Selain kedua nama ini, ada sejumlah orang Batak yang telah
masuk Islam, ikut pasukan Paderi menyerang Tanak Batak, yaitu
Tuanku Tambusai (Harahap), Tuanku Sorik Marapin (Nasution),
Tuanku Mandailing (Lubis), Tuanku Asahan (Mansur
Marpaung), Tuanku Kotapinang (Alamsyah Dasopang), Tuanku
Daulat (Harahap), Tuanku Patuan Soripada (Siregar), Tuanku
Saman (Hutagalung), Tuanku Ali Sakti (Jatengger Siregar),
Tuanku Junjungan (Tahir Daulae) dan Tuanku Marajo (Harahap)
Penyerbuan terhadap Singamangaraja X di Benteng Bakkara,
dilaksanakan tahun 1819. Orang-orang Siregar Salak dari
Sipirok dipimpin oleh Jatengger Siregar ikut dalam pasukan
penyerang, guna memenuhi sumpah Togar Natigor Siregar dan
membalas dendam kepada keturunan Raja Oloan Sorba
Dibanua, yaitu Singamangaraja X. Jatengger Siregar menantang
Singamangaraja untuk melakukan perang tanding. Walaupun
sudah berusia lanjut, namun Singamangaraja tak gentar dan
menerima tantangan Jatengger Siregar yang masih muda. Duel
dilakukan dengan menggunakan pedang di atas kuda.
Duel yang tak seimbang berlangsung tak lama. Singamangaraja
kalah dan kepalanya dipenggal oleh pedang Jatengger Siregar.
Terpenuhi sudah dendam yang tersimpan selama 26 generasi.
Kepala Singamangaraja X ditusukkan ke ujung satu tombak dan
ditancapkan ke tanah. Orang-orang marga Siregar masih belum
puas dan menantang putra-putra Singamangaraja X untuk
perang tanding. Sebelas putra-putra Singamangaraja memenuhi