Anda di halaman 1dari 21

PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN: AKREDITASI DAN ISO

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Supervis dan Penjamin Mutu Pendidikan

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag
Jejen Jaenuddin, M. Ed., Ph.D
Dr. Zaenul Yusuf, M.Pd

Oleh:

Ahmad Aji Jauhari Ma’mun (21180181000011)


Kali Maulid Nasution (211801810000018)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019

i
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2

A. Penjamin Mutu Pendidikan ....................................................................................... 2


B. Acuan Mutu Pendidikan ............................................................................................. 4
C. Unit Sistem Penjamin Mutu Pendidikan ................................................................... 5
D. Akreditasi ................................................................................................................... 7
E. ISO (The International Organization for Standardization) ...................................... 13

PENUTUP............................................................................................................................ 17

Kesimpulan .......................................................................................................................... 17

Daftar Pustaka

ii
BAB I
Pendahuluan
Upaya peningkatan mutu menjadi fokus perhatian utama dunia pendidikan dewasa ini.
peningkatan mutu pada prinsipnya adalah menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai manfaat
tinggi serta sesuai dengan kebutuhan. Sesuatu yang bermanfaat tidak berguna apabila tidak
sesuai dengan kebutuhan, demikian pula sebaliknya. Nilai manfaat dan kesesuaian dengan
kebutuhan pelanggan, masyarakat, dunia kerja merupakan aspek-aspek mutu yang amat
penting. Akuntabilitas mutu pendidikan sudah harus menjadi bagian dari sistem pendidikan di
sekolah sesuai dengan tuntutan stakeholders. Banyaknya ragam kebutuhan mendorong
manajemen untuk mengidentiikasi dan melakukan analisis kebutuhan pelanggan dan
selanjutnya menyusun standar mutu sistem dalam proses produksinya sehingga dapat
dijadikan dasar acuan dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Dalam
dunia industri, dikenal adanya standar mutu internasional dalam bentuk International
Standard Organization (ISO), dan organisasi yang telah memenuhi kriteria standar mutu
diberi penghargaan atau sertiikat ISO.

Pada prinsipnya, sistem pendidikan persekolahan memiliki sifat-sifat dan karakter


yang sama dengan organisasi bisnis dalam menghasilkan produk dan kebutuhan pelanggan.
Sekolah memiliki pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Pelanggan interna meliputi
para pendidik/guru, para staf pendukung, dan para pembina sekolah. Sedangkan pelanggan
eksternal, meliputi pelanggan eksternal utama yaitu peserta didik/siswa, pelanggan eksternal
sekunder yaitu orang tua, serta pelanggan eksternal tersier adalah pasaran kerja, pemerintah,
dan masyarakat. Oleh karena itu, sistem pendidikan persekolahan dapat melakukan hal yang
sama dalam penjaminan mutu sebagaimana yang dilakukan oleh organisasi bisnis
dan industri (Sallis, 2007).

Akreditasi menjadi tolak ukur utama bagi mutu sekolah berdasarkan Standar
Pelayanan Minimal (SPM), SPM menjadi landasan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
dalam penjaminan mutu dalam setiap satuan pendidikan, lembaga pendidikan bonefit yang
telah memenuhi SPM dapat mengajukan diri untuk melakukan standarisasi mutu
Internasional ISO , ISO memberikan penilaian yang terpercaya pada kualitas mutu lembaga
pendidikan dengan indikator yang lebih ketat, makalah ini akan memaparkan secara singkat
tentang Akreditasi dan ISO dalam penjaminan mutu pendidikan khususnya di Indonesia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penjamin Mutu Pendidikan

Bagi suatu perusahaan, yang bergerak di bidang manufaktur maupun jasa (termasuk
lembaga pendidikan), penyediaan produk yang berkualitas telah menjadi tuntutan agar dapat
bertahan hidup dalam persaingan (Banks, 1989). Berbagai ahli memberikan definisi tentang
kualitas atau mutu. Reeves dan Bednar (1994) mendefinisikan kualitas sebagai nilai,
kesesuaian dengan suatu yang spesifikasi atau persyaratan tertentu , atau kecocokan manfaat.
Spencer (1994) mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang memuaskan konsumen,
sehingga setiap upaya pengembangan kualitas harus dimulai dari pemahaman terhadap
persepsi dan kebutuhan konsumen. Prakosa (1999) mendefinisikan kualitas sebagai
perbedaan yang dirasakan oleh konsumen atas kualitas yang dijanjikan (promised quality)
dengan kenyataan. Kualitas sangat dipengaruhi oleh harapan pemuasan kepada konsumen
serta kesesuaian teknis (desain dan kinerja yang dihasilkan oleh produk) dengan standar
kualitas yang ditetapkan oleh lembaga produsen.

Berdasarkan definisi di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan
adalah nilai, manfaat, kesesuaian dengan suatu spesifikasi tertentu atas input, proses dan
output pendidikan yang dirasakan oleh konsumen pemakai jasa pendidikan. Jadi, dalam
definisi mutu pendidikan ini tercakup di dalamnya adalah mutu input pendidikan, proses
pendidikan maupun output pendidikan.

a) Mutu input terkait dengan kualitas masukan pendidikan seperti animo masyarakat
untuk mendaftar sebagai calon siswa baru dan tingkat kemampuan siswa baru yang diterima
oleh lembaga pendidikan tersebut. Selain itu jugainstrumental input seperti kurikulum,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta sumber dana yang dimiliki oleh
lembaga pendidikan yang bersangkutan. b) Mutu proses terkait dengan kualitas kegiatan
belajar mengajar, baik pada ”transfer of knowledge” maupun ”transfer of value” di lembaga
pendidikan itu, mulai dari perencanaan pembelajaran, kegiatan pembelajarannya sampai pada
evaluasi hasil pembelajaran yang dilakukan. Mutu proses pendidikan memegang peranan
penting, karena dengan proses yang bermutu akan mampu melahirkan output yang bermutu
juga. c) Mutu output terkait dengan kompetensi yang dimiliki oleh lulusan suatu lembaga

2
pendidikan. Mutu lulusan bisa dilihat dari prestasi belajar, diterimanya studi lanjut di jenjang
di atasnya, maupun prestasi kerja setelah mereka memasuki dunia kerja.

Alat-lat yang dapat digunakan untuk pengendalian kualitas meliputi: (1) Bencmarking
System, (2) Cost of quality system, (3) Flowchart system, (4) Statistical Process control
system, dan (5) sistim problem solving secara sistemetis dan terstruktur (Shea dan Gobell,
1995). Bencmarking system merupakan alat pengendalian kualitas melalui penentuan standar
yang digunakan sebagai patokan/penentuan terhadap tingkat pencapaian. Di Indonesia, mutu
satuan pendidikan baik input, proses maupun outputnya didasarkan atas delapan standar
pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Standar-
standar nasional pendidikan tersebut digunakan untuk melakukan pengkajian, analisis,
pelaporan, dan perbaikan mutu pendidikan agar budaya peningkatan mutu berjalan secara
berkelanjutan. Delapan standar nasional pendidikan menyediakan rujukan untuk mengkaji
mutu pendidikan, saat ini sebagian besar tanggung jawab pendidikan dasar dan menengah
telah didelegasikan kepada pemerintah propinsi, kabupaten/kota, yayasan dan sekolah.

Penjaminan mutu pendidikan adalah serentetan proses dan sistem yang saling
berkaitan untuk mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan data tentang kinerja dan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan, program dan lembaga pendidikan. Proses penjaminan
mutu mengidentifikasi aspek pencapaian dan prioritas peningkatan, penyediaan data sebagai
dasar perencanaan dan pengambilan keputusan serta membantu membangun budaya
peningkatan mutu berkelanjutan. Pencapaian mutu pendidikan untuk pendidikan dasar dan
menengah dikaji berdasarkan delapan standar nasional pendidikan dari BSNP.

Penjaminan mutu akan berkontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan.


Penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah di
Indonesia berkaitan dengan tiga aspek utama yaitu: (1) pengkajian mutu pendidikan, (2)
analisis dan pelaporan mutu pendidikan, (3) peningkatan mutu dan penumbuhan budaya
peningkatan mutu yang berkelanjutan. Hasil riset menunjukkan bahwa sekolah merupakan
pihak yang memberikan kontribusi terbesar terhadap proses dan hasil penjaminan mutu dan
peningkatan mutu pendidikan, sedangkan masyarakat penyelenggara pendidikan dan
pemerintah daerah memberikan fasilitasi dalam pelaksanaan penjaminan mutu tersebut.

3
Diagram 1: Ikhtisar Penjaminan Mutu Pendidikan di Indonesia

(Depdiknas, 2008. Sistem Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan (SP2MP)

B. Acuan Mutu Pendidikan

SPM dan SNP ditetapkan oleh Menteri, sedangkan standar mutu di atas SNP dipilih
oleh satuan atau program pendidikan sesuai prinsip otonomi satuan pendidikan. Standar mutu
di atas SNP dipenuhi oleh satuan atau program pendidikan dan penyelenggara satuan atau
program pendidikan secara sistematis dan bertahap dalam kerangka waktu yang ditetapkan
dalam rencana strategis satuan atau program pendidikan.

1. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Standar Pelayanan Minimal (SPM) dicanangkan sebagai tingkatan minimum layanan


pendidikan. SPM berlaku untuk: (1) satuan atau program pendidikan, (2) penyelenggara
satuan atau program pendidikan, (3) pemerintah kabupaten atau kota, dan (4) pemerintah
provinsi. Namun demikian, dalam implementasinya SPM akan membutuhkan sumberdaya
yang sangat besar, kapasitas SDM serta kapasitas kelembagaan yang sangat tinggi. Oleh
karena itu, SPM digunakan sebagai instrumen untuk mengendalikan implementasi SNP
secara bertahap dan terprogram yang mengukur kinerja pengelolaan pendidikan. Pada
penyusunannya, SPM dikembangkan berfokus pada layanan pada tingkat pemerintah daerah
sebagai penyelenggara pendidikan dan tingkat satuan pendidikan. SPM tingkat satuan

4
pendidikan berisi indikator yang merupakan bagian dari keseluruhan indikator Standar
Nasional Pendidikan (SNP) dalam batasan kapasitas anggaran.

SPM terdiri atas dua elemen, yaitu tingkat daerah dan tingkat satuan pendidikan. SPM
tingkat Pemerintah Daerah mencakup: (1) ketersediaan sarana prasarana dasar, (2)
ketersediaan dan kualifikasi guru, kepala sekolah, dan pengawas, serta (3) proporsi minimal
guru di setiap sekolah yang memenuhi persyaratan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. SPM pada tingkat satuan pendidikan mencakup: (1) proses
pembelajaran, yakni jumlah minggu belajar efektif setiap tahun, persiapan mengajar yang
harus dibuat guru, rencana pembelajaran, dan sebagainya; (2) ketersediaan buku pelajaran
bagi setiap siswa, ketersediaan peralatan laboratorium, dan sebagainya; (3) penilaian
pendidikan yaitu jenis dan frekuensi penilaian oleh guru, penilaian dan pengawasan oleh
kepala sekolah, ujian sekolah, dan sebagainya; serta (4) manajemen sekolah yaitu rencana
anggaran tahunan rencana pengembangan sekolah jangka menengah, peraturan tata tertib
sekolah, dan sebagainya.

2. Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Standar Mutu diatas SNP

SNP sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan dan peraturan perundangan lain yang relevan yaitu
kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. SNP dipenuhi oleh satuan atau program pendidikan dan penyelenggara
satuan atau program pendidikan secara sistematis dan bertahap dalam kerangka jangka
menengah yang ditetapkan dalam rencana strategis satuan atau program pendidikan. Terdapat
delapan SNP yaitu: Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Standar Proses, Standar Pengelolaan, Standar Sarana Prasarana,
Standar Pembiayaan, Standar Penilaian.

Standar mutu di atas SNP berlaku bagi satuan atau program pendidikan yang telah
memenuhi SPM dan SNP. Standar mutu di atas SNP dapat berupa: Standar mutu di atas SNP
yang berbasis keunggulan lokal, dan Standar mutu di atas SNP yang mengadopsi dan/atau
mengadaptasi standar internasional tertentu.

C. Unit Sistem Penjamin Mutu Pendidikan (SPMP)

Dalam melaksanakn penjaminan mutu, pendidikan memiliki beberapa unit kerja


sebagai pelaksana dan pengukur penjaminan mutu pendidikan, unit unit tersebut diantaranya,

5
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Departemen Agama (Depag) , Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP), Badan Akreditasi Nasional (BAN), Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), Direktorat Jenderal
Menejemen Pendidikan Dasar dan Menengah (MPDM), Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang), Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas Pendidikan Provinsi dan
Kanwil Depag Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Satuan Pendidikan.

Tugas unit Penjamin Mutu Pendidikan :

a. Kementrian Pendidikan Nasional dan Departemen Agama, memiliki tugas Mengatur


dan mengkoordinasikan pengembangan kebijakan, regualasi, dan strategi sistem
penjaminan mutu pendidikan.
b. Badan Standar Nasional Pendidikan memiliki kewenangan untuk Menyusun dan
mengembangkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Mengembangkan indikator
pencapaian (IP) yang akan membantu tenaga kependidikan untuk mengukur SNP.
c. Sesuai dengan Permendiknas Nomor 29 Tahun 2005 pasal 7 ayat (1): BAN S/M
memiliki tugas merumuskan kebijakan operasional akreditasi, melakukan sosialisasi
dan melaksanakan akreditasi sekolah/madrasah. Akreditasi sekolah dilakukan untuk
melakukan penilaian terhadap kelayakan suatu sekolah/madrasah berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan dengan mengacu kepada SNP dan SPM, dan hasilnya
selanjutnya dilaporkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan.
d. Menurut Permendiknas Nomor 8 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, pada pasal
2 disebutkan Ditjen PMPTK memiliki tugas merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di bidang peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan nonformal.
e. Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 14
tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, tugas pokok
Ditjen Mandikdasmen adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang manajemen pendidikan dasar dan menengah.

6
f. Balitbang bertugas untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang
pendidikan. Balitbang memiliki fungsi dalam perumusan kebijakan, Pelaksanaan dan
kordinasi penelitian dan pengembangan pendidikan.
g. Menurut Permendiknas No.8 tahun 2007, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) memiliki tugas melaksanakan
pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan.
h. Dalam Permendiknas No.7 Tahun 2008, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP)
diamanatkan untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah,
termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat di provinsi berdasarkan kebijakan
Menteri Pendidikan Nasional.

D. Akreditasi

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional secara bertahap, terencana dan
terukur sesuai amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, BAB XVI Bagian Kedua Pasal 60 tentang Akreditasi, Pemerintah melakukan
akreditasi untuk menilai kelayakan program dan/atau satuan pendidikan. Berkaitan dengan
hal tersebut, Pemerintah telah menetapkan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah
(BAN-S/M) dengan Peraturan Mendiknas Nomor 29 tahun 2005. BAN-S/M adalah badan
evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah jalur formal dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan. Sebagai institusi yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada
Mendiknas, BAN-S/M bertugas merumuskan kebijakan operasional, melakukan sosialisasi
kebijakan dan melaksanakan akreditasi sekolah/madrasah. Dalam melaksanakan akreditasi
sekolah/ madrasah, BAN-S/M dibantu oleh Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah
(BAP-S/M) yang dibentuk oleh Gubernur, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, khususnya Pasal 87 ayat (2). Pemerintah
Indonesia dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan tercermin melalui keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.087/U/2012 pada tanggal 4 Juni 2002 telah
diterbitkan ketetapan mengenai akreditasi sekolah yang baru. Jika dulu hanya sekolah swasta
saja yang harus diakreditasi atau yang terkena peraturan tersebut, sedangkan sekarang
sekolah negeri pun harus terakreditasi pula.

Akreditasi adalah proses penilaian dengan indikator tertentu berbasis fakta, Asesor
melakukan pengamatan dan penilaian sesuai realitas, tanpa ada manipulasi (Asmani, 2011).

7
Secara terminologi, akreditasi didefinisikan sebagai suatu proses penilaian kualitas dengan
menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan dan bersifat terbuka. Dalam konteks
akreditasi sekolah dapat diberikan pengertian sebagai suatu kegiatan penilaian kelayakan
suatu suatu sekolah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Badan Akreditasi Sekolah
yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan. (Anwar Arifin:
2005).

Dalam buku pedoman akreditasi madrasah, akreditasi ditafsirkan sebagai suatu proses
penilaian kualifikasi dengan menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan dan bersifat
terbuka.Jika proses penilaian kualitas madrasah, baik madrasah negeri maupun madrasah
swasta dengan menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah atau
lembaga akreditasi, hasil penelitian tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk memelihara
dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pelayanan lembaga yang bersangkutan.
Peringkat akreditasi sekolah berlaku selama 4 (empat) tahun terhitung sejak ditetapkan
peringkat akreditasinya, sekolah diwajibkan permohonan akreditasi ulang, sebelum 6 (enam)
bulan masa berlakunya peringkat akreditasi berakhir, dan bagi sekolah yang peringkat
akreditasinya berakhir masa berlakunya dan menolak untuk diakreditasi ulang oleh badan
akreditasi sekolah (BAS) maka peringkat akreditasi yang bersangkutan dinyatakan tidak
berlaku.

Akreditasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran keadaan kinerja
madrasah dalam menyelenggarkan pendidikan, sebagai dasar yang dapat digunakan sebagai
alat pembinaan dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di madrasah.
(Depag: 2008), Dalam keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor
087/U/2002 tentang kreditasi sekolah pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan akreditasi sekolah
adalah untuk Memperoleh gambaran kinerja sekolah yang dapat digunakan sebagai alat
pembinaan, pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dan Menentukan tingkat
kelayakan suatu sekolah dalam menyelenggarakan pelayanan pendidikan.

Akreditasi sekolah berfungsi sebagai a) Perlindungan masyarakat (Quality assurance).


Agar masyarakat memperoleh jaminan tentang kualitas pendidikan sekolah yang akan
dipilihnya sehingga terhindar dari adanya praktek yang tidak bertanggungjawab. b)
Pengendalian mutu (Quality control) agar sekolah mengetahui kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya, sehingga dapat menyusun perencanaan pengembangan secara berkesinambungan.
Dan c) Pengembangan mutu (Quality improvement) agar sekolah merasa terdorong dan

8
tertantang untuk selalu mengembangkan dan mempertahankan kualitasnya serta berupaya
menyempurnakan dari berbagai kekurangannya.(Depag : 2008)

Prinsip-prinsip yang dijadikan pijakan dalam melaksanakan akreditasi sekolah/


madrasah adalah objektif, komprehensif, adil, transparan, akuntabel dan profesional.

a. Objektif, Akreditasi sekolah/madrasah pada hakikatnya merupakan kegiatan


penilaian tentang kelayakan penyelenggaraan pendidikan yang ditunjukkan oleh
suatu sekolah/ madrasah. Dalam pelaksanaan penilaian ini berbagai aspek yang
terkait dengan kelayakan itu diperiksa dengan jelas dan benar untuk memperoleh
informasi tentang keberadaannya. Agar hasil penilaian itu dapat menggambarkan
kondisi yang sebenarnya untuk dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan
maka dalam prosesnya digunakan indikator-indikator terkait dengan kriteria-
kriteria yang ditetapkan.
b. Komprehensif, Dalam pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah, fokus penilaian
tidak hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu saja tetapi juga meliputi berbagai
komponenpendidikan yang bersifat menyeluruh. Dengan demikian, hasil yang
diperoleh dapat menggambarkan secara utuh kondisi kelayakan sekolah/madrasah
tersebut.
c. Adil, Dalam melaksanakan akreditasi, semua sekolah/madrasah harus
diperlakukan sama dengan tidak membedakan sekolah/madrasah atas dasar kultur,
keyakinan, sosial budaya, dan tidak memandang status sekolah/madrasah baik
negeri ataupun swasta. Sekolah/Madrasah harus dilayani sesuai dengan kriteria
dan mekanisme kerja secara adil dan/atau tidak diskriminatif.
d. Transparan, Data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan akreditasi
sekolah/madrasah seperti kriteria, mekanisme kerja, jadwal serta sistem penilaian
akreditasi dan lainnya harus disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh
siapa saja yang memerlukannya.
e. Akuntabel, Pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah harus dapat
dipertanggungjawabkan baik dari sisi penilaian maupun keputusannya sesuai
dengan aturan dan prosedur yang telah ditetapkan.
f. Profesional Pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi.

9
Komponen-komponen yang harus dievaluasi (dinilai) dalam akreditasi sekolah
meliputi: Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidikan Dan
Tenaga Kependidikan, Standar Sarana Dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan.

a. Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.Standar isi memuat
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dan kalender pendidikan atau akademik.
b. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
c. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.Standar kompetensi lulusan meliputi
kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan mata
kuliah atau kelompok mata kuliah.
d. Standar Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Pendidiak harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
akademik yang dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi
oleh seorang.
e. Standar Sarana Dan Prasarana, Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang
meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
f. Standar Pengelolaan, Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
g. Standar Pembiayaan, Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya
operasi, dan biaya personal.Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal
kerja tetap.Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi:

10
- Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada
gaji.
- Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
- Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, komunikasi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya.
h. Standar Penilaian, Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
terdiri atas: a) Penilaian hasil belajar oleh pendidik, b) Penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan dan c) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah . (Eka Prihatin, 2011)

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor.


087/U/2002,Tentang Akreditasi Sekolah dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI
Nomor 039/0/2003 Tentang Badan Akreditasi Sekolah Nasional, Sekolah yang akan
diakreditasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki surat keputusan kelembagaan unit pelaksana teknis (UPT) sekolah.


b. Memiliki siswa pada semua tingkatan kelas.
c. Memiliki sarana dan prasarana pendidikan.
d. Memiliki tenaga kependidikan.
e. Melaksanakan kurikulum nasional.
f. Telah menamatkan peserta didik.

Untuk menentukan peringkat akreditasi sekolah dibutuhkan alat atau instrument


pengaturan yang disebut instrument akreditasi disusun berdasarkan standar akreditasi sekolah
yang telah ditetapkan.Artinya penyusun instrument akreditasi sekolah harus bersumber pada
standar akreditasi sekolah yang bersangkutan. Masing-masing komponen sekolah tersebut
kemudian dibuat indikator dan bobot nilainya secara rinci untuk digunakan sebagai
instrument penilaian dalam akreditasi sekolah.Skala yang digunakan untuk memberikan nilai
setiap komponen menggunakan angka 1 sampai dengan 100. Kategori untuk pengolahan nilai
adalah sebagai berikut (Arikunto, 2008) :

Nilai Peringkat
81 – 100 A
60 – 80 B
0 – 59 C

11
Ruang lingkup akreditasi sekolah/ madrasah meliputi TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,
SMPLB, SMA/MA, SMK/MAK, dan SMLB, baik bersetatus negri maupun swasta, untuk
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,SMA/MA akreditasi dilakukan terhadap kelembagaan secara
menyeluruh, sedangkan SMK/MAK akreditasi dilakukan terhadap program keahlian, untuk
TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMLB akreditasi dilakukan terhadap kelembagaan sesuai
dengan jenis kelainannya (Kekhususannya).

Untuk Peguruan Tinggi akreditasi dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional


Perguruan Tinggi (BAN-PT). Wewenang BAN-PT mengeluarkan akreditasi dimulai sejak
1994 berdasarkan UU No. 02 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional dan diperkuat
dengan PP No. 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi. Kriteria penilaian akreditasi
lembaga perguran tinggi adalah sebagai berikut :

a) Izin Penyelenggaraan Pendidikan tinggi


b) Persyaratan dan kelayakan penyelenggaraan pendidikan tinggi.
c) Relevansi penyelenggaraan program pendidikan dengan pembangunan.
d) Kinerja perguruan tinggi
e) Efisiensi pengelolaan perguruan tinggi.

Sedangkan kriteria penilaian untuk akreditasi program studi antara lain :

a) Identitas
b) Izin pengelenggaraan program studi
c) Kesesuain penyelenggaraan program studi dengan peraturan perundang undangan
d) Relevansi penyelenggaraan program studi
e) Sarana dan prasarana
f) Efisiensi penyelenggaraan Program studi
g) Produktifitas program studi
h) Mutu Tulisan

Klasifikasi penilaian untuk semua kriteria tersebut ditentukan oleh tiga aspek, yaitu
mutu (50%), efisiensi (25%), dan relevansi (25%). Setelah melalui penghitungan semua nilai
kriteria akan dikonveriskan sebagai berikut:

Nilai Peringkat
0 – 400 NA

12
401 – 500 C
501 – 600 B
601 – 700 A

E. ISO (The International Organization for Standardization)

ISO adalah Standar Internasional untuk organisasi (International Organization for


Standardization). ISO adalah badan penetap standar internasional yang terdiri dari wakil-
wakil dari badan standardisasi nasional setiap negara. Lembaga ISO Didirikan pada 23
Februari 1947, Lembaga ISO menetapkan standar-standar industrial dan komersial dunia.
ISO awalnya dibentuk untuk membuat dan memperkenalkan standardisasi
Internasional untuk apa saja. Standar yang sudah kita kenal antara lain standar jenis film
fotografi, ukuran kartu telepon, kartu ATM Bank, ukuran dan ketebalan kertas dan lainnya.
Dalam menetapkan suatu standar, ISO mengundang wakil anggotanya dari 130 negara untuk
bersama-sama membahas standarisasi dalam Komite Teknis (TC), Sub Komite (SC) dan
Kelompok Kerja (WG).

Indonesia pada tahun 1992 mengadopsi ISO 9000 series menjadi Standar Nasional
Indonesia yang disebut dengan SNI 19-9000 series dan dalam penulisannya terkadang disebut
ISO 9000 / SNI 19-9000. Tujuannya adalah untuk dapat memberikan jaminan mutu yang
lebih baik terhadap produk atau jasa di Indonesia. Jenis Standarisasi Nasional Indonesia SNI
19-9000 series terdiri dari :

a) SNI 19-9000, Manajemen Mutu dan Jaminan Mutu – Pedoman untuk pemilihan dan
penggunaan. Pedoman ini membantu untuk memilih dan menggunakan dengan benar.
b) SNI 19-9001, Sistem Mutu – Model Jaminan Mutu dalam Desain, Pengembangan,
Produksi, Pemasangan dan Pelayanan.
c) SNI 19-9002, Sistem Mutu – Model Jaminan Mutu dalam Produksi, Pemasangan dan
Pelayanan.
d) SNI 19-9003, Sistem Mutu – Model Jaminan Mutu dalam Inspeksi dan Uji Akhir.
e) SNI 19-9004, Unsur-unsur Manajemen dan Sistem Mutu Pedoman. Standar ini
menyediakan atau sebagai pedoman mengenai unsur-unsur dasar yang membuat suatu
sistem mutu dan membahas cara untuk meyakinkan keefektifannya.

13
ISO 9001 merupakan standar internasional di bidang sistem manajemen mutu. Suatu
lembaga/organisasi yang telah mendapatkan akreditasi (pengakuan dari pihak lain yang
independen) ISO tersebut, dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan internasional dalam
hal manajemen penjaminan mutu produk/jasa yang dihasilkannya.

