Anda di halaman 1dari 17

MATA PENCAHARIAN SUKU MINANGKABAU

Sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-
hari guna memenuhi kebutuhan hidup.

Orang Minangkabau sangat menonjol dibidang perniagaan sebagai professional dan intelektual. Mereka
merupakan pewaris terhomat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang.
Hampir separuh masyarakat ini hidup diperantauan. Minang perantauan pada umumnya berada dikota-
kota besar.

BERDAGANG

Pertambahan penduduk yang tidak diiringi dengan pertambahan sumber daya alam yang ada
dalambercocok tanam, menyebabkan suku minang beralih profesi menjadi pedagang dalam
memenuhikebutuhan hidupnya.

Pedagang Minangkabau merujuk pada profesi sekelompok masyarakat yang berasal dari ranah
Minangkabau. Disamping profesi dokter, guru, dan ulama, menjadi pedagang merupakan mata
pencarian bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau. Biasanya profesi ini menjadi batu loncatan
bagi perantau Minangkabau setibanya di perantauan.

Sejarah

Pedagang-pedagang besar Minangkabau telah menjejakan kakinya sejak abad ke-7. Mereka menjadi
pedagang berpengaruh yang beroperasi di pantai barat dan pantai timur Sumatra. Pedagang Minang
banyak menjual hasil bumi seperti lada, yang mereka bawa dari pedalaman Minangkabau ke Selat
Malaka melalui sungai-sungai besar seperti Kampar, Indragiri, dan Batang Hari. Sejak kemunculan
Kerajaan Sriwijaya, banyak pedagang Minangkabau yang bekerja untuk kerajaan. Di sepanjang pantai
barat Sumatra, para pedagang ini membuka pos-pos perdagangannya di kota-kota utama dari Aceh
hingga Bengkulu, seperti Meulaboh, Barus, Tiku, Pariaman, Padang, dan Bengkulu. Peranan pedagang
Minangkabau mulai menurun sejak dikuasainya pantai barat Sumatra oleh Kesultanan Aceh.

Munculnya kaum Paderi di Sumatera Barat pada akhir abad ke-18, merupakan kebangkitan kembali
pedagang Minangkabau yang dirintis oleh para ulama Wahabi. Pedagang ini kembali mendapatkan
ancaman dari Kolonial Hindia Belanda sejak dibukanya pos perdagangan Belanda di Padang. Perang
Paderi yang berlangsung selama 30 tahun lebih telah meluluhlantakan perdagangan Minangkabau
sekaligus penguasaan wilayah ini dibawah kolonial Hindia-Belanda.

Di tahun 1950-an, banyak pedagang Minangkabau yang sukses berbisnis diantaranya Hasyim Ning,
Rahman Tamin, Agus Musin Dasaad, dan Sidi Tando. Pada masa Orde Baru, kebijakan pemerintah yang
berpihak kepada pedagang Tionghoa sangat merugikan pedagang Minangkabau. Kesulitan berusaha
dialami oleh pedagang Minang pada saat itu, terutama masalah pinjaman modal di bank serta
pengurusan ijin usaha.

Jenis usaha

Restoran

Usaha rumah makan merupakan jenis usaha yang banyak digeluti oleh pedagang Minang. Jaringan
restoran Minang atau yang biasa dikenal dengan restoran Padang tersebar ke seluruh kota-kota di
Indonesia, bahkan hingga ke Malaysia dan Singapura. Disamping itu terdapat juga usaha restoran yang
memiliki ciri khas dan merek dagang yang dijalani oleh pedagang dari daerah tertentu. Pedagang asal
Kapau, Agam biasanya menjual nasi ramas yang dikenal dengan Nasi Kapau. Pedagang Pariaman banyak
yang menjual Sate Padang. Sedangkan pedagang asal Kubang, Lima Puluh Kota menjadi penjual
martabak, dengan merek dagangnya Martabak Kubang. Restoran Sederhana yang dirintis oleh
Bustamam menjadi jaringan restoran Padang terbesar dengan lebih dari 60 cabang yang tersebar di
seluruh Indonesia. Di Malaysia, Restoran Sari Ratu yang didirikan oleh Junaidi bin Jaba, salah satu
restoran Padang yang sukses.

