Anda di halaman 1dari 10

AKHLAK TASAWUF DAN PSIKOLOGI

Pendidikan Karakter Dalam Perpektif Ahklak Tasawuf & Psikologi

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Sururin, M.Ag
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si
Dr. Akhmad Sodiq, M.Ag

Wahyu Eko Ramdhany31220110100016

PRODI DOKTOR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FITK UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA
Pendidikan Karakter perpektif Akhlak
Tasawuf & Psikologi

Metode Pembelajaran
Model Pedidikan karakter
Pendidikan Karakter
Perpektif Ahklak Tasawuf
Perpektif Ahklak & Tasawuf

Strategi Pembelajaran Pedidikan karakter


Perpektif Ahklak & Tasawuf

karakter Perpektif Psikologi Islam

Bentuk karakter Perpektif Psikologi


Islam
Pengertian Pendidikan Karakter

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”.
Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan
berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh karakter mengacu kepada serangkaian
sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan
(skills).

Karakter (akhlak), secara etimologis berasal dari kata khuluq yang berarti budi
pekerti, etika moral. Secara terminologis, akhlak berarti character, disposition, dan
moral constitutions. Al-Ghazali berpendapat bahwa manusia memiliki citra
lahiriyah yang disebut dengan khalq, dan citra batiniah yang disebut dengan khulq.
Khalq merupakan citra fisik manusia, sedangkan khulq merupakan citra psikis
manusia. Berdasarkan kategori ini, maka khulq secara etimologi memiliki arti
gambaran atau kondisi kejiwaaan seseorang tanpa melibatkan unsur lahirnya.
Tasawuf merupakan latihan dan pembiasaan takhalluq bi akhlaaqillah, bagaimana
mengakhlakkan batin ruhani ini menjadi baik, sehingga tampil diluar menjadi baik,
sebagai refleksi batin.
Dalam wacana psikologi, terdapat dua istilah yang digunakan untuk menjelaskan
kepribadian;yaitu personality dan character. Dua istilah ini sama-sama membicarakan
tingkah laku manusia, hanya saja personality tidak mengaitkan pembahasannya pada
baik buruk (devaluasi sehingga tugas utama psikolog adalah mendeskripsikan perilaku
klien, tanpa berusaha menilai baik-buruknya. Bersamaan kebutuhan akan
pengembangan ilmu dan bersentuhan dengan nilai-nilai agama dan tradisi, ilmu
psikologi mulai memperluas medan kajiannya, sehingga akhir-akhir ini berkembang
wacana psikologi bermuatan nilai seperti munculnya positive psychology, yang teorinya
dibangun dari asumsi manusia baik.
Pengertian Pendidikan Karakter

pendidikan karakter menurut Ki Hadjar Dewantara adalah usaha sadar


penanaman/internalisasi nilai-nilai moral dalam sikap dan perilaku anak didik
agar memiliki sikap, perilaku dan budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah)
dalam keseharian baik berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesama manusia.

Pendidikan dalam wacana keislaman lebih populer dengan istilah


tarbiyah, ta’lim, ta’dib, riyadhah, irsyad dan tadris. Masing-masing
istilah tersebut secara umum memiliki makna yang sama dan
secara bergantian digunakan untuk menyebut pendidikan,
sekalipun dalam konteks tertentu masing-masing istilah memiliki
makna yang spesifik dan unik. Tulisan ini tidak ingin memperluas
perbedaan peristilahan itu, tetapi lebih menfokuskan pada
pembahasan pengertian pendidikan yang diambil dari term
tarbiyah,
Urgensi Integrasi Tasawuf dalam Pendidikan Karakter

Tasawuf berperan besar dalam mewujudkan sebuah revolusi moral


spiritual yang merupakan basis etika bagi suatu formulasi sosial, seperti
dunia pendidikan. Hal itu mengingat tasawuf merupakan metode
pendidikan yang membimbing manusia ke dalam harmoni dan
keseimbangan total.Bertasawuf yang benar berarti sebuah pendidikan
bagi kecerdasan emosional dan spiritual. Disadari bahwa pendidikan
yang dikembangkan selama ini masih terlalu menekankan arti penting
akademi, kecerdasan otak, serta jarang sekali terarah pada kecerdasan
emosional dan spiritual. Padahal kecerdasan emosional dan spiritual
mengajarkan integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan
mental, kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, dan penguasaan
diri
Karakter dalam psikologi islam

psikologi lebih menggunakan term personality (bukan character), sehingga


tugas utama psikolog adalah mendeskripsikan perilaku klien, tanpa berusaha
menilai baik-buruknya. Bersamaan kebutuhan akan pengembangan ilmu dan
bersentuhan dengan nilai-nilai agama dan tradisi, ilmu psikologi mulai
memperluas medan kajiannya, sehingga akhir-akhir ini berkembang wacana
psikologi bermuatan nilai seperti munculnya positive psychology, yang
teorinya dibangun dari asumsi manusia baik.
Bentuk Karakter dalam Psikologi Islam

Desain karakter Islam dapat diturunkan dari tiga pola

Karakter terpuji (akhlaq mahmudah).


Karakter tercela (akhlaq madzmumah).

rukun iman (akidah), rukun islam (syariah) dan


rukun ihsan (akhlak).

perilaku nafs muthma’innah dan nafs


ammarah.
Pendidikan Karakter dalam perpektif Tasawuf

Menurut Al-Ghazali pendidikan akhlak dilakukan melalui


pembiasaan dan bukan dengan pembelajaran. Kalau kita ingin
menjadikan orang melakukan suatu hal, maka Imam al-Ghazali
mengharuskan ia melakukan perbuatan orang seperti yang ia
inginkan. Jadi kalau dia ingin menjadi faqih, maka dia harus
melakukan apa yang dilakukan faqih, sampai dia menjadi faqih.
Kalau ingin menjadi orang sabar, dia harus berbuat seperti orang
sabar, meskipun dia susah melakukan itu.

Tasawuf dan akhlak merupakan disiplin ilmu dalam Islam yang


sangat erat sekali hubungannya, dan tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan yang lain, karena ketika kita membicarakan akhlak,
maka aspek tasawuf tidak dapat dilepaskan.
Pendekatan Metode Pendidikan Karakter Berbasis
Tasawuf.

Pembelajaran pendidikan karakter berbasis asawuf dilakukan melalui:


mujahadah, riyadhah, ibadah, yaitu suatu proses pendidikan yang dilakukan
melalui fase-fase pelatihan spiritual (maqam), dengan memfokuskan
pelatihan pada integrasi nilai-nilai tasawuf untuk menggerus pengaruh
materi dan memperkuat aspek rohani, meliputi:
Taubat (selalu introspeksi diri),
Zuhud (meninggalkan yang haram dan syubhat),
Wara’ (fokus kepada Allah),
Sabar (merasa cukup dan suvive dengan kekurangan materi),
Kefakiran (meninggalkan sikap materialistis),
Tawakkal (penyerahan total kepada Allah),
Ridho (senang dan bahagia dengan ketentuan Allah), dan
Syukur (ungkapan rasa terima kasih atas nikmat yang diterima).

Anda mungkin juga menyukai