Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

MANAJEMEN PEMASARAN JASA PENDIDIKAN & PR

Tentang

“Harga Jasa Pendidikan”

Oleh
Kelompok 7

Endar Puja Sukma ( 2014030047 )


Zuriati Rahmi ( 2014030061 )
Insanul Alfadli ( 2014030067 )

Dosen Pembimbing

Syukra Vadhillah, M.Pd

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI B)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1444 H/ 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang Maha pengasih dan Maha
penyayang. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Harga Jasa Pendidikan” tepat pada waktunya.

Dalam penulisan laporan makalah ini, penulis dibimbing dan diberi motivasi oleh
berbagai pihak. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu, teman-teman yang telah membantu dan
mendukung penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis
meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada pembaca.

Padang, 10 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2


1. Apa pengertian Harga Jasa Pendidikan? ..................................................................... 2
2. Apa saja Unsur-unsur Harga Jasa Pendidikan? .......................................................... 2
3. Apa saja model Harga Jasa Pendidikan? .................................................................... 2
4. Bagaimana Strategi penentuan Harga Jasa Pendidikan? ............................................ 2
5. Bagaimana Bauran Harga Jasa Pendidikan? .............................................................. 2
6. Apa saja Dasar Penentuan Harga Jasa Pendidikan? ................................................... 2
7. Apa saja prinsip-prinsip penentuan Harga Jasa Pendidikan? ..................................... 2
8. Bagaimana pedoman pemilihan Metode Penentuan Harga Jasa Pendidikan? ........... 2
9. Bagaimana prosedur penentuan Harga Jasa Pendidikan? .......................................... 2
10. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan Harga Jasa Pendidikan? ...... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Harga Jasa Pendidikan ................................................................................... 3


2.2 Unsur-Unsur Harga Jasa Pendidikan ............................................................................... 4
2.3 Model Harga Jasa Pendidikan .......................................................................................... 6
2.4 Strategi Penentuan Harga Jasa Pendidikan ...................................................................... 14
2.5 Bauran Harga Jasa Pendidikan ......................................................................................... 17
2.6 Dasar Penentuan Harga Jasa Pendidikan ......................................................................... 20
2.7 Prinsip-Prinsip Penentuan Harga Jasa Pendidikan .......................................................... 24
2.8 Pedoman Pemilihan Metode Penentuan Harga Jasa Pendidikan ..................................... 26
2.9 Prosedur Penentuan Harga Jasa Pendidikan .................................................................... 27

2.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Harga Jasa Pendidikan ........................ 28

BAB III. PENUTUP ................................................................................................................... 34

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 34
B. Saran ................................................................................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 35

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah “harga” jasa dapat kita temui dengan berbagai sebutan, bergantung pada
sifat hubungan antara pelanggan dan peyedia jasa dalam melakukan pertukaran. Sekolah
menggunakan istilah sumbangan peyelenggaraan Pendidikan (SPP-tuition), konsultan
professional menggunakan istilah fee (honor), perbankan menggunakan istilah biaya jasa
(service charge), broker (pialang saham) menggunakan istilah komisi,asuransi
menggunakan istilah premi, dan sebagainya.

Manajemen pemasaran bagi lembaga pendidikan diperlukan seiring dengan


adanya persaingan antar sekolah yang semakin atraktif. Pemasaran dibutuhkan bagi
lembaga pendidikan dalam membangun citranya yang positif. Apabila lembaga atau
sekolah memiliki citra yang baik di mata masyarakat, maka besar kemungkinan akan
lebih mudah dalam mengatasi persaingan. Jadi, pemasaran merupakan suatu proses yang
harus dilakukan oleh madrasah untuk memberikan kepuasan pada stakeholder dan
masyarakat. Penekanan kepada pemberian kepuasan kepada stakeholder merupakan hal
yang harus dilakukan oleh setiap lembaga, agar mampu bersaing. Pemasaran tersebut
dapat dilihat dari adanya berbagai upaya kreatif dan inovatif dari para penyelenggara
pendidikan untuk menggali keunikan dan keunggulan dari sekolahnya agar semakin
dibutuhkan dan diminati oleh para pengguna jasa pendidikan. Untuk menarik calon
pesera didik diperlukan strategi pemasaran yang bukan saja menjual jasa pendidikan
secara apa adanya melainkan bagaimana mendekatkan pendekatan sesuai dengan
keinginan dan kepuasan konsumen. Sebuah lembaga yang ingin sukses untuk masa depan
dalam menghadapi persaingan, harus mempraktekkan pemasaran secara terus menerus.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Harga Jasa Pendidikan?
2. Apa saja Unsur-unsur Harga Jasa Pendidikan?
3. Apa saja model Harga Jasa Pendidikan?
4. Bagaimana Strategi penentuan Harga Jasa Pendidikan?
5. Bagaimana Bauran Harga Jasa Pendidikan?
6. Apa saja Dasar Penentuan Harga Jasa Pendidikan?
7. Apa saja prinsip-prinsip penentuan Harga Jasa Pendidikan?
8. Bagaimana pedoman pemilihan Metode Penentuan Harga Jasa Pendidikan?
9. Bagaimana prosedur penentuan Harga Jasa Pendidikan?
10. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan Harga Jasa Pendidikan?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian Harga Jasa Pendidikan.
2. Untuk Mengetahui Unsur-unsur Harga Jasa Pendidikan.
3. Untuk Mengetahui model Harga Jasa Pendidikan.
4. Untuk Mengetahui Strategi penentuan Harga Jasa Pendidikan.
5. Untuk Mengetahui Bauran Harga Jasa Pendidikan.
6. Untuk Mengetahui Dasar Penentuan Harga Jasa Pendidikan
7. Untuk Mengetahui prinsip-prinsip penentuan Harga Jasa Pendidikan.
8. Untuk Mengetahui pedoman pemilihan Metode Penentuan Harga Jasa Pendidikan
9. Untuk Mengetahui prosedur penentuan Harga Jasa Pendidikan.
10. Untuk Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan Harga Jasa
Pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Harga Jasa Pendidikan

Lamb dan Mc Daniel (2001) mendefinisikan harga sebagai “sesuatu yang


diserahkan ke dalam pertukaran untuk memperoleh barang atau jasa”. Jadi, harga
merupakan pertukaran uang untuk barang atau jasa. Harga juga merupakan pengorbanan
waktu karena menunggu untuk memperoleh barang atau jasa.

Definisi harga yang lebih konkrit dikemukakan oleh Stanto )2002) yang
menyatakan bahwa harga adalah “jumlah uang (ditambah beberapa produk apabila
mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah perpaduan antara produk
(barang) dan jasa”. Dari definisi Stanton ini,kita dapat mengetahui bahwa harga yang
dibayar pembeli sudah termasuk pelayanan yang diberikan penjual.

Dalam dunia Pendidikan, Pusdiklat Depdiknas (2008) mendefinisikan harga jasa


Pendidikan sebagai biaya Pendidikan. Biaya Pendidikan adalah “nilai rupiah dari semua
sumber daya (input) dalam bentuk natura(barang),pengorbanan,dan uang yang
dikeluarkan untuk seluruh aktivitas Pendidikan.” Dalam hal ini,biaya Pendidikan meliputi
biaya Pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiah (MI); sekolah
menengah pertama (SMP) atau madrasah aliyah (MA) ; dan sekolah menengah kejurusan
(SMK). Biaya pendidikan merupakan biaya pendidikan secara keseluruhan,yang meliputi
biaya-biaya yang dikeluarkan pada semua tingkat mulai dari tingkat orang
tua,siswa,sekolah,dan seluruh pengelola pendidikan dari tingkat kecamatan sampai
dengan tingkat pusat, yang menangani pendidikan pada jenjang SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, dan SMK.

Aktivitas penentuan harga jasa pendidikan memainkan peran penting dalam


proses bauran pemasaran jasa pendidikan karena aktivitas penentuan harga jasa
pendidikan terkait dengan pendapatan yang akan diterima sekolah.

3
Keputusan penentuan harga jasa pendidikan jug penting untuk menentukan
seberapa jauh jasa pendidikan dinilai pelanggan jasa pendidikan dan membantu proses
pembentukan citra sekolah. Keputusan penentuan harga jasa pendidikan juga
memberikan persepsi tertentu dalam hal kualitas jasa pendidikan yang diberikan sekolah
Dengan demikian, keputusan penentuan harga jasa pendidikan harus sejalan dengan
strategi pemasaran jasa pendidikan yang diterapkan sekolah.

2.2 Unsur-Unsur Harga Jasa Pendidikan

Harga dalam konteks jasa pendidikan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan
siswa untuk memperoleh jasa pendidikan yang ditawarkan sekolah (Alma, 2005) Kita
perlu memperhatikan reek-aspek penentuan harga jasa pendidikan dalam unsur-unsur
harga jasa pendidikan 6 biaya pembangunan sekolah, dan biaya laboratorium), pemberian
beasiswa, prosedur pembayaran, dan syarat cicilan. Harga jasa pendidikan dipengaruhi
oleh kualitas produk jasa pendidikan yang ditawarkan sekolah Apabila kualitas produk
jasa pendidikan tinggi, calon pelanggan jasa pendidikan tidak segan untuk membayar
harga jasa pendidikan yang lebih ggi selama masih berada dalam batas jangkauannya
(Alma, 2004). Jadi, tinggi rendahnya harga jasa pendidikan yang ditentukan sekolah
berpedoman pada:

1. keadaan atau kualitas jasa pendidikan:


2. karekteristik calon pelanggan jasa pendidikan (calon siswa):
3. situasi persaingan di sekolah.

Selain itu, keputusan penentuan harga jasa pendidikan harus sejalan dengan strategi
pemasaran jasa pendidikan secara keseluruhan. Pemasar jasa pendidikan juga harus
memperhatikan perubahan tarif jasa pendidikan di pasar jasa pendidikan, Lebih jauh, tarif
jasa pendidikan tertentu yang akan ditentukan bergantung pada jenis pelanggan jasa
pendidikan ang menjadi tujuan pasar jasa pendidikan.

4
Menurut James dan Phillips (1995), unsur-unsur harga jasa pendidikan adalah sebagai
berkut

1. Pembiayaan (costing) jasa pendidikan, yaitu tugas untuk menemukan kesesuaian


yang erat antara pengeluaran sekolah (cost) dan manfaat (benefit)-nya bagi pelanggan
jasa pendidikan. Yang termasuk kategori biaya atau pengeluaran sekolah mencakup
waktu dan usaha, pendapatan pribadi atau tabungan keluarga, pinjaman, beasiswa
sekolah, serta beasiswa dari luar sekolah. Sebaliknya, yang termasuk kategori
manfaat bagi pelanggan jasa pendidikan berupa gengsi, pengalaman secara terus-
menerus selama proses pendidikan, dan keunikan program pendidikan (Kotler dan
Fox, 1995).
2. Penentuan harga jasa pendidikan, yaitu tugas untuk memastikan bahwa penerima
jasa pendidikan akan dikenakan sejumlah harga jasa pendidikan tertentu sejalan
dengan tujuan sekolah. Ada tiga aspek penentuan harga jasa pendidikan yang harus
diperhatikan, antara lain:
a. diferensiasi, yaitu menentukan harga jasa pendidikan untuk sejumlah produk
jasa pendidikan:
b. faktor-faktor penentu harga jasa pendidikan, yaitu faktor-faktor untuk
menentukan harga jasa pendidikan, nilai produk jasa pendidikan, dan
kejenuhan pasar produk jasa pendidikan.
c. biaya pengembangan produk jasa pendidikan, yaitu biaya untuk menghasilkan
rentang produk jasa pendidikan tertentu.

Jika diterapkan pada dunia pendidikan, menurut Ihlanfeldt (1980), untuk


mengaplikasikan harga jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan perlu
memperhatikan hal-hal penting berikut ini

1. Pengaruh kebijakan penentuan harga jasa pendidikan terhadap sifat dan


misi sekolah
2. Pengaruh kebijakan penentuan harga jasa pendidikan terhadap pendaftaran
siswa

5
3. Tingkat di mana kebijakan penentuan harga jasa pendidikan tertentu
kemungkinan ak mendorong peningkatan harga jasa pendidikan.
4. Harga jasa pendidikan yang ditentukan oleh sekolah kompetitor yang
sebanding
5. Pengaruh tingkat harga jasa pendidikan terhadap perubahan harga jasa
pendidikan yang ditentukan oleh sekolah kompetitor.

2.3 Model Harga Jasa Pendidikan


Pendidikan adalah investasi dalam bentuk pengeluaran pendidikan untuk
menghasilkan SDM yang berkualitas Chambers (1976) menemukan rumus
pengeluaran (harga jasa) pendidikan. Untuk merumuskan konsep tersebut, kita
dapat memberikan simbol E (expenditure) untuk tingkat pengeluaran pendidikan
per siswa; Q (quantity) untuk tingkat kualitas jasa pendidikan per siswa yang
mewakili jumlah jasa pendidikan yang dibeli dan P (price) untuk harga per unit
kualitas jasa pendidikan. Secara formal, hubungan antar-unsur tersebut dapat
dirumuskan dalam rumus diferensial harga jasa pendidikan, sebagai berikut.

E=PxQ

Dari rumus tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ada dua faktor penting yang
memengaruhi pengeluaran pendidikan, sebagai berikut.

1. Variasi jumlah jasa pendidikan yang dibeli. Menurut Barro (1974), ada empat
faktor yang memengaruhi permintaan kualitas jasa pendidikan (dilambangkan
sebagai Q Keempat faktor itu merupakan unsur-unsur dasar yang
memengaruhi variasi permintaan pelanggan jasa pendidikan Jumlah
pembelian jasa pendidikan (jumlah permintaan jasa pendidikan) yang
diberikan sekolah merupakan fungsi dari:

6
a. harga relatif jasa pendidikan, yaitu harga jasa pendidikan relatif terhadap
harga seluruh barang dan jasa yang dimiliki pelanggan jasa pendidikan selain
jasa pendidikan:
b. kapasitas fiskal sekolah, yaitu kapasitas fiskal lokal yang sejalan dengan
nilai bantuan hibah antardepartemen pemerintahan dari pemerintah pusat dan
daerah:
c. faktor-faktor yang memengaruhi beban pajak lokal, yaitu komposisi dasar
pajak lokal yang terkait dengan kepemilikan perumahan dan bisnis:
d. selera masyarakat lokal terhadap jasa pendidikan. Apabila sekolah
menentukan harga jasa pendidikan relatif yang lebih tinggi, pelanggan jasa
pendidikan hanya sedikit mengonsumsi jasa pendidikan (kurva permintaan
kualitas jasa pendidikan memiliki kemiringan negatif), Masyarakat dengan
kapasitas fiskal kemampuan membayar pajak) lebih besar akan membeli
jumlah kualitas jasa pendidikan yang lebih besar.

2. Variasi harga jasa pendidikan. Ada dua faktor yang memengaruhi variasi
harga jasa pendidikan (dilambangkan sebagai Pl, sebagai berikut.

a. faktor-faktor yang memengaruhi penawaran dan harga input sekolah, yaitu


kuantitas dan kualitas pelayanan yang diberikan pengajar (guru):

b. faktor-faktor yang memengaruhi teknologi proses jasa pendidikan, yaitu


skala operasi dan sifat kebutuhan siswa.

Dari sudut pandang yang berbeda, Kotler dan Fox (1995) mendefinisikan harga
jasa pendidikan sebagai pendapatan sekolah yang juga merupakan hasil perkalian antara
harga jasa pendidikan (P) dan kuantitas jasa pendidikan (Q). Dalam hal ini, pendapatan
sekolah diperoleh dan empat sumber, yaitu

1. pembayaran siswa untuk biaya pendidikan,

7
2. pembayaran siswa untuk jasa-jasa lainnya;

3 riset yang disponsori:

4 sumbangan dan uang amal (return on endowment).

