Terima. Jangan. Terima. Jangan. Kenapa tidak kamu terima? Apa alasannya? Bukankah kamu harus
tahu mengapa ia menghubungimu lagi? Mungkin ada yang penting. Tapi, itu akan mengganggu hidupmu!
Ingat, kamu sudah mulai baik-baik saja! Ingat, ia telah menyakitimu! Ingat, ia telah menghancurkan
hidupmu! Dewasa sedikit, dong! Bukankah itu bukan semata-mata salah dia? Bukankah justru karena itu
kamu bisa tumbuh dengan lebih kuat? Ingat kalimat bijak: belajar adil sejak dari cara berpikir!
Aku segera menekan tombol “yes”. Sialnya, dering itu sudah berakhir. Aku linglung. Menyesal.
Mengapa aku bertindak begitu bodoh dan tidak dewasa? Mengapa aku tidak menerima telepon itu?
Mengapa aku butuh banyak waktu untuk berpikir? Lalu kalau seperti ini, apa yang akan terjadi? Apa yang
ada di pikiran dia? Ia pasti berpikir aku masihlah orang yang kekanak-kanakan.
Mengapa aku tidak menelpon balik? Tapi, jangan-jangan ia hanya ingin menghubungi, tapi tidak ingin
dihubungi. Ingat, ia sudah punya suami! Ia sudah berkeluarga! Dan ingat, keluarga adalah hal yang sangat
berharga! Bukankah kamu sangat mensyukuri dan menghargai keluargamu, dengan seorang ibu yang baik
dan seorang ayah yang penyabar? Bukankah kalau seandainya ada reinkarnasi, kamu selalu berpikir ingin
dilahirkan kembali dari seorang ibu dan ayah yang sama?
Telepon berdering kembali. Aku terkesiap kembali. Tapi, kali ini dengan nomor berbeda. Aku ragu.
Aku linglung. Akhirnya aku terima. Tapi, lagi-lagi telepon mati. tidak ada suara. Itulah takdir bagi orang-
orang peragu! DASAR PERAGU! Tidak bisa mengambil keputusan! Dasar to ... Hei ... berhentilah
menyalahkan dirimu! Dengan menyalahkan dirimu, kamu akan semakin stres. Yang ada malah serba
salah. Kamu memang dalam keadaan yang tidak baik. Wajar saja berpikir seperti itu. Kamu hanya tidak
ingin membuat kesalahan seperti yang sudah-sudah, kan?
(Dikutip dari Cinta Tak Pernah Tepat Waktu karya Puthut EA dengan penyesuaian)
Bumi belahan utara adalah tempat bagi 74 persen pulau akibat endapan tersebut. Pulau akibat endapan
membantu melindungi pantai daratan utama yang rentan terhadap erosi, kerusakan akibat badai, dan
habitat penting margasatwa. Negara yang memiliki lebih banyak pulau akibat endapan adalah Amerika
Serikat (AS). AS memiliki 405 pulau endapan di sepanjang garis pantai Kutub Utara Alaska. Hal itu
memberikan bukti bahwa pulau akibat endapan memang ada di setiap iklim dan di setiap gabungan
ombak-arus.
Para peneliti dapat menemukan pulau-pulau baru tersebut karena alat yang lebih canggih. Di mana pun
tempatnya di dunia, jika ada potongan datar tanah di sebelah pantai, pasokan pasir yang cukup,
gelombang yang cukup untuk memindahkan pasir atau endapan, dan meningkatnya permukaan air laut
yang membuat garis pantai jadi membengkok, maka pulau akibat endapan dapat dipastikan akan terjadi.
Pulau akibat endapan baru diidentifikasi, tidak secara ajaib muncul dalam dasawarsa terakhir. Semua itu
sebenamya sudah lama ada, tetapi sering terabaikan atau salah dikategorikan dalam berbagai survai
sebelumnya.
(6) Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan,
perasaan, dan tindakan. (7) Menurut Lickona, tanpa ketiga aspek itu, pendidikan karakter tidak akan
efektif. (8) Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang
anak akan menjadi cerdas emosinya. (9) Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam
mempersiapkan anak menyongsong masa depan. (10) Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari
nilai-nilai luhur universal, yaitu karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kemandirian dan
tanggung jawab; kejujuran/amanah dan diplomatis; hormat dan santun; dermawan, suka menolong, dan
gotong royong/kerja sama; percaya diri dan pekerja keras; kepemimpinan dan keadilan; baik dan rendah
hati; serta toleran dan cinta damai. (Dikutip dengan pengubahan dari blogdetik.com)