Anda di halaman 1dari 11

BAB 3

ETIKA MANAJERIAL DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

RAMONA DWI KINASIH

222010200129

MANAJEMEN 1/A3

A. PENGERTIAN ETKA MANAJERIAL

Etika sering diungkapkan dalam filsafat moral, memberi makna pada


karakter seseorang, dan berhubungan dengan karakter dan perilaku orang dalam
suatu peradaban. Etika dapat dipahami sebagai suatu sistem yang mengatur tata
nilai. Dalam kehidupan sebuah organisasi, etika dipandang sebagai seperangkat
aturan tentang.Principle beserta moral values untuk mengatur suatu perilaku
individu maupun beregu dalam hal yang tepat maupun kurang tepat. Etika juga
digunakan sebagai ukuran benar dan salah dalam mengambil suatu keputusan.

Etika dalam suatu organisasi memiliki karakter yang lebih kompleks, di


mana berbagai persoalan muncul. Etika organisasi mengacu pada nilai-nilai
internal yang terkandung dalam budaya perusahaan yang membentuk keputusan
terkait tanggung jawab sosial terkait dengan lingkungan eksternal.

Kehidupan manusia, baik secara individu maupun kolektif, diatur oleh


aturan hukum. , pilihan bebas, dan etika (Daft, Richard L., 2000). Aturan hukum
berkaitan dengan nilai dan standar yang ditetapkan dalam hukum, dan jika terjadi
pelanggaran, serahkan ke pengadilan. Di sisi lain, dalam ranah pilihan bebas, tidak
ada aturan tertulis tentang apa yang benar atau salah, dan orang bebas membuat
keputusan sendiri. Etika terletak di antara supremasi hukum dan pilihan bebas.
Alih-alih terikat oleh aturan hukum, masyarakat harus mengikuti prinsip-prinsip
umum dan standar aturan moral yang berbasis nilai. Perlakuan baik atau buruk
oleh karyawan luar dapat menyebabkan reputasi baik atau buruk di masyarakat.
Perusahaan harus memberikan pembinaan dan pengembangan kepada
karyawannya untuk meningkatkan perlakuannya sesuai dengan norma moral
masyarakat.

REGULATION ETHICS FREE CHOICE

SOCIAL PERSONAL
LEGAL STANDART STANDART STANDART

HIGHT EXPLICIT CONTR LOW

Gambar 3.1 Tindakan Manusia dalam Etika.

Gambar 3.1 menunjukkan hubungan antara perilaku yang benar dan salah,
aturan hukum, pilihan bebas, dan tiga pilihan manusia yang terkait dengan etika.

B. UNSUR-UNSUR DALAM ETIKA

Setelah diperiksa lebih dekat, etika individu sederhana dibandingkan


dengan kehidupan organisasi. Pemahaman etika dapat dicapai melalui pedoman
dan perawatan individu dan kelompok di dalamnya. Berdasarkan pemahaman etis
ini, lima dimensi harus dicakup, termasuk nilai-nilai, hak moral, tanggung jawab
moral, aturan moral, dan hubungan moral, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
3.2.
VALUES

MORAL MORAL
RELATI- ETHICS RIGHTS
ONS COMPONENTS

MORAL MORAL
REGUL- OBLIGA-
ATIONS TION

Gambar 3.2 Komponen-Komponen Etika.

Nilai-nilai (values) adalah keinginan yang relatif persisten yang tampak


memiliki kualitas yang baik (Stoner, 1995).Setiap orang membutuhkan nilai untuk
mendapatkan apa yang diinginkan dan dipuaskan. Organisasi juga perlu
menghargai mendapatkan pandangan dan masukan yang baik dari masyarakat,
terutama pemangku kepentingan.

Hak Moral (moral rights) Setiap pemangku kepentingan memiliki hak


yang berbeda, baik secara individu maupun kelompok, tergantung pada tingkat
dan tanggung jawab serta peran mereka dalam organisasi. Seperti halnya hak,
setiap pemangku kepentingan memiliki tanggung jawab yang berbeda tergantung
pada perannya dalam organisasi. Kewajiban merupakan tanggung jawab pribadi
(moral obligations) yang berkaitan dengan kedudukan seseorang dalam suatu
organisasi.Manajer bertanggung jawab untuk mengelola semua sumber daya
organisasi sesuai dengan fungsinya untuk mencapai tujuan.

Aturan moral (moral regulations) berfungsi sebagai arah dan pedoman


dalam mengatasi perselisihan dan konflik yang dapat menimbulkan masalah
dalam suatu organisasi. Organisasi memiliki hubungan antara individu, kelompok,
individu dan kelompok, bawahan dan atasan, atau sebaliknya. Hubungan ini
timbul satu sama lain, baik dari kepentingan pribadi maupun profesional. Apa pun
bentuk minatnya, mereka saling membutuhkan dan mendukung untuk mencapai
tujuan yang diinginkan sebagai hubungan moral (moral relations)

C. ETIKA BISNIS

Sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam menjalankan


kepemimpinan, manajer memainkan peran kunci dalam mewujudkan peradaban
yang menopang nilai-nilai organisasi. Etika seorang manajer tidak hanya
tercermin dalam bidang pekerjaannya, tetapi juga menjadi panutan bagi para
pengikutnya.

Berdasarkan pemahamannya tentang etika bisnis, Stoner mengkategorikan


masalah etika bisnis ke dalam empat tingkatan, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3.3.

INDIVIDUAL

INTERNAL POLICY

STAKEHOLDERS

SOCIAL

Gambar 3.3 Tingkatan Pertanyaan dalam Etika Bisnis.

Di tingkat sosial, kita sering ditanya tentang institusi dasar kepada


masyarakat. Pada tingkat pemangku kepentingan (stakeholder), pertanyaan etika
bisnis di sini berkaitan dengan pemangku kepentingan, termasuk: pemasok,
pelanggan, pemilik, karyawan, dan manajer. Pertanyaan yang diajukan
bersangkutan dengan roles dan responsibilities masing-masing stakeholder
tersebut.

Pertanyaan yang diajukan pada tingkat ketiga atau kebijakan internal


policy berkaitan dengan sifat hubungan antara perusahaan dan karyawannya.
Tentang hak dan kewajiban seorang pekerja, dibuat kontrak kerja sebagai jaminan
atau berisi kontrak kerja yang harus dipatuhi.

Individual pada tingkat keempat memiliki pertanyaan tentang bagaimana


individu dalam suatu organisasi harus berperilaku satu sama lain.

D. PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA ETIS

Salah satu masalah yang paling sulit bagi perusahaan untuk dipecahkan
adalah dilema pengambilan keputusan. Ini merupakan area tanggung jawab
manajer. Manajer yang bijaksana akan memastikan bahwa keputusan dibuat
dengan mengorbankan salah satu pihak. Dalam situasi tertentu di mana keputusan
tidak menguntungkan salah satu pihak, salah satu strategi yang mungkin adalah
meminimalkan kerugian pihak lain.

Ketika berhadapan dengan situasi sulit seperti itu, keputusan etis biasanya
dibuat melalui pendekatan normatif (Daft, 2000). Pendekatan normatif berada
pada wilayah norma yang memberikan nilai-nilai yang mengarahkan manusia
untuk berperilaku positif. Manajer mengambil empat pendekatan untuk etika
normatif Ini termasuk: pendekatan manfaat, pendekatan individualisme,
pendekatan hak moral, dan pendekatan keadilan. (Daft, 2000).
ULITITARIAN Pendekatan normatif, cenderung berpihak pada kelompok
APPROACH mayoritas.

INDIVIDUALISM Pengambilan keputusan moral dengan


APPROACH mempertimbangkan dukungan jangka panjang.

MORAL RIGHTS Manusian memiliki kebebasan untuk memilih. Manajer


APPROACH harus membuat keputusan agar hak asasi ma

JUSTICE Pengambilan keputusan didasarkan pada asas keadilan


dengan memperhatikan distributive justice, procedural
APPROACH justice, dan compensatory justice

Gambar 3.4 Pengambilan Keputusan Secara Etis.

Utilitarian approach mengarah pada perilaku moral yang paling


menguntungkan kelompok mayoritas. Pengambil keputusan (decision maker)
diharapkan untuk mempertimbangkan konsekuensi dari alternatif keputusan yang
mereka buat. Individualism approach mengarah pada tindakan yang mendukung
kepentingan jangka panjang untuk mencapai keuntungan yang lebih besar. Moral
rights approach menghormati hak asasi manusia dan memberikan kebebasan
kepada masyarakat untuk melakukan aktivitasnya. Justice approach adalah
keputusan moral yang didasarkan pada keadilan, kewajaran, dan tidak memihak
oada salah satu pihak. Tiga jenis keadilan yang dicari manajer dalam pengambilan
keputusan adalah distributive justice, procedural justice, dan compensatory justice
(Daft, 2000). Distributive justice adalah keputusan tentang memperlakukan orang
dengan karakteristik profesional yang berbeda secara berbeda. Procedural justice
adalah keputusan yang berhati-hati untuk memastikan bahwa aturan ditegakkan
secara adil pada tingkat tanggung jawab profesional yang sama. Compensatory
justice adalah perlakuan yang adil atas kompensasi untuk semua karyawan yang
memiliki karakteristik yang sama.
E. HAL-HAL YANG MEMENGARUHI PILIHAN YANG ETIS

Pemimpin bertanggung jawab untuk mengambil keputusan, tetapi manajer


seringkali sulit dan terkadang salah dalam mengambil keputusan. Gambar 3.5
menunjukkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi pilihan etis dalam
pengambilan keputusan. Manajer, karyawan dan organisasi. Perilaku manajer
sangat mempengaruhi bagi manajer dalam mengambil keputusan. Perilaku
tersebut ditentukan oleh faktor keturunan, lingkungan, dan situasi.

MANAJER

PILIHAN
KARYAWAN
ETIS

ORGANISASI

Gambar 3.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pilihan Etis.

Kepribadian merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam


perkembangan moral, yang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan: pre-conventional,
conventional, and post-conventional (Daft, 2000). Gambar 3.6 menunjukkan tiga
tingkat perkembangan moral pribadi.
Pra- Pasca-
Konvensional
Konvensional Konvensional

Harap ikuti aturan Ikuti prinsip-prinsip


untuk keadilan dan hak
kepentingannya Berdasarkan untuk memilih.
sendiri. harapan orang lain.
Meyakini bahwa
Bertindak demi Pemenuhan tugas setiap orang
kepentingan sendiri. serta kewajiban memiliki nilai yang
sistem sosial. berbeda dalam
Ketaatan untuk mencari solusi.
keuntungannya Mengikuti aturan
sendiri. dan hukum. Menyeimbangkan
kepentingan pribadi
dan kepentingan
umum.

Gambar 3.6 Pengenmbangan Moral Individu

F. SOCIAL RESPONSIBILITY

Social responsibility adalah komitmen manajer untuk menciptakan


keputusan dan perilaku masyarakat sesuai dengan peran individu dan kolektif
mereka dalam mencapai kebaikan bersama. Gambar 3.7 menunjukkan berbagai
pihak yang memiliki kepentingan dalam suatu organisasi (stakeholder organisasi)
dan masing-masing pihak memiliki tanggung jawab tergantung pada posisinya
(Bangun, 2017).
Pemilik
Perusahaan
Institusi
Manajer
Pemerintah
Stakeholders
Organisasi
Pemasok Karyawan

Pelanggan

Gambar 3.7 Tanggung Jawab Pekerjaan bagi Para Pemangku Kepentingan.

Pemilik perusahaan (owner) adalah pemegang saham yang memiliki


kepentingan dalam suatu perusahaan untuk melestarikan asetnya dan
mendapatkan keuntungan. Pemilik menginvestasikan uang mereka dengan
harapan menghasilkan keuntungan.

Para manajer terlibat dalam manajemen perusahaan dan menggunakan


keterampilan mereka untuk berkontribusi pada pengembangan perusahaan.

karyawan adalah salah satu sumber daya organisasi terpenting dalam


perusahaan. Kemampuan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya tergantung
pada kualitas sumber daya manusianya.

pelanggan (customer) tertarik dengan produk dan layanan yang mereka


beli dari perusahaan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pelanggan memiliki
dampak langsung pada keberhasilan organisasi. Konsumen harus mematuhi segala
kewajiban berupa pembayaran atas barang yang dikonsumsinya dan segala
peraturan yang terkait dengan kepemilikan barang.

Pemasok (supplier) adalah pemilik bahan baku (raw material) yang dijual
kepada usaha yang diolah dalam produksi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pemasok bertanggung jawab menentukan kuantitas dan kualitas
bahan baku yang akan disuplai.

Institusi pemerintah berkepentingan atas pendapatan pajak yang dikenakan


pada perusahaan dan semua peraturan yang mengatur operasional perusahaan.

G. KRITERIA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Untuk memahami konsep ini dan menjernihkan kebingungan, Tanggung Jawab


Sosial Perusahaan (CSR) dibagi menjadi 4 kriteria termasuk financial
responsibility, legal responsibility, ethical responsibility and discretionary
responsibility (Daft 2000). Social responsibility perusahaan diurutkan berdasarkan
tingkat keparahan dari bawah ke atas, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.8

Economic
Responsibility Sasaran : Menguntungkan

Legal
Mematuhi peraturan.
Responsibility

Ethics
Menuju hal yang benar.
Responsibility

Discretionary
Menuju pada kesejahteraan.
Responsibility

Gambar 3.8 Kriteria Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Economic Responsibility adalah social responsibility perusahaan yang


mengutamakan kegiatan ekonomi masyarakat lokal. Tanggung jawab ekonomi
menghasilkan organisasi yang berorientasi pada keuntungan selama tidak
melanggar peraturan bisnis.

Tanggung jawab legal/hukum (legal responsibility) timbul karena


masyarakat ingin menjalankan usaha sesuai dengan tuntunan perundang-undangan
yang berlaku di corporate. Artinya kegiatan corporate tidak hanya bertujuan untuk
memaksimalkan kepentingan pengusaha, tetapi juga memperhatikan kepentingan
masyarakat secara keseluruhan.

Tanggung jawab etika (ethics responsibility) menyangkut perilaku


perusahaan yang tidak tercakup dalam undang-undang atau peraturan, tetapi
perusahaan tahu bahwa ia melakukan hal yang benar. Tanggung jawab diskresi
adalah tanggung jawab sosial. Tingkat tertinggi dibandingkan dengan jenis
kewajiban lainnya.

Discretionary responsibility merupakan bentuk social responsibility yang


dilakukan oleh corporate yang tidak memperhatikan unsur keuntungan, legalitas
dan etika, tetapi secara sukarela memberikan kontribusi untuk kepentingan
masyarakat (masyarakat), memberikan kontribusi untuk mendukung
perekonomian masyarakat tanpa mengharapkan imbalan apa pun dari masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai