Anda di halaman 1dari 14

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 P-ISSN 2598-0637

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632


Revolusi Industri 4.0

PENGARUH PEMBELAJARAN BAHASA ARAB MAHARAH


QIRA'AH UNTUK SISWA MADRASAH ALIYAH TERHADAP
PEMAHAMAN BUDAYA ARAB
Dina Mustika Ishak, Efi Nur Fitriyanti, dan Imroatul Azizah
Universitas Negeri Malang
efinurfitri97@gmail.com

ABSTRAK: Keterampilan membaca (maharah qira’ah) merupakan


salah satu keterampilan dalam pembelajaran bahasa Arab setelah
keterampilan berbicara (maharah kalam). Maharah qira’ah adalah
kemampuan membaca teks bahasa Arab dengan fashih sesuai dengan
makharijul huruf, harakat, dan kaidah bahasa Arab serta memahami isi
teks tersebut dengan tepat. Tujuan dari pembelajaran maharah qira’ah
yaitu agar siswa mampu membaca dengan tepat dan memahami teks
serta siswa dapat terus mempelajarinya secara mandiri kapanpun dan
dimanapun. Pembelajaran maharah qira’ah dapat disampaikan dengan
beberapa metode yang efektif yaitu thariqatul mubassyarah, thariqatul
qira’ah, dan metode cooperative. Pemilihan metode berperan penting
dalam pemahaman siswa terhadap isi teks, oleh karena itu guru dituntut
mampu memilih metode yang tepat dalam pembelajaran bahasaa Arab
maharah qira’ah tingkat Madrasah Aliyah. Materi pembelajaran
maharah qira’ah yang mayoritas berisi tentang budaya Arab mampu
menunjang pemahaman siswa terhadap budaya-budaya Arab. Beberapa
budaya Arab yang diaplikasikan dalam materi pembelajaran bahasa
Arab yaitu meliputi tema kesehatan, agama, pendidikan, teknologi,
sejarah, sosial dan ekonomi.

KATA KUNCI: pembelajaran, maharah qira’ah, budaya Arab

Bahasa asing khususnya bahasa Arab sangat penting dalam kehidupan


bermasyarakat di Indonesia karena sejak dulu bangsa Indonesia memiliki hubungan
yang erat dengan bangsa Arab khususnya di bidang keagamaan. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Arab melalui maharah qira’ah (membaca) menjadi sangat
penting karena dapat meluaskan wawasan baik siswa maupun guru mengenai
kebudayaaan, sosial politik, dan khususnya keagamaan yang dilakukan secara
mandiri, sebagaimana definisi membaca yaitu proses mendapatkan pesan dari
tulisan.

Kemahiran membaca mengandung dua aspek pengertian. Pertama,


mengubah lambang tulis menjadi bunyi. Kedua, menangkap arti dari seluruh situasi
yang dilambangkan dengan lambang-lambang tulis dan bunyi tersebut. Inti dari
kemahiran membaca terletak pada aspek yang kedua, sebab kemahiran dalam aspek
yang pertama mendasari kemahiran yang kedua, yaitu kemahiran memahami
makna bacaan. Karena dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, membaca

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 61
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

memiliki urgensi tersendiri, yakni; membaca merupakan kunci untuk membuka


khazanah pengetahuan kebudayaan Islam, long life education tidak akan terwujud
kalau yang melakukannya tidak dapat membaca, dan memahami khazanah
intelektual klasik dan modern (Dahlia, 2013).

Dalam pembelajaran bahasa Arab khususnya maharah qira’ah, yang mana


banyak mengambil materi yang berkaitan dengan budaya-budaya Arab akan
mempengaruhi dalam peningkatan pemahaman siswa mengenai kebudayaan
bangsa Arab. Akan tetapi pengaruh tersebut akan dirasakan oleh siswa, apabila
dalam pembelajaran mencakup atau memenuhi poin-poin indikator pencapaian
maharah qira’ah yang terdapat dalam kurikulum 2013 serta mengimplementasikan
metode yang efektif dalam proses pembelajaran tersebut. Berikut akan dijelaskan
beberapa komponen yang menjadi bagian terwujudnya pembelajaran bahasa Arab
khususnya maharah qira’ah yang efektif baik bagi siswa maupun guru di tingkat
madrasah aliyah.

Indikator Pencapaian Kemampuan (IPK) Maharah Qira’ah

Secara etimologi kata mahārah qira`ah berasal dari bahasa Arab dari kata
maharah yang berarti pandai atau mahir. Secara terminologi kata maharah adalah
kemahiran atau keterampilan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran
bahasa. Adapun kata al- qira`ah artinya membaca. Membaca sebagai melihat dan
memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau di dalam hati sebuah
tulisan. Kemahiran membaca adalah suatu kemampuan berbahasa yang dimiliki
seseorang dalam melihat dan memahami makna yang terkandung dalam sebuah
tulisan dengan terampil, tepat dan fasih, sehingga pesan yang ingin disampaikan
penulis melalui tulisannya dapat ditangkap dan dipahami maknanya oleh pembaca
dengan baik dan tepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pengajar
bahasa Arab dalam pembelajaran qira`ah adalah keterampilan membaca teks dan
mendapatkan informasi dari wacana tertulis.

Secara umum tujuan pembelajaran qira’ah adalah peserta didik mampu


membaca setiap teks Arab dengan benar dan mampu memahami makna yang
terkandung dalam bacaan. Secara khusus pembelajaran qira’ah dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu membaca dalam hati (qira’ah shomitah) dan membaca
keras (qira’ah jahriyah). Adapun tujuan qira’ah shomitah adalah peserta didik
mampu memahami setiap kata dan gaya bahasa yang dipakai dalam teks dan
mengerti makna dan ide yang disampaikan baik yang tersurat maupun tersirat,
sedangkan tujuan qira’ah jahriyah adalah peserta didik mampu memahami sifat
dan makharijul huruf, gaya bahasa, dan intonasi sesuai dengan kaidah gramatika.

Menurut Ainin (2019) menyatakan bahwa indikator yang harus dicapai


dalam maharoh qira’ah sebagai berikut:
1. Membaca dengan lancar, cermat dan tepat

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


62 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

2. Menentukan arti kosakata dalam konteks kalimat tertentu


3. Menemukan fakta atau informasi tersurat dan tersirat dalam teks
4. Menemukan ide pokok dalam paragraf
5. Menghubungkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan
6. Menerjemahkan kalimat dalam teks
7. Menyimpulkan ide pokok bacaan
8. Menemukan judul dari sebuah teks
9. Mengomentari dan mengkritisi isi bacaan
Metode-Metode dalam Pembelajaran Maharah Qira’ah

Dalam proses pembelajaran bahasa Arab terdapat tiga istilah penting yang
mana saling berkaitan satu dengan yang lainnya yaitu pendekatan, metode, dan
teknik. Yang mana menurut Edward Anthony (dalam Effendy, 2017) menjelaskan
bahwa pendekatan adalah seperangkat asumsi yang berkaitan dengan hakekat
bahasa dan belajar-mengajar bahasa. Metode adalah rencana menyeluruh penyajian
bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Sedangkan
teknik adalah kegaiatan spesifik yang diterapkan dalam kelas, yang berkaitan
dengan metode dan pendekatan yang telah ditentukan.

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia terutama dalam maharah qira’ah


pada umumnya masih menggunakan teknik konvensional, yaitu proses
pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa kurang dilibatkan dalam proses
belajar mengajar sehingga pembelajaran hanya sepihak sebagaimana yang
diterapkan dalam metode gramatika atau terjemah, padahal pembelajaran adalah
proses mengajarkan siswa yang menuntut aktivitas keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran. Untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca dan memahami
bahasa Arab, tentunya dibutuhkan teknik pembelajaran yang variatif dan
kontekstual. Variatif berarti menggunakan teknik yang beraneka ragam sehingga
tidak membosankan, dan kontekstual berarti bahwa teknik yang digunakan sangat
familiar di lingkungan siswa.

Dengan demikian, metode marupakan salah satu komponen yang sangat


penting dalam pembelajaran, demi terciptanya pembelajaran yang efektif baik bagi
guru maupun siswa. Dalam pembelajaran bahasa Arab khususnya pada maharah
qira’ah untuk siswa madrasah aliyah, terdapat beberapa metode yang dapat
diterapkan, sesuai dan efektif dengan tingkatan tersebut dari beberapa aspek
diantaranya; thariqatul mubassyarah, thariqatul qira’ah, dan metode cooperative.
Terdapat beberapa penjelasan dari ketiga metode tersebut beserta langkah,
kelebihan dan kelemahannya sebagai berikut.

Thariqatul Mubassyarah

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 63
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

Metode langsung atau disebut juga thariqatul mubassyarah yang


merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa
Arab khususnya maharah qira’ah, yang muncul karena ketidakpuasan terhadap
metode gramatika atau terjemah yang dikaitkan dengan tuntutan kebutuhan nyata
di masyarakat. Dalam metode ini terdapat beberapa karakteristik yang dapat
mempengaruhi pembelajaran bahasa Arab, demi meningkatkan kemampuan
maharah qira’ah yang baik diantaranya; dalam penyampaian kosa kata yang
diambil dari materi pelajaran yang terdapat dalam buku teks pada umumnya bisa
diperagakan. Bahasa target digunakan sebagai bahasa pengantar secara ketat,
sedangkan bahasa ibu siswa dianggap sebagai pelanggaran, seakan-akan kelas
diciptakan menyerupai “kolam bahasa” dimana tempat siswa berlatih bahasa target
secara langsung (Effendy, 2017:48).

Langkah-langkah penyajian metode ini dalam pembelajaran bahasa Arab


khususnya maharah qira’ah sebagai berikut (Effendy, 2017:49).
1) Guru memulai penyajian materi secara lisan, melafalkan satu kata dengan
menunjuk benda ayau gambar benda tersebut dan bisa juga dengan
memeragakan gerakan ataupun mimic wajah. Kemudian siswa menirukannya
berkali-kali sehingga memahami maknanya.
2) Latihan berikutnya yaitu berupa tanya jawab, berkaitan dengan kosa kata dari
topik yang dipelajari. Model interaksi bervariasi, biasanya dimulai dengan
klasikal, kemudian kelompok dan akhirnya individual, baik guru-siswa maupun
antar siswa.
3) Setelah guru yakin bahwa siswa menguasai materi yang disajikan, baik pelafalan
maupun pemahaman makna, kemudian siswa diminta untuk membuka buku
teks.
4) Menjawab pertanyaan dari latihan yang ada dalam buku secara lisan kemudian
secara tertulis.
5) Bacaan umum yang sesuai dengan tingkatan siswa diberikan sebagai tambahan,
baik berupa ungkapan pendek yang indah, cerita pendek lainnya yang relevan
dengan topik dan mengandung hikmah, serta cerita humor yang mana dapat
menambah kosa kata bagi siswa.
6) Tatabahasa diberikan pada tingkat tertentu secara induktif.
7) Siswa didorong untuk berani berbicara dan tidak perlu takut salah.
Menurut Effendy (2017:50) metode ini memilki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari metode ini yang mempengaruhi maharah qira’ah yaitu siswa
mengetahui banyak kosa kata dan pemakaiannya dalam kalimat, siswa menguasai
pelafalan dengan baik seperti penutur asli, pelajar memiliki keberanian dan
spontanitas dalam berpikir dalam bahasa target, sehingga tidak dihambat oleh
proses penerjemahan khususnya pada pembahasan seputar kosa kata. Sedangkan
kekurangannya yaitu memerlukan guru yang ideal dari segi keterampilan berbahasa
dan kelincahan dalam penyajian materi. Kemudian tidak bisa dilaksanakan dalam

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


64 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

kelas besar, diakrenakan kurang kondusif dalam pengontrolannya. Dan yang paling
utama dari kekurangan metode ini yaitu metode ini kurang relevan dengan maharah
qira’ah, yang mana siswa akan mendapat sedikit kesulitan dalam pemahaman teks
secara keseluruhan serta metode ini lebih relevan jika diterapkan dalam
peningkatan kemahiran lisan.

Thariqatul Qira’ah

Metode membaca atau thariqatul qira’ah menjadi salah satu metode yang
efektif dalam pembelajaran bahasa Arab khsususnya maharah qira’ah. Metode ini
muncul dikarenakan adanya ketidakpuasan kepada metode langsung, yang mana
kurang memberikan perhatian khususnya kepada kemahiran membaca. Metode ini
mempunyai beberapa karakteristik diantaranya tujuan utamanya yaitu agar pelajar
mampu memahami teks ilmiah. Materi pelajaran berupa buku bacaan utama dengan
suplemen daftar kosa kata dan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan, buku bacaan
penunjang perluasan, buku latihan mengarang terbimbing dan percakapan. Dasar
dalam aktivitas pembelajaran yaitu memahami isi bacaan melalui proses analisis,
yang didahului oleh pengenalan kosa kata pokok dan maknanya, kemudian
mendiskusikan isi bacaan dengan bantuan guru. Membaca diam atau qira’ah
shomitah lebih diutamakan dari pada membaca keras atau qira’ah jahriyyah
(Effendy, 2017:54).

Langkah-langkah penyajian metode ini sebagai berikut (Effendy, 2017:55).


1) Dimulai dengan pemberian kosa kata atau istilah yang dianggap sulit dan
penjelasan maknanya dengan definisi beserta contoh dalam kalimat.
2) Siswa membaca teks bacaan secara diam selama kurang lebih 25 menit.
3) Diskusi mengenai isi bacaan yang dapat berupa tanya-jawab dengan
menggunakan bahasa ibu pelajar.
4) Pembicaraan terkait dengan tata bahasa secara singkat.
5) Membahas kosa kata yang belum dipahami sebelumnya.
6) Mengerjakan tugas-tugas yang ada dalam buku suplemen, yaitu dengan
menjawab pertanyaan tentang isi bacaan, latihan menulis terbimbing, dan
sebagainya.
7) Siswa diharapkan untuk membaca bacaan perluasan atau tambahan di rumah dan
melaporkan hasilnya pada pertemuan berikutnya.
Setiap metode tidak dipungkiri memiliki kelebihan dan kelemahan. Dalam
metode membaca atau thariqatul qira”ah ini terdapat beberapa kelebihan
diantaranya; dalam pemahamannya, siswa lebih terlatih memahami bacaan dengan
analisis, bukan dengan penerjemahan. Kemudian, perbendahaaran kosa kata yang
baik oleh siswa dan juga pemahaman terhadapnya. Dan pengingkatan pemahaman
siswa terkait tata bahasa. Sedangkan kelemahan dari metode membaca atau
thariqatul qira’ah diantaranya; dalam kemahiran membaca nyaring siswa kurang
menguasainya dan siswa kurang terampil dalam mengarang bebas.
Metode Cooperative

Pendidikan di Indonesia yang mana saat ini menggunakan kurikulum 2013


yang berbasis pada pembelajaran saintifik, dimana siswa lebih berperan aktif dalam

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 65
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

setiap kegiatan pembelajaran baik dalam mengamati, menanya, mencoba,


mengasosiasi dan mengomunikasikan suatu materi. Maka dari itu, metode
cooperative dinilai lebih sesuai dengan pemebelajaran siswa saat ini, khususnya
tingkat madrasah aliyah. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Teori
Motivasi (dalam Effendy, 2017:207) menjelaskan bahwa tujuan belajar dengan
metode coopetarive yaitu untuk menciptakan suatu situasi dimana keberhasilan
dapat tercapai bila siswa lain juga mencapai tujuan tersebut. Maka pembelajaran
bersifat kooperatif, bukan kompetitif, dan keberhasilan belajar adalah keberhasilan
kelompok bukan keberhasilan individu. Karakteristik pembelajaran dengan
menggunakan metode cooperative sebagai berikut.
1) Possitive Interdependence: Saling tergantung secara positif, artinya anggota
kelompok menyadari bahwa mereka perlu bekerja sama untuk mencapai tujuan.
2) Face to Face Interaction: Semua anggota berinteraksi dengan saling
berhadapan.
3) Individual Accountability: Setiap anggota harus belajar dan menyumbang demi
pekerjaan dan keberhasilan kelompok.
4) Use of Collaborative/Social Skills: Keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi
diperlukan, untuk ini diperlukan bimbingan guru agar siswa dapat berkolaborasi.
5) Group Processing: Siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara
efektif.
Pembelajaran dengan metode cooperative ini mempunyai variasi dalam
menerapkannya. Beberapa macam bentuk pembelajaran dengan metode
cooperative sebagai berikut (Effendy, 2017:208-209).

1) Think Pair Share


Salah satu bentuk varian dari pembelajaran dengan metode cooperative
yaitu Think Pair Share, yang mana seorang guru member suatu topik permasalahan
kepada siswa, kemudian siswa berpikir tentang topik tersebut secara individual.
Selanjutnya, siswa diminta untuk perpasangan (in pair) meneruskan pembicaraan
dengan saling melengkapi hasil dari pembahasan topik tersebut. Siswa
membicarakan dengan pasangan masing-masing tentang topic tersebut dan saling
mengemukakan apa yang mereka ketahui tentang topik tersebut dan apa lagi yang
perlu diketahui atau perlu dicari untuk dapat menjawab atau menghasilkan solusi.
Kemudian guru meminta beberapa siswa untuk berbagi jawaban (share) dengan
seluruh siswa di kelas.

2) Think Pair Square


Hampir sama prosedur dalam pelaksanaan Think Pair Square, akan tetapi
terdapat perbedaan diakhir pembelajaran, yang mana setelah diskusi dan berbagi
informasi secara berpasangan, siswa diminta untuk membicarakan topik tersebut

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


66 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

dengan pasangan lainnya. Bekerja sama antara para siswa yang saling berhadapan
membentuk mempat sudut ini yang disebut dengan ”square” (segi empat).

3) Expert Group (Kelompok Ahli)


Expert Group merupakan salah satu jenis atau varian dalam pembelajaran
dengan metode cooperative yang mana setiap siswa dalam kelompok diberi nomor.
Semua anggota dengan nomor yang sama akan membentuk suatu grup ahli. Guru
memberikan bahan diskusi, yang mana guru telah membagi bahan tersebut menjadi
beberapa bagian. Kemudian siswa mendiskusikannya, setiap bagian bahan
ditangani oleh grup ahli. Setelah pembicaraan selesai dan dapat menumakan
jawaban ataupun solusi dari topik yang ditentukan, kemudian setiap anggota
kembali ke induknya (Home Group). Setiap anggota di Home Group memberitahu
apa yang telah dipelajari di Expert Group. Semua anggota Home Group akan
melengkapi atau menyelesaikan tugas menggunakan pengetahuan yang diperoleh
dari Expert Group.

Menurut Sayyidi (2018) mengemukakan bahwa terdapat jenis atau variasi


lain dari metode cooperative selain yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Mind
Mapping. Pembelajaran kooperatif Mind map adalah pembelajaran dengan metode
cooperative yang memanfaatkan teknis grafis, yang memungkinkan siswa untuk
mengeksploitasi seluruh kemampuannya untuk berpikir dan belajar. Unsur otak kiri
dan otak kanan dilibatkan sekaligus bersama-sama. Mind mapping melibatkan
secara aktif kedua belah otak. Mind map memiliki empat sifat dasar yaitu; 1) objek
perhatian adalah pada gambar pusat, 2) objek topik utama terpancar dari pusat
berupa cabang-cabang, 3) cabang-cabang memuat gambar kunci atau kata kunci
yang ditulis pada garis yang tersambung dengan gambar pusat. Subtopik dicatat
pada level cabang yang lebih dalam lagi, 4) cabang-cabang secara sinergis saling
membangun jaringan. Metode pembelajaran kooperatif mind mapping sangat cocok
untuk tingkatan pembelajar pemula.

Adapun tiga hal penting yang perlu di perhatikan dalam pengelolaan


kelas yang menerapkan metode kooperatif yaitu pertama, pengelompokan
heterogen yang dilakukan dengan memperhatikan keaneka ragaman gender, latar
belakang sosial, kemampuan akademik, dan kecakapan berbahasa. Kedua,
penumbuhan semangat dan motivasi untuk kerja sama, hal ini perlu dilakukan agar
setiap siswa ingin memikirkan siswa lainnya. Dengan semangat ini, siswa akan
dengan mudah menjalin relasi dengan pembelajar lain. Dan yang ketiga, penataan
ruang kelas yang mana posisi atau tata letak siswa berdiskusi yang baik juga
menjadi hal yang penting karena dapat mempengaruhi hasil dari diskusi dalam
pembelajaran tersebut (Rukmana, 2017).

Metode cooperative memiliki beberapa kelebihan dan juga kelemahan.


Rukmana (2017) menjelaskan kelebihan dalam pengimplementasian metode ini

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 67
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

diantaranya; melalui metode ini dapat menimbulkan suasana yang baru menjadi
lebih hidup dan lebih bermakna serta menyenangkan dalam pembelajaran bahasa
Arab, dengan syarat siswa harus dapat bekerja sama satu sama lain. Metode ini
merupakan metode yang efektif untuk mengembangkan program pembelajaran
terpadu. Dengan metode cooperative siswa tidak hanya dapat mengembangkan
kemampuan aspek kognitif saja melainkan mampu mengembangkan aspek
afektif dan psikomotor. Melalui metode cooperative, dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Hal ini dikarenakan kegiatan
pembelajaran ini lebih banyak berpusat pada siswa, sehingga siswa diberi
kesempatan untuk turut serta dalam diskusi kelompok. Pemberian motivasi
dari teman sebaya ternyata mampu mendorong semangat siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya. Metode cooperative ini juga mampu
melatih siswa dalam berkomunikasi seperti berani mengemukakan pendapat,
berani dikriik, maupun menghargai pendapat orang lain. Komunikasi interaksi
yang terjadi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa menimbulkan
dialog yang akrab dan kreatif.

Menurut Sanjaya (dalam Rukmana, 2017) menjelaskan bahwa disamping


memiliki kelebihan, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya; ciri
utama dari metode cooperative adalah bahwa siswa saling membelajarkan satu
sama lainnya. Oleh karena itu, apabila proses pembelajaran tidak efektif, dengan
demikian apa yang harus dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa
jika dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru akan jauh lebih efektif.
Untuk memahami dan mengerti prosedur dalam metode ini, membutuhkan waktu
yang cukup panjang. Siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan
merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.
Akibatnya, keadaan semacam ini dapat menganggu iklim kerja sama dalam
kelompok. Penilaian yang diberikan metode cooperative ini didasarkan kepada
hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya
hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

Dari uraian metode-metode yang digunakan dalam maharah qira’ah


sebelumnya, metode yang dinilai paling sesuai dengan kurikulum 2013 yang
diterapkan pada pendidikan zaman ini, khususnya pada pemeblajaran bahasa Arab
yaitu metode cooperative. Hal ini dikarenakan tujuan yang diterapkan dalam
metode tersebut, menggambarkan tujuan yang diinginkan dalam kurikulium 2013,
yanga mana siswa lebih berperan aktif dan guru berperan mengawasi serta
membimbing aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Akan tetapi pada umumnya metode merupakan semua hal yang termuat
dalam setiap proses pembelajaran, khususnya pada pembelajaran bahasa Arab.
Dengan kata lain, metode bisa diartikan sebagai sistematikaatau prosedur umum
bagi pemilihan, penyusunan dan penyajian materi kebahasaan. Maka dari itu,

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


68 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
‫‪Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1‬‬ ‫‪P-ISSN 2598-0637‬‬
‫‪Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi‬‬ ‫‪E-ISSN 2621-5632‬‬
‫‪Revolusi Industri 4.0‬‬

‫‪pemilihan suatu metode harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa,‬‬


‫‪supaya pembelajaran dapat diikuti dengan baik sampai dengan berakhirnya‬‬
‫‪pembelajaran dalam berbagai tingkatan atau kelas di madrasah aliyah. Jika metode‬‬
‫‪pembelajaran yang diterapkan tidak sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, maka‬‬
‫‪yang siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan tidak memberikan‬‬
‫‪manfaat apa-apa dari proses pembelajaran tersebut.‬‬

‫‪Materi dalam Pembelajaran Maharah Qira’ah dan Pengaruhnya terhadap‬‬


‫‪Pemahaman Budaya Arab‬‬

‫التعليم بين الماضي والحاضر‬


‫هناك اختالفات كثيرة‪ ،‬بين التعليم في الماضي‪ ،‬والتعليم في الحاضر‪ .‬ومن تلك‬
‫االختالفات‪ ،‬أن فرص التعليم‪ ،‬كانت قليلة في الماضي‪ ،‬حيث كان يلتحق بالمدارس‬
‫طالب قليلون‪ ،‬هم في الغالب أبناء األغنياء وسكان المدن‪ .‬أما اليوم‪ ،‬فقد أصبح التعليم‬
‫حقا لكل مواطن‪ ،‬فكثر عدد الطالب‪ ،‬وانتشرت المدارس في كل مكان‪ ،‬وشاع القول ‪:‬‬
‫"التعليم كالماء والهواء"‪.‬‬
‫كان طالب العلم في الماضي يسافرون من بلد إلى بلد‪ ،‬لطلب العلم‪ ،‬وكان‬
‫يواجهون ف ي سفرهم كثيرا من التعب‪ ،‬فكانوا يركبون الجمال أياما وأشهرا‪ .‬أما اليوم‪،‬‬
‫فالمدارس والجامعات كثيرة‪ ،‬في كل مدينة وقرية تقريبا‪ ،‬حيث يذهب الطالب إلى‬
‫مدرسته‪ ،‬أو جامعته بالسيارة‪ ،‬أو سيرا على األقدام‪ .‬ومن ناحية أخرى‪ ،‬يستطيع الطالب‬
‫أن يتعلم‪ ،‬وهو في بيته عن طريق الشبكة الدولية‪.‬‬
‫من االختالفات أيضا‪ ،‬أن المعلم كان ال يطلب أجرا على عمله في الماضي‪ ،‬ألنه‬
‫كان يطلب األجر من هللا‪ .‬وكان هدف الطالب طلب العلم‪ .‬أما اليوم‪ ،‬فقد اختلف األمر‪،‬‬
‫فالمعلم يطلب كثيرا من األجر‪ ،‬والطالب يفكر في الشهادة قبل العلم‪ ،‬ألنها وسيلة إلى‬
‫العمل‪.‬‬

‫‪Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020‬‬


‫‪HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang‬‬ ‫‪69‬‬
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

Terjemah
Pendidikan di Masa Lampau dan Sekarang
Ada banyak perbedaan antara pendidikan di masa lampau dan sekarang.
Diantara perbedaannya yaitu, sedikitnya kesempatan pendidikan di masa lampau,
dimana hanya sedikit siswa yang bias melanjutkan untuk bersekolah, mereka pada
umumnya anak-anak orang kaya dan penduduk kota. Adapun hari ini, pendidikan telah
menjadi hak bagi setiap warga negara, jumlah siswa meningkat, dan sekolah tersebar
di setiap tempat, hingga tersebar sebuah perkataan: “pendidikan seperti air dan udara”.
Penuntut ilmu pada zaman dahulu bepergian dari satu negara ke negara yang
lain untuk menuntut ilmu, mereka mendapati banyak kelelahan dalam perjalanan
mereka, mereka menaiki unta selama berhari-hari dan berbulan-bulan. Adapun hari ini,
sudah banyak sekolah-sekolah dan universitas di setiap kota dan desa, sehingga siswa
bisa pergi ke sekolah atau universitas dengan mobil atau berjalan kaki. Di sisi lain,
siswa mampu untuk belajar di rumahnya melalui internet.
Salah satu perbedaan juga, bahwa guru tidak meminta upah atas pekerjaannya
di masa lampau, karena dia hanya meminta pahala dari Allah. Dan tujuan siswa pada
masa lampau adalah untuk menuntut ilmu. Adapun hari ini berbeda yaitu guru meminta
upah yang banyak, dan siswa memikirkan ijazah sebelum ilmu karena ijazah menjadi
perantara untuk bisa mendapatkan pekerjaan.

Pada teks di atas dijelaskan terkait perbedaan pendidikan di masa lampau


dan sekarang. Perbedaan dijelaskan dari aspek kesempatan pendidikan, dimana di
masa lampau hanya anak orang kaya dan penduduk kota saja yang bisa bersekolah.
Adapun sekarang pendidikan telah menjadi hak bagi semua warga negara, sehingga
jumlah siswa semakin banyak diikuti dengan sekolah dan universitas yang sudah
tersebar di setiap tempat.

Kemudian dari aspek sarana transportasi dan kendala, pada masa lampau
seorang penuntut ilmu harus bepergian dari satu negeri ke negeri yang lain dengan
naik unta berhari hari hingga berbulan-bulan. Adapun sekarang karena sekolah dan
universitas sudah menyebar di kota dan desa maka siswa bisa pergi ke sekolah atau
universitas dengan naik mobil atau berjalan kaki.

Aspek yang terakhir yaitu dari tujuan guru dan murid. Pada masa lampau
guru tidak dibayar dan tujuan siswa bersekolah adalah untuk menuntut ilmu.
Adapun sekarang guru meminta upah yang banyak dan tujuan siswa bersekolah
adalah untuk mendapatkan ijazah selain menuntut ilmu agar mudah untuk
mendapatkan pekerjaan nantinya.

Dari satu teks yang diambil dari buku Arabiyyah Baina Yadaik ini
menggambarkan buadaya Arab sekilas dari aspek pendidikannya. Dengan siswa

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


70 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

mempelajari teks ini melalui pembelajaran maharah qira’ah tentunya dengan


metode yang efektif maka siswa akan mendapat satu tambahan pemahaman terkait
budaya Arab. Dan hal ini akan mendukung siswa ke depannya untuk semakin
mudah dalam belajar bahasa Arab.

Pengaruh Pembelajaran Maharah Qira’ah terhadap Pemahaman Budaya Arab

Membaca merupakan salah satu kemahiran berbahasa yang kegiatan


latihannya dilakukan setelah latihan kemahiran berbicara. Secara umum, kegiatan
membaca merupakan proses komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui
teks bacaan. Menurut Hermawan (2013), kemahiran membaca adalah kemampuan
mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis dengan melafalkan dan
mencernanya di dalam hati. Definisi tersebut mengindikasikan bahwa kemahiran
membaca mengandung dua aspek yaitu, mengubah lambang tulis menjadi lambang
bunyi dan menangkap makna dari seluruh situasi yang dilambangkan dengan
lambang- lambang tulis dan bunyi tersebut.

Menurut Moran (2001), budaya adalah cara hidup sekelompok manusia


yang terus berubah, yang terdiri dari seperangkat praktik yang berkaitan dengan
seperangkat produk, yang didasarkan pada seperangkat perspektif, dan terjadi pada
konteks sosial tertentu. Definisi ini menyiratkan pula bahwa budaya itu bersifat
dinamis, berkaitan dengan masa lampau namun terus bergerak maju dan berubah.
Kedinamisan budaya ini erat kaitannya dengan sifat manusia yang secara aktif
mengubah produk, praktik dan masyarakat dimana budaya tersebut berada.

Menurut Sowden (2007), budaya didefinisikan sebagai seperangkat tradisi


sosial, seni, dan pola pikir yang secara historis dihubungkan dengan kelompok
sosial atau bangsa tertentu. Definisi budaya sangat beragam. Sekelompok orang
memahami budaya sebagai tingkah laku, misalnya penggunaan bahasa, bahasa
tubuh, bahasa isyarat, pola hidup, kebiasaan makan, pola kehidupan keluarga, dan
pola pendidikan. Kelompok yang lain mendefinisikan budaya sebagai karya sastra,
seni musik, seni tari, atau seni kerajinan. Kelompok yang lain lagi dapat
mendefinisikan budaya sebagai agama, kepercayaan, ide, atau nilai-nilai. Dalam
kaitan dengan artikel ini yang dimaksud adalah budaya Arab yang tercermin dalam
teks-teks Arab yang dipelajari siswa melalui pembelajaran maharah qira’ah.

Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat yang kompleks dan aktif.
Bahasa dikatakan kompleks karena di dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran
kolektif dan semua hal yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Bahasa dikatakan aktif
karena bahasa terus berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena
sifatnya tersebut, bahasa adalah aspek terpenting dalam mempelajari kehidupan dan
kebudayaan masyarakat.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 71
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

Koentjaraningrat (1994), bahasa merupakan bagian dari kebudayaan.


Artinya kedudukan bahasa berada pada posisi subordinat di bawah kebudayaan,
tetapi sangat berkaitan. Namun, beberapa pendapat lain mengatakan bahwa
hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang bersifat
koordinatif, sederajat dan kedudukannya sama tinggi.

Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah suatu bagian atau subsistem
dari sistem kebudayaan, bahkan dari bagian inti kebudayaan. Bahasa terlibat dalam
semua aspek kebudayaan, paling sedikit dengan cara mempunyai nama atau istilah
dari unsur-unsur dari semua aspek kebudayaan itu. Lebih penting lagi, kebudayaan
manusia tidak akan mungkin terjadi tanpa bahasa karena bahasalah faktor yang
menentukan terbentuknya kebudayaan.

Bahasa sebagai alat komunikasi yang terdiri dari sistem lambang, yang
dikomposisikan pada kerangka hubungan kelompok sosial, dapat berimbas pula
pada struktur interaksi kebudayaan secara menyeluruh. Para ahli sepakat
mendefinisikan kebudayaan sebagai sebuah sistem struktur yang terdiri dari simbol-
simbol, perlambang dan makna-makna yang dimiliki secara komunal atau bersama,
yang dapat diidentifikasi, sekaligus bersifat publik.

Fungsi bahasa dalam arti luas dapat dipergunakan sebagai media


komunikasi untuk menyampaikan segala perlambang kebudayaan antar anggota
masyarakat. Sifat khas suatu kebudayaan memang hanya bisa dimanifestasikan
dalam beberapa unsur yang terbatas dalam suatu kebudayaan, yaitu dalam
bahasanya, keseniannya, dan dalam adat istiadat upacaranya. Bahasa dan budaya,
sangat sarat dengan daya-daya kohesif dan saling mempengaruhi, serta boleh
dikatakan bahwa masing-masing entitas yang satu tidak bisa berdiri sendiri tanpa
peranan yang lain.

