A. PENDAHULUAN
Pelayanan KIA di puskesmas merupakan salah satu upaya kesehatan wajib
yang harus dilaksanakan oleh setiap Puskesmas sesuai Permenkes RINomor 75
Tahun 2014 yang mengatur tentang Kebijakan Dasar Puskesmas dan Permenkes RI
Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas.
Salah satu program pokok puskesmas adalah pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak dan Keluarga Berencana. Hal ini juga merupakan salah satu upaya dalam
menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009. Pelayanan KIA di
puskesmas dilakukan dengan pendekatan pelayanan di dalam gedung dan
pelayanan di luar gedung. Di dalam gedung diantaranya ANC terpadu, pemeriksaan
nifas dan pelyanan KB, imunisasi bayi dan ibu hamil dan sebagainya. Pelayanan di
luar gedung meliputi kelas ibu hamil, kelas balita, pelacakan kematian ibu dan bayi,
kunjungan Ibu hamil resiko tinggi, kunjungan neonatal resiko tinggi, kunjungan nifas
resti, safari KB, dan lain sebagainya
B. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan salah satu indicator
penting dalam menilai derajat Kesehatan masyarakat di suatu negara (Depkes
RI,2007). Rencana strategis kementerian Kesehatan tahun 2020-2024 menyebutkan
bahwa kondisi umum dan permasalahan Kesehatan ibu dan anak di Indonesia
antara lain: angka kematian ibu (AKI) 305/100.000 kelahiran hidup (SUPAS, 2015)
dan angka kematian neonatal (AKN) 15/1000 kelahiran hidup (SDKI,2017).
Penuruna AKI dan AKN sudah terjadi namun angka penurunannya masih di bawah
target RPJMN. Target RPJMN 2024 yaitu AKI 183/100.000 kelahiran hidup dan AKN
10/1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi dalam
kehamilan dan perdarahan pasca persalinan (postpartum). Sedangkan, penyebab
kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh komplikasi intrapartum
sebanyak 28,3% dannbayi berat badan lahir rendah (bblr) sebanyak 19% (srs,2016).
Ini menggambarkan bahwa kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan sangat
menentukan persalinan dengan kondisi bayi yang dilahirkan. Perdarahan pasca
persalinan berkaitan dengan anemia saat remaja dan hamil. Ibu hamil dengan
anemia berisik melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Bila BBLR tidak ditangani
dengan baik memiliki risiko kematian dan stunting.
Pelayanan Kesehatan meningkat ditunjukkan jumlah persalinan di fasilitas
pelayanan Kesehatan mengalami peningkatan dari 55,3% (Riskesdas, 2010)
menjadi 79,3% (Riskesdas, 2018) dan cakupan pemeriksaan kehamilan pertama
(K1) 96,1%. Cakupan pemeriksaan kehamilan 4 kali (K4) naik dari 70,4%
(Riskesdaa, 2013) menjadi 74,1% (Riskesdas, 2018). Pelayanan Antenatal Care
(ANC) mengacu pada rekomendasi WHO tahun 2001 untuk melakukan minimal 4
kali kunjungan yang disebut sebagai Focused Antenatal Care (FANC). Pada tahun
2016 WHO mengeluarkan rekomendasi pelayanan antenatal bertujuan memberikan
pengalaman hamil dan melahirkan yang positif bagi para ibu serta menurunkan
angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak. Salah satu rekomendasi ANC
dilakukan minimal 6 kali dengan minimal kontak dengan dokter 2 kali untuk skrining
factor risiko/komplikasi kehamilan di trimester 1 dan skrining factor risiko persalinan
1 kali di trimester 3.
2. Tujuan Khusus
1. Terlaksananya pelayanan antenatal terpadu termasuk konseling dan gizi
ibu hamil, konseling kb, dan pemberian asi.
2. Terlaksananya dukungan emosi dan psikososial sesuai dengan keadaan
ibu hamil pada setiap kontak dengan tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi klinis atau kebidanan dan interpersonal yang baik.
3. Setiap ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenal terpadu minimal 6
kali selama masa kehamilan.
4. Terlaksananya pemantauan tumbuh kembang janin.
5. Deteksi secara dini kelainan atau penyakit atau gangguan yang diderita
ibu hamil.
6. Dilaksanakannya tata laksana terhadap kelainan/penyakit sedini mungkin
atau rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai sistem rujukan
yang ada.
Bidan :
1) Melalukan persiapan alat dan
bahan
2) Melakukan pemeriksaan :
3) Timbang Berat Badan & Ukur
Tinggi Badan
4) Ukur lingkar lengan atas ( LILA )
5) Ukur tekanan darah
6) Ukur tinggi fundus uteri ( TFU )
7) Hitung denyut jantung janin
( DJJ )
8) Tentukan presentasi janin
9) Beri imunisasi Tetanus Toksoid
(TT)
10) Mencatat hasil pemeriksaan dan
menyimpulkan hasil pemeriksaan
11) Menyampaikan kepada ibu hasil
pemeriksaan
12) Melakukan penyuluhan
kesehatan.
13) Memberikan tablet FE dan
Calcium Lactat dan menjelaskan
cara meminumnya.
14) Melanjutkan Penanganan kasus
dan konseling dan KIE efektif,
meliputi : Kesehatan Ibu; PHBS;
P4K; Tanda bahaya kehamilan,
persalinan dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi;
Gizi seimbang; P2M; PMTCT;
IMD dan ASI Eksklusif; KB pasca
bersalin; Imunisasi, Brain
Booster.
Petugas Laboratorium :
1) Melakukan pemeriksan
laboratorium, Rutin ( Gol.darah;
Hb; Protein Urine; Reduksi ) dan
Khusus ( pemeriksaan darah
malaria; tes sifillis; HIV; BTA )
Dokter Umum :
1) Melakukan pemeriksaan
kesehatan umum pada ibu hamil
2) Memberikan terapi yang
dibutuhkan sesuai degan kondisi
ibu hamil
Petugas Gizi
Melakukan pemeriksaan status gizi
dan konseling gizi ibu hamil.
G. JADWAL KEGIATAN
Pelayanan antenatal terpadu dilaksanakan setiap hari di ponkesdes, pustu,
dan polindes serta ruang KIA Puskesmas Watulimo kecuali hari Selasa.
Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Watulimo