1. Manfaat Sertifikasi ISO 9001/ SNI 19-9001 untuk Sekolah:


a) Membuat masyarakat lebih dapat mempercayai manajemen sekolah dan juga bisa
membuat sekolah lebih jelas dalam mengembangkan sistem pendidikannya.
b) Meningkatkan kualitas layanan sekolah.
c) Meningkatkan proses belajar mengajar yang nantinya berjalan dengan terarah, dapat
diterima dengan mudah dan juga nyaman yang akan membuat pelajaran dapat dengan
mudah untuk di mengerti.
d) Membuat manajemen mutu dalam memberikan penjelasan yang mudah dimegerti
dalam diterapkannya hak dan kewajiban pengajar, siswa serta staf lainnya yang
berada di lingkungan sekolah.
e) Meningkatkan akreditas sekolah, yang nantinya berguna untuk sekolah bisa dilihat
oleh masyarakat dan membuat masyarakat memilih sekolah yang mempunyai
akreditas yang baik dan juga dapat bersaing dengan sekolah lainnya.

2. Syarat Sertifikasi ISO di dalam pendidikan

Lembaga pendidikan atau sekolah yang telah memiliki sertifikat ISO akan lebih
mudah bersaing di masyarakat dan lebih mudah menarik simpati masyarakat. Namun untuk
mendapatkan sertifikat ISO untuk sekolah tidaklah mudah, keseriusan dan campur tangan
semua komite sekolah sangatlah diperlukan. Berikut beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi ketika sebuah sekolah ingin memiliki sertifikat ISO, yaitu:

a) Mempunyai komitmen dan juga sistem terhadap mutu pelajaran


b) Mempunyai perjanjian antara pihak sekolah dan pihak dari siswa atau orang tua
c) Harus memiliki aturan seliksi dalam ujian masuk sekolah
d) Harus mempunyai catatan siswa dalam proses kemajuan pelajar
e) Harus bisa mengembangkan dan menyampaikan kurikulum dan juga mempunyai
srategi dalam proses pengajaran dan pembelajaran di sekolah
f) Harus melakukan pencatatan terhadap penilaian yang nantinya mencakup semua
prestasi siswa

14
g) Harus mempunyai fasilitas dan lingkungan yang memadai yang nantinya bisa di
manfaatkan oleh siswa, dan juga harus mempunyai organisasi yang dapat di ikuti oleh
siswa, dan juga mempunyai tempat untuk memenuhi permintaan atau memberikan
kritikan terhadap sekolah.
h) Harus ada tindakan jika siswa gagal dalam proses pembelajaran, dan tindakan
perbaikan terhadap siswa yang gagal tersebut
i) Harus mempunyai layanan pendukung siswa seperti adanya ruang konseling dan juga
harus mempunyai tempat untuk pengarahan tutorial, serta kesejahteraan
j) Harus ada pelatihan untuk pengembangan staf sekolah lainnya seperti prosedur dalam
penilaian dan lain sebagainya.

3. Langkah Langkah Menerapkan ISO 9001 / SNI 19-9001:

a) Proses penerapan mutu dimulai dari manajemen puncak didalam perusahaan.


b) Tahap pertama adalah Persiapan segala sesuatunya sesuai dengan klausul yang
ada > dipraktekkan dalam semua fungsi bidang atau divisi dalam organisasi
sebagaimana persyaratan standar yang dipakai.
c) Permohonan diajukan kepada Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu yang telah
diakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional (misal Sumitomo).
d) Tahapan dan langkah-langkah dalam menerapakan standar ISO 9001/SNI 19-
9001 :
a. Tahap Persiapan Dasar merupakan tahapan atau langkah awal yang harus
dilakukan oleh suatu organisasi/perusahaan. Langkah ini masih melibatkan
lapisan manajemen dan sejumlah personal. Mulai dari menyatakan komitmen
sampai dengan menetapkan kebutuhan sumber daya yang diperlukan.
b. Tahapan Pengembangan dan Penerapan Sistem. Dalam tahapan ini berisi
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh organisasi dengan melibatkan
banyak personal, mulai dari menyelenggarakan penyuluhan dan melaksanakan
sendiri kegiatan audit mutu internal serta tindakan perbaikannya sampai
dengan melakukan pemilihan lembaga sertifikasi yang cocok bagi suatu
perusahaan.

15
4. Faktor Penyebab Kegagalan Utama Sekolah Dalam Penerapan Sistem ISO 9001

Hasil pemantuan dan analisis sederhana dari Tim IDEA Consultant ISO menunjukan
bahwa lima faktor penyebab utama kegagalan sekolah dan organisasi lain dalam menerapkan
sistem ISO 9001 adalah sebagai berikut :

a) Kurang adanya komitmen dari manajemen


b) Penerapan persyaratan sistem ISO 9001:2008 yang kurang benar
c) Adanya dualisme atau lebih sistem manajemen (dikotomi manajemen)
d) Struktur organisasi dan kurangnya kejelasan tugas dalam organisasi
e) Tidak adanya dukungan sumber daya yang memadai

16
PENUTUP

Kesimpulan

Mutu pendidikan adalah nilai, manfaat, kesesuaian dengan suatu spesifikasi tertentu
atas input, proses dan output pendidikan yang dirasakan oleh konsumen pemakai jasa
pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan adalah serentetan proses dan sistem yang saling
berkaitan untuk mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan data tentang kinerja dan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan, program dan lembaga pendidikan. Penjaminan dan
peningkatan mutu pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah di Indonesia berkaitan
dengan tiga aspek utama yaitu: (1) pengkajian mutu pendidikan, (2) analisis dan pelaporan
mutu pendidikan, (3) peningkatan mutu dan penumbuhan budaya peningkatan mutu yang
berkelanjutan.

Acuan mutu pendidikan adalah Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai tingkatan
minimum layanan pendidikan, Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang terdiri dari 8 Standar
yaitu: Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Standar Proses, Standar Pengelolaan, Standar Sarana Prasarana, Standar
Pembiayaan, Standar Penilaian dan Standar mutu di atas SNP berlaku bagi satuan atau
program pendidikan yang telah memenuhi SPM dan SNP. Standar mutu di atas SNP yang
mengadopsi dan/atau mengadaptasi standar internasional tertentu.

Akreditasi digunakan sebagai instrumen penjaminan mutu bagi setiap satuan


pendidikan, penilaian kualifikasi menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan dan
bersifat terbuka. Prinsip-prinsip yang dijadikan pijakan dalam melaksanakan akreditasi
sekolah/ madrasah adalah objektif, komprehensif, adil, transparan, akuntabel dan profesional.
Sedangakan ISO merupakan standar internasional di bidang sistem manajemen mutu. Suatu
lembaga/organisasi yang telah mendapatkan akreditasi (pengakuan dari pihak lain yang
independen) ISO tersebut, dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan internasional dalam
hal manajemen penjaminan mutu produk/jasa yang dihasilkannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar, (2005). Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-
undang SISDIKNAS, Jakarta : Departemen Agama.

Asmani, Jamal Ma’mur, 2011, Tips praktis membangun dan mengolah administrasi sekolah,
Jogjakarta : Diva Press.

Bahan Ajar “Focused short course data management training for targeted provincial quality
assurance institutions (LPMPs) staff members” Sekolah Pasca Sarjana UPI
bekerjasama dengan AUSAID (Disetarakan dengan 15 SKS), Tanggal 4 Januari – 14
April 2010).

Barbara A. Spencer, 1994. Models of Organization and Total Quality Management: A


Comparison and Critical Evaluation , Academy of Management Review, Vol. 19, No.
03 Special Issue: “Total Quality”,pp.446-471, Published by : Academy of
Management.

Dandy, Alexandra. Mengenal Jenis Standar Iso. Diakses melalui


http://www.bikasolusi.co.id/ pada hari Senin, 18 November 2019 pukul 20.12 WIB)

Departemen Agama RI, 2008. Pedoman Akreditasi Madrasah, Jakarta : Direktorat.


Kelembagaan Agama Islam .

Depdiknas, 2008. Sistem Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan (SP2MP)

Gobell, D & Shea, J., 1995, TQM : The Experience of 10 small Business, Business Horizons,
vol. 20,pp 125-135.

Kementrian Pendidikan Nasional 2011. Kajian Analisis Sistem Akreditasi Sekolah/Madrasah


Dalam Rangka Reformasi Birokrasi Internal.

Mas, Sitti Roskina., 2017. Pengelolaan Penjamin Mutu Pendidikan. Yogyakarta : Zahir
Publishing.

Peraturan Mendiknas Nomor 29 tahun 2005 tentang BAN-S/M.


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Permendiknas No.7 Tahun 2008, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP)

Permendiknas Nomor 29 Tahun 2005 pasal 7 ayat (1)

Permendiknas Nomor 8 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Prihatin, Eka,. 2011. Menejemen Peserta Didik. Bandung : Alfabeta.

Reeves C. and D. Bednar,1994. Defining Quality : Alternatives and Implications, Academy


of Management Review, Vol. 19, No. 4, 1994, pp.419-445. (Jul., 1994) Published by :
Academy of Management

Sallis, E. 2007.Total Quality Management In Education; Manajemen Mutu Pendidikan.


Ircisod: Jogyakarta.

Suharsimi Arikunto, 2008. Penilaian Program Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB XVI
Bagian Kedua Pasal 60 tentang Akreditasi.

Anda mungkin juga menyukai