berbagai bagian dari sistem untuk memastikan bahwa mutu produk atau layanan yang
stakeholders (user) memperoleh kepuasan. Selain itu terdapat dua konsep dalam
penjaminan mutu yaitu konsep klasik dan konsep modern. Mutu dalam konsep klasik
konsumen. Maksudnya, dalam konsep mutu klasik derajat baiknya produk, barang atau
jasa dinilai oleh suatu lembaga itu sendiri sedangkan konsep mutu modern derajat mutu
atau penilaian bergantung pada pasar atau pelanggan. Pada kenyataanya definisi mutu
tidak sesederhana itu, Lyod Dobbins dan Crawford mason Ketika mewancarai beberapa
penulis menyimpulkan bahwa “Tidak ada 2 orang yang berbicara dengan kami dapat
Steward, seorang Konsultan di Mc. Kinsey “Tidak ada sebuah definisi mengenai mutu.
Mutu adalah perasaan menghargai bahwa seseutu itu lebih baik daripada yang lain.
Perasaan itu barulah sepanjang waktu, dan berubah dari generasi ke generasi, serta
Aan komariyah (2010) menyatakan bahwa mutu merupakan suatu ukuran penilaian
atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang atau jasa tertentu
adalah sesuai yang disyaratkan atau distandarkan sesuai dengan standar mutu yang telah
ditentukan, baik inputnya, prosesnya maupun outputnya. Mutu dalam konsep Deming
konsumen, yaitu sesuai dengan harapan konsumen atas produk yang dihasilkan oleh
sebagai produk atau jasa, bukan seperti yang ditetapkan oleh pemasok, malinkan seperti
yang diinginkan oleh konsumen atau klien untuk produk dan jasa yang diinginkannya
Namun demikian, terdapat kriteria umum yang telah disepakati bahwa sesuatu itu
dikatakan bermutu, pasti ketika sesuatu itu bernilai baik atau mengandung makna yang
baik serta sudah diakui oleh konsumen dan sudah terstandarisasi dengan kesiapan
akreditasi, akuntabilitas, daya saing, dan efisensi, sehingga kepuasan pelanggan adalah
yang utama. Jadi proses yang baik, output yang baik sampai poada pelayanan yang baik,
semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu memelihara dan meningkatkan mutu secara
berkelanjutan.
Dalam konteks pendidikan dikatakan “bermutu” jika input, proses, dan outputnya
dapat memenuhi persyaratan yang dituntut oleh pengguna jasa pendidikan. Bila
stakeholders, maka suatu lembaga pendidikan baru dapat dikatakan unggul. Lantaran
2|P age
tuntutan persyaratan kualitas yang dikehendaki para user terus berubah dan berkembang,
makna pengertian mutu juga bersifat dinamis dan terus berkembang (Qomar, 2009:206).
karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan,
Mutu tidak lahir dan berdiri sendiri, melainkan melibatkan banyak faktor untuk
kelahirannya. Di antara yang terlibat tersebut adalah sistem penjaminan mutu (Quality
Assurance System). Sistem inilah yang akan mengawal mutu lembaga pendidikan, yang
termasuk pendidikan di sekolah, dan sistem inilah yang akan bertanggung jawab pada
input, proses, dan output pendidikan. Input dinyatakan bermutu jika siap berproses.
Aktif, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan, dan Bermakna. Output, dinyatakan bermutu jika
hasil belajar akademik dan non akademik siswa tinggi. Outcome, dinyatakan bermutu
apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, menjadi wirausahawan yang
monitoring, evaluasi, atau kajian mutu. Kegiatan penjaminan mutu tertuju pada proses
standar minimum pada komponen input, komponen proses, dan hasil atau outcome,
mutu merupakan cara mengatur semua kegiatan dan sumber daya pendidikan yang
dikelompokkan menjadi dua, yaitu internal customer dan external customer. Internal
customer yaitu siswa atau mahasiswa sebagai pembelajar, dan external customer yaitu
2016 tentang sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah diarahkan untuk
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem penjaminan Mutu Eksternal (SPME).
