Anda di halaman 1dari 86

HUBUNGAN ANTARA PENCAPAIAN TARGET KURIKULUM DENGAN

DAYA SERAP SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM DI SMA MUHAMMADIYAH DISAMAKAN
WILAYAH KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

ERNA

105 190 1315 11

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1437 H/2015 M

i
ii
iii
iv
v
PRAKATA

ََِِْ ْ‫ةددح‬ َ َ‫دَِاَلِد‬


َ ‫َِص‬ َ ‫وَص َشمد‬ ِ ‫دََِْ َْد َدبَِ َ ْاوَ ْا ِْ َ د‬
َ ‫دَل ََص ْالمّلِلبْ َ دمِ ََْ َ َ د ا ِ َاََم َّلِلحمد‬ ْ ‫َب ا‬
َ ‫َال َلمَ ِمد ََْ ََصالةدََلّلِل ََصال دََ ّلِلنَ َشمد‬ ِ ِ ‫اَ ْل َح ْمد ّلِل‬
َ ‫َه‬
َََْ ‫َْجْ َم ِل‬

Assalamu’alikum Wr.Wb

Segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya bagi kita semua, sehingga skripsi yang

berjudul “Hubungan Antara Pencapaian Target Kurikulum Dengan Daya

Serap Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sma

Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar” dapat diselesaikan

dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari

berbagai pihak dan berkah dari Tuhan sehingga kendala-kendala yang

dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan

terimah kasih dan penghargaan Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar

2. Bapak Drs. H Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama

Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

vi
3. Ibu Amirah Mawardi, S.Ag,.M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam dan Ibu Dra. Hj. Maryam, M.Pd.I selaku Sekretaris Jurusan

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu

dalam pelayanan Akademik.

4. Bapak Dr. Abd. Rahim Razaq, M.Pd dan Drs. KH. Nasruddin Razak

masing-masing sebagai pembimbing I dan II yang telah dengan sabar,

tekun, tulus dan iklas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang

berharga kepada penulis selama penyusunan skripsi.

5. Bapak/ibu dosen dan segenap staf Fakultas Agama Islam yang telah

membimbing dan mengarahkan selama perkuliahan sehingga penulis

dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan studi dengan baik.

6. Bapak Ka’bai,S.Pd selaku kepala sekolah dan bapak/ibu guru SMA

Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar yang telah banyak

membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Rekan-rekan se-Almamater terutama kelas C serta semua pihak yang

tidak dapat disebutkan satu persatuyang telah memberikan motivasi

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Ayahanda tercinta Hamzah dan Ibunda Rosmawati Bangsawan yang

berjasa dalam kehidupan penulis senantiasa menyertai dengan do’a.

9. Saudara-saudara saya Sitti Harmi S.Kep, Muh Chaedar, Hirma, Rina

Sari Hamzah yang dengan sabar memberikan dorongan dan motivasi

hingga penulis menyelesaikan pendidikan.

vii
viii
ABSTRAK

ERNA, 105 190 1315 11, Hubungan Antara Pencapaian Target


Kurikulum Dengan Daya Serap Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Di Sma Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota
Makassar. Dibimbing oleh Abdul Rahim Razaq dan Nasruddin Razak.
Penelitian ini hanya ingin mengetahuai adakah hubungan atara
pencapaian target kurikulum dengan daya serap siswa. Dalam 3 hal: 1)
Bagaimana pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA
Muhammadiyah Disamakan, 2) Bagaimana tingkat daya serap siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah
Disamakan, 3) Adakah hubungan antara Pencapaian target Kurikulum
dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
siswa SMA Muhammadiyah Disamakan.
Metedologi penelitian ini adalah deskriptif kualitatip dalam bentuk
pengumpulan data diperoleh berdasarkan catatan observasi, angket,
wawancara, dan dokumentasi. Adapun lokasi penelitian adalah SMA
Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makasar.
Hasil peneitian menunjukkan bahwa pencapaian target kurikulum di
sekolah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah tergantung dari masing-
masing guru mata pelajaran apakah dalam satu semester mereka bisa
menyelesaikan 4 KD yang sudah ditentukan jika mereka dapat
menyelesaikan dengan baik makan pencapaian target kurikulum akan
tercapai dengan baik. tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam mencapai 75 % dan kendala-kendala yang di
alami oleh siswa dalam pembelajaran Agama Islam khususnya pada materi
pembacaan Alquran sedang, namun masih ada beberapa siswa belum
mengetahui atau memahami hukum bacaan Alquran. Hubungan target
kurikulum dengan daya serap siswa ada, karena target kurikulum tidak
tercapai otomatis daya serap siswa juga tidak tercapai karena apa yang
telah di programkan dalam satu semester itu itukan ada KD-nya sekian KD
misalnya dalam satu semester 4 KD dalam satu semester, sementara ada
KD yang tidak diajarkan jadi pencapain kurikulum tidak tercapai misalnya
hanya 70% ketercapaiannya, kalau semua dilaksanakan, semua
disampaikan dalam satu semester itu berarti pencapainya 90%.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. iv
BERITA ACARA MUNAQASYAH............................................................ v
PRAKATA ............................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 5

D. Kegunaan Penelitian .......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7

A. Teori Kurikulum .................................................................. 7

1. Pengertian Kurikulum.. ................................................. 7

2. Tujuan Kurikulum.......................................................... 10

B. Daya Serap Siswa ............................................................ 12

1. Pengertian Daya Serap ................................................ 12

2. Daya Serap Terhadap Materi ....................................... 12

3. Jenis-jenis Tingkat Daya Serap Siswa ......................... 12

4. Prestasi Belajar ............................................................ 13

5. Evaluasi Hasil Belajar ................................................... 14

x
C. Pendidikan Agama Islam ( PAI ) ....................................... 16

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ( PAI ) ................ 16

2. Dasar-Dasar Tujuan Pendidian Agama Islam ( PAI ) ... 18

BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 20

A. Jenis Penelitian .................................................................. 20

B. Lokasi dan Obyek Penelitian ............................................. 20

C. Variabel Penelitian ............................................................ 20

D. Definisi Operasional ........................................................... 21

E. Populasi dan Sampel ......................................................... 22

F. Instrumen Penelitian .......................................................... 25

G. Teknik Pengumpulan Data................................................. 27

H. Teknik Analisis Data .......................................................... 27

BAB IV PENELITIAN................................................................................. 28

A. Gambaran Umum Sma Muhammadiyah Disamakan

Wilayah Kota Makassar .................................................... 28

B. Pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam

di SMA Muhammadiyah Disamakan ............................... 42

C. Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah

Disamakan ...................................................................... 45

D. Hubungan antara Pencapaian target Kurikulum dengan

daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan

xi
Agama Islam siswa SMA Muhammadiyah Disamakan .... 52

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 56

A. Kesimpulan ....................................................................... 56

B. Saran .................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 58

LAMPIRAN- LAMPIRAN.......................................................................... 59

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Populasi Penelitian………………….…………… ……. 24

Tabel 2 Sampel Penelitian……………..……………………….. 25

Tabel 3 Keadaan Kepala Sekolah .......................................... 30

Tabel 4 Keadaan Guru.............................................................. 31

Tabel 5 Keadaan Staf……………………………………………. 33

Tabel 6 Keadaan Siswa……………………………..................... 37

Tabel 7 Keadaan sarana ....................……………………. 38

Tabel 8 Keadaan Prasarana .......................……………............ 40

Tabel 9 Keadaan Petugas Keamanan....................................... 41

Tabel 10 Siswa yang cepat bosan/jenuh ketika belajar di


waktu siang ................................................................. 44

Tabel 11 Siswa yang mudah memahami pelajaran yang


diberikan oleh guru ketika
duduk di belakang........................................................ 45
Tabel 12 Siswa yang memahami semua pelajaran dalam
sehari .......................................................................... 46

Tabel 13 Siswa yang lebih memahami mata pelajaran


Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru
pada waktu tenang....................................................... 47

Tabel 14 Siswa yang memiliki semangat untuk terus


memperdalam pelajaran Pendidikan Islam yang
diberikan oleh guru........................................................ 48

Tabel 15 Adakah hubungan antara pencapaian target kurikulum


dengan daya serap siswa............................................... 54

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Wawancara

Lampiran 2. Angket Penelitian

Lampiran 3. Dokumentasi

Lampiran 4. Surat-surat

a. SK Pembimbing

b. Pengantar Penelitian dari Fakultas

c. Permohonan Izin Penelitian dari LP3M

d. Surat Keterangan Selesai Meneliti dari SMA Muhammadiyah

Disamakan Wilayah

Lampiran 4. Riwayat Hidup

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ahmad Tafsir (2006), mengatakan bahwa “Tujuan pendidikan

adalah upaya menjadi manusuia terbaik, yakni manusia memiliki

ketenangan dalam hidup, memiliki akal yang cerdas dan iman yang

kuat”. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan Nasional tujuan pendidikan ialah.

“Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi


manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk mencapai dan mewujudkan tujuan pendidikan di atas,

diperlukan sebuah perencanaan (planning) yang matang, upaya-

upaya yang sistemik-optimal dalam berbagai hal. Baik dalam hal

komponen lunak (soft component) maupun dalam komponen keras

(hard component) pendidikan. Dengan kata lain, diperlukannya

sebuah perangkat sistem pendidikan yang mampu mengantarkan ke

arah yang tepat. Sistem itu yang akan mampu “menata” dan

“mempola” proses pendidikan, sehingga proses pendidikan berjalan

secara terarah, terencana dan tujuannya tercapai.

Menurut Nana Syaodih dalam buku Zainal Arifin (2012: 4).

Salah satu komponen yang paling penting dalam pendidikan adalah

kurikulum.Karena kurikulum memegang perana “kunci” dalam

1
2

menentukan tujuan dan arah pendidikan kedepan. Dengan kurikulum

proses pendidikan akan berjalan dengan arah yang jelas. Kurikulum

akan menggambarkan proses pendidikan dilaksanakan dan

bagaimana keadaan pendidikan dikemudian hari. Kurikulum

memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis dan lingkup,

urutan isi dan proses pendidikan.

Dalam proses pendidikan, kurikulum akan menjadi acuan yang

harus dijadikan pegangan, baik oleh pengelola maupun oleh

penyelenggara pendidikan. Kurikulum juga menempati posisi yang

sangat urgen dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan arah, isi dan

proses pendidikan yang pada gilirannya akan menentukan macam

dan kualifikasi lulusan. Dengan berpedoman pada kurikulum, proses

interaksi antara pendidik dan peserta didik, tidak berlangsung dalam

ruang hampa, tetapiakan terjadi dalam lingkungan tertentu yang lebih

terarah dan bermakna. Kurikulum mengarahkan seluruh aktivitas

proses pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting dalam

pendidikan. Kurikulum menjadi panduan yang akan memandu dan

membawa ke arah mana pendidikan itu dilaksanakan. Maka tidak

heran jika sebagian orang mengatakan bahwa kurikulum adalah “Kitab

Sucinya” pendidikan.

