Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MEMBACA LONTAR

GEGURITAN GARA MATARAM

OLEH :
KELOMPOK I
Deny Satyawan 1801521026
Ni Luh Septiani 1901521001
Ni Putu Novsa Dewi 1901521002
Kadek Astri Cahyanti 1901521004
Ida Ayu Putu Maesta Puspasari 1901521005

PROGRAM STUDI SASTRA BALI


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
A. Identifikasi Lontar
1) Identitas Pemilik Naskah
1 Nama -
2 Tempat dan Tanggal Lahir -
3 Umur -
4 Jenis Kelamin -
5 Profesi -
6 Kemampuan membaca lontar -
7 Jumlah lontar yang dimiliki -

2) Identitas Lontar
N IDENTITAS LONTAR URAIAN
O
1 Judul Lontar Geguritan Gara Mataram
2 Jenis/Kelompok Geguritan
3 Ukuran :
Panjang 42 cm
Lebar 3 cm
Jumlah Baris dalam 1 Lembar 4 baris
4 Tebal/ Jumlah Lontar 17 lembar
5 Kalimat Pembuka //o// Ong Awignamastu nama swaha //o// Iki
kanda mawasta/ gara mataram/ dadya ta Sang
Hyang Widhi matemwang jadmané punika/ sané
kakalih/ sané mwani mawasta/ I Kakara/ sané luh
mawasta/ Ni Kacé/ punika sampun matmu/ I
Kakara tkaning Ni Kacé/ makaswéné marabyan/
raris bling/...
6 Kalimat Penutup Puput sinurat ring dina/ pa/ wara prangbakat/
pang/ ping / 3 / sasih / 4 / rah / 3 / teng / 7 / isaka /
1873 // o // drewén pakultas sastra udayana // o //
warak samakna / wiru paningaksara/ baap
kawnang // o //
7 Jenis Aksara Aksara Bali
8 Bahasa Bali
9 Kondisi Utuh dan terawat dengan baik
10 Penyalin/Pengarang -
11 Tahun/Penanggalan 1873 Çaka (1951 Masehi)
12 Isi Singkat Geguritan Gara Mataram menceritakan tentang
keluarga Raja Mataram, tokoh I Puh Pradhah, Ni
Calondarang dan Ni Ratna Menggali yang
didalamnya berisikan cerita perkawinan sedarah
dan cerita mengenai ajaran ilmu kesaktian yang
diperoleh oleh Ni Calondarang dan I Puh Pradhah
dari Batara Siwa. Kesaktian Ni Calondarang
digunakannya untuk membunuh Raja Mataram
yang merupakan suaminya sehingga ia berganti
nama menjadi Ni Rang De Jirah. Akhirnya
pustaka kesaktiannya dicuri oleh I Puh Bawula
yang merupakan anak dari I Puh Pradhah
sekaligus merupakan menantunya.
13 Keterangan Lain Aksara tampak terang dan mudah dibaca namun
beberapa aksara memiliki bentuk yang unik dan
sedikit berbeda sehingga memerlukan ketelitian
lebih dalam membacanya.
B. Lampiran Sinopsis Cerita
Diceritakan ada seorang laki-laki bernama I Kakara serta seorang perempuan bernama Ni
Kacé, mereka berdua dipertemukan lalu menjadi sepasang suami istri. Singkat cerita Ni Kacé
hamil, Sang Hyang Ratih masuk kedalam janin Ni Kacé, kemudian saat anaknya tersebut lahir
diberi nama Ni Mas Nglayang, anaknya tersebut berjenis kelamin perempuan. Tidak terasa Ni
Mas Nglayang sudah semakin besar namun ibunya meninggal. Meninggalnya Ni Kacé membuat
suaminya yakni I Kakara sangat sedih dan terpukul. Selepas kepergian istrinya, I Kakara
mengajak anaknya ke Alas Mataram untuk menetap disana. Singkat cerita Ni Mas Nglayang kini
sudah remaja. Karena melihat kecantikan Ni Mas Nglayang saat Raja Mataram sedang berburu,
Raja Mataram kemudian mempersuntingnya serta diajak ke Mataram.
Belum lama menikah, Raja Mataram kembali berburu ke hutan dan meninggalkan Ni Mas
Nglayang dalam waktu yang lama. Ketika ditinggalkan berburu oleh Raja Mataram, Ni Mas
Nglayang pergi mengunjungi ayahnya di pepondokan namun secara kebetulan ayahnya tidak
berada di pondok. Saat itu juga Batara Siwa bersiluman menjadi sosok ayah Ni Mas Nglayang.
Batara Siwa meminta agar Ni Mas Nglayang memberikan tubuhnya ramuan obat dan kemudian
mengajaknya bersenggama. Persengamaan pun terjadi. Setelah itu baru Ni Mas Nglayang
mengetahui bahwa yang diajak bersanggama bukanlah ayahnya tetapi Batara Siwa. Batara Siwa
berpesan agar benih kehidupan yang ada di dalam rahim Ni Mas Nglayang tidak dicampurkan
dengan yang lain. Jika tercampur akan menyebabkan anaknya terlahir berupa babi. Namun naas,
Sang Raja yang pulang dari berburu tetap mencampurkan benih kehidupan tersebut meski telah
diberitahu akibatnya oleh Ni Mas Nglayang. Hal ini yang menyebabkan anak Ni Mas Nglayang
terlahir dengan perwujudan seekor babi laki-laki dan seekor babi perempuan. Yang perempuan
lebih tua dari yang laki-laki.
Setelah beberapa lama, lahirlah dua anak Ni Mas Nglayang yang berupa babi. Ni Mas
Nglayang beserta anaknya kemudian dibuatkan tempat tinggal di hutan Mataram. Disana ia
tinggal dengan banyak bantuan dari rakyatnya yang secara bergilir menemaninya di Hutan.
Setelah menginjak dewasa, anak Ni Mas Nglayang mampu berbicara seperti manusia. Mereka
kemudian menanyakan mengenai siapa ayah mereka yang sebenarnya. Karena kekukuhan hati
sang anak, akhirnya Ni Mas Nglayang memberi tahu bahwa ayah mereka adalah Batara Siwa
yang beryoga di Gunung Kelasa. Setelah menceritakan semua, anak Ni Mas Nglayang kemudian
pergi mencari Batara Siwa sedangkan Ni Mas Nglayang kemudian memutuskan untuk pergi ke
surga karena sejatinya Ni Mas Nglayang adalah penjelmaan Bathari Ratih. Setelah berhasil
bertemu dengan Batara Siwa kedua babi tersebut kemudian menceritakan keberadaan diri
mereka kepada Batara Siwa tentang bagaimana seekor babi bisa berbicara seperti manusia.
Mendengar cerita itu Batara Siwa pun ingat dengan kejadian terdahulu, kemudia beliau merubah
kedua wujud babi tersebut menjadi manusia berparas cantik dan tampan dengan bantuan dari
Bagawan Kanwa dan Bhagawan Janaka, dimana yang perempuan bernama Ni Calondarang
sedangkan yang lelaki bernama I Puh Pradah.
Setelah berubah wujud menjadi manusia, Batara Siwa kemudian memberikan kesempatan
bagi Ni Calondarang dan I Puh Pradah untuk melakukan permohonan. Setelah menyampaikan
permohonannya yang memohon kesaktian, mereka berdua diperintahkan untuk melakukan
sembah kepada Batari di dalem. Betari Dalem kemudian memberikan mereka mantra sesuai
ajaran yang dimohonnya pada Batara Siwa serta mereka diperintahkan untuk bertapa di
Talelinggah. Di tempatnya bertapa, disana Ni Calondarang menerapkan kesaktiannya yang
mampu menghasilkan berbagai jenis bunga. Disana juga ia memperdayakan anak - anak untuk
membantunya berjualan hingga mampu membuatnya kaya raya.
Suatu saat ketika Ni Calondarang yang berjualan, dagangannya tidak ada yang membeli
sama sekali. Disana ia sangat marah, namun ketika dalam amarahnya ia bertemu dengan I Puh
Pradah ia mendapatkan harapan dan berjualan kembali. Saat itu dagangannya sangat laris, bunga
yang dijualnya begitu harum hingga sampai di tangan Raja Mataram. Ni Calondarang pun
kemudian diundang ke Kerajaan Mataram karena ia menjual bunga yang begitu harum. Ni
Calondarang kemudian dipersunting oleh Raja Mataram. Sementara itu, I Puh Pradhah yang
merupakan adik Ni Calondarang diutus untuk menjadi raja di Sunda. Disana ia menikah dengan
Ni Dewi Sumdang yang telah lama ditinggal oleh kedua orang tuanya.
Diceritakan Ni Calondarang melahirkan putri yang bernama Ni Ratna Menggali. Setelah
anaknya bisa berjalan, Ni Calondarang sangat sering meninggalkan anaknya. Ni Ratna Menggali
diserahkan agar diasuh oleh ayahnya, Raja Mataram. Suatu ketika Raja Mataram meninggalkan
anaknya, hal ini membuat Ni Calondarang Sangat Marah. Dari kemarahan ini ia kemudian
membunuh Raja Mataram dengan kesaktiannya. Karena hal itu Ni Calondarang berganti nama
menjadi Ni Rang Deng Jirah serta kemudian menjabat menjadi ratu di Mataram. Meski telah
menjadi ratu, perasaan Ni Rang Deng Jirah tetap diselimuti kesedihan. Hal ini karena tidak
satupun pemuda yang mau mempersunting putrinya karena tau akan kesaktian Ni Rang Deng
Jirah.
Sementara itu, diceritakan I Puh Pradhah memiliki putra yang bernama I Puh Bawula. I
Puh Bawula diutus ke Mataram oleh ayahnya karena mengetahui Ni Rang Deng Jirah merusak
jagat Mataram akibat anaknya tidak ada yang mempersunting. Ni Rang Deng Jirah kemudian
meminta I Puh Bawula untuk menikah dengan Ni Ratna Manggali. Setelah berselang beberapa
lama dalam kehidupan berumah tangga bersama Ni Ratna Menggali, I Puh Bawula bersiluman
menjadi seekor anjing hitam dan melihat istri serta mertuanya hendak menyantap bangkai.
Melihat adanya kejanggalan, I Puh Bawula kemudian diusir. Ni Ratna Menggali tidak mau
ditinggalkan oleh suaminya, ia terus memaksa untuk ikut bersama suaminya.
Melihat Ni Ratna Menggali tidak mau ditinggalkan, I Puh Bawula memanfaatkan
kesempatan ini untuk menyuruh Ni Ratna Menggali agar mau menerangkan semua ajaran
kesaktian ibunya. Setelah mengetahui semua ajaran itu, I Puh Bawula kemudian menggunakan
ilmu tersebut untuk meninggalkan istrinya dan kembali ke Sunda. Ni Ratna Menggali begitu
sedih ditinggal suaminya ditambah pustaka ibunya dicuri. Mengetahui hal yang terjadi, Ni Rang
Deng jirah kemudian menyusul ke sunda dengan amarah yang bergejolak dan berencana akan
membakar I Puh Bawula. Sesampainya di Sunda kemudian ia bertemu adiknya dan akhirnya ia
membakar pohon beringin yang kemudian berubah menjadi manusia.

C. Hal Menarik dalam Geguritan Gara Mataram


1. Menyebutkan kelahiran Ni Ratna Menggali yang begitu harum sehingga menyebabkan
bunga ratna tak berbau wangi hingga saat ini.
2. Berisikan kisah perkawinan sedarah yang terjadi di dalam cerita tanpa menyebabkan
adanya gangguan kesehatan. Hal ini tentu berbeda dengan kehidupan nyata dimana
perkawinan sedarah sangat tidak dianjurkan. Hal ini karena perkawinan sedarah rentan
menyebabkan kecacatan bagi keturunan serta adanya keyakinan masyarakat Bali
mengenai perkawinan sedarah menyebabkan rumah tangga menjadi ‘panes’.
3. Geguritan Gara Mataram mengandung kisah mengenai ilmu kesaktian serta mengenai
kesaktian para Dewa khususnya Dewa Siwa yang sangat dekat dan diketahui oleh
masyarakat. Hal ini menyebabkan cerita menjadi menarik karena menceritakan apa yang
kerap terjadi di dalam kehidupan masyarakat khususnya di Bali meski latar cerita ini
bertempat di Mataram.

D. Lampiran Alih Aksara Lontar Geguritan Gara Mataram


1B //o// Ong Awignamastu nama swaha //o// Iki kanda mawasta/ gara mataram/ dadya
(Deni) ta Sang Hyang Widhi matemwang jadmané punika/ sané kakalih/ sané mwani
mawasta/ I Kakara/ sané luh mawasta/ Ni Kacé/ punika sampun matmu/ I Kakara
tkaning Ni Kacé/ makaswéné marabyan/ raris bling/ kala irika raris nata ri ratih
manyusupin blingan Ni Kacéné/ tur tutug ulananya/ raris lekad okané luh/ tur
cayané dumilah/ saksat Sang Hyang Ratih anginda rat/ raris kawastanin/ Ni Mas
Nglayang/ kaswén suba nandang klih/ Ni Mas Nglayang raris byangé mati
pramangké/ ta
2A nda kacrita/ I Kakara/sdih jngah/ mangenehang pyanakné mara klih kalahina mati/
(Deni) tkén méméné/ raris prajani kaajakin madhadukwan/ kaalas mataramé/ glising crita/
sampun mandeng bajang Ni Mas Nglayang/Hnengakna//o// Mangkin kacrita Ida
Sang Prabhu Mataram/ manyumpna maboros/ ka alasé/ raris wawu mtangi/
mandawuhin para nujum/ ih Pranda padha sami/ira ngipi ibi sanja/ mangipi
mababoros ka alasé/ napi apa mlah apa jlé/ inggih inggih ratu/ punika dahating bcik
pisan ratu/ inggih sané mangkin ngiring trusang pisan pakayunané/lunga
mababoros/kojaring pa
2B lakyah/manmu bagya boga dénta/ngraris pramangkin/ Ida Sang Prabhu ndawuhin
(Septi) panjak/mangkat lunga mababoros ka alasé/ sregep saha pkakas paborosané/ kala
irika ngraris Ida mamarggi/ bawu rawuh irika ring alasé/dlod kubun I Kakarané/
raris rawuh ikang papteng libut dedet/ rawuhné saking kubun I Kakarané tanpa
pgatan/ raris ngandika Ida Sang Prabhu/ ri padha punggawané miwah pacang sami/
ih bapa bli cai padha makjang/ kmo tatasin ptengéné/ apa kranané tan papgatan/
paptengé tka uli kaja/ inggih sawyakti ratu/ ngraris mamarggi Sang kapangandikain/
ka
3A gét rawuh ka bongkol paptengé/ twah pdas saking anaké luh ento/ané madan Ni
(Septi) Mas Ngalayang/ tka naptengé irika katakonang adan anaké luh ento/ tkénang
bawannyané/ Ih jro/ sapa sira madwé okané sané istri puniki/ inggih tityang madwé
pyanaké/ sapa sira wastané/ inggih adanin tityang Ni Mas Nglayang/ Usan
manakonang raris budal/ ngraris katurang ring Ida Sang Prabhu/ saparipolahén
sami katurang/ raris garjitta kayun anaké agung/ ah jalan jani kmo alih/ raris Ida
Raja Mataram ngrawuhin ring gnah kubun I Kakarané/ tur sampun matmu rawos
ring I Kakara/ Ni Ma
3B s Nglayang kaidih pacang kanggén rabi/ bapa jalan ba pang mulih ka Mataram/ ba
(Septi) pang suka/ I Kakara ngaturang pyanakné/ sakéwanten tityang/ tan wénten ngiring
budal/ inggih puniki tatanduran tityangé/ sayang antuk tityang ngawonin/ sakéng
iriki tityang mamarekan/ déning kéto ida sang Prabhu raris budal saking pakubwan I
Kakarané/ trus ka nagara Mataram/ irika ngraris mabuncing/ pramangkin/ ring
sampun puput pabuncingan/ déréng tutug limang dina/ malih lunga Ida Sang Prabhu
maboros ka alasé sada maklo/ raris Ni Mas Ngalayang/ aliha bapané ka kubu/
ngatuju bapané tuwun ka tukadé nyuang yéh/ raris Ida Batara Si
4A wa / manyingakin Ni Mas Nglayang/ bakalanga ngalih bapané/ trus Bhatara Siwa/
(Septi) masiluman rupa marupa bapané/ masaré di kubuné/ mara tka Ni Mas Nglayang/ di
kubuné/ raris Bhatara Siwa nagih maboréh/ tkén Ni Mas Nglayang/ usan maodak/
raris kaajakin mrem Ni Mas Nglayang/ ri Bhatara Siwa/ nugi tengkejut Ni Mas
Nglayang/ ih Bapa/ to nguda keto/ mludih jagat anaké/ Ida Bhatara Siwa taler kdeh/
pakayuné/ ah nyai twara nawang apa/ nah maité/ né ning takuté bes sanget/ tkén I
Bapa/ dadi masrah mrem/ saksana matmu kama drestiné/ raris matangi Bhatara
Siwa waluya/ ih nyai
4B /nira dong bapan nyai Ira Bhatara Siwa/ ento apa babané/ mara ngamnékang uli
(Septi) tukadé/ né pakaryyan nirané/ da psan banga nyampurin/ yén kacampuran/ tan
wangdé lekad céléng/ raris mokpah Bhatara Siwa/ trus Ida ri gnah anaké
mababoros/ tur ngandika/ ih Raja Mataram/ kénten kurenan bawu mara/ dadi
kalahin/ sing dadi kmo mulih Sang Prabhu sampun ngawi/ ring sabda ngawang
ngawang/ makayun budal// Kacrita bapané Ni Mas Nglayang/ rawuh di Kubu/
daptang pyanaké jumah/ ih mas i bapa déwan i bapa/ ngudyang i déwa dini/ mrika
mangkin mantuk ka pu
5A ri/ apa dadin bapané/ yéning déwa dini jumah/ raris pyanakné budal ka puri/ bawu
(Septi) ngak Ni Mas Nglayang/ Raja Mataram raris rawuh/ kasambrahma becik - becik/
antuk Ni Mas Nglayang/ ngraris kaajakin mrem Ni Mas Nglayang/ irika raris Ni
Mas Nglayang ngaturang katrangan/ skadi pangandikan Bhatara Siwané/ inggih ratu
sang prabhu/ tityang sampun katibénan smara kama/ antuk Ida Bhatara Siwa/ né
mangkin/ tan wénten Iratu kaicénin nyampurin/ sang prabhu masih kdeh ngajakin
masanggama rasmin/ ah yuadin kéto/ ento rungwang/ somah glah tkénang bli/ ada
pangandikan ida/ pangandikayanga
5B bli mulih/ inggih kaambil para mangkin/ raris kamané matmu/ trus blingané
(Novsa) ngdénang// Sampun tutug ulananya/ raris lekad okané magoba céléng dadwa lwa
mwani/ né lwa kliyan/ ne mwani crikan/ raris Sang Prabhu ngrawuhang pandita/
padanda/ kénkén patuté ené/ matyang/ inggih Sang Prabhu patuté/ dija akni/ mrika
antukang/ karyyanang jro sapatuté/ tur kagbakin panjak/ magilir/ tur bkelin skadi
patut/ ipun tdas adina/ inggih pramangkin Sang Prabhu/ ngandika ring panjaké/
makaryya jro bcik di alasé/ tur raris mamondang/ pacang sangu Ni Mas Nglayangé/
kalih ring panjak pacang
6A ngayahin ditu/ satus - sastus magilih/ mangkin sampun Ni Mas Nglayang/ jnek
(Novsa) nongos ring alas Mataramé/ kaswén okané né marupa céléng/ sampun klih/ raris
uning mapta cara manusa/ raris manakéning bapané/ ih méméh/ né ncén bapan
tyangé/ né rowang/ kto kawula/ masawur byangé/ sampunang jah i déwa nakénang i
aji/ i déwa lacur/ sapuniki mawarnna bawi/ masa i déwa angkenin ida/ ywadin kéto/
apang tyang nawang dogén I Bapa/ inggih ajin i déwané/ I Bhatara Siwa/ irika ida
malinggih di Gunung kélasané/ Ida mangun yasa/ inggih mangkin jagi alih tyang
mrika/ inggih lamun i déwa kdeh jagi parek ring
6B ida/ mémé malu manuturin i déwa/ awinané i déwa marupa céléng/ duk i dané
(Novsa) nyjamah mémé/ sing da kaicén Sang Pabhu nyampuran/ yén kacampuran/ tan pari
wangdé lekad céléng/ keto pamastun idané tkénang mémé/ sampun nika antuk i
déwa ngaturang/ né mangkin tyang mapamit dumun ring i déwa/ tyang mantuk ring
smara bwana/ mapan bathari ratih manyusup dadi Ni Mas Nglayang/ suba mokpah
Ni Mas Nglayang/ punika i céléng maka kalih/ lwas masusupan maring alas gunung
// o // Glising tatwa kacrita Ida Bhatara Siwa tur ngandika ring catur loka palané/ ih
kanwa/ janaka/ rama prasu/ na
7A rada/ nira munggah jani nangun yasa/ kapucak gunung ka alasané gbag gelahé dini
(Astri) apang kukuh/ yaning ada manusa/ raksasa/ tka mai matyang ya/ Sang Catur Loka
Pala/ raris matur/ Inggih inggih ratu/ tan damadé raris i céléng tka/ gingsuh Ida
mencang panah/ jagi ngwarayang céléngé/ raris méling Sang Kalih ring pabesen
pangandikané/ ndén ndén malu hda manaha/ pangandikan Ida Bhatara/ yén ada
manusa/ mwah raksasa/ tka mai matyang/ hyé wiréh céléng/ mlah préksa malu/
pakhyean i céléngé/ i yéh iba céléng/ Inggih bawi tityang/ ngénkén iba tka mai/
inggih ratu Pragda/
7B Tityang jagi papdak ring Ida Bhatara Siwa/ nah lamun kéto/ ira ngageh
(Astri) ngambyékang ka gunung ka alasané/ Inggih sampun rawuh irika/ raris kawkasang/
Inggih ratu Bhatara Siwa/ puniki wénten bawi luh mwani ipun rawuh/ jagi papda
kripa linggh Bhatara/ sapunapi krawes/ mangda padmang tityang/ bah ndén ndén
malu/ tundén ya mai/ nah suba iba kalugraha/ raris matur i céléng/ ratu tityang
nunas lugra/ nah mai/ né iba bisa mapca jlema/ Inggih tityang uning/ ngéngkén iba
tka mai/ Inggih tityang madruwé mémé mituturin tityang/ bapan tityangé kocap Ida
Bhatara Siwa/ nyén mémé né dadi nglah bapa
8A Bhatara Siwa/ Inggih mémén tityangé/ mawasta Ni Mas Nglayang/ kocap i ratu/
(Astri) ngaamah mémé tityangé/ tur i ratu maastu/ tan dados kacampuran/ yén
kacampuran/ tan pari wangdé lekad céléng/ sapunika wantah/ déning kyika
campuran/ déngin lekad tityang dados céléng// raris méling Ida Bhatara Siwa/ uh uh
uh/ saja saja/ nyai sai/ twah pyanak bapa/ nah jani kanwa/ janaka dadya pya jadma
pyanak ira né maka dadya/ Inggih inggih ratu/ Ida Bhagawan Kanwa/ malu
manglukat céléngé lwa/ kamdalang toya gumulak saking ragan Ida/ raris kapulang
8B céléngé lwa kajambangané/ raris marupa manusa luh/ jgégé tanpa tanding/
(Astri) kawastanin Ni Calondarang// Malih Bhagawan Janaka/ manglukat céléngé mwani/
tur ngamdalang toya gumulak/ saking ragan Ida/ irika kapulang céléngé mwani
kajambangané/ mawcu marupa manusa mwani/ kalih bagusé tanpa tanding/
kawastanin I Puh Pradah/ raris ngandika Ida Bhatara Siwa/ nah jani apanga kal
tunas/ nyai cai padha tkénang bapa/ Ni Calondarang maatur/ tityang nunas
pangesngan/ bubur dhumi/ nah hné surat bapané aba// nah hné cai apa katunas
tkénang bapa/ Inggih ti
9A tyang nunas paturipan/ salwiring nyanglebur dadi acu/ mangden waluya urip kadi
(Dayu sampun/ nahén surat laba/ jani nyai cai pata/ kmo ka dalem/ papdak tekanang thari/
Maesta) ento sura bapane aturang tekanang ida/ inggih tityang sandikan bhatara/ ngraris
grusa margi/ sampun nrawuh ring dalem/ raris matur sang kalih/ tur mangaturang
tanda tangan ida bathara/ Uh Uh nyai cai padha mapinunasan tekanang mémé/
inggih tityang asapunika/ anah ada baan meme/ raris ni calondari/ kaichenin cakpan/
shastra modre dranyane antuk mas// malih ipuh pradhah/ kai
9B chenin cakpan plunglu/ shastra modrennyane antuk slaka// hanah nyai cai padha/
(Dayu kma jani matapa/ di talelinggah/ kaja kawuh/ hne shastrane tagihin/ inggih trus
Maesta) mamargi sang kalih/ Glising tarita sampun rawuh ring tlale linggah/ pagnahan anak
crik crik ngangon mapunyah ditu/ padha ajaka ada shadiri/ ni calondari raris mojar/
tken anake ngangon/ ih crik crik/ padha mankjang/ sing sdhuk basange/ lamun cai
sdhuk kmo mulih manyuang bekel/ dpang ombak nongosin malu/ inggih inggih/
raris budal anake ngangon sampi// tan carita suba teked padha jumaha/ jani ni
calondrang anga
10A ji umah pagdégan sampi tur ngaji bunga-bungaan/ ratna barak/ ratna putih/ ane putih
(Dayu masari barak/ ane barak masari putih/ madan skar ratna menggali/ bungan kayu
Maesta) kuldiné di swarggan/ paptétan bhathara siwané/ sdheng ndhenga mabunga sampun/
raris racuh i pangangon sampi/ nicalen darangan dikaring anaké ngangon/ ih cai cai
padha/ dini suba cai mondok/ mbok mahang cai padha ngidih nasi/ kéwala
hadepang mbok bunga akapken/ sai sai/ inggih inggih tyang ngiring/ dadya tan
lemeng kapken/ crik criké madagang/ ggising crita/ dadi sugih ni calondrang
sampun/ raris ada kne a
10B madalem nunden I pangangon/ nah cai jani mrérén malu madagang/ embok jani ka
(Dayu pken madagang/ raris I Calondarang ka pken/ ngaba bunga a sok gehen/ ada anak
Maesta) nakonang/ nagih mli nyen/ anak ngiwasin sing ja ada/ ento lantas brangti Ni
Calondarang/ raris mulih tur masegang sok/ lawut mangandika/ jani wang
mataramé/ twara buwung iba dadi dosa/ baan ibané jail/ tkéning awaké/ raris
ndingeh I Puh Pradhah/ tkén munyin émbokné madurgama bwat/ Ih Ih mbok plih
baan émbok madagang/ mani té mbok bwuin madagang/ tareké lais/ da
11 A di wang dé kayuné mangeseng/ bénjangné trus malih madagang/ béh kari slat
(Dayu syudpa/ bon bungané adka/ tkéning wang mataramé/ laisé magaglétakan ka bli/ ada
Maesta) twara maan anaké mamli/ sampé katur tkén anaké agung/ Raja Mataram/ bané ya
ngawukin malwan/ lawut ya twara mabahan mli/ bon ané mabahan/ indayang ajak
mai/ kénkén sé goban bungané lais pesan/ Inggih Ratu/ wantah skar lwih sané adol
tyang/ upama saksat dadhari/ sakéng swargan turun dados dagang skar/ Inggih
punika skaré/ bawu kacingakin bungané tkén anaké agung/ paling pakayuna
11B né/ raris kapangandikayang ngalih dagangé/ ngajak ka puri/ tur kadawuhin dagangé/
(Dayu raris rawuh ka puri/ matakén anaké agung/ Ih nyai wang ngapa/ nyén adané/ inggih
Maesta) ratu tityang wang kubwan saking gunung/ wastan tityangé/ Ni Calondarang/ nyai
nglah nyama mwani/ inggih tityang nglah/ nyén adané/ inggih mwasta I Puh
Pradhah/ jalan bareng jani mulih/ nyai bakal idih bli/ inggih trus budal/ sampun
rawuh di jumahné/ ih cai capasang Puh Pradhah/ jani mboké Bli ngidih anggon Bli
rabi/ cai bareng sukadi mataram/ né umahé pakidihang dini/ tkéning crik - criké
ngangon/ inggih trus mamargi/ sampun rawuh di puri/
12A ngraris mabuncing/ kaswén ida sang prabhu mrabi/ ring Ni Calondarang/ raris
(Dayu mobot sampun/ Ni Calondarang raris matur/ ring ida sang prabhu/ ratu adan
Maesta) tityangé/ I Puh Pradhah/ boya icénin karya/ yéh saja/ nah jani cai Puh Pradhah kma
cai ka Sunda/ ditu sing ada agung/ cai nyleh agung ditu/ ditu ada okan satrya luh/
twah awukud/ kalahina séda tkéning guruné/ mawasta Ni Déwi Sumdang/ ento
bakal padikang Bli/ anaké buka cai// Glising carita/ raris mamargi I Puh Pradhah/
suba napak Sunda/ tur ngadeg agung di sunda/ raris kaambil Ni Déwi Sumdang/
kanggén rabi baan I Puh
12B Pradhah/ sdeng mengpeng suka/ kaagungané I Puh Pradhah di Sunda/ hnengakne//
(Novsa) Mangkin kacarita Ni Calondarang/ bobotané sampun tutug ulan/ paingenan glis
lkad/ raris Sang Prabhu ngrawuhang pandita/ nyaga bakal lekadé/ raris lekad/ Sang
Prabhu makarsa ngwastanin anaké alit/ ring Ida Pranda/ ningeh Ni Calondarang
raris masaut/ sampunang Pranda ngawastanin tityang madwe pyanak/ tityang
ngawastanin/ wastanin tityang/ Ni Ratna Menggali/ panlasing miiké/ bon bungan/
ratna menggaliné / kanggon parab/ antuk Ni Calondarang/ ento awinan bunga
ratnané/ twara nglah bo kayang jani/
13A déning suba bisa matindak - tindakan okané/ Ni Ratna Menggali/ raris Ni
(Novsa) Calondarang / maplesiran kéwanten/ sai - sai/ Sang Prabhu kaliwating takut/ tkéning
rabiné/ Ni Calondarang/ okané nangis kéwanten sai - sai/ nagih byangé/ rawuh ja
byangé mneng/ kapanyonyoin/ usan manyonyoin malih kasrahang ring ajiné prabhu
mataram/ katundén ngempu okané/ Sang Prabu wantah mneng/ raris Ni
Calondarang malih munggah ngakin mélor/ okané Ni Ratna Menggali malih nangis/
di tanahé maguyang/ byané raja mataram twara lingu ring okané/ raris kalahin ida
ngajrowang/ ento a
13B awanan Ni Calondarang matulak saking méloré/ raris kaambil okané/ trus ukané tan
(Novsa) sipi/ duka ring sang prabhu mataram/ raris katibénin aji mrecukunda/ gni pralaya
pangsngan/ trus séda sang prabhu mataram/ tanpa gantulan bangkéné/ ento awinan
Ni Calondarang / magentos parab/ raris maparab/ Ni Rang Déng Jirah/ antuké
nyédayang sang prabhu/ antuk gni rasya/ mangkin Ni Rang Déng jirah nyneng
agung di jirah mataram/ sumingkin pakayunané runtik/ asing gdegang bawu/
dandané gseng tan pawangké/ ento awanan rep jagaté ring Ni Rang Déng Jirah
Mataram/ samalih mauwuh dukan pakayunané/ sang prabhu
14A istri/ Ni Rang Déng Jirah Mataram/ saantukan okané suba klih Ni Ratna Menggali/
(Novsa) sing psan praratuné bani madik/ sampé tlas tepi siring nagara/ Airlangyané mati
tumpu/ krista antuk Ni Rang Déng Jirah Mataram/ dini jani lyu cacarangan tuturé /
ngawé pantes pangusak - asik Ni Rang Déng Jirahé lyu blasné/ lyu pakumpulané/
ada moyanina entoné/ yén tuturé né bawak/ kéwala panlas rawos panglékané/
sapuniki/ di sdengi Rang Déng Jirahé/ manggawé ngeb jagaté/ kacarita ariné/ I Puh
Pradhah sang prabhu ring Sunda/ madwé putra lanang adiri/ suba ndeng taruna/
mawasta Puh Ba
14B wula/ tur suba wicaksana/ wruh mawiweka/ pratameng wisti/ nah ento kapireng
(Astri) antuk ariné. I Puh Pradhah/ mboké ngawérusak jagat/ antuké twara ada mamadin
okané/ raris pramangkin putrané I Puh Bawula/ kapangandikayang kma/ praya
amasang sandi/ kmo cening jani ka mataram/ suba cening tked ditu/ trusang parek
tkéning byang ceningé/ aturang iban ceningé/ pyanak bapa sakéng sunda/ ojog
srahang ibané ditu/ nah teko panyedsed ajiné/ tkéning I Puh Bawula/ raris mamargi/
tan carita disampun ring margi/ sampun rawuh ring mataram/ trus kapu
15 A ryan/ parek ring Ni Rang Déng Jirah/ raris kasambrama antuk Ni Rangda/ ih cai
(Astri) boné/ inggih tityang okan ida/ sang prabhu sunda puh pradhah/ wastan tityang I Puh
Bawula/ i i kalingké né pyanak mémé cai/ bawu mara katkaning wisti/ uduh bagya -
bagya mémé jani/ nah jani cai patuté/ nywang nyaman cainé/ Ni Ratna Menggali/
tan kacarita kaambil antuk I Puh Bawula/ kaanggén rabi raris/ sampun kaswén -
swén marabi/ katangarin sabilang pteng ilang/ Ni Ratna Menggali/ bawu mara ilang/
Ktut buri maring sétra gandamayu / I Puh Bawula lantas masiluman/ marupa kuluk
slem bengil/ bahu mara ngagah bangké i ra
15B ngda/ raris des katkén i kuluk bengil/ Ni Ratna Menggali matolyan/ ih mémé
(Astri) wénten cicing/ uh nagih ngidih ya/ entungin ya/ raris entungina basang/ lantas
dangala/ abana mulih pjanga di sok nasiné Ni Rang Déng Jirahé/ mapalip tan ka
semané/ malih tolya/ tur antungina ati/ malih dangala abana mulih/ pjanga di
pabwan Ni Rangdané/ malih maliptan ka semané/ malih tolya bwin entungina
paparu/ lantas abana mulih/ pjanga di jun inem Ni Rangdané/ raris mrem I Puh
Bawula/ mapi sirep/ grokgok sampet ngai/ sampun dag surya/ masi kari sirep/ raris
Ni Ratna Menggali/ nanginin/ ih bli bli matangi sampu
16A n tengai/ raris matangi I Puh Bawula/ ngawé kapupungan/ yéh kéto/ raris kapréksa/
(Novsa) sing ada salah angan absik/ tkéning tutur ipyané/ raris Ni Rangda manyupta/ bétél
pdas I Puh Bawula/ nglah pagawéné nto/ ah ah ah Sang Puh Bawula/ kma iba magdi
jani/ yén iba twara magdi jani/ sing ja buung iba dadi awu/ napi raris magdi/ pesu
nyurut/ Ni Ratna Menggali// gingsuh nutug/ Bli Bli antyang tyang/ tandang
antyanga/ tkén I Puh Bawula/ di smané/ tur masangang wyanjana sandi/ Ih nyai ada
nutug Bli/ kmo nyai mulih/ apang ada nyai kabendwan tkén I Byang/ masih kdah
nagih nutug/ nah lamun kéto nya
16 B i/ Bli ngidih idep nyainé jani/ lamun bakat jabahan nyai/ gagaduhan I Méméné/ tur
(Novsa) ngorahin makranan nyané dadi/ Bli nyak ngajak nyai/ Inggih antos tyang iriki/ nah/
trus Ni Ratna Menggali budal/ ri sdek Ni Rangda sirep sepi/ raris ambila pustakan I
byangé/ raris kasrahang tkéning I Puh Bawula/ tur katrangan papingitanyané/ yén
pacang ngseng/ sapuniki modrén ipun/ yén pacang makber/ sapuniki modrén ipun/
sampun pdas baana/ tkéning I Puh Bawula/ nyimpen sajroning ati/ raris
anggranasika mabur/ trus mangawang-ngawang/ raris tdun di Sunda/ Ni Ratna
Menggali/ paling kneh nyané mangkin/ antuké kakalahin ring
17 A I Puh Bawula/ raris ngawedayang ngling glur - glur/ tulung - tulung/ druwén
(Astri) méméné palinga/ tkén I Puh Bawula/ tyang mrebutin twara bakat/ raris Ni Rangda
matangi/ mangrak dadi galaké/ yan upama lwir singa nadah/ trus mabur/ ngetut
pajalan I Puh Bawulané tked ka sunda/ tedun ditu glur - glur/ nakonang I Puh
Bawula/ bakal gsenga/ raris mireng I Puh Pradhah/ swara Ni Mboké dahat panes/ ih
ih mbok/ napi sisip okan mboké/ i cning i Puh Bawula / ndén dong malu/ mbok
manahang tyang/ uning manmang kémawon/ nah nto ada punyan baingin/ ento
indayang gseng/ tur ada jlema na
17B ditu // o // Puput sinurat ring dina/ pa/ wara prangbakat/ pang/ ping / 3 / sasih / 4 /
(Astri) rah / 3 / teng / 7 / isaka / 1873 // o // drewén pakultas sastra udayana // o // warak
samakna / wiru paningaksara/ baap kawnang // o //

Anda mungkin juga menyukai