Setelah melihat beberapa paparan diatas terkait pengertian maharah qira’ah,


pengertian budaya, pengertian bahasa, serta keterkaitan antara budaya dan bahasa
dimana keduanya sarat dengan daya-daya kohesif dan saling mempengaruhi,
masing-masing entitas tidak bisa berdiri tanpa peranan yang lain maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran maharah qira’ah dengan materi sebagaimana
yang telah dicontohkan di atas yang bersumber dari buku Arabiyyah Baina Yadaik
berpengaruh positif dalam mendukung siswa untuk memahami budaya Arab.

Dalam beberapa buku ajar bahasa Arab seperti Arabiyyah Baina Yadaik,
beberapa materi di dalamnya memaparkan terkait budaya-budaya Arab seperti
kehidupan sosial, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Maka hal ini
sangat mendukung siswa atau pelajar untuk semakin memahami bahasa Arab,
karena tidak bisa dipungkiri ketika seseorang mempelajari bahasa asing secara
otomatis harus mempelajari budaya terkait bahasa asing tersebut.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


72 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

Untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran maharah qira’ah yaitu agar siswa
mampu mengubah lambing tulis menjadi lambing bunyi serta siswa mampu
memahami isi teks yang dibaca maka diperlukan metode yang efektif sehingga
memudahkan siswa untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Maharah qira’ah merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting


dalam pembelajaran bahasa Arab, dikarenakan dapat meluaskan wawasan baik
siswa maupun guru mengenai kebudayaaan, sosial politik, dan khususnya
keagamaan yang dilakukan secara mandiri. Dan juga dalam pembelajarannya, siswa
dan guru diharapkan dapat memenuhi beberapa aspek yang dapat menciptakan
situasi pembelajaran menjadi lebih efektif dan kondusif terutama dalam
pemahaman siswa tentang topik-topik permasalahan yang disajikan guru. Mulai
dari memahami dan mengimplementasikan indicator-indikator pencapaian
maharah qiraah, yang mana secara umum tujuan pembelajaran qira’ah adalah
peserta didik mampu membaca setiap teks Arab dengan benar dan mampu
memahami makna yang terkandung dalam bacaan. Dan juga harus memperhatikan
metode yang efektif disesuaikan dengan tingkatan kemampuan siswa, supaya
pembelajaran dapat diikuti dengan baik sampai dengan berakhirnya pembelajaran
dalam berbagai tingkatan atau kelas di madrasah aliyah. Disamping itu dalam
pembelajaran maharah qira’ah siswa juga dapat meningkatkan pemahaman
terhadap kebudayaan Arab, yang mana materi dalam maharah qira’ah mayoritas
mengambil sumber dari teks-teks yang berkaitan dengan kebudayaan Arab baik
dalam hal pendidikan, sosial, ekonomi, dan kesehatan serta hal-hal lainnya yang
berkaitan dengan budaya Arab.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 73
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

DAFTAR RUJUKAN

.‫ العربية بين يديك كتاب الطالب الثاني‬.4141 .‫ عبد الرحمن إبراهيم‬،‫الفوزان‬


.‫ العربية للجميع‬:‫الرياض‬
Ainin, M. 2019. Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran Bahasa Arab.
Malang: Lisan Arabi.
Adler, M. J. & Charles V.D. 2007. How to Read a book: Cara Mencapai Puncak
Tujuan Membaca. Jakarta: iPublishing.
Dahlia, S. 2013. Urgensi Metode Qiroah DalamPembelajaran Bahasa Arab Di
Ptai. Arabia, 5(1). Dari https://docplayer.info/36471178-Urgensi- metode-
qiroah-dalam-pembelajaran-bahasa-arab-di-ptai-sri-dahlia-1-abstrak.html
Effendy, A. F. 2017. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab cetakan ke-7. Malang:
MISYKAT Malang.
Hermawan, A. 2014. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:
RemajaRosdakarya.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi cetakan ke-8. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Megawati, Lisa. Tahun. Hubungan Bahasa dengan Budaya. Makalah Bahasa,
Universitas Muhammadiyah Makassar. Dari https://www.academia.edu
/28865357/Makalah_bahasa_hubungan_bahasa_dan_budaya
Moran, P. R. 2001.Teaching Culture: Perpectives in Practices.Boston, Heinle and
Heinle.
Rathomi, A. 2019. Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’ah Melalui
Pendekatan Saintifik. Ta’dib :Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 558-565. Dari
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/tadib/article/view/4315.
Rukmana, F. I. H. 2017. Efektifitas Metode Kooperatif Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab. Prosiding Konferensi Nasional Bahasa Arab III. Dari
https://docplayer.info/78536458-Efektifitas-metode-kooperatif-dalam-
pembelajaran-bahasa-arab.html

Sayyidi, K. K. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Gaya Berpikir


Terhadap Hasil Belajar Qira’ah. Al Mahāra Jurnal Pendidikan Bahasa Arab,
4(1). Dari http://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/index.php/almahara/article
/view/1772
Sowden, C. 2007. Culture and the ‘Good Teacher’ in the English Language
Classroom. ELT Journal 61 (4): 304-310.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


74 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai