Anda di halaman 1dari 9

ek

SIPIL’ MESIN ’ARSITEKTUR ’ELEKTRO

KA PA SITA S DUKUNG TA NA H LA NA U MENG G UNA KA N PA RA METER UJI DCP


DENG A N MENG A DO PSI KO RELA SI HA MBA TA N KO NUS CPTDENG A N DCP
Benyamin Bontong*

Abstrac t
The objective of this research is to find out the bearing capacity formula on silty soil based on DCP
parameter, that was adopted from the correlation of the CPT’s cone resistance with the DCP
value. The research material is silty soil that was taken from Kelurahan Tondo, Kota Palu. The CPT
and DCP testing was perform on several variation of densities and water content. The result of the
research show that there is a specific correlation between cone resistance and DCP value that
can be approach by formula qc = 93.85 DCP-1.166. Base on that correlation, it was found out the
simple approach formula to estimate the ultimate bearing capacity of silty soil in the form of qu =
26 DCP-1.166.
Ke y wo rds : Cone resistance, DCP value, bearing capacity

A b stra k
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rumus kapasitas dukung tanah lanau
berdasarkan parameter nilai DCP yang diadopsi dari korelasi hambatan konus uji CPT dengan
nilai DCP. Material penelitian adalah lanau yang diambil di Kelurahan Tondo, kota Palu.
Pengujian CPT dan DCP dilakukan pada beberapa variasi kepadatan dan kadar air. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi spesifik antara hambatan konus dengan nilai DCP
yang dapat didekati dengan persamaan qc = 93.85 DCP-1.166. Berdasarkan korelasi tersebut
didapatkan rumus pendekatan sederhana untuk mengestimasi kapasitas dukung ultimit tanah
lanau dalam bentuk qu = 26 DCP-1.166.
Ka ta Kunc i : Kuat tekan, abu terbang, beton

1. Pe nd a hulua n mengenai karakteristik lapisan tanah


Kapasitas dukung tanah tidak perlu mencakup kedalaman yang
merupakan salah satu hal penting besar (kedalaman sekitar dua kali lebar
dalam perencanaan pondasi. Untuk pondasi biasanya dianggap sudah
merencanakan pondasi yang aman cukup memadai). Untuk kondisi seperti
dan ekonomis, dibutuhkan data hasil ini, alat tersebut di atas kurang praktis
penyelidikan lapisan tanah pendukung dan relatif mahal. Penelitian ini mengkaji
pondasi. Ada beberapa metode kapasitas dukung tanah lanau dengan
penyelidikan tanah yang lazim menggunakan parameter hasil uji
dilakukan antara lain uji penetrasi sondir Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
(CPT), pemboran/sampling untuk uji dengan pertimbangan alat ini jauh lebih
laboratorium dan uji SPT. Untuk cepat dan murah dalam
bangunan berskala kecil seperti penggunaannya (Jones, 2004). Data uji
bangunan perumahan dengan lebar DCP terlebih dahulu dikorelasikan
pondasi yang relatif kecil, informasi dengan data uji Sondir (CPT), hasilnya

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 2. Mei 2011: 79 - 87

dikonversi sebagai parameter kapasitas qc = hambatan konus (dari


dukung pondasi. Studi kasus dilakukan hasil uji sondir)
pada tanah lanau di Tondo, kota Palu. q = tekanan overburden
efektif

