Anda di halaman 1dari 27

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM ILMU DAN PRAKSIS

PENDIDIKAN

MAKALAH

diajukan sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dr. Mamat Supriatna, M.Pd., Bagus Julian
Hikmy, S.Pd dan Luna Nuranisa Zakiah, S.Pd

Disusun Oleh :

Aliyyah Chantika (2107266)

Rosa Choerunnisa (2106971)

Sahrul Romadlon (2110139)

Syifa Putri Fatilah (2109752)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2022
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah upaya untuk membangun kualitas pribadi


manusia dan karakter bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai agama,
filsafat, psikologi, sosial budaya, dan iptek yang bermuara pada
pembentukan pribadi manusia yang bermoral, berakhlak mulia, srta
berbudi pekerti luhur. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan adalah:
“ usaha dasar dan terencana untk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan tentunya memliki
tujuan untuk mengembangkan manusia dengan kualitas pribadi yang
terintegrasi serta mengembangkan SDM yang memiliki pribadi, ilmu
pengetahuan, dan rofesionalisme yang tinggi.

Pengetahuan psikologi pendidikan merupakan salah satu


pengetahuan yang perlu dipelajari dan dipahami oleh seorang guru agar
dapat menjalankan tugas sebagai guru dengan cara yang sebaik-baiknya.
Jadi seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang diberikan tetapi
perlu juga memahami mereka yang dipimpinnya dalam prosses
pendidikan.

Pendidikan, selain merupakan prosedur juga merupakan


lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling
berinteraksi. Dalam interaksi antar-individu ini baik antara guru dengan
para siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan
peristiwa psikologi. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu untuk
dipahami serta dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan
para siswa secara tepat.

Sebagai bagian dari ilmu pendidikan teoretis, psikologi pendidikan


diartikan sebagai ilmu yang mempelajari atau meneliti perilaku individu
dalam proses pendidikan. Terdapat dua aspek pokok yang perlu
diperhatikan yaitu perilaku individu dan proses pendidikan. Perilaku
individu adalah segala bentuk manifestasi hayati atau perwujudan
kehidupan yang meliputi aspek perilaku kognisi, afeksi, konasi, atau
psikomotor. Dalam makna yang sama, perilaku individu meliputi aspek
intelektual, emosional, sosial, dan moral spiritual. Sementara itu, proses
pendidikan adalah kegiatan komunikasi yang bersifat mendidik antara
pendidik dengan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
2.1 Rumusan Masalah
1) Bagaimana caranya psikologi pendidika diterapkan dalam
pembelajaran?
2) Bagaimana psikologi pendidikan mampu untuk membuat pembelajaran
menjadi lebih efektif dan efisien?

3.1 Tujuan Umum


Mengetahui bagaimana psikologi pendidikan diterapkan secara
tepat dalam pembelajaran.

4.1 Tujuan Khusus


1. Menganalisis teori-teori yang diterapkan dalam psikologi pendidikan.
2. Mengetahui peranan psikologi pendidikan terhadap pendidikan.
3. Mengetahui ruang lingkup psikologi pendidikan.
Tinjauan Teoritis
2.1 Definisi
Pendidikan merupakan sebuah proses interaksi dan pelatihan
antara dua orang atau lebih, antara guru dan peserta didik yang mana
menghasilkan suatu perubahan sikap dan tingkah laku kearah yang lebih
baik.
Psikologi adalah ilmu yang mengkaji manusia dari sudut
karakteristik dan perilaku manusia. Psikologi berasal dari bahasa yunani
“psyche” yang berarti jiwa, roh, atau sukma, sedangkan “logy” atau logos
berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi psikologi berarti ilmu tentang jiwa
atau ilmu yang mempelajari tentang karakteristik dan gejala yang dialami
jiwa manusia. Secara etimologi berdasarkan pendapat para ahli psikologi
adalah suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari secara
menyeluruh, kompeherensif dan kritis tentang sikap, tingkah laku dan
aktivitas-aktivitas manusia, di mana sifat, tingkah laku dan aktivitas-
aktivitas tersebut merupakan manifestasi dari hidup kejiwaan. Jadi dalam
hal ini psikologi sangat berperan penting dalam pendidikan karena
psikologi sebagai ilmu pengetahuan adalah berupaya memahami keadaan
peserta didik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Sumadi Suryabrata menyatakan bahwa Inti persoalan psikologi
pendidikan terletak pada anak didik sebab pendidikan adalah perlakuan
terhadap anak didik yang secara psikologis perlakuan tersebut harus
selaras dengan keadaan anak didik, dengan demikian persoalan psikologi
yang berperan dalam proses pendidikan anak dapat terjawab apabila
pendidik dapat memberikan bantuan kepada peserta didik agar
berkembang secara wajar melalui bimbingan dan konseling, pemberian
bahan pelajaran yang berstruktur dan berkualitas.
Psikologi pendidikan merupakan cabang dari psikologi yang
menerapkan berbagai pandangan dalam psikologi, prinsip- prinsip dan
teknik-teknik psikologi dalam melakukan kegiatan pendidikan. Oleh
sebab itu psikologi pendidikan menekannkan penelitiannya pada aspek-
aspek peserta didik sebagai manusia yang belajar, orang tua dan guru
sebagai pihak-pihak yang membantu peserta didik dalam mencapai
keberhasilan dalam belajar. Focus psikologi pendidikan mencakup
pencaaian hasil belajar, kesehatan mental peserta didik, dan penyesuaian
sosial peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut maka secara khusus
psikologi pendidikan menerapkan prinsip-prinsip dan teknik- teknik yang
dikembangkan dalam psikologi perkembangan, psikologi sosial,
psikologi kognitif, psikologi manusia, behavioristik, psikologi gestalt,
dan psikologi konseling (Safwan, 2005).
Witherington menyatakan Psikologi pendidikan tidak hanya
dianggap sebagai suatu psikologi yang dipraktekkan saja. Psikologi
pendidikan adalah suatu studi atau suatu ilmu pengetahuan yang
mempunyai hak hidup sendiri, memang benar, bahwa aspek-aspek
tertentu dari psikologi pendidikan nyata-nyata bersifat kefilsafatan tetapi
sebagai suatu ilmu pengetahuan psikologi pendidikan telah memiliki
susunan dan prinsip atau kebenaran dasar sendiri, fakta-fakta yang
bersifat obyektif dan teknik yang berguna untuk penyelidikan.

2.2 Sejarah Psikologi Pendidikan

Sejarah khusus yang mengungkapkan secara cermat dan luas


tentang psikologi pendidikan, hingga kini sejarah psikologi terus
mendapat perhatian dari pakar psikologi. Hal ini terbukti karena
kebanyakan karya tulis yang mengungkapkan “sejarah” psikologi
pendidikan masih sangat langka. Karya tulis yang membahas riwayat
psikologi yang ada sekarang pada umumnya tentang berbagai psikologi
yang dicampur aduk menjadi satu, sehingga menyulitkan identifikasi
terhadap jenis psikologi tertentu yang ingin kita ketahui secara spesifik
(Lester D. Crow&Crow, 1984:14).

Sesungguhnya kajian tentang psikologi yang merupakan satu


disiplin ilmu, kiranya sudah menjadi topik dan objek diskusi para
ilmuwan dan filosof terdahulu, sebelum era modern yang dikenal
sekarang. Jiwa manusia sejak zaman Yunani telah menjadi topik
pembahasan para filosof, akan tetapi psikologi sebagai ilmu yang berdiri
sendiri baru dimulai pada tahun 1879 ketika Wilhelm wundt (1832-1920)
mendirikan laboratorium psikologi pertama di kota Leipzig, Jerman.
Kemudian, sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh para ahli filsafat dan
para ahli ilmu fasal (phisiologi), sehingga psikologi dianggap sebagai
bagian dari kedua ilmu tersebut. Para ahli ilmu filsafat kuno, seperti Plato
(427-347 SM) dan Socrates (469-399), mereka telah memikirkan hakikat
jiwa dan gejala-gejalanya (Muhibbin Syah, 2004:22).

Dalam dunia Islam, sebenarnya pembahasan dan pengkajian


tentang jiwa menjadi bahan diskusi yang serius dan mendalam dilakukan
oleh para intelektual Islam (ulama) seperti Imam Al-Ghazali (505 H),
Imam Fachruddin Ar-Razi (606 H), Al-Junaid Bagdadi (298 H) dan Al-
Asyari (324 H). Pembahasan masalah psikologi merupakan bagian dari
ilmu ushuluddin dan ilmu tasawuf.

Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri


merupakan masa dimana gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri
dengan metode ilmiah, terlepas dari filsafat dan ilmu fasal. Gejala
kejiwaan dipelajari secara lebih sistematis dan objektif. Wilhelm Wundt
adalah bidang kedokteran dan hukum, tetapi kemudian dia dianggap
sebagai bapak psikologi.

Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan


psikologi dalam dunia pendidikan sudah berlangsung sejak zaman dahulu
meskipun istilah psikologi pendidikan sendiri pada awalnya
pemanfaatannya belum dikenal orang. Menurut David (1972) dalam
Muhibbin Syah dikatakan bahwa Johan Friendrich Herbart adalah bapak
psikologi pendidikan yang konon menurut sebagian ahli masih
merupakan disiplin sempalan psikologi lainnya.

Herbart adalah seorang filosof dan pengarang kenamaan yang


lahir di Oldenburg, Jerman, pada tanggal 4 Mei 1776. Nama Herbart
kemudian diabadikan sebagai sebuah nama aliran psikologi yang disebut
Herbatianisme pada tahun 1820-an. Konsep utama pemikiran
Herbatianisme ialah apperceptive mass, sebuah istilah yang
diperuntukkan bagi pengetahuan yang telah dimiliki individu.

Langkah psikologi dalam irama waktu telah membentuk sejarah


unik dari perjalanan pengkajian terhadap jiwa yang bersarang dalam fisik
manusia. tentunya, pembahasan jiwa seiring dengan kemajuan dan
perkembangan ilmu menjadi lebih dinamis dan objektif. Pergeseran
makna psikologi juga mengalami perubahan, dari jiwa yang dipahami
dalam bentuk yang utuh dan abstrak. Kemudian dipahami secara realistis
dan empiris, seperti dalam psikologi behaviorisme.

Sejarah merekam bahwa perkembangan psikologi pendidikan


lebih pesat berkembang di Amerika Serikat, meskipun tanah
kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian dari Negara adi daya tersebut
psikologi pendidikan menyebar keseluruh benua hingga sampai ke
Indonesia.

2.3 Teori-teori Psikolog Belajar


1) Teori belajar psikologi behavioristik

Teori belajar behavioristik dikemukakan oleh para psikologi behavioristik.


Mereka ini sering di sebut “contemporary behavioristik” atau juga di sebut
“S-R Psichologist”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu
dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan dari lingkungan.
Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan erat antara
reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya.

Guru-guru yang menguatkan pandangan ini berpendapat bahwa tingkah


laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka
pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku
merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku
dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan terhadap tingkah laku
tersebut.
2) Teori belajar psikologi kognitif
Dalam teori belajar ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak
hanya dikontrol oleh “reward” dan “reinforcement”. Mereka ini adalah
para ahli jiwa aliran kognitifis. Menurut pendapat mereka, tingkah laku
seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal
atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi
belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh
“insight” untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif berpandangan,
bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepadainsight terhadap
hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi. Keseluruhan
adalah lebih daripada bagian-bagiannya. Mereka memberi tekanan pada
organisasi pengamatan atas stimulus di dalam lingkungan serta pada
faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.
3) Teori belajar dari psikologi humanistis
Perhatian psikologi humanistis yang terutama tertuju pada masalah
bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-
maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman
mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan dan
penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian
siswa.

Kemudian di dalam jiwa manusia menurut psikologi humanistis terdapat


pikiran, perasaan dan kehendak. Ketiga aspek inilah yang melahirkan
karakteristik jiwa manusia, berupa gagasan, kreatifitas, nilai-nilai hidup,
pengalaman transendental, rasa malu, kesadaran diri, tanggung jawab, hati
nurani, makna hidup, cinta semangat, humor, sara seni, dan lain-lain. Di
sisi lain ketiga aspek ini juga melahirkan kemauan dan potensi untuk
memecahkan persoalan hidup (Muhibbin Syah, 2004:25-31).

Tujuan utama para penyelidik ialah membantu si siswa mengembangkan


dirinya, yaitu, membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka (Baharuddin,
2004:303).

2.4 Tujuan Psikologi Pendidikan


1) Menurut Lindgreen, “Tujuan psikologi pendidikan adalah
untuk membantu guru dan perkembangan prospektif para guru
dalam memahami proses pendidikan yang terbaik”
2) Menurut Bernad, “pada dasarnya tujuan psikologi pendidikan
adalah untuk memahami bagaimana proses belajar mengajar cara
lebih efektif dan tetapa sasarannya”.

Dari dua pendapat ahli di atas dapat dipahami bahwa tujuan


mempelajari dan dikembangkan psikologi pendidikan adalah untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan untuk membantu para guru
dan calon guru agar betul-betul memamahami proses pendidikan yang
baik, sehingga mereka dapat membimbing proses belajar para siswanya
cara lebih efektif dan terarah sebagai upaya untuk mengembangkan
potensi- potensi anak didiknya di sekolah secara optimal.
2.5 Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan
1) Memahami Perbedaan Siswa (Diversity of Student)
Setiap individu dilahirkan dengan membawa potensi yang
berbeda-beda, tidak ada yang sama antara siwa satu dengan siswa yang
lainnya. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami keberagaman
antara siswa satu dengan siswa yang lainnya, mulai dari perbedaan
tingkat pertumbuhannya, tugas perkembangannya sampai pada masing-
masing potensi yang dimiliki oleh anak. Dengan pemahaman guru yang
baik terhadap siswanya, maka bisa menciptakan hasil pembelajaran yang
efektif dan efisien serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif.
2) Untuk Memilih Strategi dan Metode Pembelajaran
Sebagai Seorang pendidik dalam memilih strategi dan metode
pembelajaran harus menyesuaikan dengan tugas perkembangan dan
karakteristik masing-masing peserta didiknya. Hal ini bisa didapatkan
oleh seorang guru melalui mempelajari psikologi terutama tugas-tugas
perkembangan manusia. Jika metode dan model pendidikan sudah bisa
menyesuaikan dengan kondisi peserta didik, maka proses pembelajaran
bisa berjalan dengan maksimal.
3) Untuk menciptakan Iklim Belajar yang Kondusif di dalam Kelas

Kemampuan guru dalam menciptakan iklim dan kondisi


pembelajaran yang kondusif mampu membantu proses pembelajaran
berjalan secara efektif. Seorang pendidik harus mengetahui prinsip-
prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang
berbeda menyesuaikan karakteristik siswa dalam mengajar untuk
menghasilkan proses belajar mengajar yang lebih baik. Disinilah peran
psikologi pendidikan yang mampu mengajarkan bagaimana seorang
pendidik mampu memahami kondisi psikologis dan menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif, sehingga proses pembelajaran di
dalam kelas bisa berjalan secara efektif.
4) Memberikan Bimbingan dan Pengarahan kepada Siswa
Selain berperan sebagai pengajar di dalam kelas, seorang guru
juga diharapkan bisa menjadi seorang pembimbing yang mempu
memberikan bimbingan kepada peserta didiknya, terutama ketika
peserta didik mendapatkan permasalahan akademik. Dengan berperan
sebagai seorang pembimbing seorang pendidik juga lebih bisa
melakukan pendekatan secara emosional terhadap peserta didiknya.
Jika sudah tercipta hubungan emosional yang positif antara pendidik
dan peserta didiknya, maka proses pembelajaran juga akan tercipta
secara menyenangkan.
5) Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Tugas utama guru/pendidik adalah mengajar di dalam kelas dan
melakukan evaluasi dari hasil pengajaran yang sudah dilakukan.
Dengan mempelajari psikologi pendidikan diharapkan seorang
pendidik mampu memberikan penilaian dan evaluasi secara adil
menyesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing- masing
peserta didik tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya
(Novianti, 2015).

Kecerdasan peserta didik merupakan hal yang perlu diketahui


oleh pelaksana pendidikan terutama pendidik yang secara langsung
mendidik peserta didik tersebut. Bagi sesama peserta didik juga perlu
diketahui agar dapat bertoleransi dengan sesama peserta didik yang
memiliki perbedaan karakteristik. Guru dapat memberikan contoh sikap
penerimaan dan toleransi sehingga peserta didik merasa nyaman di
sekolah sekaligus untuk menanamkan nilai-nilai dan bahkan menikmati
perbedaan diantara mereka tanpa adanya rasa curiga (Law Nolte &
Harris, 2016: 137).
2.6 Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Crow&Crow mengemukakan bahwa data yang dicoba
didapatkan dalam psikologi pendidikan, yang dengan demikian
merupakan ruang lingkup psikologi pendidikan, antara lain ialah:
1) Sampai sejauhmana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan
berpengaruh terhadap belajar
2) Sifat-sifat dari proses belajar
3) Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar
(learning readiness)
4) Signifikasi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan
individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar.
5) Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi dalam belajar.
6) Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar
7) Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam
belajar
8) Pengaruh atau akibat relatif dari pendidikan formal
dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar
insidental dan informal terhadap suatu individu
9) Nilai dan manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil
sekolah
10) Akibat dan pengaruh psikologi yang ditimbulkan oleh
konsidi-kondisi sosiologis sikap para siswa (Ahmad Fauzi,
2004:14)

2.7 Peranan Psikologi Pendidikan


1) Psikologi pendidikan akan berperan dalam mempersiapkan para guru
(calon) guru yang propesional yang berkompetensi dalam bekajar dan
mengajar.
2) Psikologi pendidikan mempengaruhi perkembangan, perbaikan dan
penyempurnaan kurikukum sekolah sesuai dengan tuntutan
perkembangan pendidikan sebagai pedoman bagi para guru dalam
membimbing proses belajar mengajar para siswa nya yang memadai.
3) Psikologi pendidikan dapat memperngaruhi ide dan pelaksanaan
admisnistratif dan supervisi pendidikan yang akan dilaksanakan oleh
para pimpinan dan pemilik sekolah dalam mengelola kelancaran proses
pendidikan di sekolah seiring dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.
4) Psikologi pendidikan mencoba mengarahkan guru fan calon guru untuk
tahu mengapa suatu hal tertentu itu terjadi, bagaimana problem solving
nya dan juga diharuskan .

2.8 Metode-Metode Psikologi Pendidikan


1) Metode eksperimen

Maksud dilakukannya eksperimen dalam psikologi adalah untuk


“mengetes” keyakinan atau pendapat tentang tingkah laku manusia dalam
situasi atau kondisi tertentu. Dengan kata lain, eksperimen dilakukan
dengan anggapan bahwa semua situasi atau kondisi dapat dikontrol
dengan teliti, yang keadaannya berbeda dari observasi yang terkontrol
(Ngalim Purwanto, 2007:10-11). Pada asasnya, metode eksperimen
merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan eksperimenter (peneliti
yang berekperimen) di dalam sebuah laboratorium atau ruangan tertentu
lainnya. Teknis pelaksanaannya disesuaikan dengan data yang akan
diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak
mata siswa ketika sedang membaca. Selain itu, eksperimen dapat pula
dipakai untuk mengukur kecepatan bereaksi seorang siswa terdahap
stimulus tertentu. Alat utama yang paling sering dipakai dalam
eksperimen pada jurusan psikologi pendidikan atau fakultas psikologi di
universitas-universitas terkemuka adalah komputer dengan pelbagai
programnya seperti program cognitive psychology test.
2) Metode kuesioner

Metode kuesioner lazim juga disebut sebagai metode surat-


menyurat (mail survey). Kuesioner disebut “mail survey” karena
pelaksanaan penyebaran dan pengembaliannya sering dikirimkan ke dan
dari responden melalui jasa pos. Namun, sebelum kuesioner disebarkan
atau dikirimkan kepada responden yang sesungguhnya, seorang peneliti
psikologi pendidikan biasanya melakukan uji coba (try out). Caranya,
sejumlah kuesioner itu dibagi-bagi kepada sejumlah orang tertentu yang
memiliki karakteristik sama dengan calon responden yang sesungguhnya.
Tujuannya, untuk memastikan apakah pertanyaan- pertanyaan dalam
kuesioner itu cukup jelas relevan untuk dijawab, dan untuk memperoleh
masukan yang bermanfaant bagi penyempurnaan kuesioner tersebut.
3) Metode studi kasus

Studi kasus (case study) ialah sebuah metode penelitian yang


digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek
psikologi seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu. Metode ini,
selain dipakai oleh para peneliti psikologi pendidikan, juga sering dipakai
oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lainnya karena lebih memungkinkan
peneliti melakukan investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta) dan
penafsiran yang lebih luas dan mendalam.
4) Metode Penyelidikan Klinis

Pada mulanya, metode penyelidikan klinis atau disebut saja


metode klinis (clinicalmethod) hanya digunakan oleh para ahli psikologi
klinis atau psikiater. Dalam metode ini terdapat produser diagnosis dan
penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan
pemulihan terhadap kelalaian jiwa tersebut.
Jean Piaget adalah mula-mula memanfaatkan metode
penyelidikan klinis tersebut untuk kepentingan pendidikan. Piaget
telah sering menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data
dengan cara yang unik yakni interaksi semua alamiah, antara
peneliti dengan anak yang diteliti.
5) Metode observasi naturalistik

Metode observasi naturalistik adalah sejenis observasi yang


dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada diluar
objek yang diteliti atau ia tidak menampakkan diri sebagai orang
yang sedang melakukan penelitian.
Pada mulanya, observasi naturalistik lebih banyak
digunakan oleh para ahli ilmu hewan untuk mempelajari perilaku
hewan tertentu, misalnya perkembangan perilaku ikan jantan
terhadap ikan betina (Lazerson, 1975). Kemudian, metode
observasi naturalistik digunakan oleh psikolog sosial untuk meneliti
sekelompok orang yang memerlukan terapi, (perawatan dan
pemulihan) yang bersifat kemasyarakatan. Selanjutnya, metode ini
juga digunakan oleh para psikolog perkembangan, para psikolog
kognitif, dan para psikolog pendidikan (Syaiful Bahri Djamarah,
2008:4).
Kajian lapangan

Psikologi pendidikan yaitu ilmu yang meneliti persoalan jiwa serta


kegiatan psikologis seseorang dalam pendidikan adalah disiplin yang relatif
krusial dalam mengusut problem yang menghambat atau mendukung jiwa
siswa dalam proses pembelajaran, sebagai akibatnya memahami keadaan
mental siswa guru harus bisa mengatur serta berusaha mencari solusi atas
masalah tersebut.sepatutnya seorang guru perlu memiliki pengetahuan
yang komprehensif tentang psikologi pendidikan sehingga pembelajaran dapat
berlangsung efektif serta terarah.( Junier Sakerebau)

Menurut penulis guru yang baik adalah guru yang mengerti dan
memahami permasalahan dan psikologi yang sedang dialami oleh siswanya.Guru
akan mendengarkan keluhan dan masalah belajar dari siswanya serta tidak
memaksaka tugas yang melebihi batas kemampuan siswanya.

Inti masalah psikologi pendidikan terletak pada siswa.Pendidikan


merupakan perlakuan terhadap siswa yang secara psikologis perlakuan tadi wajib
selaras dengan keadaan siswa, dengan demikian masalah psikologi yang berperan
dalam proses pendidikan anak dapat terjawab bila guru dapat memberikan
bantuan kepada siswa agar berkembang secara wajar melalui bimbingan dan
konseling, memberikan bahan pelajaran yang berstruktur dan berkualitas.

Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan


dalam hidupnya karena tidak dapat menyesuaikan diri
(Mu’tadin,2002).Penyesuaian diri yang baik untuk remaja akan menjadi salah satu
bekal penting karena akan membantu remaja pada saat terjun dalam masyarakat
luas.

Setelah melakukan pegkajian ulang terhadap beberapa jurnal penulis


mendapatkan data sebagai berikut:

Penelitian dilakukan oleh Sulisworo Kusdiyati dan Lilim Halimah (2011)


di salah satu SMA swasta di kota Bandung dengan hasil selama bulan Juli 2007
Hingga Desember 2007,Terdapat 214 pelanggaran atau 36% pelanggaran
peraturan sekolah yang dilakukan oleh siswa kelas XI. Jenis pelanggaran tersebut
berupa masalah masalah yang berkenaan dengan motivasi belajar, masalah
pribadi, masalah ekonomi, masalah karir, dan masalah penyesuayan diri. Dari
kelima jenis pelanggaran tersebut masalah penyesuayan diri menempati peringkat
Teratas dibanding ke empat aspek lainnya. Pelanggaran pelanggaran yang
termasuk didalam antara lain bolos, terlambat datang ke sekolah, lalai dalam
mengerjakan tugas, mencontek, dan berapa yang tidak sesuai dengan aturan
sekolah.Pada kelas X Didapat jumlah pelanggan sebanyak 38%, dan 26%
diantaranya merupakan masalah penyesuayan diri. Pada kelas XI Didapat jumlah
pelanggaran sebanyak 63% dengan 52% diantaranya merupakan masalah
penyesuayan diri dan pada kelas XII Didapat dengan pelanggaran sebanyak 43%
dengan 23% diantaranya merupakan masalah penyesuayan diri.(Ela Meliya
Nurazizah,2014).

Keberanian untuk menentukan sikap dengan tegas dan mengambil


keputusan secara mantap atas berbagai pilihan pilihan dalam kehidupan,
seringkali sulit dilakukan oleh para remaja (Mulyono,2007:4).

Hurlock (1997;207) Mengatakan bahwa remaja sering menunjukkan sikap


yang ambivalen terhadap perubahan. Remaja menginginkan kebebasan untuk
menentukan peraturan sendiri dan merasa dirinya sudah dapat mandiri dalam
mengambil keputusan. Namun remaja juga jarang berfikir panjang untuk
mengambil keputusan. remaja hanya mengambil keputusan karena emosi atau
mengikuti orang saja.Hal ini mengindikasikan bahwa remaja masih belum
mengidentifikasi dan mengekplorasi lebih dalam mengenai dirinya.

Remaja akan mencapai pencapaian identitas nya ketika ia sudah melalui


Fase krisis dan komitmen. Dalam hal ini, masih banyak remaja yang belum
mengalami kedua Fase tersebut. Masih banyak remaja yang hanya mengalami
krisis saja atau komitmen saja lalu ia menetapkan sebuah keputusan hal ini juga
ditunjang dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadijah (2010) di salah satu
SMA Negeri di kota Bandung, sebanyak 13,95% remaja berada pada status
identitas achievement,9,30% berada pada status identitas foreclosure, 69 77%
berada pada status identitas moratorium dan 6,98% berada pada status identitas
Diffusion. Jadi bisa disimpulkan secara umum status identitas remaja kelas XI
SMA berada di status identitas moratorium yakni remaja yang telah mengalami
krisis namun belum mencapai sebuah komitmen.(Ela Meliya Nurazizah,2014).

Pada hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 11 Bandung yang dilakukan


pada 28 Januari 2013 sampai 2 Februari 2013 melalui wawancara dengan guru
BK dan pengamatan langsung terhadap fenomena yang menunjukkan kurang
kemampuan hubungan interpersonal yang dimiliki siswa dapat dilihat dari
perilaku peserta didik kelas XI Yaitu kemampuan melakukan komunikasi yang
berkualitas dengan aspek keterbukaan terlihat perilaku yang menunjukkan ada
siswa yang hanya mau bergaul dengan teman dekat nya saja, pada aspek Empati
menunjukkan Siswa bersikap tidak peduli ketika melihat temannya ada masalah
bila tidak terlalu akrab dengannya, Dan siswa juga banyak yang mengejek teman
yang memperoleh nilai jelek, pada aspek sikap mendukung, siswa tidak
mendengarkan temannya yang sedang berbicara di depan kelas, pada aspek sikap
positif dapat dilihat dan siswa masih kurang bisa menghargai orang lain, dan pada
aspek Kesetaraan, terlihat masih ada siswa yang hanya mau berteman dengan
orang tertentu saja.Pada kemampuan dalam partisipasi terlihat siswa masih ada
yang tidak mengikuti kegiatan dalam kelompok nya.(Vivit Pupita Dewi,2014)

Penelitian ini juga dilakukan dengan menyebarkan Instrumen hubungan


interpersonal kepada siswa.Hasil yang diperoleh terlihat hubungan interpersonal
Siswa kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Dari jumlah sampel 329 siswa
didapatkan 51 siswa (15,5%) pada kategori tinggi berarti siswa mampu
melakukan hubungan inter personal dengan baik,Siswa yang memiliki hubungan
interpersonal yang tinggi menunjukkan keterbukaan dalam hubungan
interpersonal dengan siapa saja, bisa menunjukkan sikap Empati bukan hanya
kepada orang terdekat saja, siswa juga tidak ragu untuk menunjukkan sikap
mendukung terhadap temannya, siswa sudah menunjukkan sikap positif dalam
berhubungan dengan orang lain dan juga siswa bisa menerapkan Kesetaraan
dalam berhubungan dengan orang lain.Selain itu siswa dapat melakukan
kerjasama dengan baik dalam melakukan partisipasi keterlibatan mental nya.
Sebanyak 231 siswa (70,2%) berada pada kategori sedang artinya siswa sudah
mampu melakukan hubungan interpersonal menunjukkan keterbukaan tetapi
hanya sebatas pada orang terdekat, menunjukkan sikap Empati kepada teman
tetapi masih sebatas berempati kepada teman yang dikenalnya. Sebanyak 47 siswa
(14,3%)Berada pada kategori rendah artinya tidak ada siswa yang tidak mampu
melakukan inter personal seperti kurang mampu menunjukkan keterbukaan pada
orang lain, kurang mampu menunjukkan Empati pada orang lain. Siswa kurang
mampu menunjukkan dukungan kepada orang lain, siswa kurang mampu
menunjukkan sikap yang positif kepada orang lain siswa kurang mampu sikap
Kesetaraan tapi masih perlu mengembangkan cara mengkomunikasikan istirahat
agar dapat diterima oleh orang lain. Selain itu juga Siswa kurang mengikuti
kegiatan kelompok seperti siswa belum terlihat aktif dalam memberikan pendapat
atau pun menunjukkan ekspresi perasaannya.(Vivit Pupita Dewi,2014)

Peran guru sangat penting dalam membantu siswa untuk mengidentifikasi


peran dan identitas dirinya sebagai seorang siswa. Peran dan identitas diri yaitu
bagian dari penyesuaian diri siswa terhadap diri dan lingkungannya, faktor yang
mempengaruhi Pemahaman siswa mengenai peran dan identitas yaitu faktor fisik,
kepribadian, pendidikan, lingkungan, agama dan budaya (Ali dan Ansori
2004:181). Kemampuan dan ke mauan untuk berubah ini akan berkembang
melalui proses belajar. Bagi individu yang bersungguh-sungguh belajar untuk
dapat berubah, kemampuan penyesuaian diri nya akan berkembang lebih pesat
dibanding orang yang tidak bersungguh-sungguh untuk belajar merubah dirinya.
(Ali dan Ansori 2004:183).

Menurut Nasution (Djamarah,2002:160) kecerdasan mempunyai peran


dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau
mengikuti suatu program pendidikan dan Pengajaran. Namun, pada kenyataannya
di sekolah banyak terjadi siswa yang memiliki skor IQ tinggi tidak mampu
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya, sehingga peserta didik mengalami
kesulitan dalam belajar, berupa nilai nilai yang rendah, tidak naik kelas, gagal
ujian dan sebagainya(Maesaroh,2010:2). Peserta didik yang memiliki skor IQ
tinggi tetapi prestasi Akademi di sekolah rendah tergolong pada peserta didik
berprestasi kurang (underachiever).

Dari hasil penelitian Surya(1979:142) penelitian terhadap peserta didik


SMUN2 Bandung diperoleh data dari 240 siswa terdapat 78 siswa yang memiliki
Intellegency tergolong tinggi. Dari 78 siswa, 32 siswa digolongkan sebagai
peserta didik berprestasi kurang(underachiever).(Winy Pratiwi,2013)

Nurhayati(2003:3) melakukan studi terhadap siswa SMA Negeri 4


Bandung diperoleh data dari 250 siswa Yang memiliki Intellegency 120 ke atas
terdapat 16 orang (12,8%) siswa termasuk underachiever dengan nilai rata rata
enam ke bawah, sedangkan dilihat dari rata rata prestasi belajar nya diperoleh data
dari 306 siswa kelas XI,Sebanyak 76 atau sekitar (24,8%). Orang termasuk
Underachiever. Faktor penyebab dari Underachievement adalah konsep diri
akademis, motivasi belajar, minat, kematangan emosional,lokus kontrol dan
Membanding bandingkan karakteristik siswa achiever dan underachiever.(Winy
Pratiwi,2013)

Fenomena underachievement merupakan masalah yang sangat kompleks


dalam dunia pendidikan.Darminto (Surozaq.2012:18) Mengatakan siswa
Underachiever, cenderung memperlihatkan konsep diri Akademi rendah, selalu
menyalahkan orang lain apabila menghadapi kegagalan, tidak mampu menetapkan
tujuan secara realistis, dan kurang memiliki disiplin.Siswa underachiever
cenderung tidak percaya memiliki kemampuan untuk berprestasi dalam dirinya,
karenanya siswa underachiever tidak berusaha keras untuk belajar dan mudah
menyerah ketika menghadapi kegagalan.

Siswa underachiever Perlu memperoleh perhatian khusus dari guru


karena konsep diri Akademi merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh para
siswa. Dengan memiliki kemampuan mengembangkan konsep diri akademis,
siswa dapat meraih prestasi Akademi sesuai dengan potensi dan kemampuan yang
dimiliki.(Winy Pratiwi,2013)

Bentuk bimbingan yang dapat diberikan untuk membantu siswa


underachiever dalam mengembangkan konsep di akademik melalui bimbingan
belajar.Yusuf (2006:37) menjelaskan bimbingan Akademi sebagai bimbingan
yang diarahkan untuk membantu siswa mengembangkan Pemahaman dan
ketrampilan dalam memecahkan permasalahan akademik seperti pengenalan
kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar yang efektif, penyelesaian tugas tugas
dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber belajar serta perencanaan
pendidikan lanjutan.
SIMPULAN IMPLIKASI

Kesimpulan
Psikologi adalah suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari secara
menyeluruh, kompeherensif dan kritis tentang sikap, tingkah laku dan aktivitas-
aktivitas manusia, di mana sifat, tingkah laku dan aktivitas- aktivitas tersebut
merupakan manifestasi dari hidup kejiwaan. Pendidikan merupakan sebuah proses
interaksi dan pelatihan antara dua orang atau lebih, antara guru dan peserta didik
yang mana menghasilkan suatu perubahan sikap dan tingkah laku Jadi dalam hal
ini psikologi sangat berperan penting dalam pendidikan karena psikologi sebagai
ilmu pengetahuan adalah berupaya memahami keadaan peserta didik yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Psikologi pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia dan lingkungannya dalam proses pembelajaran.
Dikaji dari beberapa jurnal penelitian teori-teori psikolog pembelajaran
ada 3 yaitu Teori belajar psikologi behavioristic, Teori belajar psikologi kognitif,
dan Teori belajar dari psikologi humanistis. Mempelajari psikologi pendidikan
bagi pendidik memiliki beberapa manfaat yaitu Memahami perbedaan siswa,
dapat memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat, mengevaluasi hasil
pembelajaran, dan dapat memberikan bimbingan serta pengarahan yang baik
kepada siswa.
Dari beberapa jurnal penelitian mengenai psikologi pendidikan, banyak
terdapat sekolah yang permasalahannya ada pada peserta didik/siswa. Salah satu
contohnya, Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai
kebahagiaan dalam hidupnya karena tidak dapat menyesuaikan diri . Penyesuaian
diri yang baik untuk remaja akan menjadi salah satu bekal penting karena akan
membantu remaja pada saat terjun dalam masyarakat luas. Maka Peran guru
sangat penting dalam membantu siswa untuk mengidentifikasi peran dan identitas
dirinya sebagai seorang siswa. Peran dan identitas diri yaitu bagian dari
penyesuaian diri siswa terhadap diri dan lingkungannya, faktor yang
mempengaruhi Pemahaman siswa mengenai peran dan identitas yaitu faktor fisik,
kepribadian, pendidikan, lingkungan, agama dan budaya.
Implikasi
Pengimplikasian terhadap mahasiwa pendidikan bisnis, karena mahasiwa
pendidikan bisnis kelak akan menjadi seorang pendidik, maka dibutuhkan
pengetahuan mengenai psikologi pendidikan.
Implikasi nya yaitu :

1. Psikologi pendidikan sangat penting, dikarenakan kita mahasiswa pendidikan


bisnis maka harus mempunyai sikap profesionalitas yang nantinya jadi
seorang pendidik.
2. Jika nanti menjadi pendidik, harus mengetahui terlebih dahulu karakteristik
para peserta didiknya.
3. Meningkatkan kemauan dan niat untuk mencari dan mendapatkan ilmu.
4. Memberikan ruang bagi siswa untuk mengenali diri dan bakatnya.
5. Mahasiswa harus memperkuat proses pembelajaran dan mampu membangun
situasi mengar yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik.
6. Mahasiswa yang kelak akan menjadi pendidik, harus dapat melewati berbagai
pertimbangan psikologis peserta didik seperti, memilih strategi pembelajaran
yang tepat.
7. Mahasiswa yang akan menjadi pendidik, harus menjadi seorang pengajar yang
mampu menjadi figure guru ideal bagi peserta didiknya.
Daftar Pustaka

Memahami Peran Psikologi Pendidikan Bagi Pembelajaran | Sakerebau | BIA':


Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual (jurnalbia.com)

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
www.researchgate.net/publication/
333167441_Memahami_Peran_Psikologi_Pendidikan_Bagi_Pembelajaran&ved=
2ahUKEwjV4Orgj__1AhUe4zgGHZX1AGcQFnoECAQQAQ&usg=AOvVaw3g
ZDHR09OriNptyQoHAC62

Nurliani (2016). Studi Psikologi Pendidikan

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
media.neliti.com/media/publications/293617-studi-psikologi-pendidikan-
539b32f0.pdf&ved=2ahUKEwiMs_WUlP_1AhUHSWwGHcitBKwQFnoECAQ
QAQ&usg=AOvVaw14VOHbD_RMdKXeeY0-tCiN

Umi Kulsum (2021). Peran Psikologi Pendidikan Bagi Pembelajaran

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
www.researchgate.net/publication/
333167441_Memahami_Peran_Psikologi_Pendidikan_Bagi_Pembelajaran&ved=
2ahUKEwjV4Orgj__1AhUe4zgGHZX1AGcQFnoECAQQAQ&usg=AOvVaw3g
ZDHR09OriNptyQoHAC62

Arifin (2017). Membangun Karakter Siswa Sebagai Kontribusi Terhadap Karakter


Bangsa Melalui Pendekatan Psikologis

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
jurnal.stkip11april.ac.id/index.php/JESA/article/download/
13/11&ved=2ahUKEwjW1ZKXk__1AhXOgtgFHQ5aD0cQFnoECAMQAQ&us
g=AOvVaw1mPoQ5cUitxUf_1osLpqoI

Muhammad Ichsan (2016). Psikologi Pendidikan dan Ilmu Mengajar


https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/download/
691/551&ved=2ahUKEwij_bvDk__1AhXiRmwGHXlNBRIQFnoECAcQAQ&us
g=AOvVaw3VBnnyE8jD59kMgNpU0Zg8

Fadhilah Suralaga (2021). Psikologi Pendidikan Implikasi dalam Pembelajaran

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/55466/1/PSIKOLOGI
%2520PENDIDIKAN.pdf&ved=2ahUKEwjV4Orgj__1AhUe4zgGHZX1AGcQF
noECAsQAQ&usg=AOvVaw2tdS6TKTOXBSjWXc9HvbFh

S_PPB_0907166_Chapter1.pdf (upi.edu)

S_PPB_0901246_Chapter1.pdf (upi.edu)

S_PPB_0703750_Chapter1.pdf (upi.edu)
BIODATA

Nama : Aliyyah Chantika

NIM : 2107266

Riwayat Pendidikan :SMP Negeri 4 Cibitung

SMA Negeri 1 Cikarang Barat

Deskripsi Singkat : Tempat tinggal saya Bekasi. Saya lahir di


Bekasi Tanggal 9 Desember 2003, saya
memiliki cita-cita jadi seorang pembisnis
wanita yang sukses dan bisa memenuhi keinginan serta
banggain orang tua saya.

Nama : Rosa Choerunnisa

NIM : 2106971

Riwayat Pendidikan :SMP Negeri 1 Kersamanah

SMA Negeri 9 Garut

Deskripsi Singkat : Tempat tinggal saya di Garut, lahir di Garut


tanggal 7 Februari 2003. Cita-cita saya jadi
pembisnis sukses dan bisa banggain orang tua.

Nama : Sahrul Romadlon


NIM : 2110139

Riwayat Pendidikan :SMP Negeri 2 Wangon

SMA Unggulan CT ARSA Foundation Sukoharjo

Deskripsi Singkat :Saya lahir di Banyumas, 26 November 2002 dan besar di


sana juga.Riwayat pendidikan saya dimulai di SD Negeri 2
Canduk. Kemudian lanjut di SMP Negeri 2 Wangon, disini
ada beberapa organisasi yang saya ikuti, baik itu OSIS
maupun Pramuka. Kemudian saya lanjut SMA di sekolah
berasrama yang baru saja didirikan tahun 2018 oleh
bapakChairul Tanjung dan istrinya Ibu Anita Ratnasari
Tanjung. Angkatan saya adalah angkatan pertama di
sekolah itu. Di SMA juga saya mengikuti beberapa
organisasi baik itu Rohis maupun Pramuka. Kemudian
setelah itu saya diterima di UPI lewar jalur SBMPTN.

Nama : Syifa Putri Fatilah

NIM : 2109752

Riwayat Pendidikan : SMP Negeri 1 Rancaekek

SMA Negeri 1 Rancaekek

Deskripsi Singkat : Nama panggilan saya Syifa. Sayalahir di


Bandung pada tanggal 7 Maret 2002
yang merupakan anak ketika dari tiga
bersaudara. Saya tinggal di Rancaekek
bersamakedua orangtua saya. Saat ini saya menempuh
pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia dengan
juruan Pendidikan Bisnis.

Anda mungkin juga menyukai