Sistem Penjaminan Mutu Internal merupakan sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan
dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen satuan pendidikan yang
sumber daya untuk mencapai SNP yang ditetapkan oleh satuan pendidikan dan dituangkan
dalam pedoman pengelolaan satuan pendidikan. SPMI Dikdasmen dituangkan dalam lima
dokumen, yaitu (1) dokumen kebijakan SPMI, (2) dokumen manual SPMI, (3) dokumen
standar dalam SPMI, (4) dokumen formular yang digunakan dalam SPMI, dan (5)
dokumen pendukung. Agar SPMI Dikdasmen berjalan dengan baik di satuan pendidikan
diperlukan unsur penjaminan mutu dalam bentuk tim penjaminan mutu sekolah yang
independent di luar manajemen sekolah yang setidaknya terdiri dari unsur manajemen,
4|P age
Keberhasilan SPMI dapat dilihat dari tiga indikator. Pertama, indikator keluaran,
indikator hasil, yaitu apakah proses pembelajaran serta pengolahan satuan pendidikan
budaya mutu di satuan pendidikan serta adanaya peningkatan mutu hasil belajar. Terdapat
dan integritas.
yang dilaksankan oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akreditasi dan lembaga
standarisasi pendidikan. Siklus SPME dilaksanakan oleh pemerintah pusat, provinsi dan
Pertama, siklus fasilitasi peningkatan mutu. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemetaan
pendidikan, monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu dan fasilitasi
peningkatan mutu secara berkelanjutan oleh pemerintah pusat bekerja sama dengan
dibantu oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP). Fasilitasi oleh pemerintah
provinsi dilaksanakan oleh dinas pendidikan provinsi dibantu oleh tim penjaminan mutu
Kemendikbud.
Dikembangkan secara berkelanjutan oleh BSNP melalui evaluasi pemenuhan SNP oleh
satuan pendidikan, penetapan SNP dan penyusunan strategi peningkatan mutu pendidikan
oleh satuan pendidikan. Ketiga, siklus akreditasi satuan pendidikan. Secara berkelanjutan
dikembangkan oleh BAN-S/M melalui evaluasi mutu satuan pendidikan, audit mutu
BAN-S/M memanfaatkan data dan informasi hasil pemetaan mutu pendidikan yang
Tujuan dari SPMI dan SPME yaitu: (1) untuk mengendalikan penyelenggaraan
pendidikan oleh satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
sehingga terwujud pendidikan yang bermutu, dan (2) untuk menjamin pemenuhan standar
pada satuan pendidikan secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan
berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri. Oleh karena itu, system
penjaminan mutu pendidikan pada dasarnya adalah mengawal satuan pendidikan dalam
dalam meningkatkan mutu pendidikan, yaitu (1) efektivitas proses pembelajaran bukan
6|P age
internalisasi mengembangkan aspekkognitif, afektif, dan psikomotor dan kemandirian,
(2) kepemimpinan kepala sekolah akan mendorong terwujudnya visi, misi, tujuan,
kependidikan yang efektif, (4) sekolah memiliki budaya mutu, (5) sekolah memiliki team
work yang kompak, cerdas dan dinamis karena output pendidikan merupakan hasil
kolektif bukan hasil individu guna memperoleh mutu yang kompetitif, (6) sekolah
memiliki kemandirian, yaitu kemampuan untuk bekerja secara maksimal dengan tidak
tergantung petunjuk dari atasan dan memiliki sumber daya manusia yang potensial, (7)
partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Keterkaitan dan keterlibatan pada sekolah
harus tinggi dilandasi oleh rasa tanggung jawab melalui loyalitas dan dedikasi sebagai
lebih baik dalam peningkatan mutu pendidikan, (10) sekolah melakukan evaluasi
sumber daya manusia, (11) sekolah memiliki akuntabilitas sebagai tanggung jawab
terhadap keberhasilan program sekolah yang telah dilaksanakan, dan (12) output sekolah
penekanannya kepada lulusan yang mandiri dan memenuhi syarat pekerjaan (qualified)
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu. Hal tersebut telah tercantum dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian dibentuk pula
Badan Standard Nasional Pendidikan (BNSP) sebagai badan yang menentukan 8 standar
Kemudian pada tahun 2013 dengan diterapkannya Kurikulum 2013 maka pemerintah
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada Pasal 2A disebutkan bahwa
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagaimana dimaksud dalam pasal 2ayat (1)
digunakan sebagai acuan utama pengembangan Standar Isi, Standar Proses, Standar
Artinya, bahwa semua standar harus memiliki kontribusi dalam pencapaian Standar
tercantum pada Pasal 69 bahwa (1) setiap peserta didik jalur pendidikan formal
pendidikan dasar dan menengah dan jalur pendidikan non formal kesetaraan berhak
8|P age
mengikuti UN dan berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan.
Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap penjaminan mutu pada sekolah ternyata
belum dapat memberikan substansi mutu satuan pendidikan yang sebenarnya. Hal
administratif, sehingga dari sisi hasil belum memuaskan. Badan Akreditasi Nasional
sistem akreditasi, mulai dari tatanan perubahan paradigma lama ke paradigma baru, dari
dengan paradigma baru tersebut telah diturunkan menjadi instrument akreditasi baik yang
Insterumen tersebut diberi nama Instrumen Akreditasi Satuan Pendidikan (IASP) Tahun
untuk mewujudkan fungsi manusia sebagai hamba dan pemimpin di muka bumi, sehingga
pendidikan harus dilakukan secara sadar dan terencana. Dalam pendidikan, manusia
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pribadi
yang unggul dan handal, serta memiliki budaya kerja keras, grit, jujur, berpikir kritis,
kreatif, dan mandiri yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Kajian tentang landasan sosiologi pengembangan IASP-2020 meliputi tiga aspek kajian
yang relevan: (1) pendidikan sebagai instrumen mewujudkan cita-cita dan nilai-nilai
sosial masyarakat, (2) fungsi dan peranan pendidikan dalam mendorong integrasi sosial,
dapat mengemban cita-cita, misi, tujuan dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang
berakar dan berkembang sebagai nilai-nilai utama dalam masyarakat. Karena itu,
mentransformasikan nilai-nilai sosial masyarakat ke dalam visi, misi, tujuan dan strategi
pada beberapa regulasi yang relevan: (1) UU 20/2003 Pasal 60 Ayat 3: Akreditasi
dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka; (2) PP 19/2005 Pasal 86 Ayat 3:
Akreditasi sebagai bentuk akuntabilitas publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan,
dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada
Standar Nasional Pendidikan; dan (3) Permendikbud 13/2018 yakni tugas BAN meliputi:
(a) menetapkan kebijakan dan pengembangan sistem Akreditasi sesuai prinsip perbaikan
mutu berkelanjutan secara nasional; (b) merumuskan kriteria dan perangkat Akreditasi
IASP 2020 sebagai perangkat kebijakan publik, maka perangkat akreditasi baru harus
akreditasi tetap harus memiliki karakteristik sebagai instrumen diagnostik para tingkatan
10 | P a g e
menyelenggarakan proses pembelajaran yang berkualitas; (2) lingkup informasi yang
harus digali harus reasonable; (3) instrumen akreditasi harus meaningful dan
meaningful bagi proses pembelajaran dan mana yang belum; (4) instrumen memiliki
dilakukan secara lebih praktis, dengan waktu yang cukup pendek; dan (6) mekanisme
Implementasi IASP 2020 perlu didukung oleh perubahan sistem dan tata kelola
Sekolah/Madrasah dan Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan NonFormal. Perubahan perlu dilakukan dengan sistem dan tata kelola
pelaksanaan akreditasi. Selain itu, perlu juga dirumuskan pedoman umum akreditasi yang
Paradigma baru yang berbasis performance yang diukur bukan sekedar pemenuhan
yaitu melaksanakan proses pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Yang
menjadi variabel utama untuk dinilai dalam akreditasi baru adalah mutu lulusan, proses
11 | P E N J A M I N A N M U T U D I S E K O L A H
menggali sumber-sumber input dan mengelolanya untuk mendukung proses
Data kualitas lulusan idealnya digali dari data setelah mereka lulus, misalnya
performance mereka setelah melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi atau bekerja
Oleh karena itu dapat juga data tracer tersebut dilengkapi dengan kompetensi dan karakter
siswa saat lulus (output) atau bahkan menjelang lulus (masih berada di sekolah). Dalam
konsep TQM kepuasan pengguna lulusan (sekolah/madrasah lebih tinggi tempat lulusan
melanjutkan atau tempat kerja lulusan) menjadi salah satu indikator mutu lulusan.
Kompetensi tentu tidak hanya yang berupa ranah kognitif tetapi harus juga mencakup
ranah psikomotor dan afektif, seperti misalnya dalam konsep 4-C atau sejenisnya dalam
referensi tentang 21st centry skills. Ranah afektif perlu mendapat perhatian khusus,
karena penelitian mutakhir menunjukkan bahwa aspek inilah yang menjadi salah satu
12 | P a g e
kunci utama kesuksesan lulusan ketika sudah terjun di masyarakat. Apalagi hal itu sejalan
Proses pembelajaran di sekolah/madrasah pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu
kehidupan (ranah afektif atau karakter). Proses pendidikan harus dimaknai proses yang
terjadi dan bukan sekedar ketersediaan input, misalnya aturan, sarana-prasarana yang
sebagainya. Shifting paradigm dari teaching ke learning harus mendapat perhatian dalam
menyusun instrumen akreditasi untuk aspek proses pendidikan. Kepuasan siswa dalam
mengikuti proses belajar, sehingga termotivasi belajar merupakan salah satu ukuran.
guru dalam memanfaatkan input pendidikan yang tersedia atau dapat dijangkau. Seiring
dengan pemikiran itu, temuan penelitian bahwa mutu pembelajaran ditentukan oleh
inovasi guru dalam mengelola kelas (classroom management) perlu mendapat perhatian.
Hal sama juga berlaku pada budaya sekolah/madrasah (school culture/school climate),
menyediakan sarana-prasarana.
mengendalikan proses pendidikan melalui manajemen guru. Oleh karena itu kemampuan
13 | P E N J A M I N A N M U T U D I S E K O L A H
sekolah/madrasah menjadi faktor penentu. Kepuasan guru dan karyawan merupakan
sarana-prasarana dan anggaran akan menjadi tahap awal pra akreditasi sebagai prasyarat
minimal yang akan diakreditasi. Input minimal harus dimaknai sebagai input minimal
agar proses pendidikan berjalan dan bukan mempersyaratkan input-input formal yang
14 | P a g e
Secara konkret, mekanisme pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah terlihat dalam
Gambar 1.2. Pada Gambar tersebut terdapat 3 (tiga) bagian besar yang sangat penting,
yakni:
memasukan data dan informasi ke dalam sistem monitoring terkait kinerja satuan
pendidikan (indikatornya akan ditetapkan oleh BAN S/M). Input data dan
akreditasi ulang bisa dilakukan paling cepat 2 (dua) tahun setelah terbitnya
sertifikat akreditasi.
15 | P E N J A M I N A N M U T U D I S E K O L A H
sistem ini akan ditetapkan oleh BAN S/M. Evaluasi data dan informasi dilakukan
informasi tentang mutu satuan pendidikan. Prosedur yang harus dilakukan antara
BAN S/M. Berdasarkan hasil dashboard monitoring akan diperoleh hasil antara
proses akreditasi akan dilaksanakan oleh BAN S/M Provinsi sesuai dengan
yang sudah ditetapkan sasaran akreditasi, apabila ingin menuju proses diakreditasi
16 | P a g e
d. Sekolah/madrasah menyelenggarakan alokasi waktu proses pembelajaran
untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok dengan maksud mencapai tujuan
yang diinginkan bersama. Sedangkan pemimpin adalah seseorang atau sekelompok orang
menggerakkan visi, misi, dan tujuan yang telah direncanakan oleh organisasi.
yang baik. Kepemimpinan yang baik adalh mampu memerankan dalam delapan peran:
memperoleh bukti obeyktif untuk menemukan kriteria audit yang obyektif akan
memberikan jaminan, bahwa system manajemen mutu diterapkan dan dipelihara sesuai
17 | P E N J A M I N A N M U T U D I S E K O L A H
Robert Tannebeum dan Fred Massarik (1997) mengemukakan kepemimpinan
adalah pengaruh antar personal yang dilaksanakan dalam suatu keadaan yang ditujukan
dipimpin
dimensi waktu, peran yang dijalankan, dan pendekatan yang dipilih dalam
memandang kepemimpinan.
