Anda di halaman 1dari 20

Ki Ageng Mangir

Ki Ageng Mangir atau Ki Ageng


Mangir Wanabaya adalah seorang
musuh sekaligus menantu
Panembahan Senopati raja
Kerajaan Mataram yang pertama.

Asal permusuhan
PADA era pemerintahan
Panembahan Senapati, Mataram
berselisih dengan Mangir yang
dikuasai oleh Ki Ageng Mangir
Wanabaya (Ki Ageng Mangir IV).
Namun apakah perselisihan itu
merupakan fakta sejarah atau fiksi
sejarah masih belum dapat
ditentukan secara tegas.
Mengingat kisah perselisihan
tersebut telah bercampur aduk
dengan cerita tutur yang
berkembang dari mulut ke mulut.
Sehingga pengurangan dan
penambahan dari kisah aslinya
dimungkinkan terjadi.

Sungguhpun demikian,banyak
penulis menyampaikan tentang
kisah perselisihan antara
Panembahan Senapati dan Ki
Ageng Mangir berbagai berbagai
sumber. Selain itu, penulis juga
akan mencoba untuk menganalisis
perihal perselihan kedua tokoh
tersebut secara gamblang. Namun
sebelum menginjak pada bahasan
inti, terlebih dahulu kita ketahui
tentang silisilah Ki Ageng Mangir
Wanabaya.

Silsilah Ki Ageng Mangir

NAMA Ki Ageng Mangir IV yang


memiliki nama asli Bagus
Wanabaya ditemukan dalam Babad
Tanah Jawa. Naskah tersebut
menyatakan bahwa Ki Ageng
Mangir masih trah Prabu Brawijaya
V dari Majapahit. Sementara
Panembahan Senapati pula
merupakan trah Prabu Brawijaya V.
Dengan demikian, keduanya masih
keturunan raja Majapahit di mana
naskah tersebut mengacu pada
tokoh Bhre Kertabhumi. Bukan
mengacu pada tokoh
Girindrawardhana Dyah Ranawijaya
yang takluk saat berperang
melawan Kesultanan Demak.

Kembali pada Babad Tanah Jawa.


Menurut naskah tersebut, silsilah
Ki Ageng Mangir IV sebagai
berikut: Lembu Peteng (Lembu
Amisani) -- Ki Ageng Mangir I
(Raden Megatsari) -- Ki Ageng
Mangir II—Ki Ageng Mangir III—
Bagus Wanabaya. Kemudian
dikenal dengan Ki Ageng Mangir
Wanbaya, karena ia mewarisi
kekuasaan nenek moyangnya di
Mangir. Suatu daerah perdikan
Majapahit di era pemerintahan
Prabu Brawijaya V yang terletak di
dekat Sungai Praga (sekarang di
wilayah Bantul).

Sewaktu menjadi penguasa


Mangir, Bagus Wanabaya masih
lajang. Dengan demikian bisa
disimpulkan bahwa sepeninggal Ki
Ageng Mangir III, Bagus Wanabaya
masih berusia muda. Sungguhpun
demikian, Bagus Wanabaya suka
memelajari ilmu kasepuhan yang
beraliran ajaran Syekh Siti Jenar.
Karena suka lelaku, Bagus
Wanabaya dapat memiliki tombak
Kiai Baru Klinting.

Berkat memelajari ilmu spiritual


dan kanuragan, Bagus Wanabaya
dikenal sebagai pemuda sakti
mandraguna. Karena kesaktian dan
tombak Kiai Baru Klinting yang
dimilikinya, Penembahan Senapati
yang menyerang Mangir beserta
pasukannya mengalami kekalahan.
Rantai Emas jebakan
KEGAGALAN menundukkan Ki
Ageng Mangir IV, Penembahan
Senapati disarankan oleh Juru
Mrentani untuk menggunakan
rantai emas. Karena Ki Ageng
Mangir masih lajang dan sangat
tertarik dengan kesenian Tayub,
maka Panembahan Senapati
menggunakan Retna Pembayun
putrinya sebagai rantai emas.

