Anda di halaman 1dari 3

Asal-usul sunan bayat

Pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya yang ke V merupakan zaman peralihan dari agam
hindu ke masa Islam. Pada waktu itu pasukan islam terus mendesak dan menyerbu majapahit dan
alhasil brawijaya pergi ke dari istana dan sampailah ke desa Sawer. Lalu beliau bertemu dengan
Sunan Kalijaga dan beliau disarankan pergi ke daerah Semarang serta menjadi bupati Semarang.
Di sinilah beliau dibimbing oleh Sunan Kalijaga dan diberi nama Ki Ageng Padang Aran.

Sunan Kalijaga yang merasa tugasnya sudah selesai maka beliaumeninggalkan kota semarang
dan melanjutkan dakwahnya di tempat lain.

Bupati Semarang

Ki Ageng Padang Aran sangat keras memimpin rakyatnya sehingga rakyat semua tunduk kepada
beliau. Hal ini membuat beliau leluasa atau seenaknya sendiri dalam memimpin kota Semarang.
Mengumpulkan harta dan membangun istana yang sangat megah misalnya. Dan memungut
pajak yang tinggi serta sikap beliau berubah menjadi kikir. Beliau seperti hilang ingatan apakah
harta tersebut diperoleh dengan cara yang halal atau sebaliknya. Hari demi hari beliau hanya
memikirkan bagaimana cara menambah dan meningkatkan hartanya.

Ki Ageng mempunyai 4 istri diantaranya adalah Nyai Ageng Kaliwungu - Semarang dan Nyai
Ageng – Jawa Timur. Kedua istrinya inilah selalu menemani beliau pergi kemanapun. Beliau
juga bergaul dengan orang kaya saja, rakyat kecil ditindas dan bupati Semarang ini benar-benar
mendambakan harta duniawi saja.

Tunduknya Bupati

Pada suatu hari yang verah sang bupati duduk santai dengan para istrinya dan tak terasa hari
sudah mulai siang, biasanya tukang rumput datang dan menawarkan rumput itu kepada sang
bupati. Setelah lama menawar dan akhirnya sang bupati membayarnya namun hanya dengan
sekeping saja padahal mereka berdua sepakat dengan 2 keping. Alasannya adalah rumputnya
kurang bagus padahal isi dari keranjang rumput tersebut adalah bongkahan emas. Keesokan
harinya tukang rumput datang lagi membawa keranjang rumput yang isinya emas namun lebih
besar lagi dari sebelumnya dan kelihatan sangat girang, gembira sang bupati tersebut.

Namun setelah itu tukang rumput tak lagi mengantarkan rumputnya. Sang bupati gelisah,
mengharapkan kedatangan tukang rumput tersebut. Pada suatu hari sang Bupati mengadakan
hujatan dan hanya orang kaya saja yang diundang. Saat penyambutan terlihat ada tukang rumput
datang ke dalam acara hajatan sang Bupati tersebut. Kemudian tukang rumput ini diusir dan
ditempatkan diemperan kandang kuda.

Keesokan harinya tukang rumput datang untuk mengambil topinya yang tertinggal di kandang
kuda. Dan sang bupati bertanya-tanya dimana rumputnya, mengapa tidak membawakan
untuknya. Akhirnya setelah lama ramai sang bupati berkata kalau aku kalah kaya denganmu aku
akan menuruti perintah-perintahmu dan meninggalkan hartaku. Kemudian Sunan Kalijagapun
menampakkan wujud aslinya dan membuktikan kepada Ki Padang Aran dengan mengayunkan
cangkul yang ada disebelahnya 3x dan kemudian tanah tersebut berubah menjadi bongkahan
emas. Dan sang bupati tunduk dan bersimpuh dibawah kaki Sunan Kalijaga. Dan Ki Ageng ingin
menjadi murid Sunan Kalijaga dengan 4 syarat yang harus dipenuhi antara lain. Bertaubat dan
meninggalkan keserahaan,jangan mendambakan harta duniawi serta menyebarkan agama islam
ke seluruh kota Semarang. Harus mendirikan masjid yang selalu diiringi bedhug yang berbunyi
setiap sholat tiba. Membagikan hartamu/zakat untuk umat yang kekurangan. Dan yang terakhir
menghidupkan lampu di rumah guru (Sunan Kalijaga).

Sunan Kalijaga berpesan setelah semuanya telah terselesaikan maka temui aku di gunung
jabalkat yang terdapat di daerah tembayat. Adapun nama saya disana ialah syeh malaya. Setelah
berkata seperti itu Sunan kalijaga pergi menghilang entah kemana. Di dalam hatinya sangat
menyesal dan ingin cepat menemui Sunan Kalijaga di Gunung Jabalkat.

Pergi ke Jabalkat

Hari masih esok sebelum menjelang subuh, Ki Ageng berpamitan kepada istri-istrinya
meninggalkan kota Semarang dengan mengucapkan takbir 3x. Dan baru beberapa meter istrinya
mengikutinya dan membawa beberapa perhiasan yang diletakkan dalam tongkat bambu. Padahal
Ki Ageng sudah mengetahuinya, tapi beliau hanya diam saja. Selama perjalanan beliau selalu
melaksanakan sholat 5 waktu dan selalu berdzikir kepada Allah SWT.

Sesampainya di suatu wilayah beliau dicegat oleh 3 orang begal dan ingin merampas emas dan
berlian yang dibawa oleh istrinya. Dan para perampok ini tidak puas akan barang rampokannya
lalu ingin merampok lagi barang bawaan Ki Ageng, namun beliau tidak membawa apa-apa. Lalu
Ki Ageng berkata” wong salah kok isih tega temen” kata-kata salah tega menjadi cikal bakal
kota salatiga. Dan akhirnya kedua perampok tadi menjadi murid Ki Ageng yang diberi nama
Syech Domba karena dia mengendus seperti domba kepalnya berubah menjadi domba dan Syech
Kewel karena ketakutan/ngewel dan kepalanya berubah menjadi ular.

Selama perjalanan menuju Jabalkat, di siang hari Ki Ageng tidak menghiraukan keadaan, beliau
ingin sampai ke Jabalkat secepatnya sampai harus meninggalkan istrinya di belakang. Sampai-
sampai istrinya berkata” mbok karo bojone ojo lali” sampai sekarang kata serapan ini digunakan
untuk menamai kota Boyolali.

Dan akhirnya beliau sampai di suatu tempat dan bertemu dengan perempuan tua yang sedang
membawa beras di gendongnya. Perempuan itu ketakutan dan sedikit berlari serta curiga barang
bawaannya akan dirampok. Setelah didatangi oleh Ki Ageng perempuan ini berbohong dan dia
berkata bahwa yang dibawanya adalah wedi=pasir bukanlah beras,setelah perkataan tersebut
terucap dan berbohong akhirnya beras tersebut berubah menjadi wedi. Sampai saat ini daerah ini
dinamai wedi yang berarti pasir.
Sesudah itu beliau melanjutkan perjalanannya sampailah beliau di suatu daerah yang tak jauh
dari gunung jabalkat. Dan beliau menginap di salah satu rumah di desa tersebut dan orang
pemilik rumah ini menjual srabi. Ki Ageng ikut berjualan srabi dan mengaku namanya adalah
Slamet. Sejak kehadiran beliau srabi yang dijual laris manis dan hari demi hari srabi tersebut
habis terjual. Suatu hari kayu bakar untuk memasak srabi habis dan Slamet disuruh oleh Bu
Tasik(sang pemilik rumah) untuk mencari kayubakar di hutan dan Slametpun tidak beranjak
pergi namun beliau menggunakan tangannya untuk menjadi bahan bakar. Setelah terjadi kejadian
tersebut Bu Tasik kaget dan diberi tahu ternyata Slamet adalah Ki Ageng Pandan Arang dan
akhirnya Bu Tasik menjadi murid beliau.

Beliau melanjutkan perjalanan sampai di barat gunung jabalkat dan beliau merasa kehausan.
Lalu Ki Ageng menanyakan petani di sana untuk meminta mentimun yang sudah matang, namun
para petani tidak menyadari bahwa mentimun tersebut ada yang masak 1 buah. Setelah itu Ki
Ageng berkata”ini sudah jiwoh” dalam artian (siji awoh). Dan hal ini dijadikan nama daerah
yaitu jiwo tepatnya di barat gunung Jabalkat.

Ki Ageng sampai di Gunung Jabalkat

Sesampainya Ki Ageng di gunung Jabalkat dan menunggu kedatangan Sunan Kalijaga(gurunya)


sampai terdiam lama dan akhirnya terlihatlah sosok serba hitam tak lain yaitu Sunan Kalijaga.
Mulai saat itu Ki Ageng tinggal di Jabalkat dan mendirikan masjid untuk syiar agama islam di
tembayat. Masjid ini bernama Golo yang artinya 17,go=1 dan lo=7 merupakan jumlah rakaat
sholat fardhu.

Lalu bagaimana nasib syech domba dan syech kewel? Mereka tetap setia menjadi murid Ki
Ageng dan ditugaskan untuk mengambil air wudhu(padasan) di bawah dan tugas ini sebetulnya
sangat berat karena harus menaiki dan menuruni tangga namun keduanya tetap tabah dan
tawakal. Dan pada suatu ketika Sunan kalijaga menanyakan kedua muridnya “ apakah muridmu
ini manusia apa binatang? Dan Ki Ageng menjawab keduanya adalah manusia lalu seketika
syech domba dan syech kewel pun menjadi manusia kembali. Kemudian keduanya semakin
mantap berguru kepada Sunan Bayat.

Anda mungkin juga menyukai