Bab 4 Apresiasi Dan Inovasi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 68

4.

1 Apresiasi Konsultan

Pada bagian Apresiasi dan Inovasi ini perkenankan kami mengajukan beberapa dasar
pemikiran menjelaskan tentang gagasan-gagasan awal dalam penyelesaian pekerjaan
ini. Kami sangat mengapresiasi apa yang termuat didalam Kerangka Acuan Kerja (KAK),
secara umum kegiatan Penyusunan KSK Peruntukan Industri Koridor II (Kec. Pagaden,
Kec. Cibogo dan Kec. Cipunagara) ini memang sangat mendesak untuk dilaksanakan.

Sebagai sebuah kerangka umum dan landasan mendasar suatu pekerjaan, Kerangka
Acuan Kerja (KAK) Penyusunan KSK Peruntukan Industri Koridor II (Kec. Pagaden, Kec.
Cibogo dan Kec. Cipunagara) sudah cukup jelas dan baik. Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini
telah memuat secara jelas hal-hal yang harus dikerjakan terutama lingkup kegiatan,
produk/keluaran yang dihasilkan serta hal-hal lain yang berkaitan demi tercapainya
tujuan dan sasaran dalam pekerjaan ini.

4.1.1 Apresiasi Terhadap Latar Belakang Pekerjaan

Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah sangat jelas dijelaskan mengenai latar
belakang Penyusunan KSK Peruntukan Industri Koridor II (Kec. Pagaden, Kec. Cibogo dan
Kec. Cipunagara). Pada latar belakang sudah dijelaskan mengenai pentinya pedoman KSK
sebagai aplikasi dalam mengendalikan laju pembangunan kawasan.

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Pasal 59 menyebutkan bahwa


“Bagian dari wilayah kabupaten yang akan disusun rencana detail tata ruangnya dapat
merupakan kawasan perkotaan dan/atau kawasan strategis kabupaten. Kawasan

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 1
strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi,
sosial, budaya dan/atau lingkungan.

Undang-undang Penataan Ruang No. 26/2007 dalam Pasal 35 mengamanatkan


Penyusunan Peraturan Zonasi, yaitu: “Pengendalian Pemanfaatan ruang dilakukan
melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta
pengenaan sanksi.” Pasal 36 poin 2 menyebutkan bahwa Peraturan zonasi disusun
berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Ruas ke
3 kecamatan Sidoarja sangat penting artinya sebagai penunjang kegiatan perekonomian
masyarakat dan pemerintah. Tanpa didukung kesiapan pedoman pembangunan dan
regulasi untuk mengendalikan pemanfaatan ruang di kawasan tersebut akan semakin
berdampak buruk dan menimbulkan beberapa permasalahan dan penurunan kualitas
lingkungan, antara lain:

1. Pertumbuhan kegiatan yang tidak terkendali;


2. Pembangunan yang tidak terarah;
3. Timbulnya zona campuran yang tidak sesuai peruntukan;
4. Kemacetan dan kesemerawutan ruang kota;
5. Hilangnya ruang publik dan RTH untuk artikulasi sosial
6. Munculnya kawasan kumuh (slump area) dan kriminalitas;
7. Kesenjangan antar dan di dalam kawasan;

Penyusunan KSK Peruntukan Industri Koridor II (Kec. Pagaden, Kec. Cibogo dan Kec.
Cipunagara) tersebut berfungsi sebagai:

1. Pengaturan Tata Guna Lahan (Land Regulation);


2. Penerbitan surat keterangan pemanfaatan ruang;
3. Penerbitan Fatwa pengarahan lokasi (Advice Planning);
4. Penerbitan izin prinsip bangunan;
5. Penerbitan izin lokasi;
6. Pengaturan teknis bangunan;
7. Panduan ketentuan teknis pemanfaatan ruang dan pelaksanaan pemanfaatan
ruang serta pengendaliannya;

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 2
8. Penyusunan Rencana Teknik ruang kawasan perkotaan dan
9. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

Penyusunan Standarisasi Persetujuan Substansi RDTR yang didalamnya memuat aturan


zonasi (zoning regulation) yang merupakan panduan ketentuan teknis pemanfaatan
ruang dan peraturan pelaksanaan pemanfaatan ruang yang memberi arahan wujud
bangunan dan lingkungan dalam bentuk tiga dimensi serta pengendali pengembangan
suatu kawasan. Selain itu juga kegiatan penyusunan Rencana Detail dan peraturan
zonasi harus sejalan dan merupakan satu kesatuan yang utuh antara satu dengan
kegiatan perencanaan tata ruang sebelumnya, sehingga didalam penjabaran dan
penjelasannya yang berupa konsep maupun literatur relatif sama.

Penyusunan peraturan zonasi kota tersebut bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kesehatan, keselamatan, kenyamanan lingkungan, dan moral dari


masyarakat.
2. Memberikan kepastian dan keadilan dalam pemanfaatan ruang yang berorientasi
pada kesejahteraan masyarakat
3. Menjamin peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang kota.

Ditinjau dari segi sosial budaya, ekonomi maupun secara spasial, perkotaan merupakan
sebuah daerah yang bersifat sangat dinamis, dan ciri utamanya adalah pendominasian
kegiatan non pertanian di segala bidang. Semakin berkurangnya lahan kosong dalam
perkotaan merupakan tanda perkembangan sebuah perkotaan. Hal ini disebabkan oleh
pertambahan jumlah penduduk di daerah perkotaan yang diiringi oleh semakin tingginya
kebutuhan akan ruang. Kebutuhan akan ruang yang tidak dapat dibangun di dalam
perkotaan karena kelangkaan ruang akan mulai teralihkan ke daerah pinggiran
perkotaan yang ketersediaan lahannya masih banyak.

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Berdasarkan perkembangannya,  kegiatan perencanaan menjadi sangat penting dan di
masa depan harus sejalan dengan paradigma pembangunan yang hanya berorientasi
pada peningkatan kesejahteraan manusia ke arah peningkatan kesejahteraan ekosistem

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 3
sebagai dasar yang melahirkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan.
Pembangunan tersebut mempertimbangkan daya dukung (carrying capacity) dan
kelangkaan (scarcity) sumber daya alam termasuk lahan (ruang) dalam dimensi
lingkungan (eksternalitas) yang didalamnya tetap juga menjadikan proses pembangunan
ekonomi.

Guna menunjang penyusunan rencana tata ruang, maka ketersediaan data/informasi


yang akurat dan aktual, terutama yang menyangkut aspek keruangan seperti batas
wilayah, letak/lokasi kawasan perencanaan, penggunaan lahan, jaringan prasarana dan
sarana wilayah dan lain-lain adalah sangat penting dan menentukan. Dengan adanya dan
ketergantungan pada data yang akurat diharapkan penyusunan rencana tata ruang akan
lebih mendekati kenyataan sesuai dengan kondisi dan permasalahan di lapangan.

Dengan telah diarahkannya fungsi-fungsi kegiatan pada suatu perkotaan, berdasarkan


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten, maka Pemerintah Kabupaten/Kota
memiliki kebijakan dalam upaya untuk menyiapkan Perkotaan dalam memenuhi
fungsinya sesuai dengan RTRW Kabupaten.

4.1.2 Apresiasi Terhadap Maksud dan Tujuan Pekerjaan

Maksud dan tujuan Penyusunan KSK Peruntukan Industri Koridor II (Kec. Pagaden, Kec.
Cibogo dan Kec. Cipunagara) sudah mencerminkan kedudukan KSK dalam produk tata
ruang kabupaten Subang

4.1.3 Apresiasi Terhadap Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang tercantum dalam KAK mencakup lingkup wilayah, lingkup materi dan
lingkup pekerjaan. Untuk lingkup wilayah sudah sangat jelas, kegiatan ini dilaksanakan
pada 3 (tiga) wilayah Kecamatan yaitu Pagaden, Cibogo dan Cipunagara

Lingkup materi pekerjaan ini mencakup: (a) program bangunan dan lingkungan, (b)
rencana umum, (c) sempadan bangunan, (d) peraturan zonasi, (d) tata masa bangunan
dan (e) prasrana. Sebelum melakukan kegiatan tersebut lingkup materi tersebut dapat
dilaksanankan melalui kegiatan pra persiapan penyusunan, persiapan penyusunan,
pengumpulan data, pengolahan data dan perumusan konsepsi RTR.

1. Pra persiapan penyusunan RTR KSK, meliputi:

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 4
 Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
 Penyusunan metodelogi yang digunakan
 Penyusunan kegiatan penyusunan RTR
2. Persiapan penyusunan RTR KSK, meliputi:
 Persiapan awal, yaitu upaya pemahaman terhadap KAK/TOR penyiapan
anggaran
 Kajian awal data sekunder, yaitu kajian awal RTRW kabupaten/kota dan
kebijakan lainnya.
 Persiapan teknis pelaksanaan meliputi penyusunan metodelogi/metode dan
teknik analisis rinci serta penyiapan survey
3. Pengumpulan data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik BWP dan penyusunan rencana pola
ruang dan rencana jaringan prasarana BWP, dilakukan pengumpulan data primer
dan data sekunder.
4. Pengolahan data dan analisis
Pengolahan dan analisis data untuk penyusunan RDTR meliputi:
 Analisis karakteristik wilayah
 Analisis potensi dan masalah pengembangan BWP
 Analisis kualitas kinerja kawasan dan lingkungan
5. Perumusan konsep RTR
Perumusan konsep RTR dilakukan dengan:
 Mengacu pada RTRW
 Mengacu pada pedoman dan petunjuk pelaksanaan penataan ruang
 Memperhatikan RPJB kabupaten/kota dan RPJM kabupaten/kota.

Tahap terakhir dari kegiatan ini adalah Penyusunan Raperda, kegiatan penyusunan
naskah raperda tentang peraturan zonasi merupakan penuangan materi teknis
peraturan zonasi ke dalam bentuk pasal-pasal dengan mengikuti kaidah penyusunan
peraturan perundang-undangan.

4.1.4 Apresiasi Terhadap Pelaporan

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 5
Hasil kegiatan ini berupa buku laporan, album peta digital File Digital dalam bentuk
compact disk (CD) sebagai berikut:

1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Fakta dan Analisa
3. Laporan Akhir
4. Album Peta
5. Drfat/Rancangan Peraturan Daerah

Untuk Sistematika Penyajian Buku KSK adalah sebagai berikut:

A. Sistematika Penyajian Laporan Pendahuluan RTR KSK

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Dasar Hukum Penyusunan RTR
1.4 Tinjauan Terhadap RTRW Kabupaten/Kota
1.5 Tinjauan Kebijakan dan Strategi RTRW Kabupaten/Kota
1.6 Tujuan RTR
BAB II Ketentuan Umum

2.1 Kedudukan RTR KSK


2.2 Fungsi dan Manfaat RTR KSK
2.3 Isu Strategis Kabupaten
2.4 Tipologi KSK
2.5 Ketentuan Umum penentuan Muatan RTR KSK

BAB III Gambaran Umum Wilayah Studi

BAB IV Metodologi Pendekatan

BAB V Rencana kerja dan pelaporan

B. Sistematika Penyajian Laporan Fakta dan Anasisa RTR KSK

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 6
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Dasar Hukum Penyusunan RTR
1.4 Tinjauan Terhadap RTRW Kabupaten/Kota
1.5 Tinjauan Kebijakan dan Strategi RTRW Kabupaten/Kota
1.6 Tujuan RTR

BAB II Tinjauan Kebijakan Pembangunan Daerah

2.1 Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kabupaten Subang


2.2 Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Terkait

BAB III Gambaran Umum Wilayah Studi

3.1 Letak Geografis


3.2 Penggunaan lahan Eksisting
3.3 Kondisi Demografi
3.4 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya
3.5 Kondisi Perekonomi
3.6 Kondisi Persebaran Industri
3.7 Kondisi Sarana

BAB IV Analisis Potensi KSK Kawasan Peruntukan Industri

4.1 Analisis Penggunaan Lahan


4.2 Analisis Struktur Ruang
4.3 Analisis Pola Ruang
4.4 Analisis Demografi
4.5 Analisis Sarana Umum
4.6 Analisis Prasarana
4.7 Analisis transportasi
4.8 Analsis Perokonomian
4.9 Analisis Produktivitas
4.10 Analisis Komoditi Unggulan
BAB V Analisis Pengembangan KSK Kawasan Peruntukan Industri

C. Sistematika Penyajian Laporan Akhir RTR KSK

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Dasar Hukum Penyusunan RTR
1.4 Tinjauan Terhadap RTRW Kabupaten/Kota
1.5 Tinjauan Kebijakan dan Strategi RTRW Kabupaten/Kota
1.6 Tujuan RTR

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 7
BAB II Tinjauan Kebijakan Pembangunan Daerah

2.1 Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kabupaten Subang


2.2 Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Terkait

BAB III Rencana Struktur Ruang KSK

3.1. Rencana Sebaran Penduduk


3.2. Rencana Struktur Ruang
3.3. Rencana Perekonomian
3.4. Rencana Sarana Umum

BAB IV Rencana Pola Ruang KSK

4.1 Kawasan Lindung


4.2 Kawasan Budidaya
4.3 Pola Ruang KSK

BAB V Ketentuan Pemanfaatan Ruang KSK

BAB VI Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSK

4.2 Inovasi Konsultan


4.2.1 Pemahaman Tentang Tata Ruang
a. Pengertian Tata Ruang

Semakin luasnya pemaknaan, penerapan dan ruang lingkup persoalan yang


berkaitan dengan perencanaan telah semakin memperluas pengartian terhadap
perencanaan atau planning. Di dalam perkembangannya dari pandangan di negara
yang telah sejak lama mengfungsikan perencanaan, bahkan keluasan arti ini
menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan perencanaan seperti arti untuk
plan, planning, planner yang masing masing diartikan sebagai produk dari proses
perencanaan proses kegiatan penyusunan rencana dan subyek perencana atau
penyusun rencana. (Prof. Djoko Sujarto) Tata Ruang: wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak (UU No 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang). Penataan Ruang: suatu sistem proses perencanaan penataan
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai suatu
proses yang ketiganya tersebut merupakan satu kesatuan sistem yang tidak dapat

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 8
dipisahkan satu dengan yang lainnya (UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang).

Dalam penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, ditempuh langkah-langkah


kegiatan

1. Menentukan arah pengembangan yang akan dicapai dilihat dari segi ekonomi,
sosial, budaya, daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta fungsi
pertahanan keamanan.
2. Mengidentifikasikan berbagai potensi dan masalah pembangunan dalam suatu
wilayah perencanaan
3. Perumusan perencanaan tata ruang
4. Penetapan rencana tata ruang

Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang


beserta pembiayaannya, yang didasarkan atas rencana tata ruang, diselenggarakan
secara bertahap sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam rencana tata
ruang.

Pengendalian pamanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan


penertiban terhadap ruang. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang
diselenggarakan dalam bentuk pelaporan, pemantauan dan evaluasi.

Penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pengertian 'perencanaan' pada hakekatnya
mengandung 4 hal pokok sebagai 'ingre-dients' yaitu :

1. Tujuan yang lebih baik dimasa yang akan datang


2. Adanya sumber daya (alam, manusia, modal dan informasi)
3. Adanya limitasi dan kendala (limitation and constraints)
4. Efisiensi dan keefektifan
b. Pengertian Perencanaan

Berdasarkan terminologi planologis, prinsip perencanaan tata ruang menurut Prof.


Djoko Sujarto, antara lain :

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 9
1. Suatu penentuan pilihan (setting up choices). Perencanaan terkait dengan
pengambilan keputusan untuk menetapkan pilihan. Dalam hal ini maka
proses pemilihan ini didasari oleh suatu pertimbangan untuk memilih
unsure-unsur yang akan dikembangkan dan tindakan mana yang akan
dipakai sebagai cara bertindak di dalam pembangunan.
2. Suatu penetapan pengagihan sumber daya (resources allocation). Pada
dasarnya perencanaan merupakan suatu usaha untuk mempertimbangkan
secara rasional pengagihan sumber daya yang potensial dan dimiliki
termasuk sumber daya manusuia, sumber daya alam, sumber daya modal
untuk mencapai tujuan pembangunan berdasarkan keterbatasan dan
kendala sumber daya potensial tersebut berdasarkan strategi yang akan
menentuan urutan prioritas pembangunan.
3. Suatu penetapan dan usaha pencapaian sasaran dan tujuan
pembangunan(setting up goals and objectives).yaitu menetapkan sasaran
tujuan yang diperhitungkan sesuai dengan kuantitas usaha pencapaian dan
apa yang ingin dicapai dalam kurun waktu mendatang tertentu. Seringkali
terjadi bahwa sasaran dan tujuan pembangunan yang ditetapkan akan
berdeviasi di dalam kurun waktu pelaksanaan pembangunantersebut.
4. Suatu mencapai keadaan yang baik masa mendatang yang di dalam usaha
menrealisasikannnya perlu mempertimbangkan dua hal pokok yaitu :

 Pertama, dapat membuat perkiraan yang baik dan menjabarkannya


dalam suatu penjadwalan yang berurutan (sequential) sesuai dengan
kebutuhan dan sumber daya yang mendukungnya

 Kedua, Pelaksanaan pentahapan untuk,mencapai tujuan masa mendatang


disusun dalam urutan kegiatan yang logis, rasional dan tertata secara
bertahap berurutan.

Dalam perkembangan selanjutnya 'planning' atau 'perencanaan' kemudian dikaitkan


dengan upaya merumuskan keinginan dan cita cita manusia dalam arti yang lebih
luas. Perencanaan merupakan rumusan keinginan dari kelompok manusia dalam
mencapai keadaan yang lebih baik. Dengan berbagai sifat yang ada pada manusia

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 10
sebagai mahluk dinamis, maka makna dan arti planning telah mengalami
perkembangan. Sekarang kalau berbicara 'planning' atau 'perencanaan', maka selalu
terkandung pengertian adanya suatu rangkaian yang menerus secara
bersinambungan.

Gambar 4.1

Planning is a continuous process

Ini tidak lain karena planning merupakan suatu upaya merumuskan keinginan dan
cita cita dimasa datang bagi manusia yang mempunyai ciri dinamis tersebut yang
akan menuntut sesuatu yang berkelanjutan.

Planning merupakan suatu hasil rangkaian kerja untuk merumuskan sesuatu yang
didasari oleh suatu pola tindakan yang definitif, yang menurut pertimbangan yang

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 11
sistematis akan dapat membawa keuntungan tetapi dengan anggapan bahwa akan
ada tindakan tindakan selanjutnya yang akan merupakan rangkaian kegiatan
sistematis lainnya.

Jadi tindakan yang dirumuskan semula masih bersifat terbuka bagi kemungkinan
adanya pilihan cara tindakan lain dan bahkan tindakan yang telah dirumuskan
semula itu masih mungkin disesuaikan apabila dianggap kurang menguntungkan
pada saat tertentu lainnya.

c. Unsur-Unsur Perencanaan

Sehubungan dengan tingkat kepentingan dan lingkup strategi permasalahannya,


maka rencana tata ruang disusun secara bertahap dan dalam jenjang cakupan yang
berurutan. Secara sistematis jenjang cakupan rencana ini dimulai dari lingkup yang
lebih luas dan substansinya menyeluruh hingga ke jenjang cakupannya semakin
terinci (detailed). Semakin kecil cakupan wilayahnya, maka rencana tersebut semakin
terinci dan semakin tertuju kepada segi fisik yang lebih nyata.

Pada awalnya penyusunan rencana kota di Indonesia telah diatur melalui


Permendagri No. 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota.
Mengingat peraturan perundang-undangan yang telah ada belum dapat menampung
tuntutan perkembangan pembangunan, maka Pemerintah mengeluarkan Undang-
undang No. 24 Tahun 1992 dan disempurnakan dengan Undang-undang No. 26
tahun 2007 mengenai Penataan Ruang. Tata ruang yang dimaksud dalam undang-
undang tersebut adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik
direncanakan maupun tidak. Mengacu pada UU No 26 Tahun 2007, jenis rencana
tata ruang dibedakan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah
administrasi, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.

1. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem
internal perkotaan.
2. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan
lindung dan kawasan budidaya.

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 12
3. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan
ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota.
4. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan pedesaan.
5. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis
provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

Setiap tingkatan rencana tata ruang tersebut memiliki cakupan wilayah perencanaan
yang berbeda dengan maksud yang berbeda pula. Definisi dan cakupan wilayah
perencanaan, maksud, dan skala ketelitian peta yang digunakan setiap tingkatan
rencana tata ruang berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang .Dalam setiap proses perumusannya, rencana tata ruang kota
tersebut selalu mengacu kepada kebijakan-kebijakan lain yang secara luas terkait
dalam suatu struktur kebijakan pembangunan, yang dimulai dari kebijakan skala
nasional, regional hingga kebijakan pembangunan kota itu sendiri.

Perencanaan tata ruang menurut Undang-undang No. 26 tahun 2007 dilakukan


untuk menghasilkan :

Rencana umum tata ruang, secara hirarki terdiri atas:

1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

2. Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi

3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, dan Kota

Rencana rinci tata ruang, secara hirarki terdiri atas:

1. Rencana Tata Ruang Pulau, atau kepulauan dan rencana tata ruang kawasan
strategis nasional

2. Rencana Tata Ruang Kawasan strategis provinsi

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 13
3. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/kota dan rencana tata ruang strategis
kabupaten/kota dijadikan dasar bagi penyusunan rencana tataruang kawasan
perbatasan.

Gambar 4.2

Klasifikasi Penataan Ruang Berdasarkan Sistem, Fungsi dan Nilai Strategis Kawasan

4.2.2 Kaitan Rencana Tata Ruang dengan Rencana Program Pembangunan

Rencana pembangunan harus dilakukan dengan pendekatan wilayah. Oleh karena itu,
rencana tata ruang harus dijabarkan secara jelas sehingga mampu mengarahkan
pembangunan, menetapkan fungsi dan peran setiap kawasan (bagian suatu ruang)
dalam wilayah atau ruang secara keseluruhan. Selain itu rencana tata ruang harus dapat
menjadi acuan lokasi bagi program-program / proyek - proyek pembangunan. Oleh

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 14
karenanya, rencana tata ruang diharapkan dapat menjadi pedoman untuk mengarahkan
jenis lokasi investasi pada suatu kawasan.

Pada skala nasional, rencana-rencana pembangunan yang memuat kebijakan nasional


diturunkan dalam suatu program pembangunan nasional lima tahunan yakni Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS). Program lima tahunan ini kemudian dirinci lagi
menjadi Program Pembangunan Tahunan (PROPETA).

Tingkatan rencana seperti dijelaskan diatas, dimiliki pula oleh daerah, yakni dengan
adanya rencana pembangunan yang bersifat jangka panjang disebut Pola Dasar
Pembangunan Daerah (POLDAS). Poldas dirinci ke dalam program pembangunan daerah
jangka menengah/lima tahun, yakni Program Pembangunan Daerah (PROPEDA).
Program jangka menengah ini selanjutnya dijabarkan lagi ke dalam Rencana
Pembangunan Tahunan Daerah (REPETADA). Ketiga dokumen perencanaan ini menjadi
referensi pokok dalam pelaksanaan program-program pembangunan di daerah.

Pada pembangunan di daerah (kota/kabupaten), Rencana Tata Ruang Wilayah


Kabupaten/Kota (RDTRWK) merupakan dimensi ruang dari Poldas dan Propeda, serta
menjadi acuan bagi penyusunan Repetada. Poldas dan Propeda memuat arahan
kebijakan pengembangan sektor-sektor, sementara pengembangan sektor memerlukan
ruang sebagai wadah kegiatannya. Dengan demikian, rencana tata ruang akan terkait
langsung dengan Poldas dan Propeda, dengan arahan ruangnya secara langsung (untuk
sektor tertentu) maupun tidak langsung. Kebijaksanaan tata ruang dalam Poldas dan
Propeda masih bersifat makro (berupa struktur) dan belum dapat memberikan arahan
pemanfaatan ruang secara definitif. Dengan rencana tata ruang, maka investasi atau
kegiatan pembangunan dapat diarahkan ke dalam ruang yang sesuai. Selain itu, rencana
tata ruang dapat menjadi acuan bagi keterkaitan atau kesinambungan antar sektor dan
antar ruang di wilayah perencanaannya, maupun acuan bagi penyusunan rencana yang
lebih rinci serta perijinan pemanfaatan ruang. Dengan kata lain, rencana tata ruang
merupakan bagian dari penataan ruang yang merupakan penjabaran dari tujuan
pembangunan dalam aspek keruangan.

Gambar 4.3

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 15
Kaitan Rencana Tata Ruang dengan Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kota

4.2.3 Lingkup Perencanaan Tata Raung


a. Wawasan Tata Ruang

Tata ruang mempunyai kaitan pengertian dengan kata spatial, artinya segala sesuatu
yang mempunyai kaitan dengan keruangan. Pandangan para pakar wawasan
pengertian tata ruang terkait dengan segala sesuatu yang berada di dalam ruang
sebagai wadah menyelenggarakan kehidupan. Annos Raport misalnya, menekankan
tata ruang merupakan lingkungan fisik dimana terdapat hubungan organisatoris
antara berbagai macam obyek dan manusia yang yang terpisah dalam ruang-ruang
tertentu.

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 16
Pakar lain, Larry Witzling sudah lebih jauh memberikan arti ”tata Ruang” sebagai
sesuatu yang berupa hasil perencanaan fisik. Ia menekankan bahwa di dalam tata
ruang terdapat suatu distribusi dari tindakan manusia dan kegiatan untuk mencapai
tujuan sebagaimana yang dirumuskan sebelumnya. Tata ruang dalam hal ini
merupakan jabaran dari suatu produk perencanaan fisik.

Dalam pandangan yang berbeda I Made Sandy mengatakan penataan ruang baru
bisa ada, setelah tanah peruntukan dan dikuasai oleh calon yang akan menggunakan
tanah itu untuk proyek. Jadi ruang sama artinya dengan tanah. Dengan menganggap
ruang sebagai genus dan tanah sebagai species maka yang bisa ditata adalah “tanah”
bukan “ruang”.

Menurut Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, tidak selalu
berkonotasi sesuatu yang sudah berencana. Tata ruang diartikan sebagai wujud
struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan maupun tidak.
Pengertian wujud struktural dan pemanfaatan ruang ini menunjukan adanya hirarki
dan keterkaitan pemanfaatan ruang. Sedangkan rencana tata ruang itu sendiri
diartikan sebagai hasil perencanaan tata ruang, berupa strategi dan arahan
kebijaksanaan dan memperuntukan (alokasi) pemanfaatan ruang yang secara
struktural menggambarkan ikatan fungsi lokasi yang terpadu bagi berbagai kegiatan.

Berdasarkan hal-hal diatas, menurut Prof. Djoko Sujarto ruang dalam artian segala
sesuatu yang berkaitan dengan wawasan ruang di bumi (jagad raya) ini adalah
semua bagian bumi yang dimulai dari pusat titik bumi, yang mengandung berbagai
potensi sumber daya alam, air dan lain-lain, permukaan bumi dengan berbagai cara
pemanfaatan dan penggunaan lahan, pemanfaatan kemampuan berproduksinya
lahan, kemungkinan pemanfaatan nilai strategis lahan dan air serta pemanfaatannya
serta bagian di atas bumi yaitu angkasa dengan berbagai potensi cara
pemanfaatannya dan masalahnya. Semua ini dalam upaya penataan ruang (spatial
planning) perlu diatur demi menjaga agar segala pemanfaatannya dapat efisien dan
efektif.

b. Unsur Pokok Tata Ruang

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 17
Selanjutnya Lichfield, Rapoport, dan Poteous mengemukakan bahwa di dalam wujud
tata ruang terdapat suatu tatanan sistemik yang terdiri dari tiga unsur pokok yaitu
ruang atau lingkungan yang menjadi wadah di mana berbagai unsur kehidupan
dengan kegiatannya berlangsung; agihan aktivitas fungsional yang menunjang
kegiatan usaha dan kegiatan manusia serta kemudahan berinteraksi antara kegiatan
yang satu dengan yang lainnya secara internal maupun eksternal.

Pada masa lalu suatu produk perencanaan wilayah dan kota seakan akan hanya
sekedar suatu peta dengan gambaran berbagai peruntukankegiatan fungsional
wilayah atau kota yang direncanakan dikembangkan di wilayah atau kota tersebut.
Oleh karena itu pada masa tersebut perencanaan pada dasarnya lebih dilandaskan
kepada pertimbangan pertimbangan aspek fisik saja. Dengan demikian maka
peranan kerekayasaan atau engineering sangat dipentingkan. Dapat dilihat misalnya
produk perencanaan , terutama perencanaan kota disusun hanya mendasarkan
kepada pertimbangan pertimbangan pengagihan lahan (land allocation) dengan
prasarana penunjangnya (jalan dan utilitas umum, rancangan kerekayasaan.
Gagasan ini digambarkan di atas peta dengan berbagai skala sesuai dengan
kedalaman substansinya. Sedikit sekali didasarkan kepada pertimbangan
pertimbangan yang hakiki yang menyangkut aspek perilaku kehidupan dan kegiatan
usahanya. Jadi kegiatan kehidupan dan kegiatan usaha justru harus merujuk kepada
pengagihan yang sudah ditetapkan sebagai rencana induk kota yang telah disusun
tersebut.

Pada kenyataannya apa yang direncanakan adalah untuk memenuhi kegiatan


kehidupan yang menyeluruh yang menyangkut kegiatan non fisik saja serta yang
tidak spasial. Perwujudan fisik dan spasial pada hakekatnya merupakan manifestasi
dari tuntutan kebutuhan kehidupan yang menyeluruh tersebut.

Perwujudan fisik seyogyanya merupakan pernyataan dari kebutuhan masa yang akan
datang yang seutuhnya.

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 18
c. Wawasan Tata Ruang Pertimbangan Utama Dalam Perencanaan Fisik

Donald Foley mengembangkan suatu pola pikir yang mengkaitkan antara 3


pertimbangan utama di dalam perencanaan fisik yaitu adanya pertimbangan
normatif; pertimbangan fungsional dan pertimbangan fisik. Ketiga pertimbangan ini
perwujudannya adalah berupa suatu wujud yang bukan keruangan atau a-spasial
dan yang bersifat keruangan atau spasial.

Di dalam proses pertimbangan perencanaan memang tidak selalu bahwa secara ideal
ketiga unsur pertimbangan dasar ini harus dilakukan. Hal ini tergantung kepada
kebutuhan perencanaan tersebut. Di Indonesia pandangan tentang tata ruang ini
juga telah menjadi dasar di dalam perencanaan dan pemanfaatan ruang. Pengertian
dan wawasan tata tata ruang ini telah mulai dikembangkan saat Indonesia
menggagaskan Undang Undang Tata Ruang pada tahun 1981

 Skenario Penyusunan Tata Ruang

Beberapa skenario penyusunan rencana berdasarkan pola pikir tersebut dapat


dikemukakan sebagai berikut ini:

 Beberapa Pandangan Tentang Tata Ruang

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 19
Di dalam gagasan ini dikemukakan bahwa penataan ruang merupakan suatu
proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatan
ruang. Jadi penataan ruang merupakan penataan bagian bagian ruang yang
disediakan untuk digunakan sebagai tempat benda benda kegiatan dan
perubahan. Dengan demikian maka dalam penataan ruang akan terkandung dua
komponen yang membentuk tata ruang yaitu wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang.

Kalau yang ditata itu penggunaan ruang adalah permukaan bumi berupa lahan
maka hasilnya dapat dikatakan sebagai tata guna lahan. Kalau yang ditata itu
penggunaan ruang yang menyangkut air maka hasilnya dapat dikatakan sebagai
tata guna air. Kalau yang ditata itu penggunaan ruang angkasa maka hasilnya
dapat disebut sebagai tata guna udara atau angkasa. Kalau yang ditata itu
penggunaan ruang yang berisi daratan, air dan sebagian angkasa maka secara
keseluruhan disebut sebagai tata guna ruang atau tata ruang (spatial planning).

Seorang geograf I Made Sandy dalam hubungan penataan ruang ini


mengemuakkan bahwa penataan ruang baru bisa ada setelah tanah
diperuntukan untuk kegiatan atau kegiatan kegiatan kehidupan tertentu dan
dikuasai oleh calon yang akan menggunakan untuk kegiatan tersebut. Jadi dalam
hal ini ruang berarti tanah. Dengan anggapan bahwa ruang sebagai genus dan
tanah sebagai species, yang dapat ditata menurut I Made Sandi bukanlah ruang
tetapi tanah di mana menata tanah berarti menata ruang.

Pada Undang Undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dikatakan Tata
ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang , baik
direncanakan maupun tidak direncanakan.

Sedangkan penataan ruangmerupakan suatu proses perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sedangkan Rencana
Tata Ruang merupakan hasil perencanaan tata ruang.

Batasan ini menyangkut wilayah perkotaan maupun wilayah bukan perkotaan


atau perdesaan.

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 20
 Batasan Ruang Dalam Wawasan Tata Ruang

Di dalam wawasan tata ruang ini terkandung pengertian batasan ruang yang
tercakup di dalam usaha penataannya yaitu ruang daratan, ruang laut dan ruang
udara sebagai suatu kesatuan ruang.

Ruang daratan adalah bagian bagian permukaan bumi yang dibatasi oleh garis
batas pantai ke arah dalam. Pada daratan ini termasuk batasan ruang permukaan
diatas permukaan dan di bawah permukaan. Pada bagian atas permukaan
tercakup batasan wilayah untuk pengembangan unsur unsur kebutuhan hidup
sampai batas tertentu ke bagian atas dan ke bagian bawah permukaan tercakup
bagian wilayah bawah tanah yang layak untuk pembangunan. Bagian wilayah
bawah tanah ini dapat mencapai kedalaman antara 100 sampai 120 meter.

Ruang Lautan adalah mencakup bagian wilayah laut yang dapat dimanfaatkan di
dalam kehidupan dari segi fungsinya maupun dari segi nilai produksinya. Dengan
mengacu kepada kesepakatan internasional ruang lautan ini mencakup suatu
wilayah perairan dan teritorial laut sejauh 12 mil laut dari garis batas pantai.
Dalam hubungannya dengan pemanfaatan nilai produk kelautan batas ini dapat
sampai ke batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Ruang udara, dengan mengacu kepada konvensi internasional dapat mencakup :

Ruang udara dan antariksa dan yang merupakan bagian integral dari udara yang
mengelilingi dan melingkupi bumi. Sekalipun masih memungkinkan untuk
menetapkan batasan udara sampai suatu batas atmosfir bumi (kira kira 33
kilometer). Namun demikian ada suatu konvensi Indonesia yang menetapkan
wilayah teritorial udara ini sejauh 1 kilometer dari permukaan bumi ke arah
angkasa.

Dengan dasar ini maka yang terliput ke dalam Wilayah Nasional dari segi tata
ruang ini adalah Ruang Kehidupan yang mencakup :

Ruang Daratan yaitu bagian permukaan bumi kering yang dibatasi oleh pantai
dengan kedalaman ke bagian bawah permukaan sedalam 100 meter.

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 21
Ruang Lautan adalah bagian wilayah laut dalam dan laut teritorial dan bagian
bawah dasarnya.

Ruang Udara adalah ruang di atas permukaan bumi yang tercakup ke dalam
wilayah nasional sejauh 1 kilometer ke arah atas permukaan bumi.

4.2.4 Pemahaman Tentang Pengembangan Wilayah

Globalisasi yang antara lain ditandai dengan integrasi perekonomian dunia dan
kemajuan di bidang teknologi informasi, komunikasi dan transportasi adalah kenyataan
yang harus dihadapi bangsa-bangsa di dunia, termasuk juga Indonesia. Seiring dengan
proses tersebut terjadi pula pergeseran pada paradigma pengembangan wilayah
sekarang ini, seperti proses perencanaan yang top-down menuju bottom-up,
desentralisasi, penguatan institusi lokal dan perhatian pada masalah lingkungan.

Otonomi daerah yang telah dijalankan di Indonesia telah memberikan kewenangan yang
lebih luas kepada daerah untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan potensi
yang dimilikinya. Dengan kewenangan yang lebih besar ini diharapkan pengembangan
wilayah yang sesuai dengan karakteristik wilayah itu sendiri. Implikasi yang dapat timbul
dari hal tersebut adalah adanya persaingan antar wilayah untuk dapat memasarkan
produk unggulan yang dimilikinya. Pengembangan wilayah (regional development)
sebagai upaya untuk memacu kondisi sosial-ekonomi, budaya dan geografis yang sangat
berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya (Firman,1999).

Kebutuhan akan informasi yang akurat tentang potensi dan kondisi wilayah sangat
diperlukan untuk dapat melakukan analisis wilayah. Dalam pemanfaatan potensi
wilayah, perlu dipertimbangkan agar tidak mengeksploitasi sumberdaya tetapi lebih
kepada upaya optimalisasi sumberdaya dengan tanpa mengorbankan sumberdaya di
masa mendatang (Ahmadjayadi dalam Munir, 2002). Karenannya ada enam upaya
penting yang perlu dilakukan, yaitu :

1. Melakukan deskripsi jenis-jenis potensi wilayah secara sistematis, misalnya


potensi wilayah yang berkaitan dengan pertanian, pariwisata, kehutanan,
perikanan, pertambangan dan tenaga kerja.

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 22
2. Melakukan klasifikasi jenis-jenis potensi wilayah secara sistematis, misalnya
pengelompokan potensi wilayah di bidang perikanan, pertanian, pariwisata.

3. Melakukan deskripsi di mana setiap potensi wilayah berada, yaitu melakukan


deskripsi di mana setiap potensi wilayah yang sudah diklasifikasikan tersebut.

4. Melakukan deskripsi jumlah ketersediaan potensi wilayah, yaitu melakukan


identifikasi dengan memberikan deskripsi berapa jumlah jenis potensi wilayah
yang sudah diklasifikasikan di setiap lokasi.

5. Melakukan deskripsi pengembangan potensi wilayah, yaitu melakukan


identifikasi dengan memberikan deskripsi pengembangan potensi wilayah yang
telah dikembangkan dengan orientasi pemikiran akan adanya nilai tambah
terhadap potensi wilayah.

6. Melakukan deskripsi perubahan-perubahan atas potensi wilayah yang telah


diidentifikasi, yaitu melakukan identifikasi dengan memberi deskripsi terhadap
jenis potensi wilayah yang telah berubah (Munir, 2002).

Pengenalan wilayah merupakan hal penting untuk dapat melakukan pengembangan


wilayah, karena wilayah terbentuk melaui suatu keterkaitan antar aktifitas yang ada di
dalamnya melalui suatu hubungan fungsional antar aktifitas tersebut. Untuk mencapai
hal tersebut dalam pengembangan wilayah perlu dilaksanakan dengan mengoptimalkan
beberapa prinsip yaitu:

1. Mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang tersedia, mulai dari sumberdaya


alam, sumberdaya manusia, maupun sumberdaya sosial dengan tujuan
keuntungan komparatif.

2. Pengembangan wilayah memerlukan desentralisasi fungsi, yakni adanya


distribusi kegiatan.

3. Apabila pengembangan kegiatan ekonomi pada suatu wilayah ditujukan sebagai


basis ekspor dengan pemasaran luar negeri, diperlukan aksesibilitas yang tinggi
(Riant Nugroho dalam Munir, 2002).

Dalam pengembangan wilayah ada tiga sasaran utama yang banyak dicanangkan baik
oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yaitu meningkatkan pertumbuhan

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 23
ekonomi, memperluas kesempatan berusaha serta menjaga agar pembangunan dapat
tetap berjalan secara berkesinambungan (Alkadri et al, 1999).

Jika dilihat praktik perngembangan wilayah di Indonesia selama ini, terutama sebelum
otonomi daerah, banyak kebijakan yang sifatnya top-down. Pengembangan wilayah di
Indonesia antara lain ditandai dengan kehadiran Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi/Kabupaten (RDTRWP/RDTRWK), Rencana Pengembangan Kawasan
Pembangunan Ekonomi Terpadu (KAPET) sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan
antara Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Indonesia Timur.

Dalam rencana pengembangan wilayah tersebut terlihat skala yang sangat besar,
dilakukan secara top-down dengan inisiatif dari pemerintah pusat, dan sangat
mengandalkan investasi dari luar sebagai pendorongnya (Firman,1999).

4.2.5 Pemahaman Tentang Pengembangan Sektoral

Pendekatan sektoral merupakan pendekatan aktifitas ekonomi di dalam suatu wilayah


dibagi menjadi sektor-sektor yang dianalisis secara terpisah. Dalam pendekatan sektoral,
untuk tiap sektor semestinya dibuat analisis sehingga dapat memberi jawaban mengenai
sektor tertentu. (Tarigan, 2004) :

1. Sektor apa yang memiliki competitive advantage di wilayah tersebut.

2. Sektor yang menjadi sektor basis dan non basis.

3. Sektor yang memiliki nilai tambah tinggi.

4. Sektor yang memiliki forward linkage dan backward linkage tinggi.

5. Sektor yang perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan minimal wilayah


tersebut.

6. Sektor yang banyak menyerap tenaga kerja

Atas dasar beberapa kriteria di atas, selanjutnya dapat ditetapkan sektor yang dapat
dikembangkan di wilayah tersebut. Pendekatan sektoral yang sebenarnya berupaya
meningkatkan optimasi penggunaan ruang dan potensi sumberdaya wilayah dan
hubungannya dengan pemanfaatan, produktifitas dan konservasi bagi kelestarian
lingkungan, masih berjalan sendiri-sendiri serta lebih menitikberatkan pada kepentingan

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 24
sektor itu sendiri tanpa terlalu memperhatikan kepentingannya dengan sektor lainnya
(Riyadi, 2002). Contoh pendekatan sektoral adalah dalam pengembangan pertanian
adalah analisis kesesuaian lahan pertanian berdasarkan penilaian terhadap sifat dan
kondisi tanah, iklim dan morfologi dengan menggunakan standar dan kriteria FAO yang
dimodifikasi oleh PPT Bogor.

4.2.6 Pemahaman Mengenai Pengembangan Ekonomi Wilayah

Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah
lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama
perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk
interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian tidak ada strategi pembangunan
ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk semua daerah. Namun di pihak lain, dalam
menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi wilayah, yang dirangkum
dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan
satu faktor yang cukup menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah.

Keinginan kuat dari pemerintah daerah untuk membuat strategi pengembangan


ekonomi daerah dapat membuat masyarakat ikut serta membentuk bangun ekonomi
daerah yang dicita-citakan. Dengan pembangunan ekonomi daerah yang terencana,
pembayar pajak dan penanam modal juga dapat tergerak untuk mengupayakan
peningkatan ekonomi. Kebijakan pertanian yang mantap, misalnya, akan membuat
pengusaha dapat melihat ada peluang untuk peningkatan produksi pertanian dan
perluasan ekspor. Dengan peningkatan efisiensi pola kerja pemerintahan dalam
pembangunan, sebagai bagian dari perencanaan pembangunan, pengusaha dapat
mengantisipasi bahwa pajak dan retribusi tidak naik, sehingga tersedia lebih banyak
modal bagi pembangunan ekonomi daerah pada tahun depan.

Pembangunan ekonomi daerah perlu memberikan solusi jangka pendek dan jangka
panjang terhadap isu-isu ekonomi daerah yang dihadapi, dan perlu mengkoreksi
kebijakan yang keliru. Pembangunan ekonomi daerah merupakan bagian dari
pembangunan daerah secara menyeluruh. Dua prinsip dasar pengembangan ekonomi

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 25
daerah yang perlu diperhatikan adalah (1) mengenali ekonomi wilayah dan (2)
merumuskan manajemen pembangunan daerah yang pro-bisnis.

4.2.7 Konsep Penataan Ruang Pasca Undang-Undang No. 26 Tahun 2007


a. Hal Pokok yang diatur dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 yang baru diberlakukan membawa


perubahan yang cukup signifikan dalam proses penataan ruang. Beberapa hal
mendasar yang berubah antara lain : matra laut dan ruang bawah tanah yang
diatur dalam penataan ruang, hirarki dan kedalaman rencana tata ruang, jangka
waktu perencanaan hingga 20 tahun untuk semua jenjang rencana, pengaturan
pengendalian yang cukup jelas melalui zoning regulation, insentif dan disienstif,
pemberian sanksi hukum, dan sebagainya.

Berikut hal-hal menonjol yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun


2007:

1. Penataan Ruang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang Nusantara yang


Aman, Nyaman, Produktif dan Berkelanjutan.
2. Perwujudan Tujuan Penataan Ruang dilakukan dengan Strategi Umum seperti
Penyiapan Kerangka Strategis Pengembangan Penataan Ruang Nasional dan
Strategi Khusus berupa Penyiapan kawasan perbatasan, Pemberian Insentif
dan Disinsentif, Pengenaan Sanksi, dan lain-lain.
3. Produk perencanaan tata ruang tidak hanya bersifat Administratif akan tetapi
juga mengatur perencanaan tata ruang yang bersifat Fungsional dan di
klasifikasikan ke dalam Rencana Umum dan Rencana Rinci Tata Ruang.
4. Penataan Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota dilakukan
secara Berjenjang dan Komplementer sehingga saling melengkapi satu
dengan yang lain, bersinergi, dan tidak terjadi tumpang tindih kewenangan
dalam penyelenggaraannya.
5. Undang-undang Penataan Ruang telah mengakomodasi perkembangan
lingkungan strategis seperti pengaturan Ruang Terbuka Hijau (Rth) di
Perkotaan dan Daerah Aliran Sungai (DAS), Standar Pelayanan Minimal

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 26
(SPM), integrasi penataan ruang Darat, Laut, dan Udara, Pengendalian
Pemanfaatan Ruang, Penataan Ruang Kawasan Perkotaan dan Perdesaan,
dan Aspek Pelestarial Lingkungan Hidup.
6. Untuk menjamin pelaksanaan UU Penataan Ruang yang tertib dan konsisten
telah diatur Ketentuan Peralihan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), dan
Kelembagaan Penataan Ruang.

Dengan telah diakomodasikannya berbagai issue strategis penataan ruang di dalam


UU Penataan Ruang, diharapkan nantinya penyelenggaraan penataan ruang dapat
lebih berdayaguna dan berhasilguna.

b. Strategi Umum dan Strategi Implementasi Penyelengaraan Penataan Ruang

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah


nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

1. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;


2. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia; dan
3. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaaatan ruang.

 Strategi Umum

1. Menyelenggarakan penataan ruang wilayah nasional secara komprehensif,


holistik, terkoordinasi, terpadu, efektif dan efisien dengan memperhatikan
faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, dan
kelestarian lingkungan hidup
2. Memperjelas pembagian wewenang antara Pemerintah, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan
ruang
3. Memberikan perhatian besar kepada aspek lingkungan/ekosistem
4. Memberikan penekanan kepada aspek pengendalian pemanfaatan ruang.

 Strategi Implementasi

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 27
1. Penerapan prinsip-prinsip “komplementaritas” dalam rencana struktur
ruang dan rencana pola ruang RDTRW Kabupaten/Kota dan RDTRW Provinsi.
2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RDTRW) harus dapat dijadikan acuan
pembangunan, sehingga RDTRW harus memuat arah pemanfaatan ruang
wilayah yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan.
3. Pemanfaatan ruang harus mampu mendukung pengelolaan lingkungan
hidup yang berkelanjutan dan tidak menyebabkan terjadinya penurunan
kualitas ruang.
4. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan kawasan
perbatasan, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, dan pengenaan
sanksi.
5. Penegakan hukum yang ketat dan konsisten untuk mewujudkan tertib tata
ruang.
c. Penyelengaraan Penataan Ruang

Pembagian Kewenangan yang lebih Jelas antara Pemerintah, Pemerintah Daerah


Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, sebagaimana terlihat pada
skema berikut:

Gambar 4.5
Pembagian Kewenangan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 28
4.2.8 Konsep Perencanaan Partisipatif
a. Pengertian Partisipatif

Partisipasi diterjemahkan dari asal kata participation, dimana oleh Pei (1976)
didefinisikan sebagai "take a part" atau ikut serta. Karenanya, partisipasi dapat pula
diterjemahkan sebagai pengikut-sertaan atau Peran Serta. Berdasarkan pemahaman
umum ini, pihak-pihak yang terlibat dalam upaya peran serta, dengan kata lain
berpartisipasi, selanjutnya melakukan kerjasama dalam mencapai suatu tujuan yang
melibatkan kepentingan-kepentingan masing-masing pihak.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Bank Dunia (World Bank Theory of
Participation, 1997), partisipasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak terlibat
akan saling mempengaruhi dan bertukar kontrol atas inisiatif pembangunan dan
keputusan serta sumberdaya yang berpengaruh terhadapnya. Selanjutnya pihak-
pihak yang terlibat dalam proses partisipasi tersebut disebut sebagai stakeholder.
Karenanya, pemahaman mengenai partisipasi akan selalu berkaitan dengan
pemahaman mengenai stakeholder, kepentingan-kepentingannya, serta
pelibatannya.

Perencanaan partisipatif di Indonesia didefinisikan sebagai upaya perencanaan yang


dilakukan bersama antara unsur pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini, peran
masyarakat ditekankan pada penentuan tingkat kebutuhan, skala prioritas, dan
alokasi sumber daya masyarakat. Definisi tersebut selanjutnya dilengkapi dengan
pemahaman dari UNDP, dimana perencanaan partisipatif atau participation planning

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 29
merupakan upaya perencanaan yang melibatkan/mengikutsertakan seluruh
stakeholder yang ada. Dalam definisi tersebut, stakeholder selaku pemeran serta
dapat terdiri dari kelompok pemerintah, swasta, dan masyarakat umum. Dengan
pemahaman tersebut, perencanaan secara partisipatif sudah tentu melibatkan
berbagai komunitas secara menyeluruh.

Upaya perencanaan partisipatif menghadirkan proses perencanaan terstruktur yang


terdiri dari aspek-aspek:

1. kerjasama guna membangun konsensus

2. komunikasi kelompok stakeholder yang efektif, serta

3. proses implementasi rencana guna mengubah berbagai ide / pemikiran menjadi


kegiatan yang produktif dan penyelesaiannya yang maksimal.

b. Mekanisme Pembangunan Partisipatif

Paradigma pembangunan partisipatif memperlihatkan berbagai kelebihan dari model


pembangunan partisipatif. Guna memperoleh keluaran yang diinginkan dari suatu
proses partisipasi, maka dirumuskan suatu mekanisme pembangunan secara
partisipatif. Dalam mekanisme tersebut dijelaskan, langkah-langkah yang perlu
diambil dalam proses pembangunan partisipatif adalah:

1. Persiapan sosial
2. Survey Swadaya (permasalahan umum, potensi, dan kendala)
3. Kesepakatan prioritas permasalahan yang akan ditangani
4. Kesepakatan penggalangan dan alokasi sumber daya
5. Kesepakatan rencana
6. Proses implementasi
7. Pemanfaatan hasil pembangunan
8. Evaluasi

c. Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 30
Pengertian peranserta masyarakat menurut Peraturan Pemerintah No.69 tahun
1996 tentang “Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang”, lebih diarahkan untuk peranserta bebas,
belum pada peranserta spontan yang penekanannya pada berbagai kegiatan
masyarakat, yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat,
untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang.

Konsekuensinya, Pemerintah berkewajiban menyediakan forum dan atau wadah


formal untuk menampung kehendak dan keinginan berperanserta masyarakat
tersebut sejak tata ruang sedang disusun, dan dari dasar hukum yang ada, forum dan
wadah formal ini belum secara khusus dimunculkan. Sebagian besar isi pasal yang
terlihat adalah lebih merupakan proses pembantuan masyarakat kepada penata
ruang dan penyuluhan penataan ruang kepada masyarakat.

Bentuk peranserta masyarakat yang diindikasikan dalam Peraturan Pemerintah


No.69 tahun 1996 adalah:

1. Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan.


2. Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah bangunan.
3. Pemberian masukan dallam perumusan rencana tata ruang.
4. Pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam penyusunan
strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang.
5. Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana.
6. Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan.
7. Bantuan tenaga ahli.
8. Bantuan dana.

Peran serta masyarakat tersebut terkait erat dengan hirarki serta tahapan dari
penataan ruang yang dilakukan. Matriks berikut ini mengemukakan perbandingan
kemungkinan serta potensi kontribusi peranserta masyarakat di dalam proses
penataan ruang.

Proses penataan ruang sampai saat ini masih lebih bersifat top down, dimana peran
pemerintah masih sangat dominan. Pada perencanaan level makro seperti RDTRW
Propinsi, RDTRW Kabupaten/Kota, mekanisme top down ini dirasakan masih

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 31
memungkinkan, mengingat substansi dari rencana tersebut lebih pada strategi serta
arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang. Namun untuk rencana pada level mikro
seperti Rencana Detail, Rencana Teknik, perlu dilakukan proses bottom up mengingat
interaksi dan aspirasi dari masyarakat akan lebih diperlukan.

Gambar 4.6
Mekanisme Pembangunan Partisipatif

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 32
Bentuk keterlibatan masyarakat dalam penataan ruang sampai saat ini masih sangat
pasif, tidak lebih dari sekedar dimintai konsultasi yang diwakili oleh DPRD. Padahal
esensinya, masyarakat dalam pengertian ini adalah orang seorang, kelompok orang,
termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum, bukan DPRD.

Keterlibatan pasif masyarakat dalam proses perencanaan yang dalam hal ini berupa
public input yang belum efektif serta tidak menciptakan komunikasi dua arah yang
lebih interaktif. Dilihat dari proses penataan ruang, bentuk keterlibatan masyarakat
tidak dilakukan secara komprehensif. Dengan demikian pengajuan keberatan
terhadap rancangan rencana berlangsung tidak efektif karena dilakukan bukan pada
tahap awal tetapi pada saat keputusan untuk merencanakan ditetapkan.

Demokratisasi dalam penataan ruang dalam bentuk pemberdayaan masyarakat


untuk menentukan sendiri tingkat keterlibatannya diperlukan agar perencana dapat
lebih luwes untuk menyiapkan pendekatan perencanaan dan teknik metodologi yang
paling tepat untuk digunakan untuk masing masing kasus, serta teknik peranserta
yang akan dipilih.

Oleh karenanya, siapa yang harus terlibat secara lebih aktif dalam tahap selanjutnya,
serta siapa yang harus ikut dalam kerja sama dalam penelitian dan pengembangan,
bantuan tenaga ahli, dan bantuan dana, ditentukan bersama-sama dengan
masyarakat sejak awal proses. Penunjukkan kalangan tertentu dari masyarakat yang
lebih siap oleh masyarakat itu sendiri menjadi dasar pembangunan kepercayaan
masyrakat.

Aspek-aspek teknis yang perlu diperhatikan dalam pelibatan masyarakat dalam


perencanaan tata ruang :

1. Beberapa pertanyaan yang harus dijawab sehubungan dengan peran serta


masyarakat :

 Siapa yang harus dilibatkan dan berperan aktif?

 Kapan masyarakat harus mulai terlibat?

 Bagaimana bentuk pelaksanaan peranserta masyarakat ?

2. Bentuk penyelenggaraan peran serta masyarakat :

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 33
 Diskusi kelompok kecil; jumlah peserta sedikit, cenderung terarah/terfokus,
inklusif dari komunitas yang lebih luas, memerlukan waktu yang sangat
panjang

 Rapat umum ; jumlah pemeran serta besar, sulit untuk mengarahkan pada
isu-isu tertentu, cenderung mengesampingkan sektor-sektor tertentu dari
komunitas, artikulasi perorangan, dan kelompok-kelompok yang
berkepentingan mungkin sangat dominan

 Konferensi; pemeranserta adalah kalangan terpilih, teknik pendahuluan yang


baik untuk menggambarkan isu-isu yang muncul, boros waktu bagi partisipan,
cukup waktu bagi perencana untuk memberikan respon interaksi

 Lokakarya bagi kelompok-kelompok kecil; dapat digunakan di setiap tahapan


proses, menjanjikan keterlibatan dan kontribusi aktif.

 Seminar, relatif menyerupai penyelenggaraan konferensi

3. Beberapa bentuk peran serta yang bersifat perorangan misalnya adalah :

 Wawancara : dapat lebih terwakili langsung dan personal, tetapi boros dari
segi waktu

 Pendapat tertulis atau verbal; komitmen dapat ditunjukkan secara formal,


sarana yang baik bagi para kelompok per-lobby

 Jalur khusus telepon; luwes dari segi waktu, interaksi langsung

 Survey kuesioner; memberikan data/fakta tertulis, dalam hal tertentu dapat


digunakan untuk mengukur reaksi masyarakat, akan tetapi interaksi
terbatas/kurang.

 Bentuk lain : observasi, pameran, membuka kantor informasi di lapangan,


dan penggunaan media massa.

4. Pengelompokkan bentuk peranserta masyarakat dalam kelompok lebih besar:

 Publicity (dalam rangka membangun dukungan masyarakat )

 Public education (dalam rangka diseminasi informasi)

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 34
 Public interaction (dalam rangka membangun komunikasi dua arah)

 Public Partnership (dalam rangka mengamankan saran dan consent)

Tabel 4.4
Potensi Kontribusi Masyarakat dalam Penataan Ruang

Tahap Penataan HIRARKI RENCANA


Kegiatan
Ruang Nas. Prop. Kab/Kota Kawasan

Perencanaan Proses Teknis merencana   + +


Penetapan rencana -  + +
Pengesahan rencana - - - 
Pemanfaatan Penyuluhan dan sosialisasi rencana -  + +
Penyusunan program   + +
Penyusunan peraturan pelaksanaan
rencana dan perangkat insentif -  + +
disinsentif
Penyusunan dan pengusulan proyek  + + +
Pelaksanaan program dan proyek  + + +
Pengendalian Perijinan rencana pembangunan - -  +
Pengawasan -  + +
Penertiban - - - 
Peninjauan kembali rencana   + +
Keterangan potensi kontribusi masyarakat :

 = sedang + = tinggi = rendah


d. Stakeholder Dalam Penataan Ruang

Stakeholder apabila diterjemahkan secara umum dapat diartikan sebagai


“pemegang keputusan”. Definisi yang lebih lengkap dari stakeholder mungkin bisa
dilihat dari beberapa teori umum mengenai apa dan siapa stakeholder, terutama
dalam dunia perencanaan. Arnold Meltsner (1976) menjelaskan bahwa dalam suatu
proses analisa kebijakan, permasalahan yang berkaitan dengan program / kebijakan
tersebut harus dianalisa dalam konteks: aktor-aktor yang terlibat (stakeholders),

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 35
kepercayaan/ pengertian dan motivasi para aktor tersebut, sumber daya yang
dimiliki mereka, serta beberapa variabel lainnya yang berkaitan dengan tingkat
kepentingan para aktor serta kemampuan masing-masing untuk mempengaruhi
suatu program / kebijakan. Dari penjelasan Meltsner ini terlihat bahwa stakeholder
dapat didefinisikan sebagai “aktor-aktor yang terlibat, memiliki motivasi tertentu,
serta memiliki kemampuan untuk mempengaruhi suatu program / kebijakan”.

Definisi stakeholder dari World Bank dapat melengkapi teori Meltsner di atas tadi.
Menurut Wolrd Bank Participation Sourcebook, stakeholder adalah “mereka yang
terpengaruh oleh suatu hasil implementasi kebijakan baik secara negatif maupun
positif, serta mereka yang dapat mempengaruhi hasil implementasi kebijakan
tersebut”.

Aktor-aktor penting atau stakeholder secara umum, sesuai dengan teori Good
Governance, terdiri dari 3 kelompok utama, yaitu:

1. Pemerintah (Government), sebagai representatif negara yang memiliki


kemampuan-kemampuan legislatif, yudikasi, dan pelayanan publik, fungsinya
menjaga supremasi hukum dan keamanan nasional, menghasilkan program –
program kebijakan publik, mengumpulkan dana / penghasilan untuk membiayai
pelayanan publik dan infrastruktur, budgeting dan implementasinya, serta
menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.
2. Masyarakat (Civil Society), termasuk didalamnya organisasi-organisasi non-
pemerintah (LSM), organisasi professional, grup-grup individu dan semua warga
negara, yang fungsinya dalam Good Governance antara lain memobilisasi
kelompok – kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan
berbagai aktivitas ekonomi dan politik lainnya.
3. Swasta (Private Sector), dapat terdiri dari perusahaan-perusahaan dengan
berbagai skala, dari yang paling kecil (tradisional) hingga perusahaan besar /
multinasional, termasuk pula BUMN, dan individu yang berusaha.

Ketiga kelompok stakeholder di atas merupakan aktor-aktor yang memiliki


kepentingan maupun kemampuan untuk mempengaruhi suatu kebijakan, baik
dalam penataan ruang maupun pengelolaan lahan perkotaan.

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 36
4.2.9 Ketentuan Umum Penyusunan Rencana Ruang KSK
a. Istilah dan Definisi
1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten adalah rencana tata ruang
yang bersifat umum dari wilayah kabupaten yang merupakan penjabaran dari
RTRW provinsi, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang
wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
2. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten adalah rencana secara terperinci
tentang tata ruang wilayah kabupaten yang dilengkapi dengan peraturan
zonasi kabupaten;
3. Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara dalam
lingkup kabupaten terhadap perkembangan ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan;
4. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten yang selanjutnya disingkat
RTR KSK adalah rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah kabupaten yang
memuat: tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan kawasan, konsep
pengembangan kawasan, ketentuan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang serta pengelolaan kawasan;
5. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya;
6. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik;
7. Kawasan Inti KSK adalah kawasan di mana kegiatan utama KSK berada, baik yang
batasnya telah maupun belum ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan.
8. Kawasan Penyangga KSK adalah kawasan sekitar kawasan inti, yang
mempengaruhi fungsi kawasan inti atau dipengaruhi oleh kawasan inti secara
langsung;

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 37
9. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan;
10. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan;
11. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial,dan kegiatan ekonomi;
12. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelilaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi;
13. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agrobisnis;
14. Kota Terpadu Mandiri adalah kawasan Transmigrasi yang pertumbuhannya
dirancang menjadi Pusat Pertumbuhan melalui pengelolaan sumberdaya alam
berkelanjutan;
15. Warisan Budaya/Adat Tertentu adalah kekayaan budaya (cultural capital) yang
mempunyai nilai penting bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan dalam kerangka memupuk kepribadian
masyarakat dan bangsa;
16. Kawasan Teknologi Tinggi adalah kawasan yang menggunakan teknologi
untuk kegiatan pengamatan, perekaman, pengolahan, serta pelaporan data dan
informasi terkait dengan keadaan bumi dan angkasa;
17. Kawasan Sumber Daya Alam adalah kawasan yang muncul secara alami yang
dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia berupa komponen

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 38
biotik (hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme) dan abiotik (minyak bumi, gas
alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah);
18. Kawasan Tertinggal, adalah kawasan yang relatif kurang berkembang dibading
kawasan lain dan berpenduduk relatif tertinggal;
19. Kawasan Kritis Lingkungan adalah kawasan yang berpotensi mengalami
masalah dan berdampak kepada kerusakan lingkungan nasional dan global
sebagai akibat dampak kegiatan manusia yang berlebihan dalam memanfaatkan
sumber daya alam, (b) dampak proses kegiatan geologi dan perubahan
ekosistem serta terjadinya bencana alam secara alami, dan (c) dampak kegiatan
manusia dan perubahan alam yang sangat rentan dan mempunyai risiko tinggi;
20. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs
cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan
ciri tata ruang yang khas;
21. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu;
22. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
23. Ketentuan Perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah kabupaten sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi
oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat
dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan
rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan;
24. Peraturan Zonasi adalah ketentauan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setaip
blok/zona peruntuakn yang penetapan zonannya dalam rencana rinci tata ruang;
25. Ketentuan Insentif dan Disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan
rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 39
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana
tata ruang;
26. Arahan Sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang
melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang yang berlaku;
27. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, korporasi dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain
dalam penyelenggaraan penataan ruang.
28. Peran Masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk bermitra dan
bergerak dalam menyelenggarakan penataan ruang.

b. Kedudukan RTR KSK

Secara diagramatis keterkaitan pedoman ini dengan peraturan perundang-


undangan bidang penataan ruang termasuk pedoman bidang penataan ruang
lainnya ditunjukkan pada Gambar 4.2

Dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan pembangunan

nasional, kedudukan RTR KSK dapat ditunjukkan pada Gambar 4.3.

RTR KSK merupakan penjabaran RTRW Kabupaten yang disusun sesuai dengan
tujuan penetapan masing-masing KSK. Muatan RTR KSK ditentukan oleh nilai
strategis yang menjadi kepentingan pemerintah kabupaten. Kepentingan
pemerintah kabupaten dalam penyusunan dan penetapan RTR KSK harus
menguatkan ketetapan yang telah dijabarkan di dalam RTRW kabupaten.

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 40
Gambar 4.2

Kedudukan Pedoman terhadap Peraturan Perundang-Undangan Bidang Penataan Ruang

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 41
Gambar 4.3
Kedudukan RTR KSK dalam Sistem Penataan Ruang

RTR KSK menjadi acuan teknis bagi seluruh pemangku kepentingan di wilayah
kabupaten dalam mengisi pembangunan fisik dan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan penataan ruang

c. Tipologi KSK

Penyusunan RTR KSK didekati melalui tipologi KSK. Tipologi KSK bermanfaat untuk
memastikan kebutuhan penataan ruang yang sesuai dengan kebutuhan kawasan
dan untuk mengantisipasi keragaman KSK

Adapun pertimbangan penetapan tipologi didasarkan pada:

a. Sudut kepentingan berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 15 Tahun

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 42
2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
b. Penetapan dan kriteria KSK berdasarakan permen PU no 16 tahun 2009
tentang tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten;
c. Isu-isu strategis yang ditetapkan dalam RTRW kabupaten;
d. Kawasan strategis yang sudah di tetapkan di masing-masing RTRW
kabupaten.
Berdasarkan pertimbangan di atas, ditetapkan 13 (tiga belas) tipologi KSK, sebagai
berikut : kawasan perkotaan, kawasan koridor ekonomi, kawasan perdesaan,
kawasan ekonomi cepat tumbuh, kawasan tertinggal/terisolir, kawasan konservasi
cagar budaya dan sejarah, kawasan konservasi permukiman/komunitas adat tertentu,
kawasan teknologi tinggi, kawasan pengembangan SDA darat, kawasan perlindiungan
dan pelestarian lingkungan hidup (darat), kawasan rawan bencana, kawasan kritis
lingkungan dan kawasan perlindungan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Penambahan tipologi dapat dilakukan apabila terdapat KSK lain di luar KSK yang
telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten yang tidak terakomodasi dalam 13 (tiga
belas) tipologi tersebut.
Apabila terdapat beberapa kepentingan dalam satu KSK, maka prioritas penataan
ruang diarahkan kepada dasar sudut kepentingan penetapan KSK tersebut dalam
RTRW Kabupaten.

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 43
Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 44
Tabel 4.5

Penetapan Tipologi KSK Berdasarkan Sudut Kepentingan, Kriteria, dan Isu Strategis Kabupaten
SUDUT
KEPENTINGAN KRITERIA ISU STRATEGIS KABUPATEN TIPOLOGI
Pertumbuhan a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; a. Belum meratanya pembangunan infrastruktur 1. Kawasan perkotaan,
Ekonomi b. memiliki sektor unggulan yang dapat seperti jaringan jalan di setiap kecamatan, Diatur dengan Peraturan
menggerakkan pertumbuhan ekonomi; terutama di daerah Menteri Pekerjaan Umum
transmigrasi, sehingga aksesibilitas masyarakat
c. potensi ekspor: Nomor 20/PRT/M/2011
dan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat
d. dukungan kawasan perumahan dan Tahun 2011 tentang
b. Masih lemahnya struktur perekonomian di wilayah
permukiman yang dilengkapi dengan kabupaten yang ditandai dengan masih rendahnya Pedoman Penyusunan
jaringan prasarana dan utilitas serta produktifitas dan nilai tambah sektor-sektor ekonomi Rencana Detail Tata Ruang
sarana pemerintahan penunjang kegiatan terutama sektor pertanian, yang secara langsung dan dan Peraturan Zonasi
ekonomi tidak langsung telah menyebabkan masih 2. Kabupaten/Kota
Kawasan koridor ekonomi
e. kegiatan ekonomi yang memanfaatkan rendahnya tingkat Kriteria : a, b, c, f
teknologi tinggi pendapatan perkapita masyarakat Isu : a, b,c, e,f
f. fungsi untuk mempertahankan tingkat 3. Kawasan perdesaan
c. Belum meratanya penyediaan sarana dan prasarana Kriteria : a, b, c, d, e, f
produksi pangan dalam rangka wilayah antara lain transportasi (jalan, angkutan Isu : a, b,c, d,e,f
mewujudkan ketahanan pangan ; atau sungai), sumber daya air (sumber air bersih dan
g. fungsi untuk mempertahankan
tingkat irigasi), energi, dan telekomunikasi yang terjangkau
produksi sumber energy dalam secara ekonomi dan ramah lingkungan untuk 4. Kawasan ekonomi
mencapai pembangunan ekonomi berkelanjutan. cepat
rangka mewujudkan ketahanan energy. tumbuh
h. Kawasan yang dapat mempercepat d. Perlunya pengamanan ekonomi kabupaten dengan Kriteria : a, b, c, d, e, f
pertumbuhan kawasan tertinggal di startegi pembangunan yang berbasis pertanian, Isu : a, b,c, d,e,f, g, h
dalam wilayah kabupaten sehingga penyediaan ruang yang memadai dan
sistem pengolahan lahan yang lebih baik, merupakan
kebutuhan yang harus diantisipasi pada masa
mendatang guna memacu pembangunan pertanian.

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 45
SUDUT
KEPENTINGAN KRITERIA ISU STRATEGIS KABUPATEN TIPOLOGI
utama adalah rendahnya kualitas SDM dan 5. Kawasan Tertinggal/
rendahnya Terisolir
infrastruktur, sehingga kehidupan sosial ekonominya Kriteria : h
kurang dapat berkembang. Isu : a, b,c, d,e,
f. Adanya pergeseran lahan pertanian menjadi
kawasan pemukiman di lokasi-lokasi pinggiran
kawasan perkotaan
yang tidak seimbang dengan perkembangan
perluasan lahan pertanian, yang pada akhirnya akan
dapat mengganggu program swasembada pangan
g. Terjadinya konflik penggunaan lahan antara
masyarakat dengan pemilik industri;
h. Terjadinya pencemaran lingkungan dan abrasi sungai
Sosial dan Budaya a. merupakan tempat pelestarian dan a. Belum adanya perencanaan dan pengelolaan yang 6. Kawasan konservasi Cagar
pengembangan adat istiadat atau ideal dan berorientasi pada pelestarian sejarah Budaya/sejarah
budaya; bangsa terhadap bangunan-bangunan peninggalan Kriteria : a, b, c, d, e, f, g
b. merupakan prioritas peningkatan sejarah, yang ditandai dengan belum adanya
kualitas sosial dan budaya; penataan kawasan dan Isu :a, b
c. merupakan aset yang harus dilindungi pengendalian kegiatan di sekitarnya. 7. Kawasan Konservasi
dan dilestarikan; b. Kurangnya upaya pemeliharaan dan pengelolaan Permukiman/
d. merupakan tempat perlindungan terhadap bangunan cagar budaya, sehingga kondisi
peninggalan budaya; dan bangunan terkesan terlantar bahkan beralih fungsi. Komunitas Adat
e. memberikan perlindungan c. Belum adanya perlindungan dan pengamanan Kriteria : a, b, c, d, e, f, g
terhadap keanekaragaman terhadap keberadaan permukiman suku asli yang Isu :a, c
budaya; memiliki adat istiadat dan tradisi yang kuat dan
f. memiliki potensi kerawanan terhadap
konflik sosial penting untuk budaya bangsa memerlukan
pengamanan dan pelestarian

Pendayagunaan a. memiliki fungsi bagi kepentingan a. Belum tersedianya alokasi ruang dan pengamanan 8. Kawasan Pengembangan
Sumber Daya pengembangan ilmu pengetahuan dan ruang untuk kegiatan terkait penelitian- sumber daya alam (SDA
Alam dan/atau teknologi berdasarkan lokasi dan pemanfaatan-pengelolaan darat) Kriteria :
Teknologi posisi geografis sumber daya alam teknologi tinggi dan pengamatan-pengolahan- a, b Isu : b,c
pelaporan data dan informasi strategis yang
Tinggi strategis, pengembangan teknologi menjamin berfungsi
kedirgantaraan

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 46
SUDUT
KEPENTINGAN KRITERIA ISU STRATEGIS KABUPATEN TIPOLOGI
serta tenaga atom dan nuklir; kawasan secara baik dalam jangka panjang, 9. Kawasan Teknologi Tinggi
b. sumber daya alam strategis menjamin Kriteria : b, c
c. fungsi sebagai pusat pemanfaatan dan keselamatan masyarakat dan lingkungan hidup di Isu : a
pengembangan teknologi sekitar kawasan.
kedirgantaraan b. Belum dimanfaatkanya secara optimal
d. fungsi sebagai pusat pengendalian potensi pertambangan dan industri
tenaga atom dan nuklir, atau pengolahannya, energi
e. fungsi sebagai lokasi dan posisi sumberdaya air (mikrohidro) dan panas bumi
geografis penggunaan teknologi (geothermal) dengan tetap mempertimbangkan
kedirgantaraan teknologi tinggi keseimbangan ekosistem dan lingkungan.
strategis lainnya, c. Belum dipertimbangkannya aspek penataan ruang
dalam kegiatan pemanfaatan SDA dan pasca
pemanfatan SDA

Fungsi dan Daya a. merupakan tempat perlindungan a. Adanya perkembangan isu Carbon Trade 10. kawasan perlindungan
Dukung keanekaragaman hayati; (perdagangan karbon), khususnya bagi kawasan dan pelestarian
Lingkungan b. merupakan kawasan lindung yang hutan lindung. Dengan
Hidup adanya konpensasi dari Negara-negara industri lingkungan hidup
ditetapkan
kepada negara yang memiliki potensi hutan tropis Kriteria :a, b, c, d, g
bagi perlindungan ekosistem, flora untuk mempertahankan keberadaan kawasan hutan,
dan/atau fauna yang hampir punah atau terutama hutan lindung, kabupaten perlu 11. Isu : a, b,e Rawan Bencana
Kawasan
menyikapi melalui Kriteria : f, g Isu :
diperkirakan akan punah yang harus c,g,h
dilindungi dan/atau dilestarikan; inventarisasi dan penegasan kembali fungsi kawasan

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 47
SUDUT
KEPENTINGAN KRITERIA ISU STRATEGIS KABUPATEN TIPOLOGI
c. memberikan perlindungan keseimbangan lindung dan hutan lindung 12. Kawasan Kritis
tata guna air yang setiap tahun b. Tingginya konversi hutan lindung menjadi hutan Lingkungan
berpeluang menimbulkan kerugian; produksi dan lahan pertanian khususnya hortikultura Kriteria : e, f, g
d. memberikan perlindungan serta perlu peningkatan pengendalian konversi Isu : c,d,
terhadap keseimbangan iklim kawasan hutan lindung untuk mempertahankan
makro; kawasan resapan tinggi serta
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan pencegahan erosi dan banjir;
kualitas c. Adanya kerawanan bencana banjir kawasan-kawasan
lingkungan hidup; yang berada di sepanjang daerah aliran sungai
f. merupakan kawasan rawan bencana sehingga perlu pencegahaan dengan mengelola DAS
alam; atau d. Perlunya penataan lahan-lahan bekas area
g. merupakan kawasan yang sangat pertambangan dan pemanfaatan kolong-kolong yang
menentukan dalam perubahan rona alam terjadi akibat kegiatan TI (Tambang Inkonvensional),
dan mempunyai dampak luas terhadap harus dilakukan secara seksama dalam rangka
kelangsungan kehidupan. revitalisasi kawasan
13. Kawasan Perlindungan
Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil
Kriteria : a, b, c, d, g
Isu : f,

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 48
SUDUT
KEPENTINGAN KRITERIA ISU STRATEGIS KABUPATEN TIPOLOGI
e. Menurunnya daya dukung lingkungan yang ditandai
dengan meningkatnya gangguan lingkungan
terutama kekeringan,
banjir, longsor, dan menurunnya kualitas air;
f. Perlu dilakukan revitalisasi terhadap kawasan hutan,
hutan lindung, sumber mata air, hulu sungai,
sempadan sungai/situ dalam kerangka memulihkan
dan menjaga kesimbangan alam serta menanggulangi
bencana banjir sebagai akibat berkurangnya kawasan
hutan.
g. Adanya proses degradasi pantai yang mulai terjadi di
beberapa wilayah lebih banyak disebabkan aktivitas
pembangunan terutama kegiatan permukiman,
pertanian dan perkebunan, kecenderungan proses
degradasi pantai terus meningkat seiring dengan
meningkatnya kegiatan pertanian.
h. Pentingnya antisipasi potensi bencana gempa bumi,
tsunami dan letusan gunung api terhadap
kepulauan di
Indonesia akibat keberadaan pertemuan lempeng
bumi dan lintasan gunung api aktif (ring of fire).
i. Perlunya pengendalian terhadap perkembangan
permukiman di kawasan rawan bencana,
pembangunan infrastruktur dan bangunan yang
mampu meminimalisasi dampak bencana, dan
memperhatikan kesiapan mitigasi
bencana

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 49
Tabel 4.6
Penetapan Kriteria KSK Berdasarkan Tipologi

KRITERIA LOKASI
NO TIPOLOGI
KAWASAN STRATEGIS
1 Kawasan Diatur dengan PeraturanKABUPATEN
Menteri Pekerjaan Umum Nomor
perkotaan, 20/PRT/M/2011 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
2 Kawasan Koridor - wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
Ekonomi - wilayah dengan susunan fungsi sebagai tempat permukiman
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi perdagangan/jasa.
- Merupakan kawasan cepat tumbuh, dan/atau
- Merupakan kawasan yang ditetapkan dalam RTRW dan
berpengaruh penting terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah
kabupaten
3 Kawasan - wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
Perdesaan pengelolaan sumber daya alam
- wilayah dengan susunan fungsi sebagai tempat permukiman
per- desaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
- Kepadatan penduduk rendah
- Mata pencaharian penduduk umumnya pertanian, peternakan,
dan perikanan
- Administrasi wilayah desa bukan kelurahan, dan/atau
- Merupakan kawasan perdesaan yang ditetapkan dalam RTRW
dan berpengaruh penting terhadap pertumbuhan ekonomi di
wilayah kabupaten
- Sistem jaringan prasarana pendukung kegiatan pertanian
- Tempat permukiman perdesaan termasuk kawasan transmigrasi,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi;
- Bentang alam berciri pola ruang pertanian dan lingkungan alami
4 Kawasan - potensi ketersediaan sumberdaya alam yang meliputi sektor dan
Ekonomi produk-produk unggulan yang dapat diperbaharui, kesesuaian
cepat tumbuh lahan, dan ketersedian pencadangan lahan bagi pengembangan
investasi, khususnya dalam mendorong industri pengolahan di
dalam negeri berbahan baku lokal sebagai potensi penggerak
pengembangan perekonomian kawasan secara berkelanjutan;
- potensi infrastruktur atau prasarana dasar yang relatif memadai
seperti jalan, jembatan, air bersih, listrik, bahan bakar, dan
telekomunikasi; serta sarana penunjang, seperti alat
angkutan/transportasi, gudang, pendingin (coldstorage), peralatan
pengolahan dan distribusi, sesuai kebutuhan pengembangan
bisnis sektor dan produk uggulan di kawasan; dan
- keterkaitan pengelolaan pembangunan antarpusat pertumbuhan,
dan pusat pertumbuhan dengan daerah tertinggal di sekitarnya
dalam suatu keterpaduan sistem wilayah pengembangan ekonomi
5 Kawasan - Wilayah dengan perekonomian masyarakat rendah,
Tertinggal/ - Wilayah dengan sumberdaya manusia rendah,
terisol asi - Wilayah dengan prasarana (infrastruktur) wilayahnya rendah,
- Wilayah dengan kemampuan keuangan lokal (celah fiskal),
- Wilayah dengan tingkat aksesibilitas rendah, dan/atau
- Merupakan kawasan yang ditetapkan dalam RTRW dan perlu
penanganan khusus karena berpengaruh penting
terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah kabupaten
6 Kawasan - Wilayah dimana terdapat benda buatan manusia, bergerak atau
konservasi tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau
cagar bagian- bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-
Budaya/Sejarah kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang
khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan;
- Wilayah dimana terdapat benda alam yang dianggap
mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan dan/atau
- Merupakan kawasan yang ditetapkan dalam RTRW dan
mempunyai pengaruh sangat penting yang dalam perlindungan
budaya/sejarah di wilayah kabupaten

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 50
KRITERIA LOKASI
NO TIPOLOGI
KAWASAN STRATEGIS
7 Kawasan - Wilayah dimana terdapat KABUPATEN
permukiman/komunitas adat tertentu
konservasi dimana terdapat kelompok permukiman tradisionil yang berumur
Permukiman/K sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa
o munitas adat gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50
tertentu (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, dan/atau
- Merupakan kawasan yang ditetapkan dalam RTRW dan
mempunyai pengaruh sangat penting yang dalam perlindungan
sejarah di wilayah kabupaten
8 Kawasan - Kawasan dimana teknologi tinggi, ditampilkan, dikembangkan dan
teknologi tinggi dikomersialisasikan, dan/atau
- Merupakan kawasan yang mempunyai pengaruh sangat penting
dalam perlgembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di
wilayah kabupaten
9 Kawasan - Kawasan yang memiliki nilai strategis kabupaten terdiri atas
Pengembangan pertambangan mineral dan batubara, pertambangan minyak dan gas
SDA darat bumi
- Luasan kawasan pertambangan, berdasarkan :
 wilayah usaha pertambangan (WUP),
 wilayah izin usaha pertambangan (WIUP),
 wilayah pertambangan rakyat (WPR)
10 Kawasan - kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta
Pelindungan dan gejala dan keunikan alam yang khas yang perlu dilindungi
Pelestarian - kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah,
Lingkungan dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama
Hidup dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;
- kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling
sedikit 40% (empat puluh persen); atau
- kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000
(dua ribu) meter di atas permukaan laut.
- ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau lebih yang terdapat di
hulu sungai atau rawa
- kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan.
- Merupakan kawasan yang mempunyai pengaruh sangat penting
dalam perlindungan dan pelestarian lingkungan di wilayah
kabupaten
- kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup (darat)
dengan luas minimal 250 Ha
11 Kawasan rawan - kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana.
Bencana - Kawasan rawan bencana terdiri dari :
 Longsor, wilayah yang memiliki kerentanan gerakan tanah tinggi
 Zona patahan aktif, wilayah berada 250 m dari zona patahan aktif
 Tsunami, wilayah dengan elevasi rendah yang pernah atau
berpotensi tsunami
 Letusan gunung berapi, wilayah sekitar kawah/kaldera,
wilayah yang terkena aliran uap panas, lahar, guguran batu
pijar dan gas beracun
 Rawan gempa bumi, wilayah yang pernah atau berpotensi
mengalami gempa bumi dengan skala 7 – 12 MMI
 Bencana lainnya
12 Kawasan Kritis - wilayah yang berpotensi mengalami masalah dan berdampak
Lingkungan kepada kerusakan lingkungan
- wilayah dimana terdapat pemanfaatan sumber daya alam yang
berlebihan
- wilayah dimana terjadi proses kegiatan geologi dan perubahan
ekosistem, serta terjadinya bencana alam secara alami,
- wilayah tertentu dengan kondisi geologi dan kualitas ekosistem
yang rendah seperti kesuburan tanah, labil, cadangan sumber air
terbatas, terjal, lempengan, patahan dsb,
- kawasan tertentu dengan iklim yang sangat tergantung cuaca,
- kawasan yang ditetapkan dalam RTRW dan berpengaruh sangat
penting terhadap Kepentingan pencegahan kerusakan lingkungan
kawasan di tingkat kabuapaten.

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 51
KRITERIA LOKASI
NO TIPOLOGI
KAWASAN STRATEGIS
13 Kawasan - kawasan yang memilikiKABUPATEN
keanekaragaman biota, ekosistem,
perlindungan serta
pesisir dan gejala dan keunikan alam yang khas yang perlu dilindungi
Pulau – - Kawasan pesisir yang dilindungi yaitu :
Pulau Kecil  daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit
100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah
darat; atau
 daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik
pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional
terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
- Pulau-pulau kecil, yaitu : suatu daratan yang pada saat
pasang tertinggi tidak tertutupi air, dengan luas kurang dari 2.000
2
Km
- kawasan perlindungan pesisir dan pulau kecil, terdiri dari ;
 kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya;
 suaka margasatwa laut;
 cagar alam laut;
 kawasan pantai berhutan bakau;

Tabel 4.7
Jenis KSK yang ada di RTRW Kabupaten
JENIS KSK
NO TIPOLO
YANG TERDAPAT DI RTRW
GI
1 Kawasan perkotaan, Diatur dengan KABUPATEN
Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum
Nomor 20/PRT/M/2011 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata
2 Kawasan Koridor Ekonomi Ruang dan Peraturan
- kawasan Zonasi
cepat tumbuh Kabupaten/Kota
koridor jalan
- kawasan strategis cepat tumbuh (KSCT)
- kawasan koridor pantai
- kawasan koridor sungai
3 Kawasan Perdesaan - kawasan permukiman pedesaan
- kawasan agropolitan
- kawasan minapolitan
- kawasan perkebunan
- kawasan pertanian
- kawasan perikanan
- kawasan peternakan
- kawasan transmigrasi
4 Kawasan Ekonomi Cepat - kawasan ekonomi sekitar bandara
Tumbuh - kawasan ekonomi sekitar pelabuhan
- kawasan pariwisata
- kawasan minawisata
- kawasan wanawisata
- kawasan wisata alam
- kawasan industri
- kawasan industri besar
- kawasan agro indutri
- kawasan terpadu perikanan dan kelautan
5 Kawasan Tertinggal/terisolasi - kawasan tertinggal
- kawasan kurang berkembang
- kawasan terisolasi
- kawasan perbatasan kabupaten
- kawasan tertinggal disebabkan oleh kemiskinan
6 Kawasan konservasi Cagar - bangunan bersejarah/monumen
Budaya/Sejarah - tempat ibadat/religi
- makam tokoh masyarakat/pahlawan
- rumah adat
- museum
7 Kawasan konservasi - kawasan kampung suku adat tertentu
Permukiman/Komunitas - kawasan upacara adat/kesenian tradisionil
adat tertentu - kawasan kampung nelayan
- kawasan perkampungan tradisionil
- desa budaya
8 Kawasan teknologi tinggi - kawasan pembangkit listrik
- kawasan pengolahan minyak dan gas bumi
- kawasan BTS telekomunikasi
- kawasan techno park

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 52
NO TIPOLOGI JENIS KSK
YANG TERDAPAT DI RTRW KABUPATEN
- kawasan teknopolitan

9 Kawasan Pengembangan SDA - kawasan pertambangan minyak dan gas bumi


darat - kawasan pertambangan mineral
- kawasan pertambangan non mineral

10 Kawasan Pelindungan dan - kawasan suaka margasatwa


Pelestarian Lingkungan Hidup - kawasan cagar alam
- kawasan hutan lindung
- kawasan gambut
11 Kawasan rawan Bencana - taman longsor
kawasan rawan nasional
- kawasan rawan letusan gunung berapi
- kawasan rawan angin puyuh
- kawasan rawan patahan/jalur sesar
12 Kawasan Kritis Lingkungan - kawasan rawan banjir
DAS dan atau sub DAS
- kawasan sekitar waduk
- kawasan karst
- kawasan reklamasi tambang
13 Kapasan perlindungan Pesisir - kawasan pelestarian mangrove
dan Pulau– Pulau Kecil - kawasan pesisir pantai dan muara sungai
- kawasan konservasi fauna tertentu dan
terumbu karang
- kawasan taman laut

d. Ketentuan Umum Muatan RTR KSK

Ketentuan umum penentuan muatan RTR KSK memberikan informasi mengenai


kerangka pikir RTR KSK sesuai dengan tipologi KSK, meliputi:
1. Bentuk KSK
- KSK berbasis kawasan merupakan KSK yang dicirikan oleh keberadaan
wilayah yang direncanakan relatif luas dalam satu kesatuan/dominasi
fungsi, di dalam wilayah administrasi kabupaten. Contoh KSK berbasis
kawasan antara lain kawasan perkotaan, kawasan agropolitan dan
kawasan tertinggal
- KSK berbasis obyek strategis merupakan KSK yang dicirikan oleh
keberadaan obyek strategis berkaitan dengan fungsi strategis obyek yang
ditetapkan sebagai KSK. Contoh KSK berbasis objek antara lain kawasan
bangunan bersejarah dan kawasan teknologi tinggi

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 53
Gambar 4.4
Ilustrasi Bentuk KSK Berbasis Kawasan dan Obyek Strategis

KSK dapat berimpit dengan kawasan lain seperti KSN, KSP dan/atau kawasan
perkotaan kabupaten yang diatur dengan RDTR. Beberapa contoh ilustrasi
kedudukan KSK dapat dilihat pada gambar berikut

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 54
Gambar 4.5.
Ilustrasi Lokasi KSK

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 55
2. Deliniasi KSK

Penentuan delineasi KSK mengikuti ketentuan pemetaan KSK sebagai


berikut:

1) deliniasi kawasan strategis harus dituangkan dalam peta pada satu


lembar kertas yang menggambarkan wilayah kabupaten secara
keseluruhan;
2) pada peta KSK juga harus digambarkan deliniasi kawasan strategis
nasional dan/atau provinsi yang berada di dalam wilayah kabupaten
bersangkutan;
3) pada bagian legenda peta harus dijelaskan bidang apa yang menjadi
pusat perhatian setiap deliniasi KSK; dan
4) penggambaran peta KSK harus mengikuti peraturan perundangan-
undangan terkait pemetaan rencana tata ruang
3. Fokus Penanganan KSK
Fokus penangan KSK dilakukan dengan mempertimbangkan upaya yang
perlu diprioritaskan untuk mewujudkan fungsi kawasan berdasarakan nilai
dan isu strategis kawasan sesuai dengan tipologi KSK
4. Tingkat Ketelitian Peta KSK
Kebutuhan data spasial pendukung dan output peta RTR KSK didasarkan pada
karakteristik tipologi KSK. Pengaturan tingkat ketelitian peta disesuaikan
dengan informasi yang dibutuhkan dalam proses perencanaan RTR KSK dan
pemanfaatan produk rencana tata ruang KSK tersebut
5. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang KSK
Penentuan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang KSK dilakukan
dengan mempertimbangkan isu strategis dan fokus penanganan KSK
6. Rencana Jaringan Prasarana KSK
Rencana jaringan prasarana KSK, merupakan pengembangan hierarkhi
jaringan prasarana yang ditetapkan dalam struktur ruang yang termuat
dalam RTRW kabupaten
7. Rencana Pola Ruang KSK (Zoning map)

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 56
Rencana pola ruang dalam RTR KSK merupakan rencana distribusi zona
peruntukan yang antara lain meliputi hutan lindung, zona yang memberikan
perlindungan terhadap zona di bawahnya, zona perlindungan setempat,
perumahan, perdagangan, jasa, perkantoran, industri, ke dalam blok-blok.
Rencana pola ruang dimuat dalam peta yang juga berfungsi sebagai zoning
map bagi peraturan zonasi.

8. Ketentuan Pemanfaatan Ruang KSK


Ketentuan pemanfaatan ruang dalam rencana kawasan strategis,
merupakan upaya mewujudkan rencana kawasan strategis dalam jangka
waktu 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan yang tahapan
waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan tahapan waktu pelaksanaan RTRW
Kabupaten beserta indikasi sumber pembiayaan
9. Ketentuan Peraturan Zonasi KSK
Uraian selengkapnya peraturan zonasisebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari RTR KSK ini
Lingkup pengaturan muatan pedoman rencana tata ruang Kawasan
Strategis Kabupaten yang akan diatur untuk masing-masing tipologi dijabarkan
pada gambar 4.6 dan tabel 4.8 berikut :

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 57
Gambar 4.6
Tata Cara Perumusan Muatan KSK

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 58
Tabel 4.8

Ketentuan Umum Muatan Pedoman RTR KSK


Konsep Pengembangan
Bentuk KSK Tingkat Ketentuan
Delineasi Tujuan, Kebijakan dan Rencana Rencana Pola
No Tipologi Fokus Penanganan Ketelitian Ketentuan Pemanfaatan Pengendalian Ketentuan
Kawasan Strategi Jaringan Ruang (zoning
Peta Ruang Pemanfaatan Pengelolaan
Prasarana map)
Ruang
1 Kawasan Diatur dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
perkotaan
2 Kawasan Ditentukan Deliniasi Difokuskan dalam Mengguna-kan Tujuan kebijakan dan Rencana jaringan Rencana pola ruang Mewujudkan RTR kawasan Difokuskan pada dilakukan oleh
koridor sebagai KSK kawasan rangka mewujudkan skala strategi difokuskan pada prasarana : meliputi starategis dalam bentuk peraturan zonasi, dinas/ lembaga
ekonomi dengan ditetapkan pengembangan - Mengoptimalka - Rencana - pengaturan program selama 5 tahunan perizinan, insentif daerah yang
bentuk berdasarkan kawasan koridor sesuai dengan n potensi jaringan zona pada selama 20 tahun : disinsentif, dan menangani
berbasis fungsi ekonomi yang informasi ekonomi pergeraka kawasan inti - Program sanksi. pengelolaan
kawasan kawasan terpadu dengan yang - Peningkatan n dan pemanfaatan ruang kawasan
ditunjang dukungan dibutuhkan. daya saing - Rencana - pengaturan prioritas perkotaan.
prasarana dan kawasan jaringan zona pada - Lokasi usulan program
fasilitas penunjang - Peningkatan energi/listri kawasan - Besaran
kegiatan ekonomi kualitas sarana dan k penyangga satuan
dalam rangka prasarana - Rencana usulanprogram
mendorong investasi - penetapan kegiatan jaringan - Sumber pendanaan dari
untuk pengembangan ekonomi, telekomunikas APBN, APBD, swasta
kawasan koridor - ketenagakerjaan, i dan masyarakat
ekonomi yang cepat - sistem - Rencana - Instansi pelasana
tumbuh prasarana, dan jaringan
- air minum
- Rencana
jaringan
drainase
Rencana

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 59
Konsep Pengembangan
Bentuk KSK Tingkat Ketentuan
Delineasi Tujuan, Kebijakan dan Rencana Rencana Pola
No Tipologi Fokus Penanganan Ketelitian Ketentuan Pemanfaatan Pengendalian Ketentuan
Kawasan Strategi Jaringan Ruang (zoning
Peta Ruang Pemanfaatan Pengelolaan
Prasarana map)
Ruang
3 Kawasan Ditentukan Fungsi Difokuskan dalam Mengguna-kan Perumusan tujuan, Rencana jaringan Rencana pola ruang Mewujudkan RTR kawasan Difokuskan pada dilakukan oleh
Perdesaan sebagai KSK kawasan rangka mewujudkan skala kebijakan, dan prasarana : meliputi starategis dalam bentuk peraturan zonasi, dinas/ lembaga
dengan basis pengembangan strategi difokuskan - Rencana - pengaturan program selama 5 tahunan perizinan, insentif daerah yang
Basis Kawasan kawasan perdesaan sesuai dengan pada jaringan zona pada selama 20 tahun : disinsentif, dan menangani
- Kawasan inti yang terpadu dengan informasi - Mengembangka pergeraka kawasan inti - Program pemanfaatan sanksi. kawasan
- kawasan ditunjang dukungan yang n sektor n dan ruang prioritas perdesaandan
penyangg prasarana dan dibutuhkan. unggulan - Rencana - pengaturan zona - Lokasi usulan program bidang terkait
a fasilitas penunjang - penetapan kegiatan jaringan pada kawasan - Besaran lainnya.
kegiatan ekonomi ekonomi, energi/listri penyangga satuan
dalam rangka - ketenagakerjaan, k usulanprogram
mendorong investasi - sistem - Rencana - Sumber pendanaan
untuk tingkat produksi prasarana, dan jaringan dari APBN, APBD,
pangan dalam rangka - perlindunga telekomunikas swasta dan masyarakat
mewujudkan n kawasan i - Instansi pelasana
ketahanan pangan - Rencana
jaringan
air minum
- Rencan
a
jaringan
4 Kawasan Ditentukan Fungsi Difokuskan dalam Mengguna-kan Perumusan tujuan, drainase
Rencana jaringan Rencana pola ruang Mewujudkan RTR kawasan Difokuskan pada dilakukan oleh
Ekonomi sebagai KSK kawasan rangka mewujudkan skala kebijakan, dan prasarana : meliputi starategis dalam bentuk peraturan zonasi, dinas/ lembaga
Cepat Tumbuh dengan basis pengembangan strategi difokuskan - Rencana - pengaturan program selama 5 tahunan perizinan, insentif daerah yang
Basis kawasan kawasan ekonomi sesuai dengan pada jaringan zona pada selama 20 tahun : disinsentif, dan menangani
- Kawasan inti sektor unggulan yang informasi - Mengembangka pergeraka kawasan inti - Program sanksi. bidang ekonomi.
- Kawasan terpadu dengan yang n sektor n dan pemanfaatan ruang
penyangg ditunjang oleh dibutuhkan. unggulan - Rencana - pengaturan prioritas
a prasarana dan - penetapan jaringan zona pada - Lokasi usulan program
fasilitas dalam rangka kegiatan ekonomi, energi/listri kawasan - Besaran
mendorong investasi - ketenagakerjaan, k penyangga satuan
dan berjalannya - sistem - Rencana usulanprogram
sistem dan usaha prasarana, dan jaringan - Sumber pendanaan dari
agribisnis pada sektor - perlindunga telekomunikas APBN, APBD, swasta
unggulan selektif n kawasan i dan masyarakat
sebagai penggerak - Rencana - Instansi pelasana
pertumbuhan jaringan
ekonomi wilayah. air minum
- Rencan
a
jaringan
drainase

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 60
Konsep Pengembangan
Bentuk KSK Tingkat Ketentuan
Delineasi Tujuan, Kebijakan dan Rencana Rencana Pola
No Tipologi Fokus Penanganan Ketelitian Ketentuan Pemanfaatan Pengendalian Ketentuan
Kawasan Strategi Jaringan Ruang (zoning
Peta Ruang Pemanfaatan Pengelolaan
Prasarana map)
Ruang
5 Kawasan Ditentukan - Interaksi Difokuskan dalam Mengguna-kan Perumusan tujuan, Rencana jaringan Rencana pola ruang Mewujudkan RTR kawasan Difokuskan pada dilakukan oleh
tertinggal sebagai KSK sosial- rangka Meningkatkan skala sesuai kebijakan, dan strategi prasarana : - Rencana starategis dalam bentuk peraturan zonasi, dinas/ lembaga
/ terisolir dengan basis ekonomi perekonomian dan dengan difokuskan pada - Rencana zona lindung program selama 5 tahunan perizinan, insentif daerah yang
Basis kawasan masyarak infrastruktur kawasan informasi yang - penetapan jaringan - Rencana selama 20 tahun : disinsentif, dan menangani
at melalui dukungan dibutuhkan. kegiatan ekonomi, pergeraka zona - Program sanksi. bidang ekonomi.
- sebaran kebijakan - ketenagakerjaan, n budidaya pemanfaatan ruang
potensi pembangunan dan - sistem - Rencana prioritas
eonomi dukungan sistem prasarana, dan jaringan - Lokasi usulan program
masyarak jaringan prasarana - perlindunga energi/listri - Besaran
at dan sarana untuk n kawasan k satuan
meningkatkan - Rencana usulanprogram
ketertinggalan jaringan - Sumber pendanaan
kawasan telekomunikas dari APBN, APBD,
i swasta dan masyarakat
- Rencana - Instansi pelasana
jaringan
air minum
- Rencan
a
jaringan
6 Kawasan Ditentukan Fungsi Difokuskan dalam Mengguna-kan Perumusan tujuan, drainase
Rencana jaringan Rencana pola ruang Mewujudkan RTR kawasan Difokuskan pada dilakukan oleh
Konservasi sebagai KSK kawasan rangka mewujudkan skala sesuai kebijakan, dan strategi prasarana : berupa starategis dalam bentuk peraturan zonasi, dinas/lembaga
cagar Budaya dengan basis konservasi lingkungan dengan difokuskan pada - Rencana - pengaturan zona program selama 5 tahunan perizinan, insentif daerah yang
dan sejarah Basis kawasan/ terhadap informasi yang - Perlindungan jaringan pada kawasan selama 20 tahun : disinsentif, dan menangani
Objek strategis obyek/kawasan dibutuhkan. terhadap pergeraka inti dan - Program sanksi. bidang social
budaya dan sejarah kawasan/objek n - pengaturan pemanfaatan ruang budaya dan
yang lestari pada warisan - Rencan zona pada prioritas
jangka panjang. budaya,
- Pengendalian dan a
energi/listrik kawasan
penyangga. Lokasi usulan
- Besaran satuanprogram sejarah.
pengembangan - Rencana usulanprogram
kawasan inti sesuai jaringan - Sumber pendanaan
kearifan lokal dan telekomunikas dari APBN, APBD,
nilai-nilai warisan i swasta dan masyarakat
budaya, - Rencana - Instansi pelasana
- Pengendalian dan jaringan
pengembangan air minum
kawasan - Rencan
penyangga untuk a
melindungi kawasan jaringan
inti drainase
- Rencana
prasaran

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 61
Konsep Pengembangan
Bentuk KSK Tingkat Ketentuan
Delineasi Tujuan, Kebijakan dan Rencana Rencana Pola
No Tipologi Fokus Penanganan Ketelitian Ketentuan Pemanfaatan Pengendalian Ketentuan
Kawasan Strategi Jaringan Ruang (zoning
Peta Ruang Pemanfaatan Pengelolaan
Prasarana map)
Ruang
7 Kawasan Ditentukan kawasan inti, Difokuskan dalam Mengguna-kan Perumusan tujuan, Rencana jaringan Rencana pola ruang Mewujudkan RTR kawasan Difokuskan pada dilakukan oleh
Konservasi sebagai KSK kawasan rangka mewujudkan skala sesuai kebijakan, dan strategi prasarana : berupa starategis dalam bentuk peraturan zonasi, dinas/lembaga
permukiman dengan basis penyangga konservasi dengan difokuskan pada - Rencana - pengaturan program selama 5 tahunan perizinan, insentif daerah yang
/komunitas Basis lingkungan terhadap informasi yang - Perlindungan jaringan zona pada selama 20 tahun : disinsentif, dan menangani
adat tertentu kawasan/ /kawasan dibutuhkan. terhadap pergeraka kawasan inti - Program sanksi. bidang social
Objek strategis permukiman kawasan n dan pemanfaatan ruang budaya dan
komunitas adat permukiman, - Rencana - pengaturan prioritas sejarah.
tertentu yang lestari - Pengendalian dan jaringan zona pada - Lokasi usulan program
pada jangka panjang. pengembangan energi/listri kawasan - Besaran
kawasan inti k penyangga. satuan
sesuai kearifan - Rencana usulanprogram
lokal dan nilai-nilai jaringan - Sumber pendanaan dari
warisan budaya, telekomunikas APBN, APBD, swasta
- Pengendalian dan i dan masyarakat
pengembangan - Rencana - Instansi pelasana
kawasan jaringan
penyangga untuk air minum
melindungi kawasan - Rencan
inti a
jaringan
8 Kawasan Ditentukan kawasan inti, difokuskan dalam Mengguna-kan Perumusan tujuan, drainase
Rencana jaringan Rencana pola ruang Mewujudkan RTR kawasan Difokuskan pada dilakukan oleh
Pengembanga sebagai KSK kawasan rangka mewujudkan skala sesuai kebijakan, dan strategi prasarana : meliputi starategis dalam bentuk peraturan zonasi, dinas/lembaga
n Sumber dengan basis penyangga keseimbangan dengan difokuskan pada - Rencana - pengaturan program selama 5 tahunan perizinan, insentif daerah yang
Daya Alam Basis kawasan/ ekosistem kawasan informasi yang - pemanfaatan SDA, jaringan keseimbangan selama 20 tahun : disinsentif, dan menangani
objek strategis dengan dibutuhkan. - pengelolaa pergeraka ekosistem - Program sanksi. pengembangan
melindungi/memanfa n n kawasan dan pemanfaatan ruang kawasan dan
a tkan SDA secara lingkungan, - Rencana pemanfaatan prioritas SDA.
aman - pengaturan zonasi, jaringan sumber daya - Lokasi usulan program
- pengaturan kegiatan, energi/listri alam pada - Besaran
- pengaturan sistem k kawasan inti satuan
jaringan - Rencana dan usulanprogram
prasarana, dan jaringan - pengaturan - Sumber pendanaan
- pengelolaan telekomunikas zona pada dari APBN, APBD,
kawasan i
lainnya kawasan swasta dan masyarakat

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 62
Konsep Pengembangan
Bentuk KSK Tingkat Ketentuan
Delineasi Tujuan, Kebijakan dan Rencana Rencana Pola
No Tipologi Fokus Penanganan Ketelitian Ketentuan Pemanfaatan Pengendalian Ketentuan
Kawasan Strategi Jaringan Ruang (zoning
Peta Ruang Pemanfaatan Pengelolaan
Prasarana map)
Ruang
9 Kawasan Ditentukan kawasan inti, difokuskan dalam Mengguna-kan Perumusan tujuan, Rencana jaringan Rencana pola ruang Mewujudkan RTR kawasan Difokuskan pada dilakukan oleh
teknologi sebagai KSK kawasan rangka mewujudkan skala sesuai kebijakan, dan strategi prasarana : meliputi starategis dalam bentuk peraturan zonasi, dinas /lembaga
Tinggi dengan penyangga lingkungan kawasan dengan difokuskan pada - Rencana - pengaturan zona program selama 5 tahunan perizinan, insentif daerah yang
basis Basis dan/atau objek informasi yang - Perlindungan dan jaringan di kawasan selama 20 tahun : disinsentif, dan menangani
obyek teknologi tinggi dibutuhkan. persyaratan pergeraka penyangga untuk - Program sanksi. pengembangan
strategis berfungsi maksimal teknis kawasan n menjamin pemanfaatan ruang kawasan,
sesuai dengan jangka teknologi tinggi, - Rencana operasionalisasi prioritas teknologi tinggi
waktu rencana - pengaturan jaringan instalasi - Lokasi usulan program
operasional kegiatan, dan energi/listri teknologi tinggi - Besaran
dukungan prasarana k satuan
kawasan, - Rencana usulanprogram
dan jaringan - Sumber pendanaan
- pengendalian telekomunikas dari APBN, APBD,
pemanfaatan i swasta dan masyarakat
ruang pada - Rencana - Instansi pelasana
10 Kawasan Ditentukan kawasan inti, difokuskan dalam Mengguna-kan kawasantujuan,
Perumusan prasaran
Rencana jaringan Rencana pola ruang Mewujudkan RTR kawasan Difokuskan pada dilakukan oleh
perlindungan sebagai KSK kawasan rangka mewujudkan skala sesuai kebijakan, dan strategi prasarana : meliputi starategis dalam bentuk peraturan zonasi, dinas/ lembaga
dan pelestarian dengan basis penyangga kawasan lindung bagi dengan difokuskan pada - Rencana - pengaturan program selama 5 tahunan perizinan, insentif daerah yang
lingkungan Basis kawasan perlindungan informasi yang - pengelolaan jaringan zona pada selama 20 tahun : disinsentif, dan menangani
hidup (darat) ekosistem, dibutuhkan. lingkungan, pergeraka kawasan inti - Program sanksi. lingkungan
flora/fauna, - pengaturan zonasi, n dan pemanfaatan ruang hidup dan sektor
keseimbangan tata - pengaturan kegiatan, - Rencana - pengaturan prioritas terkait.
guna air, - pengelolaan prasaran zona pada - Lokasi usulan program
keseimbangan iklim kawasan a lainnya kawasan - Besaran
makro yang penyangga penyangga satuan
menjamin keserasian usulanprogram
kemampuan dan - Sumber pendanaan
pemanfaatan unsur dari APBN, APBD,
dalam alam secara swasta dan masyarakat
timbal balik - Instansi pelasana

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 63
Konsep Pengembangan
Bentuk KSK Tingkat Ketentuan
Delineasi Tujuan, Kebijakan dan Rencana Rencana Pola
No Tipologi Fokus Penanganan Ketelitian Ketentuan Pemanfaatan Pengendalian Ketentuan
Kawasan Strategi Jaringan Ruang (zoning
Peta Ruang Pemanfaatan Pengelolaan
Prasarana map)
Ruang
11 Kawasan Ditentukan Kawasan difokuskan dalam Mengguna-kan Perumusan tujuan, Rencana jaringan Rencana pola ruang Mewujudkan RTR kawasan Difokuskan pada dilakukan oleh
rawan bencana sebagai KSK rawan rangka mewujudkan skala sesuai kebijakan, dan strategi prasarana : meliputi starategis dalam bentuk peraturan zonasi, dinas /lembaga
dengan basis bencana, pemanfaatan ruang dengan difokuskan pada - Rencana - pengaturan program selama 5 tahunan perizinan, insentif daerah yang
Basis kawasan kawasan yang mendukung informasi yang - penetapan kegiatan jaringan zona pada KRB, selama 20 tahun : disinsentif, dan menangani
evakuasi upaya mitigasi dan dibutuhkan. dalam upaya mitigasi pergeraka dan - Program sanksi. pengembangan
adaptasi pada dan adaptasi n - pengaturan pemanfaatan ruang kawasan dan
kawasan rawan bencana, - Rencana zona pada prioritas sector terkait.
bencana . - pengaturan prasaran kawasan - Lokasi usulan program
sistem evakuasi, a lainnya evakuasi - Besaran
dan satuan
- pengendalian usulanprogram
pemanfaatan - Sumber pendanaan
ruang pada dari APBN, APBD,
kawasan rawan swasta dan masyarakat
12 Kawasan kritis Ditentukan WS/DAS, difokuskan dalam Mengguna-kan bencanatujuan,
Perumusan Rencana jaringan Rencana pola ruang - Instansi pelasana
Mewujudkan RTR kawasan Difokuskan pada dilakukan oleh
lingkungan sebagai KSK kawasan rangka mewujudkan skala sesuai kebijakan, dan strategi prasarana : meliputi starategis dalam bentuk peraturan dinas /lembaga
dengan basis ekosistem, kawasan yang lestari dengan yang difokuskan pada - Rencana - pengaturan program selama 5 tahunan zonasi, daerah yang
Basis kawasan kawasan pada jangka panjang, informasi - pengelolaa jaringan komposisi selama 20 tahun : perizinan, insentif menangani
penyangga dengan memberikan yang n pergeraka kawasan lindung - Program disinsentif, dan pengembangan
prioritas tinggi dalam dibutuhkan. lingkungan, n dan kawasan pemanfaatan ruang sanksi. kawasan dan
rangka menjaga daya - pengendalian - Rencana budi daya yang prioritas sector terkait.
dukung lingkungan sistem pusat prasaran menjamin - Lokasi usulan program
untuk mencegah pelayanan, a lainnya keserasian - Besaran
berbagai bentuk - pengendalian kemampuan dan satuan
gangguan lingkungan sistem jaringan pemanfaatan usulanprogram
terutama banjir, prasarana, - Sumber pendanaan
longsor, dan - pengaturan fungsi dari APBN, APBD,
menurunnya kualitas lindung dan swasta dan masyarakat
air. fungsi budidaya. - Instansi pelasana

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 64
Konsep Pengembangan
Bentuk KSK Tingkat Ketentuan
Delineasi Tujuan, Kebijakan dan Rencana Rencana Pola
No Tipologi Fokus Penanganan Ketelitian Ketentuan Pemanfaatan Pengendalian Ketentuan
Kawasan Strategi Jaringan Ruang (zoning
Peta Ruang Pemanfaatan Pengelolaan
Prasarana map)
Ruang
13 Kawasan Ditentukan Kawasan difokuskan dalam Mengguna-kan Perumusan tujuan, Rencana jaringan Rencana pola ruang Mewujudkan RTR kawasan Difokuskan pada dilakukan oleh
perlindungan sebagai KSK pesisir dan rangka mewujudkan skala sesuai kebijakan, dan strategi prasarana : meliputi starategis dalam bentuk peraturan zonasi, dinas /lembaga
pesisir dan dengan basis pulau-pulau lingkungan kawasan dengan yang difokuskan pada - Rencana - pengaturan program selama 5 tahunan perizinan, insentif daerah yang
pulau kecil Basis kawasan kecil pesisir dan pulau- informasi yang - pengelolaa jaringan komposisi selama 20 tahun : disinsentif, dan menangani
pulau kecil yang dibutuhkan. n pergeraka kawasan lindung - Program pemanfaatan sanksi. pengembangan
lestari pada jangka lingkungan, n dan kawasan ruang prioritas kawasan dan
panjang. - pengendalian sistem - Rencana budi daya yang - Lokasi usulan program sector terkait.
pusat pelayanan, prasarana menjamin - Besaran
- pengendalian lainnya keserasian satuan
sistem jaringan kemampuan dan usulanprogram
prasarana, pemanfaatan - Sumber pendanaan
- pengaturan fungsi dari APBN, APBD,
lindung dan swasta dan masyarakat
fungsi budidaya. - Instansi pelasana

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 65
e. Penyusunan RTR KSK
Tabel 4.9
Proses dan Prosedur Penyusunan KSK

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 66
Gambar 4.7
Perosedur Penyusunan KSK

f. Prosedur Pengesahan Peta BIG


List Peta yang di Asistensikan:

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 67
Gambar 4.8
Perosedur Penyusunan PETA BIG

Ustek
Penyusunan KSK Peruntukan Kawasan Industri Koridor I IV - 68

Anda mungkin juga menyukai