Anda di halaman 1dari 4

Babad Mangir, Kisah Ki Ageng Mangir yang Bias dan Misterius, Lebih tepat disebut

Jebakan Sejarah.

Utari Sandijayaningsih : Trah Mangir ke 3.

Rausyan Fikri : Trah Mangir, di Tapos Depok


Siapakah penulis Babad Mangir ?, belum jelas. Kapan Babad Mangir ditulis ? kira
kira muncul sesudah Perang Diponegoro ! (walaupun masih nggak jelas juga) apa
tujuannya Babad Mangir ditulis ? , ya yang jelas mendiskreditkan keluarga jajaran
keturunan Panembahan Senopati khususnya Kiprah Ki Juru Mertani atau Patih
Mondoroko sebagai salah satu "waliuyullah" didikan Kanjeng Sunan Kalijogo . Dalam
Babad Tanah Jawa disebutkan bahwa Ki Juru Mertanilah tokoh utama dibalik
Kematian Pangeran Ashabul atau Ario Penangsang, lalu pada Kematian Ki Ageng
Mangir beliau juga disebut berperan besar, tendensi yang sangat jelas adalah
Panembahan Senopati adalah tokoh "Penyebar Agama Islam" di tanah Jawa akan
dihabisi kisahnya dengan menyusun sejarah tandingan yang sangat cermat,
siapakah yang bisa menyusun sejarah baru itu, tak pelak bahwa penjajah Belanda
itulah biangnya. Mereka mengerahkan segenap sejarahwannya untuk mengaburkan
peran peran penting menjadi tidak penting atau peran tidak penting menjadi sangat
penting. Keislaman Ki Ageng Mangir sangat penting , dakwah Ki Juru Mertani dan
Roro Pembayun di Mangir sangat penting, perintah Panembahan Senopati untuk
mengislamkan Mangir sangat penting, namun semua kisah itu tiba tiba hablur dan
terhapus oleh sebuah Babad yang muncul pada masa perang Diponegoro, sama
halnya dengan Perang Bubat yang sama sama ditulis pada jaman Perang

Diponegoro juga dalam rangka menghambat pasukan Diponegoro masuk ke Jawa


Barat. Sejarah itu bias dan harus dibaca secara mokal dan maton, apakah Ki Ageng
Mangir itu begitu bodoh sehingga tidak tahu bahwa Roro Pembayun itu putri
Panembahan Senopati atau Panembahan Senopati itu begitu bodoh hingga
mengirimkan anak yang dicintainya ke sarang penjahat ataukah Ki Juru Mertani
murid Sunan Kalijogo begitu bodoh menikahkan cucu kesayangannya dengan "non
Muslim" ataukah kita yang terbodoh bodoh mengikuti cerita intrik kerajaan Mataram
yang telah dibuat bias itu?
Diposkan oleh Abu Ammar di 18.24

Ki Ageng Mangir Wanabaya - Pembayun , Jejak Pahlawan di Kali Sunter Tapos Depok

Ki Ageng Mangir Wanabaya adalah suami Kanjeng Roro Sekar Pembayun, putri
Panembahan Senopati ing Mataram, perkawinan tunggalnya menghadirkan putra ki
Bagus Wanabaya yang lahir di Pati Jawa Tengah pada tahun 1588, Bagus Wanabaya
bersama ibunya sempat berguru pada Pangeran Benawa otra Joko Tingkir diwilayah
Kendal Jawa tengah. Pada tahun 1818 bagus Wanabaya bertempur dipihak Mataram
dibawah pimpinan Ki Bahurekso melawan Pos VOC di Jepara Jawa Tengah,
pertempuran Jepara tersebut dimenangkan oleh pihak Mataram. Selanjutnya Ki
bagus Wanabaya bersama keluarga besar Kanjeng Roro Sekar Pembayun hijrah ke
Pajajaran untuk bertemu dengan orangtua Nyimas Linggar Jati istri Ki Bagus
Wanabaya, adik dari sahabat karibnya yaitu Purwagalih atau disebut Ki Jepra
(jenazahnya dimakamkan didalam Kebon Raya Bogor Jabar) selanjutnya karena
mereka sudah berkomitment untuk membangun jaringan intelejen mataram di
Batavia rombongan veteran Perang Jepara 1618 itu kembali menduduki pos di
wilayah Banjaran Pucung Cilangkap Tapos Depok tepat di mata air Kali Sunter,
mereka mendirikan basis gerilya dengan bimbingan Pangeran Jayakarta yang saat
itu berkedudukan di Batavia diwilayah Jatinegara. Ki Bagus Wanabaya memimpin
sekitar 80 tentara Mataram yang merupakan pasukan khusus yang bergerak dalam
wilayah Benteng Batavia, merekalah pasukan Pandu Mataram yang kelak
mempunyai peranan penting saat Sultan Agung menyerang Batavia di tahun 1628 1629. Sayangnya Kanjeng Roro Pembayun tak bisa menikmati buah kemenangan
Mataram, beliau meninggal di Jatinegara 1625 tertembak pasukan VOC yang
sedang menyerbu Pos Pangeran Jayakarta. Jenazahnya dimakamkan di Keramat
Kebayunan Tapos Depok. Pada tanggal 20 September 1629 Nyimas Utari
Sandijayaningsih, putri Bagus Wanabaya yang menyamar sebagai penyanyi cafe
Batavia berhasil menjebak Jaan Pieters Soen Coen kedalam kamar pribadinya dan
malam itu Yaan Pieter Soen Coen gubernur jendral VOC terbunuh . Dalam laporan
resmi VOC JP Coen wafat akibat penyakit kholera pada tanggal 21 September 1629
kedudukannya digantikan oleh gubernur jendral Jaques Specx. Pasukan sandi
khusus Mataram yang berhasil membunuh JP Coen membawa kepala JP Coen untuk
diserahkan kepada Panembahan Juminah sebagai Jendral Mataram di Batavia,
keberhasilan ini membuat Sultan Agung menerima saran Panembahan Juminah
untuk menghentikan serbuan Mataram ke Batavia. Walaupun tak ada jasa bagi Ki
Bagus Wanabaya dan keluarganya atas semua jerih payah perjuangan di benteng
VOC, namun ia masih tetap berjuang hingga wafat dan dimakamkan di dekat ibunya
di Kebayunan Tapos Depok,
Diposkan oleh Abu Ammar di 12.34

Anda mungkin juga menyukai