Pendapatan Sekolah = (rata-rata biaya pendidikan per siswa per tahun x jumlah siswa
yang terdaftar) + (rata-rata pembayaran ruang kamar per siswa
yang tinggal di asrama per tahun x jumlah siswa yang tinggal di
asramal + (pendapatan dari jasa-jasa lainnya rapat, program,
fasilitas, sewa. riset yang disponsori, dll)+(kontribusi bersih
terhadap biaya overhead) + (sumbangan) + (uang amal))

Setelah mengetahui "rumus pendapatan sekolah (Rumus 5.2), pemasar jasa


pendidikan dapat mengetahui cara meningkatkan pendapatan sekolah. Pada dasarnya,
sekolah dapat meningkatkan pendapatannya dengan meningkatkan satu atau lebih dari
salah satu sumber ng diperhitungkan di dalam rumus tersebut. Sekolah dapat
mempertimbangkan kenaikan biaya pendidikan setiap tahun dengan menarik dan
mempertahankan lebih banyak siswa. Selain itu, sekolah dapat meningkatkan biaya
kamar (biasanya seiring kenaikan biaya hunian) dengan meningkatkan ketertarikan untuk
tinggal di asrama atau menetapkan kebijakan ng mensyaratkan siswa agar tinggal di
asrama untuk beberapa waktu. Sekolah juga dapat meningkatkan pendapatan dari subsidi
silang antarprogram pendidikan yang ada dengan kolah lain sehingga dapat memberikan
fleksibilitas untuk menawarkan dan memelihara Program pendidikan yang kemungkinan
tidak pernah tercapai jika dilakukan oleh sekolah sendiri Sekolah juga dapat melakukan
riset yang disponsori, meningkatkan efektivitas usaha Derolehan dana, dan mengelola
uang amal untuk memaksimalkan tingkat pengembalian kolah. Apabila sekolah dapat
mengurangi biaya operasi, pendapatan sekolah akan meningkat. Sekolah sebaiknya
menerapkan ukuran konservasi energi, mengurangi pengeluaran yang tidak Penting, dan
mengurangi pemborosan.

8
Menurut Chambers (1976), ada dua faktor penting yang memengaruhi variasi
biaya jasa pendidikan untuk menghasilkan kualitas jasa pendidikan. Berikut ini adalah
kedua faktor tersebut.

1.Penawaran input sekolah. Gaji karyawan sekolah merupakan faktor terpenting dalam
biaya jasa pendidikan yang terkait dengan penawaran input sekolah Untuk merumuskan
gaji karyawan sekolah, kita dapat memberikan simbol 5 (salary) yang mewakili gaj
karyawan sekolah, yang meliputi dua faktor berikut.

a. Faktor-faktor endogen, yaitu faktor-faktor permintaan seperti pilihan terhadap


karekteristik kualitas karyawan sekolah (yang dinyatakan dengan simbol q, yang meliputi
pengalaman dan persiapan pendidikan) dan karekteristik kemampua fainnya (seperti
fasilitas verbal bagi guru), serta kondisi kerja (yang dinyatakan dengan simbol W, yang
meliputi ukuran kelas).

b. Faktor-faktor eksogen, yaitu faktor-faktor penawaran (yang dinyatakan dengan simbol


Z), yang mencerminkan daya tarik relatif pekerjaan pada daerah yang telah ditetapkan,
yang meliputi ukuran daerah, komposisi ras dan etnis siswa, serta kondis pasar tenaga
kerja lokal

Secara formal, persamaan gaji karyawan sekolah tersebut dapat dinyatakan dalam
“rumus diferensial gaji karyawan sekolah”

S = s (q x W x Z )

2. Teknologi produksi pendidikan. Faktor utama yang memengaruhi penawaran jasa


pendidikan dalam bentuk teknologi produksi pendidikan adalah perbedaan komposisi
siswa dengan latar belakang sosial-ekonomi dan perbedaan komposisi siswa dari
karekteristik ras dan etnis Perbedaan itu dapat dianalisis dengan menggunakan indeks
blaya hidup untuk berbagai keluarga dengan susunan yang berbeda.

9
Latar belakang keluarga, struktur keluarga, dan perbedaan struktur umur keluarga
terhadap pola pengeluaran keluarga akan memengaruhi indeks biaya hidup. Pemasar
jasa pendidikan juga dapat menguji perilaku pengambil keputusar. di sekolah tentang
variasi pola permintaan untuk input sekolah.

Setelah mengetahui unsur-unsur yang menentukan biaya jasa pendidikan, pemasar


jaja pendidikan dapat membuat struktur formal dan unsur-unsur tersebut sehingga
mengetahu hubungan antar unsur itu dengan indeks biaya kualitas jasa pendidikan.
Apabila meninjau teori ekonomi tentang angka indeks, indeks biaya kualitas jasa
pendidikan yang "benar adalah rasio pengeluaran minimum yang diperlukan dalam
situasi dua penawaran (biaya) dan/atau teknologi yang berbeda untuk menyediakan
kualitas jasa pendidikan. Rasio tersebut dapat membandingkan dua unit pengambilan
keputusan pada suatu titik waktu atau unit pengambilan keputusan pada dua titik waktu.
Untuk membandingkan dua sekolah pada suatu titik waktu pemasar jasa pendidikan perlu
menetapkan fungsi biaya daerah. Seperti Rumus 5.3-ga karyawan sekolah, kita
memberikan simbol Z, sebagai faktor-faktor penawaran eksogen a dan sumbol 2, sebagai
faktor-faktor teknologi eksogen (yaitu kebutuhan siswa dan skala daerah) Rumus itu
merupakan fungsi pengeluaran minimum (biaya) yang diperlukan untuk menghasilkan
kualitas jasa pendidikan (Q) dengan situasi penawaran dan teknologi (Z dan 2,). Secara
formal fungsi biaya daerah dapat dituliskan sebagai "indeks biaya kualitas jasa
pendidikan, yaitu:

E = E (Q x Z5 x Z1)

Secara grafis, fungsi biaya dapat digambar menggunakan analisis isoqual-isocost.


Kita asumsikan ada dua input sekolah, yaitu x (guru) dan y (bantuan guru). Pada Gambar
5.1. kurva itu adalah kurva isoqual (Q), yang mewakili perpaduan x dan y yang
diperlukan untuk menghasilkan kualitas jasa pendidikan. Kata"isoqual" berasal dari kata
"iso" yang berarti identik dan "qual yang berarti kualitas. Jadi, kurva isoqual mengacu
pada tingkat kualitas yang sama di sepanjang kurva.

10
Kurva isocost (E) mewakili perpaduan x dan y yang dibeli untuk tingkat
pengeluaran pendidikan tetap pada pasar jasa pendidikan. Untuk menyederhanakan kurva
isocost, kita harus mengasumsikan kurva isocost berbentuk linear (gans lurus). Dari hasil
analisis tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa kurva isoqual mencerminkan teknologi
pendidikan sehingga unsur-unsur Z, menentukan posisi itu serta lengkungan pada bidang
x dan y

Kurva isocost mencerminkan kondisi penawaran pasar jasa pendidikan sehingga


Z menentukan posisi tersebut serta lengkungan pada bidang x dan y. Titik ekuilibrium
kcseimbangan) terjadi pada bidang (x, y) di mana kurva isoqual dan isocost adalah tangen
untuk salah satu yang lainnya. Titik ekuilibrium mewakili pengeluaran pendidikan
minimum yang dibutuhkan untuk mencapai kualitas jasa pendidikan, yaitu titik pada
fungsi biaya di mana Z, dan Z, terletak pada berbagai nilai yang dicerminkan oleh kurva
isoqual dan isocost.

Oleh karena itu, bidang (x, y) merupakan titik biaya minimum untuk Q ketika
bidang (x,y) membutuhkan pengeluaran pendidikan yang lebih besar sesuai kurva isocost
(E) ketika isocou (E") tidak mampu mencapai kualitas jasa pendidikan (Q").

11
Setelah menggunakan kerangka analisis isoqual isocost, pemasar jasa pendidikan
mendefinisikan indeks biaya kualitas jasa pendidikan yang sebenarnya untuk situasi
penawaran dan teknologi Pemasar jasa pendidikan perlu memperhatikan bahwa ada dua
daerah i dan yang menghadapi situasi penawaran (biaya) yang berbeda, yaitu Z, dan Z,
Kita asumsikan kedua daerah itu memiliki kondisi teknologi yang sama. Pada Gambar
5.2, terlihat bahwa Z lebih tinggi dibandingkan dengan Z yang mencerminkan harga input
y di daerah i relatif lebih tinggi daripada di daerah j. Indeks biaya kualitas jasa
pendidikan (C) pada kedua daerah itu merupakan rasio E terhadap E (C=E/E), di mana E,
dan E mewakili pengeluaran pendidikan minimum yang diperoleh kedua daerah tersebut
(daerah dan j) untuk menghasilkan kualitas jasa pendidikan setara dengan Q. Daerah j
menggunakan rasio input y terhadap x relatif lebih besar (yaitu y/x") dibandingkan
dengan daerah ketika daerah menghadapi harga input y terhadap x yang relatif lebih
rendah.

Sebaliknya, misalnya kedua daerah tersebut menghadapi situasi penawaran yang


sama. yaitu Z = Z, tetapi memiliki situasi teknologi yang berbeda Z, Z). Contohnya,
daerah) memiliki proporsi siswa yang menderita kemiskinan yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan daerah dan memiliki perpaduan input sekolah untuk mencapai
kualitas jasa pendidikan yang sama seperti siswa yang tidak menderita kemiskinan pada
daerah i. Hal ini berarti bahwa lengkungan dan posisi kurva isoqual akan berbeda untuk
daerah j. Contoh tersebut dijelaskan
pada Gambar 5.3. Kurva isoqual untuk Q" (di mana Q-Q) lebih jauh dari asalnya
kurva isoqual untuk Q Q terkait dengan teknologi 2,, sedangkan Q terkait dengan
teknologi Z (2) indeks biaya kualitas jasa pendidikan (C) juga merupakan rasio E,
terhadap E, ICE/E)

Meskipun menggunakan kerangka konseptual seperti pada Gambar 5.1. Gambar


5.2. Gambar 5.3, pemasar jasa pendidikan belum dapat mengukur kualitas jasa
pendidikan dan mengidentifikasi teknologi yang dapat membentuk indeks biaya kualitas
jasa pendidikan dan sebenarnya Seperti pada Gambar 5.2, ekonom menggunakan indeks
input tetap daripada indeks sebenarnya yang tidak ditentukan tanpa informasi tambahan.
Gambar 5.4 menguraikan perbedaan antara indeks input tetap dan indeks sebenarnya.
Indeks input tetap adalah rasio E terhadap E, Sementara itu, indeks sebenarnya adalah
rasio antara E dan E, Oleh karena pemasarjasa pendidikan dapat menemukan perbedaan
antara indeks input tetap dan indeks sebenarnya. Indeks sebenarnya membuktikan daerah
j mampu mengganti input y yang relatif lebih mahal untuk menghasilkan kualitas jasa
pendidikan Q".

Apabila daerah telah meningkatkan gaji gurunya, daerah itu cenderung mencari
guru pengganti dengan input sekolah lainnya, seperti bantuan guru. Permasalahannya
adalah indeks input tetap tidak dihitung untuk jenis substitusi tersebut. Indeks input tetap
mengabaikan kemungkinan kualitas jasa pendidikan yang sama dihasilkan pada biaya
jasa pendidikan yang lebih rendah (dibandingkan dengan indeks biaya jasa pendidikan
sebenarnya dengan asumsi input setap) dengan mengganti bantuan guru atau ukuran
kelas. Ketika pemasar jasa pendidikan menggunakan indeks input tetap, biaya jasa
pendidikan (Q) intuk daerah j lebih besar daripada baya jasa pendidikan (Q") daerah i,
atau E/EE/E, Pengeluaran pendidikan (E) pada daerah j.
dapat mencapai kualitas jasa pendidikan (Q') jika pengeluaran pendidikan
dialokasikan kembali dan input x ke input y, yaitu dari bidang (xi*,yj*) ke (xj, yj)

Ketika indeks input tetap sama dengan indeks sebenarnya, kurva isoqual
berbentuk L dan merupakan rasio tetap dari berbagai input sekolah yang digunakan untuk
menghasilkan kualitas jasa pendidikan. Unit tambahan apa pun dari satu input sekolah
dalam keadaan ceteris paribus (faktor-faktor selain harga jasa pendidikan dianggap tetap)
sehingga tidak akan menghasilkan output tambahan pendidikan atau kualitas jasa
pendidikan. Situasi tersebut dilustrasikan pada Gambar 5.5, di mana indeks input tetap
dan indeks sebenarnya dinyatakan sebagai rasio antara Ej dan Ei.

2.4 Strategi Penentuan Harga Jasa Pendidikan

Pemasar jasa pendidikan menyadari tujuan pemasaran jangka panjang adalah


menyediakan realisasi aktivitas pendidikan yang tidak terganggu melalui penciptaan
harga jasa pendidikan yang tepat. Dengan harga jasa pendidikan yang bersaing, sekolah
akan menjadi pemimpin pasar jasa pendidikan sehingga dapat menarik banyak siswa.
Ketika merumuskan harga jasa pendidikan, permasar jasa pendidikan seharusnya
memperhatikan biaya yang muncul selama proses pendidikan. Pemerintah sering kali
memberikan terlalu banyak kebebasan bagi sekolah dalam proses perumusan harga jasa
pendidikan sehingga dapat tercermin pada harga jasa pendidikan yang terlalu tinggi, dan
bagi kebanyakan masyarakat harga tersebut merupakan harga jasa pendidikan yang tidak
dapat dijangkau. Jadi, menurut Ihlandfeldt (1980), ada sepuluh.
Strategi (Gambar 5.6) yang dapat digunakan pemasar jasa pendidikan untuk menentukan
harga sa pendidikan pada pelanggan jasa pendidikan, sebagai berikut.

1. Penentuan harga berdasarkan unit (unit pricing). Harga jasa pendidikan yang dibayar
siswa ditetapkan per unit, misalnya, per mata pelajaran yang diambil sampai siswa
memperoleh ijazah atau menamatkan pendidikan. Strategi ini sangat fleksibel bagi
siswa karena bergantung pada kemampuan siswa secara ekonomi dan intelektual.

15
2. Penentuan harga dua bagian (two-part pricing). Siswa membayar harga jasa
pendidikan yang sama untuk SPP kemudian juga membayar harga jasa pendidikan
sesuai jumlah mata pelajaran yang diambil. Strategi ini juga sangat fleksibel bagi
siswa karena bergantung pada seberapa banyak mata pelajaran yang akan diambil
3. Penentuan harga berdasarkan waktu (term pricing). Pembayaran harga jas pendidikan
ditetapkan selama satu semester atau caturwulan, di mana siswa boleh mengambil
mata pelajaran semaksimal mungkin sesuai peraturan yang ditetapkan sekolah. Akan
tetapi, strategi ini dapat berdampak negatif terhadap siswa karena mereka akan
mencoba belajar tergesa-gesa dalam waktu singkat sehingga dapat menurunkan
kualitas jasa pendidikan.
4. Penentuan harga berdasarkan skala (scaled pricing). Siswa membayar harga jasa
pendidikan lebih tinggi untuk semester pertama dan kedua, kemudian membayar
harga jasa pendidikan lebih rendah untuk semester tambahan. Strategi tersebut
ditetapkan sekolah yang ingin memperkecil percepatan peningkatan harga jasa
pendidikan sehingga dapat menentukan harga jasa pendidikan lebih tinggi pada setiap
semester tambahan yang melampaui beban belajar normal.
5. Penentuan harga diferensial (differential pricing). Harga jasa pendidikan ditentukan
berbeda-beda sesuai segmen siswa yang diterima, yaitu apakah kelas reguler, pagi,
sore.atau malam hari.
6. Harga jasa pendidikan yang dapat dinegosiasikan (negotiated tuition). Penentuan
harga jasa pendidikan dapat dirundingkan antara orang tua siswa dan sekolah yang
memperhatikan aspek kemampuan, kedudukan, dan pekerjaan orang tua siswa.
7. Diskon kuantitas (quantity discounts). Siswa yang berasal dari daerah atau
karekteristik tertentu dapat diberikan potongan harga khusus.
8. Diskon berbasis waktu (time-based discounts). Harga jasa pendidikan ditentukan
berdasarkan waktu pendaftaran. Jadi, calon siswa yang mendaftar lebih awal akan
dikenakan harga jasa pendidikan yang lebih murah atau diberikan potongan harga
dibandingkan dengan calon siswa yang mendaftar terakhir.
9. Penentuan harga saat ramai (peak-load pricing). Apabila banyak calon siswa yang
ingin mendaftar di sekolah, sekolah dapat menentukan harga jasa pendidikan lebih
tinggi bagi orang tua siswa yang mampu secara ekonomi. Dengan demikian, orang
tua siswa yang mampu membayar harga jasa pendidikan yang lebih tinggi akan
diberikan prioritas penerimaan anaknya di sekolah apabila calon siswa memenuhi
kriteria yang ditetapkan oleh sekolah.
10. Penentuan harga kontribusi waktu (work contribution). Apabila sekolah memiliki
program kerja magang bagi siswanya, siswa akan menerima bantuan paket siswa
yang meliputi program kerja magang dalam bentuk beasiswa sehingga dapat
mengurangi harga jasa pendidikan untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.

2.5 Bauran Harga Jasa Pendidikan

kepentingan analisis, Pusdiklat Depdiknas (2008) mendefinisikan harga jasa


pendidikan paya pendidikan) sebagai biaya satuan (unit cost) dan biaya siklus fcycle cost.
Biaya satuan upakan biaya pendidikan per tahun per siswa, sedangkan biaya siklus
merupakan biaya yang butuhkan setiap siswa untuk menyelesaikan jenjang pendidikan.
Rumus blaya siklus adalah baya satuan dikalikan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan jenjang pendidikan Pusdiklat Depdiknas (2008) mengelompokkan biaya
satuan pendidikan berdasarkan bitor faktor berikut ini.

1. Jenis input
a. Biaya satuan pendidikan operasi lancar (operational current costs), yaitu biaya
input pendidikan yang habis digunakan selama satu tahun atau kurang dan baya
yang dikeluarkan secara berulang-ulang per siswa per tahun Biaya satuan
pendidikan operasi lancar terdiri atas pengeluaran untuk gaji dan tunjangan; buku
wajib: barang dagangan yang harus sering diganti dengan barang dagangan yang
baru: beasiswa dan bantuan dari dalam negeri dan luar negeri; pelayanan
kesejahteraan (kantin, transportasi, penginapan, dan olahraga): pemeliharaan
gedung dan peralatan serta pengoperasian gedung (listrik, air, dan telepon).

17
b. Biaya satuan pendidikan investasi modal pembangunan (investment capital
development costs), yaitu biaya input pendidikan yang penggunaannya lebih dari satu
tahun dan dihitung per siswa per tahun. Biaya satuan pendidikan investasi modal
pembangunan terdiri atas pengeluaran untuk pembelian tanah dan pengembangan
gedung sekolah, kelas, dan laboratorium; peralatan tetap: perlengkapan pelajaran
yang tahan lama, serta tempat tinggal.

2. Sifat penggunaan

a. Biaya satuan pendidikan langsung (direct costs), yaitu biaya untuk kebutuhan input
yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, Biaya satuan pendidikan langsung
meliputi pengeluaran untuk gaji guru dan tenaga kependidikan lainnya: pembelian bahan,
pendataan, dan perlengkapan belajar, serta pembangunan gedung sekolah.

b. Biaya satuan pendidikan tidak langsung (indirect costs), yaitu biaya untuk aktivitas
yang tidak berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, tetapi menunjang proses
pembelajaran. Biaya satuan pendidikan tidak langsung terdiri atas pengeluaran untuk
overhead sekolah (overhead costs) atau biaya tidak langsung selain yang ditanggung
orang tua siswa dan pemerintah (pusat, provinsi kabupaten/ kota, kecamatan, dan
seterusnya); serta potensi pendapatan yang tidak jadi diterima karena siswa bersekolah
dan tidak bekerja (foregone earning).

3. Jenis Penggunaan

a. Biaya satuan pendidikan operasi personel, yaitu biaya yang digunakan untuk
kesejahteraan dan pengembangan personel sekolah. Personel sekolah meliputi guru dan
tenaga kependidikan lainnya (laboran, pustakawan, dan sebagainya); administrator
(pemimpin sekolah dan pegawai administrasi lainnya); serta pegawai lainnya (penjaga
sekolah, tukang kebun, dan lain-lain) yang melaksanakan atau menunjang proses
pembelajaran.

18
b. Biaya satuan pendidikan operasi nonpersonel, yaitu biaya untuk menyediakan bahan
peralatan, perlengkapan, serta sarana dan prasarana yang digunakan untuk proses
pembelajaran (buku, alat tulis sekolah, gedung, daya, dan jasa).

4. Pihak yang menanggung

a. Biaya satuan pribadi (private unit costs), yaitu biaya yang ditanggung orang tua stowa
per siswa per tahun. Biaya satuan pribadi terdiri atas pengeluaran untuk sep uran
sekolah, buku dan alat tulis sekolah, seragam sekolah, akomodasi: transportas
konsumsi karya wisata, jajan, kursus, serta potensi pendapatan yang tidak jadi
diterima karena siswa bersekolah dan tidak bekerja.
b. Biaya satuan publik (public unit costs), yaitu biaya yang ditanggung oleh pemerintah
dan masyarakat yang berarti merupakan seluruh biaya selain yang ditanggung orang
tua siswa per siswa per tahun.
c. Biaya satuan sosial (social total unit costs), yaitu total biaya yang ditanggung oleh
pemerintah, orang tua siswa; dan masyarakat lainnya per siswa per tahun.

5.Sifat keberadaan

a. Biaya satuan pendidikan faktual, yaitu biaya satuan pendidikan yang secara nyata
dikeluarkan dalam penyelenggaraan pendidikan.

b. Biaya satuan pendidikan ideal, yaitu biaya satuan pendidikan yang harus dikeluarkan
agar penyelenggaraan pendidikan menghasilkan mutu pendidikan yang diinginkan

6. Tingkat

a. Biaya satuan pendidikan tingkat orang tua siswa, yaitu biaya untuk buku dan alat tulis
sekolah seragam sekolah; perlengkapan sekolah; akomodasi; transportasi konsumsi
kesehatan; karya wisata; uang saku; kursus; iuran sekolah: serta potensi pendapatan yang
tidak jadi diterima karena siswa bersekolah dan tidak bekerja.

19
b. Biaya satuan pendidikan tingkat sekolah, yaitu biaya untuk kesejahteraan dan
pengembangan personel atau SDM sekolah: daya dan jasa; perbaikan ringan dan
pemeliharaaru pembinaan siswa; pendidikan sistem ganda (khusus SMK): pembinaan,
pemantauan, pengawasan, dan pelaporan; rapat pengurus sekolah dan kegiatan komite
sekolah, serta investasi sarana dan prasarana (tanah: bangunan, peralatan, dan
perlengkapan: perabot dan mebel; buku teks, sumber, dan bacaan jaringan listrik, telepon,
air, dan gas: taman; dan sebagainya).

c. Biaya satuan pendidikan tingkat kecamatan, yaitu biaya operasi personel dan
nonpersonel serta biaya investasi sarana dan prasarana (tanah; bangunan: peralatan dan
perlengkapan perabot dan mebel; buku, jaringan listrik, telepon, air, dan gas taman serta
fasilitas olahraga) pada tingkat kecamatan.

d. Biaya satuan pendidikan tingkat kabupaten atau kota, yaitu biaya satuan pendidikan
pada tingkat kabupaten atau kota, yang memiliki unsur-unsur sama dengan biaya satuan
pendidikan tingkat kecamatan.

e. Biaya satuan pendidikan tingkat provinsi, yaitu biaya satuan pendidikan pada tingkat
provinsi, yang memiliki unsur-unsur sama dengan biaya satuan pendidikan tingkat
kecamatan.

f. Biaya satuan pendidikan tingkat pusat, yaitu biaya satuan pendidikan pada tingkat
pusat, yang memiliki unsur-unsur sama dengan biaya satuan pendidikan tingkat
kecamatan.

2.6 Dasar Penentuan Harga Jasa Pendidikan

Menurut Lovelock (2002), strategi penentuan harga, termasuk strategi penentuan


harga jasa pendidikan, dapat dianalogikan sebagai tumpuan berkaki tiga (tripod) di mana
tiga buah kaki yang mendasarinya adalah biaya (costs), persaingan (competition), dan
nilai bagi pelanggan (value to customer).

20
Biaya pendidikan merupakan harga dasar atau harga minimum jasa pendidikan
yang dikenakan pada produk jasa pendidikan tertentu. Sementara itu, nilai produk jasa
pendidikan tersebut merupakan harga atap atau harga maksimum jasa pendidikan Harga
jasa pendidikan yang dikenakan sekolah kompetitor untuk produk jasa pendidikan
substitusi atau produk jasa pendidikan sejenis, terletak antara harga atap dan harga dasar
dari tumpuan berkaki tiga. (Perhatikan Gambar 5.7.)

Dengan mempertimbangkan kembali uraian sebelumnya, oleh karena itu, ada tiga
pendekatan penentuan harga jasa pendidikan, yaitu (1) penentuan harga jasa pendidikan
berdasarkan biaya (cost-based pricing); (2) penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan
persaingan (competition-based pricing); dan (3) penentuan harga jasa pendidikan berbasis
nilai (value-based pricing).

Penentuan Harga Jasa Pendidikan Berdasarkan Biaya

Harga jasa pendidikan ditentukan berdasarkan biaya pendidikan yang terkait


dengan aktivitas untuk menghasilkan, menyampaikan, dan memasarkan produk jasa
pendidikan. Pemasa jasa pendidikan harus menetapkan harga jasa pendidikan yang tepat
untuk menutup seluruh baya pendidikan (biaya tetap, variabel, dan semivariabel) guna
menghasilkan dan memasarkan jasa pendidikan.

21
Akan tetapi, kita jangan melihat biaya pendidikan dari sudut pandang akuntang
biaya yang hanya menekankan pada kategori biaya pendidikan, tetapi melihat biaya
pendidikan sebagai bagian usaha sekolah secara terpadu untuk menciptakan nilai bagi
pelanggan ja pendidikan Pelanggan jasa pendidikan tidak tertarik dengan biaya
pendidikan yang dihasilkan sekolah untuk menghasilkan jasa pendidikan, tetapi mereka
tertarik pada hubungan antara harga jasa pendidikan yang dikeluarkan dan nilai jasa
pendidikan yang diterima. Penentuan biaya berdasarkan aktivitas (activity-based costing-
ABC) adalah pendekatan penentuan biaya pendidikan yang tepat karena menentukan
biaya pendidikan berdasarkan aktivitas jasa pendidikan yang dilakukan dan menentukan
sumber daya pendidikan yang akan dikonsumsi pelanggan jasa pendidikan.

Penentuan Harga Jasa Pendidikan Berdasarkan Persaingan

Jika pelanggan jasa pendidikan melihat sedikit perbedaan di antara jasa


pendidikan yang ditawarkan di pasar jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan
seharusnya memilih strategi penentuan harga jasa pendidikan yang lebih murah karena
sekolah dengan biaya per unit jasa pendidikan yang paling rendah di pasar jasa
pendidikan akan menikmati manfaat dari aktivitas pemasaran jasa pendidikan, yaitu
menenangkan persaingan pendidikan. Oleh karena itu, ada dua strategi persaingan harga
jasa pendidikan yang dapat diterapkan sekolah sebagai berikut.

1. Kepemimpinan harga jasa pendidikan (price leadership). Dalam sektor jasa pendidikan
nasional, kita dapat menemukan sekolah yang bertindak sebagai pemimpin harga (price
leader) jasa pendidikan, sedangkan sekolah kompetitor akan mengikuti jejak pemimpin
harga jasa pendidikan tersebut. Penentuan harga jasa pendidikan merupakan variabel
pemasaran jasa pendidikan yang paling mudah dan cepat berubah karena perang harga
(price wan) dapat dihasilkan selama satu malam ketika sekolah kompetitor tergesa-gesa
menyesuaikan harga penawaran jasa pendidikan.

2. Tawar-menawar dan negosiasi harga jasa pendidikan (price bids and negotiations)
Sekolah yang melakukan subkontrak dapat menggunakan metode tawar menawar harga
jasa pendidikan dengan meminta penawaran jasa pendidikan dari pemasok jasa

22
pendidikan. Alternatif metode tawar menawar harga jasa pendidikan adalah metode
negosiasi harga jasa pendidikan dengan mengikutsertakan pemasok jasa pendidikan
untuk memberikan informasi penawaran harga jasa pendidikan yang lebih rendah
menjalankan proses pendidikan yang lebih cepat, atau menawarkan atribut lainnya.

Penentuan Harga Jasa Pendidikan Berbasis Nilai

Strategi penentuan harga jasa sering kali tidak berhasil karena tidak adanya
keterkaitan yang jelas antara harga jasa dan nilai jasa (Simon, 1992). Ada tiga strategi
untuk menangkap dan mengomunikasikan nilai jasa yang dikemukakan oleh Berry dan
Yadav (1996), antara lain sebagai berikut.

1. Pengurangan ketidakpastian (uncertainty reduction). Apabila pelanggan jasa


pendidikan tidak yakin tentang seberapa banyak nilai jasa pendidikan yang akan
diterimanya dari sekolah, mereka mungkin akan mencari pemasok jasa pendidikan
yang terkenal atau tidak membeli jasa pendidikan secara keseluruhan. Ada dua
metode penentuan harga jasa pendidikan yang dapat digunakan sekolah, yaitu:
a penentuan harga jasa pendidikan yang dikendalikan oleh manfaat jasa pendidikan
(benefit-driven pricing), untuk membantu mengurangi ketidakpastian yang berfokus
pada aspek-aspek jasa pendidikan yang langsung bermanfaat bagi pelanggan jasa
pendidikan;
b. penentuan harga jasa pendidikan dengan tarif tetap (flat-rate pricing), yang
memberikan harga jasa pendidikan tetap sebelum proses penyampaian jasa
pendidikan sehingga tidak menyebabkan pelanggan jasa pendidikan menjadi kaget.

2. Peningkatan hubungan (relationship enhancement). Sebenarnya, strategi potongan


harga untuk memenangkan persaingan pendidikan bukan cara terbaik menarik pelanggan
jasa pendidikan yang akan loyal selamanya. Akan tetapi, menawarkan potongan harga
ketika pelanggan jasa pendidikan membeli dua atau lebih unit jasa pendidikan secara
bersama-sama merupakan strategi membangun hubungan yang baik.

23
3. Kepemimpinan biaya (cost leadership). Tujuan strategi ini adalah mencapai biaya
pendidikan terendah pada sektor jasa pendidikan nasional. Harga jasa pendidikan yang
rendah diharapkan oleh pelanggan jasa pendidikan dengan anggaran keuangan yang
rendah.

2.7 Prinsip-Prinsip Penentuan Harga Jasa Pendidikan

Menurut Kotler dan Fox (1995), dalam menentukan harga jasa pendidikan,
pemasar jasa pendidikan harus memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi harga
jasa pendidikan. Faktor-faktor tersebut adalah:

1. harga jasa pendidikan yang berorientasi pada biaya jasa pendidikan (cost oriented);

2. harga jasa pendidikan yang berorientasi pada permintaan pelanggan jasa pendidikan
(customer demand oriented);

3. harga jasa pendidikan yang berorientasi pada persaingan pendidikan (competition


oriented).

Dari sudut pandang berbeda, Zeithaml dan Bitner (2000), mengemukakan prinsip-
prinsip Penentuan harga jasa yang dapat diterapkan ke dunia pendidikan, sebagai berikut.

1. Pemasar jasa pendidikan harus memperhatikan hal-hal penting penentuan harga jasa
pendidikan:
a. memilih tujuan penentuan harga jasa pendidikan:
b. menentukan tingkat permintaan jasa pendidikan.
c. memperkirakan biaya yang akan dikeluarkan,
d. menganalisis harga jasa pendidikan yang ditentukan sekolah dan produk ja
pendidikan yang ditawarkan sekolah kompetitor,
e. memilih metode penentuan harga jasa pendidikan:
f. menentukan harga akhir jasa pendidikan.

24
2. Pemasar jasa pendidikan tidak perlu selalu mencari pendapatan maksimum dengan
menentukan harga jasa pendidikan yang tinggi, tetapi dapat memaksimalkan penerimaan
sekolah saat ini, pangsa pasar jasa pendidikan, atau alternatif lain.

3. Pemasar jasa pendidikan harus memahami seberapa tanggap permintaan harga jasa
pendidikan terhadap perubahan harga jasa pendidikan. Dalam rangka mengevaluasi
tingkat kepekaan harga jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan dapat menghitung
"elastisitas permintaan jasa pendidikan.

Elastisitas Permintaan = Persentase Perubahan Kualitas

Jasa Pendidikan Jasa Pendidikan Yang Dibeli

Persentase Perubahan Harga Jasa Pendidikan

4. Pemasar jasa pendidikan harus memperhatikan biaya penentuan harga jasa pendidikan,
yang meliputi biaya langsung dan tidak langsung, biaya tetap dan biaya variabel, serta
biaya lainnya.

5. Harga jasa pendidikan dari sekolah kompetitor akan memengaruhi tingkat permintaan
jasa pendidikan yang ditawarkan sehingga harga jasa pendidikan dari sekolah kompetitor
harus dipertimbangkan dalam proses penentuan harga jasa pendidikan.

6. Cara atau variasi penentuan harga jasa pendidikan yang ada mencakup: mark-up
(pegelembungan harga), sasaran perolehan, nilai yang dapat diterima, faktor psikologis,
dan harga lainnya.

7. Setelah menetapkan struktur harga jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan harus
menyesuaikan harga jasa pendidikan dengan menggunakan harga psikologis, potongan
harga, harga promosi, dan harga bauran produk jasa pendidikan.

25
2.8 Pedoman Pemilihan Metode Penentuan Harga Jasa Pendidikan

Metode penentuan harga jasa pendidikan yang akan dipilih sekolah bergantung
pada banyak hal. Oleh karena itu, Lupiyoadi dan Hamdani (2008) menyatakan bahwa
pemasar jasa harus berpedoman pada hal-hal berikut ini dalam menentukan atau memilih
metode penentuan harga jasa.

1. Besarnya anggaran periklanan atau promosi yang diinginkan. Anggaran promosi jasa
pendidikan mungkin rendah karena harga jasa pendidikan yang rendah. Untuk
meningkatkan promosi jasa pendidikan, harga jasa pendidikan harus dinaikkan
2. Jenis produk. Harga produk jasa pendidikan sebaiknya bersaing
3. Sasaran pangsa pasar. Apabila ingin pangsa pasar jasa pendidikan yang besar, harga
jasa pendidikan harus rendah.

4. Saluran distribusi atau pemasaran. Semakin banyak tingkat distribusi jasa pendidikan.
harga jasa pendidikan hendaknya tinggi.
5. Pandangan tentang keuntungan. Jika pemasar jasa pendidikan ingin menutup biaya
awal, harga awal jasa pendidikan yang ditentukan tinggi. Untuk memelihara
penjualan jasa pendidikan, harga jasa pendidikan yang ditentukan rendah.
6. Keragaman atau keunikan produk. Produk jasa pendidikan dengan banyak fungsi
dapat dikenakan harga jasa pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk
jasa pendidikan yang hanya memiliki satu fungsi.
7. Ada atau tidaknya jasa tambahan. Adakalanya kita membutuhkan jasa tambahan
untuk produk jasa pendidikan, misalnya pelatihan.
8. Daur hidup penggunaan produk. Produk jasa pendidikan yang tahan lama dapat
dikenakan harga jasa pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk jasa
pendidikan yang hanya sekali digunakan.
9. Amortisasi investasi. Penutupan investasi dapat dilakukan dengan menentukan harga
jasa pendidikan yang tinggi.
10. Ancaman dari kompetitor baru. Apabila ada ancaman persaingan, pemasar jasa
pendidikan menentukan harga jasa pendidikan yang rendah. Sebaliknya, jika tidak
ada ancaman, pemasar jasa pendidikan menggunakan metode penurunan harga.
2.9 Prosedur Penentuan Harga Jasa Pendidikan

Setelah memperhatikan pedoman pemilihan metode penentuan harga jasa


pendidikan, pemasar jasa pendidikan dapat mengikuti prosedur penentuan harga jasa
pendidikan. Menurut Swastha dan Irawan (1990), prosedur penentuan harga yang juga
dapat diterapkan ke dunia pendidikan adalah sebagai berikut.

1. Memperkirakan permintaan. Penjual jasa pendidikan (sekolah) membuat perkiraan


permintaan produk jasa pendidikan dengan:

a. menetapkan harga jasa pendidikan yang diharapkan (expected price), yaitu harga jasa
pendidikan yang diharapkan dapat diterima pelanggan jasa pendidikan:
b. mengestimasikan volume penjualan jasa pendidikan pada berbagai tingkat harga,
yang juga terkait dengan pertimbangan besarnya elastisitas permintaan produk jasa
pendidikan.
2. Mengetahui lebih dahulu reaksi persaingan. Penjual jasa pendidikan perlu mengetahui
reaksi persaingan yang terjadi pada pasar jasa pendidikan dan sumber penyebabnya.
Adapun sumber persaingan yang ada dapat berasal dari:
a. produk jasa pendidikan sejenis yang dihasilkan sekolah lain;
b. produk jasa pendidikan substitusi
c. produk jasa pendidikan lainnya yang dihasilkan sekolah lain.
3. Menentukan pangsa pasar yang dapat diharapkan. Perluasan pangsa pasar jasa
pendidikan dapat dilakukan dengan membuat iklan jasa pendidikan dan persaingan
bukan harga jasa pendidikan. Pangsa pasar jasa pendidikan dipengaruhi oleh
kemampuan jasa pendidikan, biaya perluasan jasa pendidikan, dan kemudahan
memasuki persaingan pendidikan.
4. Memilih strategi harga untuk mencapai pasar sasaran. Penjual jasa pendidikan dapat
memilih satu dari dua macam strategi harga jasa pendidikan, yaitu:
a. skom the cream pricing, yaitu menawarkan produk jasa pendidikan baru dengan harga
tinggi untuk menutup biaya investasi secara cepat

27
5. penetration pricing, yaitu menawarkan produk jasa pendidikan baru dengan harga
relatif murah untuk memperluas pangsa pasar jasa pendidikan mempertimbangkan
politik pemasaran sekolah dengan melihat produk jasa pendidikan, saluran distribusi
jasa pendidikan, dan program promosi jasa pendidikan
6. Memilih harga tertentu. Menurut Kotler dkk. (2002), pemasar jasa pendidikan dapat
memilih harga jasa pendidikan menggunakan konsep 3C, yaitu kurva permintaan
pelanggan jasa pendidikan (customer's demand schedule), fungsi biaya pendidikan
(cost function), dan harga jasa pendidikan dari sekolah kompetitor (competitor's
price). Pemasar jasa pendidikan dapat memilih harga jasa pendidikan tertentu dengan
menyertakan satu atau beberapa pertimbangan tersebut.

2.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Harga Jasa Pendidikan

Ketika menetapkan harga produk jasa pendidikan baru, produk jasa pendidikan
yang diubah atau produk jasa pendidikan yang telah ada, pemasar jasa pendidikan
mempertimbangkan beberapa faktor penting yang memengaruhi harga jasa pendidikan.
Menurut Swastha dan Irawan (1990), tingkat harga yang terjadi dipengaruhi tujuh faktor,
seperti kondisi perekonomian permintaan dan penawaran, elastisitas permintaan,
persaingan, biaya, tujuan manajer, serta pengawasan dan pemerintah.

Kondisi Perekonomian

Keadaan perekonomian sangat memengaruhi tingkat harga yang berlaku secara


umum, termasuk harga jasa pendidikan. Pada masa resesi (ketika nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS naik), harga jasa pendidikan berada pada tingkat lebih rendah.
Tanggapan langsung masyarakat terhadap kebijakan tersebut adalah kenaikan harga,
termasuk kenaikan harga jasa pendidikan.

28
Permintaan dan Penawaran

Permintaan jasa pendidikan merupakan sejumlah produk jasa pendidikan yang


dibeli pembeli jasa pendidikan (pelanggan jasa pendidikan) pada tingkat harga tertentu.
Tingkat harga jasa pendidikan yang lebih rendah mendorong jumlah produk jasa
pendidikan yang diminta menjadi lebih besar. Jadi, hubungan antara tingkat harga jasa
pendidikan dan jumlah permintaan produk jasa pendidikan berbanding terbalik. Harga
jasa pendidikan diberi simbol P (prices jumlah permintaan produk jasa pendidikan diberi
simbol Q (quantity), dan kurva permintaan jasa pendidikan diberi simbol D (demand).
Hubungan antara tingkat harga jasa pendidikan dan jumlah permintaan produk jasa
pendidikan digambarkan pada kurva permintaan jasa pendidikan (Gambar 5.8).

Penawaran jasa pendidikan adalah kebalikan dari permintaan jasa pendidikan,


yaitu sejumlah produk jasa pendidikan yang ditawarkan penjual jasa pendidikan pada
tingkat harga tertentu. Tingkat harga jasa pendidikan yang lebih tinggi mendorong
jumlah penawaran produk jasa pendidikan menjadi lebih besar. Jadi, hubungan antara
tingkat harga jasa pendidikan dan jumlah produk jasa pendidikan yang ditawarkan
berbanding lurus. Harga jasa pendidikan diberi simbol P (price), jumlah produk jasa
pendidikan yang ditawarkan diberi simbol Q (quantity). dan kurva penawaran jasa
pendidikan diberi simbol S (supply). Hubungan antara tingkat harga jasa pendidikan dan
jumlah produk jasa pendidikan yang ditawarkan digambarkan pada kurva penawaran jasa
pendidikan (Gambar 5.9).

Elastisitas Permintaan

Faktor lain yang memengaruhi harga jasa pendidikan adalah sifat permintaan
pasar jasa pendidikan. Sifat permintaan pasar jasa pendidikan tidak hanya memengaruhi
penentuan harga jasa pendidikan, tetapi juga volume jasa pendidikan yang dapat dijual.
Pemasar jasa pendidikan perlu mengetahui hubungan antara harga jasa pendidikan dan
permintaan jasa pendidikan serta variasi permintaan jasa pendidikan pada tingkat harga
jasa pendidikan yang berbeda. Hal itu juga berlaku pada setiap segmen pasar jasa
pendidikan. Konsep penting yang berguna untuk memahami hubungan itu adalah
elastisitas permintaan. Konsep elastisitas permintaan membantu pemasar jasa pendidikan
untuk memahami apakah bentuk permintaan jasa pendidikan elastis, inelastis, atau elastis
unitarian.

1. Elastis. Apabila permintaan jasa pendidikan bersifat elastis maka perubahan harga
jasa pendidikan sekian persen akan menyebabkan terjadinya perubahan permintaan
jasa pendidikan dengan persentase lebih besar. Kondisi elastis tersebut ditunjukkan
pada Gambar 5.11.
2. Inelastis. Apabila permintaan jasa pendidikan bersifat inelastis maka perubahan harga
jasa pendidikan sekian persen akan menyebabkan terjadinya perubahan permintaan
jasa pendidikan dengan persentase lebih kecil. Kondisi inelastis tersebut ditunjukkan
pada Gambar 5.12.
3. Elastis Unitarian. Apabila permintaan jasa pendidikan bersifat elastis unitarian maka
perubahan harga jasa pendidikan akan menyebabkan terjadinya perubahan permintaan
jasa pendidikan dengan persentase yang sama. Kondisi elastis unitarian tersebut
ditunjukkan pada Gambar 5.13.

Persaingan

Harga jasa pendidikan sering kali dipengaruhi oleh keadaan persaingan


pendidikan yang ada. Ada tiga macam persaingan yang dapat terjadi dalam dunia
pendidikan, sebagai berikut.

31
1. Persaingan tidak sempurna (imperfect competition). Pada persaingan tidak sempurna.
jumlah penjual jasa pendidikan (sekolah) dan jumlah pembeli jasa pendidikan (siswa)
banyak serta produk jasa pendidikan yang dijual bersifat homogen. Harga jasa
pendidikan dibentuk melalui mekanisme pasar jasa pendidikan serta hasil interaksi
antara permintaan jasa pendidikan dan penawaran jasa pendidikan. Jadi, penjual jasa
pendidikan dan pembe jasa pendidikan tidak dapat memengaruhi harga jasa
pendidikan dan hanya berperan sebagai penerima harga jasa pendidikan (price-taker).
2. Oligopoli (oligopoly). Dalam keadaan oligopoli, ada beberapa penjual jasa
pendidikan yang menawarkan satu produk jasa pendidikan. Jadi, harga jasa
pendidikan yang ditentukan bergantung pada perilaku sekolah kompetitornya.
Promosi, periklanan pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya,
dilakukan untuk menjauhkan pelanggan jasa pendidikan dari sekolah kompetitor
3. Monopoli (monopoly)
Dalam keadaan monopoli, jumlah penjual jasa pendidikan yang ada di pasar jasa
pendidikan hanya satu, sehingga penentuan harga jasa pendidikan dipengaruhi oleh
permintaan produk jasa pendidikan yang bersangkutan, harga produk substitusi jasa
pendidikan, dan kebijakan harga jasa pendidikan dari pemerintah. Dalam hal ini,
penentu harga jasa pendidikan adalah penjual jasa pendidikan yang sering kali disebut
monopolis.

Biaya, Dasar penentuan harga jasa pendidikan adalah biaya pendidikan (biaya operasi
dan non operasi sekolah) karena harga jasa pendidikan yang tidak dapat menutup biaya
pendidikan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya, jika tingkat harga jasa pendidikan
melebihi biaya pendidikan maka menghasilkan suatu keuntungan dalam bentuk nilai
tambah (value added) jasa pendidikan.

32
Tujuan Manajer

Penentuan harga jasa pendidikan dapat dikaitkan dengan tujuan sekolah. Setiap
sekolah tidak selalu memiliki tujuan yang sama dengan sekolah lain. Tujuan yang hendak
dicapai sekolah misalnya:

1. pencapaian volume penjualan jasa pendidikan yang tinggi:

2. penguasaan pasar jasa pendidikan yang lebih besar;

3. kembalinya modal investasi yang tertanam dalam jangka waktu tertentu.

Pengawasan dari Pemerintah

Pengawasan dari pemerintah dapat diwujudkan dalam bentuk:

1. penentuan harga maksimum dan minimum jasa pendidikan:

2. kebijakan diskriminasi harga jasa pendidikan:

3. praktik lain yang mendorong atau mencegah usaha sekolah ke arah monopoli jasa
pendidikan.

33
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen merupakan sistem pengaturan sumber daya manusia untuk mencapai


tujuan. Pemasaran adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam
kaitannya dengan pendidikan, jasa dapat didefinisikan sebagai kegiatan lembaga
pendidikan memberi layanan atau menyampaikan jasa pendidikan kepada konsumen
dengan cara memuaskannya. Pemasaran dalam konteks jasa pendidikan adalah sebuah
proses sosial dan manajerial untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan
melalui penciptaan penawaran, pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain dalam
bidang pendidikan.

Harga merupakan sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memproleh produk atau
jasa yang harus diberikan konsumen kepada produsen.Harga dalam konteks jasa
pendidikan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa untuk
mendapatkan jasa pendidikan yang ditawarkan oleh suatu PT. Penetapan harga
merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa kerena harga menentukan
pendapatan dari suatu usaha/ bisnis.

3.2 Saran

Dari beberapa penjelasan di atas tentang penulisan “ Harga Jasa Pendidikan“ pasti
tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat dan penyusunan Makalah
ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan
oleh para pembaca dalam khususnya pembimbing mata kuliah Manajemen Pemasaran
Jasa Pendidikan & PR. Oleh karena itu penulis makalah ini mengharap kepada para
pembaca mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah ini terdapat kritik dan saran
yang sifatnya membangun dalam terselesainya makalah yang selanjutnya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Alma, B. dan R. Hurriyati, 2005. Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Barro, S.M. 1974. "The Impact of Intergovernmental Aid on Public School Spending: Disertasi

Ph.D. yang belum dipublikasikan. Department of Economics, Stanford University.

Chambers, J.G. 1976. "Educational Price Differentials: A Clarification of the Issues". Annual

American Educational Finance Conference 19th, Nashville, Tennessee, hlm. 1-36.

Kotler, P. dan K.F.A. Fox. 1995. Strategic Marketing for Educational Institution. Englewood

Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.

Lamb, H. dan McDaniel. 2001. Marketing. Singapore: Thomson Learning Asia.

Pusdiklat Depdiknas, 2008. Bahan Ajar Diklat Manajemen Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Wijaya, David. 2012. Pemasaran Jasa Pendidikan. Jakarta : Salemba Empat.

35

Anda mungkin juga menyukai