Atas nasihat Juru Mrentani, Retna


Pembayun menyamar sebagai
ledhek (penari seni Tayub). Dengan
disertai Adipati Martalaya (Dalang
Sandiguna), Ki Jayasupanta, Ki
Sandisasmita, Ki Suradipa, dan
Nyai Adirasa; Retna Pembayun
meninggalkan Mataram. Sesudah
mandi di Sendang Kasihan
(Bantul), Pembayun beserta
rombongannya menuju ke wilayah
Mangir untuk barang ledhek
(ngamen dengan menari tayub).
Ketika menjadi ledhek, Retna
Pembayun menggunakan nama
samaran Lara Kasihan.

Mendengar warta bahwa


serombongan kesenian tayub
dengan penari berwajah jelita
tengah ngamen di wilayahnya, Ki
Ageng Mangir berkenan untuk
menyaksikan. Maka, Ki Ageng
Mangir mengutus bawahannya
untuk mengundang kesenian tayub
itu pentas di halaman Dalem
Mangiran.

Berjubelan penonton memadati


halaman Dalem Mangiran yang
cukup luas untuk menyaksikan
pertunjukan tayub. Banyak
penonton lelaki kaya berkenan
ngibing dengan Lara Kasihan.
Mereka tidak lagi berpikir berapa
banyak uang yang akan digunakan
untuk nyawer Lara Kasihan.
Sementara bagi lagi-laki tak
berduit, hanya dapat menatapkan
pandangan nanarnya pada wajah
dan gerakan tubuh menggoda Lara
Kasihan saat menari.

Melihat kemolekan wajah dan


gerakan erotis Rara Kasihan, Ki
Ageng Mangir terpikat. Arkian, Ki
Ageng Mangir berkenan untuk
menyunting Rara Kasihan. Karena
memiliki rasa cimta pada Ki Ageng
Mangir, Rara Kasihan yang
melupakan tugasnya sebagai
rantai mas itu menerima
pinangannya.

Hari-hari dilalui dengan bahagia


oleh Ki Ageng Mangir, terlebih saat
mengetahui Rara Kasihan telah
mengandung benih cintanya.
Tetapi kebahagiaan itu sirna ketika
Rara Kasihan mengakui sebagai
putri Panembahan Senapatri
musuhnya. Namun berkat cintanya
pada Rara Kasihan, Ki Ageng
Mangir bersedia menghadap
Panembahan Senapati yang
merupakan mertuanya.

Dalam Babad Mangir dikisahkan


bahwa rombongan pengantin Ki
Ageng Mangir dan Rara Kasihan itu
diiringi dengan banyaknya emban
pembawa ubarampe dan srah-
srahan dengan cara dipikul. Karena
terlihat pikulan srah-srahan itu
mentul-mentul (memantul-mantul),
maka lahirlah nama Bantul. Suatu
wilayah yang sekarang di bawah
pemerintahan Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Setiba di Mataram, rombongan


pengantin dari Mangir tersebut
dijamu di Bangsal Pecaosan.
Sementara Ki Ageng Mangir
menghadap Panembahan Senapati
di Penangkilan. Pada saat itulah,
terjadi peristiwa berdarah. Ki
Ageng Mangir tewas di hadapan
Panembahan Senapati dengan
kepala berlumuran darah.
Analisis kematian
PERSELISIHAN Panembahan
Senapati dengan Ki Ageng Mangir,
sungguhpun cenderung bersumber
dari cerita tutur ketimbang sejarah,
sangat menarik untuk dianalisis.
Hal ini agar kita memahami latar
belakang dari peristiwa berdarah di
istana Mataram yang berkaitan
dengan tewasnya Ki Ageng Mangir.

Muncul suatu pendapat bahwa


motivasi Panembahan Senapati
untuk menundukkan Ki Ageng
Mangir IV karena ingin
mendapatkan legitimasi sebagai
keturunan Prabu Brawijaya V dari
Majapahit. Mengingat
Panembahan Senapati dan Ki
Ageng Mangir merupakan trah
Prbabu Brawijaya V.

Motivasi Panembahan Senapati


untuk menaklukkan Ki Ageng
Mangir ditafsirkan agar Mataram
yang berdiri pada paska surutnya
Pajang tersebut tidak mau
tersaingi dengan Mangir. Suatu
tanah perdikan Majapahit yang
dikhawatirkan akan menjadi
kerajaan merdeka dan kelak
menjadi bayang-bayang-bayang
kebesaran Mataram.
Perihal kematian Ki Ageng Mangir
di hadapan Panembahan Senapati
di penangkilan, terdapat empat
versi pendapat yang bersumber
dari tutur tinular. Adapun ketiga
versi pendapat tersebut dapat
dikemukaan sebagai berikut:

Pendapat pertama menyatakan


bahwa kematian Ki Ageng Mangir
karena kepalanya dibenturkan oleh
Panembahan Senapati pada batu
gilang yang merupakan
singgasananya. Bila kisah ini benar,
maka berdirinya istana Mataram
telah dilumuri darah Ki Ageng
Mangir. Sesudah tewas, jasad Ki
Ageng Mangir dimakamkan
separuh di dalam benteng makam
dan separuh berada di luar makam
Raja-Raja Mataram di Kotagede,
Yogyakarta. Sampai sekarang
makam ini bisa dilihat ketika
berziarah di makam tersebut.
Pendapat kedua mengungkapkan
bahwa Ki Ageng Mangir tidak
dibunuh, melainkan disingkirkan
oleh Panembahan Senapati.
Kepada Demang Tangkil, Ki Ageng
Mangir dititipkan. Maka ketika
meninggal, Ki Ageng Mangir
dimakamkan di wilayah Tangkilan,
Godean, Sleman. Makam Ki Ageng
Mangir yang berdektan dengan
Sungai Konteng tersebut sampai
sekarang masih bisa disaksikan.
Pendapat ketiga menyebutkan
bahwa Ki Ageng Mangir tidak
dibunuh oleh Panembahan
Senapati, namun diusir dari wilayah
Mataram. Maka dengan dikawal
pasukan Panembahan Senapati, Ki
Ageng Mangir meninggalkan ibu
kota Mataram. Setiba di Desa
Banaran, Ki Ageng Mangir dibunuh
oleh pasukan Panembahan
Senapati. Jasadnya dimakamkan
di Tangkilan, Godean, Sleman.
Pendapat keempat menyatakan
bahwa Ki Ageng Mangir tidak
dibunuh oleh Panembahan
Senapati, melainkan oleh Raden
Rangga. Pendapat ini berpijak pada
suatu asumsi bahwa kesaktian
Raden Rangga setanding dengan
kesaktian Ki Ageng Mangir.

Dari keempat versi pendapat di


muka kiranya perlu dikaji lagi.
Mengingat semuanya berpijak dari
cerita turut yang bisa ditambah
dan dikurangi. Selain itu, tidak ada
bukti-bukti sejarah yang kuat
tentang siapakah pembunuh Ki
Ageng Mangir sebenarnya.

Ki Ageng Mangir dalam


fiksi
Kisah Ki Ageng Mangir adalah
salah satu cerita yang paling sering
ditampilkan dalam drama ketoprak
Jawa.

Referensi
Sejarah Ki Ageng Mangir|Antara
Cinta Dan Kehormatan.
http://www.akarasa.com

BABAD MANGIR.

Artikel bertopik sejarah ini adalah


sebuah rintisan. Anda dapat
membantu Wikipedia dengan
mengembangkannya.
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Ki_Ageng_Mangir&oldid=15143114"

Terakhir disunting 2 tahun yang lalu oleh LaninBot

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0


kecuali dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai