Makalah Ilmu Dakwah
Makalah Ilmu Dakwah
ILMU DAKWAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu dakwah
Dosen Pengampu : Aliyudin S.Ag., M.Ag.
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT.atas berkat rahmat,hidaya-Nya saya bisa
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan isi maupun bentuk yang sangat
sederhana.semoga makalah ini bisa dijadikan salah satu acuan,petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca.
Dalam penulisan makalah ini saya merasa banyak kekurangan baik pada penulisan
teknik maupun materi.melihat kemampuan dari penulis.untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan agar makalah ini menjadi acuan bagi para pembaca yang
sempurna atau baik dan benar.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam membantumenyelesaikan pembuatan makalah ini.
Saya berharap, Semoga makalah ini bisa menjadi atau bermanfaat bagi yang
membaca untuk umumnya,Khusus nya bagi saya.
Bandung,April 2023
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
Latar Belakang........................................................................................................................4
Rumusan Masalah..................................................................................................................4
Tujuan.....................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PRMBAHASAN........................................................................................................................5
Pengertian Da’i.......................................................................................................................5
Tugas dan Kriteria Da’i..........................................................................................................6
Membangun Citra Da’i...........................................................................................................7
Problematika Da’i dan Pemecahannya...................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berdakwah untuk menyeru manusia kepada kebaikan, jika disertai dengan
penyimpangan perilaku para da’i, merupakan masalah yang akan menimbulkan
keseimbangan dalam diri. Tidak hanya pada diri seorang da’i, tetapi juga terhadap
dakwah. Hal inilah yang mengacaukan hati dan pikiran masyarakat karena mereka
mendengar kata-kata yang indah tetapi menyaksikan perbuatan yang buruk. Saat
itulah, mereka bingung untuk menilai ucapan dan perbuatan. Di satu sisi, di dalam
jiwa mereka berkobar api yang semangat yang disulut oleh akidah, namun di sisi lain,
cahaya hati yang bersumber dari keimanan meredup, lalu padam. Mereka tidak lagi
percaya kepada agama setelah kehilangan kepercayaan kepada para da’i yang
menyebarkannya. Penyimpangan atas setiap prinsip, karakteristik khusus, dan
semboyan dakwah akan menjadi bumerang yang akan menghancurkan dakwah itu
sendiri dan membuat orang lain menjauhi serta meremehkan dakwah. Ini dapat terjadi
karena mereka mendengar pernyataan-pernyataan yang manis dan indah dari para da’i
namun menyaksikan perbuatan yang buruk dan tercela. Bagaimana mungkin
masyarakat mau mengikuti orang-orang yang mengucapkan sesuatu dengan mulutnya,
tetapi hatinya sendiri tidak yakin dengan apa yang diucapkannya. Dia menyuruh
orang lain berbuat baik, tetapi dia sendiri tidak melakukannya.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sikap tauladan yang baik dari para da’i
yang akan menjadi contoh yang baik untuk para mad’unya. Sangat diharapkan
siapapun yang akan menjadi seorang da’i hendaknya memiliki syarat-syarat yang
akan dibahas dalam makalah ini agar masalah-masalah yang pernah terjadi di masa
lalu tidak akan terulang kembali dan dapat memperbaiki akidah masyarakat banyak.
2. Rumusan Masalah
Didalam makalah ini kami merumuskan beberapa masalah dinatarnya:
1. Pengertian Da’i ?
2. Tugas dan Kriteria Da’i ?
3. Mambangun citra Da’i ?
4. Problematika terkait Da’i dan Pemecahannya ?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Da’i
2. Untuk mengetahui tugas dan kriteria Da’i
3. Untuk memberikan informasi cara membangun citra Da’i
4. Untuk mengetahui problematika Da’i serta pemecahannya
4
BAB II
PRMBAHASAN
1. Pengertian Da’i
Da’i yaitu pelaku atau subjek dalam kegiatan dakwah. Selain istilah da’i juga
dikenal dengan sebutan muballigh atau muballighah. Da’i berarti orang yang
mengajak, sedangkan muballigh adalah orang yang menyampaikan. Jadi, da’i adalah
orang yang menyampaikan dan mengajak serta merubah sesuatu keadaan kepada yang
lebih baik, berdasarkan indikasi yang digariskan oleh agama Islam (Abdullah,
2002:44). Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun
perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat
organisasi/lembaga (Munir & Ilaihi, 2006).
Seorang da’i wajib baginya untuk mengetahui kandungan dakwah baik dari sisi
akidah, syariah, maupun dari akhlak. Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan
dakwah tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan
dakwah adalah untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi manusia,
juga metode-metode yang dihadirkannya agar pemikiran dan perilaku manusia tidak
salah dan tidak melenceng. Dalam al-quran dan hadits.
a. Al-Quran Surah An-Nahl ayat 125
C ِإ َّنCۚ CنCُ C َسCحCْ َأCي
Cَ Cِ هCِ يC تCَّلCِ اC بCمCْ Cُ هC ْلCِدC اCجCَ C َوCۖ Cِ ةCَ نC َسCحCَ C ْلC اCِ ةCظ َ ِعC CوCْ C َمC ْلC اC َوCِ ةC َمCِح ْكC C ْلCِ اC بCك
َ CِّC بC َرC ِلCِ يC بC َسCىCٰ Cَ ِإ لCع
ُ C ْدCا
C َنC يCِ دCَ تC ْهC ُمC ْلCِ اC بC ُمCَ لC َأ ْعCوCَ Cُ هCوCَ Cۖ Cِِ هCلCِ يC بC َسCنCْ C َعCَّC لCض َ C
نCْ Cم
َ ُ C
ِ ب C
م َ
C ل C
عْ َأ C
و ُ
َ َ CَّC بCرCَ
C ه C
ك
Artinya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Artinya :
“Bersabda Nabi SAW : Barang siapa diantara kamu melihat suatu
kemunkaran, maka hendaklah dia cegah dengan tangannya, maka jika tidak kuasa
dengan lidahnya, maka jika tidak sanggup juga dengan hati, itulah dianya yang
selemah-lemahnya iman”.
5
2. Tugas dan Kriteria Da’i
a) Kriteria Da’i
Untuk menjadi seorang dai sejati, tidak cukup bagi seseorang hanya dengan
menguasai beberapa ayat Alquran dan hafal beberapa Hadits serta punya kemampuan
berceramah. Dibutuhkan kearifan dalam menyampaikan pesan dakwah dan
memahami betulsubstansi materi yang akan disampaikan kepada jamaahnya karena
perilaku dan keteladanan seorang mungkin memiliki nilai dakwah yang jauh lebih
efektif.
Niat ikhlas karena Allah, dan terhindar dari penyakit cinta dunia. Ikhlas ini
merupakan syarat diterimanya amal serta lebih menjamin hasil dari amal
tersebut. Jangan sampai para dai dihinggapi penyakit ria serta motif-motif
duniawi dalam aktivitas dakwahnya karena semua itu akan menimbulkan
kerusakan pada dirinya dan menghilangkan kemampuannya dalam amar
makruf nahi munkar . Imam al-Ghazali pernah mengatakan: "Barangsiapa
yang dikuasai oleh penyakit cinta dunia, maka ia tidak akan mampu
melakukan hisbah (dakwah), kepada orang awam, apalagi terhadap para
penguasa dan pembesar"
Cinta dan menginginkan kebaikan bagi manusia. Dorongan utama yang
menggerakkan seseorang dalam berdakwah semestinya dorongan kasih sayang
dan cinta, bukan dorongan benci, kemarahan, serta semangat menghujat dan
menghukum. Sifat ini kita jumpai pada diri Rasulullah SAW, sebagaimana
yang disebutkan di dalam Alquran (QS At-Taubah: 128)"Sungguh telah
datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”.
Memulai dari diri sendiri dan memberi teladan. Para dai perlu mengerjakan
terlebih dahulu apa yang menjadi seruan dakwahnya. Karena jika tidak
demikian, maka itu merupakan satu kelalaian diri serta berpotensi
mendatangkan murka Allah. Allah SWT memperingatkan kita sebagai orang
yang beriman: "Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS
Assof: 2-3) Selain itu, keteladanan (uswatun khasanah ) juga akan memberi
pengaruh yang jauh lebih besar dalam dakwah dibandingkan ucapan lisan
(mauidhah khasanah ). Betapa sering manusia belajar dan berubah hanya
dengan menyaksikan teladan orang lain, bukan disebabkan oleh khutbah dan
nasihatnya
Sabar dalam berdakwah. Dakwah tidak mungkin berhasil tanpa kesabaran
karena jalan ke akhirat itu berat dan kebanyakan manusia cenderung tidak
menyukai bahkan cenderung memusuhi apa yang menjadi seruan dakwah
itu."Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah
diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka
mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka.
Lemah lembut. Dakwah perlu dimulai dari hati karena apa yang datang dari
hati akan sampai kepada hati. Jika dakwah sampai kepada hati, maka hati itu
akan terbuka untuk menerima nasihat dan petunjuk. Adapun esensi dari
dakwah hati ini adalah kelemahlembutan. Begitu pentingnya kelembutan
dalam berdakwah sehingga dalam menghadapi Fir’aun yang mengaku Tuhan
pun, Nabi Musa diperintahkan oleh Allah SWT untuk berkata-kata lembut
kepadanya (qaulan layyinan ). "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
6
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk." (QS An-Nahl: 125).
Permudah dan jangan mempersulit. Dalam berdakwah hendaknya
mempermudah dan tidak mempersulit orang yang didakwahi. Tentunya semua
ini dalam batasan syari, bukan mempermudah dalam arti menggampangkan
hingga jatuh ke dalam perkara yang haram. Jangan jadikan agama sesuatu
yang berbelit-belit seperti birokrasi pemerintahan sehingga membuat orang-
orang lelah dan kehilangan kecintaan dan semangat dalam menjalankan
agama. Jika manusia merasakan agama sebagai sesuatu yang mudah, ia akan
mencintainya. Dan, jika ia sudah mencintainya, maka seluruh perkara agama
akan dirasakan sebagai hal yang mudah.
Beri kabar gembira dan jangan buat manusia ketakutan dan lari khususnya
pada tahap-tahap awal. Hal ini masih ada kaitan dengan poin sebelumnya.
Hendaknya para dai menampakkan keindahan Islam dan membimbing
manusia untuk menemukan kebahagiaan di dalamnya. Bukan sebaliknya,
menampakkan wajah Islam yang menakutkan sehingga akhirnya manusia lari
menjauh. Anas bin Malik RA berkata, "Rasulullah SAW bersabda,
‘Permudahlah jangan mempersulit. Berilah kabar gembira dan jangan
membuat manusia lari menjauh.’" (HR Bukhari).
b) Tugas Da’i
Pada dasarnya tugas pokok seorang da’i adalah meneruskan tugas Nabi
Muhammad, yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti termuat dalam
al-Quran dan sunnah Rasulullah. Tugas da’i adalah merealisasikan ajaran-
ajaran al-Quran dan sunnah di tengah masyarakat sehingga al-Quran dan
Sunnah dijadikan sebagai pedoman dan penuntun hidupnya.
7
ditujukan kepada umat non-Islam (al-kharijy), tapi yang lebih penting adalah
berdakwah kepada umat Islam sendiri (al-dakhily).
8
Sudah menjadi kebiasan di masyarakat bahwa adanya ta'lim atau pengajian
tabligh hanya ketika hari-hari besar agama, oleh karena itu seringkali pula para
da'I hanya melakukan aktifitasnya pada waktu itu. Mereka tidak bergerak aktif
untuk menciptakan lading-ladang ta'lim baru yang lebih teratur dan irasional.
Perkembangan zaman yang begitu cepat juga membawa konsekuensi
permasalahan umat yang cepat pula, sehingga para da'I harus cepat tanggap
untuk bisa menjadi pemberi solusi syar'i untuk setiap permasalahan yang ada.
9
a) Dengan adanya persiapan yang optimal meliputi mental, spiritual,
penambahan wawasan baik agama ataupun umum mutlak diperlukan bagi para
da'i yang akan diterjunkan di medan dakwah. Sehingga mereka mampu
bertahan dan mampu menyikapi dengan arif setiap perubahan dan menantang
dakwah. Mereka mampu menempatkan diri dengan fleksibel dalam tatanan
masyarakat yang mengakomodir perbedaan pemikiran.
b) Manajemen dakwah juga perlu dipersiapkan dengan matang dalam menata
keberlangsungan dakwah. Sehingga mampu mengoptimalkan setiap potensi
dari unsure-unsur dakwah. Potensi da'i, potensi mad'u maupun potensi
maudhu' ( tema ) harus tertata dengan tepat agar tujuan dakwah dapat tercapai
dengan memuaskan.
c) Kemampuan mengatur dan mengolah sumber daya yang ada akan menjadi
penentu sukses atau mandulnya strategi dakwah. Profesionalisme juga harus
semakin ditingkatkan guna percepatan pencapain tujuan dakwah.
10
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Dai adalah sebutan dalam Islam bagi orang yang bertugas mengajak,
mendorong orang lain untuk mengikuti, dan mengamalkan ajaran Islam. Oleh
karenanya diharapkan seorang dai harus bisa dijadikan sebagai teladan bagi umat,
terlebih lagi jika dikaitkan dengan tugas dan kewajibannya menyampaikan ajaran
Allah. Maka sudah sewajarnya jika umat akan menjadikan tokoh dai tersebut sebagai
rujukan dalam hidup kesehariannya. Setiap pribadi muslim yang telah baligh dan
berakal, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kewajiban untuk mengemban
tugas dakwah. Setiap individu dari umat Islam dianggap sebagai penyambung tugas
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam untuk menyampaikan dakwah. Seorang dai
dapat berdakwah dengan dua cara yaitu lisan atau perkataan (da'wah bil lisan) serta
kedua perbuatan (da'wah bil hal). Dakwah bil lisan merupakan seruan syariat agama
Islam (kebaikan) yang dilakukan menggunakan cara perkataan, contohnya adalah
seperti nasihat, ceramah dan lain sebagainya.
2. Saran
Makalah ini memang jauh dari kata sempurna tapi kami sebagai penulis
mengharapkan makalah ini bisa dijadikan salah satu acuan dalam memahami ataupun
memperdalam konsep dalam iman,isalam dan ihsan.dan karena kita sebagai penulis
sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat makalah ini baik dan tepat
sesuai kaidah penulisan karya ilmiah ini.apabila ada kekurangan mohon di maafkan
dan mohon dibetulkan di bagian mana yang salah nya
11
DAFTAR PUSTAKA
https://dakwahdinillah.blogspot.com/2019/09/dai.html
(diakses tanggal 08 April 2023)
https://jateng.tribunnews.com/2013/07/30/membangun-citra-dakwah-
positif-di-tengah-perubahan-sosial
(diakses tanggal 08 April 2023)
https://ataghaitsa.wordpress.com/2013/04/25/problematika-internal-
dakwah/
(diakses tanggal 08 April 2023)
12