Anda di halaman 1dari 5

Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa

pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Keadaan ini dipresentasikan dengan nilai

z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD) berdasarkan

standar pertumbuhan menurut WHO. Masa balita merupakan periode yang sangat peka terhadap

lingkungan sehingga diperlukan perhatian lebih terutama kecukupan gizinya. Masalah gizi

terutama stunting pada balita dapat menghambat perkembangan anak, dengan dampak negatif

yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya seperti penurunan intelektual, rentan

terhadap penyakit tidak menular, penurunan produktivitas hingga menyebabkan kemiskinan dan

risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.(Aridiyah, F.O., Rohmawati, N., dan Ririanty,

2015)

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan

ekonomi dalam masyarakat. Selain itu, stunting dapat berpengaruh pada anak balita pada jangka

panjang yaitu mengganggu kesehatan, pendidikan serta produktifitasnya di kemudian hari. Anak

balita stunting cenderung akan sulit mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang

optimal baik secara fisik maupun psikomotorik.(Menghal & Laxmi, 2014)

Pada umumnya dampak yang ditimbulkan dari stunting tidak hanya dirasakan oleh

individu yang mengalaminya tetapi juga berdampak terhadap roda perekonomian dan

pembangunan bangsa. Individu yang stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan dan

kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan motorik dan mental.(Priyono,

Sulistiyani, & Ratnawati, 2015)

Anak yang pada masa balitanya mengalami stunting memiliki tingkat kognitif rendah,

prestasi belajar dan psikososial buruk. Anak yang mengalami severe stunting di dua tahun

pertama kehidupannya memiliki hubungan sangat kuat terhadap keterlambatan kognitif di masa
kanak-kanak nantinya dan berdampak jangka panjang terhadap mutu sumberdaya. Kejadian

stunting yang berlangsung sejak masa kanak-kanak memiliki hubungan terhadap perkembangan

motorik lambat dan tingkat intelegensi lebih rendah. anak (9—24 bulan) yang stunting selain

memiliki tingkat intelegensi lebih rendah, juga memiliki penilaian lebih rendah pada lokomotor,

koordinasi tangan dan mata, pendengaran, berbicara, maupun kinerja jika dibandingkan dengan

anak normal.(Oktarina, Zilda dan Sudiarti, 2013)

Perilaku kadarzi terhadap kejadian stunting erat kaitannya dengan peran orang tua balita

terutama Ibu. Kesadaran Ibu terhadap gizi keluarga memberikan andil yang besar dalam

mempengaruhi kejadian stunting. Hal ini dikarenakan Ibu memiliki peran yang besar terutama

dalam memilih dan mempersiapkan bahan makanan untuk di konsumsi balita, sebab balita belum

mampu untuk mengurus dirinya sendiri dengan baik, sehingga peran orang tua terutama Ibu

sangatlah penting. Menurut Ibu mempunyai peran dominan dalam penerapan perilaku gizi

keluarga karena ibu bertanggung jawab penuh dalam penyediaan makanan bagi keluarga dan

pola pengasuhan anak, sehingga masing-masing individu dalam keluarga mengikuti perilaku gizi

yang diterapkan oleh Ibu terutama dalam konsumsi makanan dan pengasuhan anak.(Pada, Putri,

& Man, 2015)


DAFTAR PUSTAKA

(Desta, 2015)Aridiyah, F.O., Rohmawati, N., dan Ririanty, M. (2015). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan
(The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas). E-Jurnal Pustaka
Kesehatan, 3(1), 163–170. https://doi.org/10.1007/s11746-013-2339-4
Bwalya, B. B., Lemba, M., Mapoma, C. C., & Mutombo, N. (2015). Factors Associated with
Stunting among Children Aged 6-23 Months in Zambian: Evidence from the 2007 Zambia
Demographic and Health Survey. International Journal of Advanced Nutritional and Health
Science, 3(1), 116–131. https://doi.org/10.23953/cloud.ijanhs.146
de Onis, M., & Branca, F. (2016). Childhood stunting: A global perspective. Maternal and Child
Nutrition, 12, 12–26. https://doi.org/10.1111/mcn.12231
Demirchyan, A., Petrosyan, V., Sargsyan, V., & Hekimian, K. (2016). Predictors of stunting
among children ages 0 to 59 months in a rural region of Armenia. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition, 62(1), 150–156.
https://doi.org/10.1097/MPG.0000000000000901
Desta, K. shitaye. (2015). Thesis Open Access Survival Status and Predictors of Mortality
among Children Aged 0-59 Months with Severe Acute Malnutrition Admitted to
Stabilization Center at Sekota Hospital Waghemra Zone. J Nutr Disorders Ther, 5(2), 168.
https://doi.org/10.4172/2161-
Dewana, Z., Fikadu, T., Facha, W., & Mekonnen, N. (2017). Prevalence and Predictors of
Stunting among Children of Age between 24 to 59 Months in Butajira Town and
Surrounding District, Gurage Zone, Southern Ethiopia. Health Science Journal, 11(4), 1–6.
https://doi.org/10.21767/1791-809X.1000518
Dewi, M., & Aminah, M. (2016). Pengaruh Edukasi Gizi terhadap Feeding Practice Ibu Balita
Stunting Usia 6-24 Bulan (The Effect of Nutritional Knowledge on Feeding Practice of
Mothers Having Stunting Toddler Aged 6-24 Months). Indonesian Journal of Human
Nutrition, 3(1), 1–8.
Hafid, F., & Nasrul, N. (2016). Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 6-23 Bulan di Kabupaten
Jeneponto (Risk Factors of Stunting among Children Aged 6-23 Months in Jeneponto
Regency). Indonesian Journal of Human Nutrition, 3(1), 42–53.
https://doi.org/10.21776/ub.ijhn.2016.003.Suplemen.5
Menghal, P. M., & Laxmi, A. J. (2014). Scalar control of an induction motor using artificial
intelligent controller. 2014 International Conference on Power, Automation and
Communication, INPAC 2014, 60–65. https://doi.org/10.1109/INPAC.2014.6981136
Nababan, D. (2015). Mother and Child Nutrition ; ( A Review of Stunting Studies ).
International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR), 4531, 13–20.
Oktarina, Zilda dan Sudiarti, T. (2013). Faktor Risiko, 8(November), 175–180.
https://doi.org/10.25182/jgp.2013.8.3.177-180
Pada, A., Putri, R., & Man, D. I. (2015). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian,
VIII(1), 1–7.
Palino, I. L., Majid, R., & Ainurafiq. (2017). Determinan kejadian stunting pada balita usia 12-
59 bulan di wilayah kerja puskesmas puuwatu kota kendari tahun 2016. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Ksehatan Masyarakat, 2(6), 1–12.
Potutu, M., Malonda, N. S. H., Rattu, A. J. M., Kesehatan, F., Universitas, M., & Ratulangi, S.
(2013). Stunting merupakankeadaangizikurang yang sudah berjalan lama dan memerlukan
Faktor-faktor, 203, 1–8.
Priyono, D. I. P., Sulistiyani, & Ratnawati, L. Y. (2015). Determinan Kejadian Stunting pada
Anak Balita Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Randuagung Kabupaten
Lumajang. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 3(2), 349–355.
https://doi.org/10.1145/2390848.2390856
Rustiana, E. R., & Cahyati, W. H. (2013). Jurnal Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 8(2), 113–120. https://doi.org/ISSN 1858-1196
Solehan, L. F. dan M. (2012). of Nutrition College , Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013 Halaman
523-530. Journal Of Nutrition College, 1, 127–133. https://doi.org/10.1111/1467-
9868.00143
Torlesse, H., Cronin, A. A., Sebayang, S. K., & Nandy, R. (2016). Determinants of stunting in
Indonesian children: Evidence from a cross-sectional survey indicate a prominent role for
the water, sanitation and hygiene sector in stunting reduction. BMC Public Health, 16(1), 1–
11. https://doi.org/10.1186/s12889-016-3339-8
Vaktskjold, A., Văn Trí, Đ., TRọNG PHỉ, D., & Sandanger, T. (2010). Original Research
Stunted Growth in a Cohort of Two-Year Olds in the Khanh Hoa Province in Vietnam – a
Follow-Up Study. Journal of Rural and Tropical Public Health JRuralTropPublicHealth, 9,
77–81. Retrieved from
https://pdfs.semanticscholar.org/c3a2/c0efe546945dbec828b77618976233c0c6d5.pdf
Wellina, W. F., Kartasurya, M. I., & Rahfilludin, M. Z. (2016). Faktor risiko stunting pada anak
umur 12-24 bulan. Jurnal Gizi Indonesia (ISSN : 1858-4942), 5(1), 55–61.

Anda mungkin juga menyukai