Anda di halaman 1dari 20

4.

1 PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pendekatan dipahami sebagai sebagai suatu cara pandang dalam
memahami suatu hal yang kemudian akan melandasi pemilihan metode
bagaimana sesuatu tersebut dipahami. Dalam konteks pengelolaan kegiatan,
pendekatan dipahami lebih kepada pola pikir yang digunakan oleh pengelola
terhadap kegiatan yang dipercayakan penyelesaiannya kepada pengelola
tersebut. Pola pikir yang dimaksud di sini lebih mengarah pada cara yang
digunakan untuk mengelola sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan
keseluruhan rangkaian kegiatan sehingga menghasilkan produk atau keluaran
kegiatan sebagaimana yang telah ditentukan. Terkait dengan pemahaman ini,
maka jenis pendekatan yang berkembang sifatnya lebih kepada pola yang
sistematis dengan langkah-langkah yang jelas pada tiap tahapannya.

4.1.1 Pendekatan Normatif


Pendekatan normatif dalam Penyusunan RTR Kota Baru Patimban, ini
pada dasarnya meliputi pendekatan yang bersifat komprehensif dan mengacu
pada norma (peraturan, strategi, dokumen perencanaan, dsb) yang terkait
dengan ketentuan peraturan dan perundangan terkait dengan substansi
penyusunan Strategi dan Model Pengembangan perkotaan dan perdesaan.

Ustek
V-1
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
Pendekatan normatif ini erat kaitannya dengan pendekatan perencanaan dan
analisis kebijakan. Adapun mekanisme umum yang sering digunakan dalam
pendekatan normatif antara lain adalah :
a) Perumusan Masalah (Definisi) menghasilkan informasi dari proses review
dan analisis normatif (kebijakan, peraturan, dokumen perencanaan, dsb),
mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah,
b) Peramalan (Prediksi) menyediakan informasi mengenai konsekuensi di
masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk pula
pilihan tidak melakukan sesuatu,
c) Rekomendasi (Preskripsi) menyediakan informasi mengenai nilai atau
kegunaan relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan
masalah,
d) Pemantauan (Deskripsi) menghasilkan informasi tentang konsekuensi
saat ini dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan dan
e) Evaluasi menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari
konsekuensi pemecahan masalah.
Kelima tahapan tersebut dipahami sebagai satu rangkaian siklus yang berulang.
Siklus ini tidak dilihat sebagai satu kesatuan siklus melainkan sebagian dari siklus
yang ada, yaitu sampai pada tahap penyusunan dokumen Strategi dan Model
Pengembangan.

Gambar 4.1 Diagram Pendekatan Normatif Yang Berorientasi Masalah

Ustek
V-2
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
Terkait dengan lingkup pelaksanaan kegiatan Penyusunan RTR Kota Baru
Patimban, pendekatan normatif akan digunakan dalam beberapa lingkup
kegiatan sebagai berikut :
 Review RTRW Kabupaten dan Kebijakan Terkait,
 Koordinasi – Diskusi Kegiatan dengan Tim Teknis ataupun langsung
dengan masyarakat yang berada di sekitar wilayah perencanaan,
 Analisis kedudukan kawasan perkotaan dalam Rencana Tata Ruang,
 Identifikasi dan penetapan lokasi kawasan terpilih terkait wilayah
pelayanan Patimban dan
 Penyusunan konsepsi, rencana strategis, model pengembangan dan
indikasi program pentahapan pembangunan serta perhitungan estimasi
biaya investasi kegiatan.

4.1.2 Pendekatan Partisipatif


Pendekatan partisipatif dalam proses penyusunan RTR Kota Baru
Patimban ini dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang
terkait dengan pengembangan kawasan perkotaan diwilayah perencanaan. Hal
ini dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh
pemangku kepentingan terkait di daerah.
Guna memperoleh keluaran yang diinginkan dari suatu pendekatan dan
proses partisipatif, maka dirumuskan mekanisme pembangunan secara
partisipatif. Mekanisme umum yang sering digunakan dalam pendekatan ini
antara lain adalah :
a) Persiapan sosial
b) Survey (permasalahan umum, potensi, dan kendala)
c) Kesepakatan prioritas permasalahan yang akan ditangani
d) Kesepakatan penggalangan dan alokasi sumber daya
e) Kesepakatan rencana
f) Proses implementasi

Ustek
V-3
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
g) Pemanfaatan hasil pembangunan
h) Evaluasi
Gambar berikut memberikan ilustrasi dari proses atau mekanisme umum
pendekatan partisipatif.

Gambar 4. 2 Mekanisme Umum Pendekatan Partisipatif

Dalam pendekatan partisipatif, untuk memperoleh suatu kesepakatan,


lazimnya dilakukan pertemuan/diskusi dengan stakeholder terkait. Pertemuan
tersebut ditujukan untuk :
a) Mendorong semua anggota dalam kelompok untuk memberikan
kontribusi saran dan ide, selain itu juga untuk dapat berpartisipasi dalam
curah pendapat dan proses membangun konsensus bersama,
b) Membangun konsensus kelompok yang bersifat praktis,

Ustek
V-4
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
c) Memfasilitasi penyusunan formulasi dalam mencari inovasi dan solusi
kreatif dalam berbagai masalah dan isu dan
d) Memunculkan kepekaan dalam kelompok terhadap para stakeholder dan
juga memunculkan rasa bertanggung jawab.
Terkait dengan lingkup pelaksanaan kegiatan penyusunan strategi dan
model ini, pendekatan partisipatif akan digunakan dalam beberapa lingkup
kegiatan sebagai berikut :
a) Survey sekunder dan primer pada wilayah perencanaan. Pendekatan
partisipatif dapat digunakan dengan melibatkan stakeholder di wilayah
perencanaan untuk menambah dan memperdalam informasi yang
banyak secara cepat, mengumpulkan informasi-informasi yang dimiliki
oleh stakeholder, mengklarifikasi informasi yang kurang pada basis data
dan juga bisa dipakai untuk memperoleh opini-opini yang berbeda
mengenai satu permasalahan tertentu,
b) Identifikasi Potensi, Masalah, Hambatan dan Tantangan pada wilayah
pelayanan dan wilayah perencanaan,
c) Penentuan wilayah pelayanan,
d) Survey primer, pemetaan potensi, masalah, dan kebutuhan pada lokasi
e) Melakukan diskusi dengan pemerintah daerah dalam penyusunan
tahapan pembangunan serta pola pembiayaan kegiatan yang akan
dilakukan.

4.1.3 Pendekatan Teknis - Akademis


Proses Penyusunan RTR Kota Baru Patimban ini dilakukan dengan
menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis,
baik untuk teknik identifikasi, analisis, penyusunan konsep dan perumusan
strategi. Terkait dengan lingkup pelaksanaan kegiatan penyusunan RTR Kota Baru
Patimban ini, pendekatan teknis akademis akan digunakan dalam beberapa
lingkup kegiatan sebagai berikut :

Ustek
V-5
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
 Koordinasi – Diskusi Kegiatan dengan Tim Teknis ataupun langsung
dengan masyarakat yang berada di sekitar wilayah perencanaan,
 Analisis kedudukan kawasan perkotaan dalam Rencana Tata Ruang,
 Identifikasi dan penetapan lokasi kawasan terpilih terkait wilayah
pelayanan kota dan
 Penyusunan konsepsi, strategi dan model pengembangan Kota Baru
Patimban
 Penyusunan Tahapan Pelaksanaan Program Pembangunan (Indikasi
Program)

4.1.4 Pendekatan Eksploratif


Pendekatan eksploratif bercirikan pencarian yang berlangsung secara
menerus. Pendekatan ini akan digunakan baik dalam proses pengumpulan data
& informasi maupun dalam proses analisa dan evaluasi guna perumusan konsep
strategi.

4.1.4.1 Eksplorasi dalam Proses Pengumpulan Data & Informasi


Dalam proses pengumpulan data dan informasi, pendekatan eksploratif
digunakan mulai dari kegiatan inventarisasi dan pengumpulan data awal, hingga
eksplorasi data dan informasi di lokasi studi yang dilakukan. Sifat pendekatan
eksploratif yang menerus akan memungkinkan terjadinya pembaharuan data dan
informasi berdasarkan hasil temuan terakhir. Pendekatan eksploratif juga
memungkinkan proses pengumpulan data yang memanfaatkan sumber informasi
secara luas, tidak terbatas pada ahli yang sudah berpengalaman dalam
bidangnya ataupun stakeholder yang terkait dan terkena imbas secara langsung
dari kegiatan terkait, namun juga dari berbagai literatur baik dalam bentuk buku
maupun tulisan singkat yang memuat teori atau model terkait substansi
pekerjaan yang telah dilakukan. Dalam pendekatan eksploratif ini sangat
memungkinkan diperoleh informasi-informasi tambahan yang tidak diduga
sebelumnya atau yang tidak pernah dikemukakan dalam teori-teori yang ada.

Ustek
V-6
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
Informasi yang didapat dengan pendekatan ini bisa bersifat situasional dan
berdasarkan pengalaman sumber.
4.1.4.2 Eksplorasi dalam Proses Analisa dan Evaluasi
Eksplorasi dalam proses analisa dan evaluasi dilakukan guna
mengelaborasi pokok permasalahan serta konsep-konsep penanganan dan
pengembangan kawasan perkotaan yang ada berikut dukungan regulasi dan
kebijakan. Eksplorasi perlu mengaitkan konsep-konsep teoritis dengan kondisi
dan karakteristik permasalahan melalui pendalaman pemahaman terhadap
lokasi pekerjaan. Proses eksplorasi ini akan mengkerucut pada suatu bentuk
pendekatan yang konfirmatif dalam menilai kesesuaian suatu pola penanganan
serta kebutuhan rumusan kebijakan yang dapat mengintervensi permasalahan
agar pola penanganan terpilih dapat diimplementasikan dan mencapai hasil yang
optimal.

4.1.4.3 Pendekatan Studi Dokumenter dalam Identifikasi dan Kajian Materi


Pekerjaan
Pekerjaan ini memiliki kecenderungan sifat studi yang memerlukan
dukungan kegiatan kajian, baik terhadap literatur berupa tulisan, jurnal, dan hasil
studi terkait, hingga berbagai jenis regulasi dan kebijakan yang terkait dengan
upaya pengembangan kawasan perkotaan. Untuk itu, diperlukan model
pendekatan studi dokumenter yang akan menginventarisasi dan mengeksplorasi
berbagai dokumen terkait dengan materi pekerjaan. Studi dokumenter memiliki
ciri pendekatan yang mengandalkan dokumen/data-data sekunder seperti :
 Peraturan perundangan-undangan dan dokumen kebijakan yang terkait,
 Laporan Rencana Tata Ruang perkotaan pada wilayah lain (best practice)
 Teori maupun konsep-konsep pengembangan kawasan perkotaan.

Ustek
V-7
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
4.1.4.4 Pendekatan Preskriptif dalam Perumusan Konsep Pengembangan
Kawasan Perkotaan dan Perdesaan
Pendekatan preskriptif (prescriptive approach) merupakan jenis
pendekatan yang bersifat kualitatif dan dapat memberikan deskripsi analitis
untuk menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat dalam mendukung suatu
strategi penanganan ataupun kebijakan. Pendekatan ini bertujuan untuk
mengevaluasi dan menilai suatu rencana alternatif kebijakan untuk kemudian
mengeluarkan rekomendasi yang tepat berkaitan dengan kemungkinan
implementasi kebijakan dan program-programnya di masa yang akan datang.
Dengan penggunaan pendekatan preskriptif ini, diharapkan studi tidak hanya
terfokus pada analisa kondisi eksisting, namun juga dapat memperhatikan
potensi implikasi pemanfaatan suatu konsepsi penanganan atau kebijakan.

4.1.5 Pendekatan Incremental-Strategis dan Strategis-Proaktif


4.1.5.1 Pendekatan Incramental-Strategis
Kegiatan ini merupakan suatu penjabaran dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Subang terkait Pengembangan Kota Baru Patimban. Suatu
produk strategi pengembangan yang “baik” harus operasional, oleh karenanya
maksud dan tujuan perencanaan yang ditetapkan harus realistis, demikian pula
dengan langkah-langkah kegiatan yang ditetapkan untuk mencapai maksud dan
tujuan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan perencanaan yang
realistis adalah :
 Mengenali secara nyata masalah-masalah pengembangan kawasan
perkotaan;
 Mengenali secara nyata potensi yang dimiliki kawasan perkotaan;
 Mengenali secara nyata kendala yang dihadapi kawasan perkotaan dalam
proses pembangunan;
 Memahami tujuan pembangunan secara jelas dan nyata;
 Mengenali aktor-aktor yang berperan dalam pembangunan kawasan
perkotaan;

Ustek
V-8
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
 Mengenali ‘aturan main’ yang berlaku dalam proses pembangunan
kawasan perkotaan.
Pendekatan yang digunakan dalam Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
adalah pendekatan Incremental yang lebih bersifat strategis, dimana sebagian
besar kondisi-kondisi awal (pra-kondisi) dari suatu persoalan pembangunan tidak
diperhatikan atau diluar kontrol. Adapun karakteristik pendekatan ini antara
lain :
 Berorientasi pada persoalan-persoalan nyata;
 Bersifat jangka pendek dan menengah;
 Terkonsentrasi pada beberapa hal, tetapi bersifat strategi;
 Mempertimbangkan eksternalitas;
 Langkah-langkah penyelesaian tidak bersifat final.
Metoda SWOT merupakan contoh penjabaran dari pendekatan yang
bersifat incremental-strategis.

4.1.5.2 Pendekatan Strategis-Proaktif


Pendekatan strategis-proaktif merupakan bentuk kebalikan dari
pendekatan incremental-strategis. Adapun yang dimaksud rencana strategis-
proaktif adalah :
 Rencana yang kurang menekankan pada penentuan maksud dan tujuan
pembangunan, tetapi cenderung menekankan pada proses pengenalan
dan penyelesaian masalah, yang kemudian dijabarkan pada program-
program pembangunan dan alokasi pembiayaan pembangunan;
 Rencana yang melihat lingkup permasalahan secara internal maupun
eksternal, dengan menyadari bahwa pengaruh faktor-faktor eksternal
sangat kuat dalam membentuk pola tata ruang kawasan yang terjadi;
 Rencana yang menyadari bahwa perkiraan-perkiraan kondisi di masa
yang akan datang tidak bisa lagi hanya didasarkan pada perhitungan-
perhitungan proyeksi tertentu, akan tetapi sangat dimaklumi bahwa
terdapat kemungkinan-kemungkinan munculnya kecenderungan-

Ustek
V-9
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
kecenderungan baru, faktor-faktor ketidakpastian, serta “kejutan-
kejutan‟ lain yang terjadi diluar perkiraan semula;
 Rencana yang lebih bersifat jangka pendek dan menengah, dengan
memberikan satu acuan arah-arah pembangunan kawasan;
 Rencana yang berorientasi pada pelaksanaan (action).

4.1.5.3 Pencampuran Kedua Pendekatan dalam Pelaksanaan Pekerjaan


Kedua jenis pendekatan ini dapat digunakan dalam pekerjaan ini.
Perbedaan penggunaannya hanya terdapat pada kesesuaian sifat pendekatan
dengan karakteristik kegiatan yang sedang dilakukan. Penjelasan singkatnya
adalah sebagai berikut:
 Dalam perumusan konsepsi dan penyusunan rencana kawasan, maka
pendekatan incremental-strategis perlu dikedepankan untuk dapat
menghasilkan suatu konsepsi pengembangan yang sifatnya cenderung
“utopis”, namun hal ini memang disesuaikan dengan kebutuhan
perumusan visi-misi dan tujuan pengembangan kawasan yang memiliki
kecenderungan untuk mencapai suatu kondisi yang paling ideal,
setidaknya sebagai sebuah target jangka panjang yang perlu diwujudkan
 Dalam penyusunan rencana pembangunan, program pentahapan, dan
aspek pendukung lainnya, perlu dikedepankan pendekatan strategis-
proaktif untuk dapat menghasilkan suatu produk dokumen rencana yang
realistis dan dapat diimplementasikan sesuai tahapan pelaksanaannya.

