Anda di halaman 1dari 131

BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR

BUKU AJAR

Disusun oleh:
M. Bintang Ayubi
1911080123

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kita sampaikan ke hadirat allah SWT, atas izin dan
kehendak-Nya bahwa penulisan buku dengan judul Bimbingan dan Konseling Karir dapat
diselesaikan.
Sebagaimana diketahui, Bahwa Bimbingan dan Konseling Karir merupakan mata
kuliah di Jurusan Bimbingan Dan Konseling Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas
Negeri Raden Intan Lampung ( UIN RIL ), Dimana mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Karir sangat diperlukan dalam memperkuat kapasitas dan kompetensi mahasiswa dalam
pengelolaan Bimbingan Karir tersebut.
Adapun tujuan dari mata kuliah ini adalah: Pertama, Perencanaan sumber daya
manusia dalam Bimbingan Konseling Karir, Menambah Pengetahuan Dalam Konseling
Karir, Pengembangan sumber daya manusia, dan Pembinaan Kinerja Sumber Daya Manusia.
Dimana hal-hal diatas, Merupakan pengetahuan bahkan skil yang sangat diperlukan dalam
Bimbingan Dan Komseling Karir untuk kegiatan dan program yang dilaksanakan
dimasyarakat. Mahasiswa sebagai actor yang berperan dalam memfasilitasi pengembangan
bimbingan dan konseling karir, hal pada tingkat operasionalisasi dilapangan dimana hal-hal
diatas dapat ditemukan dan dicarikan solusi dalam rangka memajukan masyarakat tersebut.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Belardo Farjan
Toky, M. PD yang telah memberikan kesempatan untuk menulis buku tentang Bimbingan
dan Konseling Karir. Semoga kebaikannya dibalas oleh Allah SWT dan kita semua dapat
memajukan bangsa ini melalui karya-karya yang kreatif, cerdas dan inovatif untuk
membangun peradaban yang gemilang. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua
yang telah membantu kelancaran penulisan buku ini. Akhirnya, saya meyakini ada banyak
kekurangan dengan buku ini, untuk itu Kritik dan masukan yang konstruktif sangat
diharapkan agar buku ini menjadi lebih baik lagi. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Lampung, 10 Desember 2020

M. Bintang Ayubi

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................2
Daftar Isi............................................................................................................................3
BAB 1
KONSEP DASAR BIMBINGAN KARIR “SEJARAH BIMBINGAN KARIR”
a) Pengertian Bimbingan Karir 6
b) Pengertian Bimbingan Karir Menurut Para Ahli 6
c) Sejarah Bimbingan Dan Konseling Di Dunia 7
d) Sejarah Bimbingan Konseling Di Indonesia 9
e) Konsep Dasar Bimbingan Karir 12
BAB
2
URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR
a) Pengertian Bimbingan Dan Konseling 15
b) Urgensi Bimbingan Dan Konseling 15
c) Urgensi BK Di Sekolah 17
d) Landasan Bimbingan Dan Konseling 18

BAB
3
KONSEP DASAR BIMBINGAN KARIER, TUJUAN, FUNGSI DAN PRINSIP-
PRINSIP BIMBINGAN KARIER
a) Pengertian Konsep Dasar Bimbingan Karier 22
b) Tujuan Bimbingan Karir 23
c) Fungsi Bimbingan Karier 24
d) Prinsip-Prinsip Bimbingan Karier 26
BAB
4
PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIER ANAK-ANAK
a) Definisi Anak-Anak 28
b) Pembagian Masa Pada Anak-Anak 28
c) Karakteristik Anak-Anak 28
d) Aspek Perkembangan Anak-Anak 30
e) Tugas Perkembangan Anak-Anak 34
f) Bimbingan Karier Anak-Anak di Sd 35
g) Indicator Kematangan Karier Anak-Anak 37

BAB
5 PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIR PADA REMAJA
a) Pengertian Pengembangan Karier 39
3
b) Karakt
eristik
Perkem
bangan
Pada
Remaja
39
c) Karakt
eristik
Perkem
bangan
Karir
Pada
Remaja
_ 40

4
d) Indicator Kematangan Karir Remaja 43
e) Tugas Perkembangan Remaja SMP dan SMA 45
f) Penelusuran Peminatan SMP dan SMA 46
g) Materi Layanan Konseling Karir 47
BAB
6
PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIER DEWASA
a) Karakteristik Perkembangan Dewasa 49
b) Karakteristik Perkembangan Karier 50
c) Indikator Kematangan dan Masalah-Masalah Karier Dewasa

BAB
7 TEORI-TEORI KARIER: TEORI DARI HOLLAND
a) Pengertian Bimbingan Dan Konseling Karier 55
b) Tujuan Bimbingan Dan Konseling Karier 55
c) Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Karier di Sekolah 56
d) Teori Pemilihan Karier dari Holland 57

TEORI-TEORI KARIER: TEORI TRAIT AND FACTOR


BAB
8 a) Pengertian Konseling Trait And Factor 61
b) Konsep Dasar Konseling Trait And Factor 61
c) Pandangan Tentang Manusia 62
d) Pandangan Tentang Kepribadian 63
e) Asumsi Dasar Trait And Factor _64
f) Tujuan Konseling Trait And Factor 64
g) Hubungan Antara Konselor dan Klien 65
h) Proses Konseling 65

TEORI-TEORI: TEORI MYER BRIGHT TYPE INDIKATOR (MBTI)


BAB a) Kajian Teori 68
9 b) Empat Skala Kecenderungan _68
c) Manfaat MBTI 73
d) Kelebihan Dan Kekurangan 73
BAB 10
TEORI-TEORI DONALD E. SUPER
a) Pengertian Bimbingan Karier 74
b) Konsep-Konsep Dasar Teori Donald Super 74
c) Teori Perkembangan Donald Super 75
BAB 11

5
PEMAHAMAN DIRI: POTENSI DIRI, ARAH PILIH KARIR, TEKNIK
PENGUKURAN POTENSI DIRI DAN MENGUKUR KEPUTUSAN KARIR
a) Pemahaman Diri 78
b) Potensi Diri 82
c) Arah Pilih Karir 89
d) Teknik Pengukuran Potensi Diri 91
e) Mengukur Keputusan Karir 93
BAB 12
PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING KARIER DI SEKOLAH
a) Pengertian Bimbingan Dan Konseling Karier 100
b) Bimbingan Konseling Karier Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 100
c) Bimbingan Konseling Karier Di Sekolah Menengah Atas (SMA) 103
d) Pentingnya Pelaksanaan Bimbingan Karir Bagi Siswa di Sekolah 104
BAB 13
INFORMASI DAN PERENCANAAN KARIR
a) Dunia kerja 107
b) Study lanjut 108
c) Perencanaan bimbingan dan konseling 109
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................110

6
BAB 1
KONSEP DASAR BIMBINGAN KARIER

A. Pengertian Bimbingan Karier


Istilah “konseling karir” mengaju pada konseling bilamana klien atau konseling
mengekspresikan perhatian atau minatnya dalam memperbincangkan tentang masa depan
kariernya. Karena “karir” adalah suatu istilah yang mempunyai pengertian yang cukup luas,
pembanasan dapat menjangkau mulai dari rencana pendidikan sampai pada pemilihan
jabatan, gaya hidup, rencana kawin, pekerjaan paruh waktu. 1
Bimbingan karir adalah sebuah aktivitas atau program yang membantu individu
melakukan penyesuaian (Asimilasi) dan menggabungkan (Integrasi) didalam aspek
pengetahuan, pengalaman, dan apresiasi-apresiasi yang berkaitan dengan :
a. Pengenalan diri adalah hubungan seseorang dengan ciri-ciri dan persepsinya
sendiri, serta hubungannya dengan orang lain dan lingkungannya, baik secara fisik,
psikis maupun moral.
b. Pemahaman atau Pengenalan terhadap kerja masyarakat dan factor-faktor
yang mempengaruhi perubahannya, termasuk sikap-sikap dan disiplin kerja.
c. Kesadaran atas waktu luang yang bias berperanan dalam kehidupan seseorang.
d. Pemahaman akan perlunya dan banyaknya factor yang harus dipertimbangkan
dalam perencanaan karir.
e. Pemahaman terhadap informasi dan pemenuhan diri dalam pekerjaan dan
waktu luang.
f. Mempelajari dan menerapkan proses pengambilan keputusan karier

B. Pengertian Bimbingan Karier menurut beberapa Para Ahli


1. Menurut NVGA (1951), Bimbingan Karier adalah Proses membantu seseorang
mengembangkan dan menerima gambaran diri yang terintegrasi, memenuhi syarat
(Adekuat) didalam peranan dunia kerja, memperbaiki (Entas) dan mengubah (Konversi)
konsepnya dalam realitas, dengan kepuasan bagi dirinya serta keuntungan bagi masyarakat.
2. Menurut Miller, Bimbingan adalah Suatu proses pemberian bantuan kepada individu
seseorang dalam mencapai pemahaman dan pengarahan diri (Guidance is the proces of
helping individualis achieve the selfunderstanding and self and direction), sedangkan
Karier adalah Suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan kedudukan yang
mengarah pada dunia kerja. Jadi, Bimbingan Karier adalah Suatu Proses tatanan atau
pengarahan

1
Nursalim, Mochamad. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Penerbit Erlangga.
2015). Hlm: 45.

7
kepada individu seseorang untuk mencapai pemahaman didalam pekerjaan, jabatan, dan
kedudukan seseorang.
3. Menurut Sukardi, Bimbingan Karier adalah Bantuan layanan yang diberikan kepada
individu seseorang untuk memilih, menyiapkan, menyesuaikan dan menetapkan
dirinya dalam pekerjaan yang sesuai serta memperoleh kebahagiaan dari padanya.
C. Sejarah Bimbingan Karier di Dunia
Pada tahun 1908, Frank Person mencetuskan sebuah kegiatan Bimbingan Karier yang
bermula dari Bimbingan Jabatan. Beliau membentuk suatu lembaga yang bertujuan
membantu anak-anak muda untuk memperoleh pekerjaan. Pada saat itu, Bimbingan Karier
dipandang sebagai salah satu cara untuk mendapatkan pekerjaan, dengan cara melakukan
persamaan antara ciri-ciri dan faktor individu. Lalu, persamaan antara ciri-ciri dan faktor
pekerjaan yang ada di lingkungannya. Awalnya penggunaan istilah “Vocational Huidance”
lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu
pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan
untuk memasuki suatu pekerjaan. Selama ini frank person dikenal sebagai tokoh dalam
merintis bimbingan karir, sejak 1000 tahun sebelum beliau mengemukakan gagasannya itu,
sebelumnya telah ditemukan di basrah bahwa ada tokoh-tokoh islam klasik yang merintis
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan 3 variabel dalam pengambilan keputusan karir.
Oleh karena itu praktik-praktik cara mencocokkan ciri-ciri individu dengan ciri pekerjaan
telah berlangsung sejak lama, namun kala itu belum disebut sebagai bimbingan karir. 2
Konsep bimbingan bermula di Amerika Serikat dilandasi oleh berbagai kondisi
objektif pada masa itu, diantaranya :
a. Keadaan Ekonomi.
b. Keadaan Sosial, seperti urbanisasi.
c. Kondisi Ideologis, seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali dan
menyebarkan pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka
meningkatkan kemampuan diri dan statusnya.
d. Perkembangan Ilmu, khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi
eksperimental Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan vocationl
guidance yang kemudiaan tersebar keseluruh negara, termasuk ke indonesia.
Setelah itu, Pada Tahun 1911 dibentuk biro jabatan dengan editor-editor Frederick J.
Alien yang menerbitkan Vocational Guidance News Letter sebagai jurnal pertama yang
kemudian berganti menjadi Vocational Guidance Magazine, kemudian Occpation Guidance,
dan di olah lagi menjadi Personal and Guidance Journal. Pada tahun 1913, fledgling guidance
movement yang berarti gerakan bimbingan anak muda yang berpengalaman dalam bekerja
diwadahi dengan organisasi yang bernama National Vocational Guidance Association dengan
menerbitkan jurnal pertamanya yang dikenal dengan nama Vocational Guidance. Enam puluh
tahun kemudian ciri kegiatan yang sama dengan tersebut bermunculan dengan dipertegas

2
Gibson, Robert L dan Marrianne H. Mitchell. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

8
dengan nama career education and guidance movement sehingga untuk membedakan dengan
gerakan sebelumnya yaitu vocational guidance.
Pada tahun 1920-an beberapa SMA melihat keberhasilan gerakan bimbingan yang
menggunakan tes standar untuk bidang kerja yang cocok bagi mereka nantinya. Pada tahun
1925, Harry D. Kitson seorang pionir dalam latihan konselor vokasional, mula-mula di
Indiana University, kemudian berkembang ke Teachers College dan Columbia University
sehingga menerbitkan buku yang berjudul The Psychology of Vocational Adjustment dimana
memandang bimbingan dan konseling karir itu suatu bidang khusus yang harus diajarkan oleh
para profesional terlatih dan dilakukan juga oleh para profesional terlatih pula. Bahkan
muncul konsep magang sejak dekade 1930-an yang kemudian secara antusias sekolah
mengadopsi sistem tersebut yang menjelaskan konseling itu sangat dibutuhkan. Pada masa ini
istilah konseling belum terlalu dikenal yang sama labelnya dengan bimbingan yang
memberikan bantuan tentang jenjang pendidikan dan pilihan karir mana yang terbaik buat
mereka per individu.3
Pada tahun 1931, The Minnesota Employment Stabilization Research Institute
dibawah pimpinan Dolald G. Paterson dan rekan-rekannya dari University of Minnesota
meneliti faktor psikologis dalam pekerjaan dan pengangguran yang berkesimpulan pada
prinsipnya teknik layanan bimbingan dan seleksi karyawan harus lebih baik sehingga
membantu menyehatkan dunia usaha dan membina tenaga kerja agar lebih stabil lagi. Di
akhir 1950-an dan 1960-an, dengan lahirnya national defense Education Act tahun 1958,
penempatan dan tindak lanjut juga menjadi aktivitas yang signifikan bagi fase bimbingan
karier disekolah-sekolah dan lembaga-lembaga AS. Pada tahun 1951, Donald E. Super
meluncurkan The Career Patters Study yang menjelaskan pembebasan bimbingan dan
konseling karir dari konsep pengambilan keputusan yang statik dan single choiche at a point
in time yang menempatkan studi perilaku karir dalam konteks perkembangan manusia.
Pada masa ini dikenal dengan National Defense Education Act yaitu September 1958
dimana merupakan satu tonggak penting dalam pendidikan di Amerika karena monumen
kesuksesan gerakan bimbingan demi memaksimalkan fungsi pendidikan dan proses dalam
bimbingan tersebut. Di tahun 1960-an, terbit Statement of Policy for Secondary School
Counselors dari Asosiasi Konselor Sekolah dimana tidak cukup memahami dinamika anak
muda saja tetapi bagaimana semua generasi dewasa berusaha menyesuaikan diri dengan
perubahan cepat teknologi dan sistem dunia. Pada tahun 1964, terbitlah publikasi The
National Vocational Guidance Association yang berjudul Man in a World at Work yang
disunting oleh Henry Borow yang menggambarkan dimulainya membangun kembali
bimbingan dan konseling karir yang telah ketinggalan jauh dari psikologi vokasional sejak
tahun 1950-an. Pada tahun 1966, beberapa konselor karir yang berorientasi behavioral
menggemborkan katakan “revolusi dalam konseling”. Tokohnua Krumblotz mencoba teknik
baru dalam pengambilan keputusan karir, termasuk counselor modelling, goal setting, dan
reinforcement.
Namun di tahun 1971 Departemen Pendidikan AS, lewat komisioner pendidikan saat
itu, Sidney P.Marland Jr., mengalokasikan labih dari $9 juta dana untuk riset dan proyek
pengembangan yang berfokus kepada penetapan model pendidikan karier yang komprehensif.
Melalui undang-undang ini, konsep pendidikan karier sebagai tanggung jawab semua
3
Sukardi, Dewa Ketut. Tes Dalam Konseling Karir. Surabaya: Usaha Nasional. 1994.

9
sekolah diresmikan, dan konselor bukan lagi satu-satunya professional yang mengemban
tugas menyediakan konseling dan bimbingan Karier untuk siswa-siswa disekolah. Pada tahun
1973, National Commission on The Reform of Secondary Education menerbitkan laporan
yang merekomendasikan pemfungsian konselor SMP untuk memfokuskan bimbingan kepada
arah penempatana pendidikan sesuai dengan karir terbaik yang bisa atau ingin diraih
nantinya. Pada masa ini juga, muncul instrumen yang bernama Career Maturity Invertory dan
kemudian direvisi pada tahun 1978 sebagai suatu model hierarkis dari kematangan karir yang
didasarkan pada isi dan proses pilihan karir yang sebelumnya.
Ditahun 1990-an, sebuah kecendrungan yang muncul sekali lagi mengakui konselor
sebagai profesional utama menyediakan bimbingan dan konseling karier. contohya, di tahun
1994 Kongres As mengakui peran konselor menyediakan bantuan karier dengan
diberlakukannya school-to-Work Opportunities Act. Undang-undang ini menyediakan
sebuah kerangka kerja di semua Negara bagian, dengan konseling karier sebagai prioritas
tertingginya. Kecendrungan tambahan mencakup pula perkembangan dan pengakuan
terhadap spesialis konseling karier dan pembangunan pusat-pusat karier untuk populasi
tertentu seperti mahasiswa akademi,wanita,kaum minoritas dan para pensiunan. Selain itu,
kita juga mulai melihat perluasan layanan konseling bagi warga miskin dan para tunawisma,
selain juga munculnya spesialis bagi konsultasi mana jemen dan professional .perubahan
yang terus terjadi di dunia kerja akan menuntut kebutuhan akan konseling karier lebih jauh
kedepan di semua lingkup.

D. Sejarah Bimbingan Karier di Indonesia


Perkembangan BK di Indonesia berbeda dengan perkembangan BK di Amerika.
Perkembangan BK di Amerika dimulai dari usaha perorangan dan pihak swasta, kemudian
berangsur angsur menjadi usaha pemerintah. Sementara di Indonesia, perkembangannya
dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah. Bimbingan Konseling di
Indonesia telah mulai dibicarakan secara terbuka sejak tahun 1962. Hal ini ditandai dengan
adanya perubahan sistem pendidikan di SMA, yaitu terjadinya perubahan nama menjadi
SMA Gaya Baru, dan berubahnya waktu penjurusan, yang awalnya dikelas I menjadi di
kelas
II. Program penjurusan ini merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan para
siswa ke jurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. 4
Dalam rencana Pembelajaran SMA Gaya Baru, diantaranya ditegaskan sebagai
berikut :
a. Dikelas I setiap pelajar diberi kesempatan untuk lebih mengenal bakat dan
minatnya, dengan jalan menjelajahi segala jenis mata pelajaran yang ada di SMA,
dan dengan bimbingan penyuluhan yang teliti dari para guru maupun orang tua.
b. Dengan menggunakan peraturan kenaikan kelas dan bahan-bahan catatan dalam
kartu pribadi setiap murid, para pelajar disalurkan ke kelas II kelompok khusus :
Budaya, Sosial, Pasti dan Pengetahuan Alam.
c. Untuk kepentingan tersebut, maka pengisian kartu pribadi mirid harus
dilaksanakan seteliti-telitinya (Rochman Natawidjaja,1971).

4
Manrihu, Mohammad Thayeb. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier. Jakarta: Bumi Aksara. 1992.

1
0
Pada tahun 1960 tepatnya pada tanggal 20 sampai tanggal 24 Agustus, di adakan
konferensi FKIP seluruh di indosneia, dan telah diputuskan bahwa bimbingan dan
penyuluhan dimasukkan dalam kurikulum FKIP, keadaan ini menunjukkan adanya langkah
yang lebih maju, di mana pengupasan masalah bimbingan dan konseling sebagai suatu ilmu
yang di dalamnya di kupas juga mengenai karir dapat dikupas secara ilmiah. Perumusan dan
pencantuman resmi di dalam rencana pelajaran SMA ini di susul dengan berbagai kegiatan
pengembangan Layanan BK di Sekolah, seperti rapat kerja, penataran, dan lokakarya.
Puncak dari usaha ini adalah didirikannya jurusan bimbingan dan Penyuluhan di Fakultas
Ilmu Pendidikan IKIP ( intitut keguruan dan ilmu pengetahuan) Negeri. Salah satu yang
membuka jurusan BP adalah IKIP Bandung, yaitu pada tahun 1963. IKIP Bandung ini
sekarang sudah berganti nama menjadi Universitas Pendidikan Indonesia. Dengan di
adakannya bermacam- macam latihan jabatan oleh yang berwenang menunjukkan bahwa
masalah bk karir di indonesia pada waktu ini mengalami perkembangan yang pesat, baik
dalam sekolah maupun dalam masyarakat yang luas.
Dengan diperkenalkannya gagasan Sekolah Pembangunan pada tahun 1970/1971,
peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan Sekolah Pmbangunan Persiapan
(SMPP), yang berupa proyek percobaan dan peralihan dari sistem persekolahan lama menjadi
sekolah pembangunan. Pembentukan (SMPP) ini dimaktubkan dalam Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0199/0/1973. Untuk melaksanakan bimbingan
dan penyuluhan di SMPP ini, Badan Pengembangan Pendidikan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan telah menyusun Program Bimbingan dan Penyuluhan SMPP. Usaha
mewujudkan sistem sekolah pembangunan tersebut dilaksanakan melalui proyek
pembaharuan pendidikan, yang diberi nama Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP).
PPSP ini diujicobakan didelapan IKIP, yang diantaranya adalah IKIP Bandung dan Jakarta.
Badan Pengembangan Pendidikan, melalui lokakarya-lakokarya telah berhasil menyusun dua
naskah penting dalam sejarah perkembangan layanan bimbingan di Indonesia, yaitu sebagai
berikut :
a. Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Program Bimbingan dan Penyuluhan
melalui Proyek-Proyek Perintis sekolah Pembangunan.
b. Pedoman Operasional Pelayanan Bimbingan pada Proyek-Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan.
Secara formal BK diprogramkan disekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975,
yang menyatakan bahwa BK merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah. Pada
tahun 1975 berdiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang. IPBI ini
memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap perluasan program bimbingan di
sekolah. Setelah melalui penataan, maka dalam dekade 80-an bimbingan diupayakan agar
lebih mantap. Pemantapan terutama diusahkan upaya dalam dekade ini lebih mengarah pada
profesionalisasi yang lebih mantap. Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan
dalam 6 dekade ini adalah Penyempurnaan Kurikulum, dari Kurikulum 1975 ke Kurikulum
1984. Dalam kurikulum 1984 telah dimasukkan bimbingan karir didalamnya.
Pada tahun 1981 dikukuhkan Kurikulum Inti Program Studi Bimbingan dan
Konseling pada Strata I dan D3. Selain itu, sejumlah perguruan tinggi sudah membuka biro
konsultasi atau pusat bimbingan di kampus unyuk menampung mahasiswa-mahasiswi yang
membutuhkan bantuan psikologis dalam menghadapi berbagai tantangan hidup dewasa ini.
Mulai dasawarsa 1980-an terbitan buku-buku yang membahas pelayanan bimbingan pada

1
institusi atau lembaga pendidikan bertambah banyak. Selain itu, terbitlah pedoman-pedoman
dari berbagai instansi pengelola pendidikan yang merupakan pembaharuan dan perluasan
terhadap pedoman terdahulu, misalnya Pedoman Pendidikan Guru oleh Direktorat Pendidikan
Guru dan Tenaga Teknis pada tahun 1981, dan Kurikulum: Pedoman Bimbingan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, pada tahun 1986.
Kalau di tahun-tahun sebelumnya pelayanan bimbingan terutama terfokus pada
beraneka kesulitan yang dialami oleh siswa selama belajar di SMA, sekarang ini fokus
diarahkan ke masa sesudah pendidikan di SMA selesai, sehingga pelayanan bimbingan lebih
bermakna sebagai penunjang pada persiapan siswa-siswi bagi masa depannya (studi di
perguruan tinggi dan kemudian membangun suatu karir di masyarakat). Pergesaran fokus ini
nampaknya dalam perumusan tentang tujuan bimbingan karir, yaitu agar membantu siswa
dalam memahami diri sendiri, dalam memahami lingkungan hidupnya, dan dalam
mengembangkan rencana masa depannya. Kelima buku paket Bimbingan Karir di SMA yang
sudah terbit pada tahun 1982, menampakkan fokus yang sama dengan hal tersebut. Artinya
pada pemberlakuan Kurikulum 1984 ini, bimbingan dan konseling berwujud dalam bentuk
bimbingan karir.
Sejak diberlakukannya Kurikulum 1994, sebutan untuk guru BP berubah menjadi
Guru Pembimbing yang diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 025/0/1995. Perundang-undangan semakin memperkuat posisi bimbingan
dan konseling dengan dikeluarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menjelaskan konselor itu adalah pendidik artinya bimbingan dan
konseling merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 menetapkan layanan bimbingan dan konseling sebagai suatu
pengembangan diri yang didalamnya terdapat kompetensi peserta peserta didik yang harus
dikembangkan untuk mewujudkan self actualization dan capacity development. Setelah itu,
pada tahun 2014, terbitlah dua Permendikbud yang mengokohkan posisi bimbingan dan
konseling khususnya bimbingan karir yaitu Permendikbud Nomor 64 Tahun 2014 tentang
Peminatan dan Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling
pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Kedua peraturan tersebut untuk menyukseskan
pelaksanaan Kurikulum 2013. Di dalam peraturan itu dijelaskan bahwa peran utama seorang
konselor itu adalah memberikan rekomendasi pada peserta didik untuk memilih tiga mata
pelajaran dari empat mata pelajaran yang tersedia pada masing-masing kelompok peminatan.
Selain itu, konselor bertugas memberikan rekomendasi kepada peserta didik yang
menginginkan perpindahan kelompok peminatan akademik serta memberikan rekomendasi
bagi peserta didik yang akan melanjutkan ke SMA atau SMK, dan untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu ke perguruan tinggi.
Usaha memantapkan bimbingan terus dilanjutkan dengan diberlakukannya UU No.
2/1989 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa : “
pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.” Posisi bimbingan yang
termaktub dalam Undang-Undang No.2 di atas diperkuat dengan Peraturan Pemerintah (PP).
No.28 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No.29 Bab X Pasal 27/1990 yang menyatakan bahwa “
Bimbingan merupaakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.” Penataan
bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No.84/1993 tentang jabatan

1
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam pasal 3 disebutkan tugas pokok guru adalah
menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan
bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program
bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Pada tahun yang sama keluar juga Surat Keputusan Bersama Mendikbud dengan
Kepala BAKN No.0433/P/1993 dan No.26 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, yang tercantum pada Bab III Pasal 4 ayat 1, 2, dan 3
yaitu sebagai berikut :
a. Standar Prestasi Kerja Guru Pratama sampai Guru Dewasa Tingkat I
dalam melaksanakan PMB atau Bimbingan meliputi hal berikut :
1) Persiapan program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan konseling (BK).
2) Penyajian program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan konseling.
3) Evaluasi program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan koseling.

b. Standar prestasi kerja guru pembina sampai guru utama selain tersebut pada
ayat ditambah dengan hal berikut :
1) Analisis hasil evaluasi pengajaran atau praktik atau BK.
2) Penyusunan program perbaikan dan pengayaan atau tindak lanjut pelaksanaan BK.
3) Pengembangan profesi dengan angka kredit sekurang-kurangnya 12.
c. Khusus standar prestasi kerja guru kelas, selain tersebut pada ayat (1) atau ayat
(2). Sesuain dengan jenjang jabatannya ditambah melaksanakan program BK dikelas
yang menjadi tanggung jawabnya.
Perkembangan BK di Indonesia menjadi semakin mantap dengan terjadinya
perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) pada tahun 2001. Pemunculan nama ini
dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa BK harus tampil sebagai profesi yang mendapat
pengakuan dan kepercayaan publik. Berdasarkan penelaahan yang cukup kritis terhadap
perjalanan historis gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia melalui lima periode yaitu
: Periode Prawacana, Periode Pengenalan, Periode Pemasyarakatan, Periode Konsolidasi,
dan Periode Tinggal Landas.
E. Konsep Dasar Bimbingan Karir
Konsep layanan bimbingan karir sulit dipisahkan dari konsep vocational guidance yang
berubah menjadi career guidance seperti yang dikemukakan oleh National Vocational
Guidance Association (NVGA) pada tahun 1973, yang diartikan sebagai proses membantu
dalam memilih pekerjaan, mempersiapkan, memasuki dan memperoleh kemajuan di
dalamnya (Herr and Cramer, 1979: 6). Pada tahun 1951, Donal Super mengajukan revisi
terhadap definisi bimbingan jabatan sebagai suatu proses bantuan terhadap individu untuk
menerima dan mengembangkan diri dan peranannya secara terpadu dalam dunia kerja,
mengetes konsepnya dengan realitas dan kepuasan bagi dirinya dan masyarakat (Herr and

1
Cramer, 1979: 6). Atas dasar analisis itu, Super (Tennyson, et. al. , 1974: 146) mengganti
konsep vocational choice menjadi vocational development. 5
Kematangan vokasional menunjukkan pada tingkat perkembangan, tingkat yang dicapai pada
kontinum perkembangan diri dari tahap eksplorasi ke tahap kemunduran. Kematangan
vokasional dipandang sebagai umur vokasional yang secara konseptual sama dengan umur
mental (Super. 1975: 185-186). Sejak tahun 1951 terjadilah pergeseran dari model
okupasional yang dianut oleh para ahli bimbingan vokasional sebelum tahun 1951 ke model
karir.
Model okupasional terutama menekankan pada adanya kesesuaian antara bakat dan minat
dengan tuntutan pekerjaan; sedangkan model karir mencoba menghubungkan dengan
tujuantujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi, kebutuhan, konsep diri, rencana-
rencana pribadi dan sejenisnya ikut dipertimbangkan.
Sejalan dengan terjadiya pergeseran konsep vocational guidance menjadi career guidance dan
model okupasional menjadi karir telah banvak dikemukakan definisi mengenai bimbingan
karir.
1. Prinsip Bimbingan Karir
Bimbingan karir dalam menjalankannya membutuhkan prinsip-prinsip dasar supaya tidak
melenceng dari tujuan utama yang menjadi sebuah targetan layanan bimbingan karir, salah
satu diantara beberapa prinsip dalam menjalankan bimbingan karir adalah :
a. Pemahaman bahwa bimbingan karir bukanlah sebuah proses yang terpilah satu
sama lain, akan tetapi bimbingan karir merupakan sebuah proses yang
berkelanjutan dalam seluruh perjalanan hidup manusia. Dengan ini dapat dipahami
bahwasannya bimbingan karir adalah serangkaian perjalanan hidup manusia yang
terkait dengan seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan yang dijalani.
b. Bimbingan karir tidak diperuntukkan pada satu individu saja, akan tetapi bagi
Bimbingan karir merupakan bantuan yang diberikan pada individu yang sedang
dalam proses berkembang.
c. Semua orang jelaslah memiliki hak untuk menentukan pilihan, memutuskan jalan
pilihannya yang sekaligus dipertanggungjawabkan atas segala resiko dan
konskwensinya. Namun dalam bimbingan karir ini tidaklah sekedar memperhatikan
hak individu untuk menentukan dan memilih pilihannya tetapi juga membantu
untuk mengembangkan cara-cara penentuan pilihan secara Pemilihan dan
penyesuaian karir dimulai dengan pengetahuan tentang jati diri pribadinya.
d. Bimbingan karir membantu individu untuk memahamidunia kerja dan sejumlah
pekerjaan yang ada di lingkungan masyarakat serta berbagai sisi kehidupannya.
2. Tujuan bimbingan karir
a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang
terkait dengan pekerjaan.

5
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset. 1989.

1
b. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang
menunjang kematangan kompetensi karir.
c. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam
bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya,
dan sesuai dengan norma agama.
d. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran)
dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi
cita- cita karirnya masa depan.
e. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut,
lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
f. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara
rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan
kondisi kehidupan sosial ekonomi.
g. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang
konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya
kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.

1
BAB 2
URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING KARIER

A. Pengertian bimbingan dan konseling

1. Pengertian bimbingan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa,
agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri,
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2. Pengertian konseling
Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman
siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan.
Dimana ia diberi panduan pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien. Konseling
harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan
masalah- masalahnya sendiri tanpa bantuan.6
B. Urgensi Bimbingan dan Konseling

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan


semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan)
atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi
peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya
atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual,
sosial, dan moral-spiritual).
Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk
mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih
kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga
pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu
keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus,
atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan
dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.

6
Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm: 2

1
Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun
sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam
lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila
perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan
melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi
(kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku.
Perubahan lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan
perkembangan tersebut, di antaranya: pertumbuhan jumlah
penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi
masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan
perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri.
Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti : maraknya tayangan pornografi di
televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obat
terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga; dan
dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup konseli
(terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak
yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum
minuman keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif lainnya, seperti: ganja, narkotika, ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas, dan
pergaulan bebas (free sex).
Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak
sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam
tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu:
(1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
(2) berakhlak mulia,
(3) memiliki pengetahuan dan keterampilan,
(4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani,
(5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta
(6)memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut
mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan
untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian
tujuan pendidikan tersebut.7

Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan adalah


mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram
untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah garapan
bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data tentang
perkembangan konseli beserta berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang
mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif
dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan
konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan instruksional
dengan mengabaikan bidang

7
ohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 34

1
bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan konseli yang pintar dan terampil dalam
aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek
kepribadian.
Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu
dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor,
kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan
dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan
dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling).
Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian
tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli.
Tugas- tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai
konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar
(standard based guidance and counseling). Standar dimaksud adalah standar kompetensi
kemandirian.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan para
personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf
administrasi), orang tua konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi
pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan
proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para
konseli agar dapat mengem-bangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik
menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Atas dasar tersebut, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah
diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi
aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli
sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan
spiritual).

C. Urgensi BK di Sekolah

Urgensi Bimbingan dan konseling di sekolah mengacu pada UU No.23 tentang sisdiknas,
yakni UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia seutuhnya dibutuhkan konselor sekolah yang profesional,
sehingga pekerjaan yang dilaksanakan dalam suatu profesi dapat dipertanggungjawabkan
kepada semua pihak yang terkait. Untuk menjadi konselor yang profesional perlu melakukan
peningkatan kemampuan secara terus menerus melalui proses belajar sepanjang hayat yang
akan menjadi determinan eksistensi ketahanan hidup manusia belajar sepanjang hayat
menjadi strategi belajar pada masyarakat global. Dalam melaksanakan tugas konselor
diperlukan tenaga yang profesional sesuai dengan tuntutan dan kondisi saat ini.8

Huda, Khaerul, 2012. URGENSI BIMBINGAN KONSELING DALAM 1


8

1
D. Landasan bimbingan dan

konseling Landasan Bimbingan dan

Konseling

Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor


yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana
utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Secara teoritik,
berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat lima aspek pokok yang
mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis,
landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan
teknologi, dan landasan religius. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-
masing landasan bimbingan dan konseling tersebut :

1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman
khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling
yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Landasan filosofis
dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang
hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ?

Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat
dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan
filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dengan memahami hakikat manusia
tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari
hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya
harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan
berbagai dimensinya.

2. Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi


konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan
bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor
adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan
individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
a.Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku
baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu
semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang
terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan
tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan
digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu
(motivasi ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang
mengarah pada suatu tujuan.

b. Pembawaan dan Lingkungan


Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan
mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir
1
dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot,
warna

1
kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan
pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan
mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada.

c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu
yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi
aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Dalam
menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan
individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa
depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.

d. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar
untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan
mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu.
Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-
tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan.

e. Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian
secara bulat dan komprehensif. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh
Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50
definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya,
akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap.
Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling serta dalam upaya memahami dan
mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat
memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku
individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat
mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk
memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat
mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap
potensi bawaan kliennya. Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor
dituntut untuk memahami tentang aspek- aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar
yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor
kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya. Oleh
karena itu, agar konselor benar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya
terdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi
umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan psikologi
kepribadian.9

3. Landasan Sosial-Budaya

9
Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm: 37

1
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada
konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan
produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan
dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-
budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat
mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang
melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan
pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien,
yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda.
Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang
mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a)
perbedaan bahasa;
(b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan.
Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat
menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang
berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung
menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif
(social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat
menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif.
Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-
unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana
antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali
apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor
dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu
diantisipasi.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-
dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai
metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau
analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-
tulisan ilmiah lainnya.
Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah
menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan secara
ilmiah (McDaniel dalam Prayitno, 2003).
Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, Prayitno
(2003) memperluas landasan bimbingan dan konseling dengan menambahkan landasan
paedagogis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.

Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu:
(a) pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu
bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling;
dan
(c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.10
Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok,
yaitu : (a) manusia sebagai makhluk Tuhan; (b) sikap yang mendorong perkembangan dari

2
10
Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm: 43-49

2
perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama; dan (c)
upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan
perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang
sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan
pemecahan masalah.

5. Landasan religius

Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:


1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan

2)Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan
sesuai dengan kaidah-kaidah agama

3)Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana


dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk
membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu.
Landasan Religius berkenaan dengan :

a. Manusia sebagai Mahluk Tuhan


Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan
tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya
bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.

b. Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap
keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri,
agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi
dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang
kehidupan dunia dan akhirat.

c. Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan
tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan
sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama
sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi :
d. Memelihara fitrah
e. Memelihara jiwa
f. Memelihara akal
g. Memelihara keturunan

2
BAB 3
KONSEP DASAR BIMBINGAN KARIR, TUJUAN, FUNGSI, DAN PRINSIP-
PRINSIP BIMBINGAN KARIR

A. Pengertian Umum Bimbingan Karier


 Menurut Frank Parson dalam buku Choosing a Vocation (1909) dan dikutip oleh
Wikipedia (2012)
Pada awalnya penggunaan istilah ini lebih merujuk pada usaha membantu
individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya
berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu
pekerjaan. Namun selanjutnya terjadi perubahan pendekatan dari model
okupasional (occupational) ke model karir (career). Kedua model ini memiliki
perbedaan, dimana pada model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian
antara bakat dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan, sedang pada model karir,
tidak hanya sekedar memberikan penekanan tentang pilihan pekerjaan, namun
mencoba pula menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-
tujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana
pribadi dan semacamnya mulai turut dipertimbangkan.
 Menurut Calhoun dan Finch (1976)
Bahwa program pendidikan karir di memiliki tahapan berupa kesadaran karir,
eksplorasi karir, dan persiapan karir.
Mendefinisikan bimbingan karier sebagai aktivitas-aktivitas dan program-
program yang membantu individu rnengasimilasikan dan mengintegrasikan
pengetahuan, pengalaman dan apresiasi-apresiasi yang berkaitan dengan:
1. Pengenalan diri, yang meliputi hubungan seseorang dengan ciri-ciri dan persepsi-
persepsinya sendiri, serta hubungannya dengan orang lain dan lingkungan.
2. Pemahaman, pengenalan terhadap kerja masyarakat dan faktor yang
mempengaruhi perubahanya, termasuk sikap-sikap dan disiplin kerja.
3. Kesadaran akan waktu luang yang bisa berperan dalam kehidupan seseorang.
4. Pemahaman akan perlunya dan banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan
dalam perencanaan karier.
5. Pemahaman terhadap informasi dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan
untuk mencapai pemenuhan diri dalam pekerjaan dan waktu luang.
6. Mempelajari dan menerapkan proses pengambilan dan keputusan karier.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan di atas maka dapat
diperoleh pengertian bahwa bimbingan karier adalah kegiatan birnbingan yang
diberikan kepada siswa untuk memilih, menyiapkan diri, mencari, dan
menyesuaikan diri terhadap karier yang sesuai dengan minat, bakat, dan
kemampuannya sehingga dapat mengernbangkan dirinya secara optimal sehingga
dapat menemukan karier dan melaksanakan karier yang efektif dan memberi
kepuasan dan kelayakan.
2
Dasar-dasar Pelaksanan Bimbingan Karir Disekolah : Pelaksanaan layanan
bimbingan karir disekolah kepada setiap pendidik dituntut untuk memahami dengan
mendalam dan seksama mengenai dasar-dasar atau pokok-pokok pikiran yang
melandasi pelaksanaan bimbingan karir di sekolah.
Dasar-dasar atau pokok pikiran yang melandasi pelaksanaan bimbingan karir
disekolah diantaranya :
1. Perkembangan anak didik menuntut kemampuan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan
2. Sebagian hidup manusia berlangsung dalam dunia kerja
3. Bimbingan karir diperlukan agar menghasilkan tenaga pembangunan yang cakap
dan terampil dalam melakukan pekerjaan untuk pembangunan
4. Bimbingan karir diperlukan berdasarkan bahwa setiap pekerjaan atau jabatan
menuntut persyaratan tertentu untuk melaksanakannya. Pekerjaan atau jabatan
itupun menuntut persyaratan tertentu dari individu-individu yang melaksanakannya
5. Bimbingan karir dilaksanakan disekolah atas dasar kompleksitas masyarakat dan
dunia kerja
6. Manusia mampu berfikir secara rasional
7. Bimbingan karir dilandaskan pada nilai-nilai dan norma-norma yang cakup dalam
falsafah pancasila
8. Bimbingan karir menjunjung tinggi nilai-nilai martabat manusia baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat.
B. Konsep Bimbingan Karier
Konsep layanan bimbingan karir sulit dipisahkan dari konsep vocational
guidance yang berubah menjadi career guidance seperti yang dikemukakan oleh
National Vocational Guidance Association (NVGA) pada tahun 1973, yang diartikan
sebagai proses membantu dalam memilih pekerjaan, mempersiapkan, memasuki
dan memperoleh kemajuan di dalamnya (Herr and Cramer, 1979: 6). Pada tahun
1951, Donal Super mengajukan revisi terhadap definisi bimbingan jabatan sebagai
suatu proses bantuan terhadap individu untuk menerima dan mengembangkan diri
dan peranannya secara terpadu dalam dunia kerja, mengetes konsepnya dengan
realitas dan kepuasan bagi dirinya dan masyarakat (Herr and Cramer, 1979: 6).
Atas dasar analisis itu, Super (Tennyson, et. al. , 1974: 146) mengganti konsep
vocational choice menjadi vocational development.
Kematangan vokasional menunjukkan pada tingkat perkembangan, tingkat
yang dicapai pada kontinum perkembangan diri dari tahap eksplorasi ke tahap
kemunduran. Kematangan vokasional dipandang sebagai umur vokasional yang
secara konseptual sama dengan umur mental (Super. 1975: 185-186). Sejak tahun
1951 terjadilah pergeseran dari model okupasional yang dianut oleh para ahli
bimbingan vokasional sebelum tahun 1951 ke model karir.
Model okupasional terutama menekankan pada adanya kesesuaian antara
bakat dan minat dengan tuntutan pekerjaan; sedangkan model karir mencoba
menghubungkan dengan tujuan-tujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi,
kebutuhan, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan sejenisnya ikut
dipertimbangkan.
Sejalan dengan terjadiya pergeseran konsep vocational guidance menjadi
career guidance dan model okupasional menjadi karir telah banvak dikemukakan
definisi mengenai bimbingan karir.

2
C. Tujuan Bimbingan Karier
 Menurut Dewa Ketut Sukardi
Tujuan dari Bimbingan Karir secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu tujuan umum dan Khusus.
Secara umum tujuan diselenggarakannya Bimbingan Karier di sekolah ialah
membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam
pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang
menuju kepada karier dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan
karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya.
Sedangkan, tujuan khusus dari diselenggarakannya bimbingan karier adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman diri siswa.
2. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang dunia kerja.
3. Membina sikap yang serasi terhadap partisipasi dalam dunia kerja dan terhadap
usaha dalam mempersiapkan diri dari suatu jabatan.
4. Meningkatkan kemahiran berpikir agar mampu mengambil keputusan tentang
jabatan dan melaksanakan keputusan itu.
5. Mengembangkan nilai-nilai sehuburgan dengan gaya hidup yang dicita-citakan,
termasuk jabatan. Menopang kemampuan berkomunikasi dan bekerja sarna.
 Menurut International Labour Office (2010)
Merumuskan bahwa kegiatan layanan bimbingan dan konseling karir terkait
erat dengan empat kompetensi utama bagi para siswa agar dapat menghadapi
masa depan karir mereka yaitu :
1. Kesadaran diri atau pengenalan diri sendiri
2. Kesadaran akan kesempatan bekerja
3. Pembuatan keputusan pendidikan dan karir
4. Pembelajaran transisional dan pengetahuan akan persyaratan kerja.
 Menurut Peters dan Shetzer (1974:267)
Mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa
dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan karir. Guru
pembimbing hendaknya dapat membantu siswa merencanakan karimya sesuai
dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya.
 Menurut Bimo Walgito (2010)
Tujuan bimbingan karir tersebut membantu para siswa agar :
1. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri terutama yang berkaitan dengan
potensi yang ada dalam dirinya.
2. Memahami dan menyadari nilai-nilai yang ada pada dirinya dan dalam masyarakat.
3. Mengetahui jenis pendidikan dan atau pekerjaan yang cocok dengan potensi yang
ada pada dirinya.
4. Menemukan hambatan yang mungkin timbul dan mencari jalan keluar untuk
mengatasi hambatan tersebut.
5. Para siswa dapat merencanakan masa depannya, dan menemukan karir dan
kehidupan yang sesuai atau serasi.
 Menurut Popon Syarif Arifin (dalam Aryatmi Siswohardjono, 1990:457)
Mengemukakan bahwa bimbingan karier bertujuan untuk membantu anak
dalam rnengembangkan dirinya secara optimal sehingga dapat merencanakan

2
pencapaian pekerjaan sebagai landasan kariernya yang sesuai dengan
kernampuannya.
 Menurut Moh. Surya (1988.14)
Menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu
memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menentukan peralanan
hidupnya dan mengembangkan karir kearah yang dipilihnya secara optimal. Dari
penjelasan-penjelasan tersebut, secara essensial bimbingan karir merupakan salah
satu proses layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman
diri, pemahaman nilai-nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara
mengatasinya serta perencanaan masa depan. Masa depan harus direncanakan
disongsong bukan di tunggu. Awal masa depan itu adalah "di sini dan sekarang".
Persiapan untuk menyongsong masa depan dilakukan melalui prosedur-prosedur
tertentu baik melaui pendidikan informal, formal maupun non formal. Melalui
pendidikan di sekolah siswa dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap-sikap tertentu. Bekal yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan uttuk
mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja.
Selain yang telah dikemukakan diatas secara rinci tujuan dari bimbingan karir
tersebut ialah membantu para siswa agar :
1. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan
potensi yang ada dalam dirinya mengenai kemampuan, minat, bakat, sikap dan
cita-citanya yang darinya peserta didik dapat mengidentifikasi bidang studi dan karir
yang sesuai dengan dirinya.
2. Peserta didik memperoleh pemahaman tentang berbagai hal terkait dengan dunia
(karir-studi) yang akan dimasukinya seperti tingkat kekuasan karir yang ditawarkan,
deskripsi tugas dalam berbagai bidang pekerjaan, pengaruh perkembangan
teknologi terhadap bidang kerja tertentu, kontribusi yang dapat diberikan dalam
bidang pekerjaan tertentu pada masyarakat, dan tuntutan kemampuan kerja dalam
bidang- bidang pekerjaan tertentu di masa depan.
3. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada
dalam dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang diperlukan bagi
suatu bidang tertentu, memahami hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan
masa depan.
4. Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang disebabkan oleh
dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk mengatasi
hambatan- hambatan tersebut.
5. Para siswa dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karir dan
kehidupan yang serasi, yang sesuai (Depdikbub, Petunjuk Pelaksanaan bimbingan
Karir,1985).
6. Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yang tersedia
yang relevan dengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian peserta didik
memperoleh dan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan (skill) yang
dituntut oleh peran-peran kerja tertentu.
7. Peserta didik mampu mengambil keputusan karir bagi dirinya sendiri,
merencanakan langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan perencanaan karir yang
realistik bagi dirinya. Perencanaan karir yang realistik akan meminimalkan faktor
dan dampak negatif dan memaksimalkan faktor dan dampak positif dari proses
pemilihan karir.
8. Mampu menyesuaikan diri dalam mengimplementasikan pilihannya dan berfungsi
optimal dalam karir (studi dan kerja), carney, l987 dan Reihant, 1979 (dalam Fajar
Santoadi, 2007).

2
Dari uraian diatas nampak bahwa bimbingan karir merupakan usaha untuk
mengetahui dan memahami diri memahami apa yang ada dalam diri sendiri dengan
baik dan diarahkan untuk membantu siswa dalam perencanaan dan pengarahan
kegiatan serta dalam pengambilan keputusan yang membentuk pola karir tertentu
dan pola hidup yang akan memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya.

D. Prinsip-prinsip Bimbingan Karier

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai pondasi atau


landasan bagi layanan bimbingan karier. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep
filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan
atau bimbingan karier, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prinsip-prinsip itu
adalah sebagai berikut :
1. Bimbingan karier ditujukan bagi semua individu. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan
karier diberikan kepada semua pihak atau peserta didik, baik yang tidak
bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita, baik anak-anak,
remaja maupun dewasa. Dengan demikian, bimbingan karier merupakan suatu
proses bantuan atau layanan yang berkelanjutan dalam seluruh perjalanan hidup
seseorang, bukan merupakan peristiwa yang terpilah satu sama lainnya.
2. Bimbingan karier merupakan bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) yang
sedang dalam proses berkembang. Dengan demikian, ciri-ciri dan tugas-tugas
perkembangan pada tahap tertentu hendaknya dijadikan dasar pertimbangan dalam
setiap kegiatan bimbingan karier. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam
bimbingan karier lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada
penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik atau pendekatan dalam setting
(adegan) kelompok daripada perseorangan (individual). Pendekatan preventif
adalah layanan bimbingan untuk mencegah individu/klien agar tidak terjerumus
kepada masalah dalam proses pengembangan dirinya. Pendekatan pengembangan
adalah layanan bimbingan untuk memfasilitasi laju perkembangan individu/klien.
Pendekatan kuratif adalah layanan bimbingan untuk menyembuhkan individu/klien
dari masalah psikologis atau model pencarian jalan keluar dari masalah yang
dihadapi individu.
3. Bimbingan karier bersifat individual. Setiap individu bersifat unik (berbeda satu
sama lainnya), dan melalui bimbingan karier individu dibantu untuk memaksimalkan
perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi
fokus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya
menggunakan tekik kelompok.
4. Bimbingan karier menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada
individu yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan karier karena
bimbingan karier dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat
berbeda dengan pandangan itu, bahwa dalam hal ini bimbingan karier sebenarnya
merupakan proses bantuan yang menekankan pengembangan kekuatan dalam diri
dan kesuksesan, karena bimbingan karier merupakan cara untuk membangun
pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan dan peluang
untuk berkembang.
5. Bimbingan karier merupakan usaha bersama. Bimbingan karier bukan hanya tugas
atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru dan kepala sekolah. Mereka
sebagai tim kerja terlibat dalam proses bimbingan karier. Program bimbingan karier

2
akan berlangsng efektif apabila ada upaya kerja sama antar personel sekolah, juga
dibantu oleh personel dari luar sekolah, seperti orang tua siswa atau para spesialis.
6. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan karier.
Bimbingan karier diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan
dan mengambil kariernya. Bimbingan karier berperan untuk memberikan informasi
dan nasihat kepada individu. Hal itu sangat penting baginya dalam mengambil
keputusan kariernya. Kehidupan karier individu diarahkan oleh tujuan kariernya,
dan bimbingan karier memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan,
menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan karier melalui pengambilan
keputusan yang tepan dan bertanggung jawab atas keputusan itu. Kemampuan
individu untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi
kemampuan yang harus dikembangkan. Oleh karena itu, bimbingan karier tidak
sekedar memperhatikan hak individu untuk menentukan pilihan atau mengambil
keputusan sendiri, tetapi juga membantu individu agar memperoleh keterampilan
dalam mengembangkan cara-cara pemenuhan pilihan/putusan itu secara
bertanggung jawab.
7. Bimbingan karier berlangsung dalam berbagai latar kehidupan. Pemberian layanan
bimbingan karier tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan
keluarga, perusahaan/industri, lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat.
Bidang layanan bimbingan karier pun bersifat multi-aspek, yaitu meliputi aspek
pribadi, sosial dan pendidikan yang terkait dengan karier.

2
BAB 4

PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIER ANAK-ANAK

A. Definisi Anak-Anak

Anak-anak yang dimaksud oleh penulis adalah anak-anak pada masa sekolah dasar
yang biasanya terjadi pada usia sekitar 6-12 tahun. Antara anak-anak dan kanak-kanak
jelaslah berbeda jika anak-anak merupakan masa sekolah dasar sedang kanak-kanak
merupakan masa prasekolah. Selain masa yang membedakan, masa anak-anak pertumbuhan
dan perkembangannya terjadi relatif stabil atau tenang baik secara fisik maupun psikis.
Menurut Hurlock (1993:146) anak usia sekolah dasar atau yang disebut dengan late
childhoold berlangsung pada usia enam tahun sampai tiba saaatnya anak menjadi matang
secara seksual.

B. Pembagian Masa Anak-Anak

Periode anak-anak terbentang antara umur 6-12 tahun yang terbagi ke dalam dua
masa yaitu masa pertengahan dan masa akhir.

1. Masa Pertengahan

Masa ini disebut juga dengan masa kelas rendah yakni kelas 1,2,3 sekolah dasar.
Dalam hal ini biasanya terjadi pada usia kira-kira 6 atau 7 sampai umur 9 atau 10 tahun.

2. Masa Akhir

Masa ini terjadi pada anak sekolah dasar di kelas tinggi yaitu dari kelas 4,5,dan 6. Masa akhir
terbentang dari umur 9 atau 10 sampai umur 12 atau 13.

C. Karakteristik Anak-Anak

2
Setiap periode dalam rentang kehidupan manusia pasti memiliki karakteristik yang
menunjukkan bahwa individu sedang dalam periode tersebut. Dalam periode anak-anak
tepatnya pada usia sekolah dasar terdapat karakteristik yang terbagi kedalam dua masa,
yaitu:

1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar

Beberapi ciri khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah seperti yang disebut dibawah ini
:

a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani
dengan prestasi sekolah.

b. Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang


tradisional.

c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu dirasanya
menguntungkan untuk meremehkan anak lain.

e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu permasalahan maka permasalahan itu


dianggapnya tidak penting.

f. Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapot)
yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar

Beberapa ciri khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai berikut :

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, hal ini
menimbulkan adanya kecenderuangan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang
praktis.

b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus,
yang oleh ahli-ahli yang mengikuti teori faktor yang ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya
faktor- faktor.

d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa
lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya, setelah kira-kira umur

2
11 tahun

2
pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha
menyelesaikannya sendiri.

e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagi ukuran yang tepat (sebaik-
baiknya) mengenai prestasi sekolah.

f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat
bermain bersama-sama di dalam permainan ini, biasanya anak tidak lagi terikat kepada
aturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.

D. Aspek Perkembangan Anak-Anak

Pada setiap individu dan periode dalam rentang kehidupannya baik dari bayi hingga
dewasa memiliki ciri atau karakteristik dalam membedakan antarperiode. Ciri tersebut
dijelaskan dalam aspek perkembangan yang merupakan kenormalan pada setiap individu
dalam periodenya. Di bawah ini dijelaskan beberapa aspek perkembangan yang terjadi
dalam periode anak-anak. Jika aspek perkembangan ini terjadi dan dilakukan oleh anak-anak
maka dapat dikatakan anak tersebut berkembang dengan baik, begitupun dengan sebaliknya.

1. Aspek Fisik

Pada periode anak-anak pertumbuhan dan perkembangan fisik berjalan lambat dan
konsisten hingga bertemu dengan masa pubertas. Perkembamgan fisik menurut Kuhlen dan
Thomson mencangkup empat bahasan yaitu:

a. Sistem Syaraf

Sistem syaraf ini dikenal dengan nama otak yang memiliki hubungan atau koneksi
dengan sel-sel lain bahkan dengan organ-organ lain sehingga otak merupakan pusat
pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dalam hal ini sistem syaraf erat berpengaruh
pada pekembangan kecerdasan. Namun selain berpengaruh pada perkembangan kecerdasan,
sistem syaraf mempengaruhi perkembangan motorik, emosional, sosial, moral maupun
kepribadian.

b. Otot

Otot sangat mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik. Jika


perkembangan ototnya baik maka motoriknya akan semakin terkoordinasi dengan baik pula.
Pada anak-anak setiap gerakan anggota tubuhnya sudah selaras dengan keinginan atau
minatnya. Contohnya anak yang menggerakan tangannya untuk menulis, menggerakan

3
kakinya untuk menendang bola, dan sebagainya. Pada periode ini aktivitas motorik anak

3
memanglah lincah. Sehingga sangatlah tepat jika pada usia ini individu belajar keterampilan
fisik baik yang ringan atau halus seperti menulis dan menggambar serta keterampilan yang
berat atau kasar seperti belajar baris-berbaris dalam pramuka. Dalam pelatihan biasanya
mereka mau berlatih tanpa kenal lelah untuk mencapai keberhasilan dan kebanggaan atas
pencapaiannya. Dengan terus berlatih maka peningkatan dan ketepatan akan
didapatkan.Pada saat yang sama, masa dan kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur
bertambah. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan
(olahraga). Karena perbedaan jumlah sel-sel otot, maka umumnya anak laki-laki lebih kuat
daripada anak perempuan.

c. Kelenjar Endoktrin

Kelenjar endoktrin menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru. Terdapat


lima kelenjar endoktrin yang sangat berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak- anak yaitu pituitary, thiroid, testes, ovarium, dan adrenalin. Inti dari fungsi kelima
kelenjar tersebut dalam pertumbuhan anak-anak adalah merangsang pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan otak selain itu mempersiapkan kematangan fisik anak pada masa
pubertas nanti. Sehingga anak akan semakin terarah pada perilaku sesuai gendernya.

d. Struktur Tubuh

Struktur tubuh meliputi tinggi, berat dan proporsi tubuh. Pada anak-anak anggota-
anggota badan relatif masih pendek, kepala dan perut relatif masih besar. Menurut Mussen,
Conger & Kagan (1969). Selama masa akhir anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5% hingga
6% dan berat bertambah sekitar 10% setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak
adalah 46 inchi dengan berat 22,5 kg. Kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak mencapai 60
inchi dan berat 40-42,5 kg. Jadi, pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak
daripada panjang badannya. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih
besar. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya
ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh.

2. Aspek Intelektual

Perkembangan intelektual siswa sekolah dasar dapat ditelusuri mulai dari masa
bermain. Pada usia sekolah, anak sudah dapat memberi reaksi dari stimulus atau rangsangan
intelektual atau dalam arti lain mampu melaksanakan tugas belajarnya yang menuntut
kemampuan intelektual dan kemampuan kognitifnya yaitu membaca, menulis, dan
menghitung yang sering dikenal dengan CALISTUNG.

3
Menurut Piaget periode anak berada pada tahap operasional konkret artinya anak
mulai memiliki konsep yang semakin jelas, tidak seperti pada masa kanak-kanak yang
banyak berkhayal atau imajinasi. Ini ditandai dengan kemampuan mengelompokan benda-
benda yang memiliki karakteristik yang sama, menyusun atau menghubungkan dan
menghitung angka- angka, serta dapat memecahkan maslah yang dikategorikan masih
sederhana. Biasanya anak akan mulai berpikir kritis dengan banyak bertanya. Apalagi
terhadap lingkungan yang diamatinya, tidak hanya pemahaman mengenai lingkungan
disekolah tetapi diperluas melalui pertukaran pikiran dengan teman sebaya dan melalui
kemampuan membacanya. Dari pengalamannya yang diperluas dan pelajaran-pelajaran di
sekolah, anak mengembangkan sikap yang lebih realistis. Aktivitas ini biasanya mengacu
pada aktivitas kognisi yaitu mengingat dan berpikir. Anak akan mengingat pengalaman yang
dapat menjadikannya sebagai bahan informasi atau menjadi konsep dalam dirinya.

