Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

POLITIK DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Tentang

Peran Politik dalam Pengambilan Kebijakan

oleh
Nurul Rahmadyah (2014030049)
M. Fajri Ermanto (2014030055)

Dosen Pembimbing
Dr.Aprizal Ahmad,S.Ag.M.Pd

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI B)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1443 H/ 2022 M
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Allhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Ridho
Nya lah sehingga makalah yang berjudul “ Kebijakan Hubunganya dengan Politik”dapat
terselesaikan oleh saya.Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas tengah
semester mata POLITIK dan KEBIJAKAN PENDIDIKAN Terimakasih kami ucapkan kepada
dosen pembimbing kami Yang telah membimbing kami dengan sabar.

saya susun ini, sangat jauh dari kesempurnaan, oleh dari itu, kami memohon kepada ibuk dosen
untuk mengkritisi makalah ini, supaya kami bisa memperbaiki pembuatan makalah
selanjutnya, dan semoga makalah ini bermanfaat.

Padang, 25 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. iii


A. Latar Belakang ............................................................................................................................ iii
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................... iii
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... iii

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 1


A. Politik ...........................................................................................................................................1
B. Kebijakan......................................................................................................................................2
C. Peran Politik Dalam Pengambilan Kebijakan ...............................................................................4

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................................... 5


A. Kesimpulan ..................................................................................................................................7
B. Saran ............................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Politik merupakan “legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum yang
akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan penggatian
hukum lama, dalam rangka mencapai tujuan negara. Menurut patmo Wahjono dalam
politik hukum Moh. Mahfud MD (2009:1) mengatakan bahwa politik hukum adalah
kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk.
Politik hukum di Indonesia ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat pemberlakuan prinsip perjanjian yudisial, ekonomi, kerakyatan,
kemanfaatan, penggantian hukum-hukum colonial dengan hukum-hukum nasional,
penguasaan sumber daya alam oleh negara. Kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan
sebagainya. Disini terlihat bahwa beberapa prinsip yang dianut dalam UUD 1945
sekaligus berlaku sebagai politik hukum. Mengembangkan satu sistem pendidikan
adalah salah satu langkah penting yang diambil oleh negara-negara modern sebagai
upaya untuk dapat mengontrol dan keluar dari krisis, motivasi. Dengan
mengembangkan nilainilai, ideologi dan kepentingan-kepentingan negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan Politik Dalam Sistem Pendidikan
2. Bagaimana Pengaruh Politik terhadap Sistem Pendidikan

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hubungan Politik Hukum dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui Pengaruh Politik Hukum terhadap Sistem Pendidikan Nasional.

iii
BAB II
PEMBAHASAN
A . Politik
dalam konteks organisasi, pengambilan keputusan yang efektif menuntut pemahaman
tentang hakekat, taktik dan tingkah laku politik. Bagaimanapun politik dapat dipandang
sebagai wasit terakhir dalam pengambilan keputusan. Ekonomi, manajemen, kondisi pasar
bisa saja memberikan informasi terhadap proses pengambilan keputusan, namun pada
akhirnya politik lah yang akan menentukan siapa memperoleh apa, kapan dan bagaimana
memperolehnya. Bila dalam sebuah organisasi atau perusahaan, semua orang selalu setuju
dengan apapun, maka tidak perlu ada kegiatan politik. Ketika tidak semua orang dalam
organisasi atau perusahaan selalu setuju dengan semua hal, maka adanya ketidaksetujuan
tersebut dapat diartikan sebagai adanya konflik. Konflik merupakan pendorong bagi
dilakukannya kegiatan politik oleh siapapun dan di tingkat manapun dalam organisasi.
Padahal di perusahaan segala sesuatu dapat menjadi pusat konflik, baik itu untuk hal-hal yang
bersifat strategis misalnya perampingan organisasi ataupun yang bersifat operasional seperti
jadwal kerja.
Pendorong Kegiatan Politik Dalam Organisasi/ Perusahaan
Pada intinya pendorong utama timbulnya kegiatan politik dalam organisasi atau perusahaan
adalah konflik. Ada beberapa penyebab utama timbulnya konflik secara umum, yaitu
1)Persepsi
Dalam organisasi atau perusahaan, setiap orang/ unit/ depertmen/ devisi sangat
mungkin mengejar berbagai sasaran atau tujuan yang bisa jadi berbeda-beda, baik itu yang
bersifat pribadi, maupun kelompok atau departemental. Setiap departemen/ unit/ devisi
dalam perusahaan sangat mungkin juga memiliki peraturan yang berbeda-beda. Sasaran/
tujuan/ peraturan yang berbeda-beda tersebut menggambarkan kepentingan yang juga
berbeda-beda. Ada setidaknya tiga hal pokok yang mendorong timbulnya kegiatan politik
dalam organisasi. Keanekaragaman yang ada dalam perusahaan seringkali ditafsirkan sebagai
ketidaksamaan, seperti ketidaksamaan dalam hal gaji, kedudukan, kesuksesan atau
keuntungan. Ketidaksamaan tersebut menimbulkan persepsi ketidakadilan. Persepsi
ketidakadilan dapat mencerminkan perasaan-perasaan rendah diri atau kurang dihargai dari
seseorang atau sekelompok orang. Misalnya orang di departemen pemeliharaan punya
perspsi departemennya dianggap sebagai departemen yang tidak penting sehingga
diperlakukan tidak sama dan kemudian mereka merasa kurang dihargai. Selanjutnya mereka
terdorong bertindak melakukan sesuatu agar mereka dihargai. Tidak peduli apakah persepsi
itu benar atau tidak benar. Yang penting adalah orang yakin bahwa perbedaan itu ada.
Demikian halnya, rasa takut juga dapat mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk
bertindak. Ketidaksamaan muncul biasanya dari adanya kelangkaan atau keterbatasan. Baik
kelangkaan sumber-sumber yang tampak nyata dan bersifat fisik misalnya tempat parker,
fasilitas, alokasi staf, peluang jenjang karir, maupun yang bersifat non fisik seperti pujian,

1
dukungan moril, perhatian1 dan lain-lain. Hal-hal tersebut bisa saja sangat terbatas dan
dibagikan secara tidak merata, dan karenanya berpotensi untuk mendorong timbulnya
kegiatan politik atau bersifat politis.
2)Kepentingan

Untuk memahami kegiatan politik dalam organisasi dapat dimulai dengan


menganalisis kepentingan. Kepentingan di sini diartikan sebagai keprihatinan atau sesuatu
yang diminati oleh seseorang atau sekelompok orang. Dengan melihat kepentingan dapat
diperoleh penjelasan mengapa hal yang kelihatan remeh temeh seperti menentukan tempat
tujuan rekreasi bersama. dapat menimbulkan perdebatan panjang. Konflik timbul karena
setiap orang memiliki kepentingan dalam keputusan tersebut. Masalah-masalah yang
kelihatannya sederhana terkadang memiliki kepentingan simbolis yang besar yang
membuatnya menjadi sumber konflik yang selanjutnya memicu kegiatan politik.

B. Kebijakan

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak . Istilah ini dapat diterapkan
pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan
berbeda dengan peraturan dan hukum.

Kebijakan dalam pengertian pilihan untuk melakukan atau untuk tidak melakukan
mengandung makna adanya kehendak untuk melakukan atau tidak melakukan, kehendak
mana dinyatakan berdasarkan otoritas yang dimiliki untuk melakukan pengaturan dan jika
perlu dilakukan pemaksaan. Pernyataan kehendak oleh otoritas dikaitkan dengan konsep
pemerintah yang memberikan pengertian atas kebijakan yang dialkukan oleh pemerintah
yang disebut sebagai kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah dapat berkonotasi sebagai
kebijakan negara ketika pemerintah yang melakukan adalah diarahkan pada pemerintah
negara. Kalau kebijakan pemerintah dipahami dari saran yang akan dicapai (diatur) di mana
sasarannya adalah publik tidak saja dalam pengertian negara akan tetapi dalam pengertian
masyarakat dan kepentingan umum maka kebijakan pemerintah dapat dikategorikan sebagai
kebijakan publik.

Mengomunikasikan kebijakan untuk publik lebih penting dari sekadar menyosialisasikan


kebijakan tersebut. Komunikasi kebijakan berarti melibatkan publik sejak dari penyusunan
kebijakan itu sendiri. Sementara sosialisasi kebijakan hanya fokus pada pemberitahuan
kepada publik tanpa ada keterlibatan dalam proses penyusunan kebijakan.

“Indikator-indikator tersebut disusun dalam sebuah kuisioner yang respondennya adalah


publik yang bakal terkena dampak dari lahirnya sebuah kebijakan,” kata Amy. Mengenai

1. Miriam Budiardjo. (2008). Memahami Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

2
proses komunikasi kebijakan, lanjut Amy, dibutuhkan sumber daya yang cukup, seperti
sumber daya manusia, pendanaan, dan peralatan. Sumber daya tersebut dibutuhkan untuk
mengomunikasikan dan mengimplementasikan kebijakan sampai ke level paling bawah. 2

Amy mengingatkan pentingnya penyusunan riset kebijakan yang fokus pada masalah publik
yang sedang menjadi perhatian khalayak. Riset tersebut dirancang untuk membantu
merumuskan masalah-masalah publik secara benar dalam proses formulasi, implementasi,
analisis, dan evaluasi kebijakan. Metode dan desain riset yang pragmatis dapat memberikan
hasil yang obyektif berupa data dan informasi lapangan tentang permasalahan publik.

“Dukungan data dan informasi terkait kebijakan dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas kebijakan publik, maupun kualitas para analis kebijakan. Riset kebijakan publik
menghindarkan para pengambil keputusan dan para analis kebijakan bekerja tanpa bukti yang
akurat dan obyektif,” ucap Amy.

C. Peran Politik Dalam Pengambilan Kebijakan

Setiap kelompok kepentingan berusaha untuk diperhatikan atau diakomodasi. Ada


setidaknya banyak cara yang digunakan oleh kelompok kepentingan untuk berusaha
mempengaruhi pengambilan keputusan. Inti dari cara apapun yang digunakan adalah usaha
untuk mengendalikan terhadap tiga hal, yakni:

1)Mengendalikan dasar atau alasan pengambilan keputusan

Setiap pengambilan keputusan didasarkan pada sasaran atau persoalan. Pengambilan


keputusan dilakukan sebagai jawaban atas pencapaian sasaran tertentu dan atau pemecahan
masalah. Dengan demikian penentuan sasaran atau identifikasi masalah menjadi hal krusial
sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pula tercipta peluang bagi orang atau
sekelompok orang untuk dapat melegitimasi kepentingan-kepntingan mereka melalui
penentuan sasaran dan identifikasi masalah. Bagaimanapun dengan mempengaruhi rumusan
sasaran atau masalah, maka mereka dapat mempengaruhi hasil akhir dari keputusan tersebut
agar sesuai atau tidak merugikan kepentingan mereka.

Seperti digambarkan dalam model pengambilan keputusan, tahap pertama proses


pengambilan keputusan adalah penentuan sasaran atau pengidentifikasian masalah. Sasaran-
sasaran atau masalah-masalah jarang yang tampak jelas dan nyata, untuk itu perlu
diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas. Bagaimanapun penentuan sasaran atau
perumusan masalah menjadi hal yang sangat penting karena akan menentukan apa yang akan
dilakukan selanjutnya. Oleh karena itu pula, penentuan sasaran atau penetapan masalah
berpotensi menjadi fokus kegiatan politik. Kepentingan-kepentingan berusaha
memanfaatkan ketidakjelasan dan kebingungan agar dapat memasukkan rumusan mereka
sendiri.

2. Budi Winarno. (2005). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Presindo.

3
2)Kendali atas pilihan-pilihan

Dalam sebuah pertemuan membahas suatu masalah, tidak jarang orang mengatakan
“tidak ada alternatif”. Atau “alternatif lain sulit dilakukan” atau “alternatifnya hanya ada dua”
. Pernyataan-pernyataan tersebut sering bersifat politis sebagai usaha agar tidak ada usulan
lain yang tidak sesuai dengan kepentingan kelompok atau seseorang. Hal ini menjelaskan
mengapa pembicaraan atau pernyataan pendapat dirumuskan dengan seksama untuk
membatasi pilihan-pilihan karena sekali orang diberitahu apa pilihan-pilihannya orang
cenderung tidak mempertanyakan daftar pilihan-pilihan yang telah ditulis.

3)Kendali atas informasi mengenai pilihan-pilihan

Pengambilan keputusan memerlukan informasi. Evaluasi terhadap pilihan-pilihan


alternative tergantung pada informasi. Oleh karena itu kepentingan-kepentingan dapat
secara potensial mencapai tujuannya dengan mengendalikan informasi mengenai alternatif
pilihan. Misalnya seorang manajer cenderung memilih calon karyawan B, maka ia cenderung
tidak menyebut-nyebut calon lain agar informasi calon lain tidak banyak diketahui sehingga
orang hanya mendapat informasi yang memadai mengenai calon B. Harapannya keputusan
pemilihan calon karyawan mengarah ke B karena informasi tentang calon lain tidak ada.
Demikian juga untuk masalah-maslaha lain seperti pembelian mesin merek tertetu. Meskipu
ini terlhat berlebihan, namun sudah cukup untuk mengamankan keputusan yang
menguntungkan mereka.

Nilai positif dari Tindakan Politik

Meskipun tindakan politik sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang buruk, Namun
tindakan politik dapat menjadi sarana untuk

1)memelihara stabilitas. Meskipun partisisipasi tidak selalu meningkatkan produktivitas,


tetapi partisipasi dapat menolong mempertahankan stabilitas dengan membuat orang
setidak-tidaknya merasa ikut terlibat atau berpengaruh terhadap keputusan. Lain dari itu,
akan jauh lebih baik mengetahui sumber konflik daripada mnyembunyikan konflik dengan
melarang orang-orang untuk mengemukakan pendapatnya.

2)Mencapai perubahan. Pengugkapan ketidaktujuan dan pengejaran kepntingan dapat


menimbulkan perubahan. Tekanan politik dapat memobilisasi para pembuat keputusan untuk
bertindak dan mencegah mereka menjai puas diri. Kalau karyawan bertindak acuh tak acuh
mngenai persoalan yang ada dalam perusahaan, maka perusahaan akan segera mandeg.

3)Mencegah keputusan-keputusan buruk. Politik dapat mencegah keputusan-keputusan


buruk melalui mobilisasi tekanan. Pemimpin memerlukan orang-orang yang berbeda
pendapat dan kepentingan dengannya untuk menguji kebenaran dari pemikiran
ataukeputusan yang akan diambil oleh pemimpin. Sekaligus untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan dari keputusan yang akan diambil dari sudut pandang kepentingan lain.

4
Sebelum menginjak pada pembahasan tentang peran partai politik dalam proses pembuatan
dan penerapan kebijakan di Indonesia, alangkah lebih baiknya jika kita menilik kembali
sebenarnya apa arti dan fungsi dasar partai politik tersebut. Partai politik sendiri telah
menjadi ciri penting dalam sebuah politik modern. Hampir dapat dipastikan bahwa partai-
partai politik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sebuah system politik, baik itu
sebuah system politik yang demokratis maupun system politik yang otoriter sekalipun.
Sigmund Neumann mengartikan partai politik sebagai organisasi artikulatif yang terdiri dari
pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan
perhatiannya pada pengendalian kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk
memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan
yang berbeda-beda. Dengan demikian, partai politik merupakan perantara yang besar yang
menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideology-ideologi social dengan lembaga-lembaga
pemerintahan yang resmi dan yang mengaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat
politik yang lebih luas

Dalam Negara demokratis, partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi; salah satu fungsi
ialah sebagai sarana komunikasi politik. Arus informasi dalam suatu Negara bersifat dua arah.,
artinya berjalan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kedudukan partai dalam arus ini
adalah sebagai jembatan antara “mereka yang memerintah” dan “mereka yang diperintah”.
Namun secara garis besar, fungsi-fungsi partai politik adalah sebagai berikut:

1. Fungsi artikulasi kepentingan


Artikulasi kepentingan adalah suatu proses peng-input-an sebagai kebutuhan, tuntutan dan
kepentingan melalui wakil-wakil kelompok yang masuk dalam lembaga legislatif, agar
kepentingan, tuntutan dan kebutuhan kelompoknya dapat terwakili dan terlindungi dalam
pembuatan kebijakan public. Pemerintah dalam mengeluarkan keputusan dapat bersifat
menolong masyarakat dan bisa pula dinilai sebagai kebijakan yang justru menyulitkan
masyarakat[4].
2. Fungsi agregasi kepentingan
Agregasi kepentingan merupakan cara bagaimana tuntutan-tuntutan yang
dilancarkan oleh kelompok-kelompok yang berbeda, digabungkan menjadi alternative-
alternatif pembuatan kebijakan public. Agregasi kepentingan dijalankan dalam “system politik
yang tidak memperbolehkan persaingan partai secara terbuka, fungsi organisasi itu terjadi di
tingkat atas, mampu dalam birokrasi dan berbagai jabatan militer sesuai kebutuhan dari
rakyat dan konsumen”.
3. Fungsi sosialisasi politik
Sosialisasi politik merupakan suatu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai politik,
sikap-sikap dan etika poli3tik yang berlaku atau yang dianut oleh suatu Negara. Pembentukan

3. Didi Supriyadi. (2009). “Pengaruh desentralisasi pendidikan dasar terhadap kualitas pendidikandi
kabupaten Jembrana propinsi Bali”.Jurnal Kependidikan (Nomor 1tahun XXXIX). Hlm. 35-58

5
sikap-sikap politik atau dengan kata lain untuk membentuk suatu sikap dan keyakinan politik
dibutuhkan waktu yang panjang melalui proses yang berlangsung tanpa henti[6].
4. Fungsi rekrutmen politik

Tujuan partai politik dimanapun mereka berada adalah dalam rangka meraih
kekuasaan. Untuk itu, mereka perlu melakukan rekruitmen terhadap pemimpin-pemimpin
politik yang mampu menopang kekuasaan yang mereka raih[7]. Partai politik pastinya akan
menempatkan anggotanya untuk menduduki jabatan-jabatan strategis di pemerintahan.4

4. Ramlan Surbakti. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial, dimana keseluruhan interaksi yang ada
dalam suatu yakni suatu unit yang relative terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan
yang relatif tetap diantara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari sistem bias
dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan yang ada kita bias
melihat pada struktur hubungan antara berbagai lembaga atau institusi pembentuk sistem
politik.

B. Saran
Demikian penyusunan makalah ini kami selesaikan. Kami merasa bahwa dalam makalah ini
masih terdapat kesalahan dan kekurangan baik itu tulisan, sistematika penulisan, maupun
pemaparan. Oleh karena itu kami mengharapkan kepada pembaca untuk dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun guna untuk memperbaiki makalah ini. Semoga isi dari
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

7
DAFTAR PUSTAKA

Budi Winarno. (2005). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Presindo.

Didi Supriyadi. (2009). “Pengaruh desentralisasi pendidikan dasar terhadap kualitas


pendidikandi kabupaten Jembrana propinsi Bali”.Jurnal Kependidikan (Nomor 1tahun XXXIX).
Hlm. 35-58

Miriam Budiardjo. (2008). Memahami Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Ramlan Surbakti. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai