Anda di halaman 1dari 7

Lex Crimen Vol. V/No.

2/Feb/2016

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN PENDAHULUAN


TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH A. Latar Belakang
TANGGA1 Perlindungan hukum terhadap korban
Oleh: Andrew Lionel Laurika2 kekerasan dalam rumah tangga sangatlah
penting dilakukan mengingat penderitaan fisik
ABSTRAK dan psikis yang dialami oleh korban akibat
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk perbuatan pelaku. Pelaksanaan perlindungan
mengetahui bagaimana perlindungan hukum hukum perlu melibatkan pihak pemerintah,
terhadap korban KDRT menurut UU No 23 masyarakat, lembaga-lembaga sosial, lembaga
Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT dan bantuan hukum untuk memberikan rasa aman
apa kendala-kendala penegakan hukum dalam bagi korban dan bebas dari bentuk ancaman
pelaksanaan perlindungan terhadap korban kekerasan fisik,, maupun psikis selama masa
kekerasan dalam rumah tangga, di mana pemulihan kesehatannya.
dengan menggunakan metode penelitian Tindak pidana kekerasan rumah tangga
hukum normatif disimpulkan bahwa: 1. dapat menimbulkan korban baik akibat
Perlindungan hukum terhadap korban kekerasan fisik, psikis, seksual maupun
kekerasan dalam rumah tangga menurut penelantaran, sehingga diperlukan upaya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang perlindungan terhadap korban, termasuk
Penghapusan Kekerasan dalam rumah tangga pemulihan kesehatan secara fisik dan psikis.
sangat dibutuhkan karena segala bentuk Bagi pelaku kekerasan dalam rumah tangga
kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah diperlukan upaya penegakan hukum dalam
tangga, adalah pelanggaran hak asasi manusia menyelesaikan perkara kekerasan ini melalui
dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan proses peradilan. Kendala-kendala dalam
serta bentuk diskriminasi. Korban kekerasan penyelesaian perkara KDRT perlu diatasi
fisik-psikis, seksual dan penelantaran melalui peran pemerintah dan pemerintah
mengalami penderitaan dan kerugian, sehingga daerah bekerjasama dengan masyarakat agar
perlu dilindungi hak-hak korban untuk pelaksanaan penghapusan kekerasan dalam
memperoleh keadilan. 2. Kendala-Kendala rumah tangga dapat direalisasikan.
Penegakan Hukum Dalam Pelaksanaan
Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan B. Rumusan Masalah
Dalam Rumah Tangga, yaitu: a. Kekerasan 1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap
dalam rumah tangga seringkali tidak dilaporkan korban KDRT menurut UU No 23 Tahun 2004
ke pihak kepolisiaan, karena korbanmerasa tentang Penghapusan KDRT?
malu untuk membuka persoalan rumah tangga 2. Apa kendala-kendala penegakan hukum
kepada pihak lain; b. Apabila perkara sudah ada dalam pelaksanaan perlindungan terhadap
pengaduan seringkali korban menarik kembali korban kekerasan dalam rumah tangga ?
pengaduan dan bermaksud menyelesaikan
perkara secara kekeluargaan; c. Penanganan C. Metode Penelitian
kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga Untuk menyusun Skripsi ini digunakan
belum berjalan sesuai dengan peraturan penelitian hukum normatif.Bahan-bahan
perundang-undangan akibat proses hukum yang telah dikumpulkamdianalisis
pemeriksaan perkara di pihak kepolisianbelum secara kualitatif normatif.
berjalan dengan baik.
Kata kunci: korban, kekerasan dalam rumah PEMBAHASAN
tangga. A. Perlindungan Hukum Terhadap Korban
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
1. Hak-Hak Korban Kekerasan Dalam Rumah
Tangga
Ditinjau secara garis besar maka dapat
1
Artikel skripsi. disebutkan bahwa perlindungan hukum dapat
2
Mahasiswa Fakultas Hukuym Universitas Sam Ratulangi, dibedakan dalam 2 (dua) pengertian yaitu:
Manado; NIM: 120711247.

30
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

1. Perlindungan yang bersifat yuridis 2. Pemulihan Terhadap Korban Kekerasan


yang meliputi perlindungan dalam: Dalam Rumah Tangga
a. Bidang hukum publik; Pemulihan terhadap korban kekerasan
b. Bidang hukum keperdataan; dalam rumah tangga perlu segera dilakukan
2. Perlindungan yang bersifat non mengingat kekerasan dalam rumah tangga
yuridis meliputi; dapat menimbukan penderitaan secara fisik
a. Bidang sosial; dan psikis. Korban kekerasan dalam rumah
b. Bidang kesehatan; tangga dapat mengalami trauma akibat bentuk-
c. Bidang pendidikan.3 bentuk perlakuan yang dialaminya dan akan
mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga, Pasal 1 angka4: Perlindungan adalah Tangga, mengatur pemulihan korban kekerasan
segala upaya yang ditujukan untuk memberikan dalam rumah tangga, sebagaimana dinyatakan
rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh dalam Pasal 39: Untuk kepentingan pemulihan,
pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, korban dapat memperoleh pelayanan dari:
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak a. tenaga kesehatan;
lainnya baik sementara maupun berdasarkan b. pekerja sosial;
penetapan pengadilan. c. relawanpendamping; dan/atau
Pasal 1 angka5: Perlindungan Sementara d. pembimbing rohani.
adalah perlindungan yang langsung diberikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
oleh kepolisian dan/atau lembaga sosial atau Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan
pihak lain, sebelum dikeluarkannya penetapan dan Kerja Sama Pemulihan Korban Kekerasan
perintah perlindungan dari pengadilan. Dalam Rumah Tangga, Pasal 1: Dalam
Pasal 1 angka 3: Korban adalah orang yang Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud
mengalami kekerasan dan/atau ancaman dengan:
kekerasan dalam lingkup rumah tangga. 1. Pemulihan korban adalah segala upaya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 untuk penguatan korban kekerasan
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah dalam rumah tangga agar lebih berdaya,
Tangga, menyatakan perlindungan hak-hak baik secara fisik maupun psikis.
korban, sebagaimana diatur dalam Pasal 10: 2. Penyelenggaraan pemulihan adalah
Korban berhak mendapatkan: segala tindakan yang meliputi pelayanan
a. perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, dan pendampingan kepada korban
kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga kekerasan dalam rumah tangga.
sosial, atau pihak lainnya baik sementara 3. Pendampingan adalah segala tindakan
maupun berdasarkan penetapan perintah berupa konseling, terapi psikologis,
perlindungan dari pengadilan; advokasi, dan bimbingan rohani, guna
b. pelayanan kesehatan sesuai dengan penguatan diri korban kekerasan dalam
kebutuhan medis; rumah tangga untuk menyelesaikan
c. penanganan secara khusus berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.
kerahasiaan korban; 4. Kerjasama adalah cara yang sistematis
d. pendampingan oleh pekerja sosial dan dan terpadu antar penyelenggara
bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemulihan dalam memberikan pelayanan
pemeriksaan sesuai dengan ketentuan untuk memulihkan korban kekerasan
peraturan perundang-undangan; dan dalam rumah tangga.
e. pelayanan bimbingan rohani. 5. Petugas penyelenggara pemulihan
adalah tenaga kesehatan, pekerja sosial,
relawanpendamping, dan/atau
pembimbing rohani.
3
Yahya, Ahmad, Zein, Problematika Hak Asasi Manusia,
Edisi Pertama. Cetakan Pertama, Liberty. Yoyakarta, 2012,
hal. 51.

31
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

6. Menteri adalah menteri yang lingkup B. Kendala-kendala Penegakan Hukum Dalam


tugas dan tanggung jawabnya di bidang Melaksanakan Perlindungan Terhadap
pemberdayaan perempuan.4 Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Fenomena kekerasan dalam rumah tangga
Guna menunjang pelaksanaan tersebut, (KDRT) yang terus meningkat akhir-akhir ini
perlu pengaturan mengenai penyelenggaraan terjadi karena berbagai faktor, diantaranya:
dan kerja sama pemulihan korban dengan 1. Masih rendahnya kesadaran untuk berani
menentukan tugas dan fungsi masing-masing melapor dikarenakan masyarakat sendiri
dan kewajiban serta tanggung jawab tenaga enggan melaporkan permasalahan dalam
kesehatan, pekerja sosial, pembimbing rohani rumah tangganya. Masyarakat ataupun
dan relawanpendamping. Untuk lebih pihak yang terkait dengan KDRT, baru
mengefektifkan pelayanan terpadu, maka benar-benar bertindak jika kasus KDRT
dalam peraturan ini dibentuk forum koordinasi sampai menyebabkan korban, baik fisik
yang akan mengkoordinasikan antar petugas yang parah maupun kematian, itupun jika
pelayanan, sekaligus menyusun rencana diliput oleh media massa;
program bagi peningkatan upaya pemulihan 2. Pihak terkait yang kurang
korban kekerasan dalam rumah tangga. Forum mensosialisasikan tentang kekerasan
koordinasi tersebut dibentuk di pusat dan di dalam rumah tangga, sehingga data
daerah. Menteri membentuk forum koordinasi kasus tentang KDRT pun banyak
di tingkat pusat, sedangkan di daerah dibentuk dikesampingkan ataupun dianggap
oleh Gubernur.5 masalah yang sepele;
Penyelenggaraan kerja sama pemulihan 3. Banyak kasus KDRT yang tidak tertangani
korban kekerasan dalam rumah tangga secara langsung dari pihak yang berwajib,
diarahkan pada pulihnya kondisi korban seperti bahkan kasus-kasus KDRT yang kecil pun
semula baik fisik maupun psikis dalam waktu lebih banyak dipandang sebelah mata
yang tidak terlalu lama, sehingga korban dapat daripada kasus-kasus lainnya;
menjalankan aktivitasnya sehari-hari dan dapat 4. Faktor budaya. Masyarakat yang
hidup di tengah masyarakat seperti semula. patriarkis ditandai dengan pembagian
Oleh karena itu, pelayanan harus dilaksanakan kekuasaan yang sangat jelas antara laki-
semaksimal mungkin segera setelah adanya laki dan perempuan dimana laki-laki
pengaduan atau pelaporan dari korban untuk mendominasi perempuan. Selain itu juga
memperoleh pelayanan bagi pemulihan kondisi pandangan bahwa cara yang digunakan
korban kekerasan dalam rumah tangga. Dengan orang tua untuk memperlakukan anak-
demikian, upaya penyelenggaraan pemulihan anaknya, atau cara suami
korban kekerasan dalam rumah tangga pada memperlakukan istrinya, sepenuhnya
dasarnya bertujuan menjamin terlaksananya urusan mereka sendiri yang mana tidak
kemudahan pelayanan korban kekerasan dalam boleh dicampuri oleh pihak lain,
rumah tangga, menjamin efektivitas dan termasuk aparat penegak hukum;
efisiensi bagi proses pemulihan korban 5. Faktor Domestik. Adanya anggapan
kekerasan dalam rumah tangga dan terciptanya bahwa aib keluarga jangan sampai
kerja sama dan koordinasi yang baik dalam diketahui oleh orang lain. Hal ini
pemulihan korban kekerasan dalam rumah menyebabkan munculnya perasaan malu
tangga antar instansi, antar petugas pelaksana, karena akan dianggap oleh lingkungan
dan antar lembaga terkait lainnya.6 tidak mampu mengurus rumah tangga.
Jadi rasa malu mengalahkan rasa sakit
hati, masalah domestik dalam keluarga
bukan untuk diketahui oleh orang lain
4
sehingga hal ini dapat berdampak
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerja Sama
semakin menguatnya kasus KDRT;
Pemulihan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 6. Lingkungan. Kurang tanggapnya
5
Ibid. lingkungan atau keluarga terdekat untuk
6
Ibid.

32
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

merespon apa yang terjadi, hal ini dapat 4. Keterlambatan laporan dari korban atas
menjadi tekanan tersendiri bagi korban. terjadinya kasus kekerasan dalam
Karena bisa saja korban beranggapan rumah tangga akan berpengaruh
bahwa apa yang dialaminya bukanlah hal terhadap tingkat kesukaran penyidik
yang penting karena tidak direspon dalam melakukan proses penyidikan,
lingkungan. Hal ini akan melemahkan terutama pengumpulan saksi barang
keyakinan dan keberanian korban untuk bukti.9
melaporkan kasusnya kepada pihak
berwajib.7 UU No 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Hambatan dalam penanganan Tangga,Pasal 51: Tindak pidana kekerasan fisik
kekerasan dalam rumah tangga dimulai pada sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4)
saat penyidikan. Penyidik Polisi (Polri) merupakan delik aduan. Pasal 52: Tindak
menghadapi kendala karena masih kuatnya pidana kekerasan psikis sebagaimana dimaksud
anggapan masyarakat bahwa kekerasan dalam dalam Pasal 45 ayat (2) merupakan delik
rumah tangga adalah persoalan pribadi atau aduan.Pasal 53: Tindak pidana kekerasan
persoalan rumah tangga, sehingga tidak layak seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
dicampuri oleh orang lain atau polisi. yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau
Perempuan (istri) karena memiliki perasaan sebaliknya merupakan delik aduan.
hati nurani yang lembut dan kentalnya adat dan Untuk mewujudkan prinsip-prinsip negara
budaya Timur, menjadi tidak tega memberi hukum, diperlukan baik norma-norma hukum,
balasan kepada suami atau mantan suami atau peraturan perundang-undangan, juga
dengan melaporkan perbuatannya kepada aparatur pengemban dan penegak hukum yang
polisi, meskipun telah menyakiti dan professional, berintegritas, dan disiplin yang
menyiksanya baik secara fisik maupun psikis.8 didukung oleh sarana dan prasarana hukum
Pada umumnya fenomena kasus kekerasan serta perilaku hukum masyarakat. Oleh karena
dalam rumah tangga mempunyai spesifikasi itu, idealnya setiap negara hukum, termasuk
sendiri, antara lain sebagai berikut: Negara Indonesia harus memliki
1. Terjadi tindak kekerasan lebih banyak lembaga/institusi/aparat penegak hukum yang
diketahui oleh pelaku dan korban saja, berkualifikasi demikian. Salah satunya adalah
sehingga kurang adanya saksi maupun Kejaksaan Republik Indonesia, disamping
alat bukti lainnya yang memenuhi Pasal Kepolisian Republik Indonesia, Mahkamah
183 dan 184 KUHAP; Agung, dan bahkan Advokat/Penasehat
2. Pihak korban tidak mau melaporkan Hukum/Pengacara/Konsultan Hukum, yang
kasusnya karena merasa tabu dan secara universal melaksanakan penegakkan
beranggapan akan membuka aib hukum.10
keluarga sendiri terutama terhadap Peran Polri dalam Perlindungan Anak Dan
kasus yang berhubungan dengan Penanggulangan Kekerasan Dalam Rumah
seksual; Tangga, yaitu memperhatikan banyaknya kasus
3. Bagi korban yang mau melapor dan pelanggaran terhadap perlindungan anak dan
perkaranya memenuhi syarat formil KDRT, aparat Polri sebagai salah satu institusi
maupun materiil, tidak jarang berusaha yang konsern terhadap masalah ini telah
mencabut kembali karena merasa ia banyak melakukan upaya konkrit. Beberapa
sangat memerlukan masa depan bagi upaya yang telah ditempuh Polri, di antaranya:
anak-anaknya dan masih menginginkan 1. Mendirikan Ruang dan Pelayanan
rumah tangganya dibangun kembali; Khusus (RPK), sebagai tempat

7 9
https://elisatris.wordpress.com/Peran Polri Dalam Ibid, hal. 136.
10
Perlindungan Anak Dan Penanggulangan Kekerasan Dalam Marwan Efendi, Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari
Rumah Tangga. Diunduh Jumat 18 September 2015. Perspektif Hukum, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
8
MoertiHadiatiSoeroso, Op.Cit, hal. 135. 2005, hal. 2.

33
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

penanganan kasus- KDRT dan masyarakat dan instansi terkait lainnya,


pelanggaran anak; mengingat masalah perlindungan anak dan
2. Membentuk unit Pelayanan Perempuan KDRT sejatinya merupakan masalah kita
dan Anak (PPA) dari tingkat Mabes semua.12
hingga Polres, sebagaimana dituangkan Kewajiban kepolisian untuk memberikan
dalam Peraturan Kapolri Nomor 10 perlindungan hukum terhadap hak-hak korban
Tahun 2007; kekerasan dalam rumah tangga merupakan
3. Meningkatkan jumlah Polwan agar pelaksanaan dari kewajiban negara melalui
mendekati ratio ideal. Harapanya, pemerintah dengan dukungan seluruh
Polwan akan menjadi gardaterdepan masyarakat yang perlu dilakukan sepenuhnya
dalam penanganan kasus perlindungan karena bentuk-bentuk kekerasan, dalam rumah
anak dan KDRT; tangga, merupakan pelanggaran hak asasi
4. Untuk meningkatkan kemampuan manusia dan kejahatan terhadap martabat
personil RPK dalam penyidikan dan kemanusiaan. Korban kekerasan dalam rumah
penanganan kasus kekerasan terhadap tangga, sangat dirugikan baik secara moril
perempuan dan anak dilakukan melalui maupun materil sehingga kepolisian perlu
pendidikan, sehingga akan menambah memberikan perhatian dan menindaklanjuti
pengetahuan personil RPK tentang semua laporan yang diberikan baik oleh korban
penyidikan secara umum. Salah satu maupun oleh pihak lain untuk diproses secara
bentuk pendidikan adalah dengan hukum.
pendidikan kejuruan Reserse kriminal Kendala-kendala penegakan hukum dalam
yang dilakukan di Mega Mendung melaksanakan perlindungan terhadap korban
Bogor yang dikhususkan pada kejuruan kekerasan dalam rumah tangga perlu segera
tentang Pelayanan Ruang Pelayanan diatasi oleh pemerintah dengan meningkatkan
Khusus yang telah dilakukan Polri kerjasama dengan masyarakat agar korban
bekerja sama dengan yang mengalami kekerasan dalam rumah
KementerianPemberdayaan tangga berani untuk melaporkan peristiwa yang
Perempuan; dialaminya dan guna memberikan perlindungan
5. Menyelenggarakan berbagai hukum terhadap korban agar bebas dari rasa
seminar/lokakarya bertujuan untuk takut dan segala bentuk ancaman kekerasan
memberikan informasi tentang baik fisik maupun psikis. Diperlukan juga
ketentuan/peraturan yang terkait sosialisasi dan diseminasi mengenai jaminan
dengan masalah perlindungan hukum perlindungan terhadap korban melalui
terhadap anak dan KDRT, serta penyuluhan-penyuluhan hukum di lingkungan
bagaimana upaya pencegahan dan masyarakat, terutama yang tingkat kekerasan
menangani pelanggarnya. dalam rumah tangga meningkat dari jumlah
6. Menjalin kerjasama dengan kasus yang terjadi.
Kementerian Pemberdayaan Penegakan sanksi pidana terhadap pelaku
Perempuan menyusun suatu manual kekerasan dalam rumah tangga merupakan
atau buku saku pegangan polisi dalam tindakan secara represif untuk memberikan
menangani kasus KDRT.11 efek jera bagi pelaku tindak pidana dan bagi
pihak-pihak lain sebagai suatu pembelajaran
Menghadapi fenomena tersebut, aparat untuk tidak melakukan perbuatan yang sama.
kepolisian sebagai gardaterdepan dalam Tindak pidana KDRT masih saja terjadi,
menjaga dan memelihara Kamtibmas terpanggil sehingga pelaksanaan Undang-Undang Nomor
untuk secara serius melakukan langkah-langkah 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
konkret guna menanggulanginya, tentunya Kekerasan Dalam Rumah tangga memerlukan
tanpa mengabaikan peran serta dari kerjasama antara pemerintah, pemerintah
daerah dengan masyarakat untuk penanganan
11
https://elisatris.wordpress.com/Peran Polri Dalam
Perlindungan Anak Dan Penanggulangan Kekerasan Dalam
12
Rumah Tangga. Diunduh Jumat 18 September 2015. Ibid.

34
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

korban-korban kekerasan dalam rumah tanggal c. Penanganan kasus-kasus kekerasan


khususnya melalui pemulihan kesehatan baik dalam rumah tangga belum berjalan
fisik maupun psikis sebagai wujud perlindungan sesuai dengan peraturan perundang-
terhadap hak-hak korban. undangan akibat proses pemeriksaan
Penegakan sanksi pidana merupakan perkara di pihak kepolisianbelum
bagian dari penegakan hukum yang perlu berjalan dengan baik.
diterapakn secara tegas agar kasus-kasus
kekerasan dalam rumah tangga dapat semakin
berkurang bahkan dapat dihapuskan B. Saran
sebagaimana tujuan dari pemberlakuan 1. Pemerintah dan pemerintah daerah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penegakan hukum perlu diupayakan terus agar Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
dengan cara mengatasi kendala-kendala yang Tangga, perlu meningkatkan sarana dan
menjadi penghambat agar penyelesaian prasarana dalam penanganan korban
perkara kekerasan dalam rumah tangga dapat kekerasan dalam rumah tangga yang
diselesaikan dan mampu memberikan keadilan memerlukan pemulihan kesehatan baik
bagi pihak korban yang telah menderita dan fisik maupun psikis, karena Pelayanan
dirugikan akibat perbuatan pelaku kekerasan kesehatan dilakukan di sarana kesehatan
tersebut. milik pemerintah, pemerintah daerah, atau
masyarakat. Demikian pula dengan
PENUTUP peningkatan jumlah dan kualitas Tenaga
A. Kesimpulan kesehatan sesuai dengan standar profesi
1. Perlindungan hukum terhadap korban perlu ditingkatkan.
kekerasan dalam rumah tangga menurut 2. Pelaksanaan penegakan hukum dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 penyelesaian perkara kekerasan dalam
tentang Penghapusan Kekerasan dalam rumah tangga memerlukan kerjasama
rumah tangga sangat dibutuhkan karena antara pemerintah dengan masyarakat
segala bentuk kekerasan, terutama untuk melakukan sosialisasi pelaksanaan
kekerasan dalam rumah tangga, adalah undang-undang kekerasan dalam rumah
pelanggaran hak asasi manusia dan tangga, agar ada peningkatan kesadaran
kejahatan terhadap martabat kemanusiaan hukum bagi pihak korban untuk
serta bentuk diskriminasi. Korban kekerasan mengadukan peristiwa kekerasan dalam
fisik-psikis, seksual dan penelantaran rumah tangga untuk diproses sesuai
mengalami penderitaan dan kerugian, dengan prosedur peradilan yang berlaku.
sehingga perlu dilindungi hak-hak korban
untuk memperoleh keadilan. DAFTAR PUSTAKA
2. Kendala-Kendala Penegakan Hukum Dalam
Pelaksanaan Perlindungan Terhadap Korban Anonim, Kamus Hukum, Penerbit Citra Umbara,
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yaitu: Bandung, 2008.
a. Kekerasan dalam rumah tangga Efendi Marwan, Kejaksaan RI: Posisi dan
seringkali tidak dilaporkan ke pihak Fungsinya dari Perspektif Hukum, PT
kepolisiaan, karena korbanmerasa malu Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
untuk membuka persoalan rumah Hamzah Andi, Terminologi Hukum Pidana,
tangga kepada pihak lain; (Editor) Tarmizi, Ed. 1. Cet. 1. Sinar Grafika,
b. Apabila perkara sudah ada pengaduan Jakarta, 2008.
seringkali korban menarik kembali Hamzah Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi
pengaduan dan bermaksud Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
menyelesaikan perkara secara Hariri MuhwanWawan, Pengantar Ilmu Hukum,
kekeluargaan; Cet. l. Pustaka Setia. Bandung. 2012.

35
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

Herkutanto, Kekerasan Terhadap Perempuan Perempuan, Bandung, PT. RefikaAditama,


dan Sistem Hukum Pidana, Dalam Tapi 2001.
OmasIhromi, SulistyowatiIrianto dan Zein Ahmad Yahya,, Problematika Hak Asasi
AchieSudiartiLuhulima, (Penyunting) Manusia, Edisi Pertama. Cetakan Pertama,
Penghapusan Diskriminasi Terhadap Liberty. Yogyakarta, 2012.
Wanita, Cetakan ke-l. Alumni, Bandung,
2000.
H. Philips DillahSuratman,, Metode Penelitian
Hukum, Alfabeta,Bandung, 2012.
Kansil C.S.T., Christine S.T. Kansil, Engelien R.
Palandeng dan Godlieb N. Mamahit,
Kamus Istilah Aneka Hukum, Edisi
Pertama, Cetakan Kedua, JalaPermata
Aksara, Jakarta, 2010.
KrisnawatiEmeliana, Aspek Perlindungan Anak .
CV. Utomo, Bandung, 2005.
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana,
Cetakan Pertama, Sinar Grafika,
Jakarta,2011.
MarpaungLeden, Asas-Teori-Praktik Hukum
Pidana, Sinar Grafika. Jakarta, 2005.
Marbun Rocky, Deni Bram, YuliasaraIsnaeni dan
Nusya A., Kamus Hukum Lengkap
(Mencakup Istilah Hukum & Perundang-
Undangan Terbaru, Cetakan Pertama,
Visimedia, Jakarta. 2012.
Moeljatno,Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi
Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Notoatmodjo Soekidjo, Etika & Hukum
Kesehatan, Rineka Cipta, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, 2010.
PitoyoWhimbo, Panduan Praktisi Hukum
Ketenagakerjaan, (Penyunting) WidyOcta&
Nur A. Cetakan Pertama, Visimedia,
Jakarta, 2010.
Sadjijono, Polri Dalam Perkembangan Hukum
Di Indonesia, (Editor) M. Khoidin,
LaksBangPressindo, Yogyakarta, 2008.
Saraswati Rika, Perempuan dan Penyelesaian
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Cetakan
Ke II. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009.
SoerosoHadiatiMoerti, Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDRT), Cetakan Pertama,
Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
Wahid Abdull dan Muhammad Irfan,
PerlindunganKorban Kekerasan Seksual
(Advokasi Atas Hak Asasi Manusia) PT.
RefikaAditama, Cetakan Kedua. Bandung,
2011.
Wahid A., Perlindungan Terhadap Korban
kekerasan Seksual Advokasi Atas Hak Asasi

36

Anda mungkin juga menyukai