Anda di halaman 1dari 10

Machine Translated oleh

Mesin Diterjemahkan by Google


Google

Jurnal Internasional Penelitian dan Peninjauan Sains Saat Ini


ISSN: 2581-8341

Volume 05 Edisi 08 Agustus 2022

DOI: 10.47191/ijcsrr/V5-i8-16, Faktor Dampak: 5.995

IJCSRR @ 2022 www.ijcsrr.org

Pengembangan E-Modul Berbasis Problem Based Learning Dengan Menggunakan


Adobe Flash Professional CS6 pada Materi Pernafasan Manusia dan
Sistem Ekskresi Siswa Kelas VIII SMPN 25 Padang

Desi Sakinah Tinendung1 , Irdawati2


1 Mahasiswa
Pascasarjana Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri
2
Padang Dosen Program Pascasarjana Pendidikan Biologi Universitas Negeri
Padang Magister Pendidikan Biologi Universitas Negeri Padang Padang
Indonesia Jl. Prof.Dr.Hamka Air Tawar Barat, Padang, Indonesia

ABSTRAK: Hasil pendidikan yang baik harus dibarengi dengan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif salah satunya dipengaruhi oleh
penggunaan bahan ajar. Data investigasi awal di SMPN 25 Padang menunjukkan belum adanya bahan ajar berupa e-modul yang dapat
memvisualisasikan materi pelajaran secara utuh. Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa 67,16% siswa mengalami kesulitan memahami konsep
sistem pernapasan dan sistem ekskresi. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, sehingga diperlukan bahan ajar yang dapat membantu
dalam memvisualisasikan materi pelajaran secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan e-modul berbasis problem based learning
menggunakan adobe flash professional CS6 pada materi sistem pernapasan dan ekskresi manusia untuk siswa kelas VIII yang valid, praktis, dan
efektif. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan model Plomp yang terdiri dari tiga tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan, tahap
pengembangan atau prototyping, dan tahap penilaian. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN 25 Padang Tahun Pelajaran 2021-2022. Data
penelitian diperoleh dari uji validitas, kepraktisan, dan keefektifan. Data uji validitas diperoleh melalui lembar validasi oleh dosen sebagai validator.
Data uji kepraktisan diperoleh dari hasil analisis angket respon guru dan siswa. Data uji keefektifan diperoleh dari lembar soal pilihan ganda untuk
asesmen kompetensi kognitif, lembar observasi untuk asesmen kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik, dan lembar soal esai untuk asesmen
kemampuan berpikir kreatif siswa. Hasil validasi oleh validator terhadap e-modul berbasis problem based learning menunjukkan nilai rata-rata sebesar
86,35% (sangat valid). Hasil penilaian kepraktisan oleh guru IPA menunjukkan rata-rata 90,87% (sangat praktis) dan hasil penilaian kepraktisan oleh
siswa diperoleh nilai rata-rata 89,25% (sangat praktis). Hasil uji keefektifan dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa menunjukkan bahwa
pembelajaran berbasis masalah berbasis e-modul sangat efektif dan nilai keterampilan berpikir kreatif diperoleh rata-rata 74,24 (kreatif). Dengan
demikian dapat diartikan bahwa e-modul berbasis problem based learning yang dikembangkan sangat valid, sangat praktis, sangat efektif, dan
dapat melatih kemampuan berpikir kreatif.

KATA KUNCI: Adobe flash professional CS6, Pengembangan, E-modul, Pembelajaran berbasis masalah.

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, moral, dan keterampilan yang
Diperlukan dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. . Depdiknas, 2003). Pendidikan diperoleh baik secara formal maupun nonformal melalui
kegiatan belajar. Maka untuk mendapatkan hasil yang baik dari pendidikan harus dibarengi dengan pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran yang efektif memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam menghasilkan siswa yang berkualitas. Terbentuknya proses
pembelajaran yang efektif, banyak faktor yang mempengaruhinya seperti pendidik, penggunaan metode pembelajaran yang menarik dan bervariasi,
perilaku belajar siswa, kondisi dan suasana belajar yang kondusif, serta penggunaan bahan ajar yang sesuai (Puspridayanti, dkk., 2018). ).
Penggunaan bahan ajar yang tepat memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Keberhasilan guru dan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran tidak lepas dari bahan ajar yang digunakan. Pembelajaran akan berlangsung efektif dan efisien apabila tersedia bahan ajar yang
berkualitas. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah a

2942 *Penulis Korespondensi: Irdawati Volume 05 Edisi 08 Agustus 2022


Tersedia di: ijcsrr.org
Halaman No.-2942-2951
Machine Translated oleh
Mesin Diterjemahkan by Google
Google

Jurnal Internasional Penelitian dan Peninjauan Sains Saat Ini


ISSN: 2581-8341

Volume 05 Edisi 08 Agustus 2022


DOI: 10.47191/ijcsrr/V5-i8-16, Faktor Dampak: 5.995

IJCSRR @ 2022 www.ijcsrr.org

modul. Modul adalah bahan ajar dalam satuan-satuan lengkap yang terdiri dari rangkaian kegiatan pembelajaran yang disusun untuk membantu siswa mencapai
suatu pembelajaran yang bertujuan dan dapat memberikan hasil belajar yang efektif (Rizki, dkk., 2020).
Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang pendidikan, modul mulai dikembangkan dalam bentuk media pembelajaran berbasis komputer/
elektronik yaitu e-modul. E-module adalah modul berbasis teknologi, informasi, dan komunikasi interaktif untuk memudahkan navigasi yang dapat menampilkan
audio, video, gambar, dan animasi serta dilengkapi dengan tes evaluasi yang memungkinkan umpan balik secara langsung (Suarsana & Mahayukti, 2013).

Berdasarkan hasil observasi, dengan melakukan wawancara dengan Ibu Lola Hayati Roza, S.Pd. sebagai guru IPA di SMPN 25 Padang pada 16
Oktober 2021 diketahui bahwa proses pembelajaran masih dilakukan pada guru. Proses pembelajaran menggunakan metode ceramah dan penugasan, serta
kurangnya kreativitas siswa seperti sikap bertanya, mengerjakan tugas atau latihan, dan kurangnya pemahaman konsep. Terbukti sebanyak 67,16% siswa
mengalami kesulitan dalam memahami konsep materi sistem pernapasan dan sistem ekskresi.

Ibu Lola Hayati Roza, S.Pd. Lebih lanjut ditambahkan bahwa bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran berupa buku teks dan LKS. Guru
kesulitan memvisualisasikan materi sistem pernapasan dan sistem ekskresi secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan sistem pernapasan dan sistem ekskresi
berlangsung secara fisiologis sehingga sulit dijelaskan, sedangkan organ-organnya dapat diamati secara morfologis. Terbukti sebanyak 64,18% siswa menyatakan
tidak mampu memahami materi pelajaran hanya dengan membaca penjelasan dari buku teks.

Proses pembelajaran di atas menyebabkan siswa cenderung hanya berperan sebagai penerima informasi yang diberikan oleh guru. Hasil belajar
siswa masih tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar siswa terlihat dari hasil nilai ulangan materi harian sistem pernapasan dan ekskresi yang belum tercapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Tabel 1. Nilai Ulangan Harian Siswa

Ulangan Harian Nilai Rata-Rata


Tanpa Nama Kelas
Sistem Pernafasan Sistem Ekskresi 59,37
1 VIII-6 60,62 52,81
2 VIII-7 56,56 53,75
3 VIII-8 57,81 55,31

Nilai Rata-Rata 58,33

Sumber: Guru Mata Pelajaran IPA SMPN 25 Padang

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai ulangan siswa harian pada materi sistem pernapasan adalah 58,33 dan sistem ekskresi adalah
55,31. Hasil belajar belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 80. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan
oleh guru dan belum tersedianya bahan ajar berbasis IT seperti e-modul pembelajaran berbasis masalah.

Dalam menjawab atau permasalahan kendala yang dialami guru dan siswa dalam proses pembelajaran, maka diperlukan bahan ajar yang dapat
memvisualisasikan materi pelajaran secara utuh, salah satunya adalah e-modul. E-modul dari segi manfaatnya dapat membuat proses pembelajaran menjadi
lebih interaktif, proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Nurmayanti, et al., 2015). E-modul didukung dengan
model pembelajaran yang tepat mampu membuat siswa belajar secara efektif. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif dan hasil belajar adalah pembelajaran berbasis masalah (Swestyani, et al., 2014).

Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang direkomendasikan dalam kurikulum 2013. Model pembelajaran
berbasis masalah yang dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivisme sehingga dalam proses pembelajaran siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya
dan pada akhirnya mengembangkan kemampuan berpikirnya. Model pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan dengan memaparkan siswa pada masalah
masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dalam memecahkan masalah dan mencari berbagai
pemecahannya. Hal ini melatih siswa berpikir kreatif (Purnamaningrum, dkk., 2012).
Sejalan dengan penelitian Widiyarti, dkk., (2018) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir
siswa kreatif. Berdasarkan penelitian ini dapat diartikan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa
sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang meningkat.

2943 *Penulis Korespondensi: Irdawati Volume 05 Edisi 08 Agustus


2022 Tersedia di:
ijcsrr.org Halaman No.-2942
Machine Translated oleh
Mesin Diterjemahkan by Google
Google

Jurnal Internasional Penelitian dan Peninjauan Sains Saat Ini


ISSN: 2581-8341

Volume 05 Edisi 08 Agustus 2022


DOI: 10.47191/ijcsrr/V5-i8-16, Faktor Dampak: 5.995

IJCSRR @ 2022 www.ijcsrr.org

Model pembelajaran berbasis masalah juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Penggunaan pembelajaran berbasis masalah akan melibatkan
seluruh siswa dalam memecahkan suatu masalah, sehingga dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa, melatih keterampilan pemecahan masalah, dan
meningkatkan penguasaan materi pelajaran. Melalui model pembelajaran berbasis masalah, hasil belajar kognitif akan meningkat seperti kemampuan untuk
mengetahui, memahami, mengevaluasi, dan menginterpretasikan objek tertentu dari panca indera (Mardiana, et al., 2016).
Bahan ajar berupa e-modul berbasis model problem based learning diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kreatif dan meningkatkan hasil
belajar siswa. Model kombinasi dan bahan ajar ini akan menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan ahli dalam mengembangkan dan mengembangkan dalam
pembelajaran yang kreatif dan inovatif. E-modul adalah versi elektronik dari modul cetak yang dapat dibaca di komputer dan dirancang dengan perangkat lunak
yang diperlukan (Suwasono, 2013).
Perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatan e-modul berbasis problem based learning adalah Adobe Flash Professional CS6, dengan
keunggulan memiliki banyak fitur sehingga dapat menghubungkan gambar, suara, dan animasi, serta dapat disimpan di handphone/android agar lebih praktis.
Penggunaan e-modul berbasis problem based learning menjadikan proses pembelajaran berjalan efektif karena proses pembelajaran akan menarik dan tidak
membosankan (Darmawan, 2012).
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan maka dilakukan penelitian tentang Pengembangan E-modul Pembelajaran Berbasis Masalah
Gunakan Adobe Flash Professional CS6 Pada Materi Sistem Pernapasan Dan Ekskresi Manusia Untuk Siswa Kelas VIII SMPN 25 Padang.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian desain dan pengembangan. Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan e-modul berbasis
pembelajaran berbasis masalah adalah model pengembangan Plomp. Model pengembangan Plomp terdiri dari tiga tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan, tahap
pengembangan atau prototyping, dan tahap penilaian. Jenis evaluasi formatif yang akan digunakan dijelaskan dalam rincian kegiatan pengembangan dan
prototyping berikut ini.

1. Prototipe I
Prototipe I diawali dengan perancangan storyboard e-modul berbasis problem based learning berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap penelitian
dimulainya, dilanjutkan dengan pembuatan produk e-modul berbasis problem based learning dengan menggunakan program Adobe Flash Professional CS6
dan beberapa aplikasi lainnya. Prototipe I dievaluasi dengan self-evaluation, yaitu merevisi e-modul berbasis problem based learning itu sendiri yang telah
dirancang menggunakan checklist untuk memeriksa kesalahan yang mungkin masih ditemukan pada prototipe I kemudian direvisi. Selanjutnya dilakukan tahap
pengembangan prototipe II.

2. Prototipe II
Pada tahap ini konsultasi dilakukan dengan pakar atau ahli (expert review) untuk mendapatkan e-modul berbasis problem based learning yang valid.
Aspek yang divalidasi meliputi aspek konstruk, aspek isi, aspek kegrafikaan, dan aspek kebahasaan. Selanjutnya dilakukan evaluasi one-to-one, yaitu dengan
meminta tiga siswa yang memiliki tingkat hasil belajar yang berbeda (tinggi, sedang, dan rendah) untuk memberikan komentarnya terhadap e-modul berbasis
pembelajaran berbasis masalah yang telah dibuat. dirancang.

3. Prototipe III
Prototipe III dievaluasi dengan menggunakan evaluasi kelompok kecil, yaitu evaluasi terhadap enam siswa yang memiliki hasil belajar berbeda (tinggi,
sedang, dan rendah). Evaluasi kelompok kecil ini dilakukan untuk mengetahui kepraktisan produk yang telah dirancang.

4. Prototipe IV
Prototipe IV merupakan hasil revisi dari prototipe III. Prototipe IV akan dilanjutkan ke tahap penilaian dengan melakukan
uji coba kelompok besar (uji lapangan).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Penelitian

Hasil yang diperoleh dari tahapan penelitian digunakan sebagai pedoman pengembangan e-modul berbasis problem based learning pada
materi sistem pernapasan dan sistem ekskresi. E-modul dibuat dengan menggunakan program Adobe Flash Professional CS6. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap pengembangan ini adalah sebagai berikut.

2944 *Penulis Korespondensi: Irdawati Volume 05 Edisi 08 Agustus


2022 Tersedia di:
ijcsrr.org Halaman No.-2942
Machine Translated oleh
Mesin Diterjemahkan by Google
Google

Jurnal Internasional Penelitian dan Peninjauan Sains Saat Ini


ISSN: 2581-8341

Volume 05 Edisi 08 Agustus 2022


DOI: 10.47191/ijcsrr/V5-i8-16, Faktor Dampak: 5.995

IJCSRR @ 2022 www.ijcsrr.org

1) Tahap Pengembangan dan Prototyping a.


Hasil Pengembangan Prototipe I Pada
pengembangan prototipe I diawali dengan perancangan storyboard. Pada tahap ini diawali dengan merancang sistematika penyajian materi
dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai terbagi dalam beberapa kegiatan pembelajaran dan berpedoman pada KD 3.9 dan KD 3.10. Setelah itu
dilanjutkan dengan pembuatan produk dengan menggunakan Adobe Flash Professional CS6
program.

Gambar 1. Tampilan Sampul E-Modul Berbasis Problem Based Learning

B. Hasil Pengembangan Prototipe II E


modul berbasis problem based learning yang telah dievaluasi sendiri pada prototipe I kemudian diuji validitasnya dengan pakar (expert review).
Tinjauan ahli (expert review) dilakukan berdasarkan penilaian aspek konstruk, aspek isi, aspek grafis, dan aspek bahasa. Evaluasi formatif yang digunakan
adalah lembar validasi e-modul berbasis problem based learning.
Pakar memvalidasi e-modul berbasis pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan oleh empat dosen sebagai validator. Hasil validitas e-modul
berbasis problem based learning dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Validitas E-modul Berdasarkan Problem Based Learning No Aspek


Penilaian Aspek Nilai Validitas (%) Kriteria
1 Konstruksi Aspek Isi 81,25 Sangat Valid
2 Aspek Grafis 85,42 Sangat Valid
3 Aspek Bahasa 85 Sangat Valid
4 93,75 Sangat Valid
Total 345,42
Sangat Valid
Rata-rata 86,35

Tabel 2 menunjukkan bahwa persyaratan untuk memenuhi kriteria validitas e-modul pembelajaran berbasis masalah telah terpenuhi.
Hal ini terlihat dari nilai rata-rata keseluruhan validitas e-modul berbasis problem based learning sebesar 86,35% dengan kriteria sangat valid. Oleh karena
itu, e-modul berbasis problem based learning pada materi sistem pernapasan dan ekskresi yang dikembangkan dapat digunakan untuk tahap selanjutnya.

Setelah dilakukan proses revisi dari review ahli tahap atau penilaian validasi oleh ahli dosen, dalam pengembangan prototipe tahap II juga
dilakukan evaluasi one-to-one oleh tiga mahasiswa dengan tingkat hasil belajar yang berbeda yaitu tinggi, sedang. , dan rendah. Berdasarkanhasil
evaluasi satu-ke-satu dengan siswa, diketahui bahwa modul berbasis masalah didasarkan pada materi sistem ekskresi yang dikembangkan. Materi yang
disajikan dalam e-modul sudah lengkap dan jelas

2945 *Penulis Korespondensi: Irdawati Volume 05 Edisi 08 Agustus


2022 Tersedia di:
ijcsrr.org Halaman No.-2942
Machine Translated oleh
Mesin Diterjemahkan by Google
Google

Jurnal Internasional Penelitian dan Peninjauan Sains Saat Ini


ISSN: 2581-8341

Volume 05 Edisi 08 Agustus 2022


DOI: 10.47191/ijcsrr/V5-i8-16, Faktor Dampak: 5.995
IJCSRR @ 2022 www.ijcsrr.org

membantu dalam proses pembelajaran. Bahasanya sesuai dengan PUEBI dan mudah dimengerti. Tampilan e-modul ini sangat menarik sehingga siswa
bersemangat untuk belajar.

C. Hasil Pengembangan Prototipe III


Selanjutnya dilakukan uji kepraktisan oleh kelompok kecil (small group). Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap enam siswa dengan hasil belajar
yang berbeda yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Uji kepraktisan oleh kelompok kecil bertujuan untuk melihat kepraktisan e-modul berbasis materi pembelajaran
berbasis masalah pada sistem pernapasan dan sistem ekskresi. Hasil praktikum pada kelompok kecil dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Kepraktisan Kelompok Kecil


No Aspek Penilaian Rata-rata (%) Kriteria
1 89,29
Kemudahan penggunaan
Sangat praktis
2 87,50
Efisiensi waktu belajar Sangat praktis
3 Keuntungan 89,88 Sangat praktis
Total 266,67
Sangat praktis
Rata-rata 88,89

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji kepraktisan pada kelompok kecil rata-rata keseluruhan sebesar 88,89% dengan campuran sangat praktis.
Hal ini menunjukkan bahwa e-modul berbasis pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan dapat digunakan dan sangat praktis untuk digunakan
selama proses pembelajaran. Sehingga dapat dilanjutkan ke tahap penilaian dengan melakukan uji coba kelompok besar (field test).

D. Hasil Pengembangan Prototipe IV


Prototipe IV sama dengan prototipe III. Hal ini dikarenakan pada tahap uji praktik pada kelompok kecil tidak ada revisi dan hasil uji praktik menunjukkan
bahwa e-modul berbasis pembelajaran berbasis masalah praktis sehingga dapat digunakan untuk tahap uji coba kelompok besar (lapangan). tes).

2) Tahap Penilaian Hasil


Tahap penilaian adalah data yang diperoleh dari hasil uji coba e-modul praktikum berbasis problem based learning untuk siswa pada kelompok uji
besar dan uji kepraktisan untuk guru. Selain itu juga diperoleh data uji keefektifan yang meliputi data keterampilan berpikir kognitif, afektif, psikomotorik, dan
kreatif.

A. Uji Kepraktisan oleh Siswa dalam Kelompok Besar (Tes Lapangan)


Rata-rata hasil analisis uji kepraktisan e-modul berbasis problem based learning oleh siswa dapat
terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Kepraktisan pada Kelompok Besar (Uji Lapangan)


No Aspek Penilaian Kemudahan Rata-rata (%) Kriteria
1 penggunaan 89,50 Sangat praktis
2 88,64
Efisiensi waktu belajar Sangat praktis
3 Keuntungan 89,61 Sangat praktis
Total 267,75
Sangat praktis
Rata-rata 89,25

Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil praktikum e-modul berbasis pembelajaran berbasis masalah oleh mahasiswa dalam kelompok besar (tes lapangan)
rata-rata keseluruhan 89,25% dengan fitur sangat praktis.

B. Uji Praktikum E-modul Berbasis Problem Based Learning oleh Guru Hasil analisis data
e-modul praktis berbasis problem-based learning oleh guru dapat dilihat pada Tabel 5.

2946 *Penulis Korespondensi: Irdawati Volume 05 Edisi 08 Agustus


2022 Tersedia di:
ijcsrr.org Halaman No.-2942
Machine Translated oleh
Mesin Diterjemahkan by Google
Google

Jurnal Internasional Penelitian dan Peninjauan Sains Saat Ini


ISSN: 2581-8341

Volume 05 Edisi 08 Agustus 2022


DOI: 10.47191/ijcsrr/V5-i8-16, Faktor Dampak: 5.995

IJCSRR @ 2022 www.ijcsrr.org

Tabel 5. Hasil Uji Praktikum E-modul Berbasis PBL Rata-Rata Guru (%) 89,29
No Aspek Penilaian 1 87,50 95,83 Kriteria

Kemudahan penggunaan 272,62 Sangat praktis


2 90,87
Efisiensi waktu belajar Sangat praktis
3 Keuntungan Sangat praktis
Total
Sangat praktis
Rata-rata

Data pada Tabel 26, menunjukkan bahwa hasil kepraktisan e-modul berbasis problem based learning oleh guru
rata-rata keseluruhan 90,87% dengan fitur sangat praktis.

C. Hasil Uji Keefektifan E-modul Berbasis Problem Based Learning


Data keefektifan diperoleh dengan menilai kompetensi belajar siswa yang meliputi kompetensi kognitif
(pengetahuan), kompetensi afektif (sikap), kompetensi psikomotorik (keterampilan), dan keterampilan berpikir kreatif.

1. Penilaian Kompetensi Kognitif (Pengetahuan)


Hasil rata-rata analisis nilai kompetensi kognitif selama siswa proses pembelajaran dapat dilihat pada
Tabel 6.

Tabel 6 Hasil Rata-Rata Nilai Minimal Kompetensi Kognitif


Tidak ada kelas Nilai maksimum Jumlah Rata-rata
1 percobaan 68 96 2804 84,97
2 Kontrol 60 96 2556 79,88

Pada Tabel 6 terlihat bahwa rata-rata nilai kompetensi kognitif kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol.
Kelas eksperimen merupakan kelas yang diberikan perlakuan berupa penggunaan e-modul berbasis problem based learning, sedangkan kelas kontrol
tanpa perlakuan. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 84,97 dengan menggunakan e-modul berbasis problem based learning, sedangkan nilai rata
rata-rata kelas kontrol sebesar 79,88 menggunakan e-modul berbasis problem based learning. Hasil uji hipotesis (Uji-t) diketahui bahwa nilai signifikansi
kompetensi kognitif siswa adalah 0,021. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,021 < 0,05 yang berarti H1 diterima.

2. Penilaian Kompetensi Afektif (Sikap)


Hasil rata-rata analisis nilai vitamin afektif siswa selama proses pembelajaran dapat dilihat pada
Tabel 7.

Tabel 7 Rata-Rata Hasil Analisis Kompetensi Afektif No Kelas


Jumlah Rata-rata Kriteria
1 percobaan 2787,50 84,47 Sangat bagus
2 Kontrol 2552,08 79,75 Bagus

Pada Tabel 7 diketahui bahwa nilai rata-rata kompetensi afektif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hasil rata-rata
nilai kelas eksperimen adalah 84,47 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 79,75. Hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa nilai signifikansi
penilaian kompetensi afektif siswa adalah 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,002 < 0,05 yang berarti H1 diterima.

3. Kompetensi Psikomotor (Keterampilan)


Hasil rata-rata analisis kebutuhan psikomotor siswa selama proses pembelajaran dapat dilihat pada Tabel
8.

2947 *Penulis Korespondensi: Irdawati Volume 05 Edisi 08 Agustus


2022 Tersedia di:
ijcsrr.org Halaman No.-2942
Machine Translated oleh
Mesin Diterjemahkan by Google
Google

Jurnal Internasional Penelitian dan Peninjauan Sains Saat Ini

ISSN: 2581-8341

Volume 05 Edisi 08 Agustus 2022


DOI: 10.47191/ijcsrr/V5-i8-16, Faktor Dampak: 5.995

IJCSRR @ 2022 www.ijcsrr.org

Tabel 8. Rata-Rata Hasil Analisis Kompetensi Psikomotor No Kelas


Jumlah Rata-rata Kriteria
1 percobaan 2730,56 82,74 Sangat bagus
2 Kontrol 2536,11 79,25 Bagus

Pada Tabel 8 terlihat bahwa rata-rata nilai kompetensi psikomotor siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hasil rata
rata-rata nilai kelas eksperimen adalah 82,74 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 79,25. Hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa nilai signifikansi
penilaian kompetensi psikomotor siswa adalah 0,035. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,035 < 0,05 yang berarti H1 diterima.

4. Keterampilan Berpikir Kreatif


Hasil rata-rata nilai keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil Rata-Rata Nilai Minimal Keterampilan Berpikir


Tidak ada kelas Kreatif Nilai maksimum Jumlah Rata-rata
1 percobaan 40 95 2450 74,24
2 Kontrol 20 95 1900 59,38

Pada Tabel 9 terlihat bahwa rata-rata nilai keterampilan berpikir kreatif pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata
rata pada kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 74,24, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 59,38. Hasil uji hipotesis (Uji-t)
diketahui bahwa nilai signifikansi keterampilan berpikir kreatif siswa adalah 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,001 < 0,05 yang berarti
H1 diterima.

3.2 Diskusi

Hasil analisis data validasi menunjukkan bahwa e-modul berbasis problem based learning memiliki nilai validitas sebesar 86,35% dengan
kriteria sangat valid. Analisis data lembar penilaian kevalidan e-modul berbasis problem based learning yang dikembangkan ditinjau dari aspek konstruk,
aspek isi, aspek kegrafikaan, dan aspek kebahasaan. Menurut Arikunto (2013), jika data yang dihasilkan dari suatu produk valid maka dapat dikatakan
bahwa produk yang dikembangkan telah memberikan gambaran tentang tujuan pengembangan secara benar dan sesuai dengan kenyataan dan
keadaan.
Hasil validitas e-modul berbasis problem based learning pada aspek konstruksi adalah 81,25% dengan kriteria sangat valid. Berdasarkan
fitur pada aspek konstruksi diketahui bahwa e-modul yang dikembangkan adalah e-modul berbasis pembelajaran berbasis masalah, e-modul dapat
dioperasikan dengan baik, petunjuk penggunaan sudah benar, dan substansi dari materi dijelaskan secara berurutan (sistematis) disesuaikan dengan
konsep, dan e-modul dapat memfasilitasi peningkatan hasil belajar dan melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Lembar kegiatan pembelajaran
dalam e-modul disajikan secara sistematis dan sesuai dengan tahapan model pembelajaran berbasis masalah. Lembar kegiatan pada e-modul terdiri
dari tahapan mengorientasikan siswa pada masalah dengan menyajikan wacana yang telah disesuaikan dengan topik materi. Menurut Saidah, dkk.,
(2014), permasalahan yang disajikan menimbulkan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran.

Hasil validitas e-modul berbasis problem based learning pada aspek isi sebesar 85,42% dengan kriteria sangat valid. E-modul berbasis
problem based learning dengan kriteria sangat valid pada aspek isi karena memenuhi kriteria materi yang disesuaikan dengan indikator pembelajaran
yang diharapkan, memuat konsep penting pada materi sistem pernapasan dan sistem ekskresi, serta konsep yang sulit divisualisasikan dibuat dalam
bentuk gambar dan video. Sejalan dengan penelitian Munawaroh, dkk., (2019) bahwa e-modul yang dikembangkan tidak hanya memuat konsep materi
tetapi juga memuat gambar dan video.
Hasil validitas e-modul berbasis problem based learning aspek kegrafikaan sebesar 85% dengan kriteria sangat valid. E-modul berbasis
problem based learning sangat valid pada aspek grafis karena memenuhi kriteria yaitu gambar dan video yang sesuai dengan penjelasan/konsep
bahan, serta jenis dan ukuran huruf yang tepat sehingga mudah untuk dibaca.
Selain itu, tata letak dan fungsi tombol sudah sesuai dengan materi sistem pernapasan dan ekskresi manusia serta sudah
memiliki desain keseluruhan yang menarik. Dengan demikian aspek grafis diharapkan dapat memperjelas konsep yang masih
abstrak secara utuh dan dapat divisualisasikan, sehingga siswa dapat memahami materi. Pendapat Widyanita., dkk., (2012)
menyatakan bahwa dengan kemudahan membaca tulisan, gambar, desain menarik, dan video pembelajaran yang mengatasi
keterbatasan jarak 2948 *Penulis Sesuai: Irdawati Volume 05 Edisi 08 Agustus 2022 Tersedia di : ijcsrr.org Halaman
No.-2942-2951
Machine Translated oleh
Mesin Diterjemahkan by Google
Google

Jurnal Internasional Penelitian dan Peninjauan Sains Saat Ini


ISSN: 2581-8341

Volume 05 Edisi 08 Agustus 2022


DOI: 10.47191/ijcsrr/V5-i8-16, Faktor Dampak: 5.995
IJCSRR @ 2022 www.ijcsrr.org

dan waktu, pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat, serta video dapat diulang untuk menambah kejelasan. bahan dan mengolah
minat dan hasil belajar siswa.
Hasil validitas e-modul berbasis problem based learning pada aspek kebahasaan sebesar 93,75% dengan kriteria sangat valid. E-modul
pembelajaran berbasis masalah sangat valid pada aspek kebahasaan karena memenuhi kriteria yaitu menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang
baik dan benar, serta menggunakan bahasa yang komunikatif, lugas, dan sederhana sehingga mudah dipahami. Senada dengan pendapat Hamdani (2011)
bahasa merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar dan bahasa yang digunakan
sederhana dan mudah dipahami.
Penilaian kepraktisan e-modul berbasis problem based learning oleh 33 siswa pada uji kelompok besar (field test) memperoleh skor rata-rata
rata 89,25% dengan kriteria sangat praktis. Aspek praktis meliputi kemudahan penggunaan, efisiensi waktu pembelajaran, dan manfaat.

Hasil kepraktisan e-modul berbasis problem based learning pada aspek kemudahan penggunaan sebesar 89,50% dengan kriteria sangat
praktis. Hal ini menunjukkan bahwa e-modul pembelajaran berbasis masalah mudah digunakan, mudah mengikuti perintah dalam e modul,
tombol navigasi berfungsi dengan baik, mudah memahami petunjuk penggunaan, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, mudah dibaca
jenis dan ukuran font, serta mudah memahami gambar dan video yang disajikan. Gambar yang jelas pada e-modul mendukung gambaran materi yang
terdapat dalam e-modul dan berfungsi untuk memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran (Prastowo, 2014).
Hasil kepraktisan e-modul berbasis problem based learning pada aspek efisiensi waktu sebesar 88,64% dengan fitur sangat praktis.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan e-modul berbasis problem based learning, siswa dapat lebih cepat memahami sistem pernapasan
dan sistem ekskresi, serta menghemat waktu dalam proses pembelajaran siswa di kelas. Sapitri (2017) berpendapat bahwa dengan adanya e-modul,
waktu belajar menjadi lebih efisien dan siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing.

Hasil kepraktisan e-modul berbasis problem based learning pada aspek manfaat sebesar 89,61% dengan kriteria sangat praktis. Hal ini
menunjukkan bahwa e-modul berbasis problem based learning dapat membantu siswa memahami materi pelajaran, membuat pembelajaran menjadi
lebih menyenangkan, tingkatkan semangat belajar dengan tampilan e-modul yang menarik, dan bantu pahami materi melalui gambar
dan video serta animasi. yang dihadirkan untuk membantu memvisualisasikan materi, membuat pembelajaran tidak membosankan
backsound, dan praktis digunakan sebagai sarana dalam proses pembelajaran.
Penilaian kepraktisan e-modul berbasis problem based learning oleh guru mendapatkan nilai rata-rata 90,87% dengan kriteria sangat
praktis. Aspek praktisnya adalah kemudahan penggunaan, efisiensi waktu pembelajaran, dan manfaat. Semua aspek tersebut telah memenuhi
fitur kepraktisan untuk mencapai kepraktisan modul elektronik berbasis pembelajaran berbasis masalah bagi guru. Berdasarkan hal tersebut
dapat diartikan bahwa uji kepraktisan e-modul guru berbasis problem based learning sangat praktis untuk digunakan dalam kegiatan proses
pembelajaran. Menurut Plomp dan Nieveen (2013), yang dimaksud dengan kategori praktis adalah produk yang dikembangkan dapat digunakan,
dapat digunakan, mudah digunakan, dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan terhadap nilai kompetensi kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar kognitif kedua kelas. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan e-modul berbasis masalah
pembelajaran dalam proses pembelajaran berdampak positif terhadap hasil belajar kompetensi kognitif siswa. Menurut Aryawan, et.al., (2018) bahwa e
modul interaktif dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.

Hasil uji Mann-Whitney yang dilakukan terhadap nilai kompetensi afektif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar afektif kedua kelas. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan e-modul berbasis problem based learning
dalam proses pembelajaran berdampak positif terhadap hasil belajar kompetensi afektif peserta didik. Senada dengan Aziz, dkk., (2014)
menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah salah satunya adalah model pembelajaran berbasis masalah yang dapat dibuat
siswa berpartisipasi dalam pembelajaran mandiri untuk memecahkan masalah dan mampu bekerja dengan baik. bersama.

Hasil uji Mann-Whitney yang dilakukan terhadap nilai kompetensi psikomotorik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar psikomotorik yang signifikan pada kedua kelas. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan e-modul berbasis
pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran berdampak positif terhadap hasil belajar kompetensi psikomotor siswa. Hal ini dikarenakan
proses pembelajaran yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah berbasis e-modul memandu dan mengarahkan siswa dalam melaksanakan
tugas diskusi sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan psikomotoriknya. Israfiddin, dkk.,

2949 *Penulis Korespondensi: Irdawati Volume 05 Edisi 08 Agustus


2022 Tersedia di:
ijcsrr.org Halaman No.-2942
Machine Translated oleh
Mesin Diterjemahkan by Google
Google

Jurnal Internasional Penelitian dan Peninjauan Sains Saat Ini


ISSN: 2581-8341

Volume 05 Edisi 08 Agustus 2022


DOI: 10.47191/ijcsrr/V5-i8-16, Faktor Dampak: 5.995

IJCSRR @ 2022 www.ijcsrr.org

(2016) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat merangsang kemampuan komunikasi siswa sehingga siswa lebih aktif dan
antusias dalam menghadapi pelajaran.
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan terhadap nilai keterampilan berpikir kreatif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar berpikir kreatif yang signifikan antara kedua kelas. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan e-modul berbasis
pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran berdampak positif terhadap hasil belajar berpikir kreatif siswa. Menurut Purnamaningrum (2012),
Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan memaparkan siswa pada masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari
agar siswa dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri dalam memecahkan masalah dan mencari berbagai macam pemecahannya, serta
mendorong siswa untuk berpikir kreatif.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut.


1) e-modul berbasis problem based learning memiliki nilai validitas 86,35% dengan campuran sangat valid dari segi konstruk, isi,
grafis, dan aspek bahasa.
2) e-modul berbasis problem based learning memiliki nilai kepraktisan sebesar 90,87% oleh guru dan 89,25% oleh siswa dengan nilai kepraktisan sangat tinggi.
fitur dalam hal kemudahan penggunaan, efisiensi waktu pembelajaran, dan manfaat.
3) e-modul berbasis problem based learning memiliki keefektifan dengan kriteria sangat efektif ditinjau dari penilaian kompetensi kognitif, afektif,
psikomotorik, dan berpikir kreatif siswa. Hasil penilaian kompetensi kognitif, afektif, psikomotor, dan berpikir kreatif menunjukkan bahwa rata-rata
skor siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan e-modul berbasis
pembelajaran berbasis masalah terhadap kompetensi kognitif, afektif, psikomotor, dan dapat melatih kemampuan berpikir kreatif siswa.

REFERENSI

1. Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi ke-2). Jakarta: Bumi Literasi.
2. Aryawan, dkk. 2018. Pengembangan E-Modul Interaktif IPS di SMPN 1 Singaraja. Undiksha Edutech
Jurnal, 6(2), 180-191.
3. Aziz, MS, Zain, AN, Samsudin, MA, Saleh, SB 2014. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Self Directed Learning Di
Kalangan Sarjana Fisika. Jurnal Internasional Penelitian Akademik dalam Pendidikan dan Pembangunan Progresif, 3(1), 126-137.

4. Darmawan, D. 2012. Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktik Teknologi Multimedia dan Pembelajaran Berani. Bandung:
PT Pemuda Rosdakarya.
5. Kementerian Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
6. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
7. Israfiddin., Gani, A., Saminan. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Gerak di SMP Negeri 2 Delima. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 4(2), 36-44.

8. Mardiana., Irawati, MH, Sueb. 2016. Pembelajaran Berbasis Masalah Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Kognitif dan Sikap Peduli
Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional II. Malang: Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang,
156–167.

9. Munawaroh, S., Rara, S., Muktiningsih, N., Kurniadewi, F. 2019. Pengembangan E-Modul Biokimia Pada Materi Metabolisme Karbohidrat Bagi
Mahasiswa Program Studi Kimia. Jurnal Tadris Kimiya, 4(1), 69-77.
10. Nurmayanti, F., Bakri, F., and Budi, E. 2015. Pengembangan Modul Fisika Elektronik dengan Strategi PDEODE pada Teori Kinetik Gas untuk
Siswa Kelas XI SMA. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015), Bandung: 8–9 Juni 2015, 337-340.

11. Plomp, T., Nieveen, N., 2013. Penelitian Desain Pendidikan. Belanda: Institut Kurikulum Belanda
Pengembangan (SLO).
12. Prastowo, A. 2014. Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Kelompok.

2950 *Penulis Korespondensi: Irdawati Volume 05 Edisi 08 Agustus


2022 Tersedia di:
ijcsrr.org Halaman No.-2942
Machine Translated oleh
Mesin Diterjemahkan by Google
Google

Jurnal Internasional Penelitian dan Peninjauan Sains Saat Ini


ISSN: 2581-8341

Volume 05 Edisi 08 Agustus 2022


DOI: 10.47191/ijcsrr/V5-i8-16, Faktor Dampak: 5.995
IJCSRR @ 2022 www.ijcsrr.org

13. Purnamaningrum, A., Sri, D., Riezky, MP, Noviawati. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Problem Based
Learning (PBL) Pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X-10 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal
Pendidikan Biologi, 4(3), 39-51.
14. Puspridayanti, VS, Agus, W., Saida, U. 2018. Pengembangan E-Modul Mata Pelajaran Biologi Kelas XI Semester II
Materi Sistem Pernapasan Manusia di SMA Negeri 1 Karangan Trenggalek. JINOTEP, 4(2), 56-62.
15. Rizki, SK, Agung, O., Triana, A. 2020. Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Pembelajaran Berbasis Masalah Terpadu Pada
Materi Nilai Karakter Pada Materi Sistem Pencernaan Manusia Kelas XI SMA Negeri 5 Metro. Jurnal Bioedukasi Pendidikan Biologi,
11(1), 33-42.
16. Saidah, N., Parmin., Novi, RD 2014. Pengembangan LKS IPA Terpadu Berbasis Problem Based Learning Melalui Lesson Study
Tema Ekosistem dan Pelestarian Lingkungan. Jurnal Pendidikan Sains Unnes, 3(2), 549-556.
17. Sapitri, D., Ardi., Irma, L. 2017. Pengembangan Modul Berbasis Pendekatan Saintifik Disertai Glosarium
Materi Sistem Ekskresi Manusia untuk Siswa Kelas VIII. Jurnal Biosains, 1(2), 183-190.
18. Suarsana, IM, Mahayukti, GA 2013. Pengembangan E-Modul Berorientasi Problem Solving Untuk Meningkatkan Daya Kritis Siswa
Kemampuan berpikir. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia), 2(2), 264-275.
19. Suwasono. (2013). Pengembangan E-Modul Online Elektronika Analog dalam Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Teknologi
dan Kejuruan, 36(1), 51-62.
20. Swestyani, S., Masyuri, M., & Prayitno, BA 2014. Pengembangan Modul IPA Berbasis Creative Problem Solving (CPS) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Pemanasan Global. Jurnal Pembelajaran Biologi, 6(2), 36-41.

21. Widiyarti, dkk. 2018. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
dan Kemerdekaan. Jurnal Wahana Pendidikan, 5(2), 1-9.
22. Widyanita, A., Budiono, JD, Pratiwi, PR 2012. Pengembangan Media E-Book Interaktif Struktur dan Fungsi
Jaringan Organ Tumbuhan. BioEdu, 1(3), 45-50.

Mengutip artikel ini: Desi Sakinah Tinendung, Irdawati (2022). Pengembangan E-Modul Berbasis Problem Based Learning
Menggunakan Adobe Flash Professional CS6 Pada Materi Sistem Pernapasan Dan Ekskresi Manusia Untuk Siswa Kelas VIII SMPN
25 Padang. International Journal of Current Science Research and Review, 5(8), 2942-2951

2951 *Penulis Korespondensi: Irdawati Volume 05 Edisi 08 Agustus


2022 Tersedia di:
ijcsrr.org Halaman No.-2942

Anda mungkin juga menyukai