Anda di halaman 1dari 77

Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No.

2 Januari-Juni 2011

Volume 10, No. 2 ISSN : 1412 – 1484 Januari – Juni 2011

Studi Kelayakan Pemanfaatan Potensi Tenaga Air


Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air
Kampung Jambi Desa Kampala Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng
Frederik Palallo dan Ferdianto Tangdililing

Pengaruh Tipe Strategi Prospector Dan Defender


Terhadap Hubungan Komite Audit Dan Earning Respon Coeficient (ERC)
(Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia)
Marselinus Asri

Analisis Aplikasi Berbasis Desktop Zimbra


Pada Sistem Operasi Open Source
N. Tri Suswanto Saptadi

Desain Sistem Akuntansi Organisasi Gereja


(Studi Kasus Atas Pelaporan Keuangan Gereja Toraja)
Oktavianus Pasoloran

Analisis Simulasi Fuzzy Logic Stabilizer


Terhadap Steady State Stability
Pada Sistem Interkoneksi Sulawesi Selatan
Syahir Mahmud

Lembaga Penelitian
Universitas Atma Jaya
Makassar
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Jurnal
Pembangunan Wilayah dan Masyarakat
Volume 10, No. 2 ISSN : 1412 – 1484 Januari-Juni 2011

Jurnal Pembangunan Wilayah dan Masyarakat (PWM) merupakan sarana


penyebarluasan hasil-hasil penelitian dan informasi yang berkaitan dengan penelitian.

Diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya Makassar.

Jurnal PWM terbit dua kali dalam satu tahun, yaitu dalam bulan Januari-Juni dan
bulan Juli-Desember.

DEWAN REDAKSI
Penanggung Jawab
Kunradus Kampo, SE., MSi.

Pemimpin Redaksi
Antonius Sudirman, S.H., M.Hum.

Anggota Dewan Redaksi


P. Ignatius Sudaryanto, CICM, S.Th., Grad. Dipl. Con., M.Th.
Oktavianus Pasoloran, S.E., M.Si., Ak
Marcel Seran, S.H., M.Hum.
Ir. Stevy Thioritz, M.T.
N. Tri Suswanto Saptadi, S.Kom., MT., MM.

Tata Usaha
Markus Reken

Alamat Redaksi
Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya Makassar
Jalan Tanjung Alang No. 23
Makassar 90244 - Indonesia
Telepon: (0411) 871038, 871733
Fax: (0411) 870 294
e-mail: uajm@uajm.ac.id
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Volume 10, No. 2 ISSN : 1412 – 1484 Januari – Juni 2011

Studi Kelayakan Pemanfaatan Potensi Tenaga Air


Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air
Kampung Jambi Desa Kampala Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng
Frederik Palallo dan Ferdianto Tangdililing1
Hal 1 - 10

Pengaruh Tipe Strategi Prospector Dan Defender


Terhadap Hubungan Komite Audit Dan Earning Respon Coeficient (ERC)
(Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia)
Marselinus Asri
Hal 11 - 29

Analisis Aplikasi Berbasis Desktop Zimbra


Pada Sistem Operasi Open Source
N. Tri Suswanto Saptadi
Hal 30 - 44

Desain Sistem Akuntansi Organisasi Gereja


(Studi Kasus Atas Pelaporan Keuangan Gereja Toraja)
Oktavianus Pasoloran
Hal 45 - 59

Analisis Simulasi Fuzzy Logic Stabilizer


Terhadap Steady State Stability
Pada Sistem Interkoneksi Sulawesi Selatan
Syahir Mahmud
Hal 60 - 72

Lembaga Penelitian
Universitas Atma Jaya
Makassar
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

STUDI KELAYAKAN PEMANFAATAN POTENSI TENAGA AIR


UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR
KAMPUNG JAMBI DESA KAMPALA KECAMATAN EREMERASA
KABUPATEN BANTAENG
Frederik Palallo1 dan Ferdianto Tangdililing2

Abstract
Utilizing potential energy which are abundantly available in the vicinity will
help reduce our dependency on oil and gas which are diminishing. There is a
need to make use water energy available to give light to the remote places.
Jambi river in Kampala Village, Eremerasa Subdistrict has such potential
which, if it is maximized, could give enough source of light. The research is
done to this object. Researcher had measured the debit, width and depth as
well as the hight or head differences, amount of energy needed by the resident
users. The outcomes show: water debit 0,4176 m3, head differences 13,5 m,
electrical energy needed by the users 24.130 watts (24,13 kW). It can be
concluded that water energy taken from Jambi river in Kampala Village could
be utilized as a source of water driven power plant to provide the need of
energy of the local people.
Kata kunci: debit, head, water driven power plant and society need

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan program pemerintah tentang pemanfaatan potensi alam untuk
dijadikan pembangkit listrik khususnya pemanfaatan energi terbarukan dan
pelaksanaan program “Desa Mandiri Energi”. Pemerintah Kabupaten Bantaeng yang
sangat antusias dalam melaksanakan program Desa Mandiri Energi dan pemanfaatan
potensi alam sebagai sumber energi.
Selain itu pertumbuhan tingkat kebutuhan akan tenaga listrik pada Kabupaten
Bantaeng yang semakin tinggi, maka perlu dipikirkan sebuah langkah efisien dalam
pemanfaatan energi yang tersedia. Berkaitan dengan usaha tersebut, sebagai
pertimbangan awal dalam pengembangan pembangkitan tetap mengutamakan
penggunaan tenaga air sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang potensinya
cukup besar di Kabupaten Bantaeng.
Diversifikasi energi melalui pengembangan dan pemanfaatan Energi
Terbarukan merupakan suatu program pengembangan energi daerah. Hal tersebut
sejalan dengan kebijaksanaan umum dibidang energi yang memprioritaskan
pemanfaatan energi non-migas.

1
Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Makassar
2
Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Makassar
1
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Pemberdayaan potensi energi terbarukan yang ketersediaannya melimpah akan


sangat bermanfaat terutama dalam rangka mengurangi ketergantungan akan sumber
energi minyak dan gas bumi yang ketersediaannya dalam jangka panjang tidak dapat
dipertahankan. Untuk itu perlu upaya peningkatan pemberdayaan potensi tenaga air,
sebagai program pembangunan listrik perdesaan.
Desa Kampala Kecamatan Eremerasa yang memiliki potensi air yang cukup
memadai yang didukung oleh kondisi alam yang berbukit serta berada pada areal
hutan dan perkebunan yang potensial untuk mendapatkan sumber air.
Desa Kampala Kecamatan Eremerasa dialiri oleh Sungai Jambi yang memiliki
air yang cukup memadai dan berpotensi untuk dijadikan sumber energi listrik.
Masyarakat desa kampala pada umumnya adalah bercocok tanam dan sampai saat ini
sebahagian besar belum memiliki dan menikmati penerangan listrik.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas untuk membangun pembangkit listrik di
Desa Kampala terlebih dahulu dilakukan suatu studi sehingga peneliti mengambil
judul Studi Kelayakan Potensi Tenaga Air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) Kampung Jambi Desa Kampala Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng.
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah potensi tenaga air sungai jambi dapat dijadikan
pembangkit listrik tenaga air Kampung Jambi Desa Kampala Kecamatan
Eremerasa Kabupaten Bantaeng.
2. Mengetahui jumlah kebutuhan energi listrik masyarakat kampung Jambi Desa
Kampala Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng.
C. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
Layakkah potensi tenaga air sungai Jambi jika dijadikan pembangkit listrik tenaga air
untuk memenuhi kebutuhan energi listrik masyarakat Kampung Jambi Desa Kampala
Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng?
D. Roadmap Penelitian
Debit air, beda ketinggian (head), jumlah masyarakat (rumah), jumlah
kebutuhan listrik dan daya pembangkit.
E. Batasan Penelitian
Lokasi penelitian Kampung Jambi Desa Kampala Kecamatan Eremerasa
Kabupaten Bantaeng. Sumber air dari Sungai Jambi. Pengukuran, Kecepatan air,
lebar dan kedalaman sungai, beda ketinggian (head). Pendataan jumlah penduduk/
jumlah rumah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Gambaran Umum Wilayah
1. Lokasi dan Aksebilitas
Lokasi adalah tempat atau wilayah yang akan dijadikan tempat untuk
pembangkit listrik tenaga air. Lokasi pada umumnya ditentukan dengan patokan jarak
dari ibu kota kabupaten dan waktu tempu dengan berkendaraan. Lokasi juga harus
2
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

memberikan gambaran tentang sumber air dan potensi sumber air serta perlu
diketahui lokasi berada pada ketinggian berapa dari permukaan laut.
Aksebilitas adalah akses yang akan digunakan untuk mencapai lokasi seperti
akses jalanan, jenis kendaraan yang akan digunakan serta jarak tempuh dengan
menggunakan kendaraan atau berjalan kaki.
2. Kondisi Topografi dan Geologi
Kondisi Topografi dan geologi adalah kondisi lokasi tempat pembangkit listrik
tenaga air dan kondisi aliran air yang akan dimanfaatkan serta kondisi geologi untuk
penempatan konstruksi sipil, mekanik dan elektro.
B. Kondisi Umum
1. Penduduk dan Mata Pencaharian
Penduduk adalah orang-orang yang berada pada wilayah lokasi tempat rencana
pembangunan pembangkit listrik tenaga air dan orang-orang yang berada pada
jangkauan aliran listrik yang bersumber dari PLTA, serta jumlah penduduk (rumah)
yang akan menerima aliran listrik. Mata pencaharian adalah merupakan kegiatan
penduduk untuk mendapatkan sumber penghasilan.
2. Kebutuhan Energi Listrik
Kebutuhan energi listrik dari masyarakat didasarkan pada keperluan penerangan
pada malam hari dan alat-alat elektronik yang dimiliki oleh masyarakat al; Televisi,
VCD, radio dan tape serta alat-alat elektronik yang lain. Berdasarkan prioritas
penggunaan energi listrik, kebutuhan energi listrik untuk penerangan diperkirakan
kebutuhan 1 rumah tangga 110 watt, dengan rincian:
1) Penerangan 4 titik lampu x 10 watt = 40 watt
2) Radio, Televisi = 60 watt
3) Tegangan Sistem Ketenaga listrikan = 220 Volt
4) Pembatas kuat arus terkecil standar = 0,5 A
5) Kapasitas listrik tersambung = 220 V x 0,5 A = 110 Watt
C. Potensi Sumber Daya Air (Potensi Hidrolik)
1. Ketersediaan Air (Debit Air)
Yang dimaksud ketersediaan air adalah jumlah air yang mengalir melalui suatu
penampang sungai tertentu per satuan waktu yang disebut debit air. Data debit
merupakan data yang paling penting dalam penentuan pembangunan suatu PLTA.
Untuk mendapatkan akurasi data maka diperlukan data debit tahunan, pengambilan
data ditambah informasi dari masyarakat tentang tinggi rendahnya debit air.
Rumus umum debit air adalah :
Q = V x A (m3/detik) (1)
dimana:
V = Kecepatan aliran rata-rata (m/detik)
A = Luas penampang basah sungai (m2)
Adapun luas penampang basah (A) ditentukan secara planimetri dengan metoda
separuh seksi, dimana antar vertikal dan dasar sungai dianggap persegi panjang yang

3
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

saling mempengaruhi. Pengukuran debit (Q) didapat dari perkalian kecepatan pada
setiap vertikal dengan luas penampang basah (A) seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Sketsa penampang sungai


Rumus debit air berdasarkan Gambar 1 adalah :
Q = a1v1+a2v2+a3v3+a4v4+..........+anvn (2)
untuk contoh: a3 = {(d2+d3) / 2}. W
Dimana :
Q = debit (m3/detik)
a1,a2 .... an = luas seksi (m2)
d1,d2 ... dn = kedalaman (m)
v1,v2 ... vn = kecepatan air (m/detik)
W = lebar seksi (m)
2. Beda Ketinggian
Beda ketinggian (head) adalah perbedaan permukaan tanah dari sumber air
dengan permukaan tempat jatuhnya air dimana perbedaan ketinggian ini sangat
mempengaruhi daya tenaga air terhadap daya listrik yang akan dibangkitkan.

Gambar 2. Sketsa beda ketinggian X - Y


3. Perhitungan Daya Hidrolik
Parameter utama dalam menentukan daya hidrolik (Ph) adalah besar debit
sungai (Q) dan beda tinggi (h). Dengan asumsi densitas air adalah 1000 kg/m 3 dan
grafitasi bumi 9,8 m/det2 maka secara sederhana besar daya hidrolik dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
4
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Ph = η x 9,8 x Q x h (3)
Dimana:
Ph = Daya hidrolik
η = Efisiensi, (%)
Q = Debit, (m3/det)
h = Beda ketinggian (head), (m)
4. Kapasitas Pembangkit
Kapasitas pembangkit atau tenaga yang dapat dibangkitkan melalui turbin
adalah lebih kecil dari potensi hidrolik yang tersimpan pada air sungai, karena
sebagian energi akan hilang dalam bentuk loses. Loses dapat terjadi baik pada pipa
pesat maupun pada turbin itu sendiri. Loses pada pipa pesat mengurangi net head
sedangkan loses pada turbin dipengaruhi oleh efisiensi turbin yang digunakan,
sehingga kapasitas pembangkit PLTA ditentukan oleh efisiensi turbin, efisiensi
generator dan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Pg = Ph x η tur x η Gen (4)
Dimana:
Pg = daya yang dibangkitkan
Ph = daya hidrolik
η tur = Efisiensi turbin
η tur = Efisiensi generator

III. METODE PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan Field Research Method yaitu penelitian langsung
ke objek yang akan diteliti dengan teknik observasi melalui pengumpulan data dan
pengukuran langsung dengan proses pengukuran kecepatan air dengan menggunakan
flow current meter, pengukuran lebar dan kedalaman sungai, pengukuran perbedaan
ketinggian (head) dengan menggunakan GPS kemudian dilanjutkan dengan analisis
besaran daya hidrolis, daya pembangkit dan kebutuhan listrik masyarakat yang
diakhiri dengan suatu kesimpulan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Wilayah
1. Lokasi dan Aksebilitas
Kampung Jambi Desa Kampala Kecamatan Emerasa Kabupaten Bantaeng
berlokasi sekitar 20 km dari kota Bantaeng, waktu tempu sekitar 1 jam dengan
kendaran roda empat.
Kampung Jambi Desa Kampala terletak didaerah perbukitan yang dikelilingi
oleh hutan-hutan potensial dan memiliki aliran sungai Jambi, dan berada pada
ketinggian sekitar 970 m dari permukaan laut.

5
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Gambar 3. Pengukuran Posisi Lokasi


Kampung Jambi Desa Kampala terletak sekitar 20 km arah utara dari kota
Bantaeng ibu kota Kabupaten Bantaeng, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor
dengan akses jalanan yang cukup memadai (beraspal).
2. Kondisi Topografi dan Geologi
Desa Kampala wilayahnya merupakan daerah berbukit dengan lereng yang
landai, daerah yang rata hampir tidak ada di desa ini. Berdasarkan peta topografi dan
geologi, kondisi geologi sekitar lokasi tersusun dari batuan vulkanik yang cukup
stabil dan terdapat ruang yang cukup luas untuk penempatan konstruksi sipil seperti
intake, bak penenang, rumah pembangkit dan penempatan alat-alat mekanik dan
elektro jika dibangun suatu pembangkit listrik tenaga air.
3. Kondisi Umum
a. Penduduk dan Mata Pencaharian
Penduduk Kampung Jambi berjumlah 163 kk (kepala keluarga) dengan jumlah
rumah tinggal 147 buah. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani.
Tanaman andalan mereka adalah kopi, coklat, merica dan fanili. Selain petani
sebagian dari mereka ada yang bekerja sebagai pedagang, pegawai dan guru SD.
b. Kebutuhan Energi
Kondisi ekonomi masyarakat kampung Jambi cukup mapan sehingga
kebutuhan energinya pun sudah cukup tinggi. Kebutuhan energi dari masyarakat
selain keperluan penerangan pada malam hari dan memasak pada siang hari juga
untuk mengoperasikan Televisi, VCD, radio, tape dll.
Berdasarkan prioritas penggunaan energi listrik, kebutuhan energi listrik untuk
penerangan dan fasilitas elektrik diperkirakan kebutuhan 1 rumah tangga 110 watt,
dengan rincian:
1) Penerangan 4 titik lampu x 10 watt = 40 watt
2) Radio, Televisi = 70 watt
berdasarkan rincian diatas, total kebutuhan energi untuk jumlah pemakai sebanyak
147 rumah, 1 gedung SD dan 2 buah rumah ibadah membutuhkan daya listrik
sebesar:
Daya listrik = 150 x 110 watt = 16500 Watt ( 16,5 kw)
6
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

4. Potensi Sumber Daya Air (Potensi Hidrolik)


a. Debit
Pengukuran kecepatan air dilakukan dengan menggunakan alat ukur kecepatan
air yaitu Flow Current Meter Type FL 03 dengan akurasi ± 0,2%. Pengukuran
kecepatan dengan posisi pengukuran mulai dari sisi kiri dengan jarak 50 cm kearah
sisi kanan sungai dengan lebar sungai 3,5 m.

Gambar 4. Pengukuran Kecepatan Air Dengan Flow Current Meter

Gambar 5. Sketsa Posisi Pengukuran Kedalaman Sungai dan Kecepatan Air


Tabel 1. Hasil Pengukuran Kedalaman Sungai
Lebar Sungai = 3,5 m dan lebar seksi (W) = 0,5 m
No. Patok Kedalaman (m)
d0 0
d1 0,35
d2 0,39
d3 0,45
d4 0,52
d5 0,40
d6 0,36
d7 0

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kecepatan Air


Seksi / Kecepatan Air (m/detik)
tanggal 5/6 12/6 19/6 26/6 3/7 10/7 17/7 24/7 31/7 7/8 14/8 21/8
v1 0,22 0,23 0,23 0,22 0,22 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,22 0,22
v2 0,31 0,32 0,32 0,31 0,31 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,31 0,31
7
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

v3 0,36 0,37 0,37 0,36 0,36 0,37 0,37 0,37 0,37 0,37 0,36 0,36
v4 0,39 0,40 0,40 0,39 0,39 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40 0,39 0,39
v5 0,37 0.38 0.38 0,37 0,37 0.38 0.38 0.38 0.38 0.38 0,37 0,37
v6 0,32 0,33 0,33 0,32 0,32 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,32 0,32
v7 0,30 0.31 0.31 0,30 0,30 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31 0,30 0,30
Catatan : Ketelitian alat ukur 0.01 m
Tabel 3. Hasil Perhitungan Luas Seksi dan Kecepatan Air
No. Luas Seksi Kecepatan Air
(m2) (m/detik)
1 a1 0,087 V1 0,22
2 a2 0.185 V2 0,31
3 a3 0.210 V3 0,36
4 a4 0,240 V4 0,39
5 a5 0,230 V5 0,37
6 a6 0,190 V6 0,32
7 a7 0,090 V7 0,29

Berdasarkan data tersebut diatas, besar debit air sbb:


Q = a1v1+a2v2+a3v3+a4v4+a5v5+a6v6+a7v7 m3/detik
= (0,087x0,22)+(0,185x0,31)+(0,210x0,36)+
(0,240x0,39)+(0,230x0,37)+(0,190x0,32)+ (0,090x0,29)
Q = 0,4176 m3/detik
b. Beda Ketinggian (Head)
Beda ketinggian (head) diukur dengan menggunakan Global Position System
(GPS). Alat ini dapat memberikan akurasi pengukuran hingga 1 cm, sehingga akan
diperoleh data beda tinggi/head yang akurat. Hasil pengukuran diperlihatkan pada
Tabel 4.

Gambar 6. Mengukur Perbedaan Ketinggian Dengan GPS

Gambar 7. Sketsa Posisi Pengukuran Ketinggian


8
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Tabel 4. Hasil Pengukuran Beda Ketinggian


No. Posisi Ketinggian diatas permukaan laut (m)
1 a 970,25
2 b 964,43
3 c 957,31
4 d 966,75
Perbedaan ketinggian anatara posisi a (posisi sumber air) dengan posisi d (posisi air
jatuh) sebagai berikut:
Head (beda ketinggian) = 970,25 – 966,75 = 13,50 m
c. Kapasitas Potensi Hidrolik
Parameter utama dalam menentukan potensi hidrolik (Ph) adalah besar debit
sungai (Q) dan beda tinggi (H).Dengan asumsi densitas air adalah 1000 kg/m3 dan
grafitasi bumi 9,8 m/det2 serta energi yang ada pada air dapat diubah menjadi tenaga
dengan efisiensi 100%. Debit desain direncanakan menggunakan debit 0,3 m3/det,
dengan demikian diharapkan dapat memperpanjang waktu operasional pembangkit
dalam satu tahun. Beda tinggi (Head) sebesar 13,5 meter dengan asumsi kerugian
hidrolik diabaikan sehingga kapasitas hidrolik tenaga air sebesar:
Ph = g x Q x H x η
Ph = 9,8 x 0,3 x 13,5 x 100% = 39690 Watt (39,69 kW).
d. Kapasitas Pembangkit
Tenaga yang dapat dibangkitkan turbin adalah lebih kecil dari potensi hidrolik
yang tersimpan pada air sungai, karena sebagian energi akan hilang dalam bentuk
loses. Loses dapat terjadi baik pada pipa pesat maupun pada turbin itu sendiri. Loses
pada pipa pesat mengurangi net head sedangkan loses pada turbin dipengaruhi oleh
efisiensi turbin yang digunakan, sehingga kapasitas pembangkit pembangkit listrik
tenaga air ditentukan oleh efisiensi turbin, dengan demikian kapasitas pembangkit
listrik adalah:
Pg = η tur x η Gen x Ph
= 0,76 x 0,95 x 39690 Watt
= 24130 Watt (24,13 kW)
(η tur = 0,76 Turbin crossflow tipe T – 14).
(η tur = 0,8 generator)
Tabulasi hasil perhitungan potensi, kapasitas dan kebutuhan energi listrik
masyarakat Kampung Jambi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Potensi, Kapasitas Daya dan Kebutuhan Energi Masyarakat
No Parameter Simbol Satuan Nilai
1. Beda Tinggi/head h meter 13,5
2. Debit Terukur Qu liter/det 0,41
3. Debit disain Qd liter/det 0,30
4. Potensi Energi Hidrolik Ph kW 39,69
5. Kapasitas Daya Pembangkit Pg kW 24,13
6. Kebutuhan Masyarakat P kW 16,50

9
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Potensi tenaga air Sungai Jambi layak untuk dijadikan Pembangkit Listrik
Tenga Air (PLTA), karena dapat menghasilkan daya listrik 24130 Watt (24,13 kW)
dan dapat memenuhi kebutuhan energi listrik masyarakat Kampung Jambi Kecamatan
Eremerasa Kabupaten Bantaeng sebesar 16500 Watt (16,5 kW).
B. Saran
Hasil penelitian ini disarankan untuk ditindaklanjuti untuk perencanaan
pembangunan PLTA Kampung Jambi Kecamatan Emerasa Bantaeng oleh Pemda
Kabupaten Bantaeng.

DAFTAR PUSTAKA
Allen R. Inversin. 1990. Micro-Hydro Power Source Book. Nreca International
Foundation.Washington DC.
Dietzel, Fritz. 1988. Turbin, Pompa dan Kompresor. Terjemahan Dakso Sriyono.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Harvey Adam. 1993. Micro Hydro Design Manual, A Guide to Small Scale Water
Power Shemes. Intermedite Tecnologi Publication.
Linsley Ray K, Franzini Joseph B. 2001. Teknik Sumber Daya Air. Terjemahan
Djoko Sasongko. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Mockmore, C.A. Merry Field. 1999. The Bangki Water Turbine. Edition No. 25
Februari.
White Frank M. 1998. Mekanik Fluida. Terjemahan Like Wlarjo Ph.D. Penerbit
Erlangga. Jakarta.

10
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

PENGARUH TIPE STRATEGI PROSPECTOR DAN DEFENDER


TERHADAP HUBUNGAN KOMITE AUDIT DAN EARNING RESPON COEFICIENT (ERC)
(STUDI EMPIRIS PADA BURSA EFEK INDONESIA)
Marselinus Asri3

Abstract
The objective of this study is assessing the influence of audit committee on the
earning response coefficient. The ability of the strategic type (strategic type
using prospector and defender) in interacting with audit committee affects the
earning response coefficient. The sample in this research are some
manufacture companies listed in Indonesian Stock Market (IDX) for the
financial report in 2004-2008 periods. Numbers of sample taken are 37
companies. The analysis model used is moderating regression model. The
audit committee is represented by Laws Number 40, 2007 on Limited
Company. The assessment of earning response coefficient represents a firm
specific coefficient methodology (FSCM). The strategic type is represented by
Miles dan Snow concept (1978). The results show that on one hand, the audit
committee gives a significant positive influence to earning response coefficient.
The prospector strategic type directs a variable relating between audit
committee and earning response coefficient. On the other hand, the defender
strategic type does not direct variable relating between audit committee and
earning response coefficient.
Keywords: audit committee, earning response coefficient, strategic type:
prospector and defender.

I. PENDAHULUAN
Dalam rangka pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, Bursa Efek
Indonesia mengeluarkan peraturan tanggal 1 Juli 2001 yang mengatur tentang
pembentukan dewan komisaris independen dan komite audit. Peraturan mewajibkan
perusahaan tercatat memiliki komite audit. Komite audit harus beranggotakan
minimal tiga orang independen, salah satunya memiliki keahlian dalam bidang
akuntansi. Salah seorang anggota komite audit harus berasal dari komisaris
independen yang merangkap sebagai ketua komite audit (UU No. 40 Perseroan
Terbatas). Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur dengan pertimbangan
bahwa perusahaan manufaktur memiliki kegiatan yang lebih kompleks dibandingkan
dengan perusahaan lain. Kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dari perolehan
bahan baku sampai pengolahan menjadi barang jadi. Kegiatan ini memiliki siklus
yang cukup panjang dan aktivitas yang sangat tinggi sehingga kesalahan saji yang
terjadi akan semakin besar (Kell et.al, 2007). Namun dengan adanya komite audit
yang berfungsi sebagai badan pengawas dalam perusahaan maka penyimpangan–

3
Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Makassar
11
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

penyimpangan tersebut dapat diminimalisir sehingga kualitas laporan keuangan


perusahaan dapat lebih dipercaya oleh investor.
Olson et al. (2005) membagi strategi pemasaran menjadi empat macam, yaitu
prospectors, analyzers, low cost defenders dan differentiated defenders. Miles dan
Snow (1978) membagi empat tipologi strategi perusahaan, yaitu prospector,
defender, analyzer dan reaction. Keduanya mengartikan prospector dan defender
sebagai strategi yang berbeda secara ekstrim. Prospector merupakan strategi yang
mengidentifikasi dan mengembangkan produk baru serta memanfaatkan peluang
pasar, sedangkan defender adalah strategi yang cenderung mempertahankan pasar
yang telah dicapai dan produk yang stabil dengan harga yang murah (low cost
leadership). Penelitian yang berkaitan dengan strategi prospector dan defender versi
Miles dan Snow (1978) pernah dilakukan oleh Woodside et al. (1999) yang menguji
empat tipologi strategi tersebut dihubungkan dengan kinerja organisasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang lemah antara strategi dan
kinerja organisasi, tetapi terdapat hubungan yang kuat antara kemampuan pemasaran
dengan kinerja organisasi.
Penelitian mengenai pengaruh keberadaan komite audit dan kualitas pelaporan
keuangan tidak menemukan hasil yang konsisten. Penelitian selanjutnya mengenai
hubungan karakteristik komite audit dan kualitas pelaporan keuangan menemukan
hasil yang konsisten bahwa anggota komite yang independen dan memiliki keahlian
mengenai keuangan dan akuntansi berhubungan dengan kualitas laporan keuangan
yang lebih baik. Hasil ini membuktikan bahwa komite audit independen dan memiliki
keahlian keuangan dan akuntansi dapat melakukan tugasnya dengan efektif
memonitor proses pelaporan keuangan.
Peneliti menduga ada variabel lain yang turut berpengaruh terhadap hubungan
antara komite audit dan Earning Respon Coeficient (ERC). Tipe strategi merupakan
serangkaian mekanisme yang dapat mempengaruhi nilai ERC. Pendekatan legal dari
tipe strategi memiliki arti bahwa mekanisme kunci dari komite audit adalah proteksi
investor eksternal (outside investors), baik pemengang saham maupun kreditor,
melalui sistem legal yang dapat di artikan dengan hukum dan pelaksanaannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris pengaruh
keberadaan komite audit terhadap terhadap pengukuran kinerja akuntansi yang
dihitung dengan ERC dimoderasi dua tipe strategi pemasaran ekstrim, yaitu
prospector dan defender.

II. TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


A. Peran Komite Audit
Menurut Effendi (2002) pembentukan komite audit dalam perusahaan memiliki
beberapa peran, antara lain sebagai berikut:
1. Terkait dengan laporan keuangan
Peran komite audit terkait dengan laporan keuangan antara lain sebagai berikut:

12
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

a. Melakukan pengawasan proses pembuatan laporan keuangan dengan penekanan


pada kepatuhan terhadap standar dan kebijakan akuntansi yang berlaku.
b. Melakukan review atas laporan keuangan terhadap standar dan kebijakan
akuntansi serta konsistensi terhadap informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
c. Melakukan pengawasan atas audit eksternal, termasuk melakukan assessment
mengenai kualitas jasa audit yang dilakukan dan merekomendasikan kewajaran
fee yang dibebankan oleh auditor eksternal.
2. Terkait dengan manajemen pengendalian dan risiko
Peran komite audit terkait dengan manajemen pengendalian dan resiko adalah
sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan proses manajemen risiko dan evaluasi pengendalian
perusahaan guna memperkecil kemungkinan terjadinya risiko dan dampak yang
ditimbulkan.
b. Melakukan pengawasan terhadap cakupan audit internal dan audit ekasternal
dalam rangka memastikan bahwa semua risiko utama dan bentuk
pengendaliannya telah dipertimbangkan secara seksama oleh para auditor baik
auditor internal maupun auditor eksternal.
c. Meyakini bahwa jajaran manajemen telah melaksanakan pengendalian risiko
sesuai dengan rekomendasi dari para auditor baik auditor internal maupun
auditor eksternal.
3. Terkait dengan good corporate governance
a. Memastikan bahwa direksi telah menetapkan nilai dan sasaran perusahaan dan
mensosialisasikan kepada para stakeholders
b. Memastikan terpenuhinya aspek akuntabilitas pada setiap business process
perusahaan
c. Melaksanakan pengawasan terhadap proses dan implementasi good corporate
governance di perusahaan
d. Memonitor kepatuhan terhadap kebijakan pendukung penerapan GCG (Good
Corporate Governance ) perusahaan
e. Memonitor kepatuhan terhadap peraturan perundang–undangan yang berlaku
bagi perusahaan
f. Meminta auditor internal melaporkan secara tertulis setiap enam bulan sekali
mengenai cakupan review terhadap praktek good corporate governance di
perusahaan dan memberikan laporan secara cepat, tepat dan akurat bila terdapat
penyimpangan yang serius.
B. Earning Respon Coeficient (ERC)
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan
untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan
memberikan gambaran mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan. Laporan
keuangan juga menjadi alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi

13
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan


sumber daya pemilik (Schipper dan Vincent, 2003).
C. Tipe Strategi
Perbedaan reaksi pasar terhadap pengukuran kinerja akuntansi pada dua tipe
strategi pemasaran ekstrim, yaitu prospector dan defender. Penelitian Habbe (2001)
yang menguji tentang perbedaan pengukuran kinerja akuntasi untuk perusahan yang
bertipologi prospector dan defender, dan dihubungkan dengan harga saham. Habbe
(2001) tidak dapat menemukan bukti adanya hubungan antara harga saham dengan
strategi perusahaan prospektor dan defender.
Tipe strategi perusahaan dapat dikaitkan dengan sistem akuntansi yang
diterapkannya, bahkan strategi menjadi salah satu komponen untuk melengkapi
penelilaian kinerja perusahaan. Beberapa studi telah membuktikan bahwa tipe strategi
yang berbeda akan menghasilkan sistem pengendalian akuntansi yang berbeda pula,
termasuk dalam hal pemilihan metoda akuntansinya apakah cenderung konservatif
atau tidak . Perusahaan dengan strategi prospector memiliki karakter inovasi produk-
produk baru, variasi dan diversi-fikasi produk. Untuk menopang strategi tersebut,
investasi di bidang pengembangan tenaga kerja, pengeluaran riset dan
pengembangan, dan pengeluaran modal relatif lebih tinggi dibanding perusahan
defender (Ittner dan Larcker 1997).
Hamid (2000), yang mengembangkan riset Ittner & Larcker (1997) dan
Anthony & Ramesh (1992), menunjukan bahwa strategi yang berbeda akan
menghasilkan rata-rata pertumbuhan laba dan penjualan yang berbeda pula. Rata-rata
pertumbuhan perusahaan bertipe prospector lebih besar dibanding dengan rata-rata
pertumbuhan penjualan perusahaan bertipe defender. Demikian juga, rata-rata
pertumbuhan laba perusahaan bertipe prospector lebih besar dibanding dengan rata-
rata pertumbuhan laba pada perusahaan bertipe defender.
Bagi manajer, dorongan untuk memilih kebijakan akuntansi harus disesuaikan
dengan tipe strategi perusahaan yang sedang dijalankan. Perusahaan bertipe
prospector cenderung memiliki rata-rata pertumbuhan laba dan penjualan tinggi
dibanding perusahaan bertipe defender. Jadi, ketika perusahaan bertipe defender,
hubungan konflik kepentingan dan konservatisma akuntansi akan cenderung menguat
karena searah dengan dorongan manajer yang cenderung memeprtahankan laba dan
penjualannya. Sebaliknya, ketika perusahaan bertipe prospector hubungan konflik
kepentingan dan konservatisma akuntansi akan cenderung melemah karena
berlawanan dengan dorongan manajer yang ingin meningkatkan pertumbuhan
penjualan dan labanya. Perusahaan dengan strategi prospector memiliki karakter
inovasi produk-produk baru, variasi dan diversifikasi produk. Untuk menopang
strategi tersebut, investasi di bidang pengembangan tenaga kerja, pengeluaran riset
dan pengembangan, dan pengeluaran modal relatif lebih tinggi dibanding perusahann
defender (Ittner dan Larcker 1997).
Perusahaan bertipe prospector cenderung memiliki rata-rata pertumbuhan laba
dan penjualan tinggi dibanding perusahaan bertipe defender. Olson et al. (2005)
14
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

membagi strategi pemasaran menjadi empat macam, yaitu prospectors, analyzers,


low cost defenders dan differentiated defenders. Miles dan Snow (1978) membagi
empat tipologi strategi perusahaan, yaitu prospector, defender, analyzer dan reaction.
Keduanya mengartikan prospector dan defender sebagai strategi yang berbeda secara
ekstrim. Prospector merupakan strategi yang mengidentifikasi dan mengembangkan
produk baru serta memanfaatkan peluang pasar, sedangkan defender adalah strategi
yang cenderung mempertahankan pasar yang telah dicapai dan produk yang stabil
dengan harga yang murah (low cost leadership).
Habbe (2001) yang menguji tentang perbedaan pengukuran kinerja akuntasi
untuk perusahan yang bertipologi prospector dan defender, dan dihubungkan dengan
harga saham. Habbe (2001) tidak dapat menemukan bukti adanya hubungan antara
harga saham dengan strategi perusahaan prospector dan defender. Penelitian yang
berkaitan dengan strategi prospector dan defender versi Miles dan Snow (1978)
pernah dilakukan oleh Woodside et al. (1999) yang menguji empat tipologi strategi
tersebut dihubungkan dengan kinerja organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang lemah antara strategi dan kinerja organisasi, tetapi terdapat
hubungan yang kuat antara kemampuan pemasaran dengan kinerja organisasi.
Olson et al. (2005) memakai tipologi strategi yang sedikit berbeda dengan
Miles dan Snow (1978). Olson (2005) membagi strategi defender menjadi dua
macam, yaitu low cost defender dan differentiated defender. Pengujian dilakukan
untuk melihat pentingnya struktur dan proses implementasi strategi. Hasil pengujian
dapat mendeteksi adanya hubungan antara strategi, struktur, dan perilaku manajer.
Strategi menurut Olson (2005) dapat menciptakan ukuran kinerja yang superior jika
digabungkan dengan karakteristik organisasi yang tepat dan perilaku para pekerja.
Pengukuran kinerja akuntansi yang dipakai oleh Anthony dan Ramesh (1992)
yaitu pertumbuhan penjualan dan pengeluaran modal. Penelitian Anthony dan
Ramesh (1992) menghubungkan kinerja akuntansi dengan reaksi harga saham dan
pendekatan yang dipakai adalah life cycle theory karena setiap fase dalam siklus
hidup menggunakan ukuran kinerja akuntansi yang berbeda.
Ittner dan Larcker (2003) menguji hubungan antara sistem pengukuran yang
memuaskan, yaitu economic performance, dengan pendekatan strategi prospector dan
defender, serta value drivers. Hasil pengujian menyatakan bahwa performance
menjadi lebih tinggi dalam suatu organisasi, apabila measurement lebih alligned
dengan strategi yang dipilih. Penentuan perusahaan prospector dan defender dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan konsep siklus hidup (life cycle concept)
seperti yang digunakan oleh Habbe (2001). Hal ini dapat dijelaskan sesuai dengan
pernyataan Porter (1980) bahwa setiap fase dalam life cycle berhubungan dengan
strategi, kompetisi dan kinerja organisasi. Oleh karena prospector merupakan tipe
strategi yang lebih menekankan produk yang unik dan perluasan pasar, maka lebih
dekat dengan strategi.

15
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

D. Hubungan Komite Audit dan Earning Respon Coeficient


Earning Respon Coeficient (ERC) mengukur pengaruh dari satu dolar laba
kejutan terhadap return saham, dan diukur sebagai slopa dalam regresi return
abnormal saham dan unexpected earnings (Cho dan Jung 1991). Penelitian
sebelumnya telah menggunakan ERC sebagai ukuran kualitas laba antara lain Choi
dan Jeter (1990) menemukan ERC secara umum menurun pada periode setelah
diberikan opini audit tidak wajar. Teoh dan Wong (1993) meneliti pengaruh persepsi
kualitas auditor terhadap koefisien respon laba. Peneliti sebelumnya berpendapat
bahwa respon investor terhadap laba kejutan tergantung dari kredibilitas laporan laba.
Hasil penelitian konsisten dengan dugaan awal bahwa koefisien respon laba klien
KAP Big Eight secara statistis lebih besar daripada Klien KAP non-Big Eight. Balsam
et al. (2003) menguji hubungan antara kualitas laba dan auditor spesialis industri.
Kualitas laba diukur dengan ERC perusahaan. Balsam et al. (2003) berpendapat
auditor spesialis memberikan signal laba lebih kredibel dan kemudian laba dengan
presisi yang lebih baik. Hasil penelitian adalah ERC perusahaan yang diaudit oleh
auditor spesialis lebih besar dari ERC perusahaan yang tidak diaudit oleh auditor non
spesialis.
E. Hubungan Tipe Strategi terhadap hubungan antara Komite Audit dan
Earning Respon Coeficient.
Pengukuran kinerja akuntansi mengacu pada pengukuran yang dipakai oleh
Anthony dan Ramesh (1992) yaitu pertumbuhan penjualan dan pengeluaran modal.
Penelitian Anthony dan Ramesh (1992) menghubungkan kinerja akuntansi dengan
reaksi harga saham dan pendekatan yang dipakai adalah life cycle theory karena
setiap fase dalam siklus hidup menggunakan ukuran kinerja akuntansi yang berbeda.
Ittner dan Larcker (2003) menguji hubungan antara sistem pengukuran yang
memuaskan, yaitu economic performance, dengan pendekatan strategi prospector dan
defender, serta value drivers. Hasil pengujian menyatakan bahwa performance
menjadi lebih tinggi dalam suatu organisasi, apabila measurement lebih sejalan
dengan strategi yang dipilih.
Penentuan perusahaan prospector dan defender menggunakan pendekatan
konsep siklus hidup (life cycle concept) seperti yang digunakan oleh Habbe (2001).
Hal ini dapat dijelaskan sesuai dengan pernyataan Porter (1980) bahwa setiap fase
dalam life cycle berhubungan dengan strategi, kompetisi dan kinerja organisasi. Oleh
karena prospector merupakan tipe strategi yang lebih menekankan produk yang unik
dan perluasan pasar.
Pada perusahaan bertipe defender, hubungan konflik kepentingan akan
cenderung menguat karena searah dengan dorongan manajer yang cenderung
mempertahankan laba dan penjualannya. Sebaliknya, ketika perusahaan bertipe
prospektor hubungan konflik kepentingan akan cenderung melemah karena
berlawanan dengan dorongan manajer yang ingin meningkatkan pertumbuhan
penjualan dan labanya.

16
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Penelitian Anthony dan Ramesh (1992) menghubungkan kinerja akuntansi


dengan reaksi harga saham dan pendekatan yang dipakai adalah life cycle theory
karena setiap fase dalam siklus hidup menggunakan ukuran kinerja akuntansi yang
berbeda.
Ittner dan Larcker (2003) menguji hubungan antara sistem pengukuran yang
memuaskan, yaitu economic performance, dengan pendekatan strategi prospector dan
defender, serta value drivers. Hasil pengujian menyatakan bahwa performance
menjadi lebih tinggi dalam suatu organisasi, apabila measurement lebih alligned
dengan strategi yang dipilih.
Penentuan perusahaan prospector dan defender dalam menggunakan
pendekatan konsep siklus hidup (life cycle concept) seperti yang digunakan oleh
Habbe (2001). Hamid (2000), yang mengembangkan riset Ittner & Larcker (1997)
dan Anthony & Ramesh (1992), menunjukan bahwa strategi yang berbeda akan
menghasilkan rata-rata pertumbuhan laba dan penjualan yang berbeda pula. Rata-rata
pertumbuhan perusahaan bertipe prospector lebih besar dibanding dengan rata-rata
pertumbuhan penjualan perusahaan bertipe defender. Demikian juga, rata-rata
pertumbuhan laba perusahaan bertipologi prospektor lebih besar dibanding dengan
rata-rata pertumbuhan laba pada perusahaan bertipe defender.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H1: Komite audit berpengaruh positif terhadap ERC.
H2: Tipe strategi prospector berpengaruh positif terhadap hubungan antara komite
audit dengan ERC.
H2a: Tipe strategi defender pengaruh secara negatif terhadap hubungan antara
komite audit dengan ERC.
Secara umum kerangka pikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Tipe Strategi: Tipe Strategi:


Prospector Defender

Earning Respon
Komite Audit Coeficient (ERC)
(X) (Y)

Gambar 1. Model Analisis

17
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Tahapan model Analisis


Model Analisis
ERC = β0+ β1Kom.+ β2Prosp +β3Def +β4Komite*Prosp + β5Komite*Def +e
Model 1 : ERC = β0 + β1Kom +e
Model2(a) : ERC = β0 + β1Kom. + β2Prosp + e
Model2(b) : ERC = β0 + β1Kom. + β2Prosp + β3Komite*Prosp+e
Model3(a) : ERC = β0 + β1Kom.+ β2Def + e
Model3(b) : ERC = β0 + β1Kom. + β2Def + β3Komite*Def +e
Dalam hal ini:
ERC = Earning Respon Coeficient
Kom = keberadaan komite Audit
Prosp= tipe strategi Prospector
Def = Tipe strategi Defender
Komite*Prosp = Interaksi Komite audit dengan Prospector
Komite*Def= Interaksi Komite audit dengan Defende

III. METODE PENELITIAN


A. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2004-2008 yang berjumlah 37 perusahaan. Pemilihan
sampel dilakukan dengan metoda purposive sampling yaitu metoda pemilihan sampel
dengan beberapa kriteria tertentu. Kriteria sampel meliputi:
1. Sampel adalah perusahaan yang terdaftar di BEI untuk periode 2004-2008.
2. Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan manufaktur.
3. Perusahaan telah membentuk komite audit yang memenuhi syarat sejak 2003.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari PIPM (Pusat
Informasi Pasar Modal) dan Bursa Efek Indonesia.
B. Variabel dan Pengukuran
1. Komite Audit
Komite audit adalah bagian yang dubentuk untuk membantu dewan komisaris.
Komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam melaksanakan
pengawasan proses pelaporan keuangan oleh manajemen.
Penelitian berusaha menguji hipotesis bahwa ERC perusahaan yang membentuk
komite Audit independen lebih besar dari perusahaan yang tidak membentuk
komite audit independen.
2. Pengukuran ERC
ERC diestimasi dengan a pendekatan firm spesific coefficient methodology
(FSCM).
3. Firm Specific Methodology
Sesuai dengan Teets dan Wasley (1996) dan Suwardjono (1997) koefisien respon
laba iestimasi dengan model regresi sebagai berikut:
CARj[t1,t2]r = g0 + g1 UEr + e
18
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Dalam hal ini:


CARit = return tidak normal perusahaan i yang disebabkan oleh peristiwa
pengumuman laba.
UEit = laba kejutan untuk perusahaan i pada pengumuman laba.
g1 adalah koefisien respon laba firm specifik
Persamaan diatas diestimasi untuk masing-masing perusahaan berdasarkan data
panel. Koefisien respon laba kemudian dipartisi dalan dua kelompok yaitu perusahaan
yang membentuk komite audit yang memenuhi syarat pendidikan (KOMITE) dan
perusahaan yang tidak membentuk komite audit memenuhi syarat (NONKOMITE).
Perbedaan koefisien respon laba antara dua kelompok diuji dengan uji t. Perbedaan
koefisien respon laba dua kelompok menunjukan adanya pengaruh komite audit
terhadap return saham.
4. Tipe Strategi
Klasifikasi Strategi yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada konsep
Miles dan Snow (1978) untuk merepresentasi tipe strategi perusahaan, yakni tipe
prospector dan tipe defender. Penentuan sampel yang tergolong prospector dan
defender menggunakan hasil penelitian Hamid (2001) yang menyimpulkan rata-
rata pertumbuhan laba perusahaan prospector lebih besar dari rata-rata perusahaan
bertipe strategi defender.
C. Metoda analisis Data
1. Analisis Korelasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel yang diteliti.
Variabel ini terdiri dari Komite Audit, ERC dan Tipe strategi.
2. Moderation linier Regression
Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh Variabel Independen yaitu
Komite Audit dan Variabel Moderasi tipe strategi prospector dan defender.
Model Analisis
ERC = β0+ β1Kom. + β2Prosp + β3Def +β4Komite*Prosp + β5Komite*Def
ERC = Earning Respon Coeficient
Kom = keberadaan komite Audit
Prosp= Tipe strategi Prospector
Def = Tipe strategi Defender
Komite*Prosp = Interaksi Komite audit dengan Prospector
Komite*Def = Interaksi Komite audit dengan Defender
a. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang akan
digunakan dapat digunakan sebagai alat prediksi yang baik. Uji asumsi klasik yang
akan dilakukan adalah uji multikolinieritas, uji heterokedasitas, dan uji normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
19
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Tabel 1. Hasil Uji Multikolinieritas


MODEL TOLERANSI VIF
KOMITE AUDIT .874 1.145
TIPE STRATEGI .874 1.145
DEPENDEN VARIABEL ;
ERC
Sumber : data diolah 2009
Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinieritas yaitu dengan melihat menganalisis
matriks korelasi variabel-variabel bebas, dapat juga dilihat pada nilai tolerance serta
nilai variance inflation factor (VIF).
Berdasarkan matriks korelasi antar variabel-variabel bebas menunjukkan
koefisien antar variabel relatif rendah. Indikasi adanya multikolinieritas, yaitu jika
terjadi korelasi antar variabel bebas cukup tinggi, umumnya diatas 0,90 dan VIF
diatas 10. Berdasarkan analisis ini berarti model regresi bebas dari problem
multikolinieritas.
Tabel hasil pengujian multikolinieritas dibawah ini, menunjukkan variabel-
variabel bebas mempunyai angka VIF disekitar 1.145 dan nilai tolerance mendekati
874 . Dengan demikian variabel-variabel ini tidak mengandung multikolinieritas,
sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi ERC berdasarkan
masukan variabel independennya (Komite Audit dan varabel moderasi tipe strategi)
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam sebuah model analisis regresi
linier berganda terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi
dinamakan ada problem autokorelasi. Uji autokorelasi yang biasanya digunakan
adalah uji Durbin –Watson. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 2. Hasil uji autokorelasi
MODEL R DF2 SIGN F CHANGE DURBIN WATSON
1 .810 25 .000 2.114
Sumber: hasil olahan spss
Dalam penelitian ini, hasil Durbin-Watson menunjukkan nilai 2.114. Menurut metoda
pengujian Durbin Watson (DW), nilai DW hitung dibandingkan dengan tabel
menggunakan signifikansi 5%.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel terkait dan variabel
bebas dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Semakin
kecil nilainya maka distribusi data semakin normal.
Dari hasil Tabel 3 terlihat pada kolom Kolmogorov-smirnov dapat diketahui nilai
signifikansi untuk ERC, Komite audit sebesar, dan Tipe strategi sebesar dapat .337

20
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

disimpulkan bahwa data ERC, Komite Audit normal. Angka statistic menunjukkan
distribusi normal.
Tabel 3. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov
STATISTIK DF SIGNIFIKANSI
ERC .214 34 .200
KOMITE AUDIT .134 34 .200
TIPE STRATEGI .337 34 .200
Sumber : data diolah 2009

Tabel 4. Statistik Deskriptif


Tahun 2004 – 2008
Variabel Mean Std. Deviasi N
Komite Audit .330138 .2923635 37
Tipe strategi .357875 .2202934 37
ERC .59 .498 37
Sumber: data diolah 2009
Perusahaan yang memiliki komite audit sejak tahun 2003 berjumlah 37 perusahaan
dengan deviasi standar sebesar .2923635. Mean ERC sebesar 0.59 dengan deviasi
standar 0.498. Untuk variabel komite audit mean dan standar deviasi hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat ERC yang moderat yang ditunjukkan oleh mean yang
terletak diantara nilai maksimal kisaran teoritisnya.
Tabel 5. Regresi Tipe strategi, Komite Audit terhadap ERC
Model Unstandardized Coefficient t hitung Sig Ket.
B Std error
1. Constant .58
Tipe strategi -.034 .061 .00 Signifikan
Komite Audit .553 .058 .890 .076 Tidak Sig
Tp.stra*ko.audit .047 .154 .028 .000 Signifikan
R = 0,812
R2 = 0,659 Sig = 0,000
Dependent variabel ; ERC
Sumber : data diolah 2009
Persamaan regresi di atas dapat diterjemahkan secara statistik sebagai berikut:
Konstanta sebesar -0,034 menyatakan bahwa jika Komite Audit sama dengan nol (0),
maka ERC adalah sebesar -0,034 kali. Artinya jika tidak ada komite audit maka
pengawasan dalam perusahaan juga tidak ada. Hal ini menyebabkan kinerja
perusahaan menjadi jelek dan akhirnya berdampak pada laporan keuangan yang
dihasilkan oleh perusahaan. Apabila perusahaan memiliki kinerja yang jelek maka
kualitas laba yang dihasilkan oleh perusahaan juga jelek.
Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh secara
signifikan dan positif terhadap kualitas laba karena nilai pvalue = 0,076 lebih kecil dari
nilai α = 0,05..
Analisis Koefisien Determinan (R2)
21
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Analisis koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar


persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan variasi variabel dependen. Seperti hasil output model summary pada ,
terlihat koefisien determinasi sebesar 0,900 artinya variasi variabel dependen kualitas
laba yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen komite audit hanya
sebesar 90%, dan selebihnya yaitu 10% dijelaskan oleh variabel lain di luar model
yang tidak dimasukkan dalam analisis ini.
Tabel 6. Koefisien Determinan
R R Square AdjT. RSquare
0,812 0,659 0,639
Sumber : Hasil olahan SPSS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengujian Hipotesis 1 (HA1)
Hipotesis 1 (HA1) menyatakan bahwa:
Proporsi Komite Audit Independent berpengaruh postitif terhadap ERC.
Beberapa penelitan lain tidak dapat membuktikan perbedaan antara perusahaan yang
membentuk dan tidak membentuk komite audit. Crowford (1987) di dalam McMullen
(1996) tidak dapat membuktikan hipotesis, terdapat perbedaan antara perusahaan
yang mempunyai dan tidak mempunyai komite audit dalam hal perubahan penerapan
prinsip akuntansi, opini audit tidak wajar, perubahan auditor eksternal, pelanggaran
terkait dengan pelaporan keuangan. Beasley (1996) dalam Bradbury et al. (2004)
tidak menemukan hubungan staistik antara keberadaan komite audit dan
kecenderungan kecurangan pelaporan keuangan. Hasil penelitian Kalbers (1996)
membuktikan pelaksanaan komite audit tidak efektif, sehingga merekomendasikan
perlunya peningkatan komite audit. Auditor sering menilai komite audit lebih rendah
pada tanggung jawab, atribut dan keefektifan komite.
Penelitian selanjutnya diarahkan untuk meneliti pengaruh karakteristik komite
audit yaitu independensi dan keahlian yang dimiliki anggota komite audit. Klien
(2002) menguji apakah komite audit dan karakteristik dewan komisaris berhubungan
dengan manajemen laba. Temuan membuktikan terdapat hubungan negatif antara
komite audit independen dan akrual tidak normal. Hasil ini menunjukan bahwa
struktur dewan yang independen terhadap CEO efektif dalam memonitor proses
pelaporan akuntansi keuangan perusahaan. Klien menjelaskan bahwa komite audit
bertugas sebagai penengah dua pihak untuk menimbang dan sebagai penghubung
pandangan yang berbeda antara manjamen dan auditor untuk mencapai keseimbangan
akhir, sehingga laporan lebih akurat. DeZoort dan Salterio (2001) menguji apakah
komite audit yang anggotanya memiliki pengalaman tata kelola perusahaan yang baik
serta pengetahuan pelaporan keuangan dan audit mempengaruhi kebijakannya ketika
terdapat selisih pendapat antara manajemen dan auditor. Hasil penelitian adalah
semakin banyak pengalaman komisaris independen dan semakin banyak pengetahuan

22
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

audit berhubungan dengan semakin besar anggota komite mendukung auditor.


Sebaliknya anggota yang memiliki pengalaman sebagai dewan komisaris dan
manajemen senior cenderung mendukung manajemen. Temuan ini berimplikasi
bahwa komite seharusnya beranggotakan pihak independen dan memiliki
pengetahuan audit dan pelaporan keuangan. McMullen dan Raghunandan (1996)
melaporkan variasi yang diobservasi antara perusahaan yang mempunyai masalah
pelaporan keuangan dan tidak. Masalah lebih kecil ditemukan pada perushaan yang
memiliki komite audit yang seluruh anggotanya independen, paling tidak satu
anggotanya bersertifikasi akuntan publik atau memiliki pengetahuan akuntansi dan
keuangan, dan melakukan pertemuan tiga kali atau lebih dalam setahun. Carcello dan
Neal (2000) menemukan pada perusahaan yang proporsi anggotanya sebagian besar
adalah komisaris afiliasi dalam keadaaan perusahaan tertekan, cenderung tidak
mendukung auditor untuk mengeluarkan pendapat going-concern. Raghunandan et al.
(2001) meneliti hubungan antara komposisi komite dan interaksi komite terhadap
auditor internal. Hasil penelitian adalah komite yang beranggotakan hanya komisaris
independen dan salah satu memiliki latar belakang keuangan dan akuntansi
cenderung untuk (1) lebih sering bertemu dengan auditor internal, (2) mempunyai
akses pribadi dengan auditor internal, (3) me-review proposal internal audit dan hasil
dari internal audit.
Hasil penelitian sebelumnya masih bervariasi tentang pengaruh variabel komite
audit terhadap kualitas laba yang diukur dengan ERC. Dalam penelitian ini komite
audit diukur dengan syarat keberadaan komite audit apakah memenuhi syarat dari
segi independensi dan pendidikan yang berlatar belakang keuangan/akuntansi dan
minimal beranggotakan tiga orang. Hasil penelitian ini menunjukkan Nilai Coeficient
menunjukkan nilai signifikansi 0.76 lebih besar dari sign 0.05 berarti berarti hipotesis
H1 ditolak. Tidak terdapat hubungan positif proporsi komite audit terhadap ERC.
B. Hasil Pengujian Hipotesis 2 (H2)
1. Hipotesis H2 menyatakan
Tipe strategi prospector berpengaruh positif terhadap hubungan antara Komite
audit dengan ERC.
Perbedaan reaksi pasar terhadap pengukuran kinerja akuntansi pada dua tipe
strategi pemasaran ekstrim, yaitu prospector dan defender. Penelitian Habbe (2001)
yang menguji tentang perbedaan pengukuran kinerja akuntasi untuk perusahan yang
bertipologi prospector dan defender, dan dihubungkan dengan harga saham. Habbe
(2001) tidak dapat menemukan bukti adanya hubungan antara harga saham dengan
strategi perusahaan prospektor dan defender.
Dari semua informasi tentang perusahaan yang tersedia sepanjang tahun,
sebagian atau bahkan lebih diperoleh dari angka laba (income number) dalam tahun
yang bersangkutan (Ball dan Brown, 1968). Kualitas laba yang dilaporkan dapat
dipengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial. Kepemilikan saham manajerial
merupakan salah satu unsur tipe strategi. Tekanan dari pasar modal menyebabkan
perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang rendah akan memilih metode
23
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak


mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan (Boediono,
2005). Atas dasar ini penelti memasukkan tipe strategi sebagai variabel yang turut
mempengaruhi hubungan komite audit dengan ERC.
Tipe strategi perusahaan dapat dikaitkan dengan sistem akuntansi yang
diterapkannya, bahkan strategi menjadi salah satu komponen untuk melengkapi
penelilaian kinerja perusahaan. Beberapa studi telah membuktikan bahwa tipe strategi
yang berbeda akan menghasilkan sistem pengendalian akuntansi yang berbeda pula,
termasuk dalam hal pemilihan metoda akuntansinya apakah cenderung konservatif
atau tidak . Perusahaan dengan strategi prospector memiliki karakter inovasi produk-
produk baru, variasi dan diversi-fikasi produk. Untuk menopang strategi tersebut,
investasi di bidang pengembangan tenaga kerja, pengeluaran riset dan
pengembangan, dan pengeluaran modal relatif lebih tinggi dibanding perusahan
defender (Ittner dan Larcker 1997). Hamid (2000), yang mengembangkan riset Ittner
& Larcker (1997) dan Anthony & Ramesh (1992), menunjukan bahwa strategi yang
berbeda akan menghasilkan rata-rata pertumbuhan laba dan penjualan yang berbeda
pula. Rata-rata pertumbuhan perusahaan bertipe prospector lebih besar dibanding
dengan rata-rata pertumbuhan penjualan perusahaan bertipe defender. Demikian juga,
rata-rata pertumbuhan laba perusahaan bertipe prospector lebih besar dibanding
dengan rata-rata pertumbuhan laba pada perusahaan bertipe defender.
Bagi manajer, dorongan untuk memilih kebijakan akuntansi harus disesuaikan
dengan tipe strategi perusahaan yang sedang dijalankan. Perusahaan bertipe
prospector cenderung memiliki rata-rata pertumbuhan laba dan penjualan tinggi
dibanding perusahaan bertipe defender. Jadi, ketika perusahaan bertipe defender,
hubungan konflik kepentingan dan konservatisma akuntansi akan cenderung menguat
karena searah dengan dorongan manajer yang cenderung memeprtahankan laba dan
penjualannya. Sebaliknya, ketika perusahaan bertipe prospector hubungan konflik
kepentingan dan konservatisma akuntansi akan cenderung melemah karena
berlawanan dengan dorongan manajer yang ingin meningkatkan pertumbuhan
penjualan dan labanya. Perusahaan dengan strategi prospector memiliki karakter
inovasi produk-produk baru, variasi dan diversifikasi produk. Untuk menopang
strategi tersebut, investasi di bidang pengembangan tenaga kerja, pengeluaran riset
dan pengembangan, dan pengeluaran modal relatif lebih tinggi dibanding perusahann
defender (Ittner dan Larcker 1997).
Perusahaan bertipe prospector cenderung memiliki rata-rata pertumbuhan laba
dan penjualan tinggi dibanding perusahaan bertipe defender.
Olson et al. (2005) membagi strategi pemasaran menjadi empat macam, yaitu
prospectors, analyzers, low cost defenders dan differentiated defenders. Miles dan
Snow (1978) membagi empat tipologi strategi perusahaan, yaitu prospector,
defender, analyzer dan reaction. Keduanya mengartikan prospector dan defender
sebagai strategi yang berbeda secara ekstrim. Prospector merupakan strategi yang
mengidentifikasi dan mengembangkan produk baru serta memanfaatkan peluang
24
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

pasar, sedangkan defender adalah strategi yang cenderung mempertahankan pasar


yang telah dicapai dan produk yang stabil dengan harga yang murah (low cost
leadership). Habbe (2001) yang menguji tentang perbedaan pengukuran kinerja
akuntasi untuk perusahan yang bertipologi prospector dan defender, dan dihubungkan
dengan harga saham. Habbe (2001) tidak dapat menemukan bukti adanya hubungan
antara harga saham dengan strategi perusahaan prospector dan defender.
Olson et al. (2005) memakai tipologi strategi yang sedikit berbeda dengan
Miles dan Snow (1978). Olson (2005) membagi strategi defender menjadi dua
macam, yaitu low cost defender dan differentiated defender. Pengujian dilakukan
untuk melihat pentingnya struktur dan proses implementasi strategi. Hasil pengujian
dapat mendeteksi adanya hubungan antara strategi, struktur, dan perilaku manajer.
Strategi menurut Olson (2005) dapat menciptakan ukuran kinerja yang superior jika
digabungkan dengan karakteristik organisasi yang tepat dan perilaku para pekerja.
Pengukuran kinerja akuntansi yang dipakai oleh Anthony dan Ramesh (1992)
yaitu pertumbuhan penjualan dan pengeluaran modal. Penelitian Anthony dan
Ramesh (1992) menghubungkan kinerja akuntansi dengan reaksi harga saham dan
pendekatan yang dipakai adalah life cycle theory karena setiap fase dalam siklus
hidup menggunakan ukuran kinerja akuntansi yang berbeda.
Ittner dan Larcker (2003) menguji hubungan antara sistem pengukuran yang
memuaskan, yaitu economic performance, dengan pendekatan strategi prospector dan
defender, serta value drivers. Hasil pengujian menyatakan bahwa performance
menjadi lebih tinggi dalam suatu organisasi, apabila measurement lebih alligned
dengan strategi yang dipilih. Penentuan perusahaan prospector dan defender dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh Anthony dan
Ramesh (1992). Penentuan tipe strategi prospector dan defender berdasarkan hasil
penelitian Hamid (2001) yang menyatakan bahwa rata-rata pertumbuhan laba
perusahaan bertipe strategi prospector lebih tinggi dari perusahaan bertipe strategi
defender. Berdasarkan table dibawah ini nilai signifikansi Tipe strategi prospector
sebesar 0.00 lebih kecil dari nilai signifikansi 0.05 berarti Hipotesis H2 diterima
berarti terdapat hubungan positif Tipe strategi prospector terhadap ERC.
Tabel 7. Hasil interaksi Variabel moderasi
Regresi Tipe strategi, Komite Audit thp ERC
Model Unstandardized Coefficient t hitung Sig Ket.
B Std error
Constant -.034 .061 .614 .58
Komite Audit .047 .154 .028 .00 Signifikan
tipestrgi=1*Ko.Audit .278 .078 3.576 001 Sinifikan
Tipestrategi=2*Ko.Audit -.553 .058 .890 .076 Tidak
signifikan
R = .812
R square = .659
Dependent variabel; ERC
Sumber: data diolah 2009
25
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

2. Hipotesis H2a menyatakan bahwa:


Tipe strategi defender berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan komite
audit dengan ERC.
Hamid (2000), yang mengembangkan riset Ittner & Larcker (1997) dan
Anthony & Ramesh (1992), menunjukan bahwa strategi yang berbeda akan
menghasilkan rata-rata pertumbuhan laba dan penjualan yang berbeda pula. Rata-rata
pertumbuhan perusahaan bertipe prospector lebih besar dibanding dengan rata-rata
pertumbuhan penjualan perusahaan bertipe defender. Demikian juga, rata-rata
pertumbuhan laba perusahaan bertipe prospector lebih besar dibanding dengan rata-
rata pertumbuhan laba pada perusahaan bertipe defender.
Perusahaan bertipe prospector cenderung memiliki rata-rata pertumbuhan laba
dan penjualan tinggi dibanding perusahaan bertipe defender.
Prospector merupakan strategi yang mengidentifikasi dan mengembangkan produk
baru serta memanfaatkan peluang pasar, sedangkan defender adalah strategi yang
cenderung mempertahankan pasar yang telah dicapai dan produk yang stabil dengan
harga yang murah (low cost leadership).
Habbe (2001) yang menguji tentang perbedaan pengukuran kinerja akuntasi
untuk perusahan yang bertipologi prospector dan defender, dan dihubungkan dengan
harga saham. Habbe (2001) tidak dapat menemukan bukti adanya hubungan antara
harga saham dengan strategi perusahaan prospector dan defender. Olson et al. (2005)
memakai tipologi strategi yang sedikit berbeda dengan Miles dan Snow (1978). Olson
(2005) membagi strategi defender menjadi dua macam, yaitu low cost defender dan
differentiated defender. Pengujian dilakukan untuk melihat pentingnya struktur dan
proses implementasi strategi. Hasil pengujian dapat mendeteksi adanya hubungan
antara strategi, struktur, dan perilaku manajer. Strategi menurut Olson (2005) dapat
menciptakan ukuran kinerja yang superior jika digabungkan dengan karakteristik
organisasi yang tepat dan perilaku para pekerja.
Penentuan perusahaan prospector dan defender dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh Anthony dan Ramesh (1992) .
Penentuan tipe strategi prospector dan defender berdasarkan hasil penelitian Hamid
(2001) yang menyatakan bahwa rata-rata pertumbuhan laba perusahaan bertipe
strategi prospector lebih tinggi dari perusahaan bertipe strategi defender.
Berdasarkan table diatas nilai signifikansi Tipe strategi Defender sebesar
0.076 lebih besar l dari nilai signifikansi 0.05 berarti Hipotesis H2 ditolak berarti
terdapat tidak terdapat hubungan Tipe strategi Defender terhadap ERC.
Dari tabel diatas terlihat memiliki probabilitas signifikansi sebesar 0.00 pada
level 5%. Hal ini berarti masing-masing variabel independent secara simultan
berpengarug signifikan terhadap ERC. Pola hubungan Komite audit, tipe strategi
terhadap ERC dapat dijelaskan sebagai berikut:
Berdasarkan tabel terlihat bahwa hubungan komite audit, tipe strategi terhadap ERC
cukup kuat sebesar nilai Adjuster R square sebesar 0.659 yang berarti variabel komite
audit dan tipe strategi mampu menjelaskan ERC.
26
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan yaitu bahwa komite audit mempunyai
pengaruh yang signifikan dengan ERC. Artinya, komite audit mampu mempengaruhi
kualitas laba secara kuat. Dengan adanya komite audit dalam perusahaan maka dapat
dikatakan bahwa perusahaan telah menjalankan proses pengawasan dengan baik
karena komite audit yang dibentuk bertugas sebagai badan pengawas dalam
perusahaan. Dengan adanya proses pengawasan yang baik dalam perusahaan maka
dapat meningkatkan kinerja perusahaan sehingga laba yang dihasilkan perusahaan
menjadi berkualitas. Penelitian ini menguji Tipe strategi prospecor dan tipe strategi
Defender sebagai variabel moderating pengaruh Komite Audit terhadap ERC.
1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa interaksi antara tipe strategi prospector dan
Komite Audit terhadap ERC mununjukkan hasil yang signifikan (p<0,05) .
2. Penelitian ini berhasil membuktikan hubungan positif antara komite audit terhadap
ERC.
3. Penelitian ini menunjukkan bahwa Tipe strategi Defender tidak berpengaruh
signifikan terhadap hubungan Komite Audit teradap ERC.
B. Keterbatasan
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kelemahan. Beberapa
keterbatasan ini diharapkan dapat diatasi pada penelitian berikutnya, keterbatasan itu
antara lain adalah:
1. Data penelitian yang berasal dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh
ICMD yang disampaikan secara tertulis mungkin mempengaruhi validitas hasil.
2. Studi ini hanya meneliti sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
sehingga hasilnya mungkin tidak dapat digeneralisasi untuk perusahaan lain diluar
perusahaan manufaktur di BEI.
C. Saran
1. Sebaiknya perusahaan yang telah go public membentuk komite audit yang
memenuhi persyaratan untuk meningkatkan proses pengawasan dalam perusahaan
yang menunjang kualitas laba perusahaan.
2. Sebaiknya penelitian yang akan datang melakukan penambahan jumlah sampel
perusahaan dan mempertimbangkan karakteristik komite audit lainnya seperti
kualitas pendidikan dan pengalaman anggota komite audit.
3. Sampel dalam penelitian ini hanya pada beberapa perusahaan manufaktur,
disarankan pada penelitian berikutnya untuk memperbesar sampel penelitian yang
mencakup perusahaan pertambangan.
4. Ukuran Variabel yang digunakan sebagai variabel pemoderasi tipe strategi perlu
dicari cara pengukuran yang lebih mencerminkan kondisi sebenarnya.

27
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, K.L., Deli, D.N., dan Gillan, S.T. 2003. Board of Directors, Audit
Committees, and the Information Content of Earnings. Working Papers.
(September)
Antle, R. dan Nalebuff, B., 1991. Conservatism and auditor-Clien negotiations.
Journal of Accounting Research 29, , hal 31-54.
Balsam, S., Krishnan, J., dan Yang, J. S. September 2003. Auditor Industry
Specialization and Earnings Quality. Auditing: A Journal of Practice & Theory,
Vol. 22, No. 2, , pp. 71-97.
Beasley, M. S. An Empirical Analysis of the Relation between the Board of Director
Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review 71, 443-
465.
Beasly, M. S. dan Salterio, S. E. 2001. Relation between Board Characteristics and
voluntary Improvements in Audit Committee Composition and Experince.
Contemporary Accounting Research vol, 18 No. 4, pp.539-70
Bradbury, M. E., Mak, Y. T. dan Tan, S. M. 2004. Board Characteristics, Audit
Committee Characteristics and Abnormal Accruals. Working Paper, Unitec
New Zealand dan National University of Singapore,
Bryan, D., Liu, M. H. C., dan Tiras, S. L. 2004. The Influence of Independent and
Effective Audit Committees on Earnings Quality. Working Papers, January.
Carcello, J. V. dan Neal, T. L. Oktober 2000. Audit Committee Compositian and
Auditor Reporting. The Accounting Review Vol. 75, No. 4,.
Cho, J.Y. dan Jung, K., 1991, Earnings Response Coefficients: A Synthesis of Theory
and Empirical Evidence. Journal of Accounting Literature 10 hal. 85-116.
Choi, S dan Jeter, C.D. 1990. The Effect of Qualifield Audit Opinions on Earnings
Response Coefficients. Journal of Accounting and Economics 15. hal 229-247
DeFond, M. L. dan Jiambalvo, J., 1994. Debt Convenant Violation and Manipulation
of Accruals. Journal of Accounting & Ecconomics 17. hal. 145-176.
DeZoort, F.T. and S.E. Salterio. 2001. The Effects of Corporate Governance
Experienceand Financial Reporting and Audit Knowledge on Audit Committee
Members‟Judgements. Auditing: A Journal of Practice & Theory Vol. 20
(September) hal. 31-45.
Dye, R. A. 1991. Informationally Motivated Auditor Replacement. Journal of
Accounting & Ecconomics 14. hal. 347-374.
Fan, J. P. H., Wong, T. J. 2002. Corporate ownership Structure and the
Informativeness of Accounting Earnings in East Asia. Journal of Accounting
dan Economics 33. hal. 401-425.
FCGI. 2000. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan).
Fleming, J. M. 2002. Audit Committees: Roles, Responsibilities and Performance.
Pennsylvania CPA Journal. Summer. hal. 29-32.

28
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Hartono, J. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. edisi ke-2, Yogyakarta:
BPFE,.
Imhoff, E. dan Lobo, G. 1992. The Effect of Ex-Ante Earnings Uncertainty on
EarningsResponse Coefficients. Journal of Accounting and Economics
67(April), hal.427-439.
Kalbers, L. P. 1992. An Examination of the relationship between audit
committees and external auditors. The Ohio CPA Journal. December. hal. 19-27
Klien, A. 2002. Audit Committee, Board of Director Caracteristics and
EarningsManagement. Journal Accounting and Economics (33), hal. 375-400.
McMullen, D. A. dan Raghunandan, K. 1996. Enhancing Audit Committee
Effectiveness. Journal of Accounting. Agustus.
McMullen, D.A. 1996. Audit Committee Performance: An Investigation of the
Consequences Associated with Audit Committes. Auditing: A Journal of
Practice & Theory. Vol. 15, No. 1, 88-103.
Raghunandan, K., Read, W.J., dan Rama, D. V. 2001. Audit Committee Composition,
Gray Directors, and Interaction with Internal Auditing. Accounting Horizons.
Vol. 15, No. 2, hal. 105.
Scott, R. William. 2000. Financial Accounting Theory. 2th edition. Prentice Hall
Canada Inc. Ontario.
Suwardjono. 1997. The Impact of Accounting Methods on The Association Between
Unexpected Earnings and Abnormal Returns: The Case of Oil and Gas
Industry. Desertasi Kent State Univesrsity.
Teets, W.R. dan Wasley, C.E. 1996. Estimating Earnings Response Coefficients:
Pooled versus Firm Specific Models. Journal of Accounting Ecconomics 21
(June) hal. 279-295.
Teoh, S. H. dan Wong, T. J. 1993. Perecieved Auditor Quality and the Earnings
Response Coefficient. Journal Accounting Review Vol. 66, No.2, hal. 346- 366.
Warfield, T. D., Wild, J. J., dan Wild, K. L. 1995. Manajerial Ownership, Accounting
Choice and Informativeness of Earnings. Journal of Accounting & Ecconomics
20 , hal. 61-91
Wonnacott, T.H. dan R.J. Wonnacott. 1990. Introductory Statistics, 5th edition, John
Wiley & Sons.
Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergy Communication. 2002. The
Essence of Good Governance: Konsep dan Implementasi pada Perusahaan
Publik dan Korporasi Indonesia, Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia &
Sinergy Communication.

29
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

ANALISIS APLIKASI BERBASIS DESKTOP ZIMBRA


PADA SISTEM OPERASI OPEN SOURCE
N. Tri Suswanto Saptadi4

Abstract
An E-mail constitutes one of internet letter sending and receiving media using
a relatively short time. The development of email account based on open
source such as Linux operational system distro Ubuntu 10.4 has changed
user’s view over an email client application. A research on the use of Zimbra
Desktop application on open source oprational system aims at correctly doing
a process of operational system installation, Zimbra Desktop based email
client downloading and installing of application, effective and secured
migration of an online to offline email. The procedures of the reasearch are as
follows: installation of Linux open source operational system with distro
Ubuntu, downloading of email client software of Zimbra Desktop, yahoo email
account registration, standard installation and configuration of email client of
Zimbra Desktop,sinchronizing process of systems and data, email client data
management, time measurement of online to offline access and configuration
by way of protective system. The managing on email client application based
on Zimbra Desktop will go well effectively and securely if the procedures and
configuration are correctly and precisely done.
Keywords: open source, Desktop Zimbra, instalation, and migration

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
E-Mail (surat elektronik) merupakan salah satu media pengiriman dan
penerimaan surat melalui internet yang menggunakan waktu singkat, cepat dan
efisien. Penggunaan E-Mail/email Account (akun surat elektronik) untuk keperluan
pengiriman data dan informasi baik secara individu maupun bisnis pada institusi
sudah menjadi suatu kebutuhan. Melalui email, user dapat mengirim surat elektronik
baik berupa teks dan gambar maupun gabungan teks dengan gambar, yang dikirimkan
dari satu alamat email ke alamat lain pada jaringan internet. Komunikasi antar
individu dalam suatu komunitas melalui dunia maya sarat akan teknologi, waktu dan
biaya. Kemudahan dan kenyamanan pengelolaan email menjadi suatu keharusan. Hal
ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya relasi antar individu atau perusahaan
yang terbentuk sehingga memunculkan istilah baru dalam dunia maya berupa jejaring
pertemanan dan sosial (Siyamta, 2005). Pada dasarnya email berguna untuk
komunikasi melalui dunia maya secara cepat, tepat dan efektif. Disamping itu email
juga dapat menyimpan data secara permanen mengenai informasi relasi atau kolega.
Informasi dapat berupa aktifitas pribadi atau kolega.
4
Dosen Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Makassar
30
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Perkembangan terhadap pemanfaatan akun email berbasis open source seperti


pada sistem operasi Linux dengan distro Ubuntu telah merubah pandangan sebagian
user terhadap penggunaan suatu aplikasi email client. Jaminan keamanan data dan
informasi diperlukan dalam pengelolaannya. Terhindarnya dari ancaman virus atau
dalam bentuk spam, akan menjadi syarat khusus dalam pengelolaan. Seiring dengan
banyaknya pemanfaatan email untuk keperluan bisnis, seringkali dijumpai masalah
dalam pengelolaan email. Penggunaan email secara online seperti Yahoo!Mail tidak
lepas dari peranan ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan.
Kesulitan user dalam melakukan instalasi sistem operasi open source sering kali
dapat membuat user menjadi frustasi dan tidak lagi berminat untuk mempelajarinya.
(Ngadimin, 2009). Ketidaktepatan pemilihan dan penggunaan perangkat tersebut
dapat mengakibatkan suatu masalah. Masalah yang dapat terjadi pada pengelolaan
email secara online berupa terputusnya koneksi yang menyebabkan email dalam
keadaan crash, piranti lunak email tidak kompatibel dengan browser, Mailbox penuh
dan tidak dapat menerima email, keterbatasan jumlah file yang dapat di attachment,
Mailbox di lokasi tertentu dalam dunia maya yang sulit diakses karena keterbatasan
bandwidth, user sulit melakukan import dan eksport data secara cepat dan biaya akses
yang relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan pengelolaan email secara offline.
Masalah yang terjadi dan dihadapi oleh user dalam mengelola email secara
online, menyebabkan beralihnya pengelolaan email menjadi offline. Penggunaan akun
email berbasis open source seperti Desktop Zimbra yang diinstal melalui sistem
operasi Linux dengan distro Ubuntu menjadi suatu alternatif untuk menciptakan
kemudahan dalam penggunaan email (Sulaeman, Maman, 2009). Penggunaan offline
jauh lebih efektif karena user dapat dengan mudah dan leluasa melakukan proses
administrasi email. Untuk itu diperlukan suatu upaya pengelolaan efektif dalam
menghadapi permasalahan tersebut yang memungkinkan migrasi pengelolaan email
dari online ke offline. Migrasi pengelolaan merupakan alternatif yang paling efektif
untuk kemudahan pengelolaan email. User akan dengan leluasa mengelola setiap data
dan informasi yang akan dikirim. Salah satu email client yang menjadi alternatif
pendekatan adalah aplikasi berbasis desktop seperti Zimbra.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana proses instalasi dan migrasi data pada
aplikasi Desktop Zimbra dalam sistem operasi open source dapat dilakukan secara
benar, efektif dan aman ?”
C. Tujuan Penelitian
Penggunaan aplikasi email client Desktop Zimbra pada sistem operasi open
source dilakukan untuk melakukan proses:
1. Instalasi sistem operasi open source secara benar.
2. Unduh dan instalasi aplikasi email client zimbra.
3. Migrasi email dari online ke offline secara efektif dan aman.
4. Pengelolaan email client pada sistem operasi Ubuntu.
31
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

D. Manfaat Penelitian
Penelitian dilakukan untuk memperoleh suatu manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman terhadap proses unduh dan instalasi perangkat lunak.
2. Memberikan pengetahuan berupa pengelolaan email client.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi Email
Email (Electronic Mail) merupakan suatu proses dan cara pengiriman pesan
atau gambar melalui internet. Apabila user berkomunikasi menggunakan email, maka
user mengetikkan pesan yang akan dikirim pada program komputer yang khusus
untuk keperluan tersebut seperti Yahoo! Mail, Gmail, Hotmail, Plasa, Outlook
Express, atau piranti lunak lainnya. Pesan, atau surat secara elektronik, baik berupa
teks maupun gabungan dengan gambar, yang dikirimkan dari satu alamat ke alamat
lain di jaringan internet. Sebuah alamat email yang mewakili banyak alamat email
sekaligus disebut sebagai mailing list (milis). Sebuah alamat email biasanya memiliki
suatu format semacam username@host.domain, misalnya: namasaya@yahoo.com.
Tidak jarang ditulis email saja yang diartikan sebagai surat elektronik. Prinsipnya
serupa dengan surat konvensional yang biasa dikirimkan melalui jasa POS, tetapi
perbedaannya adalah media yang digunakan. Secara konvensional surat ditulis di atas
kertas, namun dengan email surat ditulis dalam bentuk elektronik (Ivan, 2008).
B. Cara Kerja Email
Pada dasarnya email sama dengan surat biasa (snail mail) yang harus melewati
beberapa kantor pos sebelum sampai ke tujuannya (destination). Pada saat email
dikirimkan oleh seseorang melalui komputer yang tersambung ke internet, maka
sebuah email masuk ke beberapa komputer lain di sepanjang jaringan internet yang
disebut dengan mail server. Ketika email tersebut sampai ke server yang menjadi
tujuan (seperti yang ditunjuk pada alamat email, kepada siapa user menulis email),
maka email tersebut disimpan pada sebuah emailbox. Pemilik alamat email baru
dapat mendapatkan email itu kalau yang bersangkutan mengecek emailbox-nya.
Untuk dapat menerima email, user harus memiliki sebuah account pada suatu email
server, yang berada pada sebuah Internet Service Provider (ISP). Hal ini dapat
dianalogikan dengan alamat sebuah rumah. Pada surat biasa (snail mail) user hanya
dapat menerima surat apabila user berada di alamat user, sedangkan pada email, user
dapat menerima di mana saja user berada, asalkan tersambung dan terhubung dengan
internet (Siyamta, 2005).
C. Anatomi Alamat Email
Alamat email merupakan identitas user di dunia maya. Pada saat membaca
alamat sebuah snail mail, maka user dapat membayangkan seberapa jauh lokasi si
pengirim surat dari user. Alamat email terdiri dari dua bagian yaitu dipisahkan
dengan tanda axon (@) misalnya alamat: ntsaptadi@yahoo.com dan di sebelah kiri @
disebut user name (ntsaptadi), yang menunjuk pada identitas pemilik alamat email.
User name dapat berupa nama pemilik, singkatan nama, nickname, nomor, atau
32
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

apapun juga. User name juga menjadi nama bagi emailbox yang dimiliki seseorang di
sebuah mail server. Bagian sebelah kanan @ (yahoo.com) disebut domain name,
yang menunjukkan identitas mail server di mana seorang user memiliki emailbox.
Domain name biasanya menunjukkan nama perusahaan atau organisasi pemilik
sebuah account (Yayasan Total Sarana Edukasi, 2008). Untuk lebih jelasnya dapat di
lihat pada contoh berikut ini:
a. liputan6@sctv.co.id (Crew acara Liputan6 di SCTV)
b. kompas@kompas.com (Surat Kabar Harian Kompas)
Selain itu, dari bagian paling belakang dari sebuah email user dapat memperoleh
beberapa arti mengenai pemiliknya, yaitu:
.com, biasanya ini dimiliki oleh perusahaan komersial atau usaha bisnis lainnya,
.edu, menunjukkan bahwa pemiliknya adalah sebuah universitas atau institusi
pendidikan,
.gov, dimiliki oleh instansi pemerintah,
.mil, dimiliki instansi militer.
Bagi email server yang letaknya di luar Amerika, seringkali alamat email-nya diberi
identitas sesuai nama negaranya. Sebagai contoh id (Indonesia), au (Australia), uk
(United Kingdom), ca (Canada), nz (New Zaeland), dan sebagainya.
D. Variasi Bentuk Komunikasi dengan Email
Dalam beberapa hal email memang meniru snail mail, meskipun jelas email
memiliki banyak kelebihan lain. Hal ini terlihat jelas pada bentuk komunikasi yang
dapat dilakukan dengan email. Bentuk komunikasi email dapat dibedakan menjadi 5
bagian, yaitu: Point to Point, Carbon Copy/CC, Blind Carbon Copy/BCC,
Distribution List dan Discussion List.
E. Etika Penggunaan Email
Email merupakan salah satu penemuan kuno menurut sejarah perkembangan
internet (Ivan, 2008). Seiring dengan berjalannya evolusi layanan email, masih ada
beberapa orang yang belum mengerti etika penggunaan email. Berikut etika
penggunaan email, yaitu: formal atau non-formal; tujuan menulis; jangan menulis
selagi marah; penggunaan to, cc, dan bcc; penggunaan subject email; bukan novel;
pemakain huruf besar (semua); pemakaian tanda seru; signature; periksa ejaan (yang
disempurnakan); polos saja; tanpa hiasan; attachment; atau lampiran; read
notification receipt; berikan balasan sepantasnya; penggunaan reply-to-all dan
forward, dan surat berantai.
F. Email client
Kegiatan surat menyurat lewat media internet berbasis desktop sudah bersifat
konvensional dan sederhana di dunia teknologi informasi. Kegiatan ini biasa dikenal
istilah E-mail Client, yaitu piranti lunak yang digunakan untuk organisasi email, baik
untuk akun email berbayar maupun yang gratis. Syaratnya yang diperlukan adalah
memiliki akun POP3. Selama ini email client yang sering digunakan seperti Outlook
Express, Microsoft Outlook 2003/2007, Mozilla Thunderbird, dan Evolution.

33
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

G. Desktop Zimbra
Zimbra adalah piranti lunak open source untuk email server dan kolaborasi
(groupware), yang menyediakan solusi email server yang powerful, penjadwalan dan
group calender, kontak dan manajemen penyimpanan dokumen via web. Perangkat
lunak ini dikenal dengan nama Yahoo Zimbra Desktop, dengan slogan "Email for
Everyone". Teknologinya berbasis AJAX Web 2.0. Secara global, Yahoo Zimbra
Desktop adalah Desktop Email Client yang mempunyai kemiripan dengan Microsoft
Outlook. Dalam hal ini Yahoo Zimbra Desktop memiliki banyak fasilitas dan
kelebihan yang lebih baik dari Desktop email client lain. Zimbra sesuai untuk
kebutuhan komunikasi data (email) di perusahaan kecil, menengah dan besar, sekolah
dan kampus, lembaga pemerintahan, dan organisasi kemasyarakatan. Membuat server
email di Ubuntu sekarang menjadi lebih mudah dengan adanya zimbra. Zimbra
sendiri sudah memiliki fitur yang sangat lengkap, mulai dari MTA (mail transfer
agent) yang dilengkapi dengan fitur anti spam dan anti virus, IMAP/POP3, webmail
dan fitur kolaborasi lainnya. (Ngadimin. 2009).
H. Desktop Zimbra Mail Server pada Ubuntu 10.04
Zimbra Collaboration Suite (ZCS) adalah sebuah produk groupware produk
Zimbra, Inc, yang terletak di San Mateo, California, Amerika Serikat. Perusahaan ini
dibeli oleh Yahoo! pada September 2007. Perangkat lunak ini terdiri dari komponen
client dan server. Zimbra tersedia dalam dua versi, yaitu: versi sumber terbuka, dan
versi yang didukung secara komersial (Zimbra Network) dengan komponen sumber
komersil. Versi perangkat lunak ini tersedia dari Zimbra untuk diunduh dan
digunakan dengan bebas, serta dari mitra resmi Zimbra (Wikipedia, 2010).
Zimbra Mail Server pada ubuntu-9.10-desktop-i386 merupakan salah satu paket
mail server yang mudah untuk diinstall karena di dalamnya sudah termasuk paket
untuk LDAP, Logger, Apache, Core, MTA, SNMP, SPEEL dan STORE. Paket-paket
tersebut tersaji dalam satu paket besar yang biasa disebut ZCS. Tahap penginstallan
Zimbra akan membutuhkan beberapa dependensi dari sistem Ubuntu 10.04 (April
2010), yang biasanya installer ZCS akan mengecek dependensi tersebut terlebih
dahulu sebelum melakukan penginstallan (Zimbra Corporate, 2009). Setelah
didapatkan file ZCS untuk Ubuntu 10.04, penguninstallan dilakukan melalui apache
agar tidak berbenturan dengan apache-nya ZCS. Sebagai contoh perintah:
IP 192.168.0.1 (1)
#/etc/init.d/apache2 stop
#apt-get remove apache2
#apt-get autoremove
Setelah penguninstallan apache pada sistem ubuntu 10.04 maka segera ekstrak file
zdesktop_1_0_4_build_1833_linux_i686.sh dan akan didapatkan extract file.
Sedangkan untuk tahap penginstallannya mudah dan relatif sederhana. Selain installer
dan juga mematikan service apache selaku webservernya, perlu menginstall dan
mengkonfigurasikan DNS Server di sisi client maupun sebagai server DNS

34
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

sesungguhnya. Langkah yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menginstall DNS di


sisi client.
IP 192.168.0.1 (2)
#apt-get install bind9
#/etc/init.d/bind9 start
Salah satu feature penting yang diperlukan pada sebuah mail server adalah
Archiving, yaitu tindasan (tembusan/salinan) dari seluruh email yang masuk maupun
keluar. Meski user bisa melakukan proses backup secara berkala, Archiving jauh
lebih tepat dan berdaya guna karena salinan email yang dibuat sama persis dengan
email yang diterima. Gambar 1 berikut menunjukan mekanisme arsip email server.

Gambar 1. Mekanisme Arsip Email Server


Mengingat fungsi dan kegunaannya, Archiving sangat potensial untuk
disalahgunakan. Kemampuan seorang Administrator mail server melakukan
archiving harus didukung dengan moral yang sehat dan integritas yang baik. Jika
tidak, Administrator mail server dapat memanfaatkan salinan email yang diterima
untuk disalahgunakan.
I. Migrasi Email Server
Banyak user yang berencana migrasi email server dari Microsoft Exchange
Server ke platform open source yang terbentur pada suatu masalah kompatibilitas
fungsi (http://opensuse.or.id/2009/11/18/email-server-handal-lengkap-tapi-juga-
murah-studi-kasus-exchangezimbra/). Fungsi-fungsi advanced yang ada di Exchange
Server semacam push mail blackberry, dukungan pada IPhone dan fasilitas
scheduling dan calendar sharing misalnya, jarang dipunyai oleh mail server open
source. Tiga mail server kelas enterprise open source yaitu Zimbra, Scalix dan Open-
Xchange misalnya, memang menyediakan fasilitas tersebut namun fasilitasnya hanya
ada pada versi komersil. User perlu melakukan upaya untuk mengurangi biaya lisensi
Exchange Server (termasuk biaya CAL, Client Access License dari Windows Server)
namun juga tidak ingin user lain komplain karena BB atau IPhone-nya tidak di-
support oleh versi open source mail server pengganti. Salah satu alternatifnya adalah
Mixed Environment. Pada suatu organisasi biasanya tidak semua user membutuhkan
semua feature yang disediakan oleh mail server. Dari 500 user misalnya, mungkin
35
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

hanya 10 hingga 30 user yang membutuhkan fasilitas advanced baik dukungan push
mail maupun fasilitas scheduling dan calendaring. Sisanya lebih banyak yang pakai
sekedar email POP3 dan SMTP. Jika menggunakan fasilitas scheduling dan
calendaring mereka masih bisa menggunakan desktop mail client seperti Zimbra
Desktop. Cara yang dilakukan adalah membuat 2 email server dengan nama domain
yang sama. Email server pertama adalah email server kelas enterprise versi open
source edition untuk sebagian besar user sedangkan email server kedua adalah tetap
Exchange Server atau malah diganti sekalian dengan email server open source kelas
enterprise namun versi komersilnya yang memang memiliki feature setara. Skema ini
tidak terlalu sulit diimplementasikan namun mampu menekan biaya dalam jumlah
besar. Dalam contoh kasus diatas, jangankan untuk 400 account, penghematan 100
account saja bisa menghemat biaya diatas 50 juta rupiah. Implementasi skema diatas
pada mixed environment antara Zimbra dengan Exchange (keduanya bisa diganti
dengan formasi lain, misalnya Zimbra Komersil+Zimbra Open Source atau bisa juga
Exchange+Scalix dll), bisa dilakukan dengan gambaran atau Gambar 2 sebagai
berikut: (contoh menggunakan 30 account advanced menggunakan lisensi komersil
Exchange dan 470 account standard menggunakan lisensi open source Zimbra).

Gambar 2. Account advanced menggunakan lisensi komersil

III. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan sumber data, teknik dan prosedur sebagai berikut:
A. Sumber Data
Sumber data primer berasal dari salah satu user yang memiliki akun di Yahoo!
Mail. Sementara sumber data sekunder berasal dari pengalaman penggunaan email
yahoo dan akun lain seperti gmail dan email kampus dari user berbeda dan data yang
dikirim dari user lain kepada penerima.
B. Teknik Analisis Sistem dan Data
Teknik yang digunakan meliputi: unduh dan unggah file, instalasi, manajemen
data dan konfigurasi sistem.

36
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

C. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dengan cara melakukan: instalasi sistem operasi open
source Linux dengan distro Ubuntu, unduh perangkat lunak email client Zimbra,
registrasi akun email Yahoo, instalasi dan konfigurasi email client Zimbra secara
standar, proses sinkronisasi sistem dan data, manajemen data pada email client,
pengukuran waktu akses dari Online ke Offline dan konfigurasi dengan cara proteksi
sistem.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Unduh Piranti Lunak Email Client Zimbra
Secara umum proses unduh perangkat lunak tidak mengalami perbedaan jauh
dengan proses yang secara konvensional dilakukan oleh banyak user. Beberapa
perangkat lunak yang dapat digunakan mengunduh secara khusus seperti Mass
Downloader. Namun melalui browser kegiatan unduh dapat dilakukan dengan mudah
dan sederhana. Gambar 3 berikut menunjukkan proses unduh piranti lunak.

Gambar 3. Ikon Yahoo! Zimbra Desktop


Gambar 3 menunjukkan ikon Yahoo! Zimbra Desktop (zdesktop) berada pada
layar desktop Linux dengan distro Ubuntu. Pada saat user melakukan unduh, maka
penempatan lokasi unduh dapat ditentukan secara free dan fleksibel. Proses ini akan
berakhir setelah proses unduh selesai. Versi perangkat lunak yang diunduh adalah
zdesktop_1_0_4_build_1833_linux_i686.sh. (http://www.zimbra.com/products/
desktop_download.html). Kapasitas memori sebesar 50.9 MB. Versi sebelumnya
yang sempat diuji dan diinstal adalah zdesktop_1_0_4_build_1833_ linux_i686.sh.
Kapasitas versi sebelumnya pada Microsoft Windows zdesktop_1_0_build_
1344_win32 adalah 49.115 KB. Perbedaan versi ini terjadi karena adanya
penambahan fasilitas dan fungsi.
2. Instalasi dan Konfigurasi Email Client Desktop Zimbra Secara Standar
Proses instalasi dan konfigurasi berlangsung secara otomatis cara user dengan
menentukan pilihan berdasarkan window dialog. Tahap awal instal, user memilih
bahasa yang akan digunakan dalam proses instalasi. Gambar 4 berikut menunjukkan
pilihan bahasa beserta pengalamatan dalam direktori Ubuntu melalui packing JRE.

37
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Gambar 4. Pilihan Bahasa yang digunakan


Script: (3)
trisaptadi@user-laptop:~$ cd /
bin/ etc/ media/ root/ sys/
boot/ home/ mnt/ sbin/ tmp/
cdrom/ lib/ opt/ selinux/ usr/
dev/ lost+found/ proc/ srv/ var/
trisaptadi@user-laptop:~$ cd ~
trisaptadi@user-laptop:~$ ls
Desktop examples.desktop Musik Templat Video
Dokumen Gambar Publik Unduhan
trisaptadi@user-laptop:~$ cd Desktop/
trisaptadi@user-laptop:~/Desktop$ ls
zdesktop_1_0_4_build_1833_linux_i686.sh
trisaptadi@user-laptop:~/Destkop$ chmod 755
zdesktop_1_0_4_build_1833_linux_i686.sh
trisaptadi@user-laptop:~/Desktop$ ./zdesktop_1_0_4_build_1833_linux_i686.sh
Proses instal terhadap database pada file zimbra.config dilakukan dengan
db.version dan db schema version yang berisi rekord berupa id, type, name, path,
file_bits, file_group_bits, mailbox_bits, mailbox_group_bits, compress_blobs,
compression_threshold.

Gambar 5. Proses Install

38
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Script: (4)
CALL SYSCS_UTIL.SYSCS_SET_DATABASE_PROPERTY('derby.storage.pageSize', '16384');
0 rows inserted/updated/deleted
ij> CALL SYSCS_UTIL.SYSCS_SET_DATABASE_PROPERTY('derby.storage.pageCacheSize',
'1000');
0 rows inserted/updated/deleted
ij> CALL SYSCS_UTIL.SYSCS_SET_DATABASE_PROPERTY('derby.language.logQueryPlan',
'true');
0 rows inserted/updated/deleted
ij> CALL
SYSCS_UTIL.SYSCS_SET_DATABASE_PROPERTY('derby.language.logStatementText', 'true');
0 rows inserted/updated/deleted
ij> CREATE SCHEMA zimbra;
0 rows inserted/updated/deleted
ij> SET SCHEMA zimbra;
0 rows inserted/updated/deleted
ij> ----------------------------------------------------------------------- volumes
--------------------------------------------------------------------------- list of known volumes
Setting layanan port 7633 dengan default desktop di localhost 127.0.0.1.

Gambar 6 Select Additional Tasks Gambar 7 Starting Zimbra Desktop


Folder terdiri dari inbox, sent, draft, spam, trash, local folders, outbox, error
report. Tab terdiri dari mail, contact, calender, tasks, documents, briefcase dan
options. Area kerja terdiri dari keterangan berupa from, attach file, subject, folder,
size dan received.
Struktur Direktori pada Zimbra dapat di lihat pada Gambar 8. Terlihat bahwa
lokasi manajemen data berada pada direktori Document and Settings\User\Local
Settings\Application Data\Zimbra\zdesktop.

Gambar 8. Lokasi manajemen data

39
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

B. Pembahasan
1. Kebutuhan Pengelolaan Email Client
Secara perangkat keras kebutuhan spesifikasi server minimal untuk Mail Server
Zimbra adalah processor Intel/AMD 1,5 Ghz – 32bit, memory 2 GB, harddisk 80 GB
SATA dan lan card 10/100 Mbps. Untuk Mail Client Zimbra dapat dengan processor
Intel/AMD 1 Ghz – 32bit, memory 1 GB, harddisk 40 GB SATA dan lan card 10/100
Mbps. Kebutuhan spesifikasi server yang di Rekomendasi untuk Mail Server Zimbra
adalah branded server seperti Compaq, dan HP, processor Intel/AMD 3 Ghz – 64bit,
memory 4 GB, harddisk 160 GB SCSI dan lan Card 10/100/1000 Mbps. Kebutuhan
koneksi Internet minimal memiliki kecepatan Link Upload ke Internet sebesar 128
Kbps dengan rekomendasi memiliki kecepatan Link Upload ke Internet sebesar 256
Kbps atau lebih.
Zimbra server tersedia untuk Linux, Mac OS X dan platform virtualisasi.
Zimbra menggunakan klien Ajax Web 2.0 yang dapat dijalankan pada browser
Firefox, Safari dan Internet Explorer (7.0+) dan IE serta mudah diintegrasikan dengan
portal web API, aplikasi bisnis dan VoIP menggunakan web services.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Intel Celeron M CPU
420 processor 1.60 GHz, ram 384 MB membuktikan bahwa selama 6 bulan
(Februari-Agustus 2010) penggunaan Mail Client Zimbra berjalan stabil. Sekali
waktu pernah mengalami crash dan di install ulang. Setelah itu pengelolaan berjalan
normal. Proses install dan update berjalan mudah dan relatif efisien. Migrasi data
dapat dilakukan dengan cepat karena tidak merubah struktur direktori dan
penempatan data di harddisk. Vendor Zimbra Mail Yahoo menyediakan sarana
upload dan download secara mudah dan responsif. Secara teknis, komputer yang
terhubung ke internet akan dengan mudah melakukan aktifitas tersebut. Perintah klik
kanan pada ikon Desktop Zimbra berupa “Check for Updates” untuk proses.
2. Aspek Pengelolaan
a. Informasi dan keamanan data.
Informasi email baru berupa messages dapat di lihat pada Inbox yang secara
reguler dapat di unduh jika email client zimbra terhubung secara online. Layanan lain
yang tersedia pada Desktop adalah Sent, Drafts, Spam, dan Trash. Untuk Pengiriman
pesan dapat dilihat pada Outbox dan terdapat pesan jika terjadi kegagalan pengiriman
yaitu Error Reports.
b. Teknologi.
Teknologi yang digunakan berbasis AJAX Web 2.0. Secara global pengelolaan
ini mirip dengan Microsoft Outlook. Email Client Zimbra memungkinkan user
komputer dengan berbagai OS dapat diintegrasikan. Pada OS Linux perangkat lunak
ini sudah tersedia paket seperti Ubuntu dan user dapat melakukan download pada saat
menginstal OS dan melakukan setting dan konfigurasi dengan mudah.
c. Proses Sinkronisasi
Proses Sinkronisasi dilakukan dengan melihat status online sehingga dengan
klik pada Send/Receive akan direkomendasikan untuk “check for new mail in box”.
40
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Setelah itu email server akan melakukan proses transfer data berupa messages jika
ada. Hal ini pula yang biasa dikenal dengan istilah “download”. Sinkronisasi juga
dilakukan untuk memastikan bahwa pembentukan database pada pengelolaan email
client sesuai dengan struktur database seperti pada online.
d. Sistem manajemen dan struktur.
Pengelolan email client Zimbra tidak berbeda jauh dengan Microsoft Outlook.
Email Client pada Yahoo Zimbra memiliki terbagi atas 3 bagian utama yaitu Folder,
Tabulasi dan area kerja. Folder terdiri dari inbox, sent, draft, spam, trash, local
folders, outbox, error report. Tab terdiri dari mail, contact, calender, tasks,
documents, briefcase dan options. Area kerja terdiri dari keterangan berupa from,
attach file, subject, folder, size dan received.
3. Migrasi Sistem dan Data
Secara teknis migrasi sistem maupun data tidak begitu bermasalah. Hal ini
terlihat dari model pengarsipan file pada direktori \Application
Data\Zimbra\zdesktop\jetty\logs yang ter-hidden. Sekalipun terjadi migrasi data,
Email Client Zimbra akan mencatat semua transaksi secara permanen di suatu
direktori yang ter-hidden.
4. Pengujian Instalasi
Instalasi Sistem operasi open source dengan distro Ubuntu dilakukan pada
perangkat keras dengan spesifikasi processor Intel Core 2 Duo, ram 2 GB, VGA 512
MB, Harddisk 256 GB.
5. Kegagalan proses
Proses update dan sinkronisasi sistem dan data dapat gagal. Salah satu yang
menyebabkan kegagalan pada proses adalah ketidaksesuasian. Contoh kegagalan
adalah pada saat ikon Zimbra di klik, selanjutnya tidak terjadi respon dengan proses
loading. Berdasarkan pengalaman selama penelitian solusi yang harus dilakukan
adalah melakukan update dengan cara men-download versi terbaru melalui website
vendor zimbra. Setelah di download baru di install ulang dengan tanpa mengubah
lokasi atau folder penyimpanan data di sistem.
6. Strategi Pengelolaan
Secara umum pengelolaan email client zimbra pada sistem operasi open source
Linux Ubuntu cukup mudah dan sederhana dengan cara mengikuti prosedur dan
panduan pemakaian. Terjadi crash atau gangguan dikarenakan ketidaksesuaian sistem
dan aplikasi yang ada seperti perbedaan vendor dan versi dari suatu sistem operasi.
Upaya efektif pengelolaan butuh pemahaman terhadap prosedur dan proses
sinkronisasi pada saat melakukan update versi suatu aplikasi email. Setting untuk
akun juga perlu mendapat perhatian khusus terutama pada saat setting pop3 dan smtp
yang masing-masing memiliki port yang berbeda dan biasanya telah ditentukan
secara khusus. Meskipun terdapat default setting pada port tersebut. Untuk menjamin
pengelolaan secara efektif dapat juga bergabung melalui forum, jejaring sosial atau
suatu komunitas Ubuntu dan Zimbra. Khusus pada sistem open source, jaminan
terhadap data yang diterima melalui email account secara otomatis akan terhindar dari
41
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

virus. Hal ini dapat terjadi oleh karena sistem operasi Ubuntu tidak mudah dan
mengenali secara langsung proses infeksi dari virus tertentu.
7. Implementasi Sistem
Untuk memastikan apakah sistem sudah berjalan baik perlu dilakukan kegiatan
implementasi sistem. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui secara benar
kendala sesungguhnya. Pada saat sistem diimplementasikan perlu dilakukan upaya
yang cermat dan hati-hati. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa pengalaman
yang dapat menjadi pertimbangan. Berikut ini upaya yang baik untuk menjadi
petunjuk pelaksanaan, yaitu:
a. Memastikan topologi dan konfigurasi network. Konfigurasi yang tidak di-set
secara baik akan membuat Zimbra menjadi open relay dan secara otomatis
menjadi target serangan spam (sekaligus menjadi lokasi gateway bagi para
spammer). Konfigurasi NAT mikrotik yang kurang tepat dapat memicu masalah
karena proses blacklist IP dan hostname sender tidak berjalan akibat IP sender
yang di-rewrite menjadi IP lokal gateway. Link artikel: Topologi Jaringan, Trusted
Network dan Open Relay.
b. Memastikan semua service berjalan dengan baik. Zimbra mail server versi 5.x
sebagian besar masih menggunakan anti virus ClamAV yang out of date. Jika
ClamAV kurang dari versi 0.95, Zimbra bisa mogok berjalan. Sebaiknya lakukan
update hingga ke versi yang terbaru. Link artikel: End of Life untuk ClamAV 0.94
pada Zimbra 5.0.16 atau versi sebelumnya dan tips: cara mudah update ClamAV
untuk Zimbra.
c. Block email yang dikirim ke alamat email yang tidak ada. Fasilitas ini dikenal
dengan nama Reject Unlisted Recipient, aktivasinya sangat mudah karena hanya
mengganti 3 huruf pada 1 baris file konfigurasi. Link artikel: Improvement Anti
Spam Zimbra: Reject Unlisted Recipient.
d. Menambahkan fasilitas SPF pada sisi DNS (hanya mail server tertentu yang
berhak mengirimkan email atas nama domain uajm.ac.id).
e. Perbaikan untuk bug-bug pada Zimbra, misalnya bug FH_DATE_PAST pada
SpamAssasin dan bug Add X_Originating_IP yang membuat email normal salah
tag menjadi email junk. Bug diatas sudah solved pada Zimbra versi terbaru.
f. Aktivasi blacklist spammer melalui fasilitas Online Blacklist (Barracuda,
Spamhaus dll). Link artikel: tips Anti Spam Zimbra melalui aktivasi fasilitas
Blacklist Spammer.
g. Aktivasi plugin SPF, Pyzor, Razor, DCC dll untuk meningkatkan kemampuan
deteksi spam.
h. Aktivasi domain blocking, misalnya blacklist email dari milis, email konfirmasi
Facebook, email spam dari Indonesia dll (tergantung kebutuhan user)
i. Menambahkan reverse DNS records untuk meningkatkan akseptabilitas email
server dan menghindari email yang terkirim di-tag sebagai junk/bulk email pada
email server tujuan.

42
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

j. Menambahkan DKIM/DomainKeys untuk meningkatkan akseptabilitas email


server.
k. Meningkatkan aspek keamanan server, misalnya membatasi dan memodifikasi
akses SSH ke server, membuka port hanya pada port tertentu, memasang Firewall
dan IDS dll.
l. Memastikan adanya fasilitas backup MX yang akan meng-handle email masuk
jika terjadi gangguan pada mail server utama.
m. Memastikan fasilitas backup dan recovery, termasuk maksimum down time yang
masih bisa diterima oleh pihak client.
n. Memastikan kecukupan kapasitas harddisk. Jika harddisk sudah mendekati
kapasitas 70-80%, rekomendasi untuk meningkatkan free space, baik dengan
menghapus file/folder tertentu atau menambah harddisk lain.
o. Melakukan testing pengiriman dan penerimaan email dari berbagai domain.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Analisis yang dilakukan terhadap penggunaan email client untuk aplikasi
berbasis Desktop Zimbra pada sistem operasi open source menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Secara umum proses instalasi sistem operasi open source Ubuntu versi 10.4 dapat
berjalan secara normal.
2. Proses unduh dan migrasi data dari email online ke offline dapat dilakukan secara
efektif dengan memperhatikan kapasitas media penyimpanan.
3. Pengelolaan yang dilakukan pada aplikasi email client Desktop Zimbra dapat
berjalan secara efektif dan aman jika prosedur dan konfigurasi dilakukan dengan
benar dan tepat.
B. Saran
Hasil penelitian ini juga merekomendasi penelitian lanjutan untuk pengelolaan
aplikasi email client pada sistem operasi open source dengan pemanfaatan email
client seperti Thunder Bird dan Outlook Express.

DAFTAR PUSTAKA
Ivan. 2008. http://www.navinot.com/2008/09/19/17-tips-etika-penggunaan-e-mail/.
Diakses pada tanggal 7 Oktober 2008.
Komunitas. 2008. http://www.bogor.net. Diakses pada tanggal 10 November 2008.
Ngadimin. 2009. http://ngadimin.com/2009/07/15/membuat-server-email-di-ubuntu-
menggu-nakan- zimbra/. Diakses pada tanggal 10 November 2009.
OpenSuse. 2009. http://opensuse.or.id/2009/11/18/email-server-handal-lengkap-tapi-
juga-murah-studi-kasus-exchangezimbra/. Diakses pada tanggal 18 Agustus
2009.
Opera Corp. 2009. http://my.opera.com/m4m4n/blog/?tag=Zimbra&startidx=1&
nodaylimit=1. Diakses pada tanggal 23 Februari 2010.
43
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

SDA. 2009. http://www.sda-indo.com/sda/news/psecom, id, 12220,_language,


Indonesia, nodeid, 1, xv_query, messaging, xv_numresults, 35,xv_sortvalue,
0.html. Diakses pada tanggal 25 Januari 2010.
Siyamta. 2005. Berkomunikasi Dengan Email (Pelatihan Imbal Swadaya
PPPGT/VEDC Malang. PPPGT/VEDC. Malang.
Stuufwork. 2009. http://www.howstuffworks.com. Diakses pada tanggal 15 Pebruari
2009.
Sulaeman, Maman. 2009. (http://my.opera.com/m4m4n/blog/yahoo-zimbra-desktop-
e-mail-client-gratis-pengganti-ms-outlook). Diakses pada tanggal 5 Agustus
2009
Vavai. 2008. http://vavai.com/2010/06/08/tips-audit-sistem-zimbra-mail-server/.
Diakses pada tanggal 15 Desember 2008.
Vavai. 2008. http://vavai.com/2008/09/28/membuat-arsip-setiap-email-yang-masuk-
dan-keluar-pada-zimbra-mail-server/. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2008
Wikipedia. 2010. (http://id.wikipedia.org/wiki/Zimbra. Diakses pada tanggal 12
Februari 2010
Yayasan Total Sarana Edukasi. 2008. http://www.total.or.id/info.php?kk=E-mail.
Bandung. Diakses pada tanggal 11 Desember 2008.
Yahoo. 2009. http://mail.yahoo.com. Diakses pada tanggal 12 Pebruari 2010.
Zimbra Corporate. 2009. http://www.zimbra.web.id/2009/04/23/instalasi-zimbra-
pada-ubuntu-804/. Diakses pada tanggal 11 Januari 2009.
Zimbra. Corporate. 2010. http://www.zimbra.com/products/desktop_download.html.
Diakses pada tanggal 5 Maret 2010

44
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

DESAIN SISTEM AKUNTANSI ORGANISASI GEREJA


(STUDI KASUS ATAS PELAPORAN KEUANGAN GEREJA TORAJA)
Oktavianus Pasoloran5

Abstract
Challenges faced by a Church are not only on pastoral service aspect but also
on managing and running of the Church, specifically on financial management.
Development of stewardship on finance can be done by improving the quality
of financial information which are the basis of decision making to improve the
services. Accounting gives information in the form of financial report and
financial statement. Accounting system currently used by the Church employs a
single parameter recording debit and credit. Accounting design made in this
research is expected to give thorough information on financial situation (on
balanced sheet), report on service activity, cash flow according to the
applicable accounting standards. Financial report sheet design refers to
financial accounting standard (SAK) number 45 issued by Indonesian
Accountant Association (IAI) on non-profited financial report. The outcomes
of the research are that the financial report applied by Torajan Church of
Biringkanaya gives limited information in the process of planning, budgeting,
and decision making to improve the stewardship of the Church. Design and
implementation done show that by employing accounting standard, the Church
capables of doing accountability in managing resources to give services.
Keywords: Financial accounting standard, accountability, services

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini organisasi gereja juga tengah mengalami tekanan untuk lebih efisien
dan mempertimbangkan berbagi aspek baik aspek ekonomi sosial serta berbagai
dampak negatif dari aktivitas yang dilakukan. Berbagai tuntutan tersebut
menyebabkan gereja juga harus mengadopsi berbagai konsep manajemen termasuk
penggunaan sistem dan teknologi informasi. Tantangan yang dihadapi gereja tidak
hanya menyangkut aspek pelayanan pastorial tetapi juga menyakut pengelolaan atau
manajemen gereja. Para pendeta tidak dapat lagi menganggap bahwa manajemen
gereja tidak relevan dengan tugas mereka sebagai pendeta jemaat. Sehingga pendeta
sudah semakin membutuhkan pelatihan praktis, manajemen dan kepemimpinan.
Rohaniawan dan pemimpin awam tidak lagi hidup dalam dunia yang terpisah.
Mereka harus bekerja bersama-sama sebagai satu tim, masing-masing
menyumbangkan keahliannya untuk mencapai gaya kepemimpinan yang sesuai
dengan gereja yang terus berubah dalam dunia yang terus-menerus berubah.

5
Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Makassar
45
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Salah satu aspek dalam manajemen gereja yang sering menimbulkan kemelut
adalah dalam hal manajamen keuangan Gereja. Masalah ini terkadang sering
menyeret warga jemaat untuk turut bersikap pro dan kontra dalam penetuan kebijakan
pengelolaan keuangan. Gereja membutuhkan dana atau uang. Uang adalah sumber
yang penting. Dengan uang Tuhan memperlengkapi gereja untuk melaksanakan
pelayanan. Untuk menggunakannya secara tepat, gereja membutuhkan sistem
manajemen keuangan yang baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pengelolaan
keuangan gereja sering ditemui penyimpangan-penyimpangan, baik secara
administratif maupun pelaksanaannya.
Pengembangan penatalayanan dalam bidang keuangan dapat dilakukan dengan
meningkatkan mutu informasi keuangan sebagai salah satu dasar pengambilan
keputusan (decision making) untuk peningkatan pelayanan. Akuntansi sebagai
seperangkat pengetahuan tidak menjadi bagian penting dalam kehidupan bisnis tetapi
juga dalam kehidupan organisasi-organisasi sosial atau agama. Akuntansi
menghasilkan informasi yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan, atau
statemen keuangan, Informasi itu sendiri adalah data atau fakta yang diolah dan
disajikan dengan cara tertentu sehingga mempunyai makna bagi yang berkepentingan
atau bagi yang dituju oleh informasi tersebut. Untuk dapat disebut sebagai informasi
bagi yang menerima, suatu informasi harus mempunyai makna tertentu yang
bermanfaat (meaningful) bagi penerimanya (Suwardjono, 2002).
Informasi kuantitatif yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan
merupakan salah satu aspek informasi yang dihasilkan oleh akuntansi. Laporan
keuangan dapat mengambil bentuk laporan resmi untuk kepentingan pihak luar unit
organisasi atau pun laporan operasi untuk kepentingan organisasi itu sendiri
(internal). Manajemen dalam hal ini pengelolah dan anggota jemaat merupakan pihak
internal yang berkepentingan langsung dan sangat membutuhkan informasi keuangan
untuk tujuan perencanaan (planning), pengkoordinasian (coordinating), dan
pengendalian (controlling) aktivitas pelayanan
Dalam mengelolah organisasi gereja pimpinan gereja dan anggota jemaat
menghadapi berbagai persoalan penatalayanan yang memerlukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Berapakah sumber-sumber ekonomik yang masih tersedia untuk pelayanan yang
berkelanjutan?
2. Berapakah kas yang tersedia untuk pembayaran aktivitas pelayanan?
3. Berapakah dana atau kas yang tersedia untuk membangun gereja dan memperoleh
aset lainnya?
4. Apakah pengelolaan program atau aktivitas pelayanan telah berjalan dengan
efisien?
Untuk menjawab pertanyaan diatas diperlukan informasi keuangan dalam
bentuk laporan pengelolahan aktivitas dengan berbagai bentuk dan isi. Penelitian
terhadap beberapa karakteristik pada organisasi gereja Khususnya yang berhubungan
dengan pelaporan keuangan organisasi gereja masih sangat terbatas. Dalam praktik
46
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

bisnis sering dijumpai bahwa laporan keuangan harus disusun dan disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum disingkat PABU (generally accepted
accounting principles atau sering disingkat GAAP). Prinsip tersebut pada dasarnya
akan menentukan kualitas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Berbagai metode akuntansi banyak digunakan pada laporan keuangan yang
dipublikasikan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan bebas menggunakan metode
akuntansi selama metode tersebut diterima dalam praktik bisnis. Hal ini berarti gereja
juga dapat membangun paktek akuntansi yang mengacu pada PABU berdasarkan
karakteristik yang ada dalam organisasi gereja.
B. Perumusan Masalah
Dapatkan ilmu akuntansi diterapkan di organisasi gereja? Pertanyaan ini tentu
menarik, karena masalah akuntansi sering dihubungkan dengan organisasi yang
bertujuan untuk mencari laba (profit oriented). Organisasi gereja adalah organisasi
nirlaba yang juga berdimensi publik. Kebanyakan organisasi nirlaba menggunakan
beberapa parameter tunggal sebagai ukuran keberhasilan, seperti jumlah alokasi dana
yang diperoleh, jumlah orang yang dilayani dan lain-lain. Parameter yang digunakan
tersebut seringkali memberikan informasi yang terbatas sehingga menyulitkan dalam
melakukan penilaian keberhasilan termasuk dalam melakukan perencanaan dan
pengendalian aktivitas. Sehingga masalah pokok penelitian ini adalah bagaimana
pelaporan keuangan pada organisasi gereja berdasarkan standar akuntansi dan prinsip
akuntansi berterima umum.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan di muka maka yang menjadi tujuan penelitian adalah
untuk menerapkan konsep akuntansi berdasarkan PSAK No.45 sesuai karakteristik
organisasi gereja dan membangun sistem akuntansi organisasi gereja untuk
menghasilkan laporan keuangan yang lengkap.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membangun sistem
pelaporan keuangan organisasi gereja dalam meningkatkan penatalayanan keuangan
serta akuntabilitas keuangan organisasi gereja. Hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat memberi kontribusi untuk penelitian-penelitian selanjutnya khususnya untuk
denominasi-denominasi gereja lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Penatalayan Keuangan Jemaat dan Akuntabilitas
1. Konsep Penatalayanan (Stewarship)
Dalam konteks manajemen bisnis pendekatan stewardship sebenarnya juga
sudah dikenal sebagai jawaban terhadap keterbatasan teori agensi yang hanya dapat
menjelaskan hubungan antara pemilik (principal) dengan agen (manajer) secara
formal dalam bentuk kontrak kerja. Stewardship merupakan suatu pandangan baru
tentang pengelolaan organisasi yang sebenarnya merupakan salah satu inti dari ajaran
Tuhan Yesus. Pendekatan ini dikembangkan melalui ilmu pshikologi dan sosiologi
47
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

dan didesain oleh para peneliti untuk membentuk suatu perilaku yang mengarah pada
“sikap melayani” (stewardship). Organisasi yang mempraktekkan kepemimpinan
sebagai aspek yang memainkan peranan penting bagi kemajuan organisasi, akan
mencapai keberhasilan dengan memilih pelayanan di atas kepentingan pribadi dan
mengarah pada kolektibilitas, kebersamaan, kemitraan dan pemberdayaan
(empowerment). Sikap melayani adalah suatu sikap yang menggantikan kepentingan
pribadi dengan pelayanan sebagai landasan bagi pemilikan dan penggunaan
kekuasaan (power).
Pendekatan stewardship didasarkan pada suatu konsep bahwa manajemen dari
suatu perusahaan dianggap bertanggungjawab kepada pemilik untuk mengamankan
kekayaan yang telah dipercayakan kepadanya. Pemilik bertindak sebagai principal
dan manajer sebagai steward. Dalam kontek organisasi gereja tentu kita dapat pahami
bahwa Tuhan adalah Principal dan manusia adalah steward. Karena itu, seorang
penatalayan (steward) harus dapat mengolah bumi dan segala isinya untuk
kepentingan dari Sang Pemilik, yaitu Tuhan. Penatalayanan adalah kewajiban dan
pertanggunganjawab yang harus diberikan masing-masing makhluk manusia kepada
Allah. Dengan demikian menjadi perpanjangan tangan Tuhan adalah penatalayan
(stewardship).
2. Prinsip Akutabilitas (Accountability)
Akuntabilitas (accountability) adalah salah prinsip dasar tatakelolah suatu
entitas atau organisasi melalui pertanggungjawaban kinerja secara transparan dan
wajar. Suatu entitas harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan entitas bersangkutan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
Pada tingkat yang paling minimal, akuntabilitas keuangan terungkap dalam
rencana anggaran dan laporan keuangan rutin. Dalam merancang anggaran,
akuntabilitas dapat dilihat secara kritis melalui penilaian pendapatan dan pengeluaran
dan dengan hati-hati merencanakan dan memprioritaskan penggunaan modal. Dalam
menyiapkan laporan keuangan, dapat dilihat dari penyediaan data-data periodik yang
terpercaya yang diperlukan untuk mengevaluasi anggaran dan untuk memahami
potensi keuangan gereja.
Seorang penatalayan (steward) adalah seorang yang mempunyai tugas menjaga
harta benda seorang pemilik. Penatalayan orang Kristen terdiri dari dua rangkap (1)
orang Kristen bertanggungjawab kepada Allah atas penggunaan segala sesuatu yang
telah diberikan oleh Allah, dan (2) orang Kristen saling bertanggungjawab atas
persembahan yang diberikan untuk pekerjaan Allah. Pemimpin gereja dan jemaat
adalah yang bertanggung jawab dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dalam
penggunaan dan penyaluran sumber dana untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah
digariskan oleh Allah. Pertanggung-jawaban dalam hal ini adalah kunci utama.
Maksud Tuhan dan KemuliaanNya adalah tujuan/indikatornyanya. Sukses tidaknya
pengelolaan keuangan diukur dengan tercapai tidaknya tujuan Allah dan apakah cara-
48
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

cara pengelolaan itu memuliakan namaNya atau tidak. Semua dana harus dikelola
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melancarkan dan menjalankan
pekerjaan Tuhan dengan cara yang dapat dipertanggung-jawabkan. Dinegara seperti
USA, bahkan gereja juga secara periodik atau berkala harus di audit sistem
keuangannya oleh akuntan publik. Hal ini terutama berkenaan dengan fasilitas bebas
bayar pajak yang di berikan pemerintah kepada gereja. Pengelolaan keuangan gereja
yang sehat harus berdasar prinsip: “Sumber dari Tuhan harus di kelola oleh umat
Tuhan untuk mengerjakan dan mencapai maksud dan kemuliaan Tuhan.”
Pengelolaan keuangan gereja yang baik dan implementasi prinsip akuntabilitas
dapat dilihat pada beberapa praktek yang sehat (best practices) sebagai berikut:
a. Semua persembahan harus diterima dan dipertanggungjawabkan oleh sekurang-
kurangnya dua anggota gereja.
b. Catatan cermat harus di buat yang merinci jumlah semua sumber dan penggunaan
persembahan.
c. Seorang bendahara harus diangkat dari anggota untuk membuat pencatatan cermat
atas semua keuangan dan asset gereja. Bendahara menyimpan uang di tempat yang
aman untuk penggunaan masa depan
d. Persembahan yang diberikan untuk maksud tertentu harus digunakan hanya untuk
maksud tersebut.
e. Menyusun laporan keuangan secara secara periodik dan teratur dan
memungkinkan untuk diakses secara terbuka. Laporan keuangan tersebut meliputi
laporan posisi keuangan dan laporan aktivitas pada seluruh badan, komisi, unit,
panitia, dan kelompok kategorial.
f. Pemeriksaan dan pengawasan keuangan oleh sebuah komisi atau badan verifikasi
g. Pembagian tugas secara tegas dan tertulis pada seluruh organ oraganisasi gereja
atau badan pekerja majelis.
h. Mengadakan rapat majelis untuk membahas atau mengevaluasi berbagai aktivitas
aktivitas.
i. Pelaksanaan kerja atau aktivitas berdasarkan anggaran tahunan.
Jika prinsip penatalayanan dan akuntabilitas di muka dapat dilaksanakan maka
gereja akan mempunyai dasar untuk menunjukkan tanggung jawab atas persembahan
yang dikelolahnya. Hal demikian akan membuat jemaat terbebas dari segala
prasangka tentang bagaimana keuangan dikelolah.
B. Laporan Keuangan Berdasarkan PSAK No. 45 tentang Organisasi Nirlaba
1. Neraca/Laporan Posisi Keuangan
Tujuan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva,
kewajiban dan aktiva bersih, serta informasi mengenai hubungan diantara unsure-
unsur tersebut pawa waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan
digunakan bersama pengungkapan dan informasi dalam laporan keuangan lainnya,
dapat membantu anggota jemaat, anggota organisasai dan pihak-pihak lain untuk
menilai:
a. Kemampuan organisasi untuk memberikan pelayanan secara berkesinambungan
49
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

b. Fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajiwan atau


komitmennya, dan kebutuhan pendanaan.
Neraca (balance sheet) sering juga disebut potret posisi keuangan suatu entitas,
karena neraca memberikan gambaran utuh entitas pada suatu titik waktu. Laporan
posisi keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan harus menyajikan tiga
elemen penting yaitu, aktiva, kewajiban/utang dan aktiva bersih. Unsur yang
berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan dapat didefinisikan sebagai
berikut:
a. Aktiva adalah sumber daya yang dimiliki oleh organisasi gereja sebagai akibat
peristiwa masa lalu dan manfaatnya di masa depan bagi penyelenggaraan
pelayanan gereja
b. Kewajiban adalah utang oranisasi gereja masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, dan penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya organisasi gereja.
c. Aktiva bersih atau ekutas adalah hak residual atas aktiva organisasi gereja setelah
dikurangi semua kewajiban.
Dalam penilaian apakah suatu pos memenuhi definis aktiva, kewajiban atau
ekuitas bukan hanya ditentukan oleh bentuk hukumnya tetapi pada subtansi yang
mendasari realita ekonomi.
2. Laporan Aktivitas
Tujuan laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
a. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah serta sifat aktiva
bersih
b. Hubungan antara transaksi dan peristiwa lain
c. Bagaimana sumber daya digunakan dalam pelaksanaan berbagai program atau
aktivitas.
Dalam organisasi gereja informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan
bersama dengan pengungkapan informasi lainnya, dapat membantu anggota jemaat,
majelis jemaat dan pengurus organisasi untuk mengevaluasi kinerja selama suatu
periode tertentu, menilai upaya serta kemampuan dan kesinambungan organisasi
dalam memberikan pelayanan dan menilai pelaksanaan tanggung jawab serta kinerja
pengurus organisasi.
Laporan aktivitas mencakup organisasi secara keseluruhan dan menyajikan
perubahan jumlah aktiva bersih selama satu periode. Perubahan aktiva bersih dalam
laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih dalam laporan posisi keuangan/neraca.
Apatan Laporan aktivitas biasanya juga disebut laporan surplus defisit yang
menggambarkan kinerja keuangan entitas (dalam satu periode akuntansi). Kinerja
dalam hal ini digambarkan sebagai kemampuan suatu entitas/lembaga dalam
menciptakan pendapatan. Surplus atau defisit merupakan selisih dari seluruh
pendapatan dan seluruh biaya. Ketika total pendapatan lebih besar dari total biaya,
maka terjadi suplus. Ketika total biaya lebih besar dari total pendapatan yang terjadi
adalah defisit.
50
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Perubahan Kelompok Aktiva Bersih meliputi:


a. Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terkait permanen,
terkait temporer, dan tidak terkait selama suatu periode
b. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak
terkait dan menyajikan biaa sebagai pengurang aktiva bersih tidak terkait.
c. Klasifikasi pendapatan didasarkan pada sifat atau sumber pendapatan (misalnya
pendapatan yang bersal dari persembahan rutin jemaat, pembangunan, diakonia
dan sebagainya) sedangkan biaya berdasarkan kriteria fungsional yaitu
berdasarkan pembagian fungsi/bidang/komisi dalam organisasi.
Dalam organisasi gereja laporan aktivitas mencakup seluruh aktivitas yang ada pada
badan/komisi/unit/kelompok kategorial yang mengelolah dana. Berikut penjelasan
mengenai elemen-elemen yang membentuk laporan aktivitas.
C. Sistem Akuntansi Organisasi Gereja
Sistem Akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan-laporan serta
alat-alat yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menghasilkan laporan yang
digunakan oleh manajemen untuk mengawasi usahanya, dan bagi pihak-pihak lain
yang berkepentingan untuk enilai hasil operasi serta untuk mempermudah
pengelolaan perusahaan.
Sistem akuntansi dirancang berdasarkan struktur pengendalian internal yang
memadai untuk menjamin bahwa asset jemaat dimanfaatkan dan dipertangung-
jawabkan dengan baik. Sistem akuntasi dimaksudkan untuk mengidentifikasi,
menganalisa, dan menyajikan statement keuangan pada tingkat badan/unit/kelompok
kategorial guna pertanggujawaban aktivitas keuangan dan sumber informasi bagi
pengambilan keputusan.
Secara konseptual tuntutan akuntabilitas, yang dalam hal ini pertanggung-
jawaban keuangan terhadap segala aktivitas pada organisasi gereja dapat berpedoman
kepada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang pelaporan
keuangan organisasi nirlaba yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
PSAK No.45 mengatur tentang perlakuan akuntansi organisasi nirlaba. Pada dasarnya
karakteristik oragnsasi nirlaba berbeda dengan organisasi berorientasi laba dalam hal
pengelolaan sumber daya, namun secara konseptual perlakukan akuntansi pada
organisasi nirlaba termasuk organisasi gereja mengadopsi sitem akuntansi yang ada
pada organsasi bisnis.
Akuntansi pada organisasi nirlaba berhubungan dengan pembentukan dana-
dana. Untuk itu sistem akuntansi yang digunakan adalah akuntansi dana (fund
accounting). Pengertian dana pada organisasi nirlaba berbeda dengan oragnisasi
bisnis. Pada oragnisasi bisnis, dana diartikan sebagai kas atau setara kas atau sumber
daya keuangan yang disisihkan dan ditetapkan untuk tujuan tertentu. Dana (fund)
dalam organisasi nirlaba bukan merupakan kesatuan jumlah aktiva yang disisihkan
untuk mencari laba, melainkan kesatuan akuntansi dan fiskal yang terdiri dari kas
atau setara kas, kewajiban dan aktiva bersih serta perubahan-perubahan yang terjadi

51
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

untuk mencapai tujuan tertentu, dimana dana yang diterima dimanfaatkan sesuai
tujuan masing-masing.
Pada organisasi gereja seluruh kebutuhan dana operasi diperoleh dari anggota
jemaatnya, walaupun beberapa gereja membentuk usaha-usaha yang memungkinkan
dapat menjadi sumber pendanaan. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian
arus kas sering sulit dilakukan. Kemampuan untuk mengukur kinerja berdasarkan
arus kas sebagain bagian dari laporan keuangan menjadi hal yang penting dalam
menyusun berbagai aktivitas.
Para pengguna laporan keuangan organisasi gereja tidak berbeda dengan
organisasi nirlaba yang lain maupun dengan oragnisasi bisnis. Pada dasarnya
pelaporan keuangan gereja dapat digunakan untuk menilai:
a. Pelayanan yang diberikan dan kemampuannya untuk terus-menerus dapat
melaksanakan pelayanan di tengah-tengah anggota jemaat.
b. Cara pengelola pelaksanaan dan pertanggungjawabannya.
c. Aspek kinerja pengelola.
D. Tujuan Pelaporan Keuangan Organisasi Gereja
Tujuan dari pelaporan keuangan organisasi gereja adalah untuk menyediakan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan, disamping itu untuk
menunjukkan akuntabilitas organisasi terhadap sumber daya yang dikelola dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai bagaimana sumber-sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya keuangan;
b. Menyediakan informasi mengenai bagaimana organisasi gereja mendanai
aktivitasnya;
c. Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan organisasi
gereja untuk mendanai aktivitasnya dan untuk memenuhi komitmennya;
d. Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu organisasi gereja dan
perubahan di dalamnya;
e. Menyediakan informasi menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
organisasi gereja dari segi biaya, efisiensi dan pencapaian tujuan.
Laporan keuangan organisasi gereja juga memainkan peranan predektif dan
prospektif yang menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi banyaknya
sumber daya yang diisyaratkan untuk aktivitas berkelanjutan, sumber daya yang dapat
dihasilkan oleh aktivitas berkelanjutan, dan resiko serta ketidakpastian. Laporan
keuangan dapat juga menyediakan informasi kepada pemakainya, seperti:
a. Mengidikasikan apakah sumber daya telah digunakan sesuai dengan anggaran
yang ditetapkan; dan
b. Mengidikasikan apakah sumber daya telah digunakan sesuai persyaratan, termasuk
batas-batas keuangan yang ditetapkan.

E. Metode Pencatatan
Secara konseptual penyelenggaran pembukuan terpadu dapat menggunakan
dasar kas (cash basis) atau dasar akrual (accrual basis). Dengan dasar kas pengaruh
52
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

transaksi diakui pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar, sedangkan dasar
akrual pengaruh transaksi atau peristiwa lain diakui pada saat terjadinya.
Pada organisasi gereja penyelenggaraan pembukuan dilakukan dengan dasar kas
paling tidak dengan dua pertimbangan:
1. Penerapan sederhana karena organisasi mengakui kejadian atau transaksi pada saat
kas berubah.
2. Mudah dimengerti oleh orang yang tidak memiliki latar belang akuntansi.
3. Tetapi dengan semakin meningkatnya kegiatan dan kompleksitas transaksi yang
ada dalam gereja, maka pengunaan basis akrual dapat dipertimbangkan dengan
beberapa keuntungan.
4. Dapat memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu
yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban kas masa
depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa
depan.
5. Dapat menghubungkan secara tepat pendapatan dan biaya.
Kedua basis pencatatan tersebut memiliki masing-masing kelemahan sehingga
diperlukan penyesuaian sesuai karakteristik oragnsasi gereja. Metode tersebut dapat
berupa metode dasar kas yang dimodifikasi. Pencatatan dilakukan dengan dasar kas
namun pada akhir periode dilakukan penyesuaian terhadap transaksi atau perkiraan
tertentu.
F. Sistem Akuntansi Manual
Sistem akuntansi sederhana dengan pendekatan single entry (hanya mencatat
penerimaan dan pengeluaran) sebenarnya sudah cukup memadai untuk memberikan
informasi tentang aktivitas yang dilakukan dalam sebuah organisasi gereja. Namun
seiring perkembangan jemaat, maka untuk berbagai kepentingan internal organisasi
sistem sederhana tersebut jelas tidak memadai lagi. Sistem akuntansi harus teratur,
berstruktur, mudah dijalankan, dan memungkinkan untuk segera mendeteksi
kesalahan kalau hal terebut terjadi. Oleh karena itu, yang penting bukan hanya
hasilnya (laporannya) tetapi sistem, prosedur, dan teknik pemrosesan data yang
akhirnya akan mempengaruhi kualitas dan jenis informasi yang dihasilkan.
1. Perangkat Sistem
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas
pengumpulan dan pengolahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan
keuangan atau iktisar-iktisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para
pemakainya dalam membuat atau mengambil keputusan. Agar laporan keuangan
menyajikan jumlah rupiah yang dapat dipercaya dan sah maka sebelum suatu jumlah
dicatat dalam suatu akun, jumlah tersebut harus diautorisasi atau disahkan oleh
pejabat berwenang untuk itu. Jadi, diperlukan sistem akuntansi yang merupakan
perangkat dan prosedur untuk mengumpulkan dan mencatat data keuangan,
mengorganisasi data, menyimpan data dan menyediakan data untuk penyusunan
laporan keuangan baik untuk pihak ekternal maupun internal.

53
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Seperangkat sistem akuntansi terdiri atas tempat mencatat (buku besar),


perlengkapan (perangkat keras), formulir, dokumen (bukti transaksi), metode dan
prosedur yang saling berkaitan dan membentuk kesatuan sebagai sarana untuk
memproses/mencatat transaksi keuangan suatu entitas.
2. Siklus Akuntansi
Sistem akuntansi manual sederhana paling tidak terdiri atas buku besar, bukti
transaksi dan prosedur sederhana. Sistem akuntansi yang minimal dapat
menghasilkan data untuk penyusunan laporan keuangan umum yang disebut dengan
sistem akuntansi pokok (accounting system proper). Proses penyusunan laporan
keuangan tersebut disusun melaui siklus akuntansi. Siklus akuntansi dapat dibagi
menjadi beberapa pekerjaan yang dilakukan selama periode tertentu antara lain,
penjurnalan transaksi dan pemindahbukuan ke dalam buku besar, serta penyiapan
laporan keuangan pada akhir periode. Untuk menghasilkan laporan keuangan tahapan
siklus akuntansi organisasi gereja dapat digambarkan sebagai berikut:
Bukti Transaksi/pembukuan
Transaksi  SUM Buku Kas Harian
 SUK
 MEMO

Laporan Keuangan Jemaat (LKJ)


 Laporan Neraca/Posisi Keuangan Buku Besar
 Laporan Aktivitas dan
 Laporan Arus Kas Buku Besar Pembantu

Gambar 1. Tahapan Siklus Akuntansi Organisasi Gereja


Berdasarkan Gambar 1, siklus akuntansi dikelompokkan dalam tiga tahap yaitu:
Tabel 1. Siklus Akuntansi
Tahap  Kegiatan pengidentifikasin dan pengukuran dalam bentuk bukti transaksi dan
Pencatatan bukti pembukuan
 Kegiatan pencatat bukti transaksi ke dalam buku harian atau jurnal
 Menmindahkahbukukan (posting) dari jurnal berdasarkan kelompok atau
jenisnya ke dalam akun buku besar
Tahap  Penyusunan neraca saldo (trial balance) berdasarkan akun-akun buku besar
 Pembuatan jurnal penyesuaian
Pengiktisaran
 Penyusunan kertas kerja (worksheet) atau neraca lajur
Tahap  Laporan Neraca/Posisi Keuangan
Pelaporan  Laporan Aktivitas
 Laporan Arus Kas
 Catatan atas Laporan Keuangan

III. METODE PENELITIAN


A. Lokasi Penelitian
54
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Penelitian ini dilakukan pada organisasi gereja yaitu Gereja Toraja. Gereja
Toraja Jemaat Biringkanaya Klasis Makassar dipilih sebagai obyek penelitian.
Pemilihan Jemaat Biringkanaya sebagai obyek penelitian karena jemaat tersebut
adalah jemaat yang memiliki jumlah anggota jemaat yang terbesar dalam lingkungan
Gereja Toraja. Disamping itu dipilih hanya satu jemaat karena pertimbangan
homogenitas lingkungan serta kecenderungan keseragaman sistem pelaporan
keuangan yang digunakan saat ini.
B. Metode Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan melalui observasi yang dilakukan untuk memperoleh
pemahaman yang mendalam terhadap pengolahan data keuangan, prosedur
penyusunan laporan keuangan dan penggunaan sistem akuntansi dalam menghasilkan
laporan keuangan. Data sekunder dikumpulkan untuk memahami masalah yang
dihadapi gereja dalam menghasilkan laporan keuangan. Data sekunder yang
dikumpulkan berupa profil anggota jemaat, laporan keuangan, anggaran dan media
pembukuan yang digunakan dalam menghasilkan laporan.
C. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diproses melalui pengecekan,
penyesuaian serta diidentifikasi dan diklasifikasi berdasarkan ruang lingkup, maksud
dan tujuan studi. Digunakan analisis deskriptif untuk menyusun pengembangan
sistem akuntansi manual berdasarkan karakteristik penyusunan laporan keuangan
pada organisasi gereja.

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Jemaat Biringkanaya adalah salah satu jemaat dalam lingkup Gereja Toraja
Klasis Makassar. Saat ini Gereja Toraja memiliki 74 Klasis, 797 jemaat dan 290
lebih cabang kebaktian yang tersebar dibeberapa propinsi di Pulau Sulawesi,
Kalimantan dan Jawa. Sedangkan dalam lingkup Klasis Makassar terdiri dari 26
jemaat yang tersebar di 6 wilayah kabupaten/kota di Sulawesi Selatan yaitu Kota
Makassar, Kab. Gowa, kab. Takalar, Kab. Jeneponto, Kab. Bantaeng, dan Kab.
Bulukumba. Jumlah anggota jemaat sampai saat ini adalah kurang lebih 6.944 KK
dan 32.398 jiwa yang dilayani oleh 946 orang penatua dan 725 diaken serta 40 orang
pendeta organik jemaat.
Jemaat Biringkanaya adalah jemaat yang memiliki jumlah anggota jemaat
terbesar dari seluruh jemaat Gereja Toraja. Saat ini Jemaat Biringkanaya memiliki
jumlah anggota jemaat kurang lebih 1.500 KK yang menyebar dalam 16 kelompok
pelayanan yang dilayani oleh 198 orang penatua dan syamas serta 5 orang pendeta.
Memiliki 2 buah gereja dan 3 tempat kebaktian serta empat lokasi wilayah
pengembangan gereja.

B. Evaluasi atas Sistem yang Digunakan

55
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Jumlah bendahara dalam lingkup Jemaat Biringkanaya adalah 80 (delapan puluh)


bendahara yang meliputi:
1. Bendahara BPM yang terdiri dari bendahara I dan Bendahara II
2. Bendahara Kelompok 1 s/d 16
3. Bendahara PWGT yang terdiri dari bendahara I, bendahara II dan bendahara
PWGT kelompok
4. Bendahara PPGT jemaat dan PPGT kelompok
5. Bendahara KAR-GT jemaat dan bendahara tempat kebaktian
6. Bendahara Panitia Pembangunan dan Pengadaan Tanah
7. Bendahara Paduan Suara
8. Bendahara Panitia Paska/HUT dan Panitia Natal
Adapun sistem dan prosedur pelaporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Masing-masing berdahara menyusun laporan keuangan setiap bulan dan
dilaporkan kepada Badan Pekerja Majelis (BPM) Jemaat
2. Sebelum laporan keuangan tersebut disampaikan kepada BPM, laporan keuangan
tersebut diverifikasi oleh Badan Verifikasi Jemaat (BVJ).
3. Hasil verifikasi dilaporakan oleh BVJ pada setiap persidangan jemaat
4. Laporan keuangan yang telah diverifikasi disampaikan oleh masing-masing
pengurus badan/kelompok/panitia/kategorial pada persidangan jemaat.
Untuk jelasnya prosedur pelaporan keuangan dapat digambarkan sebagai berikut:

BENDAHARA:  PERSIDANGAN
- Jemaat LAPORAN
Menyajikan  BPM
- Kel. 1-16 KEUANGAN
 WARGA JEMAAT
- Pembangunan
- Kel. Kateorial
- Panitia Insidentil (1)
(2) Menyajikan (4)

LAPORAN LAPORAN
VERIFIKASI KEUANGAN
AUDITAN

Verifikasi/Audit (3)
Menyusun

BADAN VERIFIKASI JEMAAT

Gambar 2. Prosedur Pelaporan Keuangan

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap sistem yang digunakan oleh organisasi


Gereja Toraja, maka beberapa kelemahan sistem yang menyebabkan pengelolaan
56
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

keuangan menjadi tidak efektif dan efisien dan mengakibatkan pelaporan keuangan
yang dihasilkan kurang memadai adalah:
1. Bendahara sebagai chief financial officer yang ditunjuk tidak memiliki
keahlian/kecakapan tentang keuangan. Tugas-tugas bendahara selain mengelolah
uang sesuai anggaran juga biasanya diberi tanggung jawab untuk
menyelenggarakan pencatatan termasuk menangani pengawasan keuangan,
menyusun dan mengevaluasi anggaran. Laporan yang dihasilkan bendaharan
dirancang sesuai pengetahuan yang dimiliki karena tidak adanya standar
pelaporan.
2. Penyusunan program kerja Gereja telah disusun berdasarkan konsep manajemen
strategik yang baik. Namun implementasi program belum berjalan dengan baik,
karena tidak disukung oleh sistem yang memadai.
3. Penyusunan anggaran tidak didasarkan program kerja yang telah disusun sehingga
menyulitkan dalam pelaksanaan program. Kesalahan perhitungan pada saat
perencanaan anggaran pada akhirnya menjadi beban kepada jemaat.
4. Mekanisme pengawasan dan pemeriksaan belum berjalan dengan baik. Kalau
dalam sebuah perusahaan tugas ini biasanya dilaksanakan oleh auditor internal
maka mekanisme pengawasan dan pemeriksaan dalam sebuah gereja biasanya
dilakukan oleh sebuah badan atau komisi yang bertugas untuk melaksanakan
verifikasi, pengawasan dan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan dan
pengelolaan harta milik gereja. Namun badan atau komisi tersebut tidak
seluruhnya memiliki keahlian/kecakapan tentang keuangan. Prosedur pengawasan
dan pemeriksaan sering dipahami sebagai proses untuk “mencari-cari” kesalahan.
Tidak adanya manual prosedur pengawasan dan pemeriksaan sebagai pedoman
kerja badan/komisi verifikasi mengakibatkan mengakibatkan pengawasan dan
pemeriksaan yang dilakukan tidak berjalan dengan baik.
5. Tidak adanya sistem akuntansi keuangan gereja yang tersdardisasi. Catatan-catatan
peristiwa keuangan yang tidak jelas. Tidak adanya prosedur penerimaan dan
pengeluaran uang. Tidak ada bukti penerimaan dan pengeluaran yang jelas
(kwitansi, nota, perintah bayar, voucher, dan lain-lain). Sistem akuntansi
seharusnya dirancang berdasarkan struktur pengendalian internal yang memadai
untuk menjamin bahwa asset jemaat dimanfaatkan dan dipertangungjawabkan
dengan baik. Sistem akuntasi dimaksudkan untuk mengidentifikasi, menganalisa,
dan menyajikan statement keuangan jemaat guna pertanggujawaban aktivitas
keuangan dan sumber informasi bagi pengambilan keputusan. Tidak memadainya
sistem akuntansi yang ada dapat menyebabkan:
a. Laporan keuangan bulanan maupun tahunan dibuat berdasarkan kemampuan
masing-masing bendahara, sehingga sulit menyajikan laporan keuangan kemaat
secara berkala.
b. Sebagian besar pengeluaran tidak didukung dengan bukti pendukung yang
memadai. Pengambilan dana dari bendahara (kwitansi) dianggap sebagai bukti
pertanggunjawaban.
57
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

c. Laporan harta/asset dan inventaris gereja belum lengkap sehingga tidak


memungkinkan untuk melaporkan jumlah asset dan inventaris secara lengkap.
C. Rancangan Sistem Akuntansi Keuangan Gereja Toraja Jemaat Biringkanaya
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
jemaat Biringkanaya tersebut diatas, maka diperlukan pengembangan sistem yang
memungkinkan sistem akuntansi yang akan diaplikasikan dapat digunakan untuk
mengumpulkan dan mencatat data keuangan, mengorganisasi data, menyimpan data
dan untuk menyusun berbagai laporan keuangan yang dibutuhkan. Adapun perangkat
tersebut adalah:
1. Bukti Pembukuan
Bukti pembukuan merupakan dasar utama untuk memasukkan suatu transaksi ke
dalam sistem akuntansi. Seperti, Slip Uang Masuk dan Slip Uang Keluar.
Rancangan bukti pembukaan dapat dilihat pada lampiran 1
2. Penyusunan Daftar Akun (chart of accounts).
Daftar akun akan memudahkan untuk melakukan analisis transaksi untuk
menetukan akun yang terpengaruh oleh suatu transaksi. Daftar akun disusun
berdasarkan subklasifikasi dan kelompok sesuai dengan cara penyajian laporan
keuangan. Berdasarkan karakteristik organisasi gereja akun-akun dikelompokkan
menjadi kelompok akun neraca atau posisi keuangan dan lapoan aktivitas. Setiap
akun diberi koda atau nomor akun dengan sistem tertentu untuk memudahkan
mengenali akun.
Rancangan Daftar Akun dapat dilihat pada lampiran 2.
3. Pengembangan Buku Jurnal
Sebelum transaksi dipindahkan ke dalam buku besar maka transaksi di catat
dahulu dalam suatu catatan secara kronologis sesuai dengan tanggal terjadinya.
4. Format Laporan Keuangan
Secara konseptual tuntutan akuntabilitas, yang dalam hal ini pertanggungjawaban
keuangan terhadap segala aktivitas pada organisasi gereja dapat berpedoman
kepada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tentang pelaporan
keuangan organisasi nirlaba yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI). PSAK No.45 mengatur tentang perlakuan akuntansi organisasi nirlaba.
Berdasarkan PSAK No.45 laporan keuangan yang dihasilkan dapat berupa laporan
posisi keuangan, laporan aktivitas dan laporan arus kas.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Gereja membutuhkan dana atau uang. Uang adalah sumber yang penting.
Dengan uang Tuhan memperlengkapi gereja untuk melaksanakan pelayanan. Untum
menggunakannya secara tepat, gereja membutuhkan sistem manajemen keuangan
yang baik. Sistem manajemen yang baik harus didukung dengan sistem akuntansi
yang baik pula. Dengan sistem akuntansi tersebut maka organisasi gereja dalam
meningkatkan tingkat pengendalian internal dalam memanfaatkan potensi jemaat
58
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

dalam pelayanan. Dengan desain sistem ini diharapkan Gereja Toraja khususnya
Jemaat Biringkanaya dapat menyajikan laporan keuangan yang lengkap dan
terintegrasi serta dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan yang
baik.
B. Saran
Untuk mengaplikasikan sistem akuntansi ini diharapkan organisasi gereja
khususnya pada Gereja Toraja Jemaat Biringkanaya mempersiapkan beberapa hal
antara lain:
1. Bersedia menerima perubahan-perubahan yang mengarah pada perbaikan
manajemen keuangan organisasi gereja.
2. Mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana yang memungkinkan sistem dapat
diaplikasikan dengan baik.
3. Menerapkan secara konsisten dan terus-menerus dan kalau perlu melalukan
pengembangan sistem ke arah komputerisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 1993. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kedua. Badan Penerbit FE
UGM. Yogyakarta
Bastian, Indra. 2007. Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik. Penerbit Erlangga.
Jakarta
Darmaputra, Eka. 1995. Etika Sederhana untuk Semua: Bisnis, Ekonomi, dan
Penatalayanan. Gunung Mulia. Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat,
Jakarta
Nainggolan, Pahala. 2005. Akuntansi Keuangan Yayasan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Para‟pak Jonatan. Paradigma Baru Manajemen Gerejawi. http://www.gerejatoraja
.com/ssaxxii.1.html diakses tanggal 27 Februari 2010
Pogo Sthepen. Manajemen Gereja Yang Sehat http://www.gpdiworld.us/node/419,
diakses tanggal 27 Februari 2010
Walz, Edgar. 2002. Bagaimana Mengelolah Gereja Anda?:Pedoman bagi Pendeta
dan Pengurus Awam. Terjemahan oleh S.M. Siahaan. Gunung Mulia. Jakarta
Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar: Proses Penciptaan Data Pendekatan
Sistem. BPFE Yogyakarta
___________. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan keuangan. BPFE
Yogyakarta
Gerejaberswasembada.indonesian.globalreach.org/indonesian/images/S4241ID_L05
.pdf diakses tangga 27 Februari 2010

ANALISIS SIMULASI FUZZY LOGIC STABILIZER


TERHADAP STEADY STATE STABILITY
PADA SISTEM INTERKONEKSI SULAWESI SELATAN
59
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Syahir Mahmud6

ABSTRACT
The important factor that affecting machine artificial intelligent is the use of
soft computing in duplicating human brain which is works nicely for logical
reasoning rather than excat decision and mathematics calculation. Fuzzy logic
is one of soft computing tool, commonly used by engineer in the last years. The
implementation of fuzzy system has been replaced many convensional
technology not only in term of science but also in practical technics such as in
the area of control, pattern recognition, image processing, quantitative
analyzing, planning, prediction, smart robottics and software development. In
this research, a power system stabilizer has been developed based on fuzzy
logic concept. The stabilizer could improve system stability especially in steady
state condition. Result of the research shows that Fuzzy Logic Power System
Stabilizer (FLPSS) works more optimal than convensional stabilizer when it is
applied in the south Sulawesi interconneted system.
Keywords: fuzzy logic, stabilizer, interconneted system

I. PENDAHULUAN
Interkoneksi dibutuhkan karena sebagai bagian daripada penyaluran daya,
saluran transmisi juga berfungsi sebagai pool power plants dan load centre.
Interkoneksi saluran transmisi tersebut menguntungkan bila dipandang dari sisi
diversity of loads, ketersediaan daya terpasang pada pusat pembangkit dan biaya
bahan bakar bila ingin dicapai pembangkitan daya listrik dengan biaya minimum.
Namun demikian kemampuan kerja sistem interkoneksi mempunyai keterbatasan.
Terdapat beberapa faktor yang merupakan batasan kerja sistem interkoneksi,
diantaranya dikenal dengan sebutan power system stability atau stabilitas sistem
tenaga. Stabilitas sistem tenaga adalah sifat sistem tenaga yang memungkinkan sistem
tersebut bergerak serempak untuk memberikan reaksinya ketika terjadi gangguan
serta dapat kembali bekerja seperti keadaan semula pada saat gangguan telah hilang
atau sistem kembali normal.
Penelitian ini akan mengamati keadaan osilasi elektromekanik pada kondisi
dinamik generator yang terinterkoneksi ketika terjadi disturbansi kecil. Sinyal
ketidakstabilan akibat disturbansi tersebut merupakan osilasi yang mempengaruhi
mesin tunggal (single machine–local modes) ataupun juga pada beberapa mesin
(group of machines–interarea modes). Osilasi sistem dimaksud merupakan masalah
yang mendapat perhatian serius para peneliti dan praktisi pada beberapa dekade
terakhir.

6
Dosen DPK Kopertis Wil. IX Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya
Makassar
60
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Peralatan-peralatan kontrol berdasarkan teori klasik maupun modern telah


dikembangkan berupa rancangan sinyal kontrol tambahan untuk meningkatkan
redaman sistem. Pada penelitian ini dilakukan studi analisis simulasi komputer
terhadap power system stabilizer baik bagi local-modes maupun inter-area modes
yang dikembangkan berdasarkan fuzzy logic theory.
Pada akhir penelitian dibuat perbandingan antara sistem kontrol yang
dikembangkan berdasarkan fuzzy logic dengan sistem kontrol yang telah ada sehingga
nampak potensi sistem kontrol yang diusulkan yaitu fuzzy logic power system
stabilizer atau FLPSS dengan test system pada sistem interkoneksi SulSel. Dengan
demikian maka diajukan judul Analisis Simulasi Fuzzy Logic Stabilizer Terhadap
Steady State Stability Pada Sistem Interkoneksi Sulawesi Selatan.
Peralatan kontrol berdasarkan teori klasik maupun modern telah dikembangkan
untuk merancang sinyal kontrol demi peningkatan redaman sistem pada saat terjadi
osilasi akibat disturbansi kecil. Pengontrolan berdasarkan fuzzy logic berpotensi
meningkatkan efektifitas kerja sistem kontrol redaman. Penelitian ini hendak
menggali potensi dimaksud dan memanfaatkannya sebagai pengontrol redaman
sistem tenaga yang sebut sebagai fuzzy logic power system stabilizer atau FLPSS.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana membuat design fuzzy logic power system stabilizer atau FLPSS ?
2. Bagaimana melakukan simulasi dan analisis untuk mengamati potensi yang
terdapat pada fuzzy logic power system stabilizer atau FLPSS dimaksud ?
Sebuah studi simulasi pada sistem interkoneksi Sulawesi Selatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS


A. Stabilitas Sistem Tenaga
Masalah stabilitas suatu sistem tenaga terkait dengan perilaku mesin sinkron
setelah terjadi suatu gangguan atau kondisi abnormal sistem yang secara umum
terbagi atas tiga kategori yaitu steady state stability atau stabilitas keadaan tunak,
dynamic stability atau stabilitas dinamik dan transient stability atau stabilitas
transient.
Stabilitas keadaan tunak merupakan kemampuan dari sistem tenaga untuk
memberikan respons akibat pertambahan beban secara bertahap. Sedangkan stabilitas
dinamik merupakan kemampuan sistem memberikan respons akibat gangguan kecil
pada sistem yang menimbulkan osilasi. Jika osilasi tersebut terjadi terus menerus
namun dengan amplituda yang semakin lama semakin kecil maka stabilitas sistem
tenaga tersebut tergolong dynamically stable. Akan tetapi jika osilasi yang terjadi
semakin lama semakin besar amplitudanya maka stabilitas sistem tenaga tersebut
dinamakan dynamically unstable. Sumber masalah ketidakstabilan seperti ini
biasanya akibat interaksi antara sistem kontrol. Kategori kestabilan yang terakhir
adalah stabilitas transient yang mencakup respons sistem terhadap large disturbance

61
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

atau perubahan/osilasi yang besar akibat perubahan pada kecepatan rotor, sudut daya
dan transfer energi.
Analisis kestabilan keadaan tunak dan dinamik mempunyai ruang lingkup yang
tidak luas, hanya mencakup satu atau beberapa mesin saja. Sedangkan stabilitas
transient lebih umum ditelaah. Permasalahan stabilitas transient lebih lanjut dapat
dibagi menjadi dua golongan yaitu kestabilan ayunan pertama atau first-swing dan
kestabilan ayunan majemuk atau multi-swing. Kestabilan ayunan pertama didasarkan
pada model generator sederhana tanpa memasukkan sistem pengaturannya dan
periode waktu yang diselidiki adalah detik pertama setelah timbulnya gangguan. Bila
mesin pada sistem tetap berada pada keadaan serempak sebelum berakhirnya detik
pertama, maka dikatakan bahwa sistem tersebut stabil. Kestabilan ayunan majemuk
mencakup periode waktu analisis/telaah yang lebih lama dan karenanya harus
mempertimbangkan juga pengaruh sistem pengaturan generator terhadap perilaku
mesin di dalam periode waktu pengamatan tersebut.
B. Metode-Metode Kontrol Redaman
Pada bagian ini diperkenalkan secara ringkas kelebihan dan kekurangan
beberapa metode pengontrolan yang secara umum terbagi atas kontrol redaman
konvensional dan kontrol redaman modern.
1. Kontrol Redaman Konvensional
Lead-lag kontroler ataupun PID kontroler merupakan kontroler yang
dikembangkan berdasarkan teori kontrol konvensional seperti phase and gain margin,
root locus. Dalam aplikasinya, kontroler-kontroler tersebut dapat didesain off-line dan
telah dipergunakan pada tiga dekade terakhir sampai saat ini.
Metode phase and gain margin digunakan untuk mendesain kontroler yang
dapat menjaga kestabilan pada sistem tenaga dengan cara menentukan nilai phase and
gain tertentu sebagai acuan. Metode ini dapat digunakan untuk menjaga kestabilan
relatif sistem lup tertutup dari respon frekwensi sistem lup terbuka. Fungsi kontroler
adalah untuk mengatur kompensasi phase and gain sedangkan fungsi lead-lag adalah
untuk mendapatkan margin yang diharapkan. Namun demikian metode ini
mempunyai keterbatasan yaitu pada kondisi jika digunakan bersamaan pada local-
modes dan interarea-modes dimana diperlukan penetapan nilai phase and gain
margin melalui metode trial and error.
2. Kontrol Redaman Modern
Pengontrolan yang didasarkan pada teori modern diantaranya adalah Optimal
Controller, Adaptive Controller dan Pole Placement Controller. Uraian berikut
mengulas secara ringkas teori-teori modern.
3. Teori Kontrol Optimal
Tujuan utama kontrol optimal adalah untuk meminimalisir fungsi performans
indeks. Pada sistem non-linear fungsi performans indeks dinyatakan dalam state-
space equation atau persamaan ruang keadaan sebagai variabel linear seperti berikut:

62
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011


J
1
20 
x T Qx  u T Ru .dt (1)

u  Kx  -R -1B T Px (2)

dimana Q dan R adalah matriks pembobotan, K adalah feedback gain dan P adalah
solusi dari matriks linear Riccati berikut ini AT + PA – PBR-1BTP + Q = 0.
Terdapat kesulitan-kesulitan dalam menentukan feedback gain diantaranya adalah
pada sistem tenaga yang besar tahapan perhitungan agar tercapai solusi yang optimal
menjadi semakin kompleks karena itu diperlukan teknik iterasi.
4. Teori Kontrol Adaptif
Kontroler yang parameternya dapat berubah sesuai performansi yang
diharapkan pada saat kondisi operasi berubah merupakan kontrol adaptif. Keadaan ini
tidak memerlukan model matematika eksak. Self tuning controller yaitu sebuah
kontrol adaptif digital yang dapat digunakan untuk merubah parameter-parameter
secara kontinyu berdasarkan kondisi real-time dipergunakan sebagai alat evaluasi.
Oleh karena itu peralatan kontrol tersebut memiliki kemampuan untuk menyelidiki
kondisi operasi dan menyesuaikan koefisien-koefisiennya agar tercapai performans
yang diharapkan. Hal ini menyebabkan aplikasi peralatan kontrol tersebut menjadi
sangat sulit, lagipula sejumlah variabel/parameter yang hendak dikomunikasikan
sepanjang jarak transmisi memerlukan waktu rambatan.
5. Fuzzy Logic Controller
Teori himpunan Fuzzy merupakan konsep matematika yang dicetuskan oleh
Prof. Lotfi L. Zadeh pada tahun 1965 yang telah membantu hubungan antara manusia
dan komputer. Sub-bab ini mengulas konsep dasar teori himpunan Fuzzy yang
mendasari design dan perhitungan Fuzzy Controller.
6. Definisi Himpunan Fuzzy
Andaikan U merupakan sekumpulan obyek yang secara umum ditulis {u}, baik
diskrit maupun kontinyu, maka U disebut semesta pembicaraan dan u
merepresentasikan anggota atau elemen dari himpunan U.
Sebuah himpunan Fuzzy F dalam semesta pembicaraan U didefinisikan oleh
fungsi keanggotaan F dengan tingkat keanggotaan pada interval [0 1]. Himpunan
Fuzzy dapat dilihat sebagai generalisasi dari konsep himpunan klasik atau crisp yang
fungsi keanggotaannya mempunyai dua nilai {0,1}. Dengan demikian himpunan
Fuzzy tersebut dapat direpresentasikan sebagai pasangan anggota atau elemen u
dengan derajat keanggotaannya. Himpunan Fuzzy F ditulis sebagai berikut F =
{(u,F(u))│u  U}.
7. Operasi Matematika Himpunan Fuzzy
Misalkan A dan B adalah himpunan Fuzzy dalam semesta pembicaraan U
dengan fungsi keanggotaan μA dan μB masing-masingnya. Operasi himpunan union
atau gabungan, intersection atau irisan dan complement atau komplemen, cartesian-
product dan Fuzzy-relation dari himpunan Fuzzy didefinisikan sebagai berikut:
63
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

1. Union : μAUB (u) = max {μA(u), μB(u)}.


2. Intersection : μA∩B (u) = min {μA(u), μB(u)}.
3. Complement : μA (u) = 1 - μA (u)
4. Cartesian product : μA1...An (u1, u2,...un) = min {μA1(u1)...μAn(un)}
5. Fuzzy relation :
RU1...Un = {((u1,...un), μR(u1,...un)) │(u1,...un )  U1…Un}.
8. Operator Fuzzifikasi dan deFuzzifikasi
Operator Fuzzifikasi bekerja untuk mentransformasikan data crisp menjadi
himpunan Fuzzy, dalam bentuk x = fuzzifier(x0), dimana x0 merupakan input crisp, x
merupakan himpunan fuzzy dan fuzzifier adalah operator Fuzzifikasi.
Operator deFuzzifikasi bekerja berlawanan dengan operator Fuzzifikasi, dalam
bentuk z0 = defuzzifier(z), dimana z0 adalah output control non-fuzzy, dan defuzzifier
adalah operator deFuzzifikasi.
9. Aturan IF-THEN Fuzzy dan Fuzzy Control Rules
Pada Fuzzy Logic Controller atau FLC, kondisi dinamik sistem Fuzzy
ditentukan oleh deskripsi beberapa variabel linguistik berdasarkan pengetahuan yang
berbentuk:
IF (a set of conditions is satisfied) THEN (a set of consequences can be inferred).
Nampak bahwa „condition‟ dan „consequence‟ dari IF-THEN berasosiasi dengan
konsep Fuzzy maka disebut Fuzzy Conditional Statement. Pada kondisi ini, Fuzzy
Control Rules merupakan Fuzzy Conditional Statement yang mana „condition’
adalah kondisi pada domain aplikasi dan consequence adalah aksi pengontrolan
sistem. Pada prinsipnya, Fuzzy Control Rules menyediakan cara yang sesuai untuk
mengekspresikan keputusan pengontrolan dalam domain pengetahuan. Dengan
demikian, nampak bahwa beberapa variabel linguistik dapat pula berperan sebagai
„condition‟ dan „consequence‟.

III. METODE PENELITIAN


Kegiatan penelitian dibagi dalam beberapa tahap yaitu 1) rancangan penelitian,
2) pengumpulan data sekunder, 3) pembuat design fuzzy logic power system stabilizer
atau FLPSS, 4) serta analisis simulasi dan evaluasi.
A. Rancangan Penelitian
Adapun metode dan strategi rancangan yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan penelitian adalah dengan melakukan tinjauan pustaka yang tepat dan
mendalam, merancang pemodelan fuzzy logic power system stabilizer atau FLPSS
kemudian menerapkannya dalam simulasi komputer pada sistem interkoneksi
Sulawesi Selatan.
Konsep dasar FLPSS merupakan konsep dasar sebuah controller seperti dapat
dilihat pada gambar berikut yang terdiri dari fuzzification interface, knowledge base,
decision making logic dan defuzzification inference.

64
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Crisp Process Crisp Control


State Values Output Values

Normalisasi deNormalisasi

Fuzzifikasi Inference deFuzzifikasi


Engine

Database

Aliran Komputasi Rule Base


Transisi Symbolic to Meaning Symbolic Representation
Aliran Informasi

Gambar 1. Konsep Dasar Fuzzy Logic Controller


Fuzzification interface terdiri dari fungsi-fungsi yang melakukan:
1. Pengukuran nilai dari variabel input.
2. Pemetaan berskala atau mapping yang mentransfer seluruh nilai dari variabel input
ke dalam semesta pembicaraan yang sesuai.
3. Fuzzifikasi yaitu perubahan nilai crisp data input ke dalam variabel linguistik yang
sesuai agar terdefinisi sebagai himpunan fuzzy.
Knowledge base terdiri dari fungsi-fungsi yang merupakan:
1. Database yang menyediakan definisi yang dibutuhkan untuk mendefinisikan
aturan linguistik dan manipulasi data fuzzy dalam fuzzy logic controller.
2. Aturan dasar yang merupakan karakteristik tujuan pengontrolan dan keputusan
dari domain pengetahuan.
Decision making logic merupakan bagian terpenting dari fuzzy logic controller yang
berkemampuan mengambil keputusan seperti manusia berdasarkan konsep fuzzy,
yang merupakan implikasi dari aturan-aturan fuzzy.
Defuzzification inference yang terdiri dari fungsi-fungsi yang melakukan:
1. Pemetaan berskala atau mapping yang mentransfer seluruh nilai dari variabel
output ke dalam semesta pembicaraan yang sesuai.
2. Defuzzifikasi yaitu merupakan pencapaian aksi kontrol non-fuzzy berdasarkan
aksi kontrol fuzzy hasil inferensi.
65
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

B. Pembuatan Design FLPSS


Pembuatan design terlihat seperti pada diagram berikut ini yang mana terdiri
dari Normalisasi, Fuzzifikasi, FLPSS Database, deFuzzifikasi dan deNormalisasi.
d 

Normalisasi

Fuzzifikasi

FLPSS Database

deFuzzifikasi

deNormalisasi

Upss
Gambar 2. Diagram Tahapan Design FLPSS
Dalam hal ini sinyal input merupakan akselerasi electric-power yaitu berupa: 1)
deviasi kecepatan rotor ∆ω, serta 2) perubahan deviasi kecepatan rotor d∆ω.
Sedangkan sinyal kontrol output UPSS merupakan sinyal redaman yang akan dikirim
ke Voltage Reference Summing Junction seperti pada gambar berikut.
Vt
_ Exciter
Vref Efd
 KA
+
_


UPSS
FLPSS
d
Gambar 3. Blok diagram Exciter dan FLPSS
Deviasi kecepatan rotor ∆ω, diklasifikasikan sebagai { negative big (w_nb); negative
medium (w_nm); negative small (w_ns); zero (w_z); positive small (w_ps); positive
medium (w_pm); positive big (w_pb) }. Sedangkan perubahan deviasi kecepatan
rotor d∆ω, menjadi { negative big (dw_nb); negative medium (dw_nm); negative
small (dw_ns); zero (dw_z); positive small (dw_ps); positive medium (dw_pm);
positive big (dw_pb) }. Sehingga output fuzzy controller diklasifikasikan menurut {
66
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

negative big (u_nb); negative medium (u_nm); negative small (u_ns); zero (u_z);
positive small (u_ps); positive medium (u_pm); positive big (u_pb) }.
Tabel 1. Rules Base Yang didesain
Deviasi Perubahan deviasi kecepatan rotor d∆ω
kecepatan
rotor ∆ω dw_nb dw_nm dw_ns dw_z dw_ps dw_pm dw_pb
w_nb u_nb u_nb u_nb u_nb u_nm u_ps u_z
w_nm u_nb u_nm u_nm u_nm u_ns u_z u_ps
w_ns u_nb u_nm u_ns u_ns u_z u_ps u_pm
w_z u_nb u_nm u_ns u_z u_ps u_pm u_pb
w_ps u_nm u_ns u_z u_ps u_ps u_pm u_pb
w_pm u_ns u_z u_ps u_pm u_pm u_pb u_pb
w_pb u_z u_ps u_pm u_pb u_pb u_pb u_pb

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Fuzzy Logic Dalam MATLAB 7.0
Memulai fuzzy dalam Matlab sangat mudah yaitu hanya dengan mengetik fuzzy
pada command window:
>> fuzzy
Maka akan muncul pada layar monitor editor sebagai berikut ini:

Gambar 4. FIS Editor Dengan Satu Input – Satu Output


Sebagaimana telah di-design, pembangunan sistem fuzzy menggunakan dua input
yaitu kecepatan rotor ω dan perubahan kecepatran dω, dengan satu output signal yang
akan diumpankan ke summing junction sebagai feedback yang kemudian diteruskan
sebagai input exciter. Dengan menggunakan fuzzy rules (tabel 1), dibuat membership
function sebagaimana tampak pada gambar berikut ini:

67
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Gambar 5. Fuzzy Membership Function


B. Pengujian Pada Sistem Tenaga Listrik
Single line diagram sistem tenaga listrik dengan empat mesin buah seperti
terlihat pada gambar 24, digunakan sebagai test system. Sistem tenaga listrik tersebut
merupakan bagian dari sistem tenaga listrik SulSel yang mana telah disederhanakan
dengan memperhitungkan bus pembangkit yaitu Bakaru 126 MW, Sengkang 135
MW, Suppa 80,4 MW dan Tello 180 MW, secara khusus untuk kebutuhan analisis
simulasi kestabilan transient.
1 2 3 4 5 6

G1 G2

T1 T2
7 T3

8 G3

G4
9
T4

Gambar 6. Single line Test System


Tabel 2. Data Generator dan Transformer
No Nama Bus Generator Transformer Load
1 Sengkang 135 MW, 11,5 kV, 210 MVA, 11,5/150 30 MVA
Xd" = 0,17417 pu kV, X = 0,16929 %
2 Soppeng 40 MVA
3 Sidrap 20 MVA
4 Pare-pare 16 MVA
5 Pinrang 21 MVA
6 Bakaru 126 MW, 11 kV, 130 MVA, 11/150 kV, 20 MVA
Xd" =0,24 pu X = 0,16833%
7 Suppa 80,4 MW, 11 kV, 90 MVA, 11/150 kV,
Xd" =1,9679 pu X = 0,275%
8 Pangkep 93 MVA
9 Tello 180 MW, 11 kV, 243 MVA, 11/150 kV, 133 MVA
Xd" =1,4125 pu X = 0,625%
Sumber: PT. PLN (Persero) WIL. SULSEL & SULTRA AP2B Sistem SULSEL
68
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Tabel 3. Data Impedansi Saluran Transmisi


Line Panjang Total Impedansi (Ohm)
No Dari Ke (km) R XL Y/2
1 Sengkang Soppeng 35.4 2.369 14.253 0.00004
2 Soppeng Sidrap 53.8 6.348 22.809 0.00004
3 Sidrap Pare-pare 19.1 2.254 8.097 0.00001
4 Pare-pare Pinrang 26.4 3.123 11.192 0.00003
5 Pinrang Bakaru 58.5 6.921 24.802 0.00004
6 Pare-pare Suppa 7.5 0.885 3.180 0.00000
7 Pare-pare Pangkep 90 10.647 38.155 0.00010
8 Pangkep Tello 45.3 5.359 19.205 0.00005

Sumber: PT. PLN (Persero) WIL. SULSEL & SULTRA AP2B Sistem SULSEL
C. Pengujian Pada Single-Generator
Pengujian dilakukan dengan membuat simulasi pada beberapa kondisi yang berbeda.
Asumsi yang digunakan adalah bahwa daya masukan konstan selama simulasi
dilakukan dan sudut mekanik rotor setiap mesin sinkron bertepatan dengan sudut
tegangan.
1. Kondisi Operasi Nominal
Fuzzy Logic Controller diaplikasikan pada pembangkit generator pada P= 0.7 pu.
dan Q=-0.1 pu. Sebuah disturbansi berupa penambahan kecepatan generator
sebesar 0.5%. Hasilnya tampak pada gambar berikut:

Gambar 7. Respons Dinamik ωpada 0.5% penambahan kecepatan rotor


(P= 0.7 pu and Q=-0.1 pu)
2. Kondisi Operasi Berbeban Heavy-Loading
Fuzzy Logic Controller diaplikasikan pada pembangkit generator pada P= 1.2 pu.
dan Q=0.0 pu. Sebuah disturbansi berupa penambahan kecepatan generator
sebesar 0.5%. Hasilnya tampak pada gambar berikut:

69
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Gambar 8. Respons Dinamik ωpada 0.5% penambahan kecepatan rotor


(P= 1.2 pu and Q=0.0 pu)
3. Kondisi Operasi Berbeban Light-Loading
Fuzzy Logic Controller diaplikasikan pada pembangkit generator pada P= 0.2 pu.
dan Q=0.0 pu. Sebuah disturbansi berupa penambahan kecepatan generator
sebesar 0.5%. Hasilnya tampak pada gambar berikut:

Gambar 9. Respons Dinamik ωpada 0.5% penambahan kecepatan rotor


(P= 1.2 pu and Q=0.0 pu)
D. Pengujian Pada Sistem Interkoneksi
Pengamatan osilasi akibat disturbansi pada simulasi ini dibatasi pada bus Sengkang,
bus Bakaru dan bus Tello, karena ketiga bus tersebut merupakan bus pembangkit atau
bus generator dengan kapasitas daya pembangkitan yang besar.
1. Kondisi Disturbansi 5% Penambahan Kecepatan Rotor pada Bus Sengkang

Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12.


Respons Pada Bus Sengkang Respons Pada Bus Bakaru Respons Pada Bus Tello

70
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

2. Kondisi Disturbansi 5% Penambahan Kecepatan Rotor pada Bus Bakaru

Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15.


Respons Pada Bus Bakaru Respons Pada Bus Sengkang Respons Pada Bus Tello
3. Kondisi Disturbansi 5% Penambahan Kecepatan Rotor pada Bus Tello

Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18.


Respons Pada Bus Tello Respons Pada Bus Sengkang Respons Pada Bus Bakaru

V. PENUTUP
A. Kesimpulanan
Kesimpulan yang bisa dihasilkan atas hasil analisis data dan pembahasan
sebelumnya adalah sebagai berilkut:
1. Sebuah stabilizer berdasarkan fuzzy logic theory telah berhasil dirancang yaitu
fuzzy logic power system stabilizer (FLPSS).
2. FLPSS tersebut merupakan kontroler yang dapat berfungsi untuk meredam osilasi
elektromekanik akibat disturbansi kecil pada sistem, misal perubahan kecepatan
rotor generator.
3. Tampak pada kurva-kurva hasil simulasi bahwa fuzzy logic power system
stabilizer dapat bekerja optimal yang tergambar dengan osilasi yang dapat diredam
oleh FLPSS. Dengan demikian FLPSS dapat menjaga sistem agar tetap stabil pada
kondisi steady state (steady state stability).
4. Melalui simulasi diketahui bahwa fuzzy logic power system stabilizer (FLPSS)
dapat diaplikasikan pada sistem interkoneksi Sulawesi Selatan.

71
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

B. Saran
1. Studi simulasi ini dapat dilakukan lebih luas dengan memperhitungkan seluruh
komponen sistem tenaga listrik Sulawesi Selatan secara lengkap serta dapat pula
memperhitungkan pertumbuhan sistem.
2. Penelitian selanjutnya dapat menggali lebih dalam pada jenis stabilitas lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Francis H. Raven, 1995. Automatic Control Engineering. Penerbit McGraw-Hill
International Edition, Singapore.
Imam Robandi, 2006. Desain Sistem Tenaga Modern, Optimisasi, Logika Fuzzy &
Algoritma Genetika. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Katsuhiko Ogata, 1985, alih bahasa Ir. Edi Laksono. Teknik Kontrol Automatik
(Sistem Pengaturan). Jilid 1, Penerbit ERLANGGA.
Katsuhiko Ogata, 1985, alih bahasa Ir. Edi Laksono. Teknik Kontrol Automatik
(Sistem Pengaturan). Jilid 2, Penerbit ERLANGGA.
Lanny W. Pandjaitan, 2007. Dasar-Dasar Komputasi Cerdas. Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
Michael I. Callanan, 2005. Electrical Systems. Penerbit American Technical
Publisher, Inc. USA.
Muhammad Arhami, 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Muhammad Arhami & Anita Desiani, 2005. Pemrograman MATLAB. Penerbit
ANDI, Yogyakarta.
Robert H. Miller dan James H. Malinowski, 1994. Power System Operation. Penerbit
McGraw-Hill Co. Singapore.
Stanley M. Shinners, 1998. Advanced Modern Control System Theory and Design.
Penerbit John Wiley & Sons, Inc.USA.
William D. Stanley, 2005. Technical Analysis and Applications with MATLAB.
Penerbit Thomson Learning, Inc. Canada.
William D. Stevenson, Jr., 1990, alih bahasa Ir. Kamal Idris. Analisis Sistem Tenaga
Listrik. Penerbit ERLANGGA.
Zuhal, 1988. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Penerbit PT.
Gramedia, Jakarta.

72
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

Format Gaya Selingkung dan Spesifikasi Penulisan Artikel Ilmiah


Untuk Jurnal Pembangunan Wilayah dan Masyarakat

Umum:
1. Kertas : HVS kwarto (21.5 x 28,5 cm)
2. Margin : Kiri 4 cm
Atas, bawah dan kanan 3 cm
3. Huruf : Times New Roman, 12 pt, hitam, 2 spasi
4. No. hlm : Kanan bawah
5. Format : Microsoft Word 2003
6. Bahasa : Abstrak dan isi menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.
Istilah/kata dalam bahasa asing/daerah yang disisipkan dalam kalimat
harus dicetak miring.
7. Sistematika : Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka/Kerangka Teori; Metode; Hasil
dan Pembahasan; Kesimpulan.

Isi Artikel/Naskah:
1. Jumlah halaman naskah 10 - 20 halaman (termasuk gambar & tabel).
2. Penulisan paragraf/alinea baru 6 pt (awal paragraf menjorok ke dalam).
3. Naskah dikirim dalam bentuk cetakan (hard copy) sebanyak 1 eksemplar dan bentuk
rekaman (soft copy) CD atau disket.
4. Judul ditulis maksimal 15 kata (pilih kata dan istilah yang padat makna, kata kunci, dan
menggambarkan keseluruhan isi naskah). Ditulis dengan huruf times new roman, huruf
tebal kapital, 12 pt, tengah.
5. Nama Penulis ditulis di bawah judul dengan huruf times new roman, huruf tebal kapital
dan kecil, 11 pt, tengah diberi tanda bintang. Nama lembaga/institusi asal pengarang/
penulis diletakkan pada catatan kaki pada halaman yang sama dengan nama penulis,
ditulis dengan huruf times new roman kapital dan kecil, 10 pt cetak miring.
6. Abstrak disajikan dalam maksimal dua paragraf/alinea dengan menggunakan tidak lebih
dari 200 kata. Ditulis dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris. Abstrak berisi
tentang masalah pokok dan alasan dilakukannya penelitian, tujuan yang ingin dicapai,
metode yang digunakan serta inti hasil penelitian dan kesimpulan penting yang diperoleh.
7. Kata kunci terdiri atas maksimal sembilan kata atau tidak melebihi satu baris. Kata kunci
adalah adalah kata-kata yang menjadi ciri pengenal artikel yang bersangkutan.
8. Artikel/naskah lengkap memuat:
PENDAHULUAN yang mengantar pembaca secara langsung pada inti latar belakang
masalah dengan membuat pernyataan masalah yang dihadapi secara jelas serta tujuannya;
TINJAUAN PUSTAKA yang menguraikan dengan jelas kajian pustaka yang
menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian dilaksanakan. Kajian pustaka adalah
yang relevan dengan penelitian.
METODE memuat alat dan/atau cara yang digunakan serta bagaimana persoalan
tersebut diteliti Tulislah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan urutan penggunaannya;
HASIL DAN PEMBAHASAN mengemukakan data dan informasi yang ditemukan,
analisis data dan penafsiran serta penjelasan sintesisnya. Data pendukung yang berbentuk

73
Jurnal Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Volume 10, No. 2 Januari-Juni 2011

tabel, grafik, gambar dan lain-lain disertakan seperlunya untuk memperjelas dan
mempersingkat uraian yang harus disajikan.
KESIMPULAN termasuk saran disampaikan sesuai dengan hasil yang diperoleh peneliti
dan ditulis secara singkat dan padat dalam 3 sampai dengan 5 kalimat per paragraf/alinea
dan paling banyak lima paragraf/alinea;
9. Judul tabel (times new roman, tengah & 10 pt) diberi nomor urut dan ditulis di atas tabel.
10. Judul gambar (times new roman, tengah, & 10 pt) diberi nomor urut dan ditulis di bawah
gambar.
11. Sumber dari gambar dan tabel harus dicantumkan, apabila bukan merupakan hasil karya
penulis sendiri.
12. Isi artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan artikel yang dimuat tidak
mencerminkan pendapat Redaksi maupun LPPM Universitas Atma Jaya Makassar.

Daftar Pustaka:
Gunakan sistem nama (nama famili/belakang di tempatkan di depan dengan urutan abjad
nama pengarang), tahun, judul tulisan/buku, nama jurnal/majalah ilmiah dan nomor, kota dan
penerbit.

Lampiran:
Biografi Penulis dicantumkan lengkap pada lampiran naskah yang berisi: nama lengkap
(beserta gelar akademik), tempat dan tanggal lahir, alamat, no. telp., no. fax, alamat e-mail,
instansi asal, riwayat pendidikan dan/atau jabatan saat ini.

Artikel/Naskah dikirim ke Dewan Redaksi Jurnal Pembangunan Wilayah dan Masyarakat.

Alamat Redaksi:

LPPM
Universitas Atma Jaya Makassar
Kampus Tanjung Bunga
Jl. Tanjung Alang No. 23, Makassar, 90224, Indonesia
Telepon : (0411) 871038, 871733
Faksimil : (0411) 870 294
Website : www.uajm.ac.id
E-mail : lemlit@uajm.ac.id

74

Anda mungkin juga menyukai