1. (20 poin) Dua buah kapasitor disusun seri seperti terlihat pada gambar memiliki
jarak antar lempeng terjauh sepanjang a dengan luas penampang A, penghalang
dengan panjang b yang mula-mula tepat berada ditengah dapat bergerak bebas
secara vertikal.
1
(a) (3 poin) Kapasitas dari dua lempeng sejajar
Aϵ02Aϵ0
C1 = a−b
=
2
a−b
Aϵ0 2Aϵ0
C2 = a−b =
2
a−b
1 1 1
′
= ′ +
C C1 C2
1 a−b 1
= +1
C′ 2Aϵ0 κ
2Aϵ0 κ
C′ =
(a − b) (κ + 1)
energi sistem kapasitor setelah disisipi material
1 1 2Aϵ0 κ
W = CV 2 = V2
2 2 (a − b) (κ + 1) 0
Perubahan Energi Kapasitor
∆W = W ′ − W
1 Aϵ0 2 2κ
∆W = V −1
2a−b 0 κ+1
1 Aϵ0 2 2κ − κ − 1
∆W = V
2a−b 0 κ+1
1 Aϵ0 2 κ − 1
∆W = V
2a−b 0 κ+1
a−b
Didefinisikan u = 2
.
(c) (8 poin) Penghalang digeser sedikit sejauh x menyebabkan jarak antar lem-
peng kapasitor C1 mendekat
Aϵ0 κ Aϵ0
C1′ = C2 =
u−x u+x
2
1 u−x u+x
= +
C ′′ Aκϵ0 Aϵ0
1 u − x + κu + κx
′′
=
C Aκϵ0
Aϵ0 κ
C ′′ =
(κ + 1)u + (k − 1)x
2Aϵ0 κ
C ′′ =
(κ + 1)(a − b) + 2(k − 1)x
3
2. (20 poin) Interaksi antara cahaya dan atom merupakan salah satu fenomena
penting dalam perkembangan Fisika modern. Hasil interaksi antara dua entitas
ini mengindikasikan berlakunya berbagai konsep dalam Fisika modern, mulai dari
dualisme gelombang-partikel, energi relativistik, sampai adanya konsep medan
kuantum. Di sini, kita akan tinjau garis besar proses interaksi cahaya dan atom
beserta beberapa hasil-hasil pentingnya.
(a) (2 poin) Salah satu ide penting dari dualisme gelombang-partikel adalah
kita dapat memandang sinar cahaya dengan panjang gelombang (λ) tertentu
sebagai aliran partikel-partikel foton, dimana tiap partikel tidak memiliki
massa dan membawa momentum (p). Kedua besaran tersebut dihubungkan
melalui persamaan
h
p=
λ
Jelaskan arti fisis dari h! Tentukan pula dimensinya dan satuannya! (dalam
SI menggunakan sistem MKS (meter, kilogram, sekon))
(b) (2 poin) Relativitas khusus memiliki banyak konsekuensi yang mengubah
pandangan kita mengenai besaran-besaran fisis. Salah satu besaran yang
berubah cukup drastis adalah energi partikel E. Menurut relativitas khusus,
energi suatu partikel dipengaruhi oleh massa (m) dan momentumnya (p).
Hubungan antara energi, massa dan momentum diberikan oleh persamaan
berikut
E 2 = m 2 ca + p 2 cb
dengan c kecepatan cahaya. Menggunakan analisa dimensi pada satuan SI,
tentukan nilai a dan b!
(c) (2 poin) Tentukan besar energi suatu partikel foton, dinyatakan dalam λ, E,
dan c berdasarkan informasi pada soal a) dan b)!
(d) (3 poin) Energi partikel bermassa (inti atom, elektron, dll) pada soal b)
di atas terdiri dari jumlahan energi diam dan energi kinetik, dengan energi
diam adalah energi saat momentum bernilai nol
a
E = mc 2
Buktikan bahwa energi kinetik partikel yang bergerak dengan kecepatan ren-
dah (p2 cb << m2 ca dan p = mv) akan memiliki bentuk
1
Ek = mv 2
2
4
(f) (5 poin) Pada kondisi ketika energi cahaya jauh lebih besar dibanding fungsi
kerja, cahaya tidak akan terserap, dan hanya memberikan sebagian energinya
ke elektron. Sebagian kecil energi yang diberikan akan digunakan untuk
melepaskan diri (jumlah energi ini dapat diabaikan), dan sebagian besar en-
ergi yang diberikan akan menjadi energi kinetik elektron.
Fenomena yang terjadi akan menjadi seperti hamburan dan dikenal seba-
gai efek Compton, dengan diagram gerak foton dan elektron diberikan pada
gambar berikut. Buktikan, dengan menggunakan prinsip kelestarian energi
dan momentum, bahwa cahaya akan mengalami perubahan panjang gelom-
bang dan dihubungkan oleh persamaan berikut
h
λ′ − λ = (1 − cos θ)
me c
Dengan me adalah massa elektron, λ adalah panjang gelombang awal, dan
λ′ adalah panjang gelombang akhir.
(g) (4 poin) Jika energi tiap partikel cahaya pada peristiwa efek Compton diperbe-
sar, fenomena lain yang lebih menakjubkan dapat terjadi. Interaksi antara
cahaya dengan material memungkinkan terbentuknya 2 partikel baru, yakni
pasangan elektron dan positron. Elektron dan positron memiliki massa yang
sama, yakni me . Perkirakan ungkapan frekuensi minimal cahaya yang diper-
lukan! Berikan alasan mengenai asumsi perkiraan tersebut!
5
(a) Besaran h adalah konstanta Planck, yang mewakili kesebandingan antara
frekuensi suatu gelombang cahaya dengan energi suatu paket cahaya.
(1 poin)
Dimensi momentum adalah [M ][L][T ]−1 (massa kali kecepatan), sedangkan
dimensi panjang gelombang adalah [L] (panjang). Dari persamaan yang ada,
didapat
h = pλ
sehingga dimensi h merupakan hasil kali dimensi momentum dan panjang
gelombang
[h] = [p][λ] = [M ][L]2 [T ]−1
dan satuan bagi h pada sistem SI adalah kg.m2 /s=Joule.s
(1 poin)
(b) Energi memiliki dimensi [M ][L]2 [T ]−2 (massa dikali kuadrat kecepatan) dan
momentum memiliki dimensi [M ][L][T ]−1 (massa kali kecepatan), sedan-
gkan kecepatan cahaya memiliki dimensi [L][T ]−1 (kecepatan).
(1 poin)
Dari persamaan yang ada, didapat
6
2 2 2
Karena p2 c2 ≪ m2 c4 , maka mp 2cc4 = mp2 c2 ≪ 1 sehingga bisa digunakan pen-
dekatan
p2 p2
2 2
E ≈ mc 1 + ≈ mc + (1.5 poin)
2m2 c2 2m
Energi total merupakan jumlahan energi diam dan energi kinetik, sehingga
kita dapatkan
p2 m2 v 2 1
Ekinetik = = = mv 2 (1 poin)
2m 2m 2
(e) Frekuensi dan panjang gelombang pada cahaya dihubungkan oleh persamaan
c
f=
λ
Sehingga enerrgi cahaya dapat dinyatakan dalam frekuensi
E = hf (1 poin)
Energi cahaya pada efek fotolistrik digunakan untuk dua hal : melepaskan
elektron dan memberi energi kinetik pada elektron. Kita dapat tuliskan
hf = W + Ekinetik
sehingga
Ekinetik = hf − W (1 poin)
(f) Kita bisa tuliskan persamaan kelestarian energi sebelum dan sesudah tum-
bukan
hc hc p
+ me c2 = ′ + m2e c4 + p2 c2 (1 poin)
λ λ
Kita bisa pindah suku hc λ′
ke ruas kiri, kemudian mengkuadratkan kedua uras
untuk menghilangkan akar
hc hc p
− ′ + me c2 = m2e c4 + p2 c2
λ λ
2
hc hc 2 4 hc hc
− ′ + me c + 2 − ′ me c2 = m2e c4 + p2 c2
λ λ λ λ
2
2 4 2 2 hc
me c + p c
λ
2
hc hc hc hc
+ ′
+ 2me c2 − ′ = p 2 c2 (1 poin)
λ λ λ λ
7
Kita bisa kuadratkan kedua ruas dan menjumlahkan kedua baris untuk men-
dapatkan ungkapan p2
2 2
h2
2 2 2 h h 2 h 2
p cos θ + p sin θ = − ′ cos α + cos α − 2 cos α
λ λ λ′ λλ′
2 2
2 h h h2
p = + − 2 cos α (1 poin)
λ λ′ λλ′
(g) Asumsi sederhana yang cukup baik untuk dipakai adalah energi tiap partikel
foton seluruhnya dikonversi menjadi 2 energi partikel baru yang muncul.
Untuk itu, energi satu partikel foton setidaknya harus sama dengan energi
diam 2 partikel baru
(2 poin)
hf ≥ 2me c2 (1 poin)
sehingga frekuensi minimal yang diperlukan adalah
2me c2
fmin = (1 poin)
h
Sebagai gambaran, frekuensi minimal yang diperlukan memiliki besar seki-
tar 33000 kali frekuensi sinar ungu.
8
3. (20 poin) Misal terdapat dua partikel, yang masing-masing memiliki bermassa
m dan M , anggap M ≥ m. Kedua partikel tersebut diletakkan pada suatu lantai
yang licin, dan di salah satu ujung lantai terdapat dinding. Partikel dengan massa
m diletakkan lebih dekat dengan dinding dalam keadaan diam sedangkan partikel
yang bermassa M bergerak dengan kelajuan v mendekati dinding.
m M
Anggap semua tumbukan lenting sempurna. Dan kedua partikel dijaga agar
hanya bergerak sepanjang lantai
9
Ukuran dari kedua partikel tersebut dapat diabaikan. Karena lantai licin dan se-
mua tumbukkan lenting sempurna maka energi dari konfigurasi ini terlestarikan.
Dalam pembahasan ini posisi dari partikel bermassa M diwakili oleh simbol xM
dan partikel lainnya diwakili xm . Dalam pembahasan ini dinding berada di x = 0.
x M ≥ xm (0.5 poin)
xm ≥ 0 xM ≥ 0 (0.5 poin)
(−v, 0)
xM
Daerah yang diwarnai abu-abu merupakan daerah yang memiliki semua po-
sisi yang mungkin dari konfigurasi. Panah menunjukkan perubahan posisi
per satuan waktu dari kedua partikel.
(2 poin)
(c) Persamaan kelestarian:
i. Tumbukkan partikel-dinding
1 1
mẋ2m + M ẋ2M = c1 (2 poin)
2 2
ii. Tumbukkan partikel-partikel
1 1
mẋ2m + M ẋ2M = c1 (1 poin)
2 2
mẋm + M ẋM = c2 (1 poin)
10
(d) Berikut koordinat setelah ditransformasi
Xm
pm
Xm = M
XM
q
M
(− M +m v, 0)
XM
(2 poin)
(e) Pembuktian dilakukan untuk kasus tumbukkan partikel-dinding dan partikel-
partikel dengan sembarang kelajuan
i. Untuk tumbukkan partikel-dinding, saat partikel menumbuk dinding,
kecepatannya menjadi berlawanan arah dan dengan besar yang sama
karena tumbukan lenting sempurna sehingga:
ẋ′m = −ẋm (0.5 poin)
Dalam sistem koordinat baru:
r
′ M
Ẋm =− ẋm = −Ẋm (0.5 poin)
M +m
Sehingga kecepatan pada sistem koordinat baru:
(XM , Xm ) → (XM , −Xm ) (0.5 poin)
θ θ
(0.5 poin)
ii. Untuk tumbukkan partikel-partikel, dapat digunakan fakta bahwa tum-
bukkan terjadi saat xm = xM , serta fakta bahwa dalam pemantulan
sudut datang besarnya sama dengan sudut pantul.
pm
Xm = M XM
β
α
θ
θ′
11
(0.2 poin)
Sudut antara garis dengan vektor kecepatan yang sudah ditransformasi
dapat dicari dengan menggunakan perkalian dot. Vektor dari garis yang
membatasi daerah partikel baru dengan besarnya bernilai satu:
r
1 h√ √ i
G= MêM + mêm (0.8 poin)
M +m
Sedangkan vektor kecepatan yang sudah ditransformasi partikel baru
dalam koordinat baru:
r
1 h√ √ i
f= M ẋM êM + mẋm êm (0.8 poin)
M +m
Sehingga persamaan kelestarian momentum dari tumbukkan partikel-
partikel menjadi:
(M + m) G · f = c2
c2
G · f = |G| |f | cos β =
M +m
c2
cos(π − θ) = − cos θ = (1.2 poin)
|f | (M + m)
|f |2 = 2c1
√
|f | = 2c1 (0.8 poin)
Terbukti bahwa sudut pantul dengan sudut datangnya pasti sama dalam
koordinat baru ini untuk sembarang kelajuan dimiliki oleh kedua par-
tikel. Sehingga setiap tumbukkan bisa diwakili dengan pantulan pada
koordinat baru. Di mana tumbukkan partikel dinding adalah saat par-
tikel baru menumbuk sumbu XM dan partikel m menumbuk
pm partikel M
diwakili oleh partikel baru menumbuk garis Xm = M XM .
12
pm
(f) Sudut kemiringan yang dimiliki garis Xm = M
XM adalah
r
m
tan α = (1 poin)
M
Bacaan lanjutan: Galperin, G. (2003). Playing pool with π (the number π from a billiard point of
view). Regular and chaotic dynamics, 8(4), 375-394.
13
4. (20 poin) Pada soal ini ada dua subsoal yang tidak berhubungan
(a) (10 poin) Seorang pelajar ingin membuat teleskop bintang sederhana untuk
mengamati benda langit pada malam hari. Teleskop tersebut akan dibuat
dari gabungan lensa objektif dan lensa okuler sama seperti pada mikroskop.
Lensa objektif yang digunakan berjari-jari a, lensa okuler yang digunakan
berjari-jari b. Pelajar mengamati benda langit dengan mata berakomodasi
maksimum sebesar s.
14
(a) Untuk soal bagian pertama
i. Jarak benda pada lensa objektif
1 1 1
+ ′ =
Sob Sob Fob
Karena benda terletak pada jarak yang sangat jauh, bisa dianggap Sob
sama dengan tak hingga
1 1 1
+ ′ =
∞ Sob Fob
′
Sob = Fob
1 1 1
= + ′
Fok Sok Sok
1 1 1
′
= −
Sok Fok Sok
1 2 b + 2s
′
= −
Sok b bs
1 2s − b − 2s
′
=
Sok bs
′
Sok = −s (2 poin)
15
Sehingga perbandingannya sekarang dapat dihitung
′ ′
Sob − Sok a/2 − (−s)
=
Sok bs/(b + 2s)
′ ′
Sob − Sok a/2 + s
=
Sok bs/(b + 2s)
′ ′
Sob − Sok a/2 + s
= (b + 2s)
Sok bs
′ ′
Sob − Sok a a 2s
= +1+ +
Sok 2s b b
′ ′
Sob − Sok a a + 2s
=1+ (3 poin)
Sok 2s b
(b) Untuk subsoal bagian berikutnya
i. Berikut merupakan sketsa orbit dan pusat massa sistem bintang biner
dalam soal ini
16
gaya gravitasi dari M1 maka
GM1 M2
= M2 a2 ω 2
a2
GM1 M2 M1
2
= M2 aω 2
a M1 + M2
GM1 M2 M1 4π 2
= M2 a
a2 M1 + M2 T 2
4π 2
T2 = a3 (2 poin)
G(M1 + M2 )
iii. Di langit akan terlihat dua matahari, suhu di bumi makin meningkat,
periode mengelilingi bintang biner lebih lama.
(2 poin)
17
5. (20 poin) Termodinamika Proses Pembentukan Protobintang
Protobintang (protostar) adalah fase paling awal dalam evolusi pembentukan
bintang. Pada fase ini bintang masih mengumpulkan massanya melalui proses
pengerutan awan molekul induk. Fase protobintang diawali ketika bagian awan
molekul runtuh akibat gaya gravitasinya sendiri kemudian membentuk inti yang
tidak transparan dan memiliki tekanan yang mendukung di dalam bagian yang
runtuh tersebut. (wikipedia)
Pada proses pembentukan tersebut, awan molekul bakal bintang dapat dimod-
elkan dengan awan gas antarbintang yang berbentuk bola dengan jejari R0 , luas
permukaan A0 dan massa m. Awalnya awan gas berada dalam keadaan diam,
kemudian mulai runtuh diakibatkan oleh gaya gravitasinya sendiri. Temperatur
lingkungan (kerapatannya jauh lebih kecil daripada kerapatan awan induk) di
sekitar awan induk dan temperatur awal gas pembentuk awan induk bernilai
sama yaitu T0 . Gas dapat diasumsikan merupakan gas ideal dengan massa mo-
lar rerata bernilai µ dan konstanta adiabatik γ > 43 . Dalam model ini digunakan
asumsi Gmµr0
≫ RT0 dengan R dan G berturut-turut adalah konstanta gas ideal
dan konstanta gravitasi universal.
Dengan memanfaatkan pemodelan ini, jawablah permasalahan-permasalahan berikut
(a) (1 poin) Pada sebagian besar proses keruntuhan, awan gas bersifat sangat
transparan terhadap radiasi sehingga setiap panas yang dihasilkan seketika
langsung diradiasikan, atau dengan kata lain bola gas berada dalam ke-
setimbangan termodinamika dengan lingkungan. Berapa kali peningkatan
tekanan yang terjadi jika bola gas menyusut sehingga luas permukaannya
menjadi seperempat kali semula, A1 = 0, 25A0 ? Gunakan asumsi bahwa
kerapatan gas seragam selama proses ini berlangsung.