2. Tinja ua n Pusta ka Begemann dalam Sosrodarsono


et.al (1984) mengusulkan persamaan
Dalam mengestimasi kapasitas untuk tanah kohesif sebagai berikut:
dukung tanah untuk pondasi dangkal
dikenal beberapa metode dimana
qc = 14 cu ............................(3)
masing-masing metode memerlukan
data parameter tanah. Parameter kuat dimana:
geser tanah c dan φ yang diperoleh
cu = kohesi undrained dari uji triaksial.
melalui penyelidikan di laboratorium,
diaplikasikan antara lain pada metode
Jacobs (2004) mengusulkan
Terzaghi (Das, 1995) yang sangat
hubungan estimasi awal kuat geser
terkenal itu, dengan formula kapasitas
undrained sebagai berikut: :
dukung batas sebagai berikut:
qc
cu = ………………………(4)
untuk pondasi lajur: Nk '
Dimana:
qu = cNc + qNq + ½γBNγ .........(1) Nk’ = 17 – 18 untuk tanah
terkonsolidasi normal (N.C)
Dimana:
= 20 untuk tanah terkonsolidasi
c = kohesi
γ = berat isi tanah over (O.C)
B = lebar pondasi
q = Df Secara lebih detail, kuat geser
Df = kedalaman pondasi undrained dihitung dengan persamaan
Nc, Nq, N γ= faktor kapasitas dukung (fungsi sebagai berikut (Jacobs, 2004):
sudut geser φ )
qc − q ………………………(5)
cu =
Selain itu terdapat pula metode Nk
perhitungan kapasitas dukung yang
menggunakan parameter hasil Dimana:
pengujian langsung dari lapangan Nk’ = 15 - 16 untuk tanah
antara lain dari hasil uji penetrasi statis terkonsolidasi normal (N.C)
yang lazim dikenal dengan uji sondir = 18 - 19 untuk tanah
atau Cone Penetration Test (CPT). Untuk terkonsolidasi over (O.C)
tanah kohesif (lanau dan lempung),
kuat geser undrained menurut Persamaan (5) ini sama dengan
Begemann (Bowles, 1988) mengusulkan yang diusulkan Begemann (Boules,
formula sebagai berikut: 1988).

qc − q Untuk menganalisis kapasitas


Su = ………………………..(2)
dukung berdasarkan parameter hasil
N 'c
pengujian DCP, dilakukan terlebih
Dimana: dahulu pengujian dengan
Su = kuat geser undrained menggunakan alat penetrasi sondir

80
Kapasitas Dukung Tanah Lanau Menggunakan Parameter Uji DCP
Dengan Mengadopsi Korelasi Hambatan Konus CPT dengan DCP
(Benyamin Bontong)

bersama-sama dengan pengujian dipilih kadar air optimum yang


dengan alat DCP pada sampel tanah didapatkan dari pemadatan standar
lanau yang sama. Dari hasil pengujian (wopt=18%).
dibuat korelasi keduanya untuk
mendapatkan nilai hambatan konus Tabel 1. Hasil Pengujian Sifat Fisik dan
hasil uji sondir qc, sebagai fungsi dari Indeks bahan
nilai hambatan penetrasi DCP ataupun
Pa ra m e te r Nila i
SPR. Hubungan tersebut dapat
Batas cair, LL 43,0 %
dinyatakan dalam bentuk:
Batas Plastis PL 30,0 %
Indeks Plastis, PI 13,0 %
qc = f ( DCP ) atau qc = f1( SPR ) Berat spesifik, GS 2,67
Fraksi butiran halus 79,5 %
dimana DCP dan SPR keduanya (lolos # 200) ML
merupakan parameter hasil uji alat Simbol Klasifikasi USCS 18,0 %
Dynamic Cone Penetration, (Jones, Kadar air optimum
2004) dengan arti masing-masing wopt.
sebagai berikut: Sumber: Bontong, 2009
• DCP menyatakan mudah
tidaknya melakukan penetrasi ke
dalam tanah, dinyatakan dalam 3.3 Perlakuan kepadatan
mm/tumbukan (mm/blow) Contoh tanah dipadatkan
• SPR menyatakan tingkat dalam satu cetakan berbentuk kotak
kesukaran melakukan penetrasi ke yang terbuat dari beton berdinding
dalam tanah, dinyatakan dalam tebal. Kotak dibuat dengan ukuran
tumbukan/mm (blow/mm) panjang dan lebar masing-masing 40cm
• SPR = 1/DCP dan tinggi 72 cm. Ukuran dipilih
Dengan mengetahui korelasi sedemikian rupa sehingga pengaruh
tersebut, hasilnya disubstitusikan ke faktor skala diminimalkan. Menurut
dalam persamaan-persamaan (1) Brouwer (2002), uji penetrasi konus
sampai dengan (5) di atas. dapat dipandang sebagai tiang skala
kecil. Untuk suatu tiang, pengaruh
keruntuhan mencapai kira-kira 4 kali
3. Me to d e Pe ne litia n
diameter (lihat gambar 1 berikut).
3.1 Bahan penelitian
Bahan penelitian adalah tanah
lanau yang diambil di kelurahan Tondo,
sebelah Timur gedung SMU Negeri 5
Palu. Hasil pengujian sifat fisik dan
indeks bahan disajikan pada Tabel 1.

3.2 Perlakua kadar air


Perlakuan variasi kadar air untuk
pengujian dipilih sekitar 4 % 11%, 18%,
25% dan 32%. Rentang kadar air diambil
cukup lebar supaya pengaruh
perubahannya nyata (dua variasi di
bawah kadar air optimum dan dua Gambar 1. Bidang geser runtuh tiang
variasi di atasnya), dan nilai tengahnya (Brouwer, 2002)

81
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 2. Mei 2011: 79 - 87

3.4 Alat uji penelitian 4. Ha sil d a n Pe m b a ha sa n


Alat uji sondir yang digunakan Hasil pengujian penetrasi sondir
adalah sondir tipe Dutch Cone pada beberapa kondisi kepadatan dan
Penetrometer Test (DCPT), dengan alat kadar air untuk tanah lanau
penetrasi konus biasa, mengacu pada diperlihatkan dalam bentuk grafik pada
standar rujukan SNI 03-2827-1992. gambar yang disajikan berikut ini.
Spesifikasi alat sebagai berikut: Gambar 2 menunjukkan grafik
• Konus dengan diameter 3,57 cm hubungan antara hambatan konus qc
• Luas penampang konus 10,0 cm2 dengan kadar air w untuk beberapa
• Sudut puncak konus 60o variasi tingkat kepadatan (γ) tanah.
Alat uji DCP yang digunakan Gambar 2 menunjukkan bahwa
pada penelitian ini adalah jenis yang semakin tinggi kadar air w, semakin
dikembangkan oleh Transport and Road rendah hambatan konus qc untuk setiap
Research Laboratory (TRL), Crowthorne rentang kepadatan kering d. Pada

Berkshire, Inggris (Jones, 2004; Ilinois, saat kadar air menuju ke posisi semakin
2005), buatan MBT ( type DCP 274 MBT). kering, maka semakin tinggi kepadatan
dengan spesifikasi sebagai berikut: kering semakin tinggi pula gradien kurva
• Massa palu penumbuk (hammer) 8 qc vs w (semakin besar rasio qc/w). Pada
kg saat kadar air tinggi ( pada gambar di
• Tinggi jatuh 575 mm atas melebihi 24%), perubahan kadar
• Diameter konus 20 mm air maupun kepadatan kering hampir
• Sudut puncak konus 60o tidak berpengaruh pada perubahan
hambatan konus qc.

150

1,2 - 1,3 gr/cm3


125
Hambatan Konus, qc (kg/cm2)

1,3 - 1,4 gr/cm3

100 1,4 - 1,5 gr/cm3

1,5 - 1,6 gr/cm3


75

50

25

0
0 4 8 12 16 20 24 28 32

Kadar Air, w (%)

Gambar 2. Grafik hubungan antara hambatan konus vs


kadar air untuk beberapa rentang tingkat
kepadatan.

82
Kapasitas Dukung Tanah Lanau Menggunakan Parameter Uji DCP
Dengan Mengadopsi Korelasi Hambatan Konus CPT dengan DCP
(Benyamin Bontong)

250
1,2 - 1,3 gr/cm3

1,3 - 1,4 gr/cm3


200

Nilai DCP (mm/blow)


1,4 - 1,5 gr/cm3

150 1,5 - 1,6 gr/cm3

100

50

0
0 4 8 12 16 20 24 28 32

Kadar Air, w (%)

Gambar 3. Grafik hubungan antara nilai DCP vs kadar


air untuk beberapa rentang tingkat
kepadatan.

0.14

0.12 1,2 - 1,3 gr/cm3


SPR (blows/mm)

1,3 - 1,4 gr/cm3


0.10
1,4 - 1,5 gr/cm3

0.08 1,5 - 1,6 gr/cm3

0.06

0.04

0.02

0.00
0 4 8 12 16 20 24 28 32
Kadar Air, w (%)

Gambar 4. Grafik hubungan antara hambatan penetrasi


dalam Skala SPR vs kadar air untuk beberapa
rentang tingkat kepadatan.

Hasil pengujian penetrasi DCP yang berarti semakin mudah


Dynamic Cone Penetrometer pada melakukan penetrasi ke dalam massa
beberapa kondisi kepadatan dan kadar tanah.
air yang dinyatakan dalam besaran Gambar 4 menunjukkan hasil
skala DCP diperlihatkan pada pengujian penetrasi Dynamic Cone
gambar 3. Gambar tersebut Penetrometer yang dinyatakan dalam
memperlihatkan bahwa semakin tinggi besaran skala SPR. Gambar tersebut
kadar air w, semakin tinggi pula nilai memperlihatkan bahwa semakin

83
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 2. Mei 2011: 79 - 87

meningkat kadar air w, semakin sana-sini untuk variasi kepadatan kering


berkurang nilai SPR yang berarti semakin dan kadar air yang ada. Berdasarkan
rendah hambatan penetrasi. Hal ini kondisi tersebut, korelasi dapat
memperlihatkan kondisi yang diungkapkan dalam satu hubungan
berkebalikan dengan skala DCP spesifik tanpa menyatakan variasi
sebelumnya. kepadatan dan kadar air sebagaimana
Untuk mengatahui bentuk yang diperlihatkan pada gambar 6.
korelasi antara hambatan konus qc Korelasi antara hambatan konus qc
dengan nilai skala DCP, dibuat kurva dengan nilai skala DCP dapat didekati
hubungan antara qc vs nilai DCP, dengan suatu fungsi perpangkatan
sebagaimana yang diperlihatkan pada dalam bentuk persamaan sebagai
gambar 5. berikut :
Gambar 5 diplot untuk arah
vertikal, panah ke atas kadar air y = 93.85x-1.166
berkurang dan untuk arah horisontal,
panah kekanan kadar air meningkat. dimana :
Gambar tersebut memperlihatkan y = hambatan konus qc. ( kg/cm2)
adanya suatu korelasi yang spesifik x = nilai skala DCP (cm/blow)
antara nilai hambatan konus qc
terhadap nilai DCP dimana secara Dengan lebih spesifik dapat
visual korelasi tersebut tidak tergantung ditulis sebagai berikut:
pada tingkat kepadatan dan kadar air
tanah. Hal ini nyata dari titik-titik data qc = 93.85 DCP-1.166 ..................(6)
yang saling berimpitan (overlapping) di

Gambar 5. Grafik hubungan antara hambatan konus


qc terhadap nilai DCP untuk beberapa
variasi kepadatan kering.

84
Kapasitas Dukung Tanah Lanau Menggunakan Parameter Uji DCP
Dengan Mengadopsi Korelasi Hambatan Konus CPT dengan DCP
(Benyamin Bontong)

Gambar 6. Grafik korelasi hambatan konus qc terhadap


nilai DCP

Gambar 7. Grafik korelasi hambatan konus qc dengan nilai


SPR.

Korelasi tersebut dapat pula Dimana nilai SPR adalah kebalikan dari
dinyatakan dalam bentuk hubungan nilai DCP, sebagaimana telah
antara hambatan konus qc dengan didefinisikan sebelumnya bahwa SPR =
SPR, yang diperlihatkan pada gambar 7. 1/ DCP.
Hubungan tersebut dapat didekati Gambar 7 menunjukkan titik-titik
dengan suatu formula sebagai berikut: data yang menyebar (deviasi besar).
Jika dibandingkan antara gambar 6
y = 93.85 x1.166 dengan gambar 7, dapat disimpulkan
bahwa gambar 6 menampakkan
atau korelasi yang lebih tegas. Berdasarkan
alasan tersebut maka pada tulisan ini
qc = 93.85 SPR1.166 …………..(7) korelasi pada gambar 6 dipilih untuk
menjadi parameter dalam menghitung

85
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 2. Mei 2011: 79 - 87

kapasitas dukung tanah, sebagaimana Persamaan (8) hanya


yang dituangkan pada persamaan (6) merupakan rumus pendekatan
yaitu: sederhana dan disarankan
menggunakan angka keamanan 3
qc = 93.85 DCP-1.166 atau 4.

dimana:
5. Ke sim p ula n
qc dalam kg/cm2
DCP dalam cm/blow Berdasarkan pembahasan di atas,
maka untuk tanah lanau yang diteliti
dapat ditarik beberapa kesimpulan
Jika persamaan terakhir ini sebagai berikut:
disubstitusikan pada persamaan (5), di 1) Terdapat korelasi yang spesifik antara
dapat: nilai hambatan konus qc terhadap
nilai DCP dimana secara visual
93.85 DCP-1.166 − q korelasi tersebut tidak tergantung
cu =
Nk pada tingkat kepadatan maupun
kadar air tanah.
Atau dalam bentuk yang lebih 2) Korelasi antara hambatan konus qc
sederhana pada persamaan (4) dengan nilai DCP dapat didekati
menjadi: dengan persamaan pangkat dalam
bentuk qc = 93.85 DCP-1.166.
93.85 DCP -1.166
cu = 3) Kapasitas dukung batas dalam
Nk kondisi undrained pada tanah lanau
dengan klasifikasi ML dapat diestimasi
Jika diambil nilai estimasi rataan Nk = 18 dengan rumus pendekatan
maka: sederhana dalam bentuk qu = 26
DCP-1.166
93.85 DCP-1.166
cu = = 5.2 DCP −1.166
18
6. Da fta r Pusta ka
dimana cu dalam kg/cm2 dan nilai Bontong B., 2009, Pengaruh Kepadatan
DCP dalam cm/blow. dan Kadar Air terhadap
Hambatan Penetrasi Sondir
Dengan mengacu pada
pada Tanah Lanau, Jurnal
persamaan (1), untuk kondisi Undrained
Mektek Fak. Teknik Untad, Tahun
(kondisi paling kritis) pada tanah kohesif
XI No. 2
(Ø = 0 ), rumus pendekatan kapasitas
dukung batas dapat ditulis: Bowles, J.E, 1997, Foundation Analysis
qu = cuNc and Design, McGraw-Hill, Fourth
Edition.
atau
Brouwer, J.J.M, 2002, Guide To Cone
qu = (5.2 DCP-1.166) 5.14 Penetration Testing On Shore
And Near Shore, Lankelma CPT
qu = 26 DCP-1.166 .........(8)
Ltd., First Edition.
dimana qu dalam kg/cm2 Das, B.M, 1995, Principles of Foundation
(kapasitas dukung batas), DCP dalam Engineering, PWS-Kent, Third
cm/blow. Edition.

86
Kapasitas Dukung Tanah Lanau Menggunakan Parameter Uji DCP
Dengan Mengadopsi Korelasi Hambatan Konus CPT dengan DCP
(Benyamin Bontong)

Illinois Department of Transportation,


2005, Pavement Technology
Advisory, Dynamic Cone
Penetrometer, Springfield.
Institution of Civil Engineering, 1989 ,
Penetration Testing ,
Proceedings of the
Geotechnology Conference,
Thomas Telford, London.
Jacobs P., 2004, Simplified Description of
the Use and Design Methods for
CPTs in Ground Engineering,
Fugro Engineering Services Ltd,
Oxfordshire
Jones C., 2004, Dynamic Cone
Penetrometer test and Analysis,
TRL Limited, England
Sosrodarsono S., dan Nakazawa K., 1984,
Mekanika Tanah & Teknik
Pondasi, Pradnya Paramita,
Jakarta

87

Anda mungkin juga menyukai