliki


latar belakang sosial keagamaan yang berbeda. Penulis
27 Prof. Dr. Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Grasindo, 2005),
hal. 6

13

berharap dengan adanya perbedaan latar belakang sosial


tersebut dapat memberikan keragaman dalam faktor-faktor
yang

mempengaruhi

motivasi

belajar

siswa

pada

pembelajaran PAI.
Alasan kedua penulis memilih sekolah menengah
kejuruan ialah karena porsi pendidikan agama kalah dengan
porsi

pendidikan

memungkinkan

dan

pelatihan

adanya

faktor

kejuruan.

Sehingga

tambahan

yang

mempengaruhi motivasi siswa pada pembelajaran agama


Islam dibanding dengan sekolah menengah umum atau
sekolah yang berbasis Islam.
Alasan ketiga, siswa yang sedang belajar di sekolah
menengah adalah para ramaja tanggung yang sedang
mengalami masa transisi dari dunia kanak-kanak ke dunia
dewasa.

Hal ini tentu menimbulkan berbagai gejolak di

dalam diri siswa yang dapat menimbulkan berbagai macam


faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar pada
pembelajaran agama Islam.
3. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah:
1) Kepala Sekolah, sebagai pemangku

jabatan

tertinggi yang diharapkan dapat memberikan


informasi seputar profil sekolah, jumlah siswa,
kurikulum

yang

14

digunakan,

serta

kebijakan-

kebijakan lain terkait pembelajaran PAI di SMK


Negeri 10 Malang.
Data yang diperlukan dari kepala sekolah ialah
profil sekolah, sejarah berdirinya sekolah, visimisi, kurikulum PAI dan kegiatan keagamaan
yang diselenggarakan.
2) Waka Kurikulum, sebagai pengatur kurikulum dan
pembelajaran

di

Sekolah,

diharapkan

adalah

berkenaan

dengan

segala
PAI

informasi

yang

sesuatu

yang

dan

kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan di SMK negeri 10


Malang.
3) Guru PAI,

sebagai ujung tombak pembelajaran

PAI di SMK Negeri 10 Malang diharapkan dapat


memberikan informasi seputar materi PAI dan
kegiatan
diampu,

ekstrakurikuler
serta

penghambat

keagamaan

faktor-faktor
kegiatan

pendukung

yang
dan

ekstrakurikuler

keagamaan di SMK Negeri 10 Malang.


4) Siswa, sebagai pelaku langsung yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan diharapkan
dapat memberikan informasi terkait bagaimana
implementasi

kegiatan

ekstrakurikuler

keagamaan di SMK Negeri 10 Malang dalam


sudut pandang mereka.

15

4. Teknik Pengumpulan Data


Peneliti dalam penelitian ini menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data, yaitu:
1) Teknik Observasi
Pengertian observasi adalah

pengamatan

dan

pencatatan dengan sistematis mengenai fenomena yang


diteliti.28

Penulis

mengumpulkan

menggunakan

data

yang

terkait

teknik

ini

dengan

untuk
suasana

kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.


Peneliti dalam hal ini mendatangi langsung ke lokasi
kegiatan

ekstrakurikuler

diselenggarakan

oleh

SMK

keagamaan
Negeri

10

Malang

yang
dan

mengamati fenomena yang sedang terjadi dan mencatat


berbagai kejadian terkait dengan hal yang diteliti.
2) Teknik Wawancara
Wawancara dimulai dengan mengemukakan topik yang
umum untuk membantu peneliti memahami perspektif
makna yang diwawancarai.29 Dalam hal ini peneliti akan
mewawancarai beberapa pihak yang terkait, yakni kepala
SMK Negeri 10 Malang, Waka Kurikulum, guru PAI dan
siswa.
Peneliti akan menggunakan wawancara terstruktur
dengan pertanyaan secara urut dan terarah. Tetapi
apabila sulit terjadi wawancara terstruktur, penulis akan

28Sutrisno Hadi, Metodologi Research JIlid 2 (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hal. 151.
29 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, hal. 225

16

menggunakan teknik bertanya freetalk untuk memperoleh


informasi yang dibutuhkan.
3) Teknik Dokumentasi
Menurut Jonathan Sarwono, kajian dokumentasi adalah
sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau
informasi

dengan

pengumuman,

cara

ikhtisar

membaca

rapat,

surat-surat,

pernyataan

tertulis,

kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. 30


Dalam

penelitian

ini,

peneliti

menggunakan

teknik

dokumentasi dengan membaca dokumen yang terkait


dengan

implementasi

kegiatan

ekstrakurikuler

keagamaan, seperti absensi kehadiran siswa, buku raport


dan foto kegiatan pembelajaran.
5. Teknik Analisis Data
Peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif, yaitu
menentukan dan menafsirkan data yang ada, misalkan
tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan,
pandangan, sikap yang nampak atau tentang suatu proses
yang muncul, kecenderungan yang nampak, pertentangan
yang meruncing dan sebagainya.31

30 Ibid, hal. 225


31 Winarno Surachmad, Pengantar Ilmiah Dasar, Metode Tehnik(Bandung: Tarsito,
1986)hal. 139

17

Adapun langkah langkah analisis data yang penulis


lakukan adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Penulis
dalam
hal

ini

akan

mengedit,

mengelompokkan dan meringkas data. Selanjutnya


penulis membuat kode-kode dan catatan-catatan
guna

mempermudah

menemukan

tema-tema,

kelompok-kelompok dan pola-pola data. Kemudian


peneliti menyimpan data-data yang tidak relevan
dengan

penelitian

guna

analisis data.
2. Penyajian Data
Pada
proses
mengorganisir

mempermudah

penyajian

data

yang

data,

telah

proses

penulis

direduksi

dan

menjalin antara kelompok data yang satu dengan


kelompok data yang lain sehingga seluruh data yang
dianalisis

benar-benar

kesatuan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penulis pada tahap
terhadap

obyek

dilibatkan

ini

penelitian

menjadi

menarik

satu

kesimpulan

berdasarkan

pada

temuan data dan disesuaikan dengan kajian teori


tentang motivasi belajar dan pendidikan agama
Islam.
6. Validitas Data

18

Guna

menetapkan

validitas

data,

digunakan

pemeriksaan terhadap data yang terkumpul. Penulis dalam


penelitian ini menggunakan teknik validitas data triangulasi.
Triangulasi data menunjuk pada upaya peneliti untuk
mengakses

sumber-sumber

yang

lebih

bervariasi

guna

memperoleh data berkenaan dengan persoalan yang sama.32


Menurut Sugiyono Triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan

data

yang

bersifat

menggabungkan

dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang


telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data
yang sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.33
Sedangkan menurut Mudjia Rahardjo, triangulasi
diartikan sebagai usaha mengecek kebenaran data atau
informasi

yang

diperoleh

peneliti

dari

berbagai

sudut

pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak


mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan
analisis data.34

32 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LKiS, 2007), hal. 99


33 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)
(Bandung: Alfabeta, 2011).
34 Mudjia Rahardjo, Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif, diakses pada tanggal 06
Maret 2015 dari http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/270-triangulasidalam-penelitian-kualitatif.html.

19

Peneliti menggunakan teknik triangulasi guna memastikan


bahwa data yang diperoleh valid. Peneliti menggunakan
teknik triangulasi data yang dipadukan dengan triangulasi
metode, yakni data tentang motivasi yang diperoleh dari
sumber

data

primer

dibandingkan

dengan

data

yang

diperoleh dari sumber data sekunder, kemudian data yang


diperoleh dari metode wawancara dibandingkan dengan data
yang diperoleh dari metode observasi

20

I. Daftar Pustaka
An-Nahlawi, A. (1995). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press.
Drajat, Z. (1992). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Dudung Rahmat Hidayat, Maman Abdurrahman, Yayan Nurbayan. (2007).
Pendidikan Agama: Urgensi dan Tantangan. Dalam T. P. Pendidikan,
Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian3 Pendidikan Disiplin Ilmu (hal.
3). Bandung: PT. Intima.
Hadi, S. (1989). Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Harsono, H. (2002). Implementasi Kebijakan dan Politik. Yogyakarta:
Rhineka Karsa.
Khaeruddin, d. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KOnsep dan
Implementasinya di Madrasah. Yogyakarta: Nuansa Aksara.
Mardalis. (2006). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:
Bumi Aksara.
Muhaimin. (2002). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
PAI di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhaimin, d. (2008). Pengembangan Model KTSP pada Sekolah dan
Madrasah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS.
Raco, J. (t.thn.). Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Jakarta: Grasindo.
Rahardjo, M. (2015, Maret 6). Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif.
Diambil kembali dari mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id:
http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/270triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html
Rutan, R. (1986). Pengelolaan Interaksi Belajar Intrakurikuler, Kokurikuler
dan Ekstrakurikuler. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Semiawan, C. R. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo.
Setiawan, g. (2004). Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan.
Jakarta: Cipta Dunia.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Surachmad, W. (1986). Pengantar Ilmiah Dasar, Metode Teknik. Bandung:
Tarsito.

21

Usman, N. (2002). Konteks Implementasi berbasis Kurikulum. Semarang:


CV. Obor Pustaka.
Zein, M. (1985). Asa dan Pengenmbangan Kurikulum. Yogyakarta:
Sumbangsih Offset.
Zuhairimi. (1981). Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha
Offset Printing.

22

Anda mungkin juga menyukai