Anda di halaman 1dari 9

Nama : SILVI JELLIANTI

Nim : 2014030035
Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam / III B
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Asri Atuz Zeky, S.Pd.I, M.Pd.

TUGAS RESUME II PSIKOLOGI PENDIDIKAN PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DIDUNIA


PENDIDIKAN

A.Nilai-Nilai Dalam Mempelajari Psikologi Pendidikan


Implemantasi nilai-nilai psikologi pendidikan pada sistem pembelajaran bahwa nilai-
nilai psikologis menjadi landasan bagi pendidik untuk merumuskan, merencanakan,
menyusun program pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan
perkembangan psikologi masing-masing peserta didik yang mana setiap peserta didik
memiliki perbedaan secara psikologis. Pendidik harus mampu mengakomodasi segala
perbedaan kondisi psikologis masing-masing peserta didik pada proses pembelajaran untuk
mengembangkan potensi diri mereka.Faktor psikologis yang mempengaruhi kesiapan
belajar dan aspek-aspek individu peserta didik banyak dipengaruhi oleh kondisi yang ada
pada peserta didik itu sendiri meliputi aspek kecerdasan, motivasi, minat,sikap, dan bakat
mereka dalam menerima materi pembelajaran dan peserta didik memiliki potensi diri yang
berbeda-beda sehingga belum tentu peserta didik menguasai semua materi pembelajaran
karena faktor psikologis dalam diri peserta didik itu sendiri.
Sehingga tugas pendidik adalah membina dan mengarahkan peserta didik dan
mentransfer materi pembelajaran yang nantinya akan menambah wawasan peserta didik
untuk mengembang potensi dirinya. Sementara implementasi nilai-nilai psikologis dalam
pembelajaran adalah implementasi teori-teori psikologi belajar kedalam proses
pembelajaran dan menjadi landasan bagi pendidik untuk merumuskan metode
pembelajaran yang tepat untuk mengakomodasi kebutuhan dan kondisi psikologis peserta
didik yang berbeda-beda antar individu
Psikologis pendidikan tertuju pada penekanan konsep tentang pemahaman manusia,
tentang dua hal yakni proses perkembangan dan proses belajar. Beberapa pandangan
tentang hakikat manusia ditinjau dari segi psikologis dalam kaitannya dengan pendidikan,
yakni strategi disposisional, strategi behavioral, dan strategi humanistik. Landasan psikologis
dalam landasan pendidikan secara konsep teori serta praktis adalah memahami
perkembangan peserta didik secara psikologis mulai dari aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.Landasan psikologis itu sendiri menjadi dasar pada proses pembelajaran.
Pemahaman tentang peserta didik akan berkaitan dengan aspek kejiwaan, dalam hal
ini kesiapan dan kematangan emosional, aspek jiwa merupakan salah satu kunci
keberhasilan pendidikan melalui kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah. Oleh karena
itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan, terutama bagi guru memahami karakter dari masing-masing peserta didik
seperti aspek-aspek pribadi, urutan, dan ciri-ciri pertumbuhan pada setiap aspek, dan
konsep tentang cara-cara paling tepat untuk mengembangkannya. Artinya peserta didik
memiliki karakter-karakter yang unik tiap individu dan harus diakomodasi dalam suatu
proses pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah. Sementara tujuan dari pembelajaran
itu adalah “memoles” potensi yang dimiliki oleh peserta didik melalui hasil belajar yang
diraih dari proses pembelajaran itu sendiri.
Untuk itu perlu pemahaman dari pendidik tentang implementasi nilai-nilai psikologis
dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu pendidik perlu menguasai kompetensi pedagogis
untuk membekali diri dalam menghadapi keberagaman karakter peserta didik yang ada
didalam kelas Agar pendidik dapat menyesuaikan dengan tujuan dari pembelajaran dapat
tercapai sesuai dengan kebutuhan peserta didik, tingkat kecerdasan peserta didik, dan
potensi yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik yang berbeda-beda agar mereka
dapat berkembang dan menjadi jalan mereka untuk menemukan bidang yang mereka
minati dengan merancang berbagai metode pembelajaran untuk mengakomodir
karakteristik peserta didik yang unik.
B.Psikologi Dalam Pendidikan
1. Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang
berarti ilmu. Jadi secara harfiah, psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Defenisi
berikut ini menunjukkan beragamnya pendapat para ahli tentang psikologi (Sobur, 2003:
32).
• Ernesrt Hilgert (1957) dalam bukunya Introduction to Psychology: “Psychology may be
defined as the science that studies the behavior of men and other animal” etc. (psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya).
• George A. Miller dalam bukunya Psychology and Communication: “Psychology is the
science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral events”
(Psikologi merupakan ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan
peristiwa mental dan tingkah laku).
• Clifford T. Morgan dalam bukunya Introduction to Psychology: “Psychology is the science
of human and animal behavior” (Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia dan hewan)
• Robert S. Woodworth dab Marquis DG dalam bukunya Psychology: “Psychology is the
scientifict studies of individual activities relation to the inveronment” (Psikologi adalah suatu
ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan
dengan alam sekitar).
Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan rentangan makna psikologi dalam
berbagai perspektif. Jika dilihat, terdapat beberapa perbedaan makna dari psikologi itu
sendiri. Perbedaan tersebut boleh jadi disebabkan karena perkembangan psikologi itu
sendiri. Apabila diamati berbagai defenisi psikologi di atas, terutama defenisi dari Morgan
dan Hilgert, ternyata bahwa studi psikologi tidak hanya terbatas pada tingkah laku manusia
saja, tetapi juga tingkah laku hewan. Hal ini semakin dipertegas oleh Chaplin (dalam Sobur,
2003: 33) dalam Dictionary of psychology, yang mendefenisikan psikologi sebagai “…the
science of human and animal behavior, the study of organism in all its variety and
complexity as it respond to the flux andflow of the physical and social events which make up
the environment” (…psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia dan
hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kemitraannya ketika
mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang
mengubah lingkungan).
Jadi pada dasarnya, psikologi itu menyentuh banyak bidang kehidupan dan organisme,
baik manusia maupun hewan. Namun, meskipun demikian, secara lebih spesifik psikologi
sering dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Psikologi beserta sub-sub ilmunya,
pada dasarnya mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya. Misalnya hubungan
psikologi dengan sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu komunikasi, biologi, ilmu alam,
filsafat, dan ilmu pendidikan. Hubungan ini biasanya bersifat timbal balik.Salah satu
contohnya adalah hubungan psikologi dengan ilmu pendidikan, sehingga lahirlah namanya
psikologi pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk memanusiakan manusia.
Artinya, ditujukan untuk membentuk sikap dan mental peserta didik ke arah yang lebih baik.
Sebagaimana yang dijelaskan di dalam UU RI No. 20 Tahun 2003, bahwa: “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dari penjelasan
tersebut terlihat bahwa pskologi sangat diperlukan dalam mengembangkan potensi diri
peserta didik.
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi pendidikan
adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang pemahaman gejala kejiwaan dalam tigkah
laku manusia untuk kepentingan mendidik atau membina perkembangan kepribadian
manusia. Jadi segala gejala-gejala yang berhubungan dengan proses pendidikan dipelajari
secara mendalam pada psikologi pendidikan.
2. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan
Psikologi dan ilmu pendidikan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena
antara psikologi dengan ilmu pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Ilmu
pendidikan sebagai suatu disiplin bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak ia
lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik jika tidak dibarengi dengan
psikologi. Demikian pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Oleh
karena begitu eratnya hubungan antara psikologi dengan ilmu pendidikan, maka lahirlah
yang namanya psikologi pendidikan.

Dasar-dasar psikologis ini sangat dibutuhkan para pendidik untuk mengetahui prilaku
anak didiknya, apakah anak didiknya dalam keadaan yang baik saat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran, atau dalam keadaan yang tidak baik. Kalau demikian, pendidik sangat
membutuhkan pengetahuan ini untuk mengatasi anak didik yang seperti itu dan
memotivasinya agar tetap dalam keadaan yang semangat dalam belajar. Selain untuk
mengetahui prilaku anak didiknya, dasar-dasar psikologis ini juga dapat mengendalikan
prilaku para pendidik dan memberikan prilaku yang lebih bijaksana dalam menghadapi
keanekaragaman karakteristik anak didiknya. Seorang pendidik memang sangat
membutuhkan pengetahuan seperti ini, agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan yang diinginkan dan tentunya dapat berhasil mencapai tujuan dengan
cemerlang sesuai dengan lembaga pendidikan itu.Reber (dalam Sobur, 2003: 71) menyebut
psikologi pendidikan sebagai subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan
masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut:Penerapan dalam prinsip-prinsip
belajar dalam kelasPengembangan dan pembaruan kurikulumUjian dan evaluasi bakat dan
kemampuanSosialisasi proses dan interaksi dengan pendayagunaan ranah
kognitifPenyelenggaraan pendidikan keguruan.Dari penjelasan tersebut, maka jelas bahwa
adanya keterkaitan antara psikologi dengan ilmu pendidikan, yang mana fokus utama dari
psikologi pendidikan ini adalah interaksi pendidik dan peserta didik.

3.Peran Psikologi Dalam Pendidikan


Psikologi pendidikan sudah menjadi dasar pembentukan dan pengembangan sistem
kurikulum, pembelajaran,d an penilaian dalam dunia pendidikan. Kontribusinya terhadap
perkembangan dunia pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Peran psikologi dalam kurikulum pendidikan
Secara psikologis, pengembangan diri siswa didasarkan pada kemampuan afektif, kognitif,
dan psikomotor. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari perkembangan sikap, motivasi,
tingkah laku, dan komponen lainnya. Komponen pembelajaran merupakan proses dari input
ke output. Lalu, penggunaan kurikulum sebagai kerangka alur input menuju output atau
hasil yang baik memerlukan hakikat – hakikat psikologi.Kurikulum yang saat ini sedang
dikembangkan adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan pada ketrampilan, pengetahuan, dan refleksi dalam berfikir
dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak dengan refleksi diri yang konsisten
memungkinkan terbentuknya suatu individu individu yang unggul dan kompeten.
• Peran psikologi terhadap sistem pembelajaran
Terkait dengan teori teori psikologi yang berdampak pada seseorang dalam bertingkah laku,
psikologi juga mempengaruhi sistem pembelajaran pada dunia pendidikan dengan positif.
Siswa menjadi bersungguh – sungguh belajar ketika respon psikologinya dibimbing oleh
pengajar dengan baik.Dan juga, proses pemahaman pembelajaran suatu topik menjadi lebih
mudah dengan penyelesaian masalah-masalah pembelajaran yang dialami. Keinginan atau
hasrat menjadi lebih tinggi dengan pendekatan psikologi dari guru dengan interaksi dan
komunikasi yang menyenangkan.Selain itu psikologi pendidikan juga telah melahirkan
prinsip prinsip pembelajaran seperti yang dipaparkan oleh Sudirwo, 2002 :

Seseorang yang belajar harus memiliki sebuah tujuan.Tujuan dilahirkan dari kebutuhan
bukan paksaanHarus bersedia mengalami beberapa kesulitan.Belajar itu dibuktikan dengan
perubahan perilaku.Belajar membutuhkan insight apa yang harus dipelajari dan dipahami.
Seseorang membutuhkan bimbingan.Ujian perlu dilakukan namun didahului dengan
pemahaman.
•Peran psikologi terhadap sistem penilaian
Psikologi juga telah memberikan peranannya dalam sistem penilaian. Misalnya, dengan tes
psikologi untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa, tes bakat untuk mengetahui bakat
yang potensial terdapat dalam diri siswa sehingga lebih mudah memberikan bimbingan
dalam membantu mengembangkan potensi diri siswa.Tes aspek kepribadian juga dapat
membantu guru mengenal lebih baik pribadi siswanya sehingga bisa memberikan
pendekatan yang lebih baik lagi dalam proses pembelajaran. Berbagai tes psikologi tersebut
membantu memberikan penilaian terhadap masing masing siswa untuk mempermudah
menjembatani keinginan, potensial, maupun impian siswa sesuai dengan kemampuan dan
bakatnya.

C.Sumbangan Psikologi Pendidikan Terhadap Pendidikan


Pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, tidak akan mungkin dapat
dilepaskan dari psikologi. Karena dalam pendidikan berhubungan erat dengan manusia. Jika
kita membicarakan tentang manusia, maka akan banyak ilmu pengetahuan yang muncul
berkaitan dengan eksistensi manusia. Terlepas dari semua keinginan manusia yang selalu
ingin tahu dunia luar diluar dirinya. Manusia juga memiliki kecenderungan untuk
mempelajari dirinya sendiri, sehingga muncul suatu ilmu yang mempelajari diri sendiri
manusia, atau dengan kata lain manusia ingin mengetahui keadaan manusia sendiri,
manusia menjadi objek studi dari manusia. Hal ini yang memunculkan ilmu pengetahuan
baru yang disebut psikologi, yang lebih menekankan kepada aspek pemahaman dan
pengkajian sesuatu dari sudut karekateristik dan perilaku manusia, khususnya manusia
sebagai individu. Individu yang dimaksud adalah individu manusia, namun bukan manusia
pada umumnya, melainkan manusia yang memiliki keunikan dan karakteristik tertentu yang
bersifat spesifik.
Adapun pendidikan, merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang lebih
menekankan kepada mendidik, membimbing dan mengarahkan manusia menuju arah yang
lebih baik, secara jasmani maupun rohani. Sehingga antara pendidikan dan psikologi tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Karena keduanya saling mendukung dan saling melengkapi.
Untuk mewujudkan manusia yang bertingkah laku atau berperilaku lebih baik, maka
manusia itu harus dididik dalam suatu proses pendidikan. Pendidikan sendiri tidak akan
berjalan secara optimal, efektif dan efisien apabila mengesampingkan faktor psikologis
manusia. Oleh karena itu, penting bagi pendidik maupun calon pendidik untuk menguasai
ilmu pengetahuan psikologi, agar dalam proses pendidikannya mampu mengatasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada peserta didiknya. Begitu pula dengan
seorang manajer pendidikan. Maka dari itu psikologi pendidikan termasuk mata kuliah dasar
dalam program studi manajemen pendidikan. “Psikologi pendidikan menjelaskan
permasalahan-permasalahan yang dialami individu dari sejak lahir sampai berusia lanjut,
terutama yang menyangkut kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar”
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah
digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah
memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap
pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian yang merupakan
tugas pokok seorang manajer pendidikan, untuk merancang hal-hal tersebut. Dengan
mempelajari psikologi pendidikan, seorang manajer pendidikan dapat mempelajari pribadi-
pribadi peserta didik yang ada sehingga dapat menentukan arah kedepannya dari suatu
manajemen yang akan dijalankan.
1.Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan
terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar
mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya
kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana input, proses dan output
pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian
peserta didik.Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian,
kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan
yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan,
sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan sebenarnya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu
untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject
matter maupun metode penyampaiannya.Secara khusus, dalam konteks pendidikan di
Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis
kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus
memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.Dengan demikian dalam
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan
dengan aspek-aspek:
• Kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks
• Pengalaman belajar siswa
• Hasil belajar (learning outcomes), dan
• Standarisasi kemampuan siswa
2.Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem
pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori
classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif
dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan
dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah
memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.
3.Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna
memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita
dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.Di samping itu, kajian psikologis
telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh
setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk
mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal
sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak.digunakan untuk mengukur potensi
seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS
dan alat ukur lainnya.Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya
melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses
pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai
perkembangan individu yang optimal.Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan
psikologi pendidikan bagi kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
Dahulu, sebelum psikologi memasuki lembaga yang menghasilkan tenaga berpendidikan
talah berkembang beberapa anggapan bahwa pengetahuan dan penguasaan akan bahan
pelajaran secara otomatis akan memberikan kemampuan atau kompetensi untuk
mengajarkanya. Anggapan lainnya, jika kemampuan dan ketrampilan mengajar terpisah dari
pengetahuan tentang bahan pelajaran yang ada, maka kemampuan dan ketrampilan
tersebut merupakan pembawaannya. Dengan kata lain, anggapan yang terakhir, melahirkan
pernyataan “guru-guru/ pendidik dilahirkan sebagai guru/pendidik, bukannya
dipersiapkan”(teachers are born, not made).
Sudah tentu, kedua anggapan tersebut tidak menunjukkan keahliannya, baik seluruhnya
maupun sebagian. Terhadap anggapan pertama, keahlian atau validitasnya dapat
digugurkan berdasarkan atas pengalaman sehari-hari. Suatu gejala yang sudah lazim
terdapat pada pengalaman tiap orang menunjukkan bahwa sarjana baik laki-laki maupun
wanita, betapapun kompetennya, namun belumlah tentu dapat menjamin dia mampu
menyampaikan pengetahuannya kepada para peserta didik dengan baik. Sebaliknya, cukup
banyak sarjana yang kurang kompeten, ternyata lebih berhasil sebagai pendidik/guru.
Sedangkan terhadap anggapan yang kedua, tidak sepenuhnya mengandung kesahihan.
Memang, tak seorang pun menyangkal bahwa tiap-tiap orang ada ketidaksamaan dalam hal
bakat pembawaan mengajar. Paling tidak ada dua hal – yaitu dalam hal kemampuan untuk
menemukannya secara intuitif atau belajar dari orang lain tentang prinsip-prinsip belajar-
mengajar yang sahih dan dalam hal kemampuannya untuk melaksanakan prinsip-prinsip
tersebut dengan berhasil. Perkiraan yang tepat adalah sebagian mereka yang berintelegensi
normal akan dapat memanfaatkan dan mengambil keuntungan sebagian pengajaran yang
sistematis yang dibenarkan secara logis dan empiris tentang sifat dan keudahan dalam
proses belajar. Bagi mereka yang kurang berbakat, setidak-tidaknya akan dapat menjadi
guru yang baik, sedangkan bagi mereka yang berbakat lebih baik, justru akan dapat
mengembangkan dengan lebih baik lagi tiap kapasitas yang dimilikinya. Bagaimanapun, yang
ideal ialah dilakukannya proses seleksi yang sedemikian rupa dalam penerimaan calon
pendidik/guru agar psikologi pendidikan benar-benar dapat memainkan peran dan
fungsinya dengan jelas.Untuk memperkuat uraian tersebut, baiklah dikemukakan contoh
sebagai berikut, jika orang hendak mengajarkan bidang studi matematika atau bidang studi
pendidikan agama, misalnya. Paling tidak ia perlu memahami dan menguasai empat hal,
yaitu:
• Pertama, tujuan yang ingin dicapai;
• Kedua, materi yang akan disampaikan;
• Ketiga, sifat dan hakikat anak didik; dan
• Keempat, metode mengajar dan alat-alat peraganya
Terhadap masalah yang kedua, yaitu yang menyangkut masalah atau materi yang akan
disajikan, biasanya telah dipelajari calon pendidik/guru sebelum ia disiapkan secara teknis
untuk menjadi guru/pendidik. Terhadap masalah pertama dan keempat, yaitu tujuan yang
ingin dicapai dan metode mengajar dan alat-alat peraga yang diperlukan, kesemuannya
dapat dimasukkan ke dalam seni dan ketrampilan mengajar serta prosedur pengembangan
dalam proses belajar mengajar. Sedangkan terhadap masalah yang ketiga, yaitu sifat hakikat
peserta didik, ini menyangkut pengetahuan dan pemahaman kejiwaan anak didik, ini
menyangkut pengetahuan dan pemahaman kejiwaan anak didik dalam proses belajarnya.
Dan terhadap masalah yang terakhir inilah nampak dengan jelas betapa pentingnya
psikologi pendidikan bagi guru/pendidik, maupun calon pendidik.
Jadi, berdasarkan atas uraian di atas, dapatlah ditegaskan bahwa psikologi pendidikan
sebagai suatu ilmu pengetahuan merupakan suatu keharusan di lembaga-lembaga
pendidikan guru/pendidik. Dan penegasan ini pun mendasarkan atas dua dimensi
pemikiran. Pertama, sifat dan jenis belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang
kemudian dapat diidentifikasikan secara meyakinkan. Kedua, pengetahuan yang serupa itu
dapat disistematisasikan dan disampaikan secara efektif kepada para calon pendidik/guru.
Dari kedua dimensi pemikiran inilah para calon pendidik/guru dapat mengambil manfaat
dan keuntungannya.
Walaupun demikian, perlu disadari bahwa psikologi pendidikan bukan merupakan satu-
satunya syarat untuk mempersiapkan dan menjadikan seseorang bisa menjadi
pendidik/guru yang baik. Sebab, masih cukup banyak persyaratan lainnya, antara lain, bakat,
minat, komitmen, motivasi dan latihan serta penguasaan metodologi pengajaran.

Anda mungkin juga menyukai