OLEH :
KELOMPOK I
Deny Satyawan 1801521026
Ni Luh Septiani 1901521001
Ni Putu Novsa Dewi 1901521002
Kadek Astri Cahyanti 1901521004
Ida Ayu Putu Maesta Puspasari 1901521005
2) Identitas Lontar
N IDENTITAS LONTAR URAIAN
O
1 Judul Lontar Geguritan Gara Mataram
2 Jenis/Kelompok Geguritan
3 Ukuran :
Panjang 42 cm
Lebar 3 cm
Jumlah Baris dalam 1 Lembar 4 baris
4 Tebal/ Jumlah Lontar 17 lembar
5 Kalimat Pembuka //o// Ong Awignamastu nama swaha //o// Iki
kanda mawasta/ gara mataram/ dadya ta Sang
Hyang Widhi matemwang jadmané punika/ sané
kakalih/ sané mwani mawasta/ I Kakara/ sané luh
mawasta/ Ni Kacé/ punika sampun matmu/ I
Kakara tkaning Ni Kacé/ makaswéné marabyan/
raris bling/...
6 Kalimat Penutup Puput sinurat ring dina/ pa/ wara prangbakat/
pang/ ping / 3 / sasih / 4 / rah / 3 / teng / 7 / isaka /
1873 // o // drewén pakultas sastra udayana // o //
warak samakna / wiru paningaksara/ baap
kawnang // o //
7 Jenis Aksara Aksara Bali
8 Bahasa Bali
9 Kondisi Utuh dan terawat dengan baik
10 Penyalin/Pengarang -
11 Tahun/Penanggalan 1873 Çaka (1951 Masehi)
12 Isi Singkat Geguritan Gara Mataram menceritakan tentang
keluarga Raja Mataram, tokoh I Puh Pradhah, Ni
Calondarang dan Ni Ratna Menggali yang
didalamnya berisikan cerita perkawinan sedarah
dan cerita mengenai ajaran ilmu kesaktian yang
diperoleh oleh Ni Calondarang dan I Puh Pradhah
dari Batara Siwa. Kesaktian Ni Calondarang
digunakannya untuk membunuh Raja Mataram
yang merupakan suaminya sehingga ia berganti
nama menjadi Ni Rang De Jirah. Akhirnya
pustaka kesaktiannya dicuri oleh I Puh Bawula
yang merupakan anak dari I Puh Pradhah
sekaligus merupakan menantunya.
13 Keterangan Lain Aksara tampak terang dan mudah dibaca namun
beberapa aksara memiliki bentuk yang unik dan
sedikit berbeda sehingga memerlukan ketelitian
lebih dalam membacanya.
B. Lampiran Sinopsis Cerita
Diceritakan ada seorang laki-laki bernama I Kakara serta seorang perempuan bernama Ni
Kacé, mereka berdua dipertemukan lalu menjadi sepasang suami istri. Singkat cerita Ni Kacé
hamil, Sang Hyang Ratih masuk kedalam janin Ni Kacé, kemudian saat anaknya tersebut lahir
diberi nama Ni Mas Nglayang, anaknya tersebut berjenis kelamin perempuan. Tidak terasa Ni
Mas Nglayang sudah semakin besar namun ibunya meninggal. Meninggalnya Ni Kacé membuat
suaminya yakni I Kakara sangat sedih dan terpukul. Selepas kepergian istrinya, I Kakara
mengajak anaknya ke Alas Mataram untuk menetap disana. Singkat cerita Ni Mas Nglayang kini
sudah remaja. Karena melihat kecantikan Ni Mas Nglayang saat Raja Mataram sedang berburu,
Raja Mataram kemudian mempersuntingnya serta diajak ke Mataram.
Belum lama menikah, Raja Mataram kembali berburu ke hutan dan meninggalkan Ni Mas
Nglayang dalam waktu yang lama. Ketika ditinggalkan berburu oleh Raja Mataram, Ni Mas
Nglayang pergi mengunjungi ayahnya di pepondokan namun secara kebetulan ayahnya tidak
berada di pondok. Saat itu juga Batara Siwa bersiluman menjadi sosok ayah Ni Mas Nglayang.
Batara Siwa meminta agar Ni Mas Nglayang memberikan tubuhnya ramuan obat dan kemudian
mengajaknya bersenggama. Persengamaan pun terjadi. Setelah itu baru Ni Mas Nglayang
mengetahui bahwa yang diajak bersanggama bukanlah ayahnya tetapi Batara Siwa. Batara Siwa
berpesan agar benih kehidupan yang ada di dalam rahim Ni Mas Nglayang tidak dicampurkan
dengan yang lain. Jika tercampur akan menyebabkan anaknya terlahir berupa babi. Namun naas,
Sang Raja yang pulang dari berburu tetap mencampurkan benih kehidupan tersebut meski telah
diberitahu akibatnya oleh Ni Mas Nglayang. Hal ini yang menyebabkan anak Ni Mas Nglayang
terlahir dengan perwujudan seekor babi laki-laki dan seekor babi perempuan. Yang perempuan
lebih tua dari yang laki-laki.
Setelah beberapa lama, lahirlah dua anak Ni Mas Nglayang yang berupa babi. Ni Mas
Nglayang beserta anaknya kemudian dibuatkan tempat tinggal di hutan Mataram. Disana ia
tinggal dengan banyak bantuan dari rakyatnya yang secara bergilir menemaninya di Hutan.
