Tentang
Oleh
Kelompok 7
Dosen Pembimbing
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang Maha pengasih dan Maha
penyayang. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Harga Jasa Pendidikan” tepat pada waktunya.
Dalam penulisan laporan makalah ini, penulis dibimbing dan diberi motivasi oleh
berbagai pihak. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu, teman-teman yang telah membantu dan
mendukung penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis
meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 34
B. Saran ................................................................................................................................ 34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah “harga” jasa dapat kita temui dengan berbagai sebutan, bergantung pada
sifat hubungan antara pelanggan dan peyedia jasa dalam melakukan pertukaran. Sekolah
menggunakan istilah sumbangan peyelenggaraan Pendidikan (SPP-tuition), konsultan
professional menggunakan istilah fee (honor), perbankan menggunakan istilah biaya jasa
(service charge), broker (pialang saham) menggunakan istilah komisi,asuransi
menggunakan istilah premi, dan sebagainya.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Harga Jasa Pendidikan?
2. Apa saja Unsur-unsur Harga Jasa Pendidikan?
3. Apa saja model Harga Jasa Pendidikan?
4. Bagaimana Strategi penentuan Harga Jasa Pendidikan?
5. Bagaimana Bauran Harga Jasa Pendidikan?
6. Apa saja Dasar Penentuan Harga Jasa Pendidikan?
7. Apa saja prinsip-prinsip penentuan Harga Jasa Pendidikan?
8. Bagaimana pedoman pemilihan Metode Penentuan Harga Jasa Pendidikan?
9. Bagaimana prosedur penentuan Harga Jasa Pendidikan?
10. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan Harga Jasa Pendidikan?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian Harga Jasa Pendidikan.
2. Untuk Mengetahui Unsur-unsur Harga Jasa Pendidikan.
3. Untuk Mengetahui model Harga Jasa Pendidikan.
4. Untuk Mengetahui Strategi penentuan Harga Jasa Pendidikan.
5. Untuk Mengetahui Bauran Harga Jasa Pendidikan.
6. Untuk Mengetahui Dasar Penentuan Harga Jasa Pendidikan
7. Untuk Mengetahui prinsip-prinsip penentuan Harga Jasa Pendidikan.
8. Untuk Mengetahui pedoman pemilihan Metode Penentuan Harga Jasa Pendidikan
9. Untuk Mengetahui prosedur penentuan Harga Jasa Pendidikan.
10. Untuk Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan Harga Jasa
Pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi harga yang lebih konkrit dikemukakan oleh Stanto )2002) yang
menyatakan bahwa harga adalah “jumlah uang (ditambah beberapa produk apabila
mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah perpaduan antara produk
(barang) dan jasa”. Dari definisi Stanton ini,kita dapat mengetahui bahwa harga yang
dibayar pembeli sudah termasuk pelayanan yang diberikan penjual.
3
Keputusan penentuan harga jasa pendidikan jug penting untuk menentukan
seberapa jauh jasa pendidikan dinilai pelanggan jasa pendidikan dan membantu proses
pembentukan citra sekolah. Keputusan penentuan harga jasa pendidikan juga
memberikan persepsi tertentu dalam hal kualitas jasa pendidikan yang diberikan sekolah
Dengan demikian, keputusan penentuan harga jasa pendidikan harus sejalan dengan
strategi pemasaran jasa pendidikan yang diterapkan sekolah.
Harga dalam konteks jasa pendidikan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan
siswa untuk memperoleh jasa pendidikan yang ditawarkan sekolah (Alma, 2005) Kita
perlu memperhatikan reek-aspek penentuan harga jasa pendidikan dalam unsur-unsur
harga jasa pendidikan 6 biaya pembangunan sekolah, dan biaya laboratorium), pemberian
beasiswa, prosedur pembayaran, dan syarat cicilan. Harga jasa pendidikan dipengaruhi
oleh kualitas produk jasa pendidikan yang ditawarkan sekolah Apabila kualitas produk
jasa pendidikan tinggi, calon pelanggan jasa pendidikan tidak segan untuk membayar
harga jasa pendidikan yang lebih ggi selama masih berada dalam batas jangkauannya
(Alma, 2004). Jadi, tinggi rendahnya harga jasa pendidikan yang ditentukan sekolah
berpedoman pada:
Selain itu, keputusan penentuan harga jasa pendidikan harus sejalan dengan strategi
pemasaran jasa pendidikan secara keseluruhan. Pemasar jasa pendidikan juga harus
memperhatikan perubahan tarif jasa pendidikan di pasar jasa pendidikan, Lebih jauh, tarif
jasa pendidikan tertentu yang akan ditentukan bergantung pada jenis pelanggan jasa
pendidikan ang menjadi tujuan pasar jasa pendidikan.
4
Menurut James dan Phillips (1995), unsur-unsur harga jasa pendidikan adalah sebagai
berkut
5
3. Tingkat di mana kebijakan penentuan harga jasa pendidikan tertentu
kemungkinan ak mendorong peningkatan harga jasa pendidikan.
4. Harga jasa pendidikan yang ditentukan oleh sekolah kompetitor yang
sebanding
5. Pengaruh tingkat harga jasa pendidikan terhadap perubahan harga jasa
pendidikan yang ditentukan oleh sekolah kompetitor.
E=PxQ
Dari rumus tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ada dua faktor penting yang
memengaruhi pengeluaran pendidikan, sebagai berikut.
1. Variasi jumlah jasa pendidikan yang dibeli. Menurut Barro (1974), ada empat
faktor yang memengaruhi permintaan kualitas jasa pendidikan (dilambangkan
sebagai Q Keempat faktor itu merupakan unsur-unsur dasar yang
memengaruhi variasi permintaan pelanggan jasa pendidikan Jumlah
pembelian jasa pendidikan (jumlah permintaan jasa pendidikan) yang
diberikan sekolah merupakan fungsi dari:
6
a. harga relatif jasa pendidikan, yaitu harga jasa pendidikan relatif terhadap
harga seluruh barang dan jasa yang dimiliki pelanggan jasa pendidikan selain
jasa pendidikan:
b. kapasitas fiskal sekolah, yaitu kapasitas fiskal lokal yang sejalan dengan
nilai bantuan hibah antardepartemen pemerintahan dari pemerintah pusat dan
daerah:
c. faktor-faktor yang memengaruhi beban pajak lokal, yaitu komposisi dasar
pajak lokal yang terkait dengan kepemilikan perumahan dan bisnis:
d. selera masyarakat lokal terhadap jasa pendidikan. Apabila sekolah
menentukan harga jasa pendidikan relatif yang lebih tinggi, pelanggan jasa
pendidikan hanya sedikit mengonsumsi jasa pendidikan (kurva permintaan
kualitas jasa pendidikan memiliki kemiringan negatif), Masyarakat dengan
kapasitas fiskal kemampuan membayar pajak) lebih besar akan membeli
jumlah kualitas jasa pendidikan yang lebih besar.
2. Variasi harga jasa pendidikan. Ada dua faktor yang memengaruhi variasi
harga jasa pendidikan (dilambangkan sebagai Pl, sebagai berikut.
Dari sudut pandang yang berbeda, Kotler dan Fox (1995) mendefinisikan harga
jasa pendidikan sebagai pendapatan sekolah yang juga merupakan hasil perkalian antara
harga jasa pendidikan (P) dan kuantitas jasa pendidikan (Q). Dalam hal ini, pendapatan
sekolah diperoleh dan empat sumber, yaitu
7
2. pembayaran siswa untuk jasa-jasa lainnya;
Pendapatan Sekolah = (rata-rata biaya pendidikan per siswa per tahun x jumlah siswa
yang terdaftar) + (rata-rata pembayaran ruang kamar per siswa
yang tinggal di asrama per tahun x jumlah siswa yang tinggal di
asramal + (pendapatan dari jasa-jasa lainnya rapat, program,
fasilitas, sewa. riset yang disponsori, dll)+(kontribusi bersih
terhadap biaya overhead) + (sumbangan) + (uang amal))
8
Menurut Chambers (1976), ada dua faktor penting yang memengaruhi variasi
biaya jasa pendidikan untuk menghasilkan kualitas jasa pendidikan. Berikut ini adalah
kedua faktor tersebut.
1.Penawaran input sekolah. Gaji karyawan sekolah merupakan faktor terpenting dalam
biaya jasa pendidikan yang terkait dengan penawaran input sekolah Untuk merumuskan
gaji karyawan sekolah, kita dapat memberikan simbol 5 (salary) yang mewakili gaj
karyawan sekolah, yang meliputi dua faktor berikut.
Secara formal, persamaan gaji karyawan sekolah tersebut dapat dinyatakan dalam
“rumus diferensial gaji karyawan sekolah”
S = s (q x W x Z )
9
Latar belakang keluarga, struktur keluarga, dan perbedaan struktur umur keluarga
terhadap pola pengeluaran keluarga akan memengaruhi indeks biaya hidup. Pemasar
jasa pendidikan juga dapat menguji perilaku pengambil keputusar. di sekolah tentang
variasi pola permintaan untuk input sekolah.
E = E (Q x Z5 x Z1)
10
Kurva isocost (E) mewakili perpaduan x dan y yang dibeli untuk tingkat
pengeluaran pendidikan tetap pada pasar jasa pendidikan. Untuk menyederhanakan kurva
isocost, kita harus mengasumsikan kurva isocost berbentuk linear (gans lurus). Dari hasil
analisis tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa kurva isoqual mencerminkan teknologi
pendidikan sehingga unsur-unsur Z, menentukan posisi itu serta lengkungan pada bidang
x dan y
Oleh karena itu, bidang (x, y) merupakan titik biaya minimum untuk Q ketika
bidang (x,y) membutuhkan pengeluaran pendidikan yang lebih besar sesuai kurva isocost
(E) ketika isocou (E") tidak mampu mencapai kualitas jasa pendidikan (Q").
11
Setelah menggunakan kerangka analisis isoqual isocost, pemasar jasa pendidikan
mendefinisikan indeks biaya kualitas jasa pendidikan yang sebenarnya untuk situasi
penawaran dan teknologi Pemasar jasa pendidikan perlu memperhatikan bahwa ada dua
daerah i dan yang menghadapi situasi penawaran (biaya) yang berbeda, yaitu Z, dan Z,
Kita asumsikan kedua daerah itu memiliki kondisi teknologi yang sama. Pada Gambar
5.2, terlihat bahwa Z lebih tinggi dibandingkan dengan Z yang mencerminkan harga input
y di daerah i relatif lebih tinggi daripada di daerah j. Indeks biaya kualitas jasa
pendidikan (C) pada kedua daerah itu merupakan rasio E terhadap E (C=E/E), di mana E,
dan E mewakili pengeluaran pendidikan minimum yang diperoleh kedua daerah tersebut
(daerah dan j) untuk menghasilkan kualitas jasa pendidikan setara dengan Q. Daerah j
menggunakan rasio input y terhadap x relatif lebih besar (yaitu y/x") dibandingkan
dengan daerah ketika daerah menghadapi harga input y terhadap x yang relatif lebih
rendah.
Apabila daerah telah meningkatkan gaji gurunya, daerah itu cenderung mencari
guru pengganti dengan input sekolah lainnya, seperti bantuan guru. Permasalahannya
adalah indeks input tetap tidak dihitung untuk jenis substitusi tersebut. Indeks input tetap
mengabaikan kemungkinan kualitas jasa pendidikan yang sama dihasilkan pada biaya
jasa pendidikan yang lebih rendah (dibandingkan dengan indeks biaya jasa pendidikan
sebenarnya dengan asumsi input setap) dengan mengganti bantuan guru atau ukuran
kelas. Ketika pemasar jasa pendidikan menggunakan indeks input tetap, biaya jasa
pendidikan (Q) intuk daerah j lebih besar daripada baya jasa pendidikan (Q") daerah i,
atau E/EE/E, Pengeluaran pendidikan (E) pada daerah j.
dapat mencapai kualitas jasa pendidikan (Q') jika pengeluaran pendidikan
dialokasikan kembali dan input x ke input y, yaitu dari bidang (xi*,yj*) ke (xj, yj)
Ketika indeks input tetap sama dengan indeks sebenarnya, kurva isoqual
berbentuk L dan merupakan rasio tetap dari berbagai input sekolah yang digunakan untuk
menghasilkan kualitas jasa pendidikan. Unit tambahan apa pun dari satu input sekolah
dalam keadaan ceteris paribus (faktor-faktor selain harga jasa pendidikan dianggap tetap)
sehingga tidak akan menghasilkan output tambahan pendidikan atau kualitas jasa
pendidikan. Situasi tersebut dilustrasikan pada Gambar 5.5, di mana indeks input tetap
dan indeks sebenarnya dinyatakan sebagai rasio antara Ej dan Ei.
1. Penentuan harga berdasarkan unit (unit pricing). Harga jasa pendidikan yang dibayar
siswa ditetapkan per unit, misalnya, per mata pelajaran yang diambil sampai siswa
memperoleh ijazah atau menamatkan pendidikan. Strategi ini sangat fleksibel bagi
siswa karena bergantung pada kemampuan siswa secara ekonomi dan intelektual.
15
2. Penentuan harga dua bagian (two-part pricing). Siswa membayar harga jasa
pendidikan yang sama untuk SPP kemudian juga membayar harga jasa pendidikan
sesuai jumlah mata pelajaran yang diambil. Strategi ini juga sangat fleksibel bagi
siswa karena bergantung pada seberapa banyak mata pelajaran yang akan diambil
3. Penentuan harga berdasarkan waktu (term pricing). Pembayaran harga jas pendidikan
ditetapkan selama satu semester atau caturwulan, di mana siswa boleh mengambil
mata pelajaran semaksimal mungkin sesuai peraturan yang ditetapkan sekolah. Akan
tetapi, strategi ini dapat berdampak negatif terhadap siswa karena mereka akan
mencoba belajar tergesa-gesa dalam waktu singkat sehingga dapat menurunkan
kualitas jasa pendidikan.
4. Penentuan harga berdasarkan skala (scaled pricing). Siswa membayar harga jasa
pendidikan lebih tinggi untuk semester pertama dan kedua, kemudian membayar
harga jasa pendidikan lebih rendah untuk semester tambahan. Strategi tersebut
ditetapkan sekolah yang ingin memperkecil percepatan peningkatan harga jasa
pendidikan sehingga dapat menentukan harga jasa pendidikan lebih tinggi pada setiap
semester tambahan yang melampaui beban belajar normal.
5. Penentuan harga diferensial (differential pricing). Harga jasa pendidikan ditentukan
berbeda-beda sesuai segmen siswa yang diterima, yaitu apakah kelas reguler, pagi,
sore.atau malam hari.
6. Harga jasa pendidikan yang dapat dinegosiasikan (negotiated tuition). Penentuan
harga jasa pendidikan dapat dirundingkan antara orang tua siswa dan sekolah yang
memperhatikan aspek kemampuan, kedudukan, dan pekerjaan orang tua siswa.
7. Diskon kuantitas (quantity discounts). Siswa yang berasal dari daerah atau
karekteristik tertentu dapat diberikan potongan harga khusus.
8. Diskon berbasis waktu (time-based discounts). Harga jasa pendidikan ditentukan
berdasarkan waktu pendaftaran. Jadi, calon siswa yang mendaftar lebih awal akan
dikenakan harga jasa pendidikan yang lebih murah atau diberikan potongan harga
dibandingkan dengan calon siswa yang mendaftar terakhir.
9. Penentuan harga saat ramai (peak-load pricing). Apabila banyak calon siswa yang
ingin mendaftar di sekolah, sekolah dapat menentukan harga jasa pendidikan lebih
tinggi bagi orang tua siswa yang mampu secara ekonomi. Dengan demikian, orang
tua siswa yang mampu membayar harga jasa pendidikan yang lebih tinggi akan
diberikan prioritas penerimaan anaknya di sekolah apabila calon siswa memenuhi
kriteria yang ditetapkan oleh sekolah.
10. Penentuan harga kontribusi waktu (work contribution). Apabila sekolah memiliki
program kerja magang bagi siswanya, siswa akan menerima bantuan paket siswa
yang meliputi program kerja magang dalam bentuk beasiswa sehingga dapat
mengurangi harga jasa pendidikan untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
1. Jenis input
a. Biaya satuan pendidikan operasi lancar (operational current costs), yaitu biaya
input pendidikan yang habis digunakan selama satu tahun atau kurang dan baya
yang dikeluarkan secara berulang-ulang per siswa per tahun Biaya satuan
pendidikan operasi lancar terdiri atas pengeluaran untuk gaji dan tunjangan; buku
wajib: barang dagangan yang harus sering diganti dengan barang dagangan yang
baru: beasiswa dan bantuan dari dalam negeri dan luar negeri; pelayanan
kesejahteraan (kantin, transportasi, penginapan, dan olahraga): pemeliharaan
gedung dan peralatan serta pengoperasian gedung (listrik, air, dan telepon).
17
b. Biaya satuan pendidikan investasi modal pembangunan (investment capital
development costs), yaitu biaya input pendidikan yang penggunaannya lebih dari satu
tahun dan dihitung per siswa per tahun. Biaya satuan pendidikan investasi modal
pembangunan terdiri atas pengeluaran untuk pembelian tanah dan pengembangan
gedung sekolah, kelas, dan laboratorium; peralatan tetap: perlengkapan pelajaran
yang tahan lama, serta tempat tinggal.
2. Sifat penggunaan
a. Biaya satuan pendidikan langsung (direct costs), yaitu biaya untuk kebutuhan input
yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, Biaya satuan pendidikan langsung
meliputi pengeluaran untuk gaji guru dan tenaga kependidikan lainnya: pembelian bahan,
pendataan, dan perlengkapan belajar, serta pembangunan gedung sekolah.
b. Biaya satuan pendidikan tidak langsung (indirect costs), yaitu biaya untuk aktivitas
yang tidak berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, tetapi menunjang proses
pembelajaran. Biaya satuan pendidikan tidak langsung terdiri atas pengeluaran untuk
overhead sekolah (overhead costs) atau biaya tidak langsung selain yang ditanggung
orang tua siswa dan pemerintah (pusat, provinsi kabupaten/ kota, kecamatan, dan
seterusnya); serta potensi pendapatan yang tidak jadi diterima karena siswa bersekolah
dan tidak bekerja (foregone earning).
3. Jenis Penggunaan
a. Biaya satuan pendidikan operasi personel, yaitu biaya yang digunakan untuk
kesejahteraan dan pengembangan personel sekolah. Personel sekolah meliputi guru dan
tenaga kependidikan lainnya (laboran, pustakawan, dan sebagainya); administrator
(pemimpin sekolah dan pegawai administrasi lainnya); serta pegawai lainnya (penjaga
sekolah, tukang kebun, dan lain-lain) yang melaksanakan atau menunjang proses
pembelajaran.
18
b. Biaya satuan pendidikan operasi nonpersonel, yaitu biaya untuk menyediakan bahan
peralatan, perlengkapan, serta sarana dan prasarana yang digunakan untuk proses
pembelajaran (buku, alat tulis sekolah, gedung, daya, dan jasa).
a. Biaya satuan pribadi (private unit costs), yaitu biaya yang ditanggung orang tua stowa
per siswa per tahun. Biaya satuan pribadi terdiri atas pengeluaran untuk sep uran
sekolah, buku dan alat tulis sekolah, seragam sekolah, akomodasi: transportas
konsumsi karya wisata, jajan, kursus, serta potensi pendapatan yang tidak jadi
diterima karena siswa bersekolah dan tidak bekerja.
b. Biaya satuan publik (public unit costs), yaitu biaya yang ditanggung oleh pemerintah
dan masyarakat yang berarti merupakan seluruh biaya selain yang ditanggung orang
tua siswa per siswa per tahun.
c. Biaya satuan sosial (social total unit costs), yaitu total biaya yang ditanggung oleh
pemerintah, orang tua siswa; dan masyarakat lainnya per siswa per tahun.
5.Sifat keberadaan
a. Biaya satuan pendidikan faktual, yaitu biaya satuan pendidikan yang secara nyata
dikeluarkan dalam penyelenggaraan pendidikan.
b. Biaya satuan pendidikan ideal, yaitu biaya satuan pendidikan yang harus dikeluarkan
agar penyelenggaraan pendidikan menghasilkan mutu pendidikan yang diinginkan
6. Tingkat
a. Biaya satuan pendidikan tingkat orang tua siswa, yaitu biaya untuk buku dan alat tulis
sekolah seragam sekolah; perlengkapan sekolah; akomodasi; transportasi konsumsi
kesehatan; karya wisata; uang saku; kursus; iuran sekolah: serta potensi pendapatan yang
tidak jadi diterima karena siswa bersekolah dan tidak bekerja.
19
b. Biaya satuan pendidikan tingkat sekolah, yaitu biaya untuk kesejahteraan dan
pengembangan personel atau SDM sekolah: daya dan jasa; perbaikan ringan dan
pemeliharaaru pembinaan siswa; pendidikan sistem ganda (khusus SMK): pembinaan,
pemantauan, pengawasan, dan pelaporan; rapat pengurus sekolah dan kegiatan komite
sekolah, serta investasi sarana dan prasarana (tanah: bangunan, peralatan, dan
perlengkapan: perabot dan mebel; buku teks, sumber, dan bacaan jaringan listrik, telepon,
air, dan gas: taman; dan sebagainya).
c. Biaya satuan pendidikan tingkat kecamatan, yaitu biaya operasi personel dan
nonpersonel serta biaya investasi sarana dan prasarana (tanah; bangunan: peralatan dan
perlengkapan perabot dan mebel; buku, jaringan listrik, telepon, air, dan gas taman serta
fasilitas olahraga) pada tingkat kecamatan.
d. Biaya satuan pendidikan tingkat kabupaten atau kota, yaitu biaya satuan pendidikan
pada tingkat kabupaten atau kota, yang memiliki unsur-unsur sama dengan biaya satuan
pendidikan tingkat kecamatan.
e. Biaya satuan pendidikan tingkat provinsi, yaitu biaya satuan pendidikan pada tingkat
provinsi, yang memiliki unsur-unsur sama dengan biaya satuan pendidikan tingkat
kecamatan.
f. Biaya satuan pendidikan tingkat pusat, yaitu biaya satuan pendidikan pada tingkat
pusat, yang memiliki unsur-unsur sama dengan biaya satuan pendidikan tingkat
kecamatan.
20
Biaya pendidikan merupakan harga dasar atau harga minimum jasa pendidikan
yang dikenakan pada produk jasa pendidikan tertentu. Sementara itu, nilai produk jasa
pendidikan tersebut merupakan harga atap atau harga maksimum jasa pendidikan Harga
jasa pendidikan yang dikenakan sekolah kompetitor untuk produk jasa pendidikan
substitusi atau produk jasa pendidikan sejenis, terletak antara harga atap dan harga dasar
dari tumpuan berkaki tiga. (Perhatikan Gambar 5.7.)
Dengan mempertimbangkan kembali uraian sebelumnya, oleh karena itu, ada tiga
pendekatan penentuan harga jasa pendidikan, yaitu (1) penentuan harga jasa pendidikan
berdasarkan biaya (cost-based pricing); (2) penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan
persaingan (competition-based pricing); dan (3) penentuan harga jasa pendidikan berbasis
nilai (value-based pricing).
21
Akan tetapi, kita jangan melihat biaya pendidikan dari sudut pandang akuntang
biaya yang hanya menekankan pada kategori biaya pendidikan, tetapi melihat biaya
pendidikan sebagai bagian usaha sekolah secara terpadu untuk menciptakan nilai bagi
pelanggan ja pendidikan Pelanggan jasa pendidikan tidak tertarik dengan biaya
pendidikan yang dihasilkan sekolah untuk menghasilkan jasa pendidikan, tetapi mereka
tertarik pada hubungan antara harga jasa pendidikan yang dikeluarkan dan nilai jasa
pendidikan yang diterima. Penentuan biaya berdasarkan aktivitas (activity-based costing-
ABC) adalah pendekatan penentuan biaya pendidikan yang tepat karena menentukan
biaya pendidikan berdasarkan aktivitas jasa pendidikan yang dilakukan dan menentukan
sumber daya pendidikan yang akan dikonsumsi pelanggan jasa pendidikan.
1. Kepemimpinan harga jasa pendidikan (price leadership). Dalam sektor jasa pendidikan
nasional, kita dapat menemukan sekolah yang bertindak sebagai pemimpin harga (price
leader) jasa pendidikan, sedangkan sekolah kompetitor akan mengikuti jejak pemimpin
harga jasa pendidikan tersebut. Penentuan harga jasa pendidikan merupakan variabel
pemasaran jasa pendidikan yang paling mudah dan cepat berubah karena perang harga
(price wan) dapat dihasilkan selama satu malam ketika sekolah kompetitor tergesa-gesa
menyesuaikan harga penawaran jasa pendidikan.
2. Tawar-menawar dan negosiasi harga jasa pendidikan (price bids and negotiations)
Sekolah yang melakukan subkontrak dapat menggunakan metode tawar menawar harga
jasa pendidikan dengan meminta penawaran jasa pendidikan dari pemasok jasa
22
pendidikan. Alternatif metode tawar menawar harga jasa pendidikan adalah metode
negosiasi harga jasa pendidikan dengan mengikutsertakan pemasok jasa pendidikan
untuk memberikan informasi penawaran harga jasa pendidikan yang lebih rendah
menjalankan proses pendidikan yang lebih cepat, atau menawarkan atribut lainnya.
Strategi penentuan harga jasa sering kali tidak berhasil karena tidak adanya
keterkaitan yang jelas antara harga jasa dan nilai jasa (Simon, 1992). Ada tiga strategi
untuk menangkap dan mengomunikasikan nilai jasa yang dikemukakan oleh Berry dan
Yadav (1996), antara lain sebagai berikut.
23
3. Kepemimpinan biaya (cost leadership). Tujuan strategi ini adalah mencapai biaya
pendidikan terendah pada sektor jasa pendidikan nasional. Harga jasa pendidikan yang
rendah diharapkan oleh pelanggan jasa pendidikan dengan anggaran keuangan yang
rendah.
Menurut Kotler dan Fox (1995), dalam menentukan harga jasa pendidikan,
pemasar jasa pendidikan harus memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi harga
jasa pendidikan. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. harga jasa pendidikan yang berorientasi pada biaya jasa pendidikan (cost oriented);
2. harga jasa pendidikan yang berorientasi pada permintaan pelanggan jasa pendidikan
(customer demand oriented);
Dari sudut pandang berbeda, Zeithaml dan Bitner (2000), mengemukakan prinsip-
prinsip Penentuan harga jasa yang dapat diterapkan ke dunia pendidikan, sebagai berikut.
1. Pemasar jasa pendidikan harus memperhatikan hal-hal penting penentuan harga jasa
pendidikan:
a. memilih tujuan penentuan harga jasa pendidikan:
b. menentukan tingkat permintaan jasa pendidikan.
c. memperkirakan biaya yang akan dikeluarkan,
d. menganalisis harga jasa pendidikan yang ditentukan sekolah dan produk ja
pendidikan yang ditawarkan sekolah kompetitor,
e. memilih metode penentuan harga jasa pendidikan:
f. menentukan harga akhir jasa pendidikan.
24
2. Pemasar jasa pendidikan tidak perlu selalu mencari pendapatan maksimum dengan
menentukan harga jasa pendidikan yang tinggi, tetapi dapat memaksimalkan penerimaan
sekolah saat ini, pangsa pasar jasa pendidikan, atau alternatif lain.
3. Pemasar jasa pendidikan harus memahami seberapa tanggap permintaan harga jasa
pendidikan terhadap perubahan harga jasa pendidikan. Dalam rangka mengevaluasi
tingkat kepekaan harga jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan dapat menghitung
"elastisitas permintaan jasa pendidikan.
4. Pemasar jasa pendidikan harus memperhatikan biaya penentuan harga jasa pendidikan,
yang meliputi biaya langsung dan tidak langsung, biaya tetap dan biaya variabel, serta
biaya lainnya.
5. Harga jasa pendidikan dari sekolah kompetitor akan memengaruhi tingkat permintaan
jasa pendidikan yang ditawarkan sehingga harga jasa pendidikan dari sekolah kompetitor
harus dipertimbangkan dalam proses penentuan harga jasa pendidikan.
6. Cara atau variasi penentuan harga jasa pendidikan yang ada mencakup: mark-up
(pegelembungan harga), sasaran perolehan, nilai yang dapat diterima, faktor psikologis,
dan harga lainnya.
7. Setelah menetapkan struktur harga jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan harus
menyesuaikan harga jasa pendidikan dengan menggunakan harga psikologis, potongan
harga, harga promosi, dan harga bauran produk jasa pendidikan.
25
2.8 Pedoman Pemilihan Metode Penentuan Harga Jasa Pendidikan
Metode penentuan harga jasa pendidikan yang akan dipilih sekolah bergantung
pada banyak hal. Oleh karena itu, Lupiyoadi dan Hamdani (2008) menyatakan bahwa
pemasar jasa harus berpedoman pada hal-hal berikut ini dalam menentukan atau memilih
metode penentuan harga jasa.
1. Besarnya anggaran periklanan atau promosi yang diinginkan. Anggaran promosi jasa
pendidikan mungkin rendah karena harga jasa pendidikan yang rendah. Untuk
meningkatkan promosi jasa pendidikan, harga jasa pendidikan harus dinaikkan
2. Jenis produk. Harga produk jasa pendidikan sebaiknya bersaing
3. Sasaran pangsa pasar. Apabila ingin pangsa pasar jasa pendidikan yang besar, harga
jasa pendidikan harus rendah.
4. Saluran distribusi atau pemasaran. Semakin banyak tingkat distribusi jasa pendidikan.
harga jasa pendidikan hendaknya tinggi.
5. Pandangan tentang keuntungan. Jika pemasar jasa pendidikan ingin menutup biaya
awal, harga awal jasa pendidikan yang ditentukan tinggi. Untuk memelihara
penjualan jasa pendidikan, harga jasa pendidikan yang ditentukan rendah.
6. Keragaman atau keunikan produk. Produk jasa pendidikan dengan banyak fungsi
dapat dikenakan harga jasa pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk
jasa pendidikan yang hanya memiliki satu fungsi.
7. Ada atau tidaknya jasa tambahan. Adakalanya kita membutuhkan jasa tambahan
untuk produk jasa pendidikan, misalnya pelatihan.
8. Daur hidup penggunaan produk. Produk jasa pendidikan yang tahan lama dapat
dikenakan harga jasa pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk jasa
pendidikan yang hanya sekali digunakan.
9. Amortisasi investasi. Penutupan investasi dapat dilakukan dengan menentukan harga
jasa pendidikan yang tinggi.
10. Ancaman dari kompetitor baru. Apabila ada ancaman persaingan, pemasar jasa
pendidikan menentukan harga jasa pendidikan yang rendah. Sebaliknya, jika tidak
ada ancaman, pemasar jasa pendidikan menggunakan metode penurunan harga.
2.9 Prosedur Penentuan Harga Jasa Pendidikan
a. menetapkan harga jasa pendidikan yang diharapkan (expected price), yaitu harga jasa
pendidikan yang diharapkan dapat diterima pelanggan jasa pendidikan:
b. mengestimasikan volume penjualan jasa pendidikan pada berbagai tingkat harga,
yang juga terkait dengan pertimbangan besarnya elastisitas permintaan produk jasa
pendidikan.
2. Mengetahui lebih dahulu reaksi persaingan. Penjual jasa pendidikan perlu mengetahui
reaksi persaingan yang terjadi pada pasar jasa pendidikan dan sumber penyebabnya.
Adapun sumber persaingan yang ada dapat berasal dari:
a. produk jasa pendidikan sejenis yang dihasilkan sekolah lain;
b. produk jasa pendidikan substitusi
c. produk jasa pendidikan lainnya yang dihasilkan sekolah lain.
3. Menentukan pangsa pasar yang dapat diharapkan. Perluasan pangsa pasar jasa
pendidikan dapat dilakukan dengan membuat iklan jasa pendidikan dan persaingan
bukan harga jasa pendidikan. Pangsa pasar jasa pendidikan dipengaruhi oleh
kemampuan jasa pendidikan, biaya perluasan jasa pendidikan, dan kemudahan
memasuki persaingan pendidikan.
4. Memilih strategi harga untuk mencapai pasar sasaran. Penjual jasa pendidikan dapat
memilih satu dari dua macam strategi harga jasa pendidikan, yaitu:
a. skom the cream pricing, yaitu menawarkan produk jasa pendidikan baru dengan harga
tinggi untuk menutup biaya investasi secara cepat
27
5. penetration pricing, yaitu menawarkan produk jasa pendidikan baru dengan harga
relatif murah untuk memperluas pangsa pasar jasa pendidikan mempertimbangkan
politik pemasaran sekolah dengan melihat produk jasa pendidikan, saluran distribusi
jasa pendidikan, dan program promosi jasa pendidikan
6. Memilih harga tertentu. Menurut Kotler dkk. (2002), pemasar jasa pendidikan dapat
memilih harga jasa pendidikan menggunakan konsep 3C, yaitu kurva permintaan
pelanggan jasa pendidikan (customer's demand schedule), fungsi biaya pendidikan
(cost function), dan harga jasa pendidikan dari sekolah kompetitor (competitor's
price). Pemasar jasa pendidikan dapat memilih harga jasa pendidikan tertentu dengan
menyertakan satu atau beberapa pertimbangan tersebut.
Ketika menetapkan harga produk jasa pendidikan baru, produk jasa pendidikan
yang diubah atau produk jasa pendidikan yang telah ada, pemasar jasa pendidikan
mempertimbangkan beberapa faktor penting yang memengaruhi harga jasa pendidikan.
Menurut Swastha dan Irawan (1990), tingkat harga yang terjadi dipengaruhi tujuh faktor,
seperti kondisi perekonomian permintaan dan penawaran, elastisitas permintaan,
persaingan, biaya, tujuan manajer, serta pengawasan dan pemerintah.
Kondisi Perekonomian
28
Permintaan dan Penawaran
Elastisitas Permintaan
Faktor lain yang memengaruhi harga jasa pendidikan adalah sifat permintaan
pasar jasa pendidikan. Sifat permintaan pasar jasa pendidikan tidak hanya memengaruhi
penentuan harga jasa pendidikan, tetapi juga volume jasa pendidikan yang dapat dijual.
Pemasar jasa pendidikan perlu mengetahui hubungan antara harga jasa pendidikan dan
permintaan jasa pendidikan serta variasi permintaan jasa pendidikan pada tingkat harga
jasa pendidikan yang berbeda. Hal itu juga berlaku pada setiap segmen pasar jasa
pendidikan. Konsep penting yang berguna untuk memahami hubungan itu adalah
elastisitas permintaan. Konsep elastisitas permintaan membantu pemasar jasa pendidikan
untuk memahami apakah bentuk permintaan jasa pendidikan elastis, inelastis, atau elastis
unitarian.
1. Elastis. Apabila permintaan jasa pendidikan bersifat elastis maka perubahan harga
jasa pendidikan sekian persen akan menyebabkan terjadinya perubahan permintaan
jasa pendidikan dengan persentase lebih besar. Kondisi elastis tersebut ditunjukkan
pada Gambar 5.11.
2. Inelastis. Apabila permintaan jasa pendidikan bersifat inelastis maka perubahan harga
jasa pendidikan sekian persen akan menyebabkan terjadinya perubahan permintaan
jasa pendidikan dengan persentase lebih kecil. Kondisi inelastis tersebut ditunjukkan
pada Gambar 5.12.
3. Elastis Unitarian. Apabila permintaan jasa pendidikan bersifat elastis unitarian maka
perubahan harga jasa pendidikan akan menyebabkan terjadinya perubahan permintaan
jasa pendidikan dengan persentase yang sama. Kondisi elastis unitarian tersebut
ditunjukkan pada Gambar 5.13.
Persaingan
31
1. Persaingan tidak sempurna (imperfect competition). Pada persaingan tidak sempurna.
jumlah penjual jasa pendidikan (sekolah) dan jumlah pembeli jasa pendidikan (siswa)
banyak serta produk jasa pendidikan yang dijual bersifat homogen. Harga jasa
pendidikan dibentuk melalui mekanisme pasar jasa pendidikan serta hasil interaksi
antara permintaan jasa pendidikan dan penawaran jasa pendidikan. Jadi, penjual jasa
pendidikan dan pembe jasa pendidikan tidak dapat memengaruhi harga jasa
pendidikan dan hanya berperan sebagai penerima harga jasa pendidikan (price-taker).
2. Oligopoli (oligopoly). Dalam keadaan oligopoli, ada beberapa penjual jasa
pendidikan yang menawarkan satu produk jasa pendidikan. Jadi, harga jasa
pendidikan yang ditentukan bergantung pada perilaku sekolah kompetitornya.
Promosi, periklanan pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya,
dilakukan untuk menjauhkan pelanggan jasa pendidikan dari sekolah kompetitor
3. Monopoli (monopoly)
Dalam keadaan monopoli, jumlah penjual jasa pendidikan yang ada di pasar jasa
pendidikan hanya satu, sehingga penentuan harga jasa pendidikan dipengaruhi oleh
permintaan produk jasa pendidikan yang bersangkutan, harga produk substitusi jasa
pendidikan, dan kebijakan harga jasa pendidikan dari pemerintah. Dalam hal ini,
penentu harga jasa pendidikan adalah penjual jasa pendidikan yang sering kali disebut
monopolis.
Biaya, Dasar penentuan harga jasa pendidikan adalah biaya pendidikan (biaya operasi
dan non operasi sekolah) karena harga jasa pendidikan yang tidak dapat menutup biaya
pendidikan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya, jika tingkat harga jasa pendidikan
melebihi biaya pendidikan maka menghasilkan suatu keuntungan dalam bentuk nilai
tambah (value added) jasa pendidikan.
32
Tujuan Manajer
Penentuan harga jasa pendidikan dapat dikaitkan dengan tujuan sekolah. Setiap
sekolah tidak selalu memiliki tujuan yang sama dengan sekolah lain. Tujuan yang hendak
dicapai sekolah misalnya:
3. praktik lain yang mendorong atau mencegah usaha sekolah ke arah monopoli jasa
pendidikan.
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Harga merupakan sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memproleh produk atau
jasa yang harus diberikan konsumen kepada produsen.Harga dalam konteks jasa
pendidikan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa untuk
mendapatkan jasa pendidikan yang ditawarkan oleh suatu PT. Penetapan harga
merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa kerena harga menentukan
pendapatan dari suatu usaha/ bisnis.
3.2 Saran
Dari beberapa penjelasan di atas tentang penulisan “ Harga Jasa Pendidikan“ pasti
tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat dan penyusunan Makalah
ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan
oleh para pembaca dalam khususnya pembimbing mata kuliah Manajemen Pemasaran
Jasa Pendidikan & PR. Oleh karena itu penulis makalah ini mengharap kepada para
pembaca mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah ini terdapat kritik dan saran
yang sifatnya membangun dalam terselesainya makalah yang selanjutnya.
34
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. dan R. Hurriyati, 2005. Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa
Barro, S.M. 1974. "The Impact of Intergovernmental Aid on Public School Spending: Disertasi
Chambers, J.G. 1976. "Educational Price Differentials: A Clarification of the Issues". Annual
Kotler, P. dan K.F.A. Fox. 1995. Strategic Marketing for Educational Institution. Englewood
Pusdiklat Depdiknas, 2008. Bahan Ajar Diklat Manajemen Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:
35