Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN ANTARA NILAI DCPT DAN N SPT PADA PENYELIDIKAN TANAH

JENIS PASIR BERLANAU DI SUTT 150 kV SANGGAU ENTIKONG


Muhammad Ashhabul Kahfi 1) Eka Priadi 2)
1)
Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
2)
Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
Email: john.mccepot@gmail.com

ABSTRAK
DCPT lebih umum digunakan karena lebih murah dan mudah digunakan, namun data jenis tanah yang
diperoleh kurang akurat. Meskipun NSPT jarang digunakan karena lebih sulit diterapkan dan lebih mahal
daripada DCPT, namun data jenis tanah yang diperoleh jauh lebih akurat. Pada penelitian ini dilakukan
pengolahan data pada DCPT (Dutch Cone Penetrometer Test) dan N SPT (Standard Penetration Test) untuk
melihat apakah ada hubungan antara keduanya. Oleh karena itu, hubungan antara DCPT dan N SPT
diperlukan untuk digunakan jika tidak ada salah satu tes. Dalam penelitian ini dicari hubungan antara data
DCPT dan data N SPT dari kedalaman dan koordinat tanah pasir berlanau yang sama. Data untuk penelitian
ini dikumpulkan dari 43 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Sanggau Entikong untuk
menentukan apakah ada korelasi antara DCPT dan N SPT untuk tanah pasir berlanau. Hubungan antara
data dalam penelitian ini ditentukan menggunakan Regresi di Google Spreadsheets. Pengolahan data
lapangan menunjukkan bahwa tahanan ujung (qc) dan tahanan gesek (fs) pasir berlanau berhubungan erat
dengan N SPT. Koefisien hubungan qc dengan N sama dengan fs dengan N. Sementara itu, rasio qc/N
untuk beberapa jenis tanah masih relevan dalam literatur.

Keywords: Hubungan; Dutch Cone Penetrometer Test; Standard Penetration Test, SUTT 150 kV Sanggau
Entikong; jenis tanah pasir berlanau

ABSTRACT
DCPT is more commonly used because it is cheaper and easier to use, but the soil type data obtained is less
accurate. Although NSPT is rarely used because it is more difficult to apply and more expensive than DCPT,
the soil type data obtained are much more accurate. In this study, data processing was performed on DCPT
(Dutch Cone Penetrometer Test) and NSPT (Standard Penetration Test) to see if there was a relation
between them. Therefore, a relationship between DCPT and N SPT is required to be used in the absence of
one of the tests. In this study, the relationship of DCPT data and N SPT data from the same silty sand soil
depth and coordinates were sought. Data for this study were collected from 43 Over Head Line (OHL) 150
kV Sanggau Entikong sites to determine if there is a relation between DCPT and N SPT for silty sand soil.
Relations in this study were determined using Regression in Google Spreadsheets. Field data processing
showed that the tip resistance (QC) and friction resistance (fs) of silty sand was positively correlated with
NSPT. The relationship coefficient of QC with N is the same as that of fs with N. Meanwhile, the qc/N
ratios for several soil types are still relevant in the literature.

Keywords: Relationship; Dutch Cone Penetrometer Test; Standard Penetration Test, OHL 150 kV Sanggau
Entikong; Silty Sand Soil

1. Pendahuluan menggunakan SPT sebagai dasar perhitungan maka


Penyelidikan tanah yang sering dilakukan yaitu diperlukan hubungan di antara kedua macam tes
SPT(Standard Penetration Test), DCPT (Dutch Cone tersebut.
Penetration Test) , CBR (California Bearing Ratio) Pondasi tower sebagai struktur bawah harus
dan lain-lain. Penyelidikan tanah akan didesain dengan mempertimbangkan kondisi tanah
menggambarkan kondisi, daya dukung dan sifat dan pembebanan dari tower. Kemampuan layan
tanah. Hal ini akan berpengaruh terhadap perilaku pondasi dihitung mampu menahan beban dengan
jenis pondasi yang akan diterapkan. angka keamanan tertentu. Daya dukung tanah adalah
Pada akhir-akhir ini penggunaan DCPT dasar perhitungan untuk desain pondasi baik dimensi
meningkat untuk penyelidikan tanah dan desain maupun bentuk. Pada pondasi tower dikenal 2
bangunan pondasi. Hal ini dikarenakan harga yang macam jenis pondasi yaitu pondasi dangkal dan
murah dan waktu pelaksanaan yang cepat. Tetapi pondasi dalam. Pondasi dangkal dipakai ketika tanah
untuk beberapa desainer yang lebih familiar dengan mempunyai daya dukung tinggi. Pondasi dalam
dipakai ketika tanah mempunyai daya dukung yang
rendah.
Menara/tower SUTT 150 kV dibuat dari rangka
baja dengan mutu tinggi yang berfungsi sebagai
penggantung kawat penghantar dan kawat
pentanahan. Rangka baja tower SUTT 150 kV akan
dipasang pada setiap jarak 200 – 400 m disesuaikan
dengan keadaan permukaan tanah/topografi. Tinggi
normal tower SUTT 150 kV sekitar 36 m dan dapat
ditinggikan sesuai kebutuhan +3 m, +6 m, +9 m, +12
m bahkan menjadi tower khusus +22 m sampai +60
m. Ketinggian ini disesuaikan dengan perencanaan
teknis yang telah disusun.
Gambar 2. Jalur SUTT Sanggau Entikong
Perluasan jaringan transmisi kelistrikan ke arah
Utara memiliki tujuan yang strategis. Malaysia
Alur penelitian akan membandingkan data
khususnya Serawak berbatasan langsung dan
DCPT dan N SPT pada lokasi yang sama dan
mempunyai jalur perhubungan darat dengan
kedalaman yang sama.Data tersebut akan dipilah
Indonesia khususnya Entikong Kabupaten Sanggau.
lagi untuk jenis tanah pasir lanau dari hasil
Banyak pekerja asal Indonesia maupun dari
laboratorium.
Malaysia menggunakan bus sehingga sering disebut
jalur sutra karena kemudahan moda transportasi
tanpa melewati lautan. Maka dari itu pembangunan
daerah perbatasan Malaysia-Indonesia ini
merupakan kepentingan strategis nasional.

Gambar 1. Pengembangan jaringan transmisi 150


kV Kalimantan Barat

2. Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini, digunakan data DCPT dan
N SPT pada penyelidikan tanah SUTT 150 kV
Sanggau Entikong. Koordinat titik uji tanah Gambar 3. Diagram alir penelitian
berdekatan ± 5 m di setiap tower. Didapatkan 43 data
DCPT dan N SPT dengan persyaratan yang Banyak pendapat tentang kevalidan
dimaksud. hubungan korelasi, tetapi secara universal masih
Bentuk daerah ini terdiri dari kelompok bukit belum ada yang disepakati sebagai standar. Penulis
dan pegunungan yang terpisah-pisah dari yang mengusulkan koefisien korelasi yang semakin
mempunyai lereng landai ke daerah yang sangat mendekati angka satu, semakin kuat hubungannya.
landai serta ada dataran rendah. Bukit dan Tetapi semakin mendekati angka nol maka semakin
pegunungan ini terdiri dari batu pasir tersier dengan lemah hubunganya. Skala berikut yang akan
jenis relatif keras dan granitan. Perbukitan yang digunakan untuk menilai kekuatan korelasi dalam
lebih landai tersusun oleh sedimen mesozoikum penelitian ini : 1 (sempurna); 0,9-0,7 (kuat); 0,6-0,4
lempungan dan dataran rendah biasanya terbentuk di (sedang); 0,3-0,1 (lemah) dan 0 (tidak ada korelasi).
bagian cekungan tersier.
3. Hasil dan Pembahasan Tanah pasir berlanau, campuran pasir lanau
Dari hasil penelitian ini terdapat 3 jenis tanah (SM). Data yang diperoleh untuk tanah jenis ini
yang sering muncul dari hasil lapangan yaitu: sebanyak 14 buah data tanah yang berpasangan dan
1. Lempung anorganik dengan plastisitas rendah dapat memberikan korelasi dari dua variabel. Data N
(CL) SPT berkisar dari 12 sampai dengan 60. Data qc
2. Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi berkisar dari 35,2 sampai dengan 193,4
(CH) kPa.Penelitian terdahulu dari Fauzhi,2015
3. Pasir berlanau, campuran pasir lanau (SM) menghasilkan persamaan garis yang sedikit berbeda
yaitu fs = 0,51N + 92. Penelitian ini menghasilkan
Tanah pasir berlanau, campuran pasir lanau persamaan :
(SM). Data yang diperoleh untuk tanah jenis ini fs = 2.35N+39.3 ; R2 = 0.34 (3)
sebanyak 14 buah data tanah yang berpasangan dan
dapat memberikan korelasi dari dua variabel. Data N Korelasi yang paling tinggi didapat dari
SPT berkisar dari 12 sampai dengan 60. Data qc korelasi antara fs dan N untuk tanah Pasir (SM).
berkisar dari 2.25 sampai dengan 24,5 MPa. Hasil ini menggambarkan keseragaman respon dari
Koefisien korelasi R2 yaitu 0,297. Penelitian lapisan tanah, walaupun validitas data masih dalam
terdahulu dari Fauzhi,2015 menghasilkan tingkatan sedang. Rata-rata tingkat validitas korelasi
persamaan garis yang sedikit berbeda yaitu qc = dalam tingkatan rendah ke sedang.
0,121N +5,086. Penelitian ini menghasilkan Schmertmann (1967) menggunakan korelasi
persamaan regresi linier yaitu: nilai N-SPT dengan tahanan konus untuk
𝑞𝑐 = 0.33𝑁 + 1.02 ; R2 = 0.297 (1) menentukan daya dukung ujung dan tahanan selimut
Bila dianalisis regresi dengan power regression tiang.Data tersebut dibandingkan dengan data dari
memunculkan persamaan : penelitian ini.
qc = 0,273N1,03 ; R2 = 0.299 (2)
Tabel 1. Perbandingan nilai gesekan untuk tiang
pancang
Gesekan selimut Tahanan ujung
(kg/cm2) (kg/cm2)
Jenis tanah Keterangan
Schmertmann, Kahfi, Schmertmann, Kahfi,
1967 2021 1967 2021
Pasir bersih ( untuk GW,GP,GM
0,019N 0,038N 3,2N 2,73N
N>60, diambil N = 60) ,SW,SP,SM

4. Kesimpulan
Berdasarkan analisis korelasi dari DCPT,
NSPT yang telah dilakukan untuk jenis tanah pasir
lanau menurut USCS, didapat kesimpulan bahwa:
1. Pada jalur sepanjang Sanggau – Entikong berada
Gambar 4. Korelasi antara qc dan N untuk tanah pada daerah perbukitan dan pegunungan kondisi
Pasir (SM) lapisan berpola miring tidak mendatar, biasanya
kemiringan yang mengacu pada permukaan
Meskipun nilai qc masih dipandang lebih tanahnya. Top soil berupa tanah
mendeskripsikan daya dukung tanah, tetapi nilai fs merah/kecoklatan yang merupakan residu hasil
juga mempunyai peran untuk identifikasi perilaku pelapukan material vulkanik, sehingga tanah
tanah. Pada saat mendesain pondasi dalam misalnya jenis ini sangat heterogen dan tidak punya pola
fs berperan penting untuk menaikkan daya dukung yang konsisten, seperti pada area plate aluvial.
dari pondasi tersebut. 2. Tahanan Ujung (qc) mempunyai korelasi sedang
terhadap N SPT untuk jenis tanah pasir lanau SM
dengan koefisien korelasi R2 0,297.
3. Hambatan Pelekat (fs) mempunyai korelasi
sedang terhadap N SPT untuk jenis tanah pasir
lanau SM dengan koefisien korelasi R2 0,34.
4. Perbandingan qc/N dengan data Schmertmann
(1967) masih berkorelasi kuat untuk tanah jenis
pasir lanau (SM).
Sehingga terbukti ada korelasi antara data
penyelidikan tanah dari DCPT dengan N SPT untuk
jenis tanah pasir lanau (SM). Hasil ini dapat
Gambar 5. Korelasi antara fs dan N untuk tanah digunakan untuk validasi data dari dua penyelidikan
Pasir (SM) tanah tersebut untuk mengambil perkiraan desain
yang lebih cermat. Bilamana hasil kedua
penyelidikan tanah tersebut pada lokasi yang sama
tidak berkorelasi maka perlu penyelidikan tanah
lebih lanjut untuk menilai data yang paling benar.

Ucapan Terima Kasih


Terima kasih disampaikan kepada segenap pengajar
Fakultas Teknik UNTAN dan teman-teman sejawat
serta keluarga kami yang telah mendukung
penyusunan jurnal ini.

Daftar Pustaka
Fauzhi Jarushi, S Alkaabim, Paul Consentino, A New
Correlation between SPT and CPT for
various soils, International Journal of
Environmental, Ecological, Geological and
Geophysical Engineering Vol 9 No 2 (2015).
Schmertmann, Static settlement over sand, ASCE-
JSMFD 96 (SM3), 1011-1043 (1967).

Anda mungkin juga menyukai