Setelah menginjak dewasa, anak Ni Mas Nglayang mampu berbicara seperti manusia. Mereka
kemudian menanyakan mengenai siapa ayah mereka yang sebenarnya. Karena kekukuhan hati
sang anak, akhirnya Ni Mas Nglayang memberi tahu bahwa ayah mereka adalah Batara Siwa
yang beryoga di Gunung Kelasa. Setelah menceritakan semua, anak Ni Mas Nglayang kemudian
pergi mencari Batara Siwa sedangkan Ni Mas Nglayang kemudian memutuskan untuk pergi ke
surga karena sejatinya Ni Mas Nglayang adalah penjelmaan Bathari Ratih. Setelah berhasil
bertemu dengan Batara Siwa kedua babi tersebut kemudian menceritakan keberadaan diri
mereka kepada Batara Siwa tentang bagaimana seekor babi bisa berbicara seperti manusia.
Mendengar cerita itu Batara Siwa pun ingat dengan kejadian terdahulu, kemudia beliau merubah
kedua wujud babi tersebut menjadi manusia berparas cantik dan tampan dengan bantuan dari
Bagawan Kanwa dan Bhagawan Janaka, dimana yang perempuan bernama Ni Calondarang
sedangkan yang lelaki bernama I Puh Pradah.
Setelah berubah wujud menjadi manusia, Batara Siwa kemudian memberikan kesempatan
bagi Ni Calondarang dan I Puh Pradah untuk melakukan permohonan. Setelah menyampaikan
permohonannya yang memohon kesaktian, mereka berdua diperintahkan untuk melakukan
sembah kepada Batari di dalem. Betari Dalem kemudian memberikan mereka mantra sesuai
ajaran yang dimohonnya pada Batara Siwa serta mereka diperintahkan untuk bertapa di
Talelinggah. Di tempatnya bertapa, disana Ni Calondarang menerapkan kesaktiannya yang
mampu menghasilkan berbagai jenis bunga. Disana juga ia memperdayakan anak - anak untuk
membantunya berjualan hingga mampu membuatnya kaya raya.
Suatu saat ketika Ni Calondarang yang berjualan, dagangannya tidak ada yang membeli
sama sekali. Disana ia sangat marah, namun ketika dalam amarahnya ia bertemu dengan I Puh
Pradah ia mendapatkan harapan dan berjualan kembali. Saat itu dagangannya sangat laris, bunga
yang dijualnya begitu harum hingga sampai di tangan Raja Mataram. Ni Calondarang pun
kemudian diundang ke Kerajaan Mataram karena ia menjual bunga yang begitu harum. Ni
Calondarang kemudian dipersunting oleh Raja Mataram. Sementara itu, I Puh Pradhah yang
merupakan adik Ni Calondarang diutus untuk menjadi raja di Sunda. Disana ia menikah dengan
Ni Dewi Sumdang yang telah lama ditinggal oleh kedua orang tuanya.
Diceritakan Ni Calondarang melahirkan putri yang bernama Ni Ratna Menggali. Setelah
anaknya bisa berjalan, Ni Calondarang sangat sering meninggalkan anaknya. Ni Ratna Menggali
diserahkan agar diasuh oleh ayahnya, Raja Mataram. Suatu ketika Raja Mataram meninggalkan
anaknya, hal ini membuat Ni Calondarang Sangat Marah. Dari kemarahan ini ia kemudian
membunuh Raja Mataram dengan kesaktiannya. Karena hal itu Ni Calondarang berganti nama
menjadi Ni Rang Deng Jirah serta kemudian menjabat menjadi ratu di Mataram. Meski telah
menjadi ratu, perasaan Ni Rang Deng Jirah tetap diselimuti kesedihan. Hal ini karena tidak
satupun pemuda yang mau mempersunting putrinya karena tau akan kesaktian Ni Rang Deng
Jirah.
Sementara itu, diceritakan I Puh Pradhah memiliki putra yang bernama I Puh Bawula. I
Puh Bawula diutus ke Mataram oleh ayahnya karena mengetahui Ni Rang Deng Jirah merusak
jagat Mataram akibat anaknya tidak ada yang mempersunting. Ni Rang Deng Jirah kemudian
meminta I Puh Bawula untuk menikah dengan Ni Ratna Manggali. Setelah berselang beberapa
lama dalam kehidupan berumah tangga bersama Ni Ratna Menggali, I Puh Bawula bersiluman
menjadi seekor anjing hitam dan melihat istri serta mertuanya hendak menyantap bangkai.
Melihat adanya kejanggalan, I Puh Bawula kemudian diusir. Ni Ratna Menggali tidak mau
ditinggalkan oleh suaminya, ia terus memaksa untuk ikut bersama suaminya.
Melihat Ni Ratna Menggali tidak mau ditinggalkan, I Puh Bawula memanfaatkan
kesempatan ini untuk menyuruh Ni Ratna Menggali agar mau menerangkan semua ajaran
kesaktian ibunya. Setelah mengetahui semua ajaran itu, I Puh Bawula kemudian menggunakan
ilmu tersebut untuk meninggalkan istrinya dan kembali ke Sunda. Ni Ratna Menggali begitu
sedih ditinggal suaminya ditambah pustaka ibunya dicuri. Mengetahui hal yang terjadi, Ni Rang
Deng jirah kemudian menyusul ke sunda dengan amarah yang bergejolak dan berencana akan
membakar I Puh Bawula. Sesampainya di Sunda kemudian ia bertemu adiknya dan akhirnya ia
membakar pohon beringin yang kemudian berubah menjadi manusia.