Kemudian jika anda ingin membangun suatu bangsa, maka

bangunlah yang pertama sistem pendidikannya, dan jika anda ingin


3

membangun pendidikan, maka bangunlah yang pertama sistem

kurikulumnya. Pernyataan ini perlu penulis kemukakan karena ada

dua alasan penting. Pertama, kurikulum sebagai alat untuk mencapai

tujuan pendidikan, karena itu kurikulum mutlak harus ada. Kedua,

kurikulum pada hakikatnya merupakan ilmu tentang proses

mencerdaskan anak bangsa agar ia bermakna bagi kehidupannya,

baik sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat maupun

sebagai warga negara bangsanya, karena itu kurikulum sebagai

disiplin ilmu wajib dipelajari oleh orang-orang yang berkecimpung

dalam dunia pendidikan, apalagi orang tersebut adalah calon guru

atau sudah menjadi guru.

”Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Di

dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen, yaitu guru,

siswa dan materi pelajaran atau sumber belajar”.

“Untuk memahami hakikat pembelajaran, kita dapat melihatnya

dari dua segi, segi emotologi (bahasa) dan segi terminologis (istilah).

Secara etimologis “.

Menurut Zayadi dalam Heri Gunawan (2013: 8), kata

pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa inggris, instruction

yang bermakna upaya untuk membelajarkan seseorang atau

kelompok orang, melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi,

metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan.
4

Dalam pengertian terminologis, pembelajaran dikatakan oleh

coray seagaimana dikutip oleh segala (2006: 61),

merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara


disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus, atau
menghasilkan respon dalam kondisi tertentu, pembelajaran
merupakan subset khusus dari pendidikan.

Pelajaran daya serap merupakan sejauh mana pemahaman

peserta didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang

guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pemahaman ini juga

banyak faktor yang mempengaruhinya seperti, minat siswa terhadap

mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, lingkungan yang kondusif,

bahkan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang

bersahabat dengan siswa.

Muhaimin, (2001: 15) Menyatakan bahwa :

Pemahaman tentang Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah


dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu PAI sebagai aktivitas
dan PAI sebagai fenomena. PAI sebagai aktivitas, berarti upaya
secara sadar dirancang untuk membatu seseorang atau
sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup
(bagaimana orang akan menjalani da memanfaatkan hidup dan
kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang
bersifat manua (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial
yang bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai – nilai islam.
Sedangkan PAI sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan
antara dua orang atau lebih dan/atau penciptaan suasana yang
dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang
bernapskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai - nilai islami, yang
diwujudkan dalam sikap hidup serta keterampilan hidup pada
salah satu atau beberapa pihak.
5

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan kalimat tanya dalam suatu

laporan penelitian fungsinya untuk menunjukkan masalah yang diteliti

oleh peneliti dan untuk memberikan batasan-batasan dalam penelitian

sehingga penelitian itu tetap fokus pada hal yang benar-benar ingin

diteliti tidak melebar ke hal-hal lain, meliputi:

1. Bagaimana pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam

di SMA Muhammadiyah Disamakan ?

2. Bagaimana tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan ?

3. Adakah hubungan antara Pencapaian target Kurikulum dengan

daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

siswa SMA Muhammadiyah Disamakan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan terujung suatu penelitian adalah untuk merumuskan

pertanyaan-pertanyaan dan merumuskan jawaban-jawaban terhadap

penelitian tersebut, meliputi:

1. Untuk mengetahui bagaimana pencapaian target kurikulum

Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan.

2. Untuk mengetahui tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan.


6

3. Untuk mengetahui hubungan antara pencapaian target kurikulum

dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan.

D. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Ilmiah

Kegunaan ilmiah adalah manfaat yang diperoleh dari hasil

analisa data yang dikumpulkan berkaitan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan secara umum dan khusus meliputi:

1. Mengupayakan suatu perkembangan sebagai usaha melengkapai

hasil penelitian-penelitian yang ada.

2. Sebagai bahan masukan terhadap analisa kependidikan terdahulu

dengan hasil upaya yang diterapkan oleh penyusun.

3. Sebagai usaha dalam menambah koleksi atau bahan bacaan bagi

mahasiswa, guru agama islam dan sebagainya.

b. Kegunaan Praktis

Pelaksanaan segala aktivitas tentulah memiliki kegunaan, begitu

juga penelitian ini diharapkan dapat berguna :

1. Untuk menjadi input bagi pemerintah, orang tua dan tokoh pendidik

tentang pencapaian kurikulum dengan daya serap siswa pada mata

pelajaran pendidikan agama islam.

2. Untuk menjadi input bagi para pendidik tentang kurikulum dan daya

serap siswa.
7

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Teori Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Kata “kurikulum” mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia

pendidikan lebih kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum

muncul untuk pertama kalinya dalam kamus Webster tahun 1856.

Pada tahun itu kata kurikulum digunakan dalam bidang olahraga,

yakni suatu alat yang membawa orang dari star sampai ke finish.

Barulah pada tahun 1995 istilah kurikulum dipakai dalam bidang

pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan.

Dalam kamus tersebut kurikulum diartikan dua macam, yaitu sebagai

berikut:

Tafsir, (2007: 53), menyatakan bahwa :

a. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari


siswa di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh
ijazah tertentu.
b. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau jurusan.

Secara etimologis, istilah kurikulum (Curriculum) berasal dari

bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “Pelari” dan curere yang

berarti “Tempat berpacu”. Istilah kuriulum berasal dari dua olah raga,

terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani.

Dalam bahasa Perancis, istilah kuriulum berasal dari kata courier yang
8

berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus

ditempuh oleh seorang pelari dari garis star sampai dengan garis

finish untuk memperoleh mendali atau penghargaan.

Secara modern kurikulum adalah semua kegiatan dan

pengalaman potensial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah,

baik yang terjadi di dalam kelas, di halam sekolah maupun di luar

sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan

pendidikan.

Ada juga pengertian kurikulum yang lebih luas lagi yaitu semua

kegiatan dan pengalaman belajar serta “segala sesuatu” yang

berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik

disekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk

mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Beauchamp dalam Herry Widyastono, (1975: 2): A

curriculum is a writen document which may contain many ingredients,

but basically it is a plan for the education of pupils during their

enrollment in give school. Kurikulum merupakan suatu rencana

pendidikan atau pengajaran, pelaksanaan rencana sudah masu

pengajaran.

Zais (1976: 2), “menjelaskan bahwa:

kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi


pengajaran melainkan suatu yang fungsional, yang memberi
pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang
berlangsung di dalam kelas. Rencana tertulis merupakan
dokumen kurikulum (curriculum document or inert curriculum),
9

sedangkan kegiatan yang berlangsung di kelas merupakan


kurikulum fungsional (functioning, live or operative curriculum)”.
Selanjutnya, Layton (1989), ”mengatakan bahwa kurikulum

dipengaruhi oleh sistem sosial politik, ekonomi, teknologi, moral,

keagamaan, dan keindahan”.

Mengacu pada berbagai pengertian kurikulum di atas,

selanjutnya Hasan ( 2011 ) mengelompokkan pengertian kurikulum ke

dalam empat dimensi, yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu:

a. Kurikulum sebagai suatu ide/gagasan;


b. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, yang sebenarnya
merupakan suatu perwujudan dari kurikulum sebagai suatu
ide;
c. Kurikulum sebagai suatu kegiatan/aktivitas, yang sering
disebut pula dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita
atau implementasi kurikulum, yang sebenarnya merupakan
pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis;
dan
d. Kurikulum sebagai suatu hasil, yang merupakan konsekuensi
dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.

Menurut pandangan lama (tradisional) Muhammad Muzamil Al-

Basyir (1995:19) menyebutkan bahwa kurikulum adalah “Jami‟u Maa

Tuqarriruhu al-Madrasati wa Taraahu Dharuriyan li al-Talamidz,

Ba‟dha Nadhir an-Hajatihi wa Qadratihi wa Muyulihi wa Baidan an al-

Washti al-Ijtima‟l wal-Hayati al-Ijtimaiyati allati Tandhoruhu fi al-

Mustaqbal” dalam pengertian ini kurikulum merupakan kumpulan

mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari

siswa.

Hilda Taba (1962) berpendapat bahwa :

kurikulum tidak hanya terletak pada pelaksanaannya, tetapi pada


keluasan cakupannya, terutama pada isi, metode dan tujuannya,
10

terutama tujuan jangka panjang, karena justru kurikulum terletak


pada tujuannya yang umum dan jangka panjang itu.

Saodih dan Heri Gunawan (2008: 4), mengumukakan bahwa :

Kurikulum juga merupakan rencana pengajaran dan sistem yang


berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan yang akan disajikan,
kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal waktu
pengajaran. Sebagai suatu sistem kurikulum merupakan bagian
dari sistem organisasi sekolah yang menyangkut penentuan
kebijakan kurikulum, susunan personalia dan prosedur
pengembangannya, penerapan, evaluasi dan penyempurnaanya.

Hilda Taba mengemukakan, bahwa pada hakikatnya tiap

kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar

berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat. Tiap

kurikulum, bagaimanapun polanya, selalu mempunyai komponen

tertentu, yakni pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan

organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar dan

mengajar dan akhirnya evaluasi hasil belajar. Perbedaan kurikulum

terletak pada penekanan pada unsur-unsur tertentu.

2. Tujuan Kurikulum

Seperti telah dikemukakan di atas, kurikulum merupakan suatu

program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh

karena itu, dalam kurikulum suatu sekolah telah terkandung tujuan-

tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah yang

bersangkutan.

Ada dua jenis tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu

sekolah.
11

a) Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan.


Selaku lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai
sejumlah tujuan yang ingin dicapainya (tujuan lembaga
pendidikan atau tujuan institusional).
Tujuan–tujuan tersebut biasanya digambarkan dalam
bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan
dapat dimiliki murid-siswa setelah mereka menyelesaikan
seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.

b) Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi.

Setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah juga


mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan
inipun digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki murid/siswa setelah
mempelajari suatu bidang studi pada suatu sekolah tertentu.
Tujuan-tujuan setiap bidang studi dalam kurikulum itu ada
yang disebut tujuan kurikuler dan ada pula yang disebut tujuan
instruksional, di mana tujuan intruksional merupakan
penjabaran lebih lanjut dari tujuan kurikuler.

Menurut Daradjat (1989: 29), “tujuan kurikulum sering dimaknai

sebagai sesuatu yang diharapkan tercapai setelah melakukan

serangkaian proses kegiatan”.

Dalam setiap kegiatan, termasuk dalam kegiatan pendidikan,

sepatutnya mempunyai tujuan, karena tujuan akan menentukan arah

dan target apa yang hendak dicapai. Tujuan juga menjadi gambaran

tentang hasil akhir dari suatu kegiatan.

Ali (1992: 6), “mengatakan dengan rumusan dan gambaran

tujuan yang jelas, maka hasil yang akan dicapai itu dapat diupayakan

dengan maksimal untuk mencapainya”. Tujuan suatu kegiatan dapat

muncul baik dari dalam diri sendiri, maupun karena terdapat dorongan
12

orang lain. Akan tetapi, setiap tujuan yang ingin dicapai dari manapun

sumbernya dapat mengarahkan kegiatan yang dilakukan.

B. Daya Serap Siswa

1. Pengertian Daya Serap

Daya serap adalah kemampuan objek didik dalam menerima isi

materi/bahan pelajaran yang disampaikan oleh subjek didik sehingga

menjadi pemahaman baru bagi objek didik.

Daya Serap Didalam kamus besar bahasa Indonesia, daya serap

diartikan sebagai kemampuan seseorang atau suatu menyerap. Daya

serap yang di maksud disini adalah kemampuan siswa untuk

menyerap atau menguasai materi/bahan ajar yang di pelajarinya

sesuai dengan bahan ajar. ( Dikutip dari internet 14 januari 2105 ).

2. Daya serap terhadap materi

Pelajaran daya serap merupakan sejauh mana pemahaman

peserta didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang

guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pemahaman ini juga

banyak faktor yang mempengaruhinya seperti, minat siswa terhadap

mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, lingkungan yang kondusif,

bahkan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang

bersahabat dengan siswa. ( Dikutip dari internet, 14 januari 2015 ).

3. Jenis-jenis Tingkat Daya Serap Siswa

Tingkat daya serap siswa bermacam-macam yaitu terdapat

siswa yang memiliki daya serap belajar tinggi, sedang, dan rendah.
13

Menurut Piet A. Sahertian (1994:101) “ukuran tingkat daya serap

siswa dapat dibedakan menjadi tiga hal sebagai berikut”:

a. Siswa yang maju

Siswa yang termasuk dalam kategori maju adalah siswa yang

memiliki kemampuan yang baik dalam menerima setiap materi yang

dipelajarinya. Siswa yang maju lebih cepat memahami materi

pelajaran dan memiliki daya analisis yang cukup baik. Siswa yang

maju dapat dilihat dari kecepatan memberikan jawaban atau

tanggapan pada setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh guru.

b. Siswa yang cukup

Yang termasuk dalam kategori siswa yang cukup merupakan

siswa yang memiliki kemampuan rata-rata dari siswa lainnya. Mereka

tidak memiliki kemampuan yang begitu menonjol tetapi memiliki daya

serap dan responbilitas yang baik terhadap materi yang dipelajarinya.

c. Siswa yang kurang

Seorang siswa termasuk dianggap kurang apabila sangat lemah

dalam menerima materi yang diajarkan atau yang dipelajarinya. Bagi

siswa seperti ini, materi harus diajarkan berulang-ulang agar mereka

memahaminya dengan baik. ( Dikutip dari internet, 14 januari 2105 ).

4. Prestasi belajar

Menurut Sudjana (1991; 49), Pencapaian prestasi belajar atau

hasil belajar siswa, merujuk kepada aspek-aspek kognitif, efektif dan


14

psikomotor. Oleh, karena itu, ketiga aspek di atas juga harus menjadi

indikator prestasi belajar. Artinya, prestasi belajar harus mencakup

aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek di atas

tidak berdiri sendiri, tetapi merupkan satu kesatuan yang tidak

dipisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki.

Adapun tipe prestasi belajar menurut Sudjana, (1991: 50-52),

yaiti:

a. Tipe Prestasi Belajar Bidang Kognitif


Tipe-tipe prestasi belaja bidang kognitif mencakup: (1) tipe
prestasi belajar pengetahuan hafalan (knowledge), (2) tipe
prestasi belajar pemahaman (comprehention), (3) tipe prestasi
belajar penerapan (aplikasi), (4) tipe prestasi belajar analisis,
(5) tipe prestasi belajar sintesis, dan (6) tipe prestasi belajar
evaluasi
b. Tipe Prestasi Bidang Afektif
Bidang efektif berkenang dengan sikap dan nilai. Sikap
seseorang bisa diramalkan perubahan-perubahannya, apabila
seseorang telah menguasai bidang kogbitif tingkat tinggi. Ada
kecenderungan bahwa prestasi belajar bidang efektif kurang
mendapat perhatian dari guru.
c. Tipe Prestasi Belajar Bidang Psikomotor
Tipe prestasi belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk
keterampilan (skill), dan kempauan bertidak seseorang.

Menurut Syamsuddin dalam (Heri Gunawan 2014:80), menjelaskan

bahwa:

Yang dimaksud dengan presentasi belajar adalah kecakapan


nyata atau aktual yang menunjukkan kepada aspek kecakapan
yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji karena
merupakan hasil usaha yang bersangkutan dengan bahan dan
dalam hal-hal tertentu yang segera dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan aspek kecakapan yang dimiliki siswa
sebagai hasil usaha dan kegiatan belajar yang ditempuh,
dipandang sebagai indikator penting dalam keseluruhan proses
pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada
khususnya. Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang
telah dicapai siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar
15

tertentu yang dapat dietahui dan hasil evaluasi yang


dilaksanakan oleh guru.

5. Evaluasi hasil belajar

Dalam mengevaluasi terhadap kegiatan belajar siswa atau hasil

belajar siswa, hendaknya guru memperhatikan aspek-aspek psikologis

siswa. Kondisi psikologis siswa sangat memengaruhi aktifitas dan

hasil belajarnya. Siswa yang pintar dalam kesehariannya, apabilah

disaat mengikuti ujian dalam kondisi yang tidak prima, bisa saja

memperoleh hasil yang buruk (tidak memuaskan). Apabila guru hanya

memberikan nilai berdasarkan hasil yang diperoleh siswa secara rill,

maka akan menimbulkan dampak psikologis (kecewa dan kurang

puas) terhadap siswa. ( Dikutip dari internet, 21 januari 2015 ).

Kondisi psikologis siswa harus menjadi pertimbangan bagi para

guru (terlebih guru pendidikan agama islam) dalam memberikan

pernilaian hasil belajar kepada siswa. Pernilaian hasil pembelajaran

yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor harus dijiwai oleh

psikologis, khususnya psikologis pembelajaran sehingga tidak

menimbulkan dampak psikologis yang buruk pada siswa.

Menurut Nana Sudjana dalam Pupuh Fathurrohman (2010:75)

menjelaskan, bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan

pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu.

Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkat laku yang

diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman

belajarnya.
16

Menurut Pupuh Fathurrohman (2001: 75),

jika seorang pendidik merasa bertanggung jawab atas


penyempurnaan pendidikannya, ia harus mengevaluasi
pendidikannya itu agar mengetahui perubahan apa yang
seharusnya dilakukan. Seorang pendidik perlu untuk
mengevaluasi penyempurnaan pendidikannya dan peserta
didiknya.

Penilaian atau evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown

adalah “The act or process to determining the value of something”.

(Wand, 1957: 1). “Penilaian dalam pendidikan berati serangkat

tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan

dengan dunia pendidikan”.

Yahya Kahar, (1972: 1), “Menurut ilmu jiwa, evaluasi berarti

menetapkan fenomena yang dianggap berarti di dalam hal yang sama

berdasarkan suatu standar”.

Menurut Tardif dalam (Muhibbin Syah 2013:197),mengatakan

bahwa:

evaluasi berarti proses penilaian untuk menggambarakan


prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Selain kata evaluasi dan assesment ada pula
kata lain yang searti dan relatif lebih masyhur dalam dunia
pendidikan kita yakni tes, ujian, dan ulangan.

C. Pendidikan Agama Isalam ( PAI )

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ( PAI )

Banyak orang meracukan pengertian istilah “Pendidikan

AgamaIislam” dan “Pendidikan Islam”. Kedua istilah dianggap sama,

sehingga ketika seseorang berbicara tentang pendidikan islam


17

ternyata isinya terbatas pada pendidikan agama islam, atau

sebaliknya ketika seseorang berbicara tentang pendidikan agama

islam justru yang dibahas di dalamnya adalah tentang pendidikan

islam. Padahal kedua istilah memiliki substansi yang berbeda.

Tafsir dalam buku Muhaimin (2004: 6) membedakan antara

Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Islam. PAI dibakukan

sebagai nama kegiatan mendidikkan agama islam. PAI sebagai mata

pelajaran seharusnya dinamakan “Agama Islam”, karena yang

diajarkan adalah agama islam bukan pendidikan agama islam. Nama

kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikkan agama islam

disebut sebagai pendidikan agama islam. Kata “pendidikan” ini ada

pada dan mengikuti setiap mata pelajaran. Dalam hal ini PAI sejajar

atau sekategori dengan pendidikan Matematika (nama mata

pelajarannya adalah olahraga), Pendidikan biologi (nama

pelajarannya adalah biologi dan seterusnya). Sedangkan pendidikan

islam adalah nama sistem, yaitu sistem pendidikan islam, yang

memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung

terwujudnya sosok Muslim yang diidealkan. Pendidikan islam ialah

pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan Al-qur‟an dan

Hadis.

Zakiyah daradjat (2008: 87) menyatakan bahwa :

Mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah, suatu usaha


sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh
18

(kaffah). Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat


mengamalkan serta menjadi islam sebagai pandangan hidup.

Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaebani dalam Arifin (1987:

13) menyatakan bahwa pendidikan islam adalah usaha mengubah

tingkah laku individu dilandasi oleh nilai islami dalam kehidupan

pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam

alam sekitar melalui proses kependidikan.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Tujuan Agama Islam untuk membentuk perilaku dan

kepribadian individu sesuai dengan prinsif-prinsif dan konsep Islam

dalam mewujudkan nilai-nilai moral dan Agama sebagai landasan

pencapaian tujuan Pendidikan Nasional.

Tujuan Agama Islam MA yaitu untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan penumpukan

pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta

didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang

terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan kepada Allah Swt

serta berahlak mulia.

Tujuan pendidikan agama islam adalah sesuatu yang ingin

dicapai setelah melakukan serangkaian proses pendidikan agama

islam di sekolah atau madrasah. Terdapat beberapa pendapat

mengenai tujuan pendidikan agama islam ini. Diantaranya al-Attas, ia

menghendaki tujuan pendidikan (agama) islam itu adalah manusia


19

yang baik. Sementara itu, Marimba mengatakan, menurutnya tujuan

pendidikan (agama) islam adalah terciptanya orang yang

berkepribadian muslim. Berbeda dengan al-Abrasy, menghendaki

tujuan akhir pendidikan (agama) islam itu adalah terbentuknya

manusia yang berakhlak mulia (akhlak al-karimah). Munir Musyi

mengtakan tujuan akhir pendidikan islam adalah manusia yang

sempurna (al-Insan al-Kamil).

Berbeda dengan pendapat di atas, Abdul Fatah Jalal

mengatakan bahwa tujuan pendidikan agama islam adalah

terwujudnya manusia sebagai hamba Allah Swt yang Bertaqwa

(„abdullah). Jalal mengatakan, tujuan pendidikan ini akan melahirkan

tujuan-tujuan khusus. Dengan mengutip Surah At-Takwir Ayat 27 ia

mengatakan, bahwa tujuan itu adalah untuk semua manusia. Q.S At-

Takwir ( 27 ) :

     


Terjemahnya :

“Alquran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam”.

Jadi menurut Agama Islam tujuan pendidikan adalah haruslah

menjadikan seluruh manusia, menjadi manusia yang menghambakan

diri kepada Allah Swt. Maksudnya adalah, beribada kepada-Nya,

dengan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.


20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

dengan menggunakan model deskriptif kualitatif yaitu suatu jenis

penelitian yang mengungkap dan menggambarkan fakta-fakta dan

data yang diperoleh secara mendalam dan apa adanya.

B. Lokasi dan Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Muhamadiyah Disamakan

Wilayah di lokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar . Sedangkan objek

penelitian adalah siswa dan Guru Pendidikan Agama Islam SMA

Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr. Ratulangi Kota

Makassar.

C. Variabel Penelitian

Variabel merupakan atribut, objek yang mempunyai variasi

antara yang satu dengan yang lain atau dengan kata lain atribut/sifat/

nilai dari orang/objek/ kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Menurut Hadi dalam (Arikunto 1998: 98), “Variabel adalah gejala

yang bervariasi yang menjadi objek penelitian variabel dalam

penelitian ini adalah hubungan antara pencapaian target kurikulum


21

sebagai variabel bebas dan daya serap siswa dalam mata pelajaran

pendidikan agama islam sebagai variabel terikat ”.

Suharsimi Arikunto (1997:89) mendefinisikan bahwa :

variable sebagai “gejala yang bervariasi”. Gejala adalah objek


penelitian, sehingga yang dijadikan titik penelitian adalah
variabel. Variabel penelitian memegang peranan penting dalam
setiap penelitian, karena dengan adanya variabel maka akan
mempermudahkan untuk mengamati objek yang kita teliti.

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

yaitu :

1. Variabel bebas : Pencapaian target kurikulum.

2. Variabel Terikat : Daya serap siswa pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam.

D. Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan pemahaman kita, maka dianggap perlu

menjelaskan beberapa variabel yang terkait dengan judul ini, sebgai

berikut :

1. Pencapaian Target Kurikulum adalah mengantarkan guru dan

para pendidik dapat memproses dan mengembangkan

pembelajaran, agar peserta didik dapat memahami,

menerapkan dan menganalisis pengetahuan, serta

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian

yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.
22

2. Daya serap siswa adalah bagaimana siswa dapat menerima

materi atau pelajaran yang diajarkan oleh guru agar mereka

cepat memahami atau menangkap mata pelajaran yang

diajarkan. Baik itu dengan cara lisan atau dengan

menggunakan media.

Jadi, definisi operasional dari judul skripsi ini adalah bahwa

Hubungan Antara Pencapaian Target Kurikulum Dengan Daya Serap

Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMA

Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr. Ratulangi Kota

Makassar dalam kemampuan objek didik menerima isi/bahan materi.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sejumlah penduduk atau kelompok individu

benda atau unsur yang diteliti dan diselidiki dalam pelaksanaan

penelitian, karena itu merupakan suatu bagian yang diperlukan dalam

memecahkan suatu masalah dalam menunjang keberhasilan

penelitian itu sendiri yang merupakan medifistasi dari cara manusia

dalam mencari ilmu pengetahuan yang dilakukan secara ilmiah

berdasarkan fakta data secara empiris, sistematis atau mengikuti

aturan secara logis sesuai dengan daya analisa manusia.


23

Margono (2010: 118) mengatakan „‟Populasi adalah seluruh data

yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu

yang kita tentukan‟‟.

Populasi adalah jumlah keseluruhan individu yang akan menjadi

objek penelitian.

Suharsimi Arikunto (2002 : 108) mengatakan bahwa:

”populasi adalah keselurhan objek penelitian‟‟. Apabila


seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika kita hanya
akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut
disebut penelitian sampel.

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas, maka

penulis dapat menyimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan

objek penelitian yang dijadikan sumber data yang memiliki

karakteristik penelitian yang terdapat dilokasi penelitian. Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa yang ada di

SMA Muhammadiyah Disamakan wilayah berlokasi Dr. Ratulangi Kota

Makassar yaitu jumlah 169 orang. Untuk lebih jelasnya lihat tabel

berikut
24

Tabel 1.

Keadaan Populasi SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr.

Ratulangi Kota Makassar

Jenis Kelamin
NO Objek L P Populasi

30 65
1. Kelas X 35

2. Kelas XI 35 30 65

3. Kelas XII 14 25 39

Total 79 90 169

Sumber Data: SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr.


Ratulangi Kota Makassar

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil sebagai

sumber data mewakili seluruh populasi. Suharsimi Arikunto

mengatakan sampel adalah sebagian dari populasi (sebagian atau

wakil populasi yang diteliti) Sedangkan menurut sugiono, sampel

adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

popalasi tersebut. Pada dasarnya penentuan sampel dalam penelitian

ini adalah untuk memperoleh informasi atau keterangan-keterangan

mengenai hal yang diteliti dengan cara meneliti sebagian populasi

yang telah dipilih dan dianggap dapat mewakili semua populasi yang

ada.

Suharsimi Arikunto ( 2000:58 ) dalam bukunya prosedur


penelitian menjelaskan, berdasarkan penetapan jika subjek
25

berjumlah atau lebih dari 100 maka diambil antara 10-15 % atau
20-25 %. Tetapi apabila populasi kurang dari 100, maka diambil
keseluruhannya.

Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis mengambil

kesimpulan bahwa teknik pengambilan sampelnya adalah tehnik

purvosife sampling yang berdasarkan pada teori Arikunto yakni 20 %,

maka 169 x 20 % = 33,8 dibulatkan menjadi 34 siswa dengan jumlah

siswa laki-laki sebanyak 15 orang dan siswa perempuan sebanyak 19

orang.

Tabel 2 Keadaan Sampel

Jenis Kelamin

NO Kategori Sampel L P Sampel

1. X 7 10 17

2. XI 8 9 17

Jumlah 15 29 34

Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah.

F. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data yang disimpulkan yang dilaksanakan untuk

pengumpulan data secara sistematis dipermudah oleh dengan

demikian instrumen data alat bantu bagi peneliti bisa melakukan

instrumen untuk menjawab responden. Beberapa pedoman dalam

instrumen yaitu :
26

1. Pedoman observasi

Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengamati

dan melihat langsung proses pembelajaran bidang studi Pendidikan

Agama Islam pada siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah di

lokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar. Peneliti objek secara seksama

dengan melibatkan diri langsung di lokasi penelitian tersebut.

2. Pedoman angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

dalam penelitian untuk memperoleh data dan informasi dari

responden, hal ini di maksud untuk memperoleh data-data kongkrit

yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas di dalam

penelitian.

3. Pedoman wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara orang, melibatkan

seseorang yang ingin memperoleh informasi dari orang lain dengan

mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.

4. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung

dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-

peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film documenter dan data yang

relevan dengan penelitian


27

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penulisan ini,

penulis menggunakan teknik sebagai berikut :

a. Wawancara dilakukan dengan bentuk komunikasi verbal

semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi

b. Observasi dengan pengamatan dan pencatatn dengan

sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.

c. Angket dengan menyodorkan daftar pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh data dari responden

d. Dokumentasi, dengan teknik pengumpulan data yang

diperoleh melalui dokumen-dokumen.

H. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul pada setiap kegiatan observasi dianalisis

secara deskriptif agar dapat melihat kecenderungan yang terjadi

dalam kegiatan pembelajaran. Demikian juga hasil pengumpulan

jawaban angket / tes, dianalisis dengan menggunakan prosentase

untuk melihat prestasi belajar siswa.

Keterangan :
P = Angka Persentase
F= Frekuensi Yang Sedang Dicari Persentasinya
N= Jumlah Frekuensi/Banyaknya Individu.
28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota

Makassar

Pada bagian ini penulis akan membahas sejarah berdirinya

SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar, keadaan

guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasaran dan keadaan

petugas keamanan.

1. Sejarah Berdirinya Sekolah

SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sul-Sul berdiri pada

tanggal 04 agustus 1968 dengan pimpian pertamanya adalah

DG.Tinggi. Peresmian sekolah ini ditandai dengan penempatan batu

pertama yaitu semacam yupa oleh walikota Makassar saat itu. Pada

saat sekolah ini pertamakali dibangun bukan dengan nama SMA

Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sul-Sel, melainkan bernama

SPG Muhammadiyah.

Seiring dengan perkembangan dan prestasi yang diraih oleh

sekolah, barulah kemudian berubah nama menjadi SMA

Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sul-Sel. Sekarang yang menjadi

kepala sekolah pada SMA Mihammadiyah Disamakan Wilayah Sul-Sel

saat ini adalah bapak Drs. Ka‟bai, S.Pd. Beliau merupakan aktifis

Muhammadiyah.( Di ruangan tata usaha, 2015 ).


29

SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan

terletak di Jalan Dr.Ratulangi No.101 Makassar, tepatnya

bersebelahan langsung dengan AKPER Muhammadiyah Makassar,

dan sekitar kurang lebih 20 meter dari RSU. Luabang Baji. Lokasi

SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatansangat

strategis karena diapit beberapa sekolah lanjutan tingkat dasar dan

gedung sekolah juga bersebelahan langsung dengan AKPER

Muhammadiyah serta satu gedung dengan Madrasah Tsanawiyah .

Dari unsur pendidik SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah

Sulawesi Selatan memiliki tenaga pendidik sebanyak 14 orang dan

beberapa diantaranya telah memperoleh gelar magister dan yang

lainnya masih bergelar sarjana pendidikan. Disamping itu sarana dan

prasarana diusahakan pengembangannya sehingga proses belajar

mengajar dapat berjalan dengan kondusif. Gedung yang sudah ada

meliputi : gedung belajar sebanyak 6 ruangan, 1 ruang computer, 1

ruangan Lab IPA yang sekarang sudah dialih fungsikan menjadi ruang

kelas, 1 perpustakaan, 1 ruang kepala sekolah dan ruang guru. ( di

Ruangan tata usaha, 2015 )

Proses pembelajaran di SMA Muhammadiyah Disamakan

Wilayah Sulawesi Selatanmenerapkan kurikulum 2013 namun itu

hanya berlaku kelas X dan XI. Sedangkan Kelas XII masih

menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP.


30

Berbagai organisasi siswa yang telah dilaksanakan di SMA

Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan yakni : OSIS

dan Tapak Suci. Semua organisasi ini melaksanakan program untuk

menyalurkan bakat dan minat siswa dalam mendukung

pengembangan keterampilan yang mereka miliki.

Adapun kepalah sekola dan wakil kepala sekolah yang

menjabat pada tabel berikut:

Tabel 3
Kepala sekolah dan wakil SMA Muhammadiyah
Disamakan Wilayah Kota Makassar

No. Nama Jabatan Alamat

Ka‟bai, S.Pd Kepala Jl. Sarappo No. 78


1. NIP.19710313 200701 1 018 Sekolah
Drs. H. Abdul Kadir Wakil Kepala Jln. Mangka Dg
2. NIP. 19621231 198503 1166 Sekolah Bombong BTN
Manggarupi permai Blok
B2 No. 15
Sumber data : Kantor SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah 2015

2. Keadaan Guru

Guru sering juga disebut tenaga pendidik, merupakan salah

satu unsurdalam dunia pendidikan yang sangat berperan penting

untuk memberikan bimbingan kepada siswa khususnya di SMA

Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan. Mereka

diharapkan dapat memberikan perhatian dan bimbingan secara


31

prefosional dengan menggunakan metode yang tepat agar tercipta

suasana kondusif selama proses belajar.

Oleh karena itu, guru di tuntut keahlianya dalam mengajar dan

mendidik siswanya, agar ilmu dan bidang studi yang diajarkan

mudah diserap dan ditransfer anak didik. Selain hal tersebut, perlu

juga pembagian bidangstudi kepadaetiap gurusesuai dengan

keahlian masing-masing dengan tetap berpegang kepada kurikulum

yang berlaku sebagai pedoman dalam mengajar.

Karena realita yang terjadi terkadang ada seseorang guru yang

mengajarkan suatu bidang studi yang memang bukan bidangnya,

sehingga dalam mengajar tidak menguasai matera pelajaran yang

diajarkan.

Adapun keadaan guru SMA Muhammadiyah Disamakan

Wilayah Sulawesi Selatan tahun ajaran 2014/2015 di lihat pada tabel

berikut:.

Tabel 4
Keadaan Guru SMA Muhammadiyah Disamakan
Wilayah tahun 2015

No. Nama Jabatan Alamat

1. Drs. Muh. Guru Pkn / Jl. Abdul dg. Sirua,


Syahid Saleh Pengawas sekolah Paropo Indah blok C no.
4
2. Drs. Guru Kimia kelas X Iis Komp. Hasanuddin A
Haeruddin dan Mia, kelas XI Mia No. 18
dan XII IPA

3. Drs. Mahfud Guru Penjaskes kelas Jl. Poros Malino


X, XI, XII semua Bontomanai Gowa
jurusan.
32

4. Dra. Andi Guru Bahasa Jl. Abdul dg. Sirua,


Fatimah Indonesia kelas X, XI, Paropo Indah blok C no.
XII semua jurusan. 4
5. Dra. Hijerah Guru Bahasa Inggris BTN Tamarunang
kelas XII IPA dan IPS
6. A. Junaedi, Guru Fisika kelas X, XI BTN Tamarunang
S. Pd Mia, dan XII IPA
7. Salma Syam, Guru Pendidikan BTN Minasa Upa
S.Hi Agama Islam kelas X,
XI, XII. Semua jurusan.
8. Nuhaya, S. Guru Bahasa Inggris Jl. Maccini Raya Lr.
Pd kelas X, XII Mia dan Safari No. 17
Iis.
9. Muh. Fajriadi, Guru Sosiologi kelas Takalar
S. Pd X, XI Iis dan XII IPS.
10. Yusnar, S. Guru Jl. Muhajirin II
Pd. I Kemuhammadiyahan
11. Muliati, S. Pd Guru Biologi kelas X, Jl. Poros Malino
XII Mia dan Iis, kelas
XII IPA
12. Rosmawati, Guru Ekonomi kelas X, Jl. Mannuruki II No. 3
S. Pd XI Iis dan kelas XII IPS
13. Taufik, S. Pd Guru Matematika wajib Jl. Bontoduri

14. Conita Hakim Guru Seni Budaya BTN Manggarupi


kelas X,XI, XII semua
jurusan.
15. Kasmawati Guru Sejarah kelas X, Jl. Pa‟baeng-baeng
XI, dan XII semua
jurusan.
16. Ely Irmayanti, Guru Matematika Jl.
S. Pd peminatan.
Sumber Data : Kantor SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah 2015

Berdasarkan data yang penulis peroleh, maka dapat

disimpulkan bahwa dari segi jumlah guru SMA Muhammadiyah

Disamakan Wilayah cukup memadai dan sebagian guru alumni S1

dan sebagianya lagi belum mempunyai gelar dan adapula guru yang

baru magang yang dipanggil untuk membantu guru-guru yang ada di

SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah.


33

3. Keadaan Staf

Tabel 5
Nama –nama Staf dan Jabatannya

No. Nama Jabatan Alamat

1 Tata Usaha Jl. Kumala


Rini
2 Jl. Maccini Raya lr.
Nur Haya, S. Pd
Staf Perpustakaan Safari no. 17

3 Drs. H.Abdul UrusanKurikulum/Kepala


Kadir Lab.Komputer
4 Kepala Lab. IPA
Drs. Haeruddin
5
Hijerah, S.Pd Bimbingan Konseling

6 Staf
Nurhaya, S.Pd Perpustakaan/Kepala
Lab.Bahasa
7 Kepala Perpustakaan
Dra. A. Fatimah
8
Rosmawati, S.Pd Wakasek Kesiswaan
Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015

4. Keadaan Siswa

a. Penerimaan Siswa Baru

Seperti pada sekolah menengah atas lainnya, SMA

MUHAMMADIYAH DISAMAKAN WILAYAH SULSEL dalam

melakukan penerimaan siswa baru juga harus melalui beberapa

tahapan dengan persyaratan telah dinyatakan lulus dari Sekolah

Menengah Pertama (SMP). Tahapan pertama yang harus dilalu oleh

calon siswa baru di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sul-


34

Sel adalah mendaftarkan diri sebagai calon peserta didik pada

sekolah tersebut, kemudian melakukan pengambilan formulir dan

mengembalikan formulir dengan syarat-syarat yang telah ditentukan

sendiri oleh pihak sekolah.

Siswa merupakan salah satu komponen yang menempati posisi

sentral dalam proses belajar mengajar. Sebab siswa atau anak

didiklah yang menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan

perhatian, serta sasaran utama untuk di didik.

b. Proses Kenaikan Kelas

Proses kenaikian kelas di sekolah SMA Muhammdiyah

Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan ;

1. Dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran

2. Kehadiran tatap muka pada setiap mata pelajaran minimal 80%

diperhitungkan dari tatap muka tanpa memperhitungkanketidak

hadiran karena sakit atau alasan tertentu sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

3. Khusus untuk kelas XI, peserta didik harus mencapai KKM

untuk Kompetensi Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan

sesuai ketentuan penilaian yang berlaku.

4. Sikap, perilaku, budi pekerti peserta didik, antara lain :

- Tidak terlibat narkoba, perkelahian atau tawuran, dan tidak

melawan tenaga pendidik atau tenaga kependidikan secara

fisik atau nonfisik. ( Di Ruangan Tata Usaha, 2015 ).


35

- Tidak terlibat tindak kriminal.

5. Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas atau tidak tuntas,

apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar

minimal, lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran dan memiliki

kepribadian yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dan dikondisikan dengan peraturan daerah yakni mengikui

Remedial Teaching untuk mengikuti program Kelas Tuntas

Berkelanjutan (KTB).

6. Peserta didik dinyatakan tidak naik atau tidak tuntas, apabila :

a) Memiliki nilai tidak tuntas pada mata pelajaran ciri khas

program studi untuk kelas XI, dan mata pelajaran peminatan

untuk kelas X dikondisikan dengan aturan KTB.

b) Memiliki nilai tidak tuntas lebih dari ( tiga ) mata pelajaran yang

bukan ciri khas program studi untuk kelas XI, atau mata

pelajaran di peminatan untuk kelas X.

Sebagai contoh :

- Program studi Ilmu Alam dan Peminatan Matematika dan Ilmu

Alam, tidak boleh memiliki nilai yang tidak tuntas pada mata

pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi.

- Program studi Ilmu Sosial atau peminatan ilmu-ilmu sosial, tidak

boleh memiliki nilai yang tidak tuntas pada mata pelajaran

Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi. ( Di Ruangan Tata

Usaha, 2015 ).
36

Hal ini tetap dikondiksikan dengan aturan kelas tuntas

berkelanjutan.

Siswa akan menjadi faktor penentu dan dapat mempengaruhi

segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Dengan demikian, setiap lembaga pendidikan hendaknya terdapat

sistem yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

Yaitu disamping adanya fasilitas, adanya guru, yang merupakan

bagian integran dalam lembaga pendidikan formal.

Oleh karena itu, antara siswa dan guru merupakan dua aspek

yang tidak dapat dipisahkan, kedua unsur ini saling keterkaitan

dalam hal terciptanya proses belajar mengajar. Seorang guru tidak

dapat melaksanakan fungsinya sebagai pendidik tanpa adanya

siswa, demikian pula sebaliknya siswa tidak dapat menerima

pelajaran tanpa ada guru yang mentransferkan ilmunya. ( Di

Ruangan Tata Usaha, 2015 ).

c. Waktu Belajar

SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan

memulai jam pelajaran pertama dimulai pada pukul 07.15 apabila

hari senin dan 07.30 pada hari selasa hingga hari sabtu. Istirahat

pada pukul 10.00 - 10.15. Namun khusus hari Jum‟at, jam istirahat

dimulai pada jam 10.15 dan jam pelajaran akan berakhir pada pukul

13.10 pada hari senin hingga kamis dan sabtu , serta 11.15 pada

hari Jum‟at. ( Di Ruangan Tata Usaha, 2015 ).


37

Untuk mengetahui dengan jelas keadaan siswa SMA

Muhammadiyah Disamakan Wilayah pada tahun ajaran 2014/2015

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6
Keadaan Siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah

No. Kelas Jumlah

1. Kelas X 65

2. Kelas XI 57

3. Kelas XII 47

Jumlah 169

Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015

Dari tabel keadaan siswa diatas, terlihat bahwa terlihat bahwa

terdapat perkembangan jumlah siswa yang menggembirakan karena

kebanyakan siswa sudah sadar dan mau melanjutkan di SMA

Muhammadiyah Disamakan Wilayah.

5. Keadaan Sarana dan Prasarana

Salah satu faktor penentu yang takkalh pentingnya dalam

sebuah lembaga pendidikan tidak hanya di tentukan oleh siswa dan

tenaga guru yang profesional dan berkompeten tetapijuga ditentukan

oleh tersedianya saran dan prasarana yang memadai.

Dengan tersedianya fasililitas yang lengkap, maka proses

belajar dapat terlaksana dengan baik, dapat menambah gairah

belajar siswa serta akan membantu para guru dan pegawai dalam
38

mengelolah sekolah dalam upaya meningkatkan proses belajar

mengajar sehingga dapat menghasilkan kualitas pendidikan yang

bermutu.

a. Keadaan Sarana

Berdasarkan pengamatan dan data yang diperoleh penulis,

maka diketahui keadaan sarana pada SMA Muhammadiyah

Disamakan Wilayah cukup memadai dalam menunjang pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar yang berkualitas di SMA tersebut.

Adapun sarana yang dimiliki oleh SMA Muhammadiyah

Disamakan Wilayah dapat dilihat pada tabel:

Tabel 7
Keadaan Sarana SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah

NAMASARANA &
NO KETERANGAN
PRASARANA BAIK RUSAK JUMLAH

1. Ruang Kelas 6 - Permanen -

-
2. Ruang Kantor 1 - Permanen
Ruang -
3. 1 - Permanen
Perpustakaan
Permanen/
RUANG LAB.
4 1 - dialihkan menjadi
SAINS
ruang kelas
3 Layak Pakai & 5
5 Toilet/Wc 3 2 2 tidak layak
pakai
Fasilitas -
Penjas/OR:
6 1 - Layak Pakai
1. Lapangan
Bulutangkis
Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015
39

b. Keadaan Prasarana

Disamping fasilitas sarana sebagai pendukung pelaksanaan

proses belajar mengajar, prasarana juga memiliki peran yang takkala

pentingnya dalam proses belajar, karena keduanya sama-sama

berperan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk lebih lengkapnya

dapat dilihat pada tabel berikut mengenai keadaan di SMA

Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar.


40

Tabel 8
Keadaan Prasarana SMA Muhammadiyah Disamakan
Wilayah

No Jenis ruangan/gedung Kondisi Jumlah

Baik Rusak

1 Bangunan gedung sekolah 2 - 2

2 Ruang kelas untuk belajar 5 - 5

3 Ruang tata usaha 1 - 1

4 Ruang kepala sekolah 1 - 1

5 Ruang BK 1 - 1

6 Ruang guru-guru 2 - 2

7 Aula olah raga - - -

8 WC/kamar mandi 3 - 3

9 Gudang - 1 1

10 Aula/pertemuan 1 - 1

11 Halaman sekolah 1 - 1

12 Mushollah 1 - 1

13 Laboratorium 1 - 1

14 Koperasi 1 - 1

15 Perpustakaan 1 - 1

16 Ruang prakter 1 - 1

17 Tempat parkir 1 - 1

Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015


41

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa

keadaan sarana dan prasarana di SMA Muhammadiyah Disamakan

Wilayah Kota Makassar sudah cukup menunjang segala kegiatan

proses belajar mengajarnya. Selain sarana dan prasarana yang

dikemukakan dan dilakukan oleh manusia termasuk kegiatan

pembelajaran tingkat kecerdasan yang selalu di tinggalkan.

6. Keadaan Petugas Keamanan

Demi menjaga keamanan dan ketertiban SMA Muhammadiyah

Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan maka diperlukan peran

petugas keamanan, berikut adalah nama-nama petugas keamanan

yang ada di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi

Selatan :

Adapun petugas keamanan yang dimiliki oleh SMA

Muhammadiyah Disamakan Wilayah dapat dilihat pada tabel:

Tabel 9
Keadaan Petugas Keamanan di SMA Muhammadiyah
Disamakan Wilayah

TUGAS TAMBAHAN SESUAI


No NAMA
FUNGSI SEKOLAH

1 Abdul Keamanan

2 Dg. Tola Keamanan

3 Dg.Rannu Kebersihan

Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015


42

B. Pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA


Muhammadiyah Disamakan

1. Pemahaman Siswa Terhadap pelajaran

Siswa mampu memahami, menerapkan, menganalisis

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa

ingintahunya tentang pelajaran yang diajarkan serta siswa mampu

mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai

kaidah keilmuan yang mereka miliki.

Di lihat dari pemahaman siswa terhadap apa yang diajarkan

oleh pendidik, sebagaian siswa mampu menangkap atau memahami

apa yang sudah di berikan oleh guru bidang studi. Untuk itu dalam

proses pembelajaran siswa mesti mempersiapkan kondisi fisik

maupun fsikas yang benar-benar siap menerima dan memahami

pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Hasil evaluasi

Ketika guru selesai menjelaskan pelajaran yang diajarkan oleh

siswa, maka guru mengevaluasi siswa dengan cara siswa diberi

kesempatan untuk mengulangi apa-apa saja yang sudah dijelaskan

oleh gurunya. Kemudian jika siswa mampu menjelaskan atau

menanggapi apa yang telah diberikan oleh guru maka pencapaian

siswa dalam belajar yang diperoleh dari evaluasi dan dinyatakan

dalam bentuk skor atau nilai sudah mampu menangkap pelajaran


43

yang diajarkan, dan guru sudah dianggap berhasil dalam

membawakan mata pelajaran.

3. Pemberian Tugas

Pemberian tugas kepada siswa agar apa yang telas diajarkan

oleh guru baik tugas dirumah maupun disekolah dapat mereka ingat,

misalnya berupa latihan LKS maupun soal-soal yang ada didalam

buku-buku paket diberikan tugas guna untuk mendapatkan hasil

belajar yang sebaik-baiknya. Sehinggap pada akhirnya siswa yang

mengerjakan tugas dengan baik akan membantunya mencapai

tujuan pembelajaran.

4. Mengadakan ujian

Setelah siswa menyelesaiakan tugas yang di berikan oleh

guru, makan siswa di berikan ujian guna untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dalam mata pelejaran dengan menilai apa-apa yang

sudah diajarkan, apakah siswa mampu menjawab soal-soal yang

dijadikan pertanyaan atau tidak, jika siswa menjawab dengan benar

maka nilai ujiannya mencapai KKM yang sudah di tentukan dan

akan mencapai pada keberhasialan yang sudah ditetapkan

disekolah.

Temuan penelitian disekolah SMA Muhammadiyah Disamakan

Wilayah Kota Makassar yaitu pencapaian target kurikulum di sekolah

meliputi pemahaman siswa pada pembelajaran, hasil evaluasi ,

pemberian tugas dan pemberian ujian pada Mata Pelajaran


44

Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan

Wilayah tersebut sehingga peneliti mendapatkan data yang cukup

relevan.

Kaitannya dengan pencapaian target kurikulum Pendidikan

Agama Isalam, Ibu Salma Syam selaku guru Pendidikan Agama

Islam, mengemukakan bahwa:

Pencapaian target kurikulum SMA Muhammadiyah Disamakan


Wilayah Kota Makassar belum saya ketahui, karena saya baru
beberapa bulan berada di sekolah ini. Dan Insya Allah saya
akan mengusahakan untuk mencari tahu penerapan apa saja
yang sedang berjalan di sekolah SMA Muhammadiyah
Disamakan Wilayah. ( Wawancara 30 Agustus 2015, di ruang
kelas X.B,).

Dan diperjelas pula dari Drs. H. Abd. Kadir selaku wakasek di

sekolah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah mengatakan

bahwa:

Pencapain target kurikulum yaitu terkait dari mata pelajaran


yang bersangkutan misalanya dalam satu semester itu apakah
semua KD terlaksana atau tidak, jika semua terlaksana maka
target kurikulumnya mencapai 100%. Itu dari guru yang
bersangkutan, kalau kita targetkan itu 100% targetnya akan
tercapai dalam satu semester tapi biasanya dalam satu
pelajaran itu setiap guru kadang ada yang tidak mengajarkan
semua dalam satu semester itulah target kurikulum target
pencapaiannya.( Wawancara 22 Oktober 2015, diruang Lap
Komputer ).

Dari penjelasan di atas tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa pencapaian target kurikulum di sekolah SMA Muhammadiyah

Disamakan Wilayah tergantung dari masing-masing guru mata

pelajaran apakah dalam satu semester mereka bisa menyelesaikan

4 KD yang sudah ditentukan jika mereka dapat menyelesaikan


45

dengan baik makan pencapaian target kurikulum akan tercapai

dengan baik. Dan dilihat dari pemahaman siswa, hasil

pengevaluasian, pemberian tugas dan ujian jika mereka dapat

menyelesaikan dengan baik maka target kurikulum akan tercapai.

C. Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama


Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan

Daya serap adalah kemampuan objek didik dalam menerima isi

materi atau bahan pelajaran yang diterimah oleh subjek didik

sehingga menjadi pemahaman baru bagi objek didik.

Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMA Muhammadiyah disamakan wilayah memiliki

tiga tingkatan yaitu siswa yang maju, siswa yang cukup dan siswa

yang kurang. Dan adapun jumlah KKM yang di targetkan di SMA

Muhammadiyah Disamakan Kota Makassar adalah 70-100 termasuk

tuntas. Jadi jika siswa yang memperoleh 70 sampai dengan 99

termasuk dalam belajar tuntas akan tetapi jika siswa memperoleh 50

sampai 69 tidak termasuk dalam belajar tuntas.

Dari uraian tersebut maka peneliti dapat mengetahui tingkat

daya serap siswa dan kendala-kendalanya melalui wawancara

dengan Ibu Salma Syam selaku guru Pendidikan Agama Islam

menyatakan bahwa:

Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan


Agama Islam mencapai 75 % dan kendala-kendala yang di
alami oleh siswa dalam pembelajaran Agama Islam khususnya
pada materi pembacaan Alquran sedang, namun masih ada
46

beberapa siswa belum mengetahui atau memahami hukum


bacaan Alquran. ( Wawancara 30 Agustus 2015 , di ruang kelas
X.B, ).

Lebih diperjelas lagi dalam wawancara peneliti kepada siswa

yang bernama Suci Indah Sari mengatakan bahwa:

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sangat membantu


kami dalam memperbaiki perilaku atau akhlak serta
mengajarkan kami tata cara membaca Alquran dengan baik
dan memahami hukum bacaan Alquran. ( Wawancara 23
Agustus 2015 , di ruang kelas X.B ).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat daya

serap siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota

Makassar sebagian siswa sudah memahami atau menerima materi

pembelajaran Agama Islam mencapai 75 % dari pencapaian nilai

KKM yang telah ditentukan disekolah.

Namun tingkat daya serap siswa dapat kita ketahui dari

beberapa pertanyaan yaitu berupa angket ialah sebagai berikut:

1. Siswa yang cepat bosan atau jenuh ketika belajar

Siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah pada saat

menerima mata pelajaran yang dibawakan oleh guru Pendidikan

Agama Islam sebagian siswa mengalami kejenuhan di karenakan

belajar diwaktu siang. Selain itu siswa lebih banyak mengeluh ketika

guru mengajar di waktu siang dikarenakan siswa mulai lelah,

ngantuk dan lapar.

Untuk mengetahui siswa yang cepat bosan atau jenuh ketika

belajar dapat di lihat pada tabel:


47

Tabel 10
Tingkat kebosanan atau kejenuhan siswa ketika belajar

Jawaban Frekuensi Persentase


Ya 5 14,8 %
Kadang-kadang 23 67,6 %
Tidak 6 17,6 %
Jumlah 34 100,0 %
Suber data : hasil penelitian angket kelas 1b dan 2b

Berdasarkan hasil angket diatas maka dapat disimpulkan

bahwa siswa yang cepat bosan atau jenuh ketika belajar yang

jawabannya ya 5 siswa dengan persentase 14,8 %, kadang-kadang

23 siswa dengan persentase 67,6 % sedangkan tidak 6 siswa

dengan persentase 17,6 % jawaban responden.

Siswa yang cepat jenuh atau bosan dikarenan mereka belajar

di waktu siang, atau siswa yang bosan belajar karena mereka tidak

menyukai guru atau pelajaran yang diajarkan oleh guru bidang studi,

dan kebanyakan siswa bosan dikarenakan gurunya kurang

memberikan games atau permainan dalam belajar.

2. Siswa yang mudah memahami pelajaran Pendidikan Agama

Islam

Siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah sebagian

besar yang mudah memahami mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam yang diajarkan oleh guru dan cenderung lebih memperhatikan

materi yang diajarkan. Karena guru lebih mengutamakan cara

mengajar yang pariatif sehingga siswa lebih mudah menangkap atau


48

memahami pelajaran yang diajarkan oleh guru. Dan berbagai cara

yang diajarkan oleh guru agar siswa senang dan mudah memahami.

Untuk mengetahui siswa yang mudah memahami pelajaran

dapat dilihat pada tabel:

Tabel 11
Tingkat kemudahan siswa memahami pelajaran

Jawaban Frekuensi Persentase


Ya 25 73,5 %
Biasa-biasa saja 2 5,9 %
Tidak 7 20,6 %
Jumlah 34 100,0 %
Suber data : hasil penelitian angket kelas 1b dan 2b

Berdasarkan hasil angket diatas maka dapat disimpulkan

bahwa siswa yang mudah memahami pelajaran yang jawabannya ya

25 siswa dengan persentase 73,5 %, biasa-biasa saja 2 siswa

dengan persentase 5,9 % sedangkan tidak 7 siswa dengan

persentase 20,6 % jawaban responden.

Karena kebanyakan siswa senang dengan apa yang diajarkan

oleh gurunya , dan gurunya menjelaskan dengan baik dan mudah di

mengerti maka siswa lebih mudah memahami mata pelajaran yang

dijelaskan oleh guru bidang studinya.

3. Siswa yang dapat memahami semua pelajaran dalam sehari.

Siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah hanya mampu

memahami satu atau dua mata pelajaran dalam sehari yang

diberikan oleh guru. Karena tidak semua siswa mepunyai tingkat


49

daya serap yang sama, ada siswa yang cepat menangkap materi

yang di sampaikan oleh guru dan ada pulah siswa yang bisa

menangkap materi ketika guru selalu berulang-ulang menjelaskan

materi pelajaran.

Untuk mengetahui siswa yang memahami semua pelajaran

dalam sehari dapat dilihat pada tabel:

Tabel 12
Siswa yang memahami semua pelajaran dalam sehari

Jawaban Frekuensi Persentase


Ya 4 11,8 %
Kadang-kadang 24 70,6 %
Tidak 6 17,6 %
Jumlah 34 100,0 %
Suber data : hasil penelitian angket kelas 1b dan 2b

Berdasarkan hasil angket diatas maka dapat disimpulkan

bahwa siswa yang mudah memahami pelajaran yang jawabannya ya

4 siswa dengan persentase 11,8 %, kadang-kadang 24 siswa

dengan persentase 70,6 % sedangkan tidak 6 siswa dengan

persentase 17,6 % jawaban responden. jadi jelas bahwa hanya

beberapa siswa yang mampu memahami semua mata pelajaran

dalam sehari.

Siswa yang kurang memahami semua mata pelajaran dalam

sehari di karenakan kebanyakan siswa yang fokus dengan satu atau

dua pelajaran saja yang dia sukai, dan sebagian siswa juga tidak

bisa atau mampu menerima semua pelajaran dalam sehari.


50

4. Daya serap siswa dalam memahami mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam.

Sebagian siswa mampu memahami mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam yang diajarkan oleh guru, karena guru memakai

beberapa cara seperti media dan metode yang dapat membuat

siswa mudah mengerti dan senang terhadap pelajaran Pendidikan

Agama Islam.

Untuk mengetahui siswa yang lebih memahami pelajan

Pendidikan Agama Islam dapat dilihat pada tabel:

Tabel 13
Tingkat daya serap siswa dalam memahami mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam

Jawaban Frekuensi Persentase


Tinggi 25 73,5%
Sedang 9 26,5 %
Jumlah 34 100,0 %
Suber data : hasil penelitian angket kelas 1b dan 2b

Berdasarkan hasil angket diatas maka dapat disimpulkan

bahwa daya serap siswa dalam memahami mata pelajaran

Pendidiakn Agama Islam yang jawabannya tinggi 25 siswa dengan

persentase 73,5 %, dan yang menjawab sedang 9 siswa dengan

persentase 26,65%

Karena siswa ingin mengetahui lebih dalam lagi pelajaran

Pendidikan Agama Islam maka siswa hanya fokus dalam pelajaran

tersebut sehingga daya serap siswa pada mata Pelajaran Agama

Islam itu sangat baik, dan dengan memahami mata pelajaran


51

Pendidikan Agama Islam, dapat membantu siswa mengetahui apa-

apa saja yangg dilarangkan dan tidak dilarangkan dalam Islam.

5. Siswa yang memiliki semangat untuk belajar

Lebih banyak siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah

yang memiliki semangat untuk belajar terhadap mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam, dikarenakan mereka ingin lebih

mengetahui atau memperdalam ilmu agama. Agar mereka kelak

menjadi siswa yang mempunyai akhlak dan sifat yang baik.

Dari uraian diatas wawancara peneliti diperjelas oleh salah satu

siswa yang benarma Saidil mengemukakan bahwa:

Dengan belajar Pendidikan Agama Islam saya mengetahui


tentang kebaikan dan dapat memberikan pelajaran bagi diri
saya pribadi, untuk dapat meraih akhlak kebaikan dunia akhirat.
( wawancaran 23 Agustus 2015 , di ruang kelas X.B).

Selain itu dengan belajar Pendidikan Agama Islam siswa dapat

mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik di lakukan,

maka dari itu kebanyakan siswa lebih memilih belajar Pendidikan

Agama Islam.

Untuk mengetahui siswa yang memiliki semangat untuk belajar

dapat dilihat pada tabel:

Tabel 14
Tingkat siswa yang memiliki semangat untuk belajar

Jawaban Frekuensi Persentase


Semangat 31 91,2%
Kurang semangat 3 8,8%
Jumlah 34 100,0 %
Suber data : hasil penelitian angket kelas 1b dan 2b
52

Berdasarkan hasil angket diatas maka dapat disimpulkan

bahwa siswa yang lebih memahami mata pelajaran Pendidiakn

Agama Islam yang jawabannya semangat 31 siswa dengan

persentase 91,2 %, kurang semangat 3 siswa dengan persentase

8,8%. Jadi dapat dilihat bahwa minat belajar siswa pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam sangat meningkat.

Siswa yang memiliki semangat untuk belajar memiliki daya tarik

untuk mengasah ilmu yang di miliki dan menambah ilmu, karena

kelak suatu hari apa yang mereka dapatkan dalam banyak belajar

hasilnya akan memberikan dia pengalaman yang baik. Maka dari itu

kebanyakan siswa yang memiliki semangat untuk belajar karena

mereka tidak ingin ketinggalan dalam dunia persaingan.

D. Hubungan antara Pencapaian target Kurikulum dengan daya serap


siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMA
Muhammadiyah Disamakan

Kurikulum Pendidikan Agama Islam sebenarnya tidak jauh

berbeda dengan kurikulum secara umum, perbedaan hanya terletak

pada sumber pelajarannya saja. Karena kurikulum pendidikan

Agama Islam merumuskan tentang tujuan, materi, metode dan

evaluasi pendidikan yang bersumber pada ajaran Agama Islam.

Daya serap adalah kemampuan objek didik dalam menerima isi

materi atau bahan pelajaran yang diterimah oleh subjek didik

sehingga menjadi pemahaman baru bagi objek didik.


53

Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMA Muhammadiyah disamakan wilayah memiliki

tiga tingkatan yaitu siswa yang maju, siswa yang cukup dan siswa

yang kurang.

Dari uraian tersebut maka peneliti dapat mengetahui tingkat

daya serap siswa melalu salah satu angket pertanyaan yang tedapat

dibagia C halaman 48 yang pertanyaanya tingkat daya serap siswa

dalam memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

jawaban presentase siswa sebanyak 73,5% dan adapun wawancara

ibu Salma Syam mengenai tingkat daya serap siswa dan kendala-

kendalanya melalui pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

yaitu:

Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan


Agama Islam mencapai 75 % dan kendala-kendala yang di
alami oleh siswa dalam pembelajaran Agama Islam khususnya
pada materi pembacaan Alquran sedang, namun masih ada
beberapa siswa belum mengetahui atau memahami hukum
bacaan Alquran. ( Wawancara 30 Agustus 2015 , di ruang kelas
X.B).

Maka penulis mengemukan bahwa hubungan atara kurikulum

dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam saling mengaitkan dan saling berhubungan , karena tampa

target kurikulum daya serap siswa tidak akan berhasil..

Dan diperjelas lagi dengan wawancara Ibu Salma Syam yang

mengemukakan bahwa:

Hubungan target kurikulum dengan daya serap siswa tentu ada


,pasti ada karena kurikulum itu tidak bisa mencapai tager jika
54

daya serap siswa kurang. ( wawancara 30 Agustus 2015 di


ruang kelas X,B ).

Dan diperjelas pula dari Drs. H. Abd. Kadir selaku Wakasek di

sekolah SMA muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar

mengatakan bahwa:

Hubungan target kurikulum dengan daya serap siswa ada,


karena target kurikulum tidak tercapai otomatis daya serap
siswa juga tidak tercapai karena apa yang telah di programkan
dalam satu semester itu itukan ada KD-nya sekian KD misalnya
dalam satu semester 4 KD dalam satu semester, sementara
ada KD yang tidak diajarkan jadi pencapain kurikulum tidak
tercapai misalnya hanya 70% ketercapaiannya, kalau semua
dilaksanakan, semua disampaikan dalam satu semester itu
berarti pencapainya 90%.

Adapun angket hubungan antara pencapaian target kurikulum

dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah dapat dilihat tabel

di bawa ini:

Adakah hubungan antara pencapaian target kurikulum


dengan daya serap siswa

Jawaban Frekuensi Persentase


Ada 31 91,2%
Tidak ada 3 8,8%
Jumlah 34 100%
Suber data : hasil penelitian angket kelas 1b dan 2b

Berdasarkan hasil angket diatas maka dapat disimpulkan

bahwa hubungan antara pencapian target kurikulum dengan daya

serap siswa, siswa yang menjawab ada sebanyak 31 orang dengan

presentase 91,2% dan yang menjawab tidak ada sebanyak 3 orang


55

dengan presentase 8,8%.. Jadi dapat dilihat bahwa hubungan target

kurikum dengan daya serap siswa saling berhubungan.

Maka dapat dilihat di atas bahwa dari penjelasan Ibu Salma

Syam selaku guru Sma Muhammadiyah Wilayah , sangat jelas

bahwa hubungan target kurikulum dan daya serap siswa pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam mempunyai kaitan yang sangat

erat. Dan diperkuat lagi dengan angket pertanyaan siswa bahwa

hubungan antara pencapaian target kurikulum dengan daya serap

siswa SMA Muhammadiyah Wilayah sangat berkaitan erat.


56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan data

yang diperoleh dan melakukan analis data, serta menguraikan secara

sederhana semua permasalahan serta menyangkut hal-hal yang

berkaitan dengan skripsi ini, maka bagian ini akan mengemukakan

kesimpulan pokok dari seluruh apa yang telah diuraikan sebagai

penegasan dan dilengkapi dengan saran-saran. Oleh sebab itu

kesimpulan dari keseluruhan isi skripsi ini dapat di lihat pada uraian

berikut:

1. Pencapaian target kurikulum di Sma Muhammadiyah Disamakan

Wilayah sangat penting diterapkan karena jika target kurikulum

diterapkan kita dapat mengetahui tingkat daya serap siswa dan

pencapaian target kurikulum.

2. Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA Muhammadiyah disamakan wilayah memiliki tiga

tingkatan yaitu siswa yang maju, siswa yang cukup dan siswa yang

kurang. Karena sebagian siswa Sma Muhammadiyah Wilayah ada

cepat menangkap mata pelajaran yang diberikan oleh gurunya dan

sebagian siswa bisa menangkap mata pelajaran ketika seorang

gurung mengulang-ulang penjelasan materinya dan sebagian siswa


57

pun ada yang betul-betul tidak mengetahui walaupun seorang guru

sering mengulang-ulang materinya.

3. Guru pendidikan agama islam Sma Muhammadiyah Disamakan

Wilayah berusaha keras memberikan pelajaran Pendidikan Agama

Islam kepada siswa agar mereka mengetahui dan bisa

membedakan mana yang baik dilakukan dan mana yang tidak baik.

B. Saran

Diharapkan guru Pendidikan Agama Islam mengajarkan siswa

tentang bagaimana prilaku atau ahlak yang baik agar siswa dapat

mengetahui dengan jelas pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Maka dari itu skripsi ini masih penuh dengan kesalahan dan

masih jauh dari kesempurnaan jadi saya meminta saran dan kritik

dari pembaca guna memperbaiki skripsi, untuk menjadi lebih baik.


58

DAFTAR PUSTAKA

Al-qur‟an dan Alqarim

Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian. Jakarta: Mahasatya

, 2002, Belajar Penelitian ( Suatu Pendekatan Praktek ).


Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin. Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan KURIKULUM.


Cet. II. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.

Daradjat. Zakiah. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. 7. Jakarta: Pt Bumi


Aksara.

, 1989, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Cet:


1V; Jakarta: Bumi Aksara.

Gunawan, Heri. 2004. Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Agama


Islam. Cet. II. Bandung: Alfa Beta.

Majid, Abdul. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi


Konsep Dan Impementasinya Kurikulum. Jakarta: Pt Rosdakarya.

Margono, 2010, Meteodologi Penelitian Pendidikan, Cet 1, Jakarta:


Rineka Cipta.

Ms. Tohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Cet.


2. Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada.

Muhaimin, H. 2012. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam


di Sekolah Madrasah. dan Perguruan Tinggi. Cet. 5. Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada.

Mohammad, Ali. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pt


Angkasa.

Nasution. S. 2001. Asas-Asas Kurikulum. Cet. 4. Jakarta: Pt Bumi Aksara.

Ridwan. Skala. 2008. Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:


Alfabeta.

Sagala, Syaiful, 2006, Konsep dan Makna Pembelajaran, Cet. 9; Jakarta


59

Fathurrohman, Pupuh. 2010. Strategi Belajar Mengajar Melalui


Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Cet. I. Bandung: Pt
Refika Aditama.

Sobry Sutikno, Fathurrohman Pupuh. 2001. Strategi Belajar Mengajar


Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Cet. I.
Bandung: Pt Refika Aditama.

Sudjana. Nana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Cet. III.


Jakarta: Bina Aksara.

Sugiyono. Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali


Pers.

Sahertian. Piet A. 1994. Profil Pendidikan Profesional. Yogyakarta.

Syah. Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Cet. 13. Jakarta: Rajawali Pers.

Taba, Hilda. 1962. Curriculum Development, Theory and Practice. New


York.

Tafsir, Ahmad, 2006, Metodologi Pengajaran Agama Islam , Cet. XII


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Umar. Bukhari. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. 2. Jakarta: Pt Bumi


Aksara.

Widyastono. Herry. 2014. Pengembangan Kurikulum Di Era Otonom


Daerah dari Kurikulum 2014, 2006, ke Kurikulum 2013. Cet. I.
Jakarta: Pt Bumi Aksara.

Zais. 1976. Curriculum, Principles and Foundations. Bandung: Pakar


Raya.

http://id.scribd.com/doc/78722102/76228543-Efektifitas-Pembelajaran-Pai-
1#scribd (Dikutip dari Internet pada tanggal 14 Januari 2015)

http://starawaji.wordpress.com/2011/02/12/577/ (Dikutip dari Internet pada


tanggal 14 Januari 2015)

http://irenepreisiliai.blogspot.com/2012/02/jud-penggunaan-metode-
consept-sentence.html (Di Kutip dari internet pada tanggal 21
Januari 2015)
FORMAT WAWANCARA

1. Bagaimana pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA

Muhammadiyah Disamakan Wilayah ?

2. Bagaimana tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah ?

3. Adakah hubungan antara pencapaian target kurikulum dengan daya serap

siswa pada mata pelajaran PAI ?


ANGKET PENELITIAN

I. INDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Kelas :

II. PETUNJUK

a. Saudara di persilahkan menjawab setiap pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih

salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberi tanda saling (x)

b. Kesungguhan dan kejujuran anda dalam menjawab sangat kami harapkan

c. Atas bantuan anda kami ucapkan terima kasih

III. PERTANYAAN

1. Apakah anda cepat bosan atau jenuh ketika belajar di waktu siang ?

a. Ya b.Tidak c.Kadang-kadang

2. Apakah anda mudah memahami pelajaran yang diberikan oleh guru ketika duduk di

belakang ?

a. Mudah b.Biasa-biasa saja c.Tidak mudah

3. Apakah anda dapat memahami semua pelajaran dalam sehari ?

a. Ya b.Tidak c. Kadang-kadang

4. Apakah anda dapatmenyerap dan memahami mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam ?

a. Tinggi b.sedang

5. Apakah anda memiliki semangat untuk terus mempelajari dalam pelajaran Pendidikan

Agama Islam yang diberikan oleh guru ?

a. Semanagat b.Kurang semangat


6. Menurut anda adakah hubungan antara pencapaian target kurikulum dengan daya

serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ?

a. Ada b. Tidak ada


Pada Saat Pembagian Angket
Pada Saat Wawancara
Mengamati Guru Pada Saat Mengajar
RIWAYAT HIDUP

ERNA, lahir di Salu Bone Kecamatan Duampanua Kabupaten

Pinrang, pada tanggal 26 Oktober 1991 sebagai anak ke empat dari lima

bersaudara. Ayah kandung bernama Hamzah dan ibu kandung bernama Rosmawati

Bangsawan. Jenjang pendidikan penulis mulai SD tahun 1998 di SDN 134 DATA

dan tamat tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan ke SMP Negeri 5

Duampanua dan tamat tahun 2007. Kemudian tahun 2007 penulis melanjutkan ke

SMA Negeri 1 Lembang dan tamat tahun 2010. Kemudian pada tahun 2011 diterima

diperguruan tinggi suwasta dan tercatat sebagai Mahasiswi Fakultas Agama Islam

Program Studi Pendidikan Agama Islam dan tamat pada tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai