Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TUGAS VIKTIMOLOGI
“Undang-Undang No 23 Tahun 2004
Tentang
PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA”

Disusun Oleh Kelompok 6 :

1. Agusta Serlinda Bria Lo,o 202074201008


2. Aramdhani rahmat ilmawan 202074201044
3. Alda 2020742010

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kami kemudahan dalam meyelesaikan makalah tepat
waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, kami tidak mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang diperuntukan guna
memenuhi tugas dari mata kuliah viktimologi. Kami berharap makalah ini
dapat menjadi bahan referensi bagi para pembaca agar dapat menjadi
bahan literasi yang menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Kami penulis menyadari bahwa makalah ini masih perlu banyak
penyempurnaan bila ada kesalahan dan kekurangan. Kami terbuka
terhadap kritikan dan saran pembaca agara makalah ini dapat lebih baik.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten. Kami mohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan selaku penulis. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat terima kasih.

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

KDRT adalah persoalan yang rumit untuk dipecahkan.pelaku KDRT benar-


benar tidak menyadari bahwa apa yang telah dialkukan adalah merupakan
KDRT atau, bisa jadi pula pelaku menyadari bvahwa perbuatan yang dilakukan
merupakan tindak KDRT. Hanya saja ia mengabaikannya lantaran berlindung
diri dibawah norma-norma tertentu yang telah mapan dalam masyarakat
sehingga menganggap perbuatan KDRT sebai hal yang wajar dan pribadi.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan


Dalam Rumah Tangga, mempunyai tujuan agar dapat men-cegah dan
menanggulangi adanya tindak kekerasan dalam rumah tangga, dan dalam
upaya penegakan hukum sebagaimana asas-asas yang terkandung dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Peng-hapusan Kekerasan
Dalam RumahTangga, yaitu penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia,
keadilan dan kesetaraan gender, non-diskriminasi, dan perlindungan korban.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan


Kekerasan Dalam Rumah Tangga, telah membawa dampak secara luas
terhadap perlindungan hukum bagi korban kekerasan yang terjadi di lingkungan
keluarga danrumah tangga secara khusus dan di lingkungan masyarakat
secara umum.1

1
Artikel skripsi.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Keduduan Saksi Dan Korban Dalam
Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Letak Kedudukan Saksi Dan Korban Dalam
Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga

4
BAB II

PEMBAHASAN

 Pasal-Pasal Yang Berkaitan Dengan Saksi Dan Korban Dalam


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tantang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Pasal 18

Kepolisisan wajib memberikan keterangan kepada korban tentang hak


korban untuk mendapat pelayanan dan pendampingan.

Pasal 21

(1) Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban, tenaga


kesehatan harus :
a. Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar
profesinya
b. Membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan terhadap korban
dan Visum et repertum atas permintaan penyidik kepolisisan
atau surat keterangan medis yang memiliki keuatan hukum
yang sama sebagai alat bukti.
(2) Pelayanan kesehatan sebagai mana dimaksud pada ayat (1)
dilakuakan di saran kesehatan milik pemeritah, pemerintahan daerah
atau masyarakat.

Pasal 23

Dalam memberikan pelayanan, relawan pendamping dapat :

a. Menginformasikan kepada korban akan haknya untuk mendapatkan


seorang atau bebrapa orang pendamping
b. Mendampingi korban ditingkat penyidikan, penuntut atau tingkat
pemeriksaan pengadilan dengan membimbing korban untuk secara

5
objektif dan lengkap memeparkan kekerasan dalam rumah tangga yang
dialaminya
c. Mendengarkan secara empati segala penuturan korban sehingga korban
merasa aman didampingi dan;
d. Memebrikan dengan aktif pengaturan secara psikologis dan fisik kepada
korban.

Pasal 24

Dalam memberikan pelayanan pendamping rohani harus membverikan


penjelasan menganai hak, kewajiban, dan memberikan penguatan iman dan
taqwa kepada korban.

Pasal 26

(1) Korban berhak melaporkan secara langsung kekerasan dalam rumah


tangga kepada polisi baik ditempat korban berada maupun ditempatr
kejadian perkara
(2) Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk
melaporan kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak kepolisisan
baik ditempat maupun ditempat kejadian perkara

Pasal 29

Permohonan untuk memperolerh surat perintah perlindungan dapat diajukan


oleh;

a. Korban atau keluarag korban


b. Teman korban
c. Kepolisian
d. Relawan pendamping atau
e. Pendamping rohani

6
Pasal 30

(1) Permohonan perintah perlindungan disampaikan dalam bentuk lisan atau


tulisan
(2) Dalam hal permohonan diajukan secara lisan, panitera pengadilan negeri
sempat wajib mencatat permohonan tersebut
(3) Dalam hal permohonan perintah perlindungan diajukan oleh
keluarga,teman korban,kepolisian,relawan pendamping, atau
pembimbing rohani maka korban harus memeberikan persetujuan
(4) Dalam keadan tertentu, termohonan dapat diajukan tanpa persetujuan
korban.
2

2
Learning.hukumonline.com

7
 Perlindungan Dan Kedudukan Korban Dalam Tindak Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2004

1. Perlindungan Terhadap Korban


Pasal 16
(1) Dalam waktu 1x24 (satu kali dua puluh empat ) jam terhitung sejak
mengetahui atau menerima laporan kekerasan dalam rumah tangg,
kepolisian wajib segera memberikan perlindungan sementara pada
korban
(2) Perlindungamn sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan paling lama 7 (tujuh) hari sejak korban diterima atau
ditangani
(3) Dalam waktu 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak
pemberian perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Kepolisian wajib memintah surat penetapan perintah perlindungan
dari pengadilan.

2. Kedudukan Korban Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2004


Setiap warga berhak untuk memiliki rasa aman,berhak atas
perlindungan dan perlakukan hukum yang sama dan adil dalam tanpa
diskriminasi. Kekerasan dalam rumah tangga adalahsuatu tundakan
yang melanggar dan bertentangandengan hukum dan norma-norma
yang berlaku dimasyarakat. Kekerasan dalam rumah tangga adalahsalah
satu pelanggaran harkat dan martabat kemanusiaan dan terhadap
pelaku harus diberikan saksi yang sesuai dengan kesalahannya, dan
terhadap korban juga harus mendapatkan perlindungan hukum.
3

 Alasan
3
J.J.von Schmid, Ahli-ahli Pikir Besar.

8
Alasan kami memilih beberapa pasal diatas mengenai hak dan
perlindungan tentang kedudukan saksi dan korban dalam tindak
kekerasan dalam rumah tangga karena menurut kami sendiri pasal-pasal
tersebut diatas sudah memiliki tujuan yang bisa menjamin dan
memberikan perlindungan yang aman terhadap korbanyang mengalami
tindak kekerasan dalam rumah tangga.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa terhadap rumusan masalah diatas. Maka
dapat disimpulkan secara umum masih tingginya jumlah KDRT,
menunjukan tingkat pemahaman terhadap UU No. 23 Tahun 2004
tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga masih belum
dikenal luas,perlindungan hukuim secara normatif telah cukup dalam
undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga tetapi
nyatanya penghapusan sebagia satu kunci dalam undang-undang
tersebut, masih jauh dari memadai.
Maka demikian diperlukan langkah-langkah kongkrit untuik
memberikan perlindungan hukum khusunya kepada para korban
KDRT. Agar masyarakat mengenal substansi undang-undang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Maka diperlukan
pengenalan yang lebih mendalam terhadap aspek-aspek seperti
pengertian KDRT, bentuk-bentuk KDRT,pembuktian kewajiban
masyarakat, hak-hak korban KDRT, bentuk perlindungan atau
pelayanan kepada korban KDRT, dan sanksi Pidana.

10
Daftar pustaka
Nursyahbani Katjasungkana, 2002, Keadilan Untuk
Perempouan Korban Kekerasan, Jurnal Perempuan
Nomor 26, Yayasan Jurnal Perempuan, Jakarta, hlm.
161.
Arif Gosita, 1993, Korban Kejahatan. Akademika
Presindo, Jakarta, hlm. 63.
Repository.uksw.edu

11

Anda mungkin juga menyukai