Tentang
oleh
Nurul Rahmadyah (2014030049)
M. Fajri Ermanto (2014030055)
Dosen Pembimbing
Dr.Aprizal Ahmad,S.Ag.M.Pd
Dengan mengucap syukur Allhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Ridho
Nya lah sehingga makalah yang berjudul “ Kebijakan Hubunganya dengan Politik”dapat
terselesaikan oleh saya.Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas tengah
semester mata POLITIK dan KEBIJAKAN PENDIDIKAN Terimakasih kami ucapkan kepada
dosen pembimbing kami Yang telah membimbing kami dengan sabar.
saya susun ini, sangat jauh dari kesempurnaan, oleh dari itu, kami memohon kepada ibuk dosen
untuk mengkritisi makalah ini, supaya kami bisa memperbaiki pembuatan makalah
selanjutnya, dan semoga makalah ini bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Politik merupakan “legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum yang
akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan penggatian
hukum lama, dalam rangka mencapai tujuan negara. Menurut patmo Wahjono dalam
politik hukum Moh. Mahfud MD (2009:1) mengatakan bahwa politik hukum adalah
kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk.
Politik hukum di Indonesia ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat pemberlakuan prinsip perjanjian yudisial, ekonomi, kerakyatan,
kemanfaatan, penggantian hukum-hukum colonial dengan hukum-hukum nasional,
penguasaan sumber daya alam oleh negara. Kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan
sebagainya. Disini terlihat bahwa beberapa prinsip yang dianut dalam UUD 1945
sekaligus berlaku sebagai politik hukum. Mengembangkan satu sistem pendidikan
adalah salah satu langkah penting yang diambil oleh negara-negara modern sebagai
upaya untuk dapat mengontrol dan keluar dari krisis, motivasi. Dengan
mengembangkan nilainilai, ideologi dan kepentingan-kepentingan negara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan Politik Dalam Sistem Pendidikan
2. Bagaimana Pengaruh Politik terhadap Sistem Pendidikan
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hubungan Politik Hukum dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui Pengaruh Politik Hukum terhadap Sistem Pendidikan Nasional.
iii
BAB II
PEMBAHASAN
A . Politik
dalam konteks organisasi, pengambilan keputusan yang efektif menuntut pemahaman
tentang hakekat, taktik dan tingkah laku politik. Bagaimanapun politik dapat dipandang
sebagai wasit terakhir dalam pengambilan keputusan. Ekonomi, manajemen, kondisi pasar
bisa saja memberikan informasi terhadap proses pengambilan keputusan, namun pada
akhirnya politik lah yang akan menentukan siapa memperoleh apa, kapan dan bagaimana
memperolehnya. Bila dalam sebuah organisasi atau perusahaan, semua orang selalu setuju
dengan apapun, maka tidak perlu ada kegiatan politik. Ketika tidak semua orang dalam
organisasi atau perusahaan selalu setuju dengan semua hal, maka adanya ketidaksetujuan
tersebut dapat diartikan sebagai adanya konflik. Konflik merupakan pendorong bagi
dilakukannya kegiatan politik oleh siapapun dan di tingkat manapun dalam organisasi.
Padahal di perusahaan segala sesuatu dapat menjadi pusat konflik, baik itu untuk hal-hal yang
bersifat strategis misalnya perampingan organisasi ataupun yang bersifat operasional seperti
jadwal kerja.
Pendorong Kegiatan Politik Dalam Organisasi/ Perusahaan
Pada intinya pendorong utama timbulnya kegiatan politik dalam organisasi atau perusahaan
adalah konflik. Ada beberapa penyebab utama timbulnya konflik secara umum, yaitu
1)Persepsi
Dalam organisasi atau perusahaan, setiap orang/ unit/ depertmen/ devisi sangat
mungkin mengejar berbagai sasaran atau tujuan yang bisa jadi berbeda-beda, baik itu yang
bersifat pribadi, maupun kelompok atau departemental. Setiap departemen/ unit/ devisi
dalam perusahaan sangat mungkin juga memiliki peraturan yang berbeda-beda. Sasaran/
tujuan/ peraturan yang berbeda-beda tersebut menggambarkan kepentingan yang juga
berbeda-beda. Ada setidaknya tiga hal pokok yang mendorong timbulnya kegiatan politik
dalam organisasi. Keanekaragaman yang ada dalam perusahaan seringkali ditafsirkan sebagai
ketidaksamaan, seperti ketidaksamaan dalam hal gaji, kedudukan, kesuksesan atau
keuntungan. Ketidaksamaan tersebut menimbulkan persepsi ketidakadilan. Persepsi
ketidakadilan dapat mencerminkan perasaan-perasaan rendah diri atau kurang dihargai dari
seseorang atau sekelompok orang. Misalnya orang di departemen pemeliharaan punya
perspsi departemennya dianggap sebagai departemen yang tidak penting sehingga
diperlakukan tidak sama dan kemudian mereka merasa kurang dihargai. Selanjutnya mereka
terdorong bertindak melakukan sesuatu agar mereka dihargai. Tidak peduli apakah persepsi
itu benar atau tidak benar. Yang penting adalah orang yakin bahwa perbedaan itu ada.
Demikian halnya, rasa takut juga dapat mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk
bertindak. Ketidaksamaan muncul biasanya dari adanya kelangkaan atau keterbatasan. Baik
kelangkaan sumber-sumber yang tampak nyata dan bersifat fisik misalnya tempat parker,
fasilitas, alokasi staf, peluang jenjang karir, maupun yang bersifat non fisik seperti pujian,
1
dukungan moril, perhatian1 dan lain-lain. Hal-hal tersebut bisa saja sangat terbatas dan
dibagikan secara tidak merata, dan karenanya berpotensi untuk mendorong timbulnya
kegiatan politik atau bersifat politis.
2)Kepentingan
B. Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak . Istilah ini dapat diterapkan
pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan
berbeda dengan peraturan dan hukum.
Kebijakan dalam pengertian pilihan untuk melakukan atau untuk tidak melakukan
mengandung makna adanya kehendak untuk melakukan atau tidak melakukan, kehendak
mana dinyatakan berdasarkan otoritas yang dimiliki untuk melakukan pengaturan dan jika
perlu dilakukan pemaksaan. Pernyataan kehendak oleh otoritas dikaitkan dengan konsep
pemerintah yang memberikan pengertian atas kebijakan yang dialkukan oleh pemerintah
yang disebut sebagai kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah dapat berkonotasi sebagai
kebijakan negara ketika pemerintah yang melakukan adalah diarahkan pada pemerintah
negara. Kalau kebijakan pemerintah dipahami dari saran yang akan dicapai (diatur) di mana
sasarannya adalah publik tidak saja dalam pengertian negara akan tetapi dalam pengertian
masyarakat dan kepentingan umum maka kebijakan pemerintah dapat dikategorikan sebagai
kebijakan publik.
1. Miriam Budiardjo. (2008). Memahami Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2
proses komunikasi kebijakan, lanjut Amy, dibutuhkan sumber daya yang cukup, seperti
sumber daya manusia, pendanaan, dan peralatan. Sumber daya tersebut dibutuhkan untuk
mengomunikasikan dan mengimplementasikan kebijakan sampai ke level paling bawah. 2
Amy mengingatkan pentingnya penyusunan riset kebijakan yang fokus pada masalah publik
yang sedang menjadi perhatian khalayak. Riset tersebut dirancang untuk membantu
merumuskan masalah-masalah publik secara benar dalam proses formulasi, implementasi,
analisis, dan evaluasi kebijakan. Metode dan desain riset yang pragmatis dapat memberikan
hasil yang obyektif berupa data dan informasi lapangan tentang permasalahan publik.
“Dukungan data dan informasi terkait kebijakan dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas kebijakan publik, maupun kualitas para analis kebijakan. Riset kebijakan publik
menghindarkan para pengambil keputusan dan para analis kebijakan bekerja tanpa bukti yang
akurat dan obyektif,” ucap Amy.
2. Budi Winarno. (2005). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Presindo.
3
2)Kendali atas pilihan-pilihan
Dalam sebuah pertemuan membahas suatu masalah, tidak jarang orang mengatakan
“tidak ada alternatif”. Atau “alternatif lain sulit dilakukan” atau “alternatifnya hanya ada dua”
. Pernyataan-pernyataan tersebut sering bersifat politis sebagai usaha agar tidak ada usulan
lain yang tidak sesuai dengan kepentingan kelompok atau seseorang. Hal ini menjelaskan
mengapa pembicaraan atau pernyataan pendapat dirumuskan dengan seksama untuk
membatasi pilihan-pilihan karena sekali orang diberitahu apa pilihan-pilihannya orang
cenderung tidak mempertanyakan daftar pilihan-pilihan yang telah ditulis.
Meskipun tindakan politik sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang buruk, Namun
tindakan politik dapat menjadi sarana untuk
4
Sebelum menginjak pada pembahasan tentang peran partai politik dalam proses pembuatan
dan penerapan kebijakan di Indonesia, alangkah lebih baiknya jika kita menilik kembali
sebenarnya apa arti dan fungsi dasar partai politik tersebut. Partai politik sendiri telah
menjadi ciri penting dalam sebuah politik modern. Hampir dapat dipastikan bahwa partai-
partai politik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sebuah system politik, baik itu
sebuah system politik yang demokratis maupun system politik yang otoriter sekalipun.
Sigmund Neumann mengartikan partai politik sebagai organisasi artikulatif yang terdiri dari
pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan
perhatiannya pada pengendalian kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk
memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan
yang berbeda-beda. Dengan demikian, partai politik merupakan perantara yang besar yang
menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideology-ideologi social dengan lembaga-lembaga
pemerintahan yang resmi dan yang mengaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat
politik yang lebih luas
Dalam Negara demokratis, partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi; salah satu fungsi
ialah sebagai sarana komunikasi politik. Arus informasi dalam suatu Negara bersifat dua arah.,
artinya berjalan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kedudukan partai dalam arus ini
adalah sebagai jembatan antara “mereka yang memerintah” dan “mereka yang diperintah”.
Namun secara garis besar, fungsi-fungsi partai politik adalah sebagai berikut:
3. Didi Supriyadi. (2009). “Pengaruh desentralisasi pendidikan dasar terhadap kualitas pendidikandi
kabupaten Jembrana propinsi Bali”.Jurnal Kependidikan (Nomor 1tahun XXXIX). Hlm. 35-58
5
sikap-sikap politik atau dengan kata lain untuk membentuk suatu sikap dan keyakinan politik
dibutuhkan waktu yang panjang melalui proses yang berlangsung tanpa henti[6].
4. Fungsi rekrutmen politik
Tujuan partai politik dimanapun mereka berada adalah dalam rangka meraih
kekuasaan. Untuk itu, mereka perlu melakukan rekruitmen terhadap pemimpin-pemimpin
politik yang mampu menopang kekuasaan yang mereka raih[7]. Partai politik pastinya akan
menempatkan anggotanya untuk menduduki jabatan-jabatan strategis di pemerintahan.4
4. Ramlan Surbakti. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial, dimana keseluruhan interaksi yang ada
dalam suatu yakni suatu unit yang relative terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan
yang relatif tetap diantara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari sistem bias
dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan yang ada kita bias
melihat pada struktur hubungan antara berbagai lembaga atau institusi pembentuk sistem
politik.
B. Saran
Demikian penyusunan makalah ini kami selesaikan. Kami merasa bahwa dalam makalah ini
masih terdapat kesalahan dan kekurangan baik itu tulisan, sistematika penulisan, maupun
pemaparan. Oleh karena itu kami mengharapkan kepada pembaca untuk dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun guna untuk memperbaiki makalah ini. Semoga isi dari
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
7
DAFTAR PUSTAKA
Budi Winarno. (2005). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Presindo.
Miriam Budiardjo. (2008). Memahami Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Ramlan Surbakti. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.