Anda di halaman 1dari 2

Narsisisme (dari bahasa Inggris) atau narsisme (dari bahasa Belanda) adalah perasaan cinta terhadap diri

sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah ini pertama
kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani,
Narkissos (versi bahasa Latin: Narcissus), yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di
kolam. Tanpa sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam dan tumbuh bunga yang sampai
sekarang disebut bunga narsis. Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir, bahkan Andrew
Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat
seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang
lain..

Seni memungkinkan seniman dan peminatnya memimpikan eksistensi yang tidak dimungkinkan oleh
batas-batas kenyataan, unyuk menciptakan kembaran-kembaran yang mengungkapkan hasratnya akan
kelanggengan hidup, kembaran yang sekaligus merupakan projeksi ego dan ideal ego, yang
memungkinkan kerja ganda. Narsisme yaitu mencintai diri sendiri sebagaimana adanya dan
sebagaimana seharusnya.

Dalam sebuah teks yang tidak begitu dikenal, yang diangkat dari Considerations actuelles sur la guerre et
sur la mort (Renungan Aktual tentang Perang dan Kematian), terbit tahun 1915, Freud menerangkan
dengan amat jelas mengapa dan bagaimana sastra dan drama merupakan kompensasi pengalaman
kematian kita, dan bagaimana ciri tersebut menjadikannya wilayah pilihan narsisme

suatu hasil yang tak terhindarkan dari semua hal itulah yang harus kita cari dalam dunia fiksi, dalam
sastra, dan dalam drama, suatu pengganti hal yang hilang dalam kehidupan. (...). Hanya disitulah kondisi
yang dapat mendamaikan kita dengan kematian bisa diisi. Terutama dibalik liku-liku kehidupan kita
mampu mempertahankan kehidupan yang tidak tersentuh; karena memang menyedihkan hidup yang
seperti permainan catur ini, satu langkah salah kitapun kalah (...). Dalam wilayah fiksi kita menemukan
kemajemukan hidup yang kita butuhkan. Kita dapat mati seperti pemeran utama yang kita sukai,
sementara kita terus hidup dan siap untuk mati lagi dengan tokoh lain dalam keadaan sehat dan
selamat.”

Ada satu hal lagi yang memungkinkan pencipta memuaskan narsismenya melalui seni, yang
memungkinkan juga pemuasan narsisme peminatnya. Seni memberikan ilusi pada seniman bahwa dia
adalah karya-karyanya, ilusi seakan dia sang pencipta. Hal itulah yang menimbulkan gejala baru yang
begitu berkembang di dunia modern, yang penyanjungan seniman, termasuk konsepsi ideologis tentang
seni transendental yang bebas dari kausalitasnya maupun semua determinisme.
Jenis – Jenis Narsisme
Menurut Maulana (2016) dari psikologhore.com berdasarkan jenisnya narsisme dibagi menjadi dua
yaitu:

- Grandiose Narsistic, adalah narsisme yang umum berada pada lingkungan sekitar, dimana seseorang
dengan Grandiose Narsisic bersifat blak – blakan, mendominasi percakapan, dan ingin selalu
diperhatikan.
- Vulnurable Narsistic, adalah narsisme yang jarang ditemui, dimana seseorang dengan Vulnurable
Narsistic cenderung pendiam namun rapuh (mudah di ambil hati), pengidap Vulnurable Narsistic ini
tidak banyak bicara, sensitif terhadap hinaan yang merendahkan, dan tio

* Wawancara Ahli
Menurut wawancara psikolog Intan Diani Budiman, M.Psi, indikasi individual pengidap narsisme harus
melalui diagnosa dengan pemeriksaan dan data yang valid, namun ada beberapa kecenderungan
narsistik secara umum yang dapat terlihat sebagai berikut:
- Kesulitan dalam berelasi sosial

- Sulit berempati
- Kesulitan dalam mengakui kelemahan diri
- Kesulitan dalam memberikan pujian kepada orang lain
- Sulit menerima kritikan

* penyebab narsisme

Menurut informasi dari seorang psikolog, Dian Ibung, Psi, menjelaskan narsisme merupakan gangguan
keperibadian yang mengindikasikan seseorang memiliki kebutuhan yang tinggi untuk dipuji, kurang
memiliki empati, membanggakan diri, dan merasa dirinya lebih penting dari orang lain. Beberapa ahli
menganggap bahwa gangguan ini disebabkan oleh pola asuh orang tua, adanya pengalaman kurang
menyenangkan atau ada trauma tertentu yang terjadi pada masa lalunya.

Anda mungkin juga menyukai