18 | P a g e
bahwa, pemimpin yang efektif menurut konsep kualitas manajemen adalah pemimpin
yang sensitive atau peka terhadap adanya perubahan dan pemipin yang melakukan
menentukan hal-hal yang tepat untuk dikerjakan, menciptakan dinamika organisasi yang
dikehendaki agar semua orang memberikan komitmen, bekerja dengan semangat dan
mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya
mencapai tujuan organisasi; kedua seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan
cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat untuk
mencapai tujuan bersama; ketiga, kemapuan untuk mempengaruhi, member inspirasi, dan
diharapkan; keempat, melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu;
organisasi.
19 | P E N J A M I N A N M U T U D I S E K O L A H
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu
2. Fungsi konsultasi, fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap
efektif.
berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dlakukan secara terkendali dan terarah
berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok
20 | P a g e
orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai
pendapat.
21 | P E N J A M I N A N M U T U D I S E K O L A H
Dalam melaksanakan fungsinya, maka akan berlangsung aktivitas kepemimpinan.
Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilah, amak akan terlihat gaya kepemimpinan dengan
pola yang berbeda. Gaya kepemimpina tersbut merupakan dasar dalam pengklasifikasian
berwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri atas tipe pokok kepemimpinan, yaitu:
tangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan
tugas anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, bahkan
22 | P a g e
memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subyek yang
beda dan dihargai disalurkan secara wajar. Tipe pemimpin ini selalu berusaha untuk
kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah. Kepemimpinan tipe ini dalam
Ketiga tipe kepemimpinan di atas dalam prakteknya saling mengisi atau saling
Untuk menentukan gaya yang paling efektif dalam menghadapi keadaan tertentu
maka perlu mempertimbangkan kekuatan yang ada dalam tiga unsur, yaitu : diri
pemimpin, bawahan, dan situasi secara menyeluruh. Pada tahun 1960-an berkembang
dua perhatian manajerial yang mendasar, yaitu perhatian terhadap produksi/tugas dan
perhatian terhadap manusia. Menurut teori ini ada empat gaya dasar kepemimpinan : (1)
tetapi perhatian rendah terhadap manusia, (2) gaya manajemen country club, pemimpin
memperlihatkan perhatian yang tinggi terhadap manusia, tetapi perhatian rendah terhadap
produksi, (3) gaya manajemen miskin, pemimpin tidak terlalu menunjukkan perhatian,
baik terhadap produksi maupun manusia, (4) gaya manajemen tim, pemimpin
23 | P E N J A M I N A N M U T U D I S E K O L A H
menunjukkan perhatian tinggi baik terhadap produksi maupun terhadap manusia.
Menurut teori ini gaya manajemen tim, yang pada dasarnya sama dengan gaya demokratis
merupakan gaya kepemimpinan yang terbaik untuk semua orang dalam segala situasi.
Sementara itu, Contingency Theory Leadership menyatakan bahwa ada kaitan antara
gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu yang dipersyaratkan. Menurut teori ini
seorang pemimpin akan efektif jika gaya kepemimpinannya sesuai dengan situasi yang
terjadi. Pendekatan ini menyarankan bahwa diperlukan dua perangkat perilaku untuk
kepemimpinan yang efektif, yaitu perilaku tugas dan perilaku hubungan. Dengan kedua
perangkat ini maka kemungkinan akan melahirkan empat gaya kepemimpinan, yaitu (1)
mengarahkan, gaya kepemimpinan ini perilaku tugas tinggi, perilaku hubungan rendah,
(2) menjual, perilaku tugas maupun perilaku hubungan sama tinggi, (3) ikut serta,
perilaku tugas rendah sedangkan perilaku hubungan tinggi, (4) mendelegasikan, baik
Pengembangan baru dari teori ini yang dapat dikatakan sebagai kalangan moderat,
menggambarkan bahwa ada empat tipe atau gaya kepemimpinan, yaitu (1) mengarahkan
(directive), gaya ini sama dengan gaya otokratis, jadi bawahan mengetahui secara persis
apa yang diharapkan dari mereka, (2) mendukung (supportive), pemimpin bersifat ramah
menggunakan saran bawahan (4) berorientasi pada tugas (task oriented), pemimpin
diakui bahwa dalam manajemen modern, gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk
dikembangkan adalah gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk dikembangkan adalah
24 | P a g e
gaya kepemimpinan yang partisipatif atau fasilitatif serta involvement-oriented style yang
tanggung jawab yang tinggi dan penuh, secara langsung dalam membangun komitmen
sebagai kekuatan sentral dalam menggerakkan kehidupan sekolah, juga memahami tugas
pengembangan mutu pendidikan. Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam
sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat
terencana dan bertahap. Kepala sekolah dalam menetapkan tujuan program disesuaikan
dengan visi dan misi sekolah yang di dalamnya merupakan fundamental sekolah
nilai dan harapan masyarakat. Kemudian juga kepala sekolah memperhatikan tantangan-
tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif prakarsa menuangkan tujuan
sekolah dalam strategi kepemimpinan pengembangan mutu sekolah. Tentunya juga dalam
25 | P E N J A M I N A N M U T U D I S E K O L A H
realisasi pembentukan program, kepala sekolah berlandaskan nilai-nilai idealisme yang
diterapkan dalam strategi kepemimpinannya dimana tertuang dalam teori, baik terkait
kepala sekolah dalam peningkatan mutu akan ditunjukkan sejauh mana sekolah tersebut
majemuk karena antara faktor yang satu dengan lainnya saling mempengaruhi. Namun
faktor kunci yang paling dominan adalah pimpinan dalam hal ini kepala sekolah. Mutu
sekolah yang diharapkan, tentulah kita akan menginginkan sesuatu yang ideal.
Idealnya memenuhi standar yang sesuai dengan kebutuhan minimal sekolah yang
memenuhi standar kompetensi kepala sekolah. Seorang kepala sekolah harus mempunyai
kemampuan manjerial sekolah yang baik serta mempunyai peranan sebagai educator,
Dalam pengelolaan sekolah yang efektif dan berorientasi pada mutu pendidikan
tertentu. Komitmen ini harus dipegang teguh oleh pimpinan dengan didukung oleh
dedikasi yang tinggi terhadap mutu melalui penyempurnaan proses yang berkelanjutan
oleh semua pihak yang terlibat yang dikenal dengan istilah MMT (Manajemen Mutu
Terpadu).
26 | P a g e
MMT sering disebut sebagai manajemen yang didukung oleh sejumlah fakta dan
data yang relevan dan utuh, artinya data dan fakta tersebut benar dan bukan hasil rekayasa
yang dibuat untuk memenuhi kepentingan satu pihak atau persyaratan tertentu. Ketika
diarahkan ke sebuah mutu yang tinggi, maka keberhasilan dan pencapaian mutu tersebut
harus merupakan integrasi dari semua keinginan dan partisipasi stakeholder (semua yang
dalam pemenuhan akan perubahan tersebut. Akhirnya akan mendorong dalam upaya
pemilihan strategi yang dapat diterapkan pada kondisi-kondisi yang terduga maupun tak
untuk membangun komitmen, menghubungkan strategi dan visi yang tetap, mengatur
bermanfaat dalam menguji posisi sekolah sekarang dalam kerangka penentuan strategi.
Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan analisis SWOT. Tujuan analisis ini untuk
mengetahui posisi sekolah, apakah sudah maju atau masih tertinggal dalam mutu
pendidikannya.
memiliki mental kuat dan prima, mampu mengatasi masalah dan tantangan, memiliki visi,
dan berani mencoba inovasi. Kepemimpinan merupakan sumber daya yang paling pokok
27 | P E N J A M I N A N M U T U D I S E K O L A H
merupakan pola hubungan dan bentuk kerja sama antara orang-orang yang dinamis.
Menurut Sallis (2006; 96) dengan mengutip pendapat Peter dan Austin: Pemimpin
simbol. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai institusi kepada staf, siswa
dan kepada komunitas yang lebih luas. b) menerapkan MBWA (management by walking
kesabaran, semangat intensitas dan antusiasme yang merupakan sifat essensial yang
53).
berupaya meningkatkan mutu kurikulum sekolah karena kurikulum itu merupakan sarana
dari suatu system pendidikan. Banyak persepsi yang mengatakan bahwa kurikulum
adalah rencana pendidikan dan pengajaran atau program pendidikan. Sering kali
kurikulum hanya terdiri dari mata pelajaran tertentu yang menyampaikan kebudayaan
“tempoe doeloe” yang hanya menyadur dari buku-buku pelajaran tertentu yang dipandang
28 | P a g e
baik bagi kurikulum. Namun dibalik itu anak didik hanya diajak untuk menelusuri daya
akan membatasi pengalaman anak kepada situasi belajar didalam kelas dan tidak
2000 tentang kebijakan kurikulum adalah menetapkan standar nasional yang kemudian
didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional (kurikulum nasional) dan lokal
potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam serta kebhinekaan bangsa kita,
kurikulum uniform akan tidak sesuai kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas kurikulum, dari
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi merupakan suatu tuntutan. Pada pendidikan
dasar tentu ada kurikulum inti demi untuk memupuk kesatuan bangsa dan memperkuat
pendidikan dengan merujuk dari PP no. 19 tahun 2005 pasal 62 yang menyebutkan bahwa
investasi, biaya operasi dan biaya personal, 2) Biaya investasi satuan pendidikan meliputi
biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal
kerja tetap, 3) Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan,
4) Biaya operasi satuan pendidikan meliputi ; a) gaji pendidik dan tenaga kependidikan
serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, b) bahan dan peralatan pendidikan habis
29 | P E N J A M I N A N M U T U D I S E K O L A H
pakai, dan c) Biaya operasional pendidikan pendidikan tak langsung berpa daya, air, jasa
harus dilakukan pimpinan sesuai dengan amanat PP No. 19 tahun 2005 pasal 42 yang
menyebutkan bahwa standar sarana dan prasarana sebagai berikut : (1) Setiap satuan
pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabotan, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan peralatan lain yang menunjang proses belajar yang teratur dan
berkelanjutan, (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang
laboratorium, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang bengkel, ruang unit produksi,
ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olah raga, tempat ibadah, tempat bermain,
tempat rekreasi, dan tempat lain yang menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
masuk sekolah, mengikuti proses belajar mengajar di sekolah dan hingga menjadi lulusan
pendidikan di sekolah, kepala sekolah dan staf guru-gurunya dapat (a) memanfaatkan data
yang ada di sekolah yang berhubungan dengan mutu sekolah dan mengolahnya menjadi
diagram, (b) brainstorming (tukar pikiran), (c) menggunakan statistik mutu (statistical
process control) yang memuat informasi tentang rata-rata mutu pendidikan, standar
deviasi/simpangan baku dari mutu pendidikan di sekolah. Guru sebagai pelaksana utama
30 | P a g e
diterapkan dalam PBM di kelasnya. Langkah ini merupakan pendekatan mutu proses dan
secara langsung akan mendukung mutu produk/mutu akhir pendidikan berupa lulusan
yang bermutu. Keberhasilan lembaga pendidikan dapat dilihat dari sudut dan tingkat
internal maupun pelanggan eksternal. Hal ini memberikan arti bahwa ukuran sebuah
keberhasilan sekolah dapat dilihat dari layanan yang diberikannya. Apakah layanan yang
diberikan itu berada pada yang diharapkan oleh pelanggannya dengan menggunakan
teknik total quality control (TQC). Menurut Sallis (2006) TQC berarti system. Sistem
artinya apabila salah satu subsistem lemah maka keseluruhan system akan menjadi lemah.
Gugus Kendali Mutu atau Quality Control Circle (QCC) adalah salah satu teknik dalam
melakukan kegiatan pengendalian dan peningkatan mutu secara teratur, sukarela dan
mutu yang berdasarkan data seperti checklist, diagram, grafik, diagram sebab akibat,
terkandung hal-hal (1) melakukan evaluasi terhadap kinerja nyata, (2) proses
membandingkan kinerja nyata dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan (3)
situasi yang kondusif dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Komponen-
31 | P E N J A M I N A N M U T U D I S E K O L A H
komponen yang terkait dengan hal tersebut di atas adalah (a) komponen input manajemen,
(b) komponen proses pendidikan, (c) komponen murid, dan (d) komponen hasil belajar.
Peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu
kualitas proses dan kualitas produk atau hasil. Suatu pendidikan dikatakan berkualitas
dari segi proses pembelajaran berlangsung efektif dan bermakna serta ditunjang dengan
sumber daya yang memadai. Proses pendidikan yang berkualitas memberikan jaminan
merealisasikan dibuat suatu struktur kewenangan supaya dapat dijadikan suatu acuan para
pelaku didalamnya dalam berperilaku. Sejumlah harapan itu biasanya berorientasi kearah
masa depan dan dikenal dengan sebutan visi. Pimpinan yang mempunyai visi dan
adalah nilai-nilai dasar atau falsafah yang dianut oleh seseorang, mission adalah
pertanyaan mau menjadi apa organisasi, dan akan berperan seperti apa organisasi
dibawa yang meliputi pertanyaan mau menghasilkan apa lembaga, untuk siapa dan mutu
berdiri”. Oleh sebab itu Kepala Sekolah sebagai pemimpin mempunyai potensi
32 | P a g e
kekuatan sentral dalam menggerakkan kehidupan sekolah, juga memahami tugas dan
Melalui tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin, “Kepala sekolah akan
perlu berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian maksud atau tujuan-tujuan
tertentu” (Nurdin, 2001; 23). Upaya untuk mewujudkan kepala sekolah yang handal dan
33 | P E N J A M I N A N M U T U D I S E K O L A H
DAFTAR PUSTAKA
PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Sallis, E, (2006). Total Quality Management in Education. Alih Bahasa, Ahmad Ali
Riyadi dan Fahrurrozi. Yogyakarta: IRCiSoD.
Ginting, Rosalina, dan Haryati, Titik. Kepemimpinan Dan Konteks Peningkatan Mutu
Pendidikan. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume II, No 2, Juli 2012
Simarmata, Jonner. 2015. Analisis Implementasi Penjaminan Mutu di SMA Negeri 3 Kota
Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4
Hendrawan, Andi, dan Yulianeu, Aneu. 2017. Sistem Penjamin Mutu Internal (Di
Akademik Kebidanan Respati Sumedang). JUMIKA Vol 06 No 01. ISSN: 2355-7494
Anwar, Khoirul. 2018. Peran Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan di Madrasah. Vol. 1, No. 1, November
Mahmud, Marzuki. 2012. Manajemen Mutu Perguruan Tinggi. Jakarta : Rajawali Pers
34 | P a g e
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
………… 2012. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Muyasaroh, Siti. 2016. Penjaminan Mutu di Raudhatul Athfal. TA’ALLUM, Vol. 04,
No. 02, November
James A. F. Stoner, R. Edward Freeman, and Daniel R. Gilbert. 1996. Manajemen. terj.
Alexander Sindoro. Jakarta: P. T. Bhuana Ilmu Populer, hlm. 210
Ibid
Philip B. Crosby. 1979. Quality is Free. New York: New American Library, hlm. 58.
A.V. Fiegenbaum. 1996. Kendali Mutu Terpadu, jilid 1, terj. Hudaya Kandahjaya.
Jakarta: Erlangga, hlm. 6-7. Lihat juga Abdul Hadis dan Nurhayati, Manajemen Mutu
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 86
Tannenbaum Robert, Irving R Weschler and Fred Massarik. 1997. Leadership and
Organization: A Behavioral Science Approach: McGraw-Hill Book Company, Inc.,
New York.
35 | P E N J A M I N A N M U T U D I S E K O L A H