4.1.5.4 Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan


Pendekatan pembangunan berkelanjutan merupakan suatu pendekatan
dalam perencanaan yang memandang bahwa pembangunan bukan merupakan
suatu kegiatan yang sesaat melainkan suatu kegiatan yang berlangsung secara
kontinyu dan tidak pernah berhenti seiring dengan perkembangan jaman.
Pendekatan ini menekankan pada keseimbangan ekosistem, antara ekosistem
buatan dengan ekosistem alamiah. Dalam perencanaan pembangunan

Ustek
V - 10
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
kesesuaian ekologi dan sumber daya alam penting artinya agar pembangunan
yang terjadi tidak terbatas dalam tahu rencana yang disusun saja.
Pendekatan pembangunan berkelanjutan dalam kegiatan bertujuan
untuk menghasilkan suatu konsep kebijakan dan strategi penanganan kawasan
perkotaan dan perdesaan yang berwawasan lingkungan, namun bukan berarti
menjadikan kepentingan lingkungan sebagai segala-galanya. Dalam pendekatan
ini yang dipentingkan adalah keseimbangan antara pembangunan lingkungan
dan non-lingkungan (ekonomi, sosial, teknologi, dan sebagainya) sehingga
dicapai suatu kondisi pembangunan yang harmonis. Dalam pendekatan ini ada 3
tiga prinsip dasar yang dipegang, yaitu (Haughton dan Hunter, 1994) :
 Prinsip persamaan antar generasi, yaitu pengaruh pada kemampuan
generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi
mereka harus dipertimbangkan. Prinsip ini dikenal juga sebagai principle
of futurity.
 Prinsip keadilan sosial, yaitu keberlanjutan mensyaratkan bahwa
pengontrolan keseluruhan distribusi sumber daya harus merata.
 Prinsip tanggung jawab transfontier, yaitu bahwa dampak dari aktivitas
manusia seharusnya tidak melibatkan suatu pemindahan geografis yang
tidak seimbang dari masalah lingkungan. Dalam prinsip ini terdapat
perlindungan terhadap kualitas dari lingkungan.

Gambar 4.3 Diagram Alir Pendekatan Berkelanjutan

Ustek
V - 11
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
Dalam pendekatan pembangunan berkelanjutan ini terkait juga dengan
penciptaan keberlanjutan masyarakat/komunitas (sustainable communities)
tempat dimana suatu komunitas ingin tinggal dan bekerja pada masa sekarang
dan masa yang akan datang. Konsep pembangunan berkelanjutan akan dapat
terus berlanjut jika terdapat masyarakat yang terus berlanjut pula. Dalam
sustainable communities, masyarakat menciptakan suatu komunitas seperti yang
dikehendaki oleh masyarakat sehingga dapat tercipta suatu keberlanjutan dalam
komunitas tersebut. Sustainable communities ini akan dapat dikembangkan
dimana banyak “pemain” dalam peran yang berbeda-beda dan dengan
ketertarikan dan nilai yang berbeda dalam suatu aliran informasi yang berharga
dan mereka memiliki kesempatan untuk bergabung dalam suatu proses
pembelajaran dan respon inovatif terhadap perubahan lingkungan dan
perubahan lainnya (Innes dan Booher, 2000).

4.1.6 Konsep Perancangan


Konsepsi penanganan kawasan perkotaan disusun sebagai upaya untuk :
a. Mengantisipasi isu-isu kawasan perkotaan yang berkembang,
b. Meminimasi permasalahan/konflik yang ada,
c. Merealisasikan tantangan yang ada sehingga menjadi faktor penguat
sendi-sendi pengembangan wilayah,
d. Mengatasi kendala dan hambatan yang ada sehingga menjadi pendorong
pengembangan wilayah,
e. Mengoptimalkan peluang pengembangan wilayah yang ada.
Dengan mempertimbangkan kelima upaya di atas, maka konsepsi
penanganan kawasan perkotaan sesuai dengan ketiga strategi pengembangan
kawasan perkotaan adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat agar Mampu
Meningkatkan Taraf Hidup dan Kesejahteraan Masyarakat
 Menciptakan keterkaitan fungsional antar kluster sosial ekonomi
(kluster penduduk setempat dan kluster binaan pengelolaan

Ustek
V - 12
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
sumberdaya alam) sehingga terwujud pembangunan kesatuan
wilayah ekonomi yang sinkron antar wilayah berdasarkan potensi dan
kekayaan sumberdaya wilayah setempat
 Meningkatkan tingkat pelayanan sarana dan prasarana wilayah
2. Meningkatkan Kemampuan dan Kapasitas Pengelolaan Potensi Wilayah
yang Ada
 Meningkatkan koordinasi antar pelaku dalam pengelolaan
sumberdaya alam, pengisian dan pemerataan penduduk,
peningkatan sarana dan prasarana wilayah (perhubungan,
komunikasi, listrik, air bersih, kesehatan, pendidikan, dan pasar)
 Membangun basis data pembangunan yang memadai melalui survei
dan pemetaan sumberdaya alam mendukung peningkatan
kemampuan dan kapasitas pengelolaan potensi wilayah.

4.2 Metodologi
Metodologi Penyusunan RTR Kota Baru Patimban dijabarkan dalam
proses penyusunan sebagai berikut :
1. Persiapan penyusunan;
a. Kegiatan Persiapan Penyusunan
Adapun kegiatan Persiapan Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
meliputi:
1) Persiapan awal pelaksanaan kegiatanya itu pemahaman terhadap
KAK;
2) Kajian awal data sekunder, mencakup review RPJPD, RPJMD, RTRW
Kabupaten dan kebijakan terkait lainnya;
3) Penyimpulan informasi dan data awal (termasuk dengan
menyimpulkan hasil kajian awal data setkunder dilangkah
sebelumnya);
4) Penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan kegiatan;
5) Penyiapan rencana kerja rinci; dan

Ustek
V - 13
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
6) Penyiapan perangkat survey (checklist data yang dibutuhkan,
panduan wawancara, kuesioner, panduan observasi dan
dokumentasi, dll.)
7) Serta mobilisasi peralatan dan personil yang dibutuhkan
b. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Persiapan Penyusunan
Hasil kegiatan persiapan penyusunan RTR Kota Baru Patimban paling
sedikit meliputi:
1) Gambaran umum wilayah perencanaan;
2) Hasil kajian awal yang terdiri atas:
 Identifikasi nilai strategis dan mendesak Kota Baru Patimban;
 Identifikasi dan perumusan isu strategis;
 Identifikasi kebijakan terkait dengan wilayah perencanaan;
 Potensi dan permasalahan awal wilayah perencanaan serta
gagasan awal pengembangan wilayah perencanaan; dan
 Identifikasi awal batas delineasi kawasan
2. Pengumpulan data dan informasi;
a. Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi Kegiatan Pengumpulan
Data dan Informasi penyusunan RTR Kota Baru Patimban paling
sedikit meliputi:
1) Data terkait dengan nilai strategis dan isu strategis Kota Baru
Patimban;
2) Data kebijakan penataan ruang (RPJPD, RPKMD, RTRW) serta
kebijakan sektoral terkait;
3) Data pemanfaatan ruang/penggunaan lahan;
4) Data kondisi fisik/lingkungan dan SDA;
5) Data sumber daya buatan/prasarana dan sarana;
6) Data kependudukan dan sumber daya manusia;
7) Data perekonomian, sosial, dan budaya;
8) Peta dasar (RBI dan citra satelit); dan
9) Data Iainnya sesuai dengan karakteristik tipologi kota baru

Ustek
V - 14
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
b. Tingkat kedalaman data dan Informasi disesuaikan dengan skala
ketelitian Peta.
c. Dimensi waktu data dan Informasi disyaratkan paling sedikit :
1) 3 (tiga) tahun terakhir untuk data time series;
2) 1 (satu) tahun sebelum tahun awal perencanaan untuk
tahun tunggai;
d. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi
Hasil kegiatan pengumpulan data dan informasi dihimpun dalam buku
data dan analisis
3. Pengolahan dan analisis data; dan
a. Kegiatan Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data
paling sedikit meliputi perangkat dan teknik analisis yang terkait
dengan nilai strategis kawasan. Penggunaan perangkat dan teknik
analisis disesuaikan dengan kebutuhan analisis berdasarkan kisi-kisi
mengenai Iingkup pengaturan sesuai dengan tipologi Kota Baru yang
meliputi:
1) Penetapan delineasi kawasan;
2) Fokus penanganan;
3) Tingkat ketelitian peta;
4) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang;
5) Konsep pengembangan kawasan;
6) Arahan pemanfaatan ruang;
7) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang; dan
8) Pengelolaan kawasan
Analisis yang dilakukan paling sedikit meliputi:
1) Review terhadap RPJPD, RPJMD, dan RTR yang terkait dengan
Kota Baru Patimban;
2) Analisis kebijakan tata ruang dan sektoral terkait
pengembangan Kota Baru Patimban;
3) Analisis penguatan nilai strategis dan isu strategis Kota Baru;

Ustek
V - 15
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
4) Analisis delineasi kawasan;
5) Analisis konsep pengembangan kawasan untuk menentukan:
a. arahan strategis; atau
b. rencana struktur ruang dan/atau rencana pola ruang.
6) Analisis regional (analisis kawasan pengaruh);
7) Analisis kebutuhan ruang;
8) Analisis kebutuhan sarana dan prasarana;
9) Analisis pembiayaan pembangunan; dan
10) Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan sesuai
dengan karakteristik tipologi Kota Baru.
11) Analisis Kelembagaan pengelolaan Kota Baru Patimban;
Hasil dari keseluruhan kegiatan analisis meliputi:
1) Visi pengembangan kawasan;
2) Potensi dan masalah penataan ruang Kota Baru Patimban;
3) Peluang dan tantangan penataan ruang Kota Baru Patimban;
4) Kecenderungan perkembangan dan kesesuaian kebijakan
pengembangan Kota Baru Patimban; dan
5) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup Kota Baru
Patimban.
6) Kebutuhan Ruang serta Prasarana dan Sarana Kota Baru
Patimban;
7) Skenario dan Konsep Pengembangan Kota Baru Patimban;
b. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Analisis Data
Hasil kegiatan pengolahan dan analisis data dibukukan sebagai satu
kesatuan dengan hasil pelaksanaan Kegiatan tahapan sebelumnya
dalam buku fakta dan analisis. Kerangka buku fakta dan analisis
disusun sebagai suatu kesatuan laporan yang terintegrasi.

4. Perumusan Konsepsi RTR;


a. Kegiatan Perumusan Konsepsi RTR

Ustek
V - 16
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
Kegiatan Perumusan Konsepsi penyusunan RTR Kota Baru Patimban
Paling sedikit harus:
1) Mengacu pada:
 RTRW;
 Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang;
2) Memperhatikan:
 RTRW yang menjadi bagian dari Kota Baru Patimban atau
di mana Kota Baru terletak;
 Rencana pembangunan jangka panjang daerah;
 Rencana pembangunan jangka menengah daerah; dan
 Rencana induk sektor terkait;
3) Merumuskan:
 Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang;
 Konsep pengembangan, yang terdiri atas:
1. Arahan strategis (arahan struktur atau pola ruang); atau
2. Rencana struktur ruang dan/atau rencana pola ruang;
 Arahan pemanfaatan ruang; dan
 Arahan pengendalian pemanfaatan ruang;
 Hasil Pelaksanaan kegiatan Perumusan Konsepsi Rencana
Hasil pelaksanaan kegiatan perumusan konsepsi rencana
adalah berupa rumusan konsep RTR Kota Baru Patimban.
Peta Rencana Kawasan Koridor Ekonomi terdiri atas :
 Peta Rencana Struktur Ruang yakni :
1. Pusat Pelayanan;
2. Sistim jaringan Transportasi (Eksisting dan direncanakan);
3. Sistim jaringan energy/kelistrikan
4. Sistim Jaringan Telekomunikasi;
5. Sistim Jaringan Air Bersih;
6. Sistim Jaringan Prasarana Lingkungan;
 Peta Rencana Pola Ruang yakni :

Ustek
V - 17
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
• Kawasan Lindung dan;
• Kawasan Budidaya;
Penyajian Peta Rencana disesuaikan dengan Kriteria Kota
Baru Patimban Kabupaten Subang.

1.2 Kerangka Pikir RTR Kota Baru Patimban

Prosedur penyusunan RTR Kota Baru Patimbang dapat dilihat pada diagram
ini

Gambar 4.1
Prosedur Penyusunan RTR

Ustek
V - 18
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
Sedangkan kerangka pikirnya adalah:

Persiapan
Penyusunan RTR

Pengumpulan Data
dan Analisis

Perumusan Konsep
RTR Kota Baru
Patimban

Konsep Perencanaan Kota Baru

Penyusunan Naskah
Raperda

Ustek
V - 19
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Analisis Lahan
Kebijakan Penataan Ruang : Kawasan
- Rencana Tata Ruang Wilayah Analisis Internal :
Kerangka Teoritis
Nasional (RTRWN) - Analisis Topografi
Pengembangan
- Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi - Analisis Klimatologi
Kawasan Perkotaan
Jawa Barat - Analisis Hidrologis Strategi dan
- Rencana Tata Ruang Wilayah - Analisis Aksesibilitas Model
Kabupaten Subang Kawasan Pengembangan
- Analisis Pola Vegetasi Kawasan
Perkotaan
Analisis Eksternal :
Data & Informasi :
- Studi Literatur - Terhadap Nasional
Identifikasi wilayah
- Laporan-laporan dsb - Terhadap Provinsi
perencanaan, dan Perumusan Strategi dan
- Terhadap Kab/Kota
kebijakan terkait Model Pengembangan
pembentukan kota Analisis Kebutuhan
baru Patimban - Kebutuhan normatif - Perumusan tujuan,
(normative need) kebijakan dan strategi
- Kebutuhan yang penataan ruang
dirasakan (felt need) - Arahan pemanfaatan
- Kebutuhan yang ruang
Arahan diekspresikan - Arahan pengendalian
- (expressed need) pemanfaatan ruang
Rencana/Kebijakan
Peraturan/Perundangan : - Kebutuhan komparatif - Penyaipan peta rencana
/
 - Kriteria Terkait (comparative need) kwasan
Und - Kebutuhan masa yang
akan datang
(anficipated/future need)

LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN ANTARA LAPORAN AKHIR


Inventarisasi Kebijakan/ Peraturan/ Perundangan, Studi Survey Primer dan Sekunder, Visualisasi Lokasi, Identifikasi Potensi dan Masalah, Perumusan Kebijakan dan
METODA Literatur, Menggali Permasalahan Kawasan Perkotaan, Kompilasi Data, Mapping, Koordinasi dan Asistensi Strategi, Koordinasi dan Asistensi dengan Tim Teknis Dinas
Koordinasi dan Asistensi dengan Tim Teknis Dinas. dengan Tim Teknis Dinas

Tinjauan Kebijakan/ Peraturan/ Perundangan, Tinjauan Fakta-Analisa ; Kondisi Eksisting Wilayah - Strategi Penataan ruang Kawasan Patimban ,
Teoritis dan Permasalahan Kawasan Perkotaan Perencanaan dan Pelayanan, Data-Data Sarana dan pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang
KELUARAN Prasarana Pelayanan Dasar, Dokumentasi Visual, - Penyaipan peta rencana kawasan
Peta Hasil Mapping dan Digitasi

Ustek
V - 20
Penyusunan RTR Kota Baru Patimban

Anda mungkin juga menyukai