(b) (5 poin) Pada jejari tertentu r1 ≪ r0 . Gas menjadi cukup padat dan tidak
tertembus radiasi panas. Hitunglah banyaknya kalor Q yang diradiasikan
selama awan gas mengalami keruntuhan dari r0 sampai r1 !
(c) (4 poin) Untuk jejari r1 kita dapat mengabaikan hilangnya panas akibat ra-
diasi. Tentukan bagaimana hubungan temperatur T terhadap r saat r < r1 !
(d) (7 poin) Pada akhirnya, kita tidak dapat mengabaikan pengaruh tekanan
pada dinamika awan gas dan proses keruntuhan pun berhenti saat r = r2
dengan r2 ≪ r1 . Meskipun demikian, hilangnya panas akibat radiasi masih
dapat diabaikan. Selain itu, temperatur protobintang masih belum cukup
panas untuk memulai fusi nuklir. Pada keadaan ini, tekanan sudah tidak
lagi bernilai sama di semua tempat (sehingga perhitungan tidak lagi seder-
hana) akan tetapi perkiraan kasar dengan konstanta kesebandingan yang
tidak akurat masih dapat dilakukan. Perkirakanlah jejari akhir r2 terhadap
r1 !
(e) (3 poin) Dengan hasil (d), perkirakan temperatur akhir T2 yang bersesuaian
dengan r2 .
Petunjuk: dx
R
x
= ln x + C, Hukum I Termodinamika: ∆Q − W = ∆U , cV ≈ R,
1 1 1
r1
− r2
≈ r1
jika r1 ≪ r2
18
(a) Awan tersusun atas gas ideal, dalam proses dengan
T = konstan
P V = konstan
Diperoleh perbandingan
P0 V
= (0.4 poin)
P V0
Luas permukaan dikaitkan dengan jari-jari
A ∝ R2
=⇒ R ∝ A1/2
19
Karena selama proses penyusutan dari r0 ke r1 gas masih transparan ter-
hadap radiasi =⇒ T = konstan = T0 , hal ini berarti energi dalam tidak
berubah (∆U = 0). Menurut hukum pertama termodinamika
∆Q − W = 0
∆Q = W
mRT0 r0
∆Q = 3 ln (2 poin)
µ r1
Kalor yang diradiasikan sama dengan kerja yang dilakukan oleh gaya gravi-
tasi awan
(c) Saat r1 hilangnya kalor akibat radiasi diakibatkan ∆Q ≈ 0, proses berlang-
sung secara adiabatik. Persamaan keadaan gas ideal untuk proses adiabatik
=⇒ T ∝ r3−3γ (1 poin)
Diperoleh perbandingan
3−3γ
T r
=
T0 r1
r 3γ−3
1
T = T0 (1 poin)
r
(d) Ketika runtuh dari r1 , energi gravitasi dikonversi menjadi kalor. Karena r2 ≪
r1 , energi gravitasi yang dikeluarkan dapat didekati dengan
2 1 1 1
∆Φ = −Gm − ≈ −Gm2 (2 poin)
r2 r1 r2
20
total dapat didekati bernilai nol, maka
∆Q + ∆Φ ≈ 0
m Gm2
RT2 − =0
µ r2
3γ−3
m r1 Gm2
RT0 − =0
µ r2 r2
3γ−3
m r1 Gm2
RT0 =
µ r2 r2
r2 Gmµ 3−3γ
3γ−3 = r
r2 RT0 1
Gmµ 3−3γ
r24−3γ = r
RT0 1
1
Gmµ 4−3γ 3−3γ
r2 = r14−3γ
RT0
1
Gmµ 4−3γ 3γ−3
r2 = r13γ−4
RT0
1
Gmµ 4−3γ 1+ 3γ−4 1
r2 = r1
RT0
1
Gmµ 4−3γ
r2 = r1
RT0 r1
1
RT0 r1 3γ−4
r2 = r1 (4 poin)
Gmµr1
(e) Menggunakan relasi pada nomor (c), pada saat r2 , suhu protobintang adalah
3γ−3
r1
T2 = T0
r2
1 !3γ−3
r1
RT0 r1 3γ−4
T2 = T0
r1
Gmµ
3γ−3
RT0 r1 3γ−4
T2 = T0 (3 poin)
Gmµ
21