Soewignja
BAB I
PEMAKAMAN TEMBAYAT
1
Menurut arah mata angin letaknya di sebelah barat.
Kajian Sastra Klasik Kyai Ageng Pandhanarang 4
2
Bangsal jawi artinya bangsal luar.
3
Tempat berwudlu dari gentong.
4
Bangsal lebet artinya bangsal yang letaknya di dalam.
5
Prabayeksa, bangsal naga.
Kajian Sastra Klasik Kyai Ageng Pandhanarang 5
BAB II
KYAI AGENG PANDHANARANG MENINGGALKAN HIDUP
BERKECUKUPAN
6
Kata ngandel di sini diambil dari kata kandelan.
Kajian Sastra Klasik Kyai Ageng Pandhanarang 8
BAB III
PERJALANAN KYAI AGENG PANDHANARANG
DARI SEMARANG
Ada seorang istri Kyai Ageng yang tidak mau ditinggalkan, yakni
Nyai Ageng Kaliwungu. Nyai Ageng Kaliwungu memaksa ikut ke
Jabalkat. Nyai Ageng setuju meninggalkan hidup berkecukupan di
Semarang dan berguru kepada Kangjeng Sunan. Kyai Ageng
membujuk agar sang istri tetap tinggal. Namun Nyai Ageng tak juga
surut kehendaknya.
Kajian Sastra Klasik Kyai Ageng Pandhanarang 12
Nyai Ageng berkata, “Kyai, boleh atau tidak saya tetap ikut.
Sebagai istri saya harus turut ke manapun suami pergi.walau harus
menempuh jalan susah dan penuh derita. Saya hanya ingin sampai
mati kelak dapat melayani Kyai.”
Kyai Ageng tidak dapat mencegah lagi. Apalagi setelah sang istri
menyatakan sanggup mengikuti cara hidup Kyai Ageng yang baru.
Nyai Ageng yang baru saja lolos dari marabahaya kaget dan
berteriak, “Sungguh terlalu, Kyai. Ada orang salah mengapa tega.”
Kajian Sastra Klasik Kyai Ageng Pandhanarang 14
Kyai Ageng menoleh dan berkata, “Tadi sudah aku pesan agar
hanya merebut tongkatnya saja, tidak boleh mengganggu orangnya.
Kalian banyak tingkah dan rakus, rupamu seperti kambing.”
7
Ada versi lain cerita ini. Begal yang menghadang dan mengganggu Kyai dan
Nyai Ageng ada tiga orang. Nama Salatiga berasal dari orang salah juml ahnya
tiga, atau salahtiga.
Kajian Sastra Klasik Kyai Ageng Pandhanarang 15
BAB IV
BERADA DI DESA WEDHI
keranjang itu Gus Slamet dapat mengambil air wudlu. Dalam waktu
tak lama air dalam gentong sudah penuh. Orang-orang menjadi
takjub. Mereka pun sedikit takut dengan kesaktian Gus Slamet.
Selain kejadian aneh di atas, masih ada lagi keanehan pada diri Gus
Slamet. Pada suatu ketika persediaan kayu bakar di rumah Mbok
Tasik habis. Mbok Tasik memarahi Gus Slamet karena lalai mencari
kayu bakar.
memancar api yang besar. Nasi pun bisa masak dengan segera. Mbok
Tasik yang mencium bau nasi masak kemudian mengintip apa yang
dilakukan Gus Slamet. Dari celah-celah dinding dia melihat Gus
Slamet menanak nasi dengan api yang keluar dari kedua tangannya.
Mulai saat itu Mbok Tasik tak berani lagi berbuat sembarangan
kepada Gus Slamet. Mbok Tasik berpikir pasti Gus Slamet bukan
orang sembarangan. Dalam hati Mbok Tasik menyesal karena selama
ini sering membentak dan memarahi Gus Slamet. Mbok Tasik
kemudian meminta maaf.
BAB V
DI TEMBAYAT SAMPAI MENJADI WALI
incaran para ajar untuk diperistri. Ni Endhang yang tidak mau lalu
mengungsi ke tempat Kyai Ageng Pandhanarang. Oleh Kyai Ageng
malah Ni Endhang diambil sebagai istri. Ni Endhang lalu terkenal
dengan sebutan Nyai Ageng Krakitan. Setelah mengambil istri Ni
Endhang para ajar secara beruntun dapat diislamkan. Antara lain, Ajar
Menak Bawa, Bandar Alim, Malangati dan lain-lain. Namun masih
banyak ajar yang belum mau memeluk Islam. Ada pula yang baru
mau masuk Islam setelah menantang adu kesaktian dengan Kyai
Ageng Pandhanarang.
Dengan congkak Ki Ajar berkata kasar, “Aku mau ikut agama baru
ini, kalau kamu bisa mengalahkan kesaktianku!”
Ki Ajar berkata, “Lihat, aku punya burung dara. Burung ini akan
aku lepaskan. Kalau engkau bisa mengejarnya maka aku menyerah
padamu.”
Kajian Sastra Klasik Kyai Ageng Pandhanarang 20
Kyai Ageng berkata, “Oh biguru rupanya. Tapi lihatlah dulu. Kalau
memang aku merusak pematang sawahmu, boleh engkau
menombakku.”
BAB VI
SESUDAH MENJADI WALI SAMPAI WAFAT
Sunan Demak lalu berkata, “Ini orang baru saja menjadi wali sudah
besar omong. Membuat masjid di puncak bukit suara azannya keras
sekali. Juga lampunya menyilaukan. Semua ini harus diakhiri.”
8
Catatan dari buku aslinya: Gagakdhoka dan Dakawana dulu adalah abdi
Prabu Brawijaya yang bernama Sabdopalon dan Nayagenggong.
Kajian Sastra Klasik Kyai Ageng Pandhanarang 24
BAB VII
ASAL-USUL SUNAN BAYAT
BAB VIII
ASAL-USUL SUNAN BAYAT MENURUT SERAT KANDHA
gadis sampai pada pondok Ajar Pragota. Ki Ajar Pragota pun tak
dapat menolong.
Ajar Citragati lalu mengambil kudi dan berkata, “Kudi ini akan
saya lemparkan ke atas. Kalau engkau bisa mengejarnya, aku
menyerah.”
Ki Ajar lalu mengambil kendi yang berisi air. Kendi lalu dilembar
ke atas. Kendi melayang-layang di angkasa tanpa setetes pun airnya
tumpah. Ki Pandhanarang lalu mengambil tongkatnya dan dilempar
ke arah kendi yang berputar-putar. Ketika tongkat mengenai
sasarannya si kendi pecah. Namun air di dalam kendi tidak tumpah,
masih berujud seperti kendi. Orang-orang bersorak melihat
pertunjukkan yang menakjubkan itu.
BAB IX
KYAI AGENG PANDHANARANG DIAMBIL
MENANTU BATHARA KATONG
Ketika Sultan Demak mendengar ulah sang adik, maka dia menjadi
sangat marah. Sultan Demak lalu menyerahkan urusan ini kepada
Prabu Wadat atau Sunan Bonang. Sunan Bonang lalu mengirim
utusan dari seorang pembesar keturunan Arab yang bernama Syekh
Walilanang untuk mengislamkan Bathara Katong.
Bathara Katong mempunyai dua orang anak yang semuanya
perempuan. Anak sulung sudah menginjak dewasa, yang bungsu
masih berumur kira-kira sepuluh tahun. Selama bertapa di
pegunungan Bathara Katong sangat prihatin memikirkan nasib kedua
putrinya. Kalau hanya tinggal di gunung tak urung kedua putrinya
kelak sulit mendapat jodoh yang setimbang.
Kajian Sastra Klasik Kyai Ageng Pandhanarang 34
Bathara Katong lalu berpikir, “Andai aku harus mati pun tak apa,
asal kelak kedua anakku menemui bahagia. Kalaupun harus ikut
agama baru juga tak menjadi soal, asalkan dua anakku kelak
mendapat kehidupan yang baik. Hanya sekarang di mana tempat yang
baik bagiku untuk berganti agama.”
BAB X
ADIPATI MANGKUBUMI DARI SAMARANG MENINGGALKAN
HIDUP BERKECUKUPAN SAMPAI MENJADI WALI DI TEMBAYAT
Sebagai penutup cerita, di sini akan disebut nama atau sebutan dari
anak-cucu Sunan Bayat, sebagai berikut ini:
***