3. Aspek Emosi

Anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidak dapat diterima
dalam masyarakat terjadi saat menginjak atau berada pada kelas tinggi sekolah dasar yaitu
kelas 4, 5, dan 6 maka mereka mulai belajar mengendalikan dan mengontrol ekspresi
emosinya. Kemampuan ini dipengaruhi oleh suasana kehidupan ekspresi emosi didalam
keluarga. Anak akan belajar mengontrol emosinya dengan cara meniru orang dewasa
disekitarnya.

Berbagai emosi yang dialami anak sekolah dasar adalah marah, takut, cemburu, iri
hati, kasih sayang, rasa ingin tahu dan kegembiraan yang meluap. Emosi pada anak dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu emosi positif dan emosi negatif. Contoh dari emosi
positif yaitu rasa senang, bergairah, bersemangat, dan rasa ingin tahu. Emosi positif ini dapat
kita indikasi dengan mengetahui ciri-cirinya yaitu menunjukkan wajah yang ceria, mau
bergaul dengan teman sebaya secara baik, bergairah dalam belajar, dapat berkonsentrasi
dalam belajar, dan bersikap respek atau menghargai terhadap diri sendiri dan orang lain.
Sedang emosi negatif yaitu perasaan tidak suka, kecewa, sedih, tidak bergairah dengan ciri
atau karakteristik yaitu menunjukkan wajah yang murung, mudah tersinggung, tidak mau
bergaul dengan orang lain, suka marah-marah, suka mengganggu teman dan tidak percaya
diri. Emosi positif dan negatif sangat mempengaruhi sikap dan tindakan anak. Dalam proses
belajar emosi negatif dapat menjadi penghambat bagi anak untuk belajar.

4. Aspek Bahasa

3
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Usia sekolah
merupakan masa berkembangnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan
kata. Menurut Abin Syamsuddin M dan Nana Syaodih S. anak sudah mampu menguasai
sekitar 2.500 kata dan pada akhir masa anak-anak telah dapat menguasai sekitar 5.000 kata.

Dengan dikusainya keterampilan membaca dan berkomunikasi anak sudah mulai gemar
membaca atau mendengar cerita. Selain itu, anak mulai menyukai pemakaiaan bahasa yang
hanya dimengerti oleh anggota kelompok sebaya dengan maksud untuk menjaga privasi. Di
samping itu, sekolah mengajarkan pula perkembangan perbendaharaan kata dan susunan
kalimat sehingga anak semakin mengenal bentuk-bentuk susunan kalimat yang benar.
Pengajaran ini dimaksudkan agar siswa dapat menggunakan dan menguasai bahasa untuk
berkomunikasui secara baik dengan orang lain, mengekspresikan pikiran, perasaaan, sikap
atau pendapatnya, dan memahami isi dari setiap bahan bacaan yang dibacanya. Selain dari
lingkungan sekolah yang mengajarkan bahasa, anak juga belajar dari pembicaraan dengan
teman dan orang dewasa lainnya. Agar aspek bahasa dapat dikuasai anak dengan baik, maka
anak harus sering dilatih melalui tulisan. Contohnhya seperti menuliskan perasaan atau
pengalamannya

5. Aspek Sosial

Aspek sosial adalah aspek yang mengacu pada pencapaian dalam hubungan atau
interaksi sosial. Aspek ini merupakan perkembangan anak sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan teman bermain dan lingkuangannya. Perkembangan sosial anak
usia sekolah ditandai dengan perluasaan hubungan seperti dengan teman sebaya sehingga
ruang gerak hubungan sosialnya semakin bertambah luas. Anak pada kelas tinggi sekolah
dasar sudah mudah untuk menyesuaikan diri pada kelompoknya. Menjalin pertemanan
dengan teman sebayanya sangat dibutuhkan oleh anak untuk saling berbagi, menngisi, dan
mengerti karena pada usia ini anak akan mencari teman dekat yang memilki kesamaan minat
dan kebutuhannya hingga usia akhir sekolah anak semakin memilih teman karibnya yang
biasanya dipilih karena persamaan latarbelakang sosial ekonomi, ras, dan agama.

Dengan perkembangna sosial yang baik ini akan mendukung anak dalam belajarnya
disekolah. Seperti saat mendapat tugas kolompok, atau jadwal piket, dan dalam
ekstrakulikulernya.

6. Aspek Moral

3
Pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari
orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini anak sudah dapat memahami alasan
mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk
perilaku dengan konsep benar-salah ataua baik-buruk. Karena dalam hal ini anak berada pad
tahap moralitas konvensional atau moralitas yang didasarkan dari aturan-aturan dan
penyesuaian konvensional.Pada anak kelas tinggi sekolah dasar, moral siswa sangat
dipengaruhi oleh moralitas kelompok bermainnya tanpa meninggalkan moral yang diajarkan
oleh orangtuanya.

7. Aspek Religi

Menurut Makmun ciri-ciri pada aspek religi yaitu sikap keagamaan yang reseptif
namun sudah disertai dengan pengertian. Ciri yang kedua yaitu pandangan dan paham
ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman
pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari kebesaran Tuhannya. Selain itu
pengahayatan rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritualnya diterima sebagai
keharusan moral.

Sebagai anak yang tengah berada dalam tahap pemikiran operasional konkret, maka
anak-anak usia sekolah dasar akan memahami segala sesuatu yang abstrak dengan
interpretasi secara konkret. Hal ini juga berpengaruh terhadap pemahamannya mengenai
konsep-konsep keagamaan. Misalnya gambaran tentang tuhan, pada awalnya anak-anak
akan memahami tuhan sebagai subuah konsep konkret yang mempunyai perwujudan real,
serta memiliki sifat pribadi seperti manusia. Namun seiring perkembangan kognitifnya,
konsep ketuhanan yang bersifat konkret ini mulai berubah menjadi abstrak. Dengan
demikian, gagasan-gagasan keagamaan, yang bersifat abstrak dipahami secara konkret,
seperti tuhan itu satu, tuhan itu amat dekat, tuhan itu ada dimana-mana, mulai dapat di
pahami. Sehingga dalam hal ini pendidikan anak di sekolah dasar sangatlah diperlukan
untuk memperkenalkna tuhannya.

E. Tugas Perkembangan Anak-Anak

Proses perjalanan kehidupan manusia dalam periode anak-anak memiliki tugas


perkembangan yang harus dilakukan oleh setiap individu karena dengan memenuhi tugas
perkembangan, individu akan mendapatkan kebahagiaan. Menurut salah satu tokoh yaitu
Havighurst (1961:2) mendefinisikan bahwa tugas perkembangan merupakan suatu tugas
yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu

3
dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan
tugas

3
berikutnya. Sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri
individu yang bersangkutan sehingga menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-
kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.

Berikut adalah tugas perkembangan anak-anak, sebagai berikut:

1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.

2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.

3. Belajar bergaul dengan teman sebaya.

4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.

5. Belajar keterampilan dasar membaca, menulis, dan menghitung.

6. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.

7. Mengembangkan kata hati.

8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri).

9. Mengembangkan sikap positif terhadap kelompok sosial.

F. Bimbingan Karir Anak-Anak Di Sd

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, melalui direktorat Pendidikan


Dasar telah menerbitkan buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Siswa di Sekolah Dasar
dalam rangka pelaksanaan kurikulum tahun 1994, dalam buku pedoman itu disebutkan
bahwa isi layanan bimbingan di sekolah dasar ada tiga , yaitu:

1. Bimbingan pribadi-sosial.

2. Bimbingan belajar.

3. Bimbingan karier.

Jadi jelaslah secara formal dan legal program bimingan karier sudah diberikan sejak usia
sekolah dasar. Lebih jauh dijelaskan secara rinci pada Buku Pedoman Bimbingan dan
Penyuluhan tersebut mengenai isi bimbingan karir untuk kelas rendah (kelas 1,2, dan 3)
maupun untuk kelas-kelas tinggi (4,5, dan 6) sebagai berikut:

1. Isi bimbingan karier untuk kelas-kelas rendah (dikutip dari pedoman BP-SD, 1994, hal.
16-17 ):

3
a. Mengenalkan perbedaan antar kawan sebaya .

b. Menggambarkan perkembangan siswa.

c. Menjelaskan bahwa bekerja itu penting bagi kehidupan sesuai dengan tuntutan lingkungan.

d. Mengenalkan keterampilan yang dimiliki siswa.

e. Menjelaskan macam-macam pekerjaan yang ada dilingkungan sekolah.

f. Menggambarkan kegiatan setelah tamat sd.

g. Mengenalkan kegiatan-kegiatan yang menarik.

h. Mengenalkan alasan orang memilih suatu pekerjaan, dan bahwa pilihan itu masih bisa
berubah.

i. Menjelaskan bahwa kehidupan masa depan dapat direncanakan sejak sekarang.

j. Mengenalkan bahwa seseorang dapat memiliki banyak peran.

k. Menjelaskan bahwa pekerjaan seseorang itu dipengaruhi oleh minat dan kecakapannya.

2. Isi bimbingan karier untuk kals-kelas tinggi (dikutip dari pedoman BP-SD, 1994, hal.19-
20) adalah:

a. Menjelaskan manfaat mencontoh orang-orang yang berhasil.

b. Melatih siswa menggambarkan kehidupan dimasa yang akan datang.

c. Membimbing diskusi mengenai pekerjaan wanita dan pria.

d. Menjelaskan jenis-jenis keterampilan yang dikaitkan dengan pekerjaan tertentu.

e. Melatih siswa membayangkan hal-hal yang akan dilakukan pada usia kira-kira 25 tahun
kelak.

f. Membimbing siswa tentang macam-macam gaya hidup dan pengaruhnya.

g. Menjelaskan tentang pengaruh nilai yang dianut dalam pengambilan keputusan.

h. Membimbing siswa untuk memperkirakan bahwa meneladani tokoh panutan dapat


mempengaruhi karir.

i. Melatih siswa merencanakan pekerjaan apa yang cocok pada masa dewasa.

3
j. Membimbing siswa berdiskusi tentang pengaruh pekerjaaan orang terhadap kehidupan
anak.

k. Melatih siswa melihat hubungan antara minat dan kemampuan.

l. Mengenalkan bermacam-macam cara untuk kemajuan prestasi.

m. Mengenalkan macam-macam pekerjaaan yang ada dilingkungan sekitar.

G. Indikator Kematangan Karir Anak-Anak

Anak-anak memanglah belum memiliki perencanan karir yang matang seperti periode
remaja atau dewasa namun dalam periode anak-anak terdapat perjalanan karir yang
berpengaruh pada periode masa mendatang ketika dewasa nanti. Perjalanan atau
perkembangan dan kematangan karir anak-anak hanya sampai pada kesadaran akan karir
seperti contoh anak yang tahu profesi orangtuanya atau memiliki keinginan ketika besar
nanti ia akan menjadi seperti orang tuanya.

Anak-anak dapat dikatakan matang dalam karir atau sadar akan dunia karir, maka harus
dilihat dari indikator yang menunjukkan bahwa anak itu tahu dan mengerti mengenai karir.
Dibawah ini adalah beberapa indikator anak-anak dapat dikatangan matang dalam karirnya,
yaitu:

1. Pentingnya pengetahuan konsep diri yang positif tentang perkembangan karir.

2. Keterampilan berinteraksi dengan orang lain.

3. Kesadaran pentingnya perkembangan emosi dan fisik pembuatan keputusan karir.

4. Kesadaran pentingnya pencapaian prestasi untuk mendapatkan kesempatan karir.

5. Kesadaran hubungan antara pekerjaan dan belajar.

6. Keterampilan untuk memahami dan menggunakan informasi karir.

7. Kesadaran hubungan antara tanggung jawab personal, kebiasaan bekerja yang baik
dan kesempatan karir.

8. Kesadaran bagaimana karir berhubungan dengan fungsi dan kebutuhan di masyarakat.

9. Memahami bagaimana cara mengambil keputusan dan memilih alternatif


berdasarkan pendidikan dan tujuan karir.

10. Kesadaran hubungan antara peran dalam kehidupan dan karir.

3
11. Kesadaran tentang perbedaan pekerjaan dan perubahan peran laki-laki dan perempuan.

3
12. Kesadaran terhadap proses perencanaan karir. Commented [u1]: Perlu di perhatikan dan di benahi dalma pembuatan
- Dalma makalah menggunakna spasi 1,5
-Dalam pembuatan penomoran di perhatikan A
1
2
ab
1)
2)
- Setiap paragrap menjorok kedalam
Anak-anak yang dimaksud oleh penulis adalah anak-anak pada masa sekola

Commented [A2R1]:

3
BAB 5

PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIER REMAJA

A. Pengertian Pengembangan Karir


Pengembangan karir merupakan usaha yang terorganisasi, dan terencana yang
terdiri atas aktivitas atau proses yang terstruktur yang menghasilkan usaha
perencanaan karir timbal balik antara pegawai atau organisasi.
Atau dapat didefinisikan pula bahwa pengembangan karir adalah suatu kesatuan
yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan seseorang dalam kegiatannya untuk
mengembangkan karyawannya dimana kegiatan ini dilaksanakan secara formal
oleh organisasi dengan tujuan mendapatkan keseimbangan antara karir individu
dengan jenjang karir yang ditentukan organisasi.

B. Karakteristik Perkembangan Remaja


Seorang ahli psikologi perkembangan, Hurlock mengemukakan beberapa
karakteristik yang menggambarkan kekhasan kehidupan remaja, antara lain
sebagai berikut.

`1. Masa remaja sebagai periode yang dinilai penting, yaitu dimana pada masa ini
seseorang dapat menentukan bagaimana kehidupan dewasanya kelak.

2. Masa remaja merupakan periode peralihan, yaitu transisi antara masa anak-
anak menuju dewasa, dalam arti pada masa ini seseorang akan mengalami sebuah
penyesuaian baru, baik dalam sikap maupun perilaku yang cukup dilematis.

3. Masa remaja merupakan periode perubahan, yaitu baik perubahan sikap,


perilaku ataupun fisik. Berikut ini adalah macam perubahan yang terjadi pada
masa remaja:

(a) meningkatnya emosi yang intensitasnya bergantung pada perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi;

(b) perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial
untuk diperankan, dan ini menimbulkan masalah baru;

(c) perubahan nilai-nilai yang dipegang, yaitu yang bergantung pada perubahan
minat dan pola perilaku remaja itu sendiri;

3
(d) munculnya sikap yang abivalen di diri remaja yang berkaitan dengan
perubahan itu sendiri, di satu sisi seorang remaja sudah menentut kebebasan diri
sebagai individu yang mandari, namun di sisi lain karena belum cukup berani
untuk bertanggung jawab akibat yang ditimbulkan dari tuntutan kebebasan itu.

4. Masa remaja digambarkan sebagai periode pencarian identitas diri, proses ini
mempengaruhi perilaku remaja, karena dalam prosesnya, seorang remaja
berusaha untuk memunculkan diri lewat usaha-usahanya dan berperilaku agar
dapat diterima oleh lingkungannya. Pemodelan sebagai aspek yang sangat
penting dalam membimbing pembentukan identitas itu, karena pada masa ini
seorang remaja sengaja mencari idola untuk membantu penyempurnaan
pembentukan identitas dirinya.
5. Masa remaja juga merupakan periode yang tidak realistis, remaja cenderung
memandang kehidupan melalui kacamata bewarna merah jambu. Ia melihat
dirinya sendiri dan orang lain sebagai mana yang ia inginkan dan bukan
sebagaimana adanya, terlebih dalam hal mendapatkan apa yang diinginkan. Masa
remaja sebagai ambang masa dewasa, dengan semakin dekatnya usia kematangan
yang sebenarnya, para remaja mulai gelisah untuk meninggalkan stereotype
belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka memang sudah
dewasa. Oleh karena itu mereka mulai berperilaku seperti halnya perilaku orang
dewasa menurut persepsinya.

C. Karakteristik Perkembangan Karir Remaja


1. Individu berbeda dalam kemampuan-kemampuan, minat-minat dan
kepribadian-kepribadiannya.
2. Dengan sifat-sifat yang berbeda, individu mempunyai kewenangan untuk
melakukan sejumlah pekerjaan.
3. Masing-masing pekerjaan menuntut pola khas kemapuan sifat-sifat
kepribadian.
4. Perfensi (pilihan atau kecenderungan akan karir yang diminati) dan
kompetensi vokasional dapat berubah sesuai dengan kehidupan.
5. Proses perubahan dapat dirangkum dalam suatu rangkain kehidupan.
6. Sifat dan pola karir ditentukan oleh taraf sosioekonomik, mental, dan
kesempatan yang terbuka dan karekteristik kepribadian individu.

4
7. Perkembangan karir adalah fungsi dari kematangan biologis dan realitas
dalam perkembangan konsep diri.
8. Faktor yang banyak menentukan dalam perkembangan karir adalah
perkembangan dan implementasi konsep diri.
9. Proses pemulihan karir merupakan hasil perpaduan antar faktor individual
dan faktor sosial, serta antara konsep diri dan kenyataan.
10. Keputusan karir tergantung pada dimana individu menentukan yang memadai
bagi kemampuan, minat, sifat kepribadian dan nilai.
11. Taraf kepuasan yang individu peroleh dari pekerjaan sebanding dengan
tingkat dimana mereka telah sanggup mengimplementasikan konsep dirinya.
12. Pekerjaan dan okupasi menyediakan suatu fokus untuk kepribadian baik pria
maupun wanita.
Berdasarkan proposisi tersebut, membagi tahap perkembangan karir menjadi lima
tahapan, yaitu:
1. Fase Pengembangan (Growth)
Setiap individu yang dilahirkan mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-
beda, dimana setiap karakter ini memiliki sebuah keunikannya masing-masing.
Ketika individu berumur kurang dari 15 tahun, pada masa itu setiap anak akan
mengembangkan setiap potensi yang ada pada dirinya, pandangan khas, sikap,
minat, dan berbagai kebutuhan-kebutuhannya yang dipadukan anak dalam
stukutur gambaran dirinya (self-concept structure). - - Tahap pertumbuhan ada
tiga sub tahap yaitu :
A. Fantasi (4-10 tahun) yang ditandai dengan dominannya aspek kebutuhan akan
rasa keingintahuan (curiousity).
B. Minat (11-12 tahun) yang ditandai dengan tumbuhnya rasa senang sebagai
determinan utama dari aspirasi dan aktivitas.
C. Kapasitas (13-14 tahun) yang ditandai dengan pertimbangan bertambahnya
bobot kemampuan, persyaratan, dan latihan karir.
2. Fase Eksplorasi (Exploration)
Kemudian pada umur 15 sampai 24 tahun individu akan memikirkan berbagai
alternative jabatan yang dipilihnya, namun pada masa ini individu belum bisa
mengambil keputusan yang sifatnya mengikat.
Tahap ini meliputi tiga sub tahap :

4
A. Tentatif (15-17 tahun) yang ditandai dengan aspek-aspek kebutuhan, minat,
kapasitas, nilai-nilai dan kesempatan secara menyeluruh.
B. Transisi (18-21 tahun) ditandai dengan menonjolkan pertimbangan yang lebih
realistis untuk memasuki dunia kerja atau latihan profesional serta berusaha
mengimplementasikan konsep diri.
C. Mencoba atau trial (22-24 tahun) ditandai dengan ditemukannya lahan atau
lapangan pekerjaan yang sangat potensial.
3. Fase Pemantapan atau Pendirian (Establisment)
Pada fase ini dimana individu berkisar pada umur 25 tahun sampai 44 tahun.
Pada masa ini individu mempunyai ciri dimana ia akan berusaha mentekunkan
memantapan dirinya melalui seluk-beluk pengalaman selama ia menjalani karir
tertentu.
A. Mencoba dengan komitmen yang bersifat stabil (25-30 tahun) yang ditandai
dengan dugaan tentang kurang memuaskan lapangan pekerjaan tertentu. Pada
tahap ini perubahan terjadi satu atau dua bidang pekerjaan yang diakhiri
dengan ditemukannya bidang pekerjaan yang mantap.
B. Lanjutan atau Advancement (31-44 tahun) yang ditandai dengan semakin
jelasnya pola karir serta usaha-usaha yang mengarah pada pemantapan dan
pengamanan posisi dalam bidang tersebut. Bagi kebanyakan orang tahap ini
merupakan tahap-tahap kreatif.
4. Fase Pembinaan (Maintance)
Pada fase pembinaan yaitu berkisar sekitar umur 45 tahun sampai 64 tahun,
dimana dalam fase ini orang dewasa sudah mampu menyesuaikan dirinya,
menikmati, dan memaknai karir yang sedang dijalaninya.
5. Fase Kemunduran (Decline)
Dalam fase ini, dimana seseorang akan memasuki masa pensiun. Setelah masuk
pada masa pensiun maka mereka harus menemukan pola hidup baru setelah
mereka melepaskan jabatan yang sebelumnya. Tahap kemunduran terdiri atas dua
sub tahap
:
A. Perlambatan (65-70 tahun) ditandai dengan kelelahan sebagai pekerja,
langkah kerja berkurang, pelaksanaan kerja yang tidak penuh, serta
berkurangnya kapasitas kerja. Kebanyakan pekerja melakukan pekerjaan
paruh waktu untuk menggantikan pekerjaan utamanya.

4
B. Pengunduran diri (retirement) (71 tahun keatas) ditandai dengan
menyerahkan atau mewariskan Kekuasaan kepada gererasi penerus. Beberapa
orang dapat menerimanya dengan hidup menyenangkan, beberapa yang lain
berakhir dengan kekecewaan dan kesulitan kemudian sisanya berakhir dengan
kematian. Kelima fase ini dianggap sangat berpengaruh pada munculnya
sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut pada suatu jabatan. Sikap dan
perilaku ini akan nampak pada tugas-tugas perkembangan karir yang
dilakukannya.

D. Indikator Kematangan Karir Remaja


Kematangan karir remaja dapat diukur dari indikator-indikator karir sebagai
berikut Uman Suherman.
1. Aspek perencanaan karir (career planing) yaitu:
(a) mempelajari informasi karir,
(b) membicarakan karir dengan orang dewasa,
(c) mengikuti pendidikan tambahan untuk menambah pengetahuan tentang
keputusan karir,
(d) berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler,
(e) mengikuti pelatihan-pelatihan berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan,
(f) mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan,
(g) mengetahui persyaratan pendidikan untuk pekerjaan yang diinginkan ,
(h) dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah,
(i) mengetahui cara dan kesempatan memasuki dunia kerja yang diinginkan,
dan
(j) mampu mengatur waktu luang secara efektif.

2. Aspek eksplorasi karir (career exploration) yaitu:

(a) berusaha menggali dan mencari informasi karir dari berbagai sumber
(guru BK, orang tua, orang yang sukses),

(b) memiliki pengetahuan tentang potensi diri, diantara bakat, minat,


intelegensi, kepribadian, nilai-nilai, dan prestasi,

(c) memiliki cukup banyak informasi karir.

3. Pengetahuan tentang membuat keputusan karir (decision making) yaitu:

4
(a) mengetahui cara-cara membuat keputusan,

4
(b) mengetahui langkah-langkah dalam membuat keputusan karir terutama
penyusunan rencana karir,
(c) mempelajari cara orang lain membuat keputusan karir,
(d) menggunakan pengetahuan dan pemikiran dalam membuat keputusan karir.

4. Pengetahuan (informasi) tentang dunia kerja (world of work information)


yaitu memiliki dua komponen dasar,

(a) berhubungan dengan tugas perkembangan ketika individu harus


mengetahui minat dan kemampuan dirinya, mengetahui cara orang lain
memperoleh hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaanya serta mengetahui
alasan orang lain berganti pekerjaan,
(b) konsep yang berkaitan dengan pengetahuan tentang tugas-tugas
perkembangan dalam satu vokasional dan perilaku-perilaku dalam bekerja.

5.Aspek pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai


(knowledge of preferred occupational group) yaitu:

(a) memahami dari tugas yang diinginkan,


(b) mengetahui sarana yang dibutuhkan dari pekerjaan yang diinginkan,
(c) mengetahui persyaratan fisik dan psikologis dari pekerjaan yang diinginkan,
(d) mengetahui minat-minta dalam alasan-alasan yang tepat dalam memilih
pekerjaan.
6. Aspek realisme keputusan karir (realism) yaitu:
(a) memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan dan kelemahan dari
berhubungan dengan pilihan karir yang diinginkan,
(b) mampu melihat faktor yang akan mendukung atau menghambat karir yang
diinginkan,
(c) mampu melihat kesempatan yang ada, berkaitan dengan pilihan karir yang
diinginkan,
(d) mampu memilih salah satu alternatif pekerjaan dan berbagi pekerjaan yang
beragam,
(e) dapat mengembangkan kebiasaan karir dan bekerja secara efektif.

7.Orientasi karir (career orientation) yaitu didefinisikan sebagai skor total dari

4
(a) sikap trhadap karir,

(b) keterampilan membuat keputusan karir, dan

(c) informaasi dunia kerja.

E. Tugas Perkembangan Remaja SMP dan SMA

1. Tugas perkembangan siswa SMP, Madrasah Tsanawiyah dan yang sederajat adalah:

A. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa


kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap
perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan
yang sehat.
C. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam perannya
sebagai pria atau wanita.
D. Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam
kehidupan sosial yang lebih luas.
E. Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir dan
apresiasi seni.
F. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan
melanjutkan pelajaran dalam mempersiapkan karier serta berperan untuk
kehidupan masyarakat.
G. Mengenal gambar dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri,
secara emosional, sosial, dan ekonomi.
H. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi,
anggota, masyarakat, dan warga negara.

2. Tugas perkembangan siswa SMA atau SMK, Madrasah Aliyah, dan yang sederajat:

A. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang


Maha Esa.
B. Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan
dalam perannya sebagai pria atau wanita.
C. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani yang sehat.

4
D. Mengembangkan pengusahaan ilmu, teknologi, seni sesuai dengan program
kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta
berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.
E. Mencapai kematangan dalam pemilihan karir.
F. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara
emosional, sosial, intelektual, dan bernegara.
G. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan keluarga, H.
H. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi sosial dan intelektual, serta apresiasi
seni.
I. Mengembangkan kematangan dalam sistem etika dan nilai.

F. Penelusan Peminatan SMP dan SMA


1. Penelusuran Peminatan SMP
Untuk setiap tingkat arah penelusuran minat digunakan enam aspek pokok
sebagai dasar pertimbangan bagi arah peminatan yang akan ditempuh. Enam
aspek tersebut secara langsung mengacu kepada beberapa karakteristik pribadi
peserta didik dan lingkungannya, kondisi sekolah dan kondisi pihak-pihak yang
bertanggung jawab atas pendidikan peserta didik yang bersangkutan, yaitu
sebagai berikut:
a. Bakat, minat, dan kecenderungan pribadi, yang dapat diukur dengan tes bakat
atau inventori tentang bakat dan minat.
b. Kemampuan dasar umum (kecerdasan), yaitu kemampuan dasar yang
biasanya diukur dengan tes inteligensi.
c. Kondisi dan kurikulum yang memuat mata pelajaran dan praktik atau latihan
yang dapat didalami peserta didik atas dasar pilihan, serta sistem Satuan
Kredit Semester (SKS) yang dilaksanakan.
d. Prestasi belajar yaitu nilai hasil belajar yang diperoleh peserta didik di
sekolah baik
(a) rata-rata pada umumnya maupun
(b) permata pelajaran, baik yang bersifat wajib maupun pilihan dalam rangka
peminatan akademik, vokasional, dan studi lanjutan.
e. Ketersediaan fasilitas sekolah yaitu apa yang ada di tempat peserta didik
belajar yang dapat menunjang pilihan atau arah peminatannya.

4
f. Dorongan moral dan finansial yaitu kemungkinan penguatan dan berbagai
sumber yang dapat membantu peserta didik, seperti orang tua dan kemungkinan
bantuan dari pihak lain, seta beasiswa.

2. Penelusuran Peminatan SMA


Untuk jenjang pendidikan menengah (satuan pendidikan SMA), peminatan
akademik meliputi:
(a) matematika dan ilmu pengetahuan alam,
(b) ilmu pengetahuan sosial,
(c) bahasa dan budaya. Untuk satuan pendidikan SMK, peminatan kejuruan
meliputi:
1. teknologi dan rekayasa
2. Kesehatan
3. seni, kerajinan, dan pariwisata
4. teknologi informasi dan komunikasi
5. peminatan agrobisnis dan agroteknologi
6. bisnis dan manajemen dan peminatan lainnya yang diperlukan masyarakat.
Melalui layanan bimbingan dan konseling, guru BK atau konselor membantu
dalam memenuhi arah peminatan sesuai dengan kemampuan dasar, bakat, minat
dan kecenderungan umum pribadi masing-masing peserta didik. Layanan
bimbingan dan konseling dalam bentuk peminatan memberikan kesempatan yang
cukup luas bagi peserta didik untuk menyalurkan dan menempatkan diri pada
jalur yang lebih tepat dalam rangka penyelesaian studi secara terarah, sukses, dan
jelas dalam menempuh pendidikan selanjutnya.
G. Materi Layanan Konseling Karir
1. Materi layanan konseling karir di SMP
Menurut Sciarra menjelaskan bahwa komponen dan kompetensi yang akan
diberikan pada siswa SMP meliputi:
a. Identifikasi minat karir dan menghubungkan minat tersebut dalam
merencanakan dimasa depan.
b. Pengenalan hubungan antara performasi sekolah dan rencana karir.
c. Identifikasi dan menggunakan sumber-sumber untuk informasi dan eksplorasi
karir.
d. Menentukan rencana karir dalam membuat pilihan-pilihan pendidikan.

4
e. Menggambarkan tentang keterampilan, kemampuan, dan minat yang
dimilikinya.
2. Materi layanan konseling karir di SMA
Menurut Sciarra menjelaskan bahwa komponen dan kompetensi yang akan
diberikan pada siswa SMA meliputi:
a. Identifikasi pendidikan dan keterampilan yang dimiliki untuk memilih karir
yang sesuai dengan bidangnya atau yang diminati.
b. Pengenalan dampak-dampak dari pilihan-pilihan karir yang telah dibuat.
c. Mengembangkan keterampilan yang dimiliki untuk membuat rencana karir.
d. Memahami potensi, bakat, dan minat yang dimiliki.
e. Membuat keputusan terhadap pilihan karir.
f. Memahami bahwa perkembangan karir merupakan suatu proses yang harus
dijalani selama hidup.

4
BAB 6

PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIER DEWASA

A. Karakteristik Perkembangan Dewasa

Secara kronologis, masa dewasa dapat dibagi kedalam tiga fase, yaitu: dewasa muda
(early adulthood, sekitar usia 18-40 tahun), dewasa madya (middle adulthood, sekitar usia
40-60 tahun), dan dewasa lanjut (old age, sekitar usia 60 tahun keatas) (Hurlock, 1988).

Untuk memahami karakteristik orang dewasa dapat disimak dari beberapa aspek
perkembangan berikut:

- Perkembangan fisik biologis

Secara biologis masa dewasa dapat diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan
individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan fisik dan kesiapan untuk
bereproduksi (berketurunan).

-Perkembangan Psikologis

Masa dewasa diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai
dengan kematangan. Dalam aspek intelektual dan sosio-emosional, seperti:

 Memiliki kemampuan berfikir yang logis dan realistis

 Dapat memecahkan masalah atau mengambil keputusan

 Memiliki kestabilan emosi

 Memiliki sense of reality (kesadaran realitas) yang cukup tinggi

 Bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan.

 Aspek sosio-religius.

Masa dewasa ditandai dengan ciri-ciri:

4
2. Rasa bertanggung jawab terhadap semua perbuatannya dan kepeduliannya
memelihara kesejahteraan hidup dirinya sendiri dan juga orang lain.

3. Berperilaku sesuai dengan tuntutan atau norma agama

4. Memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi diri dan keluarganya

5. Berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat

B. Karakteristik Perkembangan Karir Dewasa

Dalam teori rentan hidup (life-span) dari Super, perkembangan karier masa dewasa
menggunakan dua konsep utama yaitu peranan dan tahapan dalam kehidupan. Bagi super
beberapa peranan penting seorang individu adalah belajar, bekerja, pelayanan masyarakat,
aktivitas dirumah dan keluarga dan aktivitas diwaktu luang.

Super (Sharf, 1992:175) percaya bahwa setiap orang berbeda dalam memaknai
pentingnya bekerja didalam kehidupannya. Pada kenyataannya, menurut data normative
dari Salience Inventory (Nevill dan Super dalam Sharf, 1992:175) menunjukkan bahwa
orang- orang pada usia yang berbeda, budaya yang berbeda, menilai pekerjaan secara
berbeda.

Nevill dan Super (Sharf, 1992:175-176) dalam Salience Inventory mengukur tiga aspek
peran hidup yaitu komitmen, partisipasi dan ekspektasi nilai-nilai. Peran-peran hidup
tersebut diaplikasikan kedalam beberapa aktivitas, yaitu:

 Belajar (studying)

Aktivitas selama sekolah meliputi pergi kesekolah, mengikuti kursus, dan belajar dirumah
atau perpustakaan.

D. Bekerja (working)

Dapat dimulai dari masa kanak-kanak ketika anak menolong orang tua mereka dirumah,
menjadi penjajah koran atau mengasuh anak (adiknya atau dari keluarga lain).

g. Pelayanan masyarakat (community service)


5
Meliputi aktivitas sebagai sukarelawan dibidang sosial, politik atau keagamaan. Mereka
umumnya melakukan pekerjaan seperti kerja bakti, membersihkan lingkungan, membantu
menangani bencana alam dan sebagainya.

2. Aktivitas dirumah dan keluarga (home and family)

Peran ini bervariasi tergantung usia individu. Anak-anak mungkin diberi tugas
membersihkan kamarnya atau membereskan mainannya. Remaja umumnya memiliki
tanggung jawab yang lebih besar dan kompleks dibandingkan ketika mereka masih kanak-
kanak. Sebagai orang dewasa yang telah berkeluarga, mereka bertanggung jawab atas
anak-anak mereka dan mungkin juga merawat orang tua mereka yang telah lanjut usia.

e. Aktivitas diwaktu luang (leisure activity)

Aktivitas ini sangat bermakna pada saat usia kanak-kanak atau remaja, seperti aktivitas
bermain, mengikuti kegiatan olah raga, menonton televise, membaca komik atau novel.
Pada orang dewasa, aktivitas ini menjadi lebih bersifat intelektual seperti mengikuti
seminar- seminar, bergabung dalam kelompok untuk mendiskusikan buku-buku ilmiah,
masalah sosial atau keagamaan.

Lebih lanjut Sharf (1992:176-179) mengemukakan bahwa tidak hanya pentingnya


perubahan selama seumur hidup seseorang, tetapi juga sifat alamiah dari perubahan
keterlibatan itu. Aspek-aspek tersebut dijabarkan dalam indikator-indikator salience,
sebagai berikut:

 Partisipasi, konsep partisipasi terutama sekali bermanfaat karena mengukur


perilaku nyata dari individu, tidak hanya sesuatu yang diketahui tetapi hal penting
yang dikatakan.

 Komitmen, komitmen dapat berhubungan dengan keinginan untuk terlibat aktif


dalam suatu aktivitas.

H. Pengetahuan, The Salience Inventory tidak mengukur pengetahuan. Pengukuran


pengetahuan tersedia hanya untuk peran pekerja dalam Career Development
Inventory, dan sub skala Decision Making, World pf Work Information, and
Knowledge of the Preferred Occupational Group.
5
 Harapan-harapan nilai, nilai-nilai diukur oleh dua instrument Super yaitu Values
Scale dan Salience Inventory.

D. Pemanfaatan kemampuan, kemampuan yang digunakan adalah berbagai


pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang. Hal ini dapat berarti
melakukan pekerjaan atau belajar untuk mengembangkan kemampuannya.

 Prestasi, prestasi menunjukan perasaan bahwa seseorang telah menghasilkan


sesuatu yang baik. Jika peran itu menyenagkan, prestasi dapat berarti suatu
perasaan memenuhi sesuatu yang penting didalam olahraga atau music.

J. Estetika, nilai ini berhubungan dengan keindahan didalam peran yang dipilih
seseorang. Sering dihubungkan dengan nilai-nilai artistic, yang puas dengan
menciptakan lukisan, komposisi lagu atau puisi.

6. Altruism, mengacu pada membantu orang lain yang mengalami permasalahan.


Seseorang dapat membantu orang lain dari permasalahan pribadi didalam keluarga
dan karir.

 Otonomi, beberapa individu menghargai peluang kebebasan dan bekerja untuk diri
mereka sendiri, sperti membuat keputusan mereka sendiri tentang study, olahraga,
dan cara berumah tangga dalam kehidupan keluarga yang dibinanya.

C. Kreativitas, mampu untuk mencoba gagasan-gagasan baru didalam suatu hobi atau
organisasi masyarakat dapat menjadi penting bagi sebagian orang seperti membuat
produk baru ditempat kerja.

 Hadiah ekonomis, meskipun study pada akhirnya menjurus pada pendapatan tinggi,
dan keluarga yang kaya bertindak sebagai sumber untuk beberapa orang untuk
mendapatkan pendapatan yang tinggi, peran utama untuk memperoleh hadiah
ekonomis adalah sebagai seorang pekerja.

 Gaya hidup, kerja adalah peran yang paling sering dilakukan dengan orang lain dan
tentunya pelayanan masyarakat dan kehidupan keluarga membuatnya sulit untuk
hidup sesuai keinginan, kecuali individu dapat menemukan orang-orang yang
merasa memiliki cara yang sama dalam melakukan sesuatu.

5
 Aktivitas fisik, meskipun secara fisik aktif didalam studi itu sungguh menyulitkan,
peran-peran yang lain memberikan peluang untuk aktivitas fisik.

 Prestise, prestise biasanya dihubungkan dengan peran bekerja, para guru mengenali
siswa-siswa yang baik dan masyarakat-masyarakat lokal mengenali konstribusi
warga Negara.

13. Resiko, sebagian orang menyukai tantangan dan hal-hal yang menyenangkan.
Kesenangan dapat menyediakan peluang itu. Aktivitas-aktivitas seperti climbing,
wind surfing, dan paraclute jumping menyediakan kesempatan itu.

 Interaksi sosial, dengan orang lain dan bekerja disuatu kelompok dapat tercapai
didalam semua peran. Sebagian orang lebih suka belajar didalam kelompok, dan
sebagian senang bekerja sebagai bagian dari regu pada suatu proyek.

 Variasi, mampu mengubah aktivitas pekerjaan sangat menyenangkan bagi sebagian


orang. Variasi didalam peran-peran yang lain bisa berarti mengubah subjek yang
dipelajari atau bergerak dari jenis tugas satu ketugas yang lainnya.

C. Kondisi kerja, kondisi kerja termasuk pencahayaan, temperature yang


menyenangkan, dan peralatan yang baik dapat menjadi penting dalam bekerja
dengan organisasi masyarakat atau ditempat kerja sendiri.

Senada dengan uraian tersebut, Schein (Manrihu, 1992) menyebutkan siklus


kehidupan karir menjadi empat tahap yaitu entry, socialization, midcareer, dan late career.
Orang dewasa berada pada siklus midcareer dan latecareer.

Tugas-tugas tahap midcareer ditandai dengan ditemukannya karir anchors (“career


anchor”) adalah suatu konsep diri okupasional sebagai hasil dari persepsi diri dalam hal
bakat- bakat dan kemampuan-kemampuan. Sementara itu, kompetensi yang diharapkan
yaitu kompetensi teknis/fungsional, kompetensi manajerial, keamanan dan stabilitas,
otonomi, kreativitas, identitas dasar, layanan terhadap orang-orang lain, kekuasaan,
pengaruh, dan control, keragaman, dan spesialisasi dan generalisasi.

5
Tugas-tugas tahap late-career adalah menjadi mentor, pencapaian keseimbangan yang
tepat dari keterlibatan dalam pekerjaan, keluarga dan perkembangan diri, dan
mengundurkan diri dan pensiun.

D. Indikator Kematangan dan Masalah-masalah Karir Dewasa

Kematangan karir pada masa dewasa ditandai dengan stabilisasi dalam pekerjaan,
kemajuan dalam pekerjaan, inovasi dalam pekerjaan, dan perbaikan dalam pekerjaan. (
Super dalam Sharf, 1992).

Menurut Super (Sharf, 1992) munculnya post power syndrome dan disengagement
merupakan ketakutan orang dewasa saat datangnya masa 54ension.

 Disengagement

Didalam tahap pemeliharaan, jika individu tidak memperbaharui pengetahuan mereka


dan membuat beberapa usaha inovasi, mereka dalam bahaya kehilangan pekerjaan. Super
(Sharf, 1992) mula-mula menunjuk tahap ini sebagai “kemunduran” (decline), tetapi
mengubah labelnya karena konotsi negatifnya untuk banyak orang.

Sub tahap Disengagement-decelerating, Retirement planning, dan Retirement living


dapat dilihat sebagai tugas-tugas orang dewasa akhir, tetapi tidak selalu harus
dipertimbangkan.

 Decelerating

Perlambatan tanggung jawab karena seseorang. Gambaran dari permasalahan yang


sulit pada pekerjaan dan keinginan untuk menghindari tekanan batas waktu adalah tanda-
tanda dari Decelerating.

 Retirement Living

Tahap ini umumnya untuk orang-orang usia akhir 60-an, yang sering kali mengalami
perubahan dalam peran kehidupan. Penggunaan waktu luang, aktivitas dirumah dan
keluarga dan pelayanan masyarakat menjadi lebih penting, sedangkan pekerjaan akan
menjadi kurang penting. Aspek penting Retirement living adalah tempat dimana seseorang
tinggal dan penggunaan waktu luang.

5
BAB 7

TEORI-TEORI KARIR: TEORI DARI HOLLAND

A .Pengertian Bimbingan dan Konseling Karir


Menurut Ruslan A.Gani (2012:13), bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan,
layanan, dan pendekatan terhadap individu, (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan
dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya,
untuk menentukan pilihanya, dan mengambil suatu keputusan bahwa keputusanya tersebut
adalah yang paling tepat, sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-
persyaratan dan tujuan pekerjaan/karir yang dipilihnya.
Menurut Bezanson & Monsebrateen (dalam Sukardi, 1994:8), mengemukakan bahwa
yang dimaksud dengan konseling karir adalah: wawancara diantara seorang konselor dan
seorang konseli yang dititik beratkan dalam mengenal dan membahas kemungkinan-
kemungkinan pekerjaan, jabatan atau karir konseli secara realistis, mengenal cara
pemecahan masalah dan tindakan-tindakan korektif yang diperlukan untuk mencapai tujuan-
tujuan ini dan mengimplementasikan suatu rencana pengintregasian arah kegiatan konseli
kedalam pasaran kerja.
Dengan demikian pengertian bimbingan dan konseling karir dalah suatu wawancara
yang dilakukan oleh konselor berupa layanan, bantuan, dan pendekatan terhadap konseli
yang menitikberatkan pekerjaan/karir, agar konseli yang bersangkutan dapat mengenal dan
memahami diri dan karirnya sesuai dengan pilihan pekerjaan/karirnya, dapat mengenal cara
pemecahan masalah yang kemungkinan terjadi dalam suatu pekerjaan/karirnya sehingga
tujuan suatu pekerjaan/lkarir dapat tercapai secara optimal.

B.Tujuan bimbingan dan konseling karir


Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling karir diatas maka dapat dikemukakan
bahwa tujuan bimbingan dan konseling karir antara lain:
1. Dapat menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potensi-potensi dasar,
minat, sikap, dan kecakapan.
2. Mempelajari dan mengetahui tingkat kepuasan yang mungkin dapat dicapai dari
suatu pekerjaan.
3. Mempelajari dan mengetahui berbagai jenis pekerjaan dan potensi yang
berhubungan dengan potensi dan minatnya.
4. Memiliki sikap yang positif dan sehat terhadap dunia kerja, artinya skiswa dapat
memberikan penghargaan wajar terhadap setiap jenis pekerjaan.
5. Memperoleh penghargaan mengenai semua jenis pekerjaan yang ada dilingkunganya.
6. Mempelajari dan mengetahui jenis-jenis pendidikan atau latihan yang diperlukan
untuk suatu pekerjaan tertentu.

5
7.Dapat memberikan penialaian pekerjaan secara tepat.Surya (dalam Ruslan A.Gani
2012:14).
8.Mengajar konseli untuk bebas berupaya dalam mencapai dan mempertahankan
kepuasan kerja.
9. Untuk memperkuat pilihan suatu pekerjaan/karir yang telah konseli pilih secara tepat.
10. Menemukan fakta tentang diri dan dunia pekerjaan/karir yang belum diketahui.
Dari tujuan bimbingan dan konseling karir diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pada pokoknya untuk membatu individu dapat memahami dirinya, memahami dunia
kerjanya, dan mngadakan penyesuaian diri dan dunia kerja melalui pembuatan rencana
karir dan pengambilan karir secara tetap dan efektif. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
kepada setiap konselor yang melibatkan dirinya dalam masalah karir dituntut untuk
meningkatkan kepercayaan diri
konseli, melalui pendekatan-pendekatan dan teknik yang sesuai bagi masing-masing
konseli, terutama untuk membantu konseli dalam proses merencanakan, memilih,
menetapkan, mengimplementasikan, \serta memutuskan pekerjaan/karir masa depanya
secara tepat dan efektif. Ketut Sukardi(1994:18).

C.Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling karir di sekolah


Menurut Tatang,Bimbingan karier di sekolah dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka beberapa pandangan tentang prinsip-
prinsip bimbingan perlu diperhatikan oleh para pembimbing pada khususnya dan
administrator sekolah pada umumnya, terutama dalam penyusunan program pelaksanaan
layanan bimbingan karier di sekolah. Secara umum prinsip-prinsip bimbingan karier di
Sekolah, adalah sebagai berikut:
1. Seluruh siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam
pencapaian kariernya secara tepat. Tidak ada perkecualian, baik itu yang kaya maupun yang
miskin, dan faktor-faktor lainnya.
2. Setiap siswa harus memahami bahwa karier itu adalah sebagai suatu jalan hidup, dan
pendidikan adalah sebagai persiapan dalam hidup.
3.Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup memadahi
terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkernbangan sosial pribadi dan perencanaan
pendidikan karier.
4.Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang
hubungan antara pendidikannya dan kariernya.
5. Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep, berbagai
peranan dan ketrampilannya guna mengembangkan nilai-nilai dan norma-nonna yang
memiliki aplikasi bagi karier di masa depannya.
6. Program bimbingan karier di sekolah hendaknya berpusat di kelas, dengan koordinasi
oleh pembimbing, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat.

5
Dari beberapa prinsip yang terdapat dalam bimbingan karier tersebut dapat disimpulkan
bahwa, bimbingan karier dalam pelaksanaannya memiliki pedoman yang umum dan jelas
dalam memberikan pelayanan kepada siswanya dalam mendeteksi diri, memberikan layanan
tentang karakteristik dunia kerja sehingga mampu menciptakan kemandirian siswa dalam
menentukan arah pilih karier yang sesuai dengan keadaan dirinya, agar mampu mencapai
kebahagiaan hidup dimasa depan kariernya.

D . Teori pemilihan karir dari Holland


1. Konsep Dasar Teori Holland
Pada tahun 1966, Holland berpendapat bahwa lingkungan-lingkungan okupasional itu
adalah realisrik, intelektual, artistik, sosial, pengusaha dan konvensional demikian juga tipe
kepribadian yang diberi nama yang sama. Tingkatan orientasi kepribadian individu
menetukan lingkungan yang dipilihnya, semakin jelas tingkatan orientasi model pribadi
(suatu proses perkembangan yang ditentukan melalui pembawaan dan riwayat hidup yang
bereaksi dengan tuntutan lingkungan) individu menetukan lingkungan maka semakin efektif
pencarian lingkungan yang sesuai. Pengetahuan individu tentang diri dan lingkungan
diperlukan untuk menetapkan pilihan yang sesuai.
Pada tahun 1973 teori Holland direvisi bahwa tipe-tipe kepribadian dan okupasi
lingkungan itu realistik, investigatif, artistik, sosial, pengusaha, dan konvensional. Dan
holland juga mnegakui bahwa pandanganya berakar dalam psikologi diferensial, teutama
penelitian dan pengukuran terhadap minat, dan tradisi psikologi kepribadian yang
mempelajari tipe-tipe kepribadian. Dari dua sumber tersebut Holland mengasumsikan bahwa
orang yang memiliki minat yang berbeda-beda dan bekerja dalam lingkungan yang berlainan
sebenarnya adalah orang yang berkepribadian lain-lain dan mempunyai sejarah hidup yang
berbeda.
Menurut Holland (dalam Ketut Sukardi 1994:50), pilihan karir ialah suatu ekspresi atau
suatu perluasan kepribadian dalam dunia kerja yang diikuti oleh identifikasi berikutnya
dengan stereotipe pekerjaan yang spesifik. Perbandingan antara diri (self) dengan persepsi
terhadap suatu pekerjaan dan penerimaan atau penolakan adalah penentu utama dalam
pilihan karir. Keseuaian antara tinjauan diri (self) seseorang dengan penetapan pemilihan
pekerjaan ialah berhubungan dengan model gaya pribadi.
2. Tipe Kepribadian Menurut Holland
John L. Holland merumuskan tipe kepribadian menjadi enam golongan, setiap
golongan dijabarkan kedalam suatu model teori yang disebut orientasi model.
Orientasi model pribadi adalah suatu proses perkembangan yang ditentukan melalaui
pembawaan dan riwayat hidup individu yang bereaksi dengan tuntutan lingkungan dengan
penyesuaian yang khas (adaptive behaviors), motif dan kebutuhan psikologis, konsep diri,
riwayat hidup, tujuan kependidikan dan karir, peran pekerjaan yang diinginkan, kemampuan
dasar, dan intelegensi. Kemiripan seseorang dengan masing-masing model disebut pola
kepribadianya. Seseorang yang paling mendekati kemiripanya dengan suatu orientasi model
tertentu, model itulah yang merupakan tipe kepribadiannya.
Dalam perkembangan tipe kepribadian merupakan hasil dari interaksi-interaksi
faktor- faktor pembawaan dan lingkungan dan interaksi-interaksi ini membawa kepada
preferensi-

5
preferensi untuk jenis aktivitas khusus yang pada giliranya mengarahkan individu kepada tipe
prilaku-prilaku tertentu yang rangkumanya adalah sebagai berikut, Manrihu 1992:
A. Tipe realistik
Tipe realistik, yaitu: tipe pribadi yang preferensinya pada aktivitas-aktivitas yang
memerlukan manipulasi eksplisit, teratur, atau sistematik terhadap objek-objek, alat-alat,
masin-mesin, dan binatang binatang. Tidak suka aktivitas pemberi bantuan atau pendidikan.
Preferensinya membawa kepada pengembanagn konpetensi dalam bekerja dengan benda-
benda, binatang-binaytang, alat-alat, dan perlengkapan teknik, dan mengabaikan kompetensi
sosial dan pendidikan. Mengggap diri baik dalam kemampuan mekanikal dan atletik dan
tidak cakap dalam ketrampilan sosial.
b. Tipe insvestigatif

yaitu tipe pribadi yangmemrlukan penyelidikan observasional, simbolik, sistematik,


dan kreatif terhadap fenomea fisik, biologis, dan kultural agar dapat memahami dan
mengontrol fenomena tersebut, dan tidak menyukai aktivitas persuasif, sosial, dan repuratif.
Contoh-contoh uanag memilih kebutuhan tipe ini adalah ahli kimia, fisika.
c. Tipe artistik

yaitu lebih menyukai aktivitas yang ambiguous, bebas, dan tidak tersistematisasi
untuk menciptakan produk artistik, seperti lukisan, darama karangan. Tidak menyukai
aktivitas yang sistematik, teratur, dan rutin. Kompetensi dalam upaya artistik dikembangkan
secara rutin, sistematik, klerikal diabaikan. Memandang diri sebagai ekspresif, murni,
independen dan memiliki kemapuan artistik. Ciri khusus adalah emosional, imaginatif, dan
murni.

d. Tipe sosial

yaitu lebih menyukai aktivitas yang melibatkan orang lain dengan penekanan pada
membatu, mengajar, atau menyediakn bantuan. Tidak menyukai aktivitas rutin dan
sistematik yang melibatkan objek-objek dan materi-materi. Kompetensi sosial cenderung
dikembangkan, dan hal yang bersifat manual&teknik diabaikan. Menganggap diri konponen
dalam membantu dan mengajar orang lain serta menilai tinggi aktivitas hubungan sosial.
Ciri khusus kerja sama, bersahabat, persuasif, dan bijaksana.
e. Tipe enterprising

yaitu lebih menyukai aktivitas yang melibatkan manipulasi terhadap orang-orang lain
untuk perolehan ekonomik atau tujuan organisi. Tidak menyukai aktivitas yang sistematik,
abstrak, dan ilmuah. Konpetensi kepemimpinan, persuatif, dan yang bersifat supervisi
dikembngkan, dan yang ilmiah diabaikan. Memandang diri sebagai agresif, popular, percaya
diri, dan memiliki kemampuan memimpin. Keberhasilan politik dan ekonomi dinilai tinggi.
Ciri khusus ambisi, dominasi, optimisme, dan sosiabilitas.
f. Tipe konvensional

yaitu lebih menyukai aktivitas yang manipulasi data yang ekplisit, teratur, dan
sistematik guna memberikan kontibusi kepada tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas

5
yang tidak pasti, bebas dan tdak sistematik. Kompetensi dikembangkan dalam bidang
klerikal, kompuasional, dan sistem usaha. aktivitasartistik, dan semacamnya diabaikan.
Memandang diri sebagai teratur, mudah menyesuaikan diri, dan memiliki ketrampilan
klerikal nuerikal. Ciri khusus efesien, keteraturan, praktikalitas, dan pemegang buku.
3. Teori Tipe Kepribadian
Kepribadian seseorang karena pengaruh lingkungan dan bawaan dari diri sendiri atau
keturunan, Holland menjelaskan pandanganya menjadi 3 ide yaitu:
a. Semua orang dapat digolongkan menurut patokan samapai berapa jauh mereka
mendekati salah satu diantara tipe kepribadian, semakin mirip seseorang dengan salah satu
enam tipe kepribadian tersebut maka semakin tampak ciri-ciri dan corak teoritis atau tipe
ideal, yang merupakan hasil interaksi antara faktor internal dan eksternal. Berdasarkan
interaksi manusia dapat menemukan hal-hal yang baru dan menyenangkan, kemudian
melahirkan sesuatu minat yang kuat dan menumbuhkan katrampilan tertentu. Bila tipe
kepribadian sanagat mirip dianatara enam tipe kepribadian maka dapat diambil profil total
melalaui testing psikologis dan analisis sejarah hidup sehubungan dengan aspirasi okupasi.
b.Berbagai lingkungan yang didalamnya orang hidup dan bekerja, dapat digolongkan
menurut patokan samapi berapa jauh suatu lingkungan mendekati salah satu model
lingkungan yaitu: lingkungan realistik (realistik), lingkungan penelitian/pengusutan
(investigative), lingkungan kesenian (artistic), lingkungan pengusaha (enterprising),
lingkungan pelayanan sosial (sosial), lingkungan bersuasana kegiatan rutin (konvensional).
Semakin mirip lingkungan teretentu denagn model lingkungan maka semakin tampak
didalamnya corak dan suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan yang bersangkutan.
Orang yang menempati suatu lingkungan tertentu dengan tipe keribadian tertentu dan
berkumpul untuk hidup bekerja sama mereka menciptakan susana yang menarik untuk
menggabungkan diri dengan tipe yang sama, metode untuk mengetahui tipe kepribadian
dapat menghitung jumlah orang yang dari berbagai tipe dan dari jumlah tersebut
ditransformasikan menjadi presentase, semakin tinggi presentase maka semakin khas
kepribadian tersebut menciptakan suasana.
c. Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai
menghasilkan keselarasan dan kecocokan, sehingga seseorang dapat mengembnagkan diri
dalam lingkungan okupasi tertentu dan merasa puas.
4. Aplikasi Teori Holland Disekolah
Pandangan holland sangat relevan bagi bimbingan karir pada jenjang pendidikan
awal dan pendidikan tinggi. Penekanan yang diberiakn pada tingkat pemahan diri
sehubungan dengan beberapa kualitas bombingan yang dimiliki konselor untuk informasi
yang akurat mengenai lingkungan okupasi, menyandarkan lembaga bimbingan akan
tugasnya membantu individu menal dirinya dan lingkungan hal ini sangat diperlukan untuk
memilih okupasi yang matang. Selanjutntya Holland juga mengembangkan alat untuk
individu dalam pemilihan karir yaitu the occupations finder dan the self-directed search,
yang manyakan kagiatan/aktivitas yang diminati, dan dievalusi diri dalam bebrapa
ketrampilan, harus dicocokan dengan sistem klasifikasi okupasi yang berlandasan pada teori
yang sama, dengan demikian individu dapat menemukan sejumlah alternatif pilihan okupasi
untuk pertimbangan lebih lanjut.
5. Kelebihan Dan Keuntungan Teori Holland

5
Kelemahan dalam teori ini adalah kurang ditinjau dari proses perkembangan yang
melandas keenam tipe kepribadian dan tidak menunjukkan fase tertentu dalam proses
perkembangan dan rentang umur.
Teori hollad dinilai sebagai teori komperhensif oleh para ahli psikologis karena
meninjau pilihan okupasi sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang dan sebagai
teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian yang menyangkut model
lingkungan dan tipe krpbadian.
6. Teori Kepribadian dan Psikologis Individu Menurut Holland

1. Realistic . Kemampuan mekanikal, psikomotor dan atlentik yang baik. Jujur, setia,
suka kegiatan diluar, lebih suka bekerja dengan alat (, tumbuhan dan hewan), lebih suka
kegiatan fisik, lebihmesin kegiatan konkrit, tidak suka bersosialisasi, menyukai hal suka
yang sederhana (buruh, petani supir).
2. Investigasi. Kemapuan memecahkan masalh dan analitis yang baik, berfikir
matematis, suka mengobservasi, lebih suka bekerja sendiri, pemberi ide, (hari-hati, kritis,
dan selalu ingin tahu), suka kedisiplinana, sistematis. Lingkungan okupasional ilmiah
seperti ahli kimia, fisika, matematik. Teknis seperti teknis lab, programer, pekerja
elektronik.
3. Artistic. Berfikir abstrak, menyukai keindahan, (kreatif, suka hal kompleks,
emosional, intuitif, ideal), suka bekerja secara mandiri, (suka menyanyi, menulis,
berekting, melukis), imagnatif, tidak dapat diduga, suka sistematis.
4. Sosial. Komunikatif, (bersahabat, mudah bergaul), (suka memberi dan
membantu), baik, bertanggung jawab, mempunyai toleransi yang baik, dapat memahami,
kemampuan verbal dan personal yang baik. Okupasionalnya edukasional guru, administrasi
pendidikan dan profesor. Kesejahteraan sosial seperti pekerja sosial, sosiologi, konselor.
5.Enterprising. percaya diri, mudah beradaptasi, ambisius, (kemampuan bahasa
dan pemimpin yang baik), suka pengaruh seseorang, kemampuan interpersonal yang baik,
(penuh energi, optimis persuasif), suka mengambil resiko, spontan suka mengontrol.
Okupasinalnya manager
6. Convensioanl. Tergantung pada orang lain, tidak kreatif, ()suka
disiplindan ketetapan, suka memperhatikan detail, efesien, melaksanakan tugas
secara teratur, kelampuan klerikel dan numerical yang baik, stabil dan tradisional.

6
BAB 8

TEORI-TEORI KARIER: TEORI TRAIT AND FACTOR

A. PENGERTIAN KONSELING TEORI TRAIT AND FACTOR

Teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian
seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari
hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian tertentu.

Konseling Trait and Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan
tes-tes psikologis untuk menganalisis atu mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri
dimensi/aspek kepibadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap
keberhasilan atau keggalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi.

Istilah konseling Trait and Factor dapat dideskripsikan sebagai corak konseling yang
menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu
dalam memecahkan beraneka problem/masalah yang dihadapi terutama yang menyangkut
pilihan program studi/bidang pekerjaan.

B. KONSEP DASAR KONSELING TRAIT AND FACTOR


Menurut Gibson & Mitchell (2011:454) Pendekatan faktor sifat/watak bagi
pengambilan keputusan karir adalah yang tertua, dan mungkin yang paling bertahan lama
dari sekian pendekatan teoritis yang tersedia bagi konseling karir. Teori Trait an Factor
tergolong pada pandangan kognitif atau pendekatan rasional.
Sayekti (1998:47) teori Trait and Factor ialah pendekatan mencoba secara intelektual
logis dan rasional menerangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi klien,cara pemecahan
kesulitan-kesulitan serta proses konselingnya didekati secara logis rasional. Konseling
dengan pendekatan Trait and Factor yang dipelopori oleh Williamson ini disebut pula
konseling yang mengarahkan (directive counseling), karena konselor secara aktif
membantu klien mengarahkan perilakunya kepada pemecahan kesulitannya. Konseling
semacam inilah yang banyak dilakukan oleh konselor di sekolah-sekolah baik di luar
negeri maupun di negara kita.
Winkel (2010:407) dalam segi teoritis dan dalam segi pendekatannya, corak
konseling ini bersumber pada gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana dikembangkan di
Amerika Serikat sejak awal abad yang ke-20. Teori Trait and Factor senantiasa
dihubungkan dengan Universitas Minnesota yang termasuk di dalamnya Walter Bingham,
John Darley, Patterson, dan W.G Williamson. Dalam bekerjanya, tokoh-tokoh pendekatan
ini banyak menggunakan alat pengukur terhadap atribut klien seperti bakat, kemampuan,
minat, tingkah laku dan kepribadiannya.
Dari hasil pengukuran tersebut konseli dapat diarahkan pendidikan dan jabatan apa yang
cocok bagi klien, sehingga dapat membahagiakan hidupnya.
Melalui pengolahan hasil tes atau angket dan alat pengukur lainnya dapat diramalkan
pula apa yang akan diperbuat oleh klien dalam situasi tertentu. Williamson berpendapat
bahwa dasar konseling modern terletak pada keunikan individu dan juga identifikasi
keunikannya tersebut, melalui pengukuran yang objektif.

6
Dalam bukunya Choosing a Vocation (1909), Frank Person menunjukkan tiga langkah
yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai: (Gibson & Mitchell,
2011:454)
1. Sebuah pemahaman yang jelas dan objektif tentang diri seseorang seperti kemampuannya,
minatnya, sikapnya, dan lain-lain.
2. Sebuah pengetahuan tetang persyaratan dan karakteristik karir-karir yang spesifik.
3. Sebuah pengakuan dan pengaplikasian hubungan antara poin 1 dan 2 di atas bagi sebuah
perencanaan karir yang sukses.
Lebih lanjut dalam Winkel (2010:408) memaparkan mengenai tiga langkah besar untuk
pengembangan pengambilan keputusan karir individu: jadi langkah yang pertama
menggunakan analisis diri; langkah yang kedua memanfaatkan informasi jabatan (vocational
information); langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk berpikir rasional guna
menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian, yang mempunyai relevansi terhadap
kesuksessan atau kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan, dengan tuntutan kualifikasi
dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
Dengan demikian, dalam keputusan karir klien bukan hanya mencari pekerjaan demi asal
punya pekerjaan (the hunt of a job), melainkan memilih secara sadar suatu pekerjaan (the
choice of a vacation)

C. Pandangan Tentang Manusia


Slamet Riyadi (2010:103) manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya
sebagai dasar pengembangan potensinya. Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik
atau buruk
Sesuai dengan pendapat Slamet riyadi di atas Williamson mempunyai pandangan tentang
manusia sebagai berikut (dalam Sayekti, 1998:49)
- Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk
Makna hidup adalah mencari kebenaran dan berbuat baik serta menolak kejahatan.
Menjadi manusia seutuhnya tergantung pada hubungan dengan orang lain. Maka
seorang konselor mestilah optimis dan percaya bahwa manusia dapat
menyelesaikan masalah-masalahnya, terlebih lagi jika manusia belajar
menggunakan kemampuannya.
- Diri manusia hanya berkembang di dalam masyarakat dan pada hakikatnya
manusia tidak dapat hidup sepenuhnya diluar masyarakat.
- Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik, sebenarnya usaha kearah itupun
sudah menunjukkan dan merupakan kehidupan yang baik.
Sayekti (1998:49) Konsep dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor
kepribadian seseorang. Sifat dan faktor kepribadian seseorang dapat diungkap dengan
menggunakan metode multi variate dan analisis faktor. Dengan menggunakan metode
tersebut akan diketemukan unsur dasar yang berstruktur dari kepribadian. Unsur dasar ini
disebut dengan sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk memberikan reaksi dan
merupakan perilaku yang relatif tetap.

Winkel (2010:409) yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi
seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku, seperti: intelegensi (berpikir), iba hati
(berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri-ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi
kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang
dari sangat tinggi sampaisangat rendah.

6
Lebih lanjut Cattell (dalam Sayekti; 1998:49) menjelaskan trait atau sifat adalah suatu
struktur mental, suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat diamati, untuk
menunjukkan ketetapan dalam tingkah laku.
Penjelasan mengenai trait adalah sebagai berikut :
A. Common Trait atau Unique Trait
a) Common trait, atau sifat umum yaitu sifat yang dimiliki oleh semua individu atau setidaknya
oleh sekelompok individu yang hidup dalam lingkungan sosial yang sama
b) unique trait, atau sifat khusus yaitu sifat yang hanya dimiliki oleh individu-individu masing-
masing, dan tidak dapat ditemukan pada individu lain dalam bentuknya yang demikian.
Selanjutnya sifat khusus ini dapat dibedakan lagi menjadi :
- relatively unique, yaitu yang kekhususannya timbul dari oengaturannya unsur-unsur sifat
itu
-intrinsically unique, yaitu yang benar-benar hanya ada pada individu khusus tertentu.

2. Surface Trait dan Source Trait


a) Surface Trait atau sifat tampak adalah kelompok dari variabel-variabel yang tampak.
b) Source Trait, atau sifat asal adalah variabel-variabel yang mendasari berbagai manifestasi
yang tampak.
Cattell (dalam Sayekti, 2002:50) menganggap bahwa sifat asal lebih penting daripada
sifat yang tampak atau sifat permukaan. Sifat permukaan merupakan hasil interaksi dari sifat
asal dan pada umumnya dapat diharapkan kurang tepat. Sifat permukaan itu lebih berarti dan
lebih diakui daripada sifat asal, karena sifat permukaan tersebut dapat langsung disaksikan
dari observasi yang sederhana. Namun dalam rangka yang lebih mendalam, sifat asal-lah
yang lebih mendasari tingkah laku seorang individu (klien).
Lebih lanjut dalam bukunya Sayekti (2002:50) memaparkan sifat dapat digolongkan
menjadi tiga macam,yaitu:
a) Dinamic traits, yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan perbuatan
untuk mencapai suatu tujuan.
b) Ability traits, apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan efektif atau
tidaknya individu (klien) dalam mencapai suatu tujuan.
c) Temprament traits, yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan aspek
konstitusional, seperti misalnya energi kecepatan, reaksi emosional dan sebagainya.
Tentu saja dalam tingkah laku seorang individu (klien), ketiga sifat tersebut sama-sama
berfungsi, namun salah satunya tentu ada yang dominan. Sehingga secara teori seorang
konselor tetap perlu membedakannya.

D. Pandangan Tentang Kepribadian


Menurut Slamet Riyadi (2010:105) pandangan tentang kepribadian dalam
teori Trait and Factor adalah sebagai berikut:
1. Kepribadian adalah suatu sistem yang saling tergantung dengan sifat dan faktor, seperti
kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
2. Perkembangan kepribadian manusia ditentutan oleh faktor pembawaan dan lingkungan.
3. Setiap individu ada sifat-sifat yang umum dan ada sifat-sifat yang khusus, yang merupakan
sifat yang unik.
4. Unsur dasar dari struktur kepribadian disebut sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk
memberi reaksi dan membentuk tingkah laku yang relatif tetap.
5. Sifat (trait) adalah struktur mental yang dapat diamati untuk menunjukkan keajegan dan
ketepatan dalam tingkah laku.

6
Dengan demikian, manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Konsep dasar
dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor kepribadian seseorang. Oleh
karenanya, sifat dan faktor kepribadian yang tampak dari individu (klien) sangatlah dominan
dalam pelaksanaan konseling Trait and Factor.

E. Asumsi Dasar Trait and Factor


Williamson merumuskan asumsi yang mendasari Trait and Factor yang dimuat dalam
Theories of Counseling (Stefflre:1965) (dalam Winkel, 2010:410):
a. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf
intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreatifitas, wujud minat serta keterampilan,
yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu.
b. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan hubungan
yang berlain-lainan dengan kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada
seorang pekerja di berbagai bidang pekerjaan.
c. Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang
berbeda. Dengan kata lain, individu akan belajar dengan lebih mudah dan efektif
apabila potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.
d. Setiap individu mampu, berkeinginan, dan berkecenderungan untuk mengenal diri
sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik.
Sesuai dengan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa asumsi yang mendasari
teori trait and factor adalah setiap individu mempunyai keunikan, pola kemampuan dan
potensi yang tampak pada individu disesuaikan dengan pemilihan pekerjaan, kurikulum
sekolah yang akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda pada diri individu, dan
kecenderungan mengenal diri sendiri serta pemanfaatan diri sendiri untuk memahami diri
dengan berpikir baik-baik.

F. Tujuan Konseling Trait and Factor


Menurut Sayekti (2002:51) Tujuan konseling Trait and Factor adalah sebagai berikut:
a) membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan
membantu individu berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol
perkembangannya secara rasional.
b) Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat
bereaksi secara wajar dan stabil.
c) Mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri) dengan
menggunakan metode atau cara ilmiah.
Lebih lanjut Slamet Riyadi (2010 :106) memaparkan tujuan konseling menggunakan
pendekatan Trait and Factor adalah:
a) Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan
manusia.
b) Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara
membantunya menilai kekuatan dan kelamahan diri dalam kegiatan dengan perubahan
kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
c) Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan keterbatasan diri
serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
d) Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan mengggunakan
metode ilmiah.
Konseling juga bertujuan untuk mengajak klien berfikir mengenai dirinya dan
menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari masalah

6
tersebut. Untuk itu secara umum konseling Trait and Factor dimaksudkan untuk membantu
klien mengalami:
a) Klarifikasi diri (self clarification)
b) Pemahaman diri (self understanding)
c) Pengarahan diri (self acceptance)
d) Pengarahan diri (self direction)
e) Aktualisasi diri (self actualization)
Dengang demikian, tujuan dari konseling Trait and Factor adalah membantu individu
merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu
berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara
rasional, memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga
dapat bereaksi secara wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam
penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.

G. Hubungan antara Konselor dan Klien


Menurut Sayekti (2002:51) peranan konselor dalam hubungan antara klien dan konselor
adalah:
a) Memberi tahu klien tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor dari hasil
testing, angket dan alat pengkukur yang lain. Berdasarkan hasil testing dan lain-lain tersebut
konselor mengetahui kelemahan dan kekuatan klien, sehingga dapat meramalkan jurusan,
pendidikan atau jabatan apa yang cocok bagi klien. Konselor membantu klien menentukan
tujuan yang akan dicapainya disesuaikan dengan hasil testing. Dengan memberitakukan sifat
serta bakat klien, maka klien dapat mengelola hidupnya sendiri dapat hidup bahagia.
b) Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan klien.
c) Konselor membantu mencari sebab individu tidak memiliki sumber personal untuk
menentukan individualitasnya, karena ia tak dapat memahami dirinya secara penuh, diagnosis
ekternal yang dilakukan konselor melengkapi persepsinya. Berdasarkan data yang ada,
konselor merumuskan hipotesis untuk memahami individu.
d) Konselor aktif dalam situasi belajar, melakukan diagnosis, menyajikan informasi,
mengumpulkan dan menilai data, untuk membantu individu. Konselor berperan sebagai guru,
yang bertugas mengajar klien belajar tentang dirinya sendiri dan lingkungannya.
Sesuai dengan penjabaran peran konselor di atas, dapat kesimpulan sebagai peranan
konselor disini adalah memberitahukan, memberikan informasi, mengarahkan, karena itu
pendekatan ini disebut pendekatan yang kognitif rasional.

H. Proses Konseling
Sayekti (1998:48) teori Trait and Factor di dalam pendekatannya baik terhadap proses
konseling maupun pemecahan kesulitan klien, secara rasional, logis, dan intelektual, tetapi
dasar filsafatnya bukan Rationalisme. Teori ini lebih dekat kepadaEmpirisme, yang
mempunyai pandangan optimistis, bahwa walaupun manusia telah dibekali pembawaan, tetapi
itu tidak menentukan.
Masih dalam Sayekti, pelopor teori Trait and Factor E.G. Williamson dalam Theories of
Counseling and Psychotherapy menyebutkan filsafatnya Personalisme, atau mempunyai
perhatian besar terhadap keseluruhan individu, bahwa manusia merupakan seorang individu
yang unik yang sebagian dapat mempengaruhi dan menguasainya baik pembawaan dan
lingkungannya. Dalam proses pelaksanaannya teori Trait and Factor, terdapat teknik-teknik
yang dapat digunakan oleh Konselor untuk melakukan proses konseling. Tenik-tenik tersebut
adalah sebagai berikut:
Sayekti (1998:52) menjelaskan ada dua teknik konseling yang diaplikasikan dalam
teori Trait and Factor:

6
a) Teknik tes, untuk mengungkapkan kepribadian, bakat, minat, dan data yang lain yang hanya
dapat diungkap dengan tes.
b) Teknik non tes, meliputi wawancara, angket, observasi, otobiografi, dokumentasi, dan yang
lain.
Demikian terdapat dua teknik konseling yang digunakan dalam teori Trait and Factor,
yaitu teknik tes dan teknik non tes. Dalam teori ini peran teknik non tes juga dibutuhkan
dalam pengumpulan data sebagai informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
memutuskan pilihan karir.
Lutfi Fauzan (2004:92) Konseling Trait and Factor memiliki enam tahap dalam
prosesnya, yaitu: analisis, sistesis, diagnosis, prognosis, konseling (treatment) dan tindak
lanjut ( follow-up ).
a. Analisis
Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi yang diperoleh tentang diri klien
beserta latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian yang
dimiliki klien, seperti kemampuan, minat, motif, kesehatan fisik, dan karakteristik lain yang
dapat mempermudah atau mempersulit penyesuaian diri klien pada umumnya. Data yang
dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Data Vertikal (mencakup diri klien) yang dapat dibagi lebih lanjut atas:
2. Data Fisik: kesehatan, ciri-ciri fisik, penampakan atau penampilan fisik dan lain sebagainya.
3. Data Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dan lain sebagainya.
4. Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang berpengaruh terhadapnya):
keluarga klien, hubungan dengan familinya, teman-temannya, orang-orang terdekatnya,
lingkungan tempat tinggalnya, sekolahnya dan lain sebagainya.
b. Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan menghubungkan data yang
telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun sedemikian sehingga dapat menunjukkan
keseluruhan gambaran tentang diri klien. Dari hasil analisis dapat menunjukkan bakat klien,
kelemahan serta kekuatan, penyesuaian diri maupun ketaksanggupan menyesuaikan diri.
Rumusan diri klien dalam sistesis ini bersifat ringkas dan padat.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam merangkum data pada tahap sistesis tersebut:
cara pertama dibuat oleh konselor, kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi antara
konselor dan klien.

c. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut) problema
yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan
simpulan yang logis.
Sesuai dengan Sayekti (2002:53) dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan,
yaitu :
1. Identifikasi masalah, yang bersifat deskriptif berdasar pada data yang diperoleh, dapat
merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
2. Menentukan sebab-sebab, mencangkup pencaharian hubungan antara masa lalu, masa kini
atau masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor menggunakan
intuisinya yang dicek oleh logika, oleh uji coba dari program kerja berdasarkan diagnosis
sementara.
3. Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Konselor bertanggung jawab dan
membantu siswa untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab untuk dirinya sendiri,
berarti ia mampu dan mengerti secara logis, tetapi juga secara emosional mau. Sebab
mungkin saja secara logis mengerti, tetapi emosional belum mau menerima.

6
d. Prognosis
Winkel (2010:412) prognosis atau perkiraan tentang perkembangan klien serta berbagai
implikasi dari hasil diagnosis. Menurut Williamson prognosis ini bersangkutan dengan upaya
memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada
sekarang. Misalnya: bila seorang klien (siswa di sekolah) berdasarkan data sekarang dia
malas, maka kemungkinan nilainya akan rendah, kemungkinan nanti tidak dapat diterima
dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru.

e. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumber-sumber pada
dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna membantu klien dalam
penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa. Bantuan dalam konseling ini mencakup lima jenis
bantuan yaitu:
1. Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing kearah pemahaman diri.
2. Konseling jenis edukasi atau belajar kembali yang individu butuhkan sebagai alat untuk
mencapai penyesuaian hidup dan tujuan personalnya.
3. Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam memahami dan
trampil untuk mngaplikasikan pinsip dan teknik-teknik dalam kehidupan sehari-hari.
4. Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang mempunyai pengaruh teraputik atau
kuratif.
5. Konseling bentuk redukasi bagi diperolehnya kataris secara terapiutik.

Sesuai dengan lima jenis konseling menurut Sayekti dalam buku “Berbagai Pendekatan
Dalam Konseling” (2002:54), yaitu:
1. belajar terpimpin menuju pengertian diri.
2. mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat
untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
3. bantuan pribadi dari Konselor supaya klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip
dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
4. mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif
5. suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran.

Konseling merupakan usaha dari konselor untuk membantu klien sehingga lebih siap
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan situasi penyesuaiannya, sebelum klien
begitu jauh terlibat dalam konflik diri dan penilaiannya hingga membutuhkan terapi.

f. Tindak Lanjut (Follow Up)


Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setelah mereka memperoleh
layanan konseling, tetapi kemudian menemui masalah-masalah baru atau munculnya masalah
yang lampau. Tindak lanjut ini juga mencakup penentuan keefektifan konseling yang telah
dilaksanakan, sehingga menjamin keberhasilan konseling. Teknik yang digunakan konselor
harus disesuaikan dengan individualitas klien, mengingat bahwa tiap individu memiliki
keunikan sifatnya, sehingga tak ada teknik yang baku yang berlaku untuk semua.

6
BAB 9

TEORI-TEORI: TEORI MYER BRIGHT TYPE INDIKATOR (MBTI)

A. Kajian Teori
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI IB Myers Briggs & KC, 1943/1 976) adalah
instrumen kepribadian dengan berbagai aplikasi. Tipe ini dapat dimanfaatkan dalam proses
konseling karir. MBTl telah terbukti berguna untuk para profesional dalam konseling dan
strategi dengan klien tentang preferensi klien psikologis, keluarga karir yang optimal, dan
peluang pekerjaan yang potensial.
Tipe kepribadian, sebagaimana gaya kognitif, tipe kepribadian juga merujuk pada konstruk-
konstruk yang telah digunakan untuk menjelaskan kesamaan dan pebedaan dalam modus
pemikiran, persepsi dan prilaku yang disukai oleh individu. Pada dasarnya, tipe-tipe
kepribadian adalah kategori-kategori yang dirumuskan oleh konfigurasi dua atau lebih ciri
atau atribut tertentu. Sebagai penjelasan untuk perilaku manusia, tipologi memiliki sejarah
untuk prilaku manusia, tipologi memiliki sejarah yang panjang. Sistem-sistem tipologi kerap
kali memiliki daya tarik populer yang luar biasa karena sistem-sistem ini menawarkan basis
pemahaman yang relatif sederhana namun kuat dan bisa menjelaskan prilaku seseorang atau
orang lain.
Salah satu kualifikasi tipologis yang paling bertahan dirancang oleh C.G Jung (1921-1971).
Dimana MBTI Myers-Briggs Type Indicator ini didasarkan pada pemikiran C.G Jung (1921-
1971) mengenai persepsi, judgment dan sikap yang digunakan oleh setiap tipe yang berbeda
dari individu. Persepsi adalah kemampuan psikologis individu untuk sadar pada hal-hal,
orang- orang dan ide-ide. Judgment melibatkan berbagai cara untuk menyimpulkan apa yang
telah dipersepsikan individu tersebut. Kalau orang berbeda satu sama lain ketika
mempersepsikan sesuatu juga ketika melakukan judgment, maka perbedaan ini juga
mempengaruhi minat, ketrampilan, nilai-nilai serta reaksi mereka.11

B. Empat Skala Kecenderungan


MBTI bersandar pada empat dimensi utama yang saling berlawanan (dikotomis). Walaupun
berlawanan sebetulnya kita memiliki semuanya, hanya saja kita lebih cenderung / nyaman
pada salah satu arah tertentu. Seperti es krim dan coklat panas, mungkin kita mau dua-
duanya tetapi cenderung lebih menyukai salah satunya. Masing-masing ada sisi positifnya
tapi ada pula sisi negatifnya. Nah, seperti itu pula dalam skala kecenderungan MBTI.

Berikut empat skala kecenderungan MBTI :

The MBTI® attempts to describe individual’s personality in terms of four dichotomous


indices: Extraversion (E) – Introversion (I); Sensing (S) – Intuition (N); Thinking (T) –
Feeling (F); Judgement (J) – Perception (P)
1. Extrovert (E) vs. Introvert (I)
11
Mudrika, N. 2004. “Membaca Kepribadian Menggunakan Tes MBTI (Myer Briggs Type Indicator)”.
Psikologi UGM Press. Yogyakarta

6
Dimensi EI melihat orientasi energi kita ke dalam atau ke luar. Ekstrovert artinya tipe
pribadi yang suka dunia luar. Mereka suka bergaul, menyenangi interaksi sosial, beraktifitas
dengan orang lain, serta berfokus pada dunia luar dan action oriented. Mereka bagus dalam
hal berurusan dengan orang dan hal operasional. Sebaliknya, tipe introvert adalah mereka
yang suka dunia dalam (diri sendiri). Mereka senang menyendiri, merenung, membaca,
menulis dan tidak begitu suka bergaul dengan banyak orang. Mereka mampu bekerja sendiri,
penuh konsentrasi dan focus. Mereka bagus dalam pengolahan data secara internal dan
pekerjaan back office.

2. Sensing (S) vs. Intuition (N)


Dimensi SN melihat bagaimana individu memproses data. Sensing memproses data dengan
cara bersandar pada fakta yang konkrit, praktis, realistis dan melihat data apa adanya.
Mereka menggunakan pedoman pengalaman dan data konkrit serta memilih cara-cara yang
sudah terbukti. Mereka fokus pada masa kini (apa yang bisa diperbaiki sekarang). Mereka
bagus dalam perencanaan teknis dan detail aplikatif. Sementara tipe intuition memproses
data dengan melihat pola dan hubungan, pemikir abstrak, konseptual serta melihat berbagai
kemungkinan yang bisa terjadi. Mereka berpedoman imajinasi, memilih cara unik, dan
berfokus pada masa depan (apa yang mungkin dicapai di masa mendatang). Mereka inovatif,
penuh inspirasi dan ide unik. Mereka bagus dalam penyusunan konsep, ide, dan visi jangka
panjang.

3. Thinking (T) vs. Feeling (F)


Dimensi ketiga melihat bagaimana orang mengambil keputusan. Thinking adalah mereka
yang selalu menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil keputusan. Mereka
cenderung berorientasi pada tugas dan objektif. Terkesan kaku dan keras kepala. Mereka
menerapkan prinsip dengan konsisten. Bagus dalam melakukan analisa dan menjaga
prosedur/standar. Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan perasaan, empati serta
nilai-nilai yang diyakini ketika hendak mengambil keputusan. Mereka berorientasi pada
hubungan dan subjektif. Mereka akomodatif tapi sering terkesan memihak. Mereka empatik
dan menginginkan harmoni. Bagus dalam menjaga keharmonisan dan memelihara
hubungan.12

4. Judging (J) vs. Perceiving (P)

Dimensi terakhir melihat derajat fleksibilitas seseorang. Judging di sini bukan berarti
judgemental (menghakimi). Judging diartikan sebagai tipe orang yang selalu bertumpu pada
rencana yang sistematis, serta senantiasa berpikir dan bertindak teratur (tidak melompat-
lompat). Mereka tidak suka hal-hal mendadak dan di luar perencanaan. Mereka ingin
merencanakan pekerjaan dan mengikuti rencana itu. Mereka bagus dalam penjadwalan,
penetapan struktur, dan perencanaan step by step. Sementara tipe perceiving adalah mereka
yang bersikap fleksibel, spontan, adaptif, dan bertindak secara acak untuk melihat beragam

12
Journal . “The Myers-Briggs Type Indicator and Career Obstacles”. Charles C. Healy Georffrey A.
Woodward

6
3

6
peluang yang muncul. Perubahan mendadak tidak masalah dan ketidakpastian membuat
mereka bergairah. Bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi mendadak.
Masing-masing tipe diidentifikasi dengan 4 huruf seperti ENFJ. Metode ini sangat populer,
sehingga dapat menemukannya pada pribadi seseorang. Dengan menggabungkan dimensi
yang berlainan, Myers dan briggs mengidentifikasi 16 jenis kepribadian yang berbeda, setiap
kepribadian dengan kelebihan dan minatnya sendiri. Dengan menjelaskan sebagai berikut :

ISTJ ISFJ INFJ INTJ

ISTP ISFP INFP INTP

ESTP ESFP ENFP ENTP

ESTJ ESFJ ENFJ ENTJ

1. ISTJ (Introverted sensing with thinking)

Perasaan introvert dengan berfikir. Mereka ini adalah tulang punggung kekuatan. Mereka
saling berusaha mengubah pasangan atau orang lain. Mereka cocok menjadi praktisi bank,
auditor, akuntan, analis pajak, pengawas perpustakaan, dan rumah sakit, pebisnis, dan
sebagainya.

4
2. ISFJ (Introverted sensing with feeling)

Pengindraan introvert dengan perasaan. Orang ini senang melayani dan pekerja keras.
Mereka tidak menyenangi waktu luang dan akan berusaha mencari-cari masalah apabila
tidak ada yang
akan dikerjaan. Mereka cocok menjadi perawat, guru, sekretaris, pustakawan, manager, dan
ibu rumah tangga.
3. INFJ (Introverted intuiting with feeling)

Pengintuisian introvert dengan perasaan. Tipe ini adalah pelajar atau pekerja serius yang
benar- benar ingin punya andil. Mereka suka menyendiri dan mudah tersinggung. Mereka
bisa menjadi pasangan yang baik dan seara fisik sangat menyenangkan. Mereka dianggap
mampu memahami aspek kejiwaan orang lain. Mereka dapat menjadi terapis, pengabdi
masyarakat dan menteri yang baik.
4. INTJ (Introverted intuiting with thinking)

Pengintuisian dengan berfikir. Ini adalah tipe yang paling independen dibanding tipe-tipe
yang lain. Mereka menyenangi logika dan gagasan baru serta mau terjun kedalam penelitian

7
ilmiah.

7
Tapi tidak jarang diantara mereka menjadi orang yang picik. Mereka cocok dalam pekerjaan
analisis komputer, insinyur, hakim, pengacara, ilmuwan, ilmuan sosial.
5. ISTP (Introverted thinking with sensing)

Berpikir introvert dengan mengindra. Orang semacam ini menyenangi tindakan, tidak
memiliki rasa takut dan selalu ingin gembira. Mereka akan sangat impulsif dan berbahaya
apabila dihentikan. Mereka lebih menyenangi perkakas, alat-alat dan senjata, dan biasanya
cocok sebagai ahli teknik. Mereka tidak senang berkomunikasi dan kerap didiagnosis
sebagai orang yang hiperaktif. Biasanya orang semacam ini tidak pintar disekolah.
6. ISFP (Introverted feeling with sensing)

Perasaan introvert dengan mengindra. Mereka ini adalah orang yang pemalu dan cepat lelah,
tidak suka bicara tapi senang pekerja fisik. Mereka cocok jadi pelukis, pematung, komposer,
dan penari (seni seara umum), dan mereka mencintai alam. Mereka ini tidak terlalu peduli
dengan komitmen.
7. INFP (introverted feeling with intuiting)
Perasaan intreovert dengan intuisi. Mereka ini adalah orang-orang yang idealis, mau
mengorbankan dirinya, sangat dingin dan mampu menahan diri. Mereka lebih
mementingkan keluarga, tapi dengan cara yang santai. Anda akan menemukan mereka
berkiprah dibidang psikologi, arsitekturm, agama tapi tidak dalam bisnis.
5
8. INTP (introverted thinking with intuiting)

Berpikir introvert dengan intuisi. Orang ini dapat dipercaya, selalu berpikir masak-masak,
dan pemaaf serta sangat mencintai buku. Mereka cenderung sangat hemat dengan bahasa
yang dipakai, menyenangi logika dan matematika. Mereka cocok jadi filosof atau ilmuan
teoritis, tapi tidak tepat menjadi penulis atau sales.
9. ESTP (Extroverted sensing with thinking)

Mengindra extrovert dengan berpikir. Tipe ini adalah orang yang berorientasi pada tindakan,
kadang canggih, kadang sembrono, seperti James Bond. Sebagai pasangan, orang ini sangat
menyenangkan dan hangat, tapi mereka lemah pada soal komitmen. Mereka dapat menjadi
pengusaha atau artis yang baik.
10. ESFP (Extroverted sensing with feeling)

Mengindra ekstrovert dengan perasaan. Orang ini bersifat impulsif, mereka tidak tahan
dengan kecemasan. Mereka cocok sebagai sosok yang tampil kedepan karena sangat
menyenangi publi relation dan sangat senang dengan telepon. Mereka tidak akan pernah
menyenangi hal-hal akademis, terutama sains. Mereka cocok dalam pekerjaan penitipan
anak, insinyur pertambangan, sekertaris dan supervaisor.
11. ENFP (Extroverted Intuiting With Feeling)

Pengintuisian extrovert lewat perasaan. Tipe orang ini suka hal-hal yang baru dan kejutan.
Mereka sangat dikuasai oleh perasaan dan ekspresi. Mereka sangat peka dengan perubahan
tubuh dan mempunyai kesadaran diri yang baik. Mereka cocok menjadi sales, politisi, dan
actor.

7
12. ENTP (Extroverted Intuiting With Thinking)

Pengintuisian ekstrovert dengan berpikir. Tipe ini adalah orang yang hidup dan
bersemangat, tidak cuek, dan tidak pula rapi. Sebagai pasangan, mereka sedikit tidak
menyenangkan, khususnya secara ekonomi. Mereka cocok menjadi analis dan entertainer.
Mereka juga cenderung ingin mengedepankan diri.
13. ESTJ (Extroverted thinking with sensing)

Berfikir ekstrovert dengan mengindra. Mereka adalah pasangan yang bertanggung jawab,
orang tua yang baik dan pekerja yang loyal. Mereka bersifat realistis dan menyayangi tradisi
yang berlaku. Mereka cocok menjadi administrator, manajer keuangan, pengawas.
14. ESFJ (Extroverted Feeling With Sensing)

Perasaan ekstrovert dengan mengindra. Tipe ini adalah orang yang menyukai harmoni.
Mereka bisa tegas untuk menyatakan “ya atau tidak”. Mereka cenderung tergantung,
terutama pada orang tua dan kemudian pada keluarga. Mereka mengabdikan hati dan
hidupnya untuk orang lain. Mereka cocok menjadi pekerja kesehatan, manajer kantor,
sekertaris dan guru.
15. ENFJ (Extroverted Feeling With Intuting)

Perasaan extrovert lewat intuisi. Tipe orang ini adalah suka bicara. Mereka cenderung
melebih- lebihkan kawannya. Mereka akan menjadi orang tua yang baik, tapi cenderung
membiarkan diri mereka dimanfaatkan oleh orang lain. Mereka cocok menjadi Ahli terapi,
guru, eksekutif perusahaan dan sales.
16. ENTJ (Extroverted Thinking With Intuiting)

Berfikir ekstrovert dengan intuisi. Tipe kepribadian ini adalah orang yang suka dirumah dan
berkumpul dengan keluarga. Mereka menyenangi organisasi dan struktur yang tertata. Tipe
ini sangat cocok untuk eksekutif perusahaan dan administrator.
Myers-Briggs Type Indicator dapat digunakan bagi pendidik untuk memahami banyaknya
ragam cara yang dapat dilakukan peserta didik untuk merasakan dan menilai informasi saat
belajar.
Di dalam kajian Myers-Briggs Type Indicator, bahwasanya :
“Psychometrics and personality tests can be hugely beneficial in improving knowledge of
self and other people, example : motivations, strengths, weaknesses, preferred thinking and
working styles, and also strengths and preferred styles for communications, learning,
management, being managed, and team-working”
Akan tetapi menurut Jung, sebagian dari kita extraverts (McGuire dan Hull 1997: 213).
Ekstravert adalah preferensi Jung. Semua kutipan adalah untuk McGuire dan Hull,
bahwasanya mereka lebih dipengaruhi oleh lingkungan mereka daripada niat mereka sendiri.
ekstravert adalah orang yang pergi oleh pengaruh dunia luar , misalnya masyarakat atau rasa
persepsi.
Namun hasil-haisl MBTI Myers-Briggs Type Indicator, tidak seperti hasil dari inventori
kepribadian lainnya, terutama dimaksudkan untuk digunakan oleh responden dan disajikan
dalam cara yang tidak menilai. Dua dari premis paling dasar yang digunakan dalam
menaksirkan hasil-hasil MBTI adalah (a) bahwa semua tipe itu berharga dan niscaya serta

7
memiliki kekuatan dan kelemahan tertentu, (b) bahwa individu lebih terampil dalam fungsi ,

7
proses, dan sikap yang mereka sukai. Ciri-ciri itu telah meningkatkan popularitas MBTI dan
aplikasinya untuk berbagai maksud, termasuk bimbingan karir, konseling, dan selektif tim
serta pengembangan tim.
C. Manfaat MBTI
Bimbingan Konseling
MBTI sangat berguna di dunia pendidikan dan pengembangan karir. MBTI bisa digunakan
sebagai panduan untuk memilih jurusan kuliah sampai dengan profesi yang cocok dengan
kepribadian.
Pengembangan Diri
Dengan MBTI kita bisa memahami kelebihan (Strength) diri kita sekaligus kelemahan
(Weakness) yang ada pada diri sendiri. Kita bisa lebih fokus mengembangkan kelebihan kita
sekaligus mencari cara memperbaiki sisi negatif kita.
Memahami Orang Lain Dengan Lebih Baik
MBTI membantu memperbaiki hubungan dan cara pandang kita terhadap orang lain. Kita
bisa lebih memahami dan menerima perbedaan. Tidak semua orang berfikir, bersikap dan
berperilaku seperti cara kita berprilaku. Jadi terimalah perbedaan yang ada.

D. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan:
Individu lebih mudah dipahami melalui tes kepribadian karena hanya ada 2 pilihan alternatif
yaitu “Ya atau Tidak”.
Dengan metode ENFJ dalam MBTI memudahkan individu untuk menyesuaikan pribadinya
dengan pekerjaan yang di sukainya.
Individu menggunakan minat, bakat, kemampuan, dan niat dalam dirinya untuk memilih karir
yang sesuai dengan kepribadiannya tanpa ada paksaan dari luar.
Tujuan dari MBTI dibuat untuk mempelajari tipe kepribadian berdasarkan teori Jung.
Individu mencoba menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil keputusan
karirnya berdasarkan fakta yang ada dilingkungannya.
Dengan MBTI kita bisa memahami kelebihan (Strength) diri kita sekaligus kelemahan
(Weakness) yang ada pada diri sendiri.
Kekurangan:
Individu cenderung merasa terpaksa atas pilihannya, karena harus memilih salah satu pilihan
yang keduanya dianggap sesuai dengan kemampuannya.
Individu lebih dituntut atas niat dalam dirinya saja, tanpa melihat faktor pendukung lain yang
berada dilingkungannya.13

13
Journal . “Using the myers-briggs type indicator® in career counseling”. R. Bryan Kennedy
D. Ashley Kennedy

7
BAB 10

TEORI-TEORI DONALD E. SUPER

A.PENGERTIAN BIMBINGAN KARIER


Menurut Winkel (2005:114) bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan /profesi tertentu serta
membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan
berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan yang dimasuki. Bimbingan karir juga dapat dipakai
sebagai sarana pemenuhan kebutuhan perkembangan peserta didik yang harus dilihat
sebagai bagaian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan dalam setiap
pengalaman belajar bidang studi. Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan dan
pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat
mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja merencankan masa depan
dengan bentuk kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan mengambil suatu
keputusan bahwa keputusannya tersebut adalah paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya
dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntan pekerjaan / karir yang dipilihnya
(Ruslan A.Gani :
11) Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu upaya
bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia
kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya,
mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggungjawab
B.KONSEP-KONSEP DASAR TEORI DONALD SUPER

Donal Super memberikan suatu pandangan bahwa perkembangan karier merupakan suatu
yang luas, karena perkembangan karier tersebut mencakup berbagai faktor, baik dalam
dirinya sendiri maupun faktor lingkungan yang mempengaruhi pekembangan karier. Faktor
dalam diri yaitu bisa mencakup sifat-sifat kepribadiannya, intelektual dan diluar diri individu
bisa faktor ekonomi keluarga, sosial serta budaya, tetapi titik berat dari semua yang
disebutkan di atas yaitu faktor-faktor dalam diri individu itu sendiri

Teori donald Super ini lebih menekan tentang self consept, unsur yang paling mendasar dari
teori Super ini ialah konsep diri atau gambaran diri sehubung dengan pekerjaan yang akan di
lakukannya dan di pegangnya. Gambaran diri ini merupakan suatu dorongan internal untuk
mengantarkan seseorang ke suatu bidang pekerjaan untuk mencapai kesusksesan dan
merasakan kepuasan tersendiri. Dengan gambaran diri ini maka individu bisa mewujudkan
atau mengekpresikan dirinya melalui suatu pekerjaan tertentu. Berikut ini beberapa prinsip
dasar teori Donald Super

1. Setiap orang mempunyai potensi.


2. Setiap orang mempunyai Konsep diri ( self consept ).
3. Pengembangan karir adalah kehidupan panjang dan terdiri dari lima tahap utama
7
kehidupan: Growth, Exploration, Establishment, Maintenance and Disengagement .
4. Ada lima tahapan berurutan. Seseorang melalui siklus dari masing-masing tahapan
ketika mereka mulai memasuki transisi karir.
5. Seseorang memainkan peran yang berbeda sesuai dengan kehidupannya termasuk
peran sebagai pekerja
C.TEORI PERKEMBANGAN DONALD SUPER
Teori self-concept merupakan bagian yang sangat penting dari pendekatan Super terhadap
perilaku vokasional. Penelitian menunjukkan bahwa vocational self-concept berkembang
melalui pertumbuhan fisik dan mental, observasi kehidupan bekerja, mengidentifikasi orang
dewasa yang bekerja, lingkungan umum, dan pengalaman pada umumnya. Pada akhirnya,
perbedaan dan persamaan antara diri sendiri dan orang lain akan terasimilasi. Bila
pengalaman yang terkait dengan dunia kerja sudah menjadi lebih luas, maka konsep diri
vokasional yang lebih baik pun akan terbentuk. Meskipun vocational self-concept hanya
merupakan bagian dari konsep diri secara keseluruhan, namun konsep tersebut merupakan
tenaga penggerak yang membentuk pola karir yang akan diikuti oleh individu sepanjang
hidupnya. Jadi, individu mengimplementasikan konsep dirinya ke dalam karir yang akan
menjadi alat ekspresi dirinya yang paling efisien. Menurut Super ada 5 Proses perkembangan
karier melalui tahapan usia yaitu:
1.Tahap Pengembangan (Growth) 0-15 tahun
2.Tahap Eksplorasi (Exploration) 15-24 tahun
3.Tahap Pemantapan (Establishment) 25-44
4.Tahap Pembinaan (Maintenance) 45-64 3
5.Tahap penurunan ( decline ) 65 tahun ke atas Berdasarkan tahapan umur diatas maka setiap
tahapan umur mempunyai tugas-tugas perkembangan vokasional berdasarkan umur tertentu
yaitu
1.Perencanaan (Crystalization) antara umur 14-18 tahun
2.Penentuan (Specification) antara umur 18-21 tahun
3.Implementasi antara umur 21-24
tahun 4.Pemantapan
(Establishment) antara 24-35 tahun 5.Pengakaran
(Consolidation) sesudah umur 35 tahun Pemetaan proses perkembangan karier Super dalam
tahapan usia sebaga berikut
Tahapan umur Karakteristik Tahap pertumbuhan ( growth ) 0-15 tahun Pembentukan konsep
diri, mengembangkan kapasitas, sikap, minat, dan kebutuhan serta membentuk sebuah
pemahaman umum dari dunia kerja Tahap penjajakan (ekplorasi ) 15-24 tahun try out”
melalui kelas – kelas, pengalaman kerja, hobi – hobi. Mengumpulkasn informasi yang
relevan. Pilihan tentative dan pengembangan skill – skill terkait
Tahap pemantapan (establishment) 25-44 tahun Memasuki pembangunan skill dan
stabilisasi melalui pengalaman kerja. Tahap pembinaan (maintenance) 45-65 tahun Proses
penyesuaian berlanjut untuk meningkatkan posisi. Tahap penurunan ( decline ) 65 tahun ke
atas Mengurangi output, menyiapkan diri untuk masa pensiun. 4 Pemetaan Tahap Tugas
perkembangan vokasional yaitu :
Vokasional Umur Karakteristik Crystalization 14-18 tahun Mengembangkan dan
merencanakan sebuah tujuan vokasional yang mungkin untuk diraih oleh individu.
Spesifikasi

7
18-21 tahun Memantapkan tujuan vokasional yang dipilih. Implementasi 21-24 tahun
Melakukan Pelatihan dan menghasilkan pekerjaan. Stabilitasi 24-35 tahun Bekerja dan
memantap pilihan karir. Konsolidasi 35 tahun ke atas Peningkatan dalam karir yang dipilih.
Super berpendapat bahwa penyelesaian tugas-tugas yang sesuai pada masing-masing
tahapan merupakan indikasi kematangan vokasional (vocational maturity).
Kematangan vokasional itu tampaknya lebih terkait dengan inteligensi daripada usia. Hasil
penelitian longitudinal (Super, 1951) yang mengikuti perkembangan sejumlah siswa kelas 9
menunjukkan bahwa berbagai ciri kematangan vokasional (seperti merencanakan, menerima
tanggung jawab, dan kesadaran akan berbagai aspek pekerjaan yang disukai) tidak beraturan
dan tidak stabil selama periode SMA. Akan tetapi, individu yang dipandang memiliki
kematangan vokasional di kelas 9 (berdasarkan pengetahuannya tentang okupasi,
perencanaan, dan minat) secara signifikan lebih berhasil ketika mereka mencapai awal masa
dewasa.
Hal ini mengisyaratkan bahwa terdapat hubungan antara kematangan karir dengan
pencapaian anak remaja dalam self-awareness, pengetahuannya tentang okupasi, dan
kemampuannya dalam perencanaan. Jadi, perilaku vokasional di kelas 9 memiliki validitas
prediktif untuk masa depannya.
Dengan kata lain, individu yang berhasil menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada
setiap tahapan cenderung mencapai tingkat kematangan yang lebih besar pada masa
kehidupan selanjutnya.
Konsep kematangan karir yang dikembangkan oleh Super itu mempunyai implikasi yang
besar bagi program pendidikan karir dan konseling karir. Fase-fase perkembangan
kematangan karir merupakan titik di mana kita dapat mengidentifikasi dan mengakses sikap
dan kompetensi yang terkait dengan pertumbuhan karir yang efektif. Lebih jauh, gambaran
tentang sikap dan kompetensi yang diharapkan dicapai dalam setiap tahap itu
memungkinkan kita menentukan tujuan instruksional dan konseling yang dirancang untuk
membantu perkembangan kematangan karir Aspek-aspek perkembangan dari teori Super
memberikan penjelasan tentang berbagai faktor yang mempengaruhi proses pemilihan karir.
5 Dua prinsip dasar berikut individu pergunakan dalam teori perkembangan pada umumnya :
1. Perkembangan karir merupakan proses seumur hidup yang terjadi pada
periode- periode perkembangan tertentu.
2. Konsep diri terbentuk pada saat masing-masing fase kehidupan mendesakkan
pengaruhnya pada perilaku manusia. Super (1984) mengklarifikasi pandanganya tentang
teori konsep diri bahwa pada esensinya konsep diri merupakan kecocokan antara pandangan
individu terhadap atributnya sendiri dengan atribut yang dibutuhkan oleh sebuah okupasi.
Super membagi teori konsep diri ke dalam dua komponen:
1. Personal atau psikologis, yang berfokus pada cara individu memilih dan beradaptasi
pada pilihannya
2. Sosial yang berfokus pada asesmen pribadi yang dilakukan oleh individu terhadap
situasi sosioekonominya dan struktur sosial di mana dia bekerja dan tinggal saat ini.
Hubungan antara konsep diri dengan perkembangan karier merupakan salah satu
kontribusi utama teori Super.
Jika konselor akan merancang strategi yang efektif dalam bekerja sama dengan klien, mereka
harus akrab dengan setiap tahapan dan sub-tahapan sehingga mereka dapat menyesuaikan

7
teknik mereka yang sesuai dengan tugas-tugas unik tertentu bagi tonggak perkembangan.
Sebagai contoh, konselor pada sekolah dasar akan sangat bodoh jika untuk membantu anak
dalam membuat pilihan karir tertentu, dan konselor perguruan tinggi lalai untuk mendorong
mahasiswa agar cepat menjadi mapan dalam kariernya.
Pendekatan perkembangan Super telah menambah dimensi penting dalam pemahaman
tentang proses pengembangan karir dengan membuat kita menyadari tugas perkembangan
secara menyeluruh yang dihadapi individu-individu sepanjang hidup mereka. Konsep
kematangan karir yang dikembangkan oleh Super itu mempunyai implikasi yang besar bagi
program pendidikan karir dan konseling karir. Fase-fase perkembangan kematangan karir
merupakan titik di mana kita dapat mengidentifikasi dan mengases sikap dan kompetensi
yang terkait dengan pertumbuhan karir yang efektif. Lebih jauh, gambaran tentang sikap dan
kompetensi yang diharapkan dicapai dalam setiap tahap itu memungkinkan kita menentukan
tujuan instruksional dan konseling yang dirancang untuk membantu perkembangan
kematangan karir. Dalam teori super ini juga dapat digunakan sebagai dasar konseling karier
yang bisa digunakan oleh seorang konselor sebagai salah satu teknik dalam memberikan
bimbingan karier. Keobyektifan dalam konseling karier dapat membantu perkembangan
karier individu dalam mencapai kematangan dalam berkarier. 6 Proses tersebut dapat dibagi
menjadi 6 komponen-komponen (Super, Thomson, Jordaan & Myer, 1984 ). 1.Perencanaan
Karier 2.Ekplorasi Karier
3. Pembuatan
keputusan 4.Informasi
Dunia kerja
5. Pengetahuan pekerjaan yang lebih di
sukai 6.Orientasi karier

7
BAB 11

PEMAHAMAN DIRI: POTENSI DIRI, ARAH PILIH KARIR, TEKNIK


PENGUKURAN, POTENSI DIRI DAN MENGUKUR KEPUTUSAN
KARIR

A. Pemahaman Diri
Pemahaman diri merupakan suatu bentuk upaya pencitraan diri seseorang tentang
bagaimana individu tersebut memahami akan kekurangan dan kelebihannya. Maka individu
tersebut akan membentuk rasa percaya diri yang timbul dari pemahaman dirinya. Karena,
orang dengan percaya diri batin juga sangat sadar diri. Mereka tidak terus menerus
merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur mereka memikirkan perasaan, pikiran dan
perilaku mereka, dan mereka selalu ingin tahu bgaimana pendapat orang lain tentang diri
mereka.

Maria Antoinete menjelaskan bahwa orang yang memahami diri adalah mereka yang
memiliki tujuan hidup, memiliki arah, rasa memiliki kewajiban dan alasan untuk ada (eksis),
identitas diri yang jelas dan kesadaran sosial yang tinggi.

Pemahaman diri adalah suatu cara untuk memahami, menaksir karakteristik, potensi dan
atau masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu.

Menurut Santrock, Pemahaman diri (self – Understanding) adalah gambaran kognitif


remaja mengenai dirinya, dasar, dan isi dari konsep diri remaja.

Menurut Hartono pemahaman diri siswa SMA adalah pengenalan secara mendalam atas
potensi-potensi dirinya yang mencakup ranah minat, abilitas, kepribadian, nilai dan sikap
yang mana pengenalan siswa atas pribadinya sendiri mencakup dua sisi yaitu pengenalan
siswa atas keunggulannya dan pengenalan siswa atas kekurangannya sendiri. Kekuatan
merupakan seperangkat kemampuan yang dimiliki siswa baik yang bersifat potensial
maupun aktual. Kekuatan siswa menggambarkan keunggulan, kehebatan pribadi siswa,
sedang kekurangan siswa adalah sejumlah keterbatasan yang dimiliki siswa. Kekurangan
siswa menggambarkan ketidak mampuan siswa yang menjadi hambatan siswa dalam meraih
cita-cita.

7
Kalau seseorang memiliki pemahaman diri yang baik, mereka akan :

7
6. Sangat menyadari kekuatan mereka dan karena itu jauh lebih
mampu mengembangkan kemampuan mereka sepenuhnya.
7. Mengenal kelemahan dan keterbatasan mereka dan karena itu kecil kemungkinan
mereka membiarkan diri mengalami kegagalan berulang kali.
8. Tumbuh dengan kesadaran yang mantap tentang identitas mereka sendiri dan karena
itu mereka jauh lebih mampu dan puas menjadi seorang ‘pribadi’ dan tidak
mengikuti begitu saja ‘khalayak ramai’.
9. Cenderung mempunyai teman-teman yang ‘tepat’ karena mereka tahu apa yang
mereka inginkan dari persahabatn itu.
10. Terbuka untuk menerima umpan balik dari orang lain dan tidak selalu melonjak
untuk membela diri, begitu dikritik orang.
11. Mau dan sedia mendapat bantuan dan pelajaran karena mereka bukan ‘orang yang
serba tahu’.
Apabila kita sudah memahami tentang dirinya maka akan timbul citra diri. Maksudnya adalah
jika kita memiliki citra diri positif, maka kita akan mengalami berbagai macam hal positif
sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Banyak ahli percaya bahwa orang yang memiliki citra
positif adalah orang yang beruntung.
3. Tujuan Pemahaman Diri

Pemahaman diri merupakan aspek penting bagi siswa SMA. Siswa yang memahamai diri
lebih memiliki peluang yang besar dalam meraih cita-cita dari pada siswa yang belum
mengenal dengan baik akan diri mereka sendiri, karena mereka yang memahami diri telah
memahi kemampun, minat, kepribadian, dan nilai termasuk kelebihan dan kekurangan yang
ada dalam diri mereka sehingga mereka memiliki arah dan tujuan hidup yang realistis
dimana mereka memilliki cita-cita yang sesuai dengan potensi diri.

pemahaman diri ditujukan agar siswa mampu mempersiapkan diri dalam memasuki dunia
kerja, sehingga dapat mencapai kesuksesan dalam karier.Pemahaman diri atau disebut
knowing yourself oleh Levinson, Ohler, Caswell dan Kiewra merupakan aspek penting
dalam pengambilan keputusan selanjutnya kemampuan siswa dalam pengambilan keputusan
karier merupakan wujud nyata dari kematangan perkembangan karier siswa.

Tujuan pemahaman diri bagi siswa adalah:

 Mampu mengeksplorasi potensi diri mereka yang mencakup: minat, abilitas, dan
cita- cita sehingga individu dapat merencanakan karier yang sesuai dengan potensi
diri.

7
 Siswa bisa mempersiapkan diri dengan baik dalam memasuki dunia kerja. Dengan
persiapan yang matang individu dapat mencapai kesuksesan dalam berkarier.
 Siswa mencapai kematangan dalam perkembangan karier
 Siswa mampu mengambil keputusan karier secara mandiri

4. Ciri-ciri Siswa yang Memahami

Dirin mereka yang memahami diri yaitu :

 Orang yang percaya bahwa hidupnya bermakna , secara positif pasti meyakini konsep-
konsep tertentu, seperti humanistik, religiusitas, atau idiosyncratic yang berhubungan
dengan makna kehidupan
 Konsep meaning yang mereka yakini, memunculkan kekonsistensian mereka untuk
mencapai arah dan tujuan hidup mereka
 Orang yang percaya bahwa hidup mereka bermakna , entah hidup mereka sudah
bermakna atau mereka yang masih berusaha mencapai tujuan hidupnya
 Dalam proses mencapai tujuan hidup yang mereka buat, dalam diri seseorang , akan
muncul perasaan signifikan pada diri mereka sendiri dan rasa bangga terhadap
kehidupan mereka.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Diri Siswa

Pemahaman diri (minat, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, kelebihan dan
kekurangan) di pengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang turut
mempengaruhi pemahaman diri ditentukan oleh diri terbuka dan tertutup. Kepribadian yang
terbuka berkonstribusi positif terhadap pemahaman diri, sedangkan kepribadian yang
tertutup adalah faktor penghambat dalam pemahaman diri. Faktor eksternal (lingkungan)
yang mempengaruhi pemahaman diri antara lain, lingkungan keluarga, teman sebaya, dan
sekolah.

Terhadap pemahaman diri siswa terletak pada peran kepala sekolah, sataf administrasi,
guru mata pelajaran, dan peran konselor sekolah dalam melaksanakan program bimbingan
dan konseling. Program bimbingan yang dilaksanakan oleh konselor sekolah mencakup
empat bidang antara lain; bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan karier, dan

8
bimbingan

8
belajar. Untuk mewujudkan tujuan bimbingan di sekolah, konselor perlu melaksanakan
berbagai kegiatan layanan bantuan dimana salah satunya adalah layanan informasi.

Pemahaman diri siswa di pengaruhi oleh pelaksanaan layanan informasi dalam bidang
bimbingan karier, yang mana materi dalam pemberian informasi kepada siswa mencakup,
potensi diri (minat, abilitas, nilai-nilai dan sikap) serta kekuatan atau kelebihan dan
kekurangan/ kelemahan diri.

6. Aspek-aspek pemahaman diri


 Aspek Fisik

Seluruh anggota badan individu termasuk bagian-bagiannya. Artinya individu harus


mengenali dan memahami kondisi jasmaniahnya dengan segala potensinya. Apakah kondisi
jasmani semua sehat ? Apakah kondisi jasmaniahnya normal dan sebagainya. Hal ini penting
agar individu mampu mengambil keputusan dengan tepat dan mampu menyikapi hidup ini
dengan benar.

 Aspek Psikis

Adalah yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan individu.Bagaimana kecerdasannya,


bagaimana emosinya.Sehingga individu mampu menyikapi pilihan-pilihan karir dan masa
depan juga mampu menempatkan dirinya dalam berhubungan dengan orang lain

 Aspek Minat.

Minat adalah rasa tertarik yang kuat terhadap obyek tertentu. Hal ini penting untuk
dipahami individu,karena dengan adanya minat yang kuat terhadap obyek pilihan maka
prestasi, keberhasilan yang diharapkan mudah tercapai demikian juga sebaliknya. Oleh
karena itu perlu penanaman minat terhadap diri individu terhadap berbagai obyek
positif,sehingga timbul rasa menyenangi dengan motivasi tinggi.

 Aspek Bakat.

Bakat adalah kemampuan yang dibawa oleh seseorang sejak lahir dan bersifat menurun (
genetik ). Pentingnya individu memahami bakat ini adalah agar individu mampu
mengembangkan dirinya secara optimal. Bakat akan cepat berkembang dengan baik apabila
ditunjang dengan sarana dan prasarana. Oleh karena itu peran semua masyarakat untuk
memberi wadah penyaluran bakat-bakat terpendam positif sehingga memunculkan putra-
putri berbakan di tanah air kita.

8
 Aspek Cita-cita.

Cita-cita adalah gambaran diri yang ada pada diri seseorang. Ada yang menyebut
“Potret Diri” seseorang. Artinya apabila individu mengatakan dengan lisan, misalnya :
“Cita-cita saya ingin menjadi TNI/POLRI”. Individu harus memahami apakah dirinya sudah
memiliki potret diri menjadi seorang TNI/POLRI..Sudah tergambarkah secara keseluruhan
dalam diri individu kriteria , syarat-syarat dan sebagainya yang mutlak harus dipenuhi untuk
bisa menjadi anggota TNI/POLRI. Hal ini penting untuk dipahami dengan cermat gambaran
dirinya,sehingga ia benar-benar mampu dan dapat memilih karir sesuai dengan cita-citanya.

 Aspek Kebutuhan-kebutuhan Pokok

Hal ini penting juga untuk dipahami oleh individu,kebutuhan-kebutuhan pokok seperti
apa yang diinginkan dalam menjalani kehidupan ini. Apakah hidup ini hanya untuk makan
atau makan untuk hidup.Apakah individu hanya menginginkan kebutuhan jasmani saja, atau
individu disamping perlu kebutuhan-kebutuhan untuk jasmani,juga memerlukan kebutuhan
bathin, dan sebagainya. Misalnya : makan,minum,keamanan, kasih sayang,
rekreasi,aktualisasi diri,sosialisasi,dan sebagainya. Oleh karena itu individu perlu
menentukan kebutuhan- kebutuhan pokok seperti apa yang diinginkan dalam hidup ini.

 Aspek Gaya Hidup

Gaya hidup yang diinginkan oleh masing-masing orang berbeda antara satu dengan
lainnya. Ada yang ingin bergaya hidup elite, ada yang ingin bergaya hidup biasa-biasa saja
atau bergaya hidup sederhana. Oleh karena itu gaya hidup atau “life style”,ini perlu
dipahami dengan benar. Individu hendaknya menyesuaikan dengan
kemampuannya,sehingga dalam menyikapi hidup ini tidak diperbudak oleh hawa
nafsunya.Ketrampilan, kerja keras, pengalaman dan sebagainya akan mempermudah untuk
memutuskan gaya hidup seseorang.

B. Potensi Diri

Secara harfiah, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to potent yang berarti keras atau
kuat. Budianto (2004) mengartikan kata potensi berarti kemampuan ,kekuatan dayab baik
yang belum terwujud maupun yang sudah terwjud tetapi belum optimal. Dalam kamus
bahasa Indonesia dikemukakan bahwa potensi adalah kemampuan-kemampuan atau
kualitas-kualitas yang dimiliki seseorang namun belum dipergunakan secara maksimal.

8
Sedangkan menurut

8
Buchori Zainun seebagaimana di kutip Budianto (2004), potensi adalah daya. Daya tersebut
bisa bersifaat positif yang berupa power (kekuatan) dan bersifat negatif atau kelemahan
(weakness). Contoh potensi manusia antara lain : Kejujuran, Ketegasan, Kematangan,
Kedewasaan, Kecerdasan, Kebijakan, Kebenaran, dll

Potensi diri merupakan suatu gambaran citra diri individu tentang sejauh mana kita
mempunyai perasaan positif terhadap diri sendiri, sejauh mana kita punya sesuatu yang kita
rasakan bernilai atau berharga di dalam diri sendiri. Citra diri yang sehat sangat penting
untuk dimiliki oleh semua orang untuk bidang apapun. Bagaimana kita melihat diri sendiri
sangat mempengaruhi seberapa baik dan seberapa jauh kita menjalani kehidupan. Itu
sebabnya Mark Browser berpendapat “Jika seseorang yang mempunyai profesi namun tidak
memiliki citra diri yang baik, maka orang tersebut tidak akan berhasil di bidangnya.
Orang yang memiliki citra diri yang positif adalah orang yang telah mampu menerima,
menghargai dan menyukai dirinya sendiri serta orang lain. Dengan dasar dimana individu
tersebut mengetahui akan potensi dirinya, orang ini akan relatif lebih mudah untuk
membangkitkan rasa percaya diri dalam melakukan pencarian prospek kedepannya.

Secara umum, potensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

 Kemampuan dasar: seperti tingkat intelegensi, kemampuan abstraksi, logika dan


daya tangkap.
 Etos kerja : seperti ketekunan, ketelitian, efisiensi kerja dan daya tahan terhadap
tekanan.
 Kepribadian : yaitu pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan, serta kebiasaan
seseorang, baik jasmaniah, rohaniah, emosional maupun sosial yang ditata dalam
cara khas di bawah aneka pengaruh luar.

Cara kita memperbaiki potensi diri, di antaranya :


 Intropeksi diri
 Merasa terus kecewa dengan diri sendiri apabila selalu merasa mengecewakan orang
lain.
 Menghabiskan terlalu banyak waktu untuk berusaha memperbaiki diri.

8
 Menerima kritikan untuk diperbaiki lagi.

Adapun aspek-aspek memahami akan potensi diri dari setiap cara hidup yang ada:
 Watak / karakter
Watak atau karakter, kepribadian (personality) menurut Allport adalah satu dan
semua akan tetapi bisa berbeda bila dipandang dari segi yang berlainan. Kalau kita
hendak menggunakan norma atau menggunakan penilaian, maka lebih tepat
dipergunakan istilah “watak” dan kalau kita tidak memberikan penilaian atau hanya
memberikan gambaran apa adanya maka dipakai istilah “kepribadian”.
 Bakat
Bakat yaitu kemampuan individu untuk melakukan sesuatu dengan sedikit sekali
tergantung pada faktor latihan, hal ini sering juga disebut bakat khusus. Sedang bakat
umum adalah kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu yang berkaitan dengan
intelegensi. Bakat merupakan potensi-potensi yang berisi kemungkinan untuk
berkembang kesuatu arah. Bakat bukanlah sesuatu yang terjadi dan terbentuk pada waktu
individu dilahirkan, tetapi baru merupakan potensi-potensi saja, agar potensi ini menjadi
nyata/terwujud dibutuhkan kesempatan untuk mengaktualisasikan bakat-bakat tersebut,
karena itu ada bakat yang tidak dapat berkembang karena kesempatan kurang atau tidak
memungkinkan, sehingga muncul istilah bakat terpendam.
 Minat/Inters
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan yang biasanya diikuti dengan perasaan senang, apa yang direnungkan
individu sehari-hari seringkali mempengaruhi minat individu tersebut dalam
mempelajari sesuatu. Jika sejak dini individu diperkenalkan atau diberikan informasi
yang menarik tentang sesuatu hal, maka potensi yang di miliki individu tersebut akan
lebih menonjol.
 Cita-cita
Cita-cita atau keinginan merupakan tujuan atau hal yang ingin dicapai pada
kehidupan mendatang. Oleh karena itu belajar yang efektif baik dan teratur diyakini
dapat membantu tercapainya cita-cita yang diinginkan.
 Sikap
Menurut Bimo Walgito, sikap adalah sebagai suatu efek baik yang bersifat positif
maupun negatif dalam hubungan dengan obyek psikologis. Efek positif yaitu senang, dengan
demikian adanya sikap menerima atau setuju. Sedangkan efek negatif adalah adanya sikap

8
menolak atau tidak senang.

8
7. Ciri Potensi Diri

Ciri-ciri seseorang yang memahami atau mengerti potensi dirinya itu dapat atau bisa dilihat
dalam sikap serta perilakunya sehari-hari baik itu di dalam kehidupan keluarga, sekolah
serta masyarakat disebabkan ini bisa menjadi tolak ukur bagi seseorang terebut. Selain dari
itu seseorang yang berpotensi itu memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut :

f. Senang belajar dan selalu melihat kekurangan dirinya.


g. Mempunyai sikap yang luwes.
h. Tidak takut melakukan perubahan secara total untuk perbaikan.
i. Tidak menyalahkan orang lain maupun keadaan.
j. Mempunyai sikap yang tulus bukan kelicikan.
k. Rasa tanggung jawab ada padanya.
l. Menerima kiritik dan saran dari orang.
m. Berjiwa optimis, tidak mudah putus asa.

8. Mengembangkan Potensi Diri

a. Introspeksi Diri “Pengukuran Individual”

Dengan berdasarkan cara ini, seseorang itu meluangkan waktunya untuk dapat
mengevaluasi apa yang sudah dilakukannya selama ini, apa yang sudah atau telah ia raih
serta apa yang ia punyai saat yang mana hal tersebut sebagai suatu kelebihan yang dapat atau
bisa mendukung serta apa yang ia miliki yakni sebagai suatu kekurangan yang
memperlambat tercapainya prestasi tinggi. Cara ini sangat efektif yang mana individu
tersebut bersikap jujur, terbuka pada dirinya sendiri, mau dengan sungguh-sungguh untuk
memperhatikan kata hatinya.

b. Feedback Dari Orang Lain

Feedback dari orang lain artinya seseorang itu kemudian meminta masukan berupa data
penilaian atau juga informasi mengenai dirinya menurut pendapat orang lain. Masukan
berupa umpan balik “feedback” tersebut kemudian mencangkup segala sesuatu mengenai
sikap serta juga perlikau seseorang yang terlihat dipersepsi oleh orang lain yang berjumpa
dengannya,

8
berinteraksi dengannya. Cara lain untuk memiliki tujuan untuk membantu seseorang
memperbaiki diri serta juga meningkatkan potensi diri.

9. Jenis Kemampuan Potensi Diri

Jenis potensi diri tersebut bisa atau dapat dipahami yakni sebagai kemampuan atau juga
kecerdasan seseorang yang munculnya bisa dari bakat, atau juga dari belajar.

E. Kemampuan sosiologis

Merupakan kemampuan dimana seseorang untuk peka terhadap suatu permasalahan


sosial di lingkungan sekitar. Kepekaan tersebut mendorong dirinya untuk kemudian berpikir
kritis serta emansipatoris. Simpati serta empati adalah wujud dari kepekaan yang dimiliki
mereka yang punya potensi kemampuan berpikir secara sosiologis.

F. Kemampuan naturalis

Merupakan suatu kemampuan yang seseorang untuk kemudian merasa peka terhadap
lingkungan alam sekitar. Orang yang memiliki potensi kemampuan naturalis tersebut
kemudian akan merasa sakit apabila alam itu disakiti. Tak hanya itu, potensi tersebut juga
dapat atau bisa digambarkan dengan adanya kemampuan di dalammemahami kehidupan
ekologi di bumi.

G. Kemampuan musikal

Merupakan kecerdasan seseorang di dalam menciptakan harmoni lewat suatu suara.


Suara ini umumnya diciptakan lewat permainan dari alat musik. Skill di dalam memainkan
alat musik serta kecerdasan dalam menghayati alunan nada ini adalah beberapa contoh
potensi yang hanya dipunyai oleh orang tertentu.

H. Kemampuan spasial

Merupakan suatu kecerdasan yang berhubungan dengan adanya pemahaman akan ruang
spasial. Ruang spasial tersebut sering dikaitkan dengan suatu pemetaan. Sopir profesional itu
biasanya akan mengembangkan potensi ini. Contoh, pada saat ia lewat suatu jalan yang
asing, kemudian masuk ke dalam gang-gang yang sempit, ia masih tetap bisa keluar dari
gang itu tanpa kesasar. Kemampuan ini adalah kemampuan spasial.

8
I. Kemampuan visual

Merupakan kecerdasan di dalam menciptakan kreasi visual. Kreasi tersebut dapa atau
bisa berupa gambar, lukisan, atau juga film. Tak hanya hal tersebut, mereka yang punya
potensi tersebut bisa atau dapat memahami suatu teka-teki yang tampak dengan secara
visual, misalnya seperti menerjemahkan makna dari sebuah lukisan.

J. Kemampuan logika

Merupakan suatu kemampuan seseorang di dalam berpikir logis serta matematis. Potensi
tersebut berhubungan dengan kecerdasan di dalam pikirannya untuk kemudian memahami
sesuatu hal itu secara numerik, termasuk itu menghitung serta juga menghapal rumus-rumus
matematis. Potensi kemampuan logika tersebut dapat atau bisa diperoleh dari bakat atau
juga belajar.

K. Kemampuan linguistik

Merupakan suatu kemampuan individu di dalam berbahasa. Kemampuan tersebut


mempunyai cakupan yang luas, tidak hanya memahami teks deskriptif tersebut, tetapi juga
berceramah, berbicara,serta diskusi. Kemampuan tersebut berhubungan erat dengan
kecerdasan yang dipunyai seseorang di dalam mengembangkan skill aktualisasi diri dengan
secara verbal.

L. Kemampuan kinestetik

Merupakan suatu kemampuan seseorang di dalam menggerakkan tubuhnya. Tak hanya


bergerak tetapi juga dalam mengembangkan elastisitas (kelenturan) dari tubuh serta juga
mencipakan harmoni itu dengan melalui gerakanfisik yang mempesona serta juga tepat
seperti penari profesional.

M. Kemampuan interpersonal

Merupakan suatu kemampuan seseorang di dalam menjalin hubungan sosial. Potensi


kecerdasan seseorang yang piawai di dalam melakukan hubungan interpersonal tersebut
terlihat dari kemampuannya melobi, mewawancarai, berkomunikasi dengan orang lain atau

8
semacamnya. Kemampuan tersebut ini ialah mengenai menciptakan serta menjaga hubungan
antar manusia.

N. Kemempuan intrapersonal

Merupakan suatu kemampuan seseorang di dalam mengatur, memahami, dan juga


memanajemen diri sendiri. Orang yang berhasil dalam mengembangkan potensi
intrapersonalnya itu akan piawai di dalam merancang visi, mengambil keputusan,serta
menetapkan tujuan hidup. Kemampuan intrapersonal tersebut dapat dilatih dengan melalui
upaya di dalam pengendalian emosi diri.

10. Faktor Mengembangkan Potensi Diri

Ada faktor yang mendukung dalam potensi diri dan juga ada faktor yang justru
menghambat potensi dir.

14. Faktor Pendukung Dalam Potensi Diri

Potensi seseorang itu kemudian akan dapat atau bisa berkembang dengan baik apabila
didukung oleh sejumlah faktor, antara lain sebagai berikut :

 Minat serta kegemaran, hobi


 Motivasi
 Kepintaran atau juga intelektual
 Lingkungan baik itu keluarga, sekolah atau juga masyarakat
 Sarana prasarana

15. Faktor Penghambat Potensi Diri

Selain hambatan dari luar, seseorang itu juga sering menghadapi hambatan yang berasal
dalam dirinya sendiri. Hambatan tersebut bisa atau dapat menyebabkan seseorang itu
kemudian tidak mampu mengaktualisasikan atau juga menggali potensi yang ada pada
dirinya dengan secara maksimal.

Hambatan tersebut diantaranya :

K. Merasa tidak yakin atas kemampuan diri

8
L. Tidak mempunyai rasa percaya diri yang cukup atau juga kurang percaya diri
M. Tidak tekun dalam melatih potensi yang ada

secara umum potensi diri yang ada pada setiap manusia dapat dibedakan menjadi 5
macam yaitu:

I. Potensi Fisik (Psychomotoric)

Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai
kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Misalnya mata untuk melihat, kaki
untuk berjalan, telinga untuk mendengar dan lain-lain.

J. Potensi Mental Intelektual (Intellectual Quotient)

Merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebelah kiri).
Fungsi potensi tersebut adalah untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan menganalisis.

K. Potensi Sosial Emosional (Emotional Quotient)

Merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebelah kanan).
Fungsinya antara lain untuk mengendalikan amarah, bertanggungjawab, motivasi dan
kesadaran diri.

L. Potensi Mental Spiritual (Spiritual Quotient)

Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang
berhubungan dengan jiwa sadar atau kearifan di luar ego. Secara umum Spiritual Quotient
merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan keimanan dan akhlak mulia.

M. Potensi Daya Juang (Adversity Quotient)

Merupakan potensi kecerdasan manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia
yang berhubungan dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang tinggi. Melalui potensi ini,
seseorang mampu mengubah rintangan dan tantangan menjadi peluang.

C. Arah Pilih Karir

Pemilihan karir merupakan salah satu proses pembuatan keputusan terpenting dalam
kehidupan individu. Keputusan yang ia buat akan berdampak pada apa yang akan dilalui
dalam hidupnya. Pemilihan karir juga merupakan aspek kehidupan sosial seseorang yang
tidak dapat

8
terelakkan karena hal tersebut merupakan salah satu proses pembuatan keputusan setelah
individu melewati beberapa tahap perkembangan dalam hidupnya.
Memilih sebuah karir lebih dari sekedar menentukan apa yang akan dilakukan seseorang
untuk mencari nafkah. Henderson (Gladding, 2012: 402) menyebutkan bahwa:
Individu yang sangat bahagia dengan pekerjaannya akan setia dalam menjalankan
apa yang menjadi minatnya, memperlihatkan kompetensi dan kekuatan pribadi yang luas,
dan berfungsi dalam lingkungan kerja yang dicirikan dengan kebebasan, tantangan, arti, dan
atmosfer sosial yang positif.
Menurut Byrne dan Reinhart (Purnamasari, 2006:40) kesesuaian antara jenis pekerjaan
dengan karakteristik kepribadian merupakan hal yang diharapkan oleh semua orang yang
bekerja, khususnya bagi individu yang baru atau akan memasuki dunia kerja. Pada masa-
masa orientasi karir, individu selalu diharapkan memiliki pertimbangan mengenai
kecocokan antara karakteristik pribadi dengan pekerjaan yang dipilih, baik dalam minat,
bakat maupun nilai-nilai pribadi yang dianut karena dengan kecocokan antara jenis
pekerjaan dengan karakteristik kepribadian sangat besar kemungkinan bagi individu untuk
mencapai kesuksesan dalam karir. Menurut Crites (1969) arah pilihan karir adalah pemilihan
karir yang tidak dibuat berdasarkan fantasi atau khayalan namun berdasarkan minat,
kapasitas, dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang setelah mengekploitasi dunia dengan
cara mengelaborasi serta
mengklarifikasi minat, bakat, kemampuan serta nilai-nilai

pribadi yang dianut setelah terlebih dahulu mengalami perkembangan karir dalam jangka
waktu yang cukup panjang. Aspek-aspek kejelasan arah pilihan karir menurut Crites (1969)
adalah mengeksplorasi kondisi pribadi, mengeksplorasi bidang minat karir, kecenderungan
untuk mencapai keadaan yang menyempit dalam pilihan bidang minat karir, menentukan
arah pilihan bidang minat karir, kesediaan untuk mempertahankan arah pilihan bidang minat
karir yang sudah dibuat, keyakinan bahwa pilihan bidang minat karirnya akan tercapai, serta
kepastian dan spesifikasi minat karir.
Pentingnya mempertimbangkan kecocokan karakteristik pribadi dengan karakteristik pilihan
bidang minat karir juga didukung oleh pernyataan Jones (2010) terkait kecocokan
kepribadian dengan pilihan bidang studi lanjutan. Ia menyatakan bahwa semakin cocok
individu dengan pilihan bidang studi semakin baik performa individu tersebut, dengan kata
lain semakin ia sukses dalam studinya.

9
D. Teknik Pengukuran Potensi Diri

Pengenalan dan pengukuran potensi diri sangat diperlukan bagi seseorang. Pengertian diri
adalah keseluruhan dari self maupun ego yang ada pada diri dan kepribadian. Sedangkan
potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh seseorang
namun belum dipergunakan secara maksimal.

Jadi Pengenalan dan pengukuran potensi diri adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan, kekuatan dan daya yang ada pada diri dengan menggunakan cara,
metode, dan alat ukur atau instrument tertentu dengan aturan/tolok ukur atau karakteristik
tertentu. Adapun tujuan dari pengenalan dan pengukuran potensi diri ini adalah untuk
memberikan gambaran kepribadian seseorang, gambaran kecenderungan seseorang dalam
berperilaku, sementara manfaatnya adalah untuk mengembangkan nature (kepribadian
manusia yang terbentuk dari bawaan/lahir/bakat) dan nurture (kepribadian manusia yang
terbentuk karena pengaruh lingkungan). Sementara metode pengukuran potensi diri dapat
dilakukan melalui diri sendiri (self assessment), melalui feedback dari orang lain dan tes-tes
psikologis seperti tes kecerdasan, tes kepribadian, tes kepemimpinan, tes kreativitas dll.

. Sebelum melakukan pengembangan potensi diri, diperlukan pengukuran. Pengukuran


dilakukan dengan menggunakan metode:

f. Self assessment (introspeksi)


adalah menilai diri sendiri. Ada juga yang mengatakan instropeksi. Sebagian orang
mengatakan bahwa dengan cara ini penilaian yang dilakukan sangat subyektif, karena
orang umumnya tidak mau melihat kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Tapi
pendapat lain mengatakan bahwa yang paling kenal diri anda adalah anda sendiri.

g. Feed back : langsung dan tidak langsung; evaluatif dan deskriptif; bermanfaat
Feed back merupakan komunikasi yang ditujukan kepada seseorang yang akan
memberikan informasi kepada orang yang bersangkutan, bagaimana orang lain terkena
dampak olehnya, bagaimana kesan yang ditimbulkan pada orang lain dengan tingkah
laku yang ditunjukkannya. Feed back membantu seseorang untuk menelaah dan
memperbaiki tingkah lakunya dan dengan demikian ia akan lebih mudah mencapai hal-
hal yang

1
diinginkannya.

h. Tes psikologis/kepribadian melalui:


 Tipologi diri: Kepribadian Sanguinis Populer (ekstrovert, membicara, optimis);
Kepribadian Koleris Kuat (ekstrovert, pelaku, optimis); Kepribadian Melankolis
Sempurna (introvert, pemikir, pesimis); Kepribadian Phlegmatis Damai (Introvert,
Pengamat, Pesimis)
 Tingkat Kepercayaan Diri: Menciptakan definisi diri positif, memperjuangkan
keinginan yang positif, mengatasi masalah secara positif, memiliki dasar keputusan
yang positif, memiliki metode/teladan yang positif (menghindari mencari-cari alasan,
menggunakan daya imajinasi, tidak takut gagal, berpenampilan membentuk
kepercayaan diri, menyusun catatan mengenai sukses yang diperoleh)
 Ambisi: menumbuhkan dan mengendalikan ambisi dengan cara: miliki tujuan yang
jelas dan mengacu pada tujuan tersebut, tentukan kapan akan dikerja untuk
direalisasikan, jika gagal pelajari penyebabnya, jangan ubah tujuan hanya karna
gagal, bekerjasama dengan orang-orang yang dapat membantu tercapainya tujuan,
eksploitasi gagasan untuk merumuskan tujuan yang jelas, selalu berpikir positif.

Pengembangan potensi diri tidak semudah dibayangkan. Ada banyak hambatan, baik
dari diri sendiri maupun lingkungan, dan yang paling menghambat biasanya ada dalam diri
seperti ketidakmampuan mengatur diri, nilai pribadi yang tidak jelas, tujuan pribadi yang
tidak jelas, pribadi yang kerdil, kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan
masalah, kreativitas rendah, wibawa rendah, kemampuan pemahaman manajerial rendah,
kemampuan menyelia rendah, kemampuan latih rendah, kemampuan membina tim rendah.
Oleh krena itu, yang pertama harus disingkirkan adalah hambatan-hambatan yang ada dalam
diri sendiri. Kemudian untuk dapat mengembangkan potensi diri, perlu diperjelas dalam
pikiran seperti apa yang kita ingin menjadi di masa yang akan datang, misalnya dengan:
menentukan sasaran yang jelas, menentukan cara menilai keberhasilan, mensyukuri
kemajuan waluapun hanya sedikit, berani mengambil resiko, perkembangan diatur oleh diri
sendiri, memanfaatkan setiap kesempatan yang ada, terbuka untuk belajar dari siapa saja,
belajar dari kesalahan dan selalu bersikap realistis, jangan hanya berbicara, tetapi kerjakan
yang kita ucapkan. Sedangkan langkah- langkah yang perlu dilakukan untuk rancangan
pengembangan haruslah tertulis, karena kalau tidak tertulis sama saja dengan angan-angan
bukan tujuan.

2
Adapun langkah-langkahnya yakni: menuliskan gambaran yang kita inginkan dalam
bidang-bidang, menuliskan potensi atau perilaku yang kita ingin hilangkan dan upaya untuk
menghilangkan, menuliskan potensi yang ingin kita kembangkan, menentukan langkah-
langkah kegiatan serta waktu pencapaiannya, menentukan tolok ukur untuk nilai
keberhasilannya Pengembangan diri harus diawali dengan pengenalan diri, salah satu caranya
adalah melalui pengukuran potensi diri. Pengenalan diri akan membantu individu melihat
kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya, mengetahui hal-hal yang berkembang
dengan hal-hal yang masih perlu dikembangkan. Pengukuran potensi diri dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh manakah potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang individu, baik yang
diperoleh melalui introspeksi diri maupun malalui feed back dari orang lain serta tes
psikologis.

E. Mengukur Keputusan Karir

pengukuran tentang kematangan karier sangat diperlukan agar:

a. dapat menilai kesiapan pribadi untuk mengambil keputusan-keputusan


pendidikan/karier, atau untuk berperan serta dalam berbagai macam pengalaman
perkembangan karier yang khusus
b. berfungsi sebagai instrumen-instrumen diagnostik dalam menentukan perlakuan
c. dapat mengevaluasi tingkat di mana strategi-strategi yang ditujukan dapat membantu
layanan bimbingan karier mencapai tujuan-tujuannya. Sehingga maklum jika selama
ini guru pembimbing atau konselor sekolah mengembangkan dan menjalankan
program layanan bimbingan karier “seadanya”, tanpa didasari oleh kondisi objektif
siswa, baik kemampuan maupun kebutuhan-kebutuhan pribadinya.
Diharapkan dengan hadirnya alat ukur kematangan karier yang baku (teruji validitas
dan reliabilitasnya), nantinya guru pembimbing atau konselor di SMA bisa
mendapatkan data atau informasi yang valid, reliabel dan akurat berkaitan dengan
kematangan karier siswa SMA. Dengan demikian, berdasarkan ukuran (data) ini guru
pembimbing atau konselor sekolah dapat mengambil kebijakan bagi program layanan
bimbingan karier yang akan dikembangkannya, agar benar-benar mendorong
kesiapan siswa SMA dalam membuat keputusan-keputusan karier yang tepat dan
bijaksana.

3
pengambilan keputusan karir adalah suatu proses seleksi atau pemilihan dari
beberapa alternatif pilihan karir yang ada, berdasarkan hasil pemahaman diri dan
pemahaman karir serta perilaku pengambilan keputusan karir meliputi bersekolah,
serta memasuki program pelatihan, melamar pekerjaan, meningkatkan pekerjaan,
perubahan jabatan dan memasuki pekerjaan baru.

1. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Karir

Berdasarkan teori Krumboltz melahirkan empat kategori faktor yang mempengaruhi


pengambilan keputusan karir seseorang, yaitu faktor-faktor genetik, lingkungan,
pembelajaran, dan keterampilan menghadapi tugas atau masalah.

a. Genetik

4
Faktor ini dibawa dari lahir merupa wujud dan keadaan fisik (wajah, jenis kelamin, suku
bangsa, dan cacatnya) dan kemampuan. Keadaan diri bisa membatasi preferensi atau
keterampilan seseorang untuk menyusun rencana pendidikan dan akhirnya untuk bekerja.
Teori ini mengatakan bahwa orang-orang tertentu terlahir memiliki kemampuan, besar atau
kecil untuk memperoleh manfaat dari pengalaman pergaulannya dengan lingkungan, sesuai
dengan keadaan diri (pengalaman orang laki-laki lain 15 dari pada pengalaman orang
perempuan, tantangan orang normal lain dari pada tantangan yang dihadapi orang cacat).
Kemampuan- kemampuan khusus seperti kecerdasan, bakat musik, demikianpun gerak otot,
merupakan hasil interaksi pradisposisi bawaan dengan lingkungan yang dihadapi seseorang.

5
dari pada pengalaman orang perempuan, tantangan orang normal lain dari pada tantangan
yang dihadapi orang cacat). Kemampuan-kemampuan khusus seperti kecerdasan, bakat
musik, demikianpun gerak otot, merupakan hasil interaksi pradisposisi bawaan dengan
lingkungan yang dihadapi seseorang.

b. Kondisi lingkungan.

Faktor lingkungan yang berpengaruh pada pengambilan keputusan kerja ini, berupa
kesempatan kerja (apa dan beberapa banyak), kesempatan pendidikan dan pelatihan (
formal, nonformal, negeri, swasta), kebijakan dan prosedur seleksi (peraturan, persyaratan,
dsb), imbalan (uang penghargaan sosial), undang-undang dan peraturan pemburuhan,
peristiwa alam (bencana), sumber alam (tersedianya dan kebutuhan), kemajuan teknologi,
perubahan dalam organisasi sosial, sumber keluarga (pendidikan, kemampuan keuangan,
nilai, penghargaan), sistem pendidikan (organisasi, kebijaksanaan, keterampilan dan
kepribadian guru dan sebagainya), lingkungan tetangga dan masyarakat sekitar
(pengaruhnya), pengalaman belajar. Faktor-faktor ini umunya ada diluar kendali individu,
tetapi pengaruh bisa direncanakan.
c. Faktor belajar
Kegiatan yang paling banyak dilakukan manusia adalah belajar. Pengalaman belajar
akan mempengaruhi tingkah laku dan keputusan orang, antara lain tingkah laku pilihan
karir. Setiap orang memiliki

6
sejarah pengalaman belajar yang khas. Ada dua jenis belajar, yaitu belajar instumental dan
asosiatif. Belajar instrumental ialah belajar yang terjadi melalui pengalaman orang waktu
berada didalam suatu lingkungan dan ia “mengajarkan” langsung (berbuat sesuatu atas,
mereaksi terhadap) lingkungan itu, dan ia mendapatkan sesuatu sebagian hasil dari tindak
perbuatannya itu, yaitu hasil yang dapat diamatinya. Tiga komponen pengalaman belajar ini
adalah anteseden (yang mendahului peristiwa belajar), respon (perbuatan), dan konsekuensi
(buah atau hasil perbuatan). Anteseden ialah segala sesuatu mengenai diri, lingkungan,
kejadian yang hadir sebelum, atau mendahului, dan ada sangkut pautnya dengan perbuatan
(respon) itu : ciri pribadi, keadaan fisik, kemampuan umum, bakat, lingkungan, keadaan,
kejadian. Respon perbuatan ialah apa yang dilakukan orang, baik yang tampak maupun yang
tidak (menendang bola, menyapa orang, menerima tawaran, menyetujui pendapat orang,
menerima sasaran). Konsekuensi ialah segala apa yang terjadi (pada diri, diluar diri) setelah
perbuatan dilakukan atau tindakan diambil, yang kelihatan langsung sebagai hasil atau
akibat, yang tidak kelihatan (reaksi dalam diri berupa perasaan atau pemikiran, dampak pada
orang lain).
d. Keterampilan menghadapi tugas

Keterampilan ini dicapai sebagai buah interaksi atau pengalaman belajar, ciri genetik,
kemampuan khusus (bakat), dan lingkungan. Termasuk didalam keterampilan ini adalah
standar kinerja, nilai kinerja,

7
kebiasaan kerja dan proses persepsi dan kognitif (perhatian, daya ingat), set mental, respon
emosional. Dalam pengalamannya individu penerapkan keterampilan ini untuk menghadapi
dan menangani tugas-tugas baru. Keterampilan menghadapi tugas ini sendiri, bisa berubah
oleh pengalaman dan oleh balikan yang diperoleh dari hasil atau hal hal yang menyangkut
hasil pengalaman itu. Keterampilan mengancang tugas ini hasil belajar dan keterampilan
yang telah diperoleh sebelumnya yang merupakan faktor yang berpengaruh pada bagaimana
hasil tindakan, jika orang menghadapi tugas atau masalah, sedangkan keterampilan-
keterampilan itu sendiri, bisa berubah oleh pengalaman dan balikannya yang diterima
mengenai perbuatannya.

2. Keterampilan Mengancang Tugas dan Pengambilan Keputusan Karir

Menurut Krumboltz dan Barker (Munandir, 1996), hal yang penting dalam
pengambilan keputusan karir adalah kemampuan untuk :
 Mengenal situasi keputusan yang penting.

 Menentukan apa keputusan atau tugas yang dapat dikelola dan yang realistis.

 Memeriksa dan menilai secara cermat dan tepat generalisasi observasi diri dan
generalisasi pandangan atas dunia.

 Menyusun alternatif-alternatif yang luas dan beragam.

 Mengumpulkan informasi yang diperlukan tentang alternatif-alternatif itu.

 Menentukan sumber informasi mana yang paling handal, cermat, dan relevan.

 Merencanakan dan melaksanakan urutan langkah-langkah pengambilan keputusan


yang disebut diatas.

Sedangkan kematanngan karier menurut Super memilki enam dimensi yaitu :

 dimensi membuat pilihan karier


 dimensi kompetensi khusus tentang mencari informasi karier dan keterampilan-
keterampilan membuat perencanaan karier
 dimensi konsistensi pilihan-pilihan
 dimensi pengenbangan konsep diri

8
 dimensi kebebasan membuaat keputusan karier
 dimensi konsistensi membuat pilihan yang realistis berdasarkan tujuan pribadi.

Siswa SMA merupakan usia dimana seseorang mencapai kematangan kariernya.


Kematangan karier bagi siswa terbukti bila mereka mampu mengambil keputusan karier
secara mandiri, dimana kemandirian itu tidak pernah terlepas dari pengaruh pemahaman diri
siswa.

9
BAB 12

PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING KARIR DI SEKOLAH

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Karir


Dalam bukunya Dewa Ketut Sukardi (1987:22), mendefinisikan Bimbingan Karier
adalah bantuan layanan yang diberikan kepada individu-individu untuk memilih,
menyiapkan, menyesuaikan dan menetapkan dirinya dalam pekerjaan yang sesuai serta
memperoleh kebahagiaan daripadanya. Berkaitan dengan sekolah, bimbingan karier
dapat dipandang sebagai suatu proses perkembangan yang berkesinambungan yang
membantu terutama dalam hal perencanaan karier, pembuatan keputusan, perkembangan
ketrampilan/ keahlian informasi karier, dan pemahaman diri.14

Dari definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan, bahwa bimbingan karier adalah
suatu proses bantuan, layanan informasi dan pendekatan terhadap individu/ kelompok
individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja untuk
menentukan pilihan karier, mampu untuk mengambil keputusan karier dan mengakui
bahwa keputusan tersebut adalah yang paling tepat/ sesuai dengan keadaan dirinya
dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan karier yang akan ditekuninya.

B. Bimbingan Karir di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

1. Pengertian anak SMP


Sekolah Menengah Pertama yang disingkat dengan SMP merupakan jenjang
pendidikan dasar SD yang memasuki anak pada usia 13-15 tahun pada pendidikan
formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah
pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9.
Anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia
remaja awal. Pada umumnya ketika usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah
masa remaja awal setelah mereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Dasar. Masa
remaja awal atau masa puber adalah periode unik dan khusus yang ditandai dengan
perubahan- perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam
rentang kehidupan.
Bimbingan karir di SMP merupakan kelanjutan dari bimbingan karir di SD, melalui
guru pembimbing siswa mendapatkan berbagai informasi tentang karir sehingga dapat

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir di Sekolah – Sekolah, (Denpasar: GI, 1984), h.224
14

1
membina sikap dan apresiasinya terhadap jenis pendidikan, jenis pekerjaan, dan
menelusuri hubungan antara kerja dan waktu luang, memperluas minat kerja, serta
memberikan berbagai informasi tentang pekerjaan sehingga memunculkan kesadaran
siswa untuk menentukan pilihan pekerjaannya dimasa datang sesuai dengan bakat dan
minat yang dimilkinya.15
2. Karakteristik siswa di SMP

a. Siswa berusia antara 12/13 – 15/16 tahun.

b. Tugas-tugas pokok perkembangan yang harus dicapai anak , yaitu:

 Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir.


 Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk pendidikan lanjutan.
 Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap pribadi yang mandiri.
 Mengarahkan diri pada peranan sosial sebagai pria atau sebagai wanita.

c. Perkembangan kemampuan berpikir anak sudah pada tahap operasional formal,


dimana anak sudah mulai berpikir secara abstrak, namun masih perlu bantuan dengan
contoh- contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari.

d. Konsep belajar sudah mulai berkembang pada tahap pemahaman, dimana setiap
informasi/konsep atau peristiwa belajar dapat dicerna oleh aspek kognitifnya sehingga
mereka memperoleh pemahaman diri yang lebih baik.

e. Berada pada tahap perkembangan remaja, sedang mengalami masa pubertas dan
mencari identitas diri.16

3. Tujuan Bimbingan karir di SMP

a. Tujuan Umum

Tujuan umum bimbingan karir di SMP/SLTP adalah memberikan kesempatan pada


siswa untuk melibatkan diri secara aktif dalam suatu proses yang dapat mengungkapkan
berbagai macam karir. Melalui proses tersebut diharapkan siswa menyadari dirinya,
kemampuannya, dan hubungan antara keduanya dengan berbagai karir dalam
masyarakat.

b. Tujuan khusus bimbingan karir di SMP adalah:

15
Prayitno, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah lanjutan tingkat pertama, jakarta:ikrar mandiri,
1997, hal: 68

Tarmidzi, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Medan: Perdana Publishing, 2011, Hal:120
16

1
 Memahami lebih tepat tentang keadaan dan kemampuan diri para siswa.
 Membina kesadaran terhadap nilai-nilai yang ada pada diri pribadi siswa.
 Mengenal berbagai jenis sekolah lanjutan tingkat menegah atas (SMA/MA).
 Mengenal berbagai jenis pekerjaan.17
 Memberi penghargaan yang obyektif dan sehat terhadap dunia kerja.

4. Fungsi bimbingan karir di SMP

 Memberikan arahan kepada siswa agar mempunyai wawasan awal yang objektif
tentang pendidikan lanjutan dan lapangan pekerjaan
 Memberikan bekal tambahan dalam melalui masa peralihan yang sistematis dari
status siswa menjadi anggota masyarakat yang produktif.
 Memberikan kesempatan untuk mengenal serta membina sikap, minat, dan nilai
terhadap dunia kerja.

5. Materi pokok bimbingan karir di SMP

Ada lima materi pokok bimbingan karir di SMP/SLTP, yaitu:

1. Pengenalan konsep diri berkenaan dengan bakat dan kecenderungan pilihan


karir/jabatan serta arah pengembangan karir.
2. Pengenalan bimbingan karir khususnya berkenaan dengan pilihan pekerjaan.
3. Orientasi dan informasi jabatan dan usaha untuk memperoleh penghasilan.
4. Pengenalan berbagai jenis lapangan pekerjaan yang dapat dimasuki tamatan SMP.
5. Orientasi dan informasi pendidikan menengah sesuai dengan cita-cita
melanjutkan pendidikan dan pengembangan karir.

Bimbingan karir di SMP merupakan kelanjutan dari bimbingan karir di SD, melalui
guru pembimbing siswa mendapatkan berbagai informasi tentang karir sehingga dapat
membina sikap dan apresiasinya terhadap jenis pendidikan, jenis pekerjaan, dan
menelusuri hubungan antara kerja dan waktu luang, memperluas minat kerja, serta
memberikan berbagai informasi tentang pekerjaan sehingga memunculkan kesadaran
siswa untuk menentukan pilihan pekerjaannya dimasa datang sesuai dengan bakat dan
minat yang dimilikinya.

Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Studi dan Karir, Yogyakarta: CV andi offset, 2010,
17

hal:202.

1
C. Bimbingan karir di sekolah Menengah Atas (SMA)

Siswa SMA berada pada rentang usia 17-22 tahun yaitu masa remaja akhir, yang
pada perkembangannya mereka dihadapkan pada berbagai masalah yang harus
dipecahkan diantaranya penentuan karirnya. Pada tahap ini individu diharapkan mulai
merencanakan masa depan karirnya sebagai persiapan memasuki dunia kerja.

Berdasarkan tahap perkembangan karir pada usia 17-22 tahun ini merupakan tahap
eksplorasi yang diawali sejak individu memiliki kesadaran bahwa pekerjaan merupakan
bagian dari kehidupannya. Setiap orang harus bekerja dan untuk bekerja harus
mempersiapkan diri dengan sebaik dan sedini mungkin. Salahsatunya yaitu dengan
pendidikan dan latihan. Di sekolah permasalahan-permasalahan pribadi (individu,
sosial, akademik, dan karir) menjadi tanggung jawab seluruh lembaga sekolah,
termasuk orangtua dan siswa, salahsatu lembaga yang terkait dan bertanggungjawab
secara formal adalah Bimbingan dan Konseling (BK). Sebagai guru BK harus berperan
dan membantu siswa dalam mencapai tingkat perkembangan optimal, baik dalam
mengatasi masalah pribadi, akademik, maupun karir berdasarkan tugas perkembangan
dan potensi-potensi individu.

1. Prinsip-prinsip pelakasanaan bimbingan karir di SMA

 Seluruh siswa hendaknya mendapat kesempatan yang sama untuk


mengembangkan dirinya dalam percapaian karirnya secara cepat semua siswa
memiliki hak yang sama untuk mengembangkan diri dan merencanakan karir.
Setiap siswa hendaknya memahami bahwa karir itu adalah sebagai suatu jalan
hidup, dan pendidikan adalah sebagai persiapan dalam hidup. Bimbingan karir
meberikan pemahaman kepada siswa dalam berkarir, bahwa dalam setelah lulus,
mereka mebutuhkan suatu tempat dan karya untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah diterimah dibangku sekolah.
 Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman
tentang hubungan antara pendidikannya dan karirnya kelak.
 Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep, berbagai
peranan dan ketrampilannya guna mengembangkan nilai-nilai dan norma-norma
yang memiliki aplikasi bagi karir di masa depannya.
 Program Bimbingan Karir di sekolah hendaknya diintegrasikan secara
fungsional dengan program bimbingan dan konseling pada khususnya. Program
materi bimbingan karir dalam penyampaiannya diintegrasikan dengan materi
bimbingan konseling. Hal ini dilakukan karena bimbingan karir merupakan
bagian dari bimbingan konseling.

1
 Program bimbingan karir di sekolah hendaknya berpusat di kelas, dengan
koordinasi oleh pembimbing, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi
masyarakat.18

2. Tujuan Pelaksanaan Bimbingan Karir di SMA


Tujuannya adalah membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya,
dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang
mengarah kepada karir dan cara hidup yang memberikan rasa kepuasan karena sesuai,
serasi dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya. Sedangkan tujuan khusus yang
menjadi sasaran bimbingan karir di SMA, di antaranya:
a. Agar siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang dirinya sendiri (self concept).
Pemahaman diri (konsep diri) adalah merupakan citra diri sendiri. Hal ini nantinya
sebagai langkah awal dalam menentukan arah pilih karir yang tepat bagi siswa
sehingga tercipta adanya sikap kemandirian siswa dalam memilih karir yang sesuai
dengan pemahaman dirinya.
b. Agar siswa dapat meningkatkan pengetahuannya tentang dunia kerja. Pemahaman
tentang dunia kerja meliputi pemahaman tentang informasi berbagai persyaratan
penerimaan dalam dunia kerja, isi serta sifat suatu lapangan kerja, situasi pekerjaan
termasuk dalam aspek sosial, fisik, administrasi, masa depan suatu pekerjaan,
organisasinya, serta gaya hidup dalam suatu jabatan dengan dirinya.
c. Agar siswa dapat mengembangkan sikap dan nilai diri sendiri dalam menghadapi
pilihan lapangan kerja serta menghadapi hambatan-hambatan yang mungkin timbul
yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan
untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
d. Agar siswa dapat meningkatkan ketrampilan berpikir agar mampu mengambil
keputusan tentang jabatan yang sesuai dengan dirinya dan tersedia dalam dunia kerja.
Melalui bimbingan karir siswa akan diarahkandalam mengenal diri dan
kemampuannya untuk memahami diri dan senantiasa mampu meningkatkan
kemampuannya, melatih dalam merencanakan karirnya sehingga dengan demikian
siswa menjadi terlatih dan bersikap dewasa dalam berpikir dan merencanakan
karirnya.19

D. Pentingnya Pelaksanaan Bimbingan Karir bagi Siswa di Sekolah

Keberadaan bimbingan karir sebagai bagian dari layanan bimbingan


konseling di SMA mengandung konsekuensi terhadap peran dan tugas konselor
dalam memberikan layanan bimbingan terhadap siswanya.Peran dan tugas konselor
tidak hanya sekedar membimbing siswa dalam menentukan pilihan-pilihan karirnya,
tetapi

18
Rani mega putri, pengaruh layanan informasi bidang bimbingan karir dalam perencanaan karir siswa
kelas XII IPA di SMA Negeri 1 indralaya selatan, Vol.16, 2018, hal:12.
19
Siti rahmaniah abu bakar, pelaksanaan bimbingan karir bagi siswa SMA sebagai persiapan awal

1
memasuki dunia kerja, Vol.1, 2011, hal: 141.

1
dituntut pula untuk membimbing siswa agar dapat mmahami diri dan
lingkungannyadalam rangka perencanaan karir dan penetapan karir pada kehidupan
masa mendatang. Setiap siswa di sekolah menengah akan sampai pada tingkat
kematangan karir yang berbeda melalui rute yang berbeda (lancar atau tidak lancar)
aktivitas bimbingan karir harus memiliki tiga penekanan: mendorong perkembangan
karir, menyediakan perlakuan,dan membantu penempatan (mengacu kepada
perpindahan pelajar ke tingkat pendidikan selanjutnya atau ke kehidupan pekerjaan).
Kegiatan (aktivitas) bimbingan karir pada sekolah menengah harus bisa mengantar
setiap pelajar untuk menanggulangi tugas perkembangan menuju perkembangan
karir, dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari seperangkat pilihan
dan rencana yang akan ditetapkan.
Penekanan-penekanan utama dalam aktivitas aktivitas bimbingan karir untuk
berbagai individu haruslah didasarkan pada intensitas perencanaan, kesiapan
berpartisipasi dalam kehidupan sebagai pribadi yang independent, dan keterarahan
individu-individu kepada tujuan.
Dengan demikian, dapat direkomendasikan tujuan-tujuan untuk aktivitas-
aktivitas bimbingan karir di sekolah menengah sebagai berikut:
1. Siswa mengembangkan kesadaran akan perlunya implementasi yang lebih
khusus dari tujuan-tujuan karier.
2. Siswa mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus guna
mengimplementasikan tujuan-tujuan karier.
3. Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat-
syarat memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran di tingkat
sekolah lanjutan, dengan latihan dalam jabatan, atau dengan mengejar
latihan lebih lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan pasca sekolah
lanjutan yang mengantar pada kualifikasi-kualifikasi untuk suatu okupasi
khusus

Terdapat empat kegiatan bimbingan karir, yaitu sebagai berikut:


7. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang
hendak dikembangkan
8. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, khususnya karir yang
hendak dikembangkan
9. Pemantapan pengembangan diri untuk pengambilan keputusan pemilihan karir

1
sesuai dengan potensi yang dimilikinya

1
10. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan
untuk memenuhi kepentingan hidup, orientasi dan informasi terhadap pendidikan
yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.
Selain itu terdapat pengenalan diri dan lingkungan serta pengembangan diri dan karir,
di antaranya sebagai berikut:
n. Siswa mengenal dan memahami siapa dirinya
o. Siswa mengenal dan memahami lingkungannya, meliputi lingkungan keluarga,
tetangga, sekolah, sosial, budaya dan masyarakat.
p. Pengenalan dan pemahaman terhadap diri sendiri dan lingkungan itu dikerahkan
untuk pengembangan diri siswa dalam segenap aspek pribadinya, termasuk
pegembangan arah karir yang hendak diraihnya di masa yang akan datang.

1
BAB 13
INFORMASI DAN PERENCANAAN KARIER

A. DUNIA KERJA

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam
arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan
uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim
dengan profesi.
Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama disebut sebagai
Karir.Seseorang mungkin bekerja pada beberapa perusahaan selama karirnya tapi tetap
dengan pekerjaan yang sama.
Lowongan pekerjaan yang paling banyak diinginkan orang Indonesia rata-rata adalah PNS,
dan pegawai BUMN. Anggapan mereka mungkin karena jadi pegawai negeri atau pegawai
BUMN gajinya stabil dan terjamin.
Pengertian Dunia Kerja
Adalah gambaran tentang beberapa jenis dan proporsi pekerjaan yang ada seperti dalam
bidang pertanian, usaha dan perkantoran, rekayasa, kesehatan, militer kemasyarakatan,
kerumah tanggaan, dan seni budaya. Dalam era globalisasi seluruh dunia kerja dan industeri
berusaha meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja. Adanya peningkatan efisiensi dan
produktifitas kerja menunjukkan bahwa perusahaan telah melaksanakan re-engineering dan
re- strukturing dalam rangka mempersingkat proses produksi
Banyak Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Memasuki Dunia
Kerja Motivasi Kerja
adalah sesuatu yang mengarahkan timbulnya tingkah laku seseorang, dan memelihara
tingkah laku tetrsebut untuk mencapai tujuan, yaitu suatu dorongan dari dalam diri individu
untuk dapat mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan yang bermamfaat bagi diri individu
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Kemampuan Kerja
juga dipandang sebagai ukuran keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan tugas-
tugas dalam berpraktek.
Kemampuan Beradabtasi dengan Pekerjaan adalah kemampuan untuk menyesuaikan
diri dengan jenis-jenis pekerjaan, kemampuan beradaptasi lingkungan, adalah kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, kemampuan berkomunikasi 20
Beberapa aspek yang disiapkan untuk memasuki dunia kerja
Kepercayan diri, yaitu mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dengan bekal pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja.
 Komitmen, yaitu kemauan/kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan aturanyang berlaku

20
Kartini, kartono, 1990. Seri Psikologi Terapan: Menyiapkan dan Memandu Karier. Jakarta: CV
Rajawali.

1
 Inisiatif / Kreatif, yaitu mempunyai inisiatif dan kreatifitas yang tinggi dalam
mengembangkan suatu keputusan tentang tugas yang di berikan.
 Ketekunan dalam bekerja, yaitu mempunyai keyakinan dan kesabaran dalam
menyelesaikan pekerjaan.
 Kecakapan kerja, yaitu mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan
pekerjaan baik dari segi pengetahuan, maupun keterampilan.
 Kedisiplinan, yaitu mempunyai sikap disiplin yang tinggi, patuh dan taat mengikuti
segala peraturan dan ketentuan yang berlaku.
 Motivasi Berprestasi, yaitu mempunyai kemauan yang tinggi untuk mengembangkan
diri
 Kemampuan Bekerja Sama, yaitu mempunyai sikap terbuka dan siap untuk bekerja
sama dengan siapa saja dan bekerja dalam satu tim,
 Tanggung Jawab, yaitu mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap
pekerjaan yang diberikan.

B. STUDY LANJUT
Pengertian Merencanakan Studi Lanjutan
Wajib belajar 9 tahun di Indonesia disosialisasikan sekitar tahun 1995. dan hanya sampai
pada tingkatan menengah pertama atau setelah tamat dan lulus dari sekolah dasar, akan
tetapi bukan tidak mungkin bahwa beberapa siswa yang akan melanjutkan sekolah pada
jenjang yang lebih tinggi sehingga mampu menunjang inteligensi dan kompetensi yang
dimilikinya.
Pada zaman globalisasi seperti ini tidak menutup kemungkinan bahwa setiap pekerjaan
membutuhkan tenaga yang profesional di bidangnya, untuk mewujudkan semua itu maka
individu harus memiliki kompetensi yang cukup. Berbicara tentang pekerjaan tampaknya
sulit untuk dipisahkan dari yang namanya persekolahan, sebab sekolah sebagai wadah untuk
mempersiapkan diri masuk pada kehidupan riil di masyarakat, oleh karena itu sekolah harus
bisa mempersiapkan peserta didiknya sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
Oleh karena itu untuk memilih dan menentukan studi lanjutan suatu pekerjaan maka
dipandang perlu untuk melakukan suatu perencanaan, atau dalam suatu organaisasi biasa
disebut dengan planning yaitu merencanakan sesuatu sebelum suatu kegiatan itu dilakukan.
Hal ini dilakukan agar sesuai dengan apa yang diimpikan dan dicita-citakan. Maka dari itu
maksud dari perencanaan studi lanjutan ialah menyusun dan mempertimbangkan segala
sesuatunya sebelum memasuki sekoalah pada jenjang selanjutnya.
Langkah-langkah Dalam Merencanakan Dan Memilih Studi Lanjutan
Untuk memilih suatu sekolah tak lepas dari prospek masa depan individu yang dapat
menunjang cita-citanya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa ada semacam perbedaan
sekolah lanjutan antara sekolah umum dan sekolah kejuruan, yang mana sekolah umum
mempersiapkan siswanya untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Sedangkan sekolah
kejuruan mempersiapkan siswanya untuk masuk dunia kerja atau siap kerja.
Siswa sebagai peserta didik bila ditinjau dari segi usia, mereka tergolong pada usia remaja,
yang mana pada masa tersebut mempunyai karakteristik, kebiasaan, harapan, cita-cita,
kebutuhan tersendiri. Selain itu mengingat pada usia tersebut biasa disebut dengan masa
perkembangan. Kadang kala mereka dirisaukan pada suatu pilihan tentang pendidikan
keberhasilan belajar dan kelanjutan studi dan pekerjaan setelah mereka tamat.

1
Untuk mengatasi semua itu diperlukan suatu bimbingan yang biasa disebut dengan
bimbingan karir. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan karier di sekolah agar siswa dapat
memperoleh gambaran tentang berbagai jenis pekerjaan yang ada di masyarakat, serta jenis-
jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan siswa, dan mengetahui bagaimana cara
menempuh atau memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
memilih terlebih dahulu sekolah lanjutan yang diinginkan dan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
Pada umumnya bimbingan karier memang diberikan untuk anak sekolah menengah Atas
(SMA), sebagai bimbingan untuk menentukan dan memilih suatu pekerjaan, akan tetapi
tidak menutup kemungkinan bahwa siswa SMP juga memerlukan adanya bimbingan karier
sebagai usaha untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah khususnya untuk sekolah
lanjutan, karena dalam menentukan sekolah lanjutan individu harus memahami sekolah yang
akan dimasuki dengan bakat minat serta cita-citanya.
Oleh sebab itu sudah menjadi tugas konselor untuk menyampaikan informasi tentang hal
tersebut sehingga siswa dapat memilih dan menentukan pilihannya sesuai dengan dirinya.
Dalam hal ini konselor tidak dapat mengerjakan sendiri karena membutuhkan pemikiran dan
waktu yang cukup, sehingga konselor dapat bekerja sama dengan berbagai fihak dalam
menyampaikan informasi ini. Karena itu tidak dapat dipungkiri lagi bahwa informasi ini
sangatlah penting dan bermanfaat bagi siswa dan orang tua siswa.
C. Pengertian Perencanaan Karir (Career Planning)
Perencanaan Karir (career planning) terdiri atas dua suku kata, yaitu perencanaan dan
karir. perencanaan didefinisikan sebagai proses penentuan rencana atau kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan pada masa yang akan datang. sedangkan karir adalah semua pekerjaan
yang dilakukan seseorang selama masa kerjanya yang memberikan kelangsungan,
keteraturan dan nilai bagi kehidupan seseorang.
Jadi perencanaan karir (career planning) adalah suatu proses dimana individu dapat
mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan karirnya.
Melalui perencanaan karir (career planning) setiap individu mengevaluasi kemampuan dan
minatnya sendiri, mempertimbangkan kesempatan karir alternative, menyusun tujuan karir,
dan merencanakan aktivitas-aktivitas pengembangan praktis.
Pada dasarnya perencanaan karir terdiri atas 2 (dua) elemen utama yaitu :
 Perencanaan Karir Individual (Individual Career Planning)
Perencanaan karir individual terfokus pada individu yang meliputi latihan diagnostic, dan
prosedur untuk membantu individu tersebut menentukan “siapa saya” dari segi potensi dan
kemampuannya.
Perencanaan karir individual meliputi :
a. Penilaian diri untuk menentukan kekuatan, kelemahan, tujuan, aspirasi, preferensi,
kebutuhan, ataupunjangka karirnya (career anchor)
b. Penilaian pasar tenaga kerja untuk menentukan tipe kesempatan yang tersedia baik di
dalam maupun di luar organisasi
c. Penyusunan tujuan karir berdasarkan evaluasi diri
d. Pencocokan kesempatan terhadap kebutuhan dan tujuan serta pengembangan strategi
karir
e. Perencanaan transisi karir.

1
 Perencanaan Karir Organisasional (Organizational Career Planning)
Perencanaan karir organisasional mengintegrasikan kebutuhan SDM dan sejumlah aktivitas
karir dengan lebih menitikberatkan pada jenjang atau jalur karir (career path).
Tujuan program perencanaan karir organisasional adalah :
a. Pengembangan yang lebih efektif tenaga berbakat yang tersedia.
b. Kesempatan penilaian diri bagi karyawan untuk memikirikan jalur-jalur karir
tradisional atau jalur karir yang baru.
c. Pengembangan sumber daya manusia yang lebih efisien di dalam dan di
antara divisi dan/atau lokasi geografis
d. Kepuasan kebutuhan pengembangan pribadi karyawan
e. Peningkatan kinerja melalui pengalaman on the job training yang diberikan
oleh perpindahan karir vertical dan horizontal
f. Meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan yang dapat menyebabkan
berkurangnya perputaran karyawan
g. Suatu metode penentuan kebutuhan pelatihan dan pengembangan.

DAFTAR PUSTAKA
Nursalim, Mochamad. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Penerbit
Erlangga. 2015). Hlm: 45.

Gibson, Robert L dan Marrianne H. Mitchell. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2010.

Sukardi, Dewa Ketut. Tes Dalam Konseling Karir. Surabaya: Usaha Nasional. 1994.

Manrihu, Mohammad Thayeb. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier. Jakarta: Bumi
Aksara. 1992.

Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset. 1989.

Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm: 2

ohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 34

Huda, Khaerul, 2012. URGENSI BIMBINGAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN.

1
Andi Mappiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Surabaya: Usana Offset
Printing, 1984), hlm: 204

Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm: 43-49

Hadiarni dan Irman. 2009. Konseling Karir. Batusangkar : STAIN Batusangkar Press
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_conten&task=view&id=329&itemid=
148, diakses 6 April 2013
http://sidikapriansyah.blogspot.com/2012/03/teori-donald-e-super.html, diakses 5 April 2013
Kaswan. (2014). Career Development. Bandung: Alfabeta.

Suherman, Uman. (2007). Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan.

Bandung: Program Bimbingan dan Konseling Pasca Sarjana.

Winkel & Sri Hasstuti. (2006), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikam.

Yogyakarta: Media Abadi.

Muhammad, Hamid. (2013. Pedoman Penelusuran Minat Peserta Didik Sekolah Menengah

Pertama. Jakarta.

Hurlock, E. (2003). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan). Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. (2011). Life Span Development. Jakarta: Erlangga.Pulankatakita1.blogspot.com


(akses 25 Oktober 2020).

Ghani, Ruslan. 2012. Bimbingan Karir. Angkasa Bandung: Bandung.


Siswohardjono, Aryatmi. 1990. Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapanya di
Berbagai Institusi. Semarang: Satya Wacana.
Ketut, Dewa. 1994. Penggunaan Tes Dalam Konseling Kari: Teori Konsep&interpretasi Tes.
Usaha Nasional: Surabaya-Indonesia.
Manrihu 1992 (dalam creater-development-theory-and enviroment-
models.California.state.uversity.scenario.www.wsus.edu/cereectcentre.). diakses pada 2015-
02-16.
Tatang http://bit.ly/copy_winhttp://tatangsupriadi.blogspot.com/2015/01/bk-karir-
pengertian-karir-dan-bimbingan.html.
Fauzan, Lutfi. 2004. Pendekatan-Pendekatan Konseling Individual. Malang : Elang Mas

1
Fauzan, Lutfi dan Suliono. 1992. Konseling Individu Trait and Factor. Malang:DEPDIKBUD
Gibson & Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Perry & Vanzandt. 2005. Exploring Future Options A Career Development Curriculum for Middle
School Student.New York: IDEBATE Press Books
Sayekti P. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas Offset
Slamet Riyadi. 2010. Model-model Konseling. Semarang: Universitas Negeri Semarang
. 2002. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Surakarta: Universitas Slamet Riyadi
Surakarta
Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Winkel & Sri Hastuti. 2010. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media
Abadi

Mudrika, N. 2004. “Membaca Kepribadian Menggunakan Tes MBTI (Myer


Briggs Type Indicator)”. Psikologi UGM Press. Yogyakarta
Journal . “The Myers-Briggs Type Indicator and Career Obstacles”. Charles C.
Healy Georffrey A. Woodward
Journal . “Using the myers-briggs type indicator® in career counseling”. R.
Bryan Kennedy
D. Ashley Kennedy
http://d-tarsidi.blogspot.com/
http://makalahkitasemua.blogspot.com/
http://princediandra.wordpress.com/
http://www.scribd.com/
http://dakupoenya.wordpress.com

Herr,E.L dan SH. Cramer.1979, Career Guidance and Counseling Througth The life Span,
Bouston : Brown dan Company.

Prayitno, 1999. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan konseling di sekolah atas (SMU),
Jakarta : Mandiri Abad

Hattari. 1983. Ke Arah Pengertian Bimbingan Karier dengan Pendekatan Developmental.


Jakarta : BP3K.

Dewa Ketut Sukardi, Drs. 1994. Bimbingan Karir di Sekolah-sekolah. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Faqih, Aunur Rahim, 2004. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Jogjakarta: UII Press
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta : PPTA –Ditjen Dikti
Depdikbud.
Surya. 1988. Bimbingan Karier. Bandung : PPS UPI. Makalah tidak diterbitkan

1
http://fijanatin90.student.umm.ac.id/2010/01/29/cara-mengambil-keputusan/
http://www.iprasblog.com/masa-depan-adalah-dari-pilihan-hidup-anda/256
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir di Sekolah – Sekolah, (Denpasar: GI, 1984).

Prayitno, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah lanjutan tingkat pertama,


jakarta:ikrar mandiri, 1997.

Tarmidzi, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Medan: Perdana Publishing, 2011.

Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Studi dan Karir, Yogyakarta: CV andi offset,
2010.

Rani mega putri, pengaruh layanan informasi bidang bimbingan karir dalam
perencanaan karir siswa kelas XII IPA di SMA Negeri 1 indralaya selatan,
Vol.16, 2018.

Siti rahmaniah abu bakar, pelaksanaan bimbingan karir bagi siswa SMA sebagai persiapan
awal memasuki dunia kerja, Vol.1, 2011.

Kartini, kartono, 1990. Seri Psikologi Terapan: Menyiapkan dan Memandu Karier. Jakarta:
CV Rajawali.
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEN
DIKTI.
Sukardi, Dewa Ketut. 1989. Bimbingan Karier di Sekolah-sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia
Team Guru BK. 2006. Modul Bimbingan Konseling. Malang: Randu Agung.

Anda mungkin juga menyukai