Tekstil

Di pasar tradisional kota-kota besar Indonesia, pedagang Minangkabau banyak yang menggeluti
perdagangan tekstil. Di Jakarta, pedagang Minangkabau mendominasi pusat-pusat perdagangan
tradisional, seperti Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar Blok M, Pasar Jatinegara, dan Pasar
Bendungan Hilir. Dominansi pedagang tekstil Minangkabau juga terjadi di Medan dan Pekan Baru. Jika di
Medan pedagang Minangkabau mendominasi Pasar Sukaramai, maka di Pekan Baru mereka dominan di
Pasar Pusat dan Pasar Bawah. Di Surabaya, pedagang tekstil asal Minang banyak dijumpai di Pasar Turi.

Kerajinan

Orang Minang banyak melakukan perdagangan dari hasil kerajinan. Para pedagang ini banyak yang
menggeluti kerajinan perak, emas, dan sepatu. Kebanyakan dari mereka berasal dari Silungkang,
Sawahlunto dan Pandai Sikek, Tanah Datar.

Disamping juga banyak yang menggeluti usaha jual-beli barang-barang antik, dimana usaha ini biasanya
digeluti oleh pedagang asal Sungai Puar, Agam. Pedagang barang antik Minangkabau banyak ditemui di
Cikini, Jakarta Pusat dan Ciputat, Tangerang Selatan

Percetakan

Bisnis percetakan merupakan jenis usaha yang banyak dijalankan oleh pedagang Minang. Usaha
percetakan yang mereka jalani meliputi percetakan undangan dan buku. Bahkan dari usaha percetakan
ini berkembang menjadi usaha penerbitan buku dan toko buku. Usaha percetakan banyak digeluti oleh
pedagang asal Sulit Air, Solok. Salah satu tokoh sukses yang menggeluti bisnis percetakan ini ialah H.M
Arbie yang berbasis di kota Medan.

Hotel dan Travel

Bisnis pariwisata terutama jaringan perhotelan dan travel juga banyak digeluti oleh pengusaha
Minangkabau. Di Jakarta, jaringan Hotel Grand Menteng merupakan jaringan bisnis hotel terbesar milik
orang Minang. Di Pekan Baru, disamping Best Western Hotel milik Basrizal Koto, ada Hotel Pangeran
yang dimiliki oleh Sutan Pangeran. Bisnis travel di geluti oleh pengusaha asal Payakumbuh, Rahimi Sutan
di bawah bendera Natrabu Tour.

Pendidikan

Bisnis pendidikan juga menjadi pilihan bagi orang Minang. Usaha ini biasanya digeluti oleh para pendidik
yang pada mulanya bekerja pada sekolah negeri atau swasta. Dari pengalaman tersebut, mereka bisa
mengembangkan sekolah, universitas, atau tempat kursus sendiri yang akhirnya berkembang secara
profesional. Di Jakarta, setidaknya terdapat tiga universitas milik orang Minang, yaitu Universitas
Jayabaya, Universitas Persada Indonesia YAI, dan Universitas Borobudur.

Media

Bakat menulis dan ilmu jurnalistik yang dimiliki oleh orang Minang, telah melahirkan beberapa
perusahaan media besar di Indonesia. Antara lain ialah koran Oetoesan Melajoe yang didirikan oleh
Sutan Maharaja pada tahun 1915, majalah Panji Masyarakat yang didirikan oleh Hamka, koran Pedoman
yang didirikan oleh Rosihan Anwar, koran Waspada yang didirikan oleh Ani Idrus, majalah Kartini yang
didirikan oleh Lukman Umar, majalah Femina yang didirikan oleh putra-putri Sutan Takdir Alisjahbana,
dan jaringan televisi TV One yang didirikan oleh Abdul Latief.

Keuangan

Bisnis di industri keuangan, seperti perbankan, sekuritas, dan asuransi juga merupakan pilihan bagi
pengusaha Minang. Bahkan pengusaha Minang, Sutan Sjahsam yang juga adik perdana menteri pertama
Indonesia Sutan Sjahrir, merupakan perintis pasar modal di Indonesia. Sjahsam juga seorang pialang
saham dan mendirikan perusahaan sekuritas, Perdanas. Disamping Sjahsam, ekonom Syahrir juga aktif
dalam bisnis sekuritas dengan mendirikan perusahaan Syahrir Securities. Di bisnis perbankan, ada
pengusaha Minang lainnya, Anwar Sutan Saidi, yang mendirikan Bank Nasional pada tahun 1930.

Silaturahmi pedagang

Untuk membangun jaringan dan silaturahmi antar pedagang Minangkabau, maka diadakanlah
pertemuan yang dikenal dengan Silaturahmi Saudagar Minang. Silaturahmi ini pertama kali diadakan di
Padang pada tahun 2007 yang dihadiri tak kurang dari 700 pengusaha Minang dari seluruh dunia.
Pedagang sukses

• Djohor Soetan Perpatih, menjadi seorang pedagang sukses di tahun 1930-an. Bersama saudaranya
Djohan Soetan Soelaiman, dia mendirikan toko Djohan Djohor yang terkenal dengan aksi mendiskon
barang yang menyebabkan toko-toko Tionghoa di Pasar Senen, Pasar Baru, dan Kramat (ketiganya
berada di Jakarta) menurunkan harga dagangannya.

• Hasyim Ning merupakan pengusaha Minang sejak era Orde Lama. Bisnisnya bergerak di bidang
otomotif, yaitu sebagai agen tunggal pemegang merek mobil-mobil asal Eropa dan Amerika Serikat.
Hasyim pernah dijuluki pers sebagai "Raja Mobil dan Henry Ford Indonesia". Dia sempat dituding
sebagai boneka kapitalis ketika pada tahun 1954 perusahan yang dipimpinnya, Indonesia Service
Company, mendapat kredit lunak sebesar 2,6 juta dollar AS dari Development Loan Fund. Selain itu
bisnis Hasyim juga merambah perhotelan dan biro perjalanan.

• Abdul Latief merupakan sosok sukses pengusaha Minangkabau di Jakarta. Bisnis Abdul Latief meliputi
properti dan media dibawah bendera ALatief Corporation. Pasaraya dan TV One merupakan perusahaan
terbesar milik Latief. Selain sukses sebagai pengusaha, Latief juga menjabat sebagai menteri Tenaga
Kerja di pemerintahan Orde Baru.

• Basrizal Koto merupakan pengusaha asal Pariaman yang menggeluti bisnis media, hotel,
pertambangan, dan peternakan. Basrizal yang dikenal dengan Basko memiliki hotel yang berbasis di
Pekan Baru dan Padang. Selain itu dia memiliki peternakan sapi terbesar di Asia Tenggara.

• Rahimi Sutan, pengusaha Minangkabau yang sukses menggeluti bisnis travel, biro perjalanan, dan
rumah makan. Saat ini Natrabu Tour, perusahaan travel miliknya, bertebaran di seluruh daerah tujuan
wisata di Indonesia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.

• Fahmi Idris merupakan salah satu pengusaha Minang yang juga seorang politisi. Fahmi mendirikan
grup bisnis Kodel yang bergerak dibidang perdagangan, industri, dan investasi. Fahmi yang telah
berbisnis sejak tahun 1967, sempat berhenti kuliah dari FEUI untuk mulai berwirausaha.

• Datuk Hakim Thantawi, merupakan pengusaha yang bergerak di bidang pertambangan dan
perdagangan di bawah bendera Grup Thaha.

• Tunku Tan Sri Abdullah, merupakan pengusaha Minang-Malaysia yang cukup sukses. Dibawah bendera
Melewar Corporation, bisnisnya meliputi produksi baja dan manufaktur.

BERTANI DAN BERKEBUN

Mata pencaharian masyarakat Minangkabau sebagian besar sebagai petani. Bagi yang tinggal di pinggir
laut mata pencaharian utamanya menangkap ikan. Karena memang faktor alam di indonesia yang
mendukung dalam kegiatan bercocok tanam, makasebagian besar mata pencaharian penduduk
indonesia ialah bertani dan berkebun, salah satunya sukuminang. Seiring dengan perkembangan zaman,
banyak masyarakat Minangkabau yang mengadu nasib ke kota-kota besar. Seperti yang dilakukan oleh
masyarakat Indonesia pada saat ini.

Masyarakat Minangkabau juga banyak yang menjadi perajin. Kerajinan yang dihasilkan adalah kain
songket. Hasil kerajinan tersebut merupakan cenderamata khas dari Minangkabau.

PERTAMBANGAN

Secara geologis suku minang memiliki cadangan bahan baku terutama emas, tembaga, timah dan
lainsebagainya. Jadi secara tidak langsung, penduduk minang memiliki ilmu dalam pertambangan,
meskipunkebanyakan bahan baku tersebut langsung dijual, tidak diolah dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Desliana. 2014. Mata Pencaharian Suku Minangkabau.


http://www.slideshare.net/desliana_korea/sajian-kelompok-6-antropologi-sistem-mata-pencaharian-
minangkabau. 26 November 2015

Budi Wiranto, Ervan. 2012. Mata Pencaharian Suku Minangkabau.


http://id.scribd.com/doc/79350197/Mata-Pencaharian-Suku-Minang#scribd. 26 November 2015

2015. Suku Minangkabau : Kebudayaan, Sistem Kepercayaan, Kekerabatan, Politik, Ekonomi, Kesenian.
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/suku-minangkabau-kebudayaan-sistem-kepercayaan-
bangsa.html. 26 November 2015

Hamdani, Roezy. 2009. Suku Minang. http://roezyhamdani.blogspot.co.id/2009/08/suku-


minangkabau.html. 26 November 2015

Orang Minangkabau

14 ogo 2017by rinumar, posted in info & tips

Masyarakat Minangkabau atau sering juga disebut dengan panggilan urang awak atau orang padang
yang sinonim dengan kekayaan adat dan budaya mereka, dimana pun mereka berada tidak pernah
meninggalkan adat dan budaya mereka kerana adat adalah lambang ketelitian dalam setiap kehidupan
dan ketinggian budi pada masyarakat tersebut. Bagi yang ingin tahu mengenai masyarakat tersebut
disini aku ingin kongsikan sedikit informasi mengenai Masyarakat Minang.

🔹POPULASI🔹Jumlah keseluruhan populasi lebih-kurang 8 juta (termasuk Malaysia dan lain-lain negara
didunia-sehingga tahun 2017)

Keseluruhan Indonesia : 5,475,000

Pecahan mengikut negeri :

Sumatera Barat-3,747,000

Riau-535,000

Sumatera Utara-307,000

Jakarta-265,000

Jawa Barat-169,000

Jambi-132,000

Keseluruhan Malaysia-538,826

Majoriti mereka bertutur dalam bahasa Minang, bahasa Indonesia dan bahasa Melayu serta beragama
Islam. Etnik Minang lebih dekat kepada kelompok etnik Melayu. Suku Minangkabau atau Minang adalah
suku yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat. Suku ini terkenal kerana adatnya yang matrilineal,
orang-orang Minang bukan saja sangat kuat berpegang pada agama Islam juga kuat dari segi adat. Adat
basandi syara’, syara’ basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al Qur’an)
merupakan cerminan adat Minang yang berlandaskan Islam yang bermahzab syafi’e. Suku Minang
terutama menonjol dalam bidang pendidikan dan perdagangan. Lebih dari separuh jumlah keseluruhan
anggota suku ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota
besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya. Untuk di luar
wilayah Indonesia, suku Minang banyak terdapat di Malaysia (terutama Negeri Sembilan) dan Singapura.
Di seluruh Indonesia dan bahkan di mancanegara, masakan khas suku ini yang popular dengan sebutan
masakan Padang, sangatlah digemari.
Minangkabau merupakan tempat berlangsungnya perang Paderi yang terjadi pada tahun 1804 – 1837.
Kekalahan dalam perang tersebut menyebabkan suku ini berada dibawah kekuasaan pemerintahan
kolonial Hindia–Belanda.

Dalam etnik Minangkabau terdapat banyak suku. Beberapa suku besar mereka adalah suku Piliang, Bodi
Caniago, Tanjuang, Koto, Sikumbang, Malayu, Jambak; selain itu terdapat pula suku pecahan dari suku-
suku utama tersebut. Kadang-kadang beberapa keluarga dari suku yang sama, tinggal dalam suatu
rumah yang disebut Rumah Gadang.

🔹SUKU🔹Di masa awal terbentuknya budaya Minangkabau, hanya ada empat suku dari dua lareh
(laras) atau kelarasan . Suku-suku tersebut adalah:

Suku Koto

Suku Piliang

Suku Bodi

Suku Caniago

Dan dua kelarasan itu adalah :

Lareh Koto Piliang yang diasaskan oleh Datuk Ketumanggungan

Lareh Bodi Caniago, diasaskan oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang

Advertisements

REPORT THIS AD

Perbezaan antara dua kelarasan itu adalah:

Lareh Koto Piliang menganut sistem budaya Aristokrasi Militeristik

Lareh Bodi Caniago menganut sistem budaya Demokrasi Sosialis


Dalam masa selanjutnya, munculah satu kelarasan baru bernama Lareh Nan Panjang, diperkenalkan oleh
Datuk Sakalok Dunia nan Bamego-mego. Sekarang suku-suku dalam Minangkabau berkembang terus
dan sudah mencapai ratusan suku, yang terkadang sudah sukar untuk mencari persamaannya dengan
suku utama. Di antara suku-suku tersebut adalah:

Gadis_minang

Gadis Minang Berpakaian Adat

Suku Tanjung

Suku Sikumbang

Suku Sipisang

Suku Bendang

Suku Melayu (Minang)

Suku Guci

Suku Panai

Suku Jambak

Suku Kutianyie atau Suku Koto Anyie

Suku Kampai

Suku Payobada

Suku Pitopang atau Suku Patopang

Suku Mandailiang

Suku Mandaliko

Suku Sumagek

Suku Dalimo

Suku Simabua

Suku Salo

Suku Singkuang atau Suku Singkawang


🔹ETIMOLOGI🔹Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang (menang) dan kabau (kerbau). Nama
itu berasal dari sebuah legenda. Konon pada abad ke-13, kerajaan Singasari melakukan ekspedisi ke
Minangkabau. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat tempatan mengusulkan untuk adu kerbau
Minang dengan kerbau Jawa. Pasukan Majapahit menyetujui usul tersebut dan menyediakan seekor
kerbau yang besar dan agresif. Sedangkan masyarakat Minang menyediakan seekor anak kerbau yang
lapar dengan diberikan pisau pada tanduknya. Dalam pertempuran, anak kerbau itu mencari kerbau
Jawa dan terus mencarik-carik perutnya, kerana menyangka kerbau tersebut adalah induknya yang
hendak menyusukannya. Kecemerlangan masyarakat Minang tersebutlah yang menjadi inspirasi nama
Minangkabau.

Namun dari beberapa sumber lain menyebutkan bahawa nama Minangkabau sudah ada jauh sebelum
peristiwa adu kerbau itu terjadi, dimana istilah yang lebih tepat sebelumnya adalah “Minangkabwa”,
“Minangakamwa”, “Minangatamwan” dan “Phinangkabhu”. Istilah Minangakamwa atau Minangkamba
berarti Minang (sungai) Kembar yang merujuk pada dua sungai Kampar iaitu Kampar Kiri dan Sungai
Kampar Kanan. Sedangkan istilah Minangatamwan yang merujuk kepada Sungai Kampar memang
disebutkan dalam tulisan Kedukan. Bukit dimana disitu disebutkan bahawa Pendiri Kerajaan Sriwijaya
yang bernama Dapunta Hyang melakukan migrasi beramai-ramai dari hulu Sungai Kampar
(Minangatamwan) yang terletak di sekitar daerah Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

🔹ASAL–USUL🔹Suku Minang merupakan bahagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang
melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500-2.000 tahun yang lalu.
Berkemungkinan kelompok masyarakat ini masuk dari arah Timur pulau Sumatera, menyusuri aliran
sungai Kampar atau Minangkamwa (Minangatamwan) hingga tiba di dataran tinggi Luhak nan Tigo
(darek). Kemudian dari Luhak nan Tigo inilah suku Minang menyebar ke daerah pesisir (pasisie) di pantai
barat pulau Sumatera, yang terbentang dari Barus di utara hingga Kerinci di selatan.

Selain berasal dari Luhak nan Tigo, masyarakat pesisir juga banyak yang berasal dari India Selatan dan
Parsi. Dimana migrasi masyarakat tersebut terjadi ketika pantai barat Sumatera menjadi pelabuhan
alternatif perdagangan selain Melaka, ketika kerajaan tersebut jatuh ke tangan Portugis.

🔹SOSIAL KEMASYARAKATAN🔹Daerah Minangkabau terdiri atas banyak nagari (negeri). Nagari ini
merupakan daerah otonomi dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau. Tidak ada kekuasaan sosial
dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeza mungkin
mempunyai tipikal adat yang berbeza pula. Tiap nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari
pemimpin suku dari semua suku yang ada di nagari tersebut. Dewan ini disebut dengan Kerapatan Adat
Nagari (KAN). Dari hasil musyawarah dan muafakat dalam dewan inilah sebuah keputusan dan
peraturan yang mengikat untuk nagari itu dihasilkan.
🔹ADAT🔹Adat Minang terbagi kepada 4 bahagian, disebut “Adaik nan ampek” (adat yang empat) iaitu :

1. Adaik nan sabana Adaik (Adat yang sebenarnya adat)

Adat ini merupakan adat yang paling utama yang tidak dapat diubah sampai bila pun, merupakan harga
mati bagi seluruh masyarakat Minang Kabau, tidaklah boleh dikatakan dia orang Minang apabila tidak
melaksanakan Adat ini dan akan terkeluarlah dia dari orang Minang apabila meninggalkan adat ini, dari
segi prinsip utama dalam adat ini ialah bahawa seorang Minang mestilah beragama Islam dan tidak
dianggap Minang jika keluar dari agama Islam.

Rumah_gadang

Rumah Gadang

2. Adaik nan diadaikkan (adat yang di adatkan)

Adat ini adalah sebuah aturan yang telah disepakati dan diundangkan dalam pegangan Adat Minang
Kabau dari zaman dahulu melalui sebuah pengkajian dan penelitian yang amat dalam dan sempurna
oleh para nenek moyang orang Minang dizaman dahulu, contohnya yang paling perinsip dalam adat ini
adalah adalah orang minang wajib memakai kekerabatan “Matrilineal” mengambil pesukuan dari garis
ibu dan nasab keturunan dari ayah, makanya ada “Dunsanak” (persaudaraan dari keluarga ibu) dan
adanya “Bako” (persaudaraan dari keluarga ayah), Memilih dan atau menetapkan Penguhulu suku dan
Ninik mamak dari garis persaudaraan badunsanak berdasarkan dari ampek suku asal (empat suku asal)
“Koto Piliang, Bodi, Caniago” atau berdasarkan pecahan suku nan ampek tersebut, menetapkan dan
memelihara harta pusaka tinggi yang tidak boleh diwariskan kepada siapapun kecuali diambil
manfaatnya untuk anak kemenakan, seperti sawah, ladang, hutan, pandam pakuburan, rumah gadang
dll.

Kedua adat diatas disebut “Adaik nan babuhua mati” (Adat yang diikat mati) dan inilah disebut “Adat”,
adat yang sudah menjadi sebuah ketetapan dan keputusan berdasarkan kajian dan musyawarah yang
menjadi kesepakatan bersama antara tokoh Agama, tokoh Adat dan cadiak pandai diranah Minang, adat
ini tidak boleh diubah-ubah lagi oleh sesiapapun, sampai bilapun, sehingga ia disebut “Nan indak lakang
dek paneh nan indak lapuak dek hujan, dibubuik indaknyo layua dianjak indaknyo mati” (Yang tidak
lekang kena panas dan tidak lapuk kena hujan, dipindah tidak layu dicabut tidak mati).
Kedua adat ini juga sama diseluruh daerah dalam wilayah Adat Minang Kabau tidak boleh ada perbezaan
kerana inilah yang menjadi dasar adat Minang Kabau itu sendiri yang membuat keistimewaan dan
perbezaannya dari adat-adat lain di dunia.

3. Adaik nan Taradaik (adat yang teradat)

Adat ini adanya kerana sudah teradat dari zaman dahulu ianya adalah ragam budaya di beberapa daerah
di Minang Kabau yang tidak sama antara setiap daerah, adat ini juga disebut dalam istilah “Adaik
salingka nagari” (adat sekitar daerah).

Adat ini mengatur cara hidup bermasyarakat dalam suatu Nagari dan interaksi antara satu suku dengan
suku yang lainnya dalam nagari itu yang disesuaikan dengan kultur daerah itu sendiri, namun tetap
harus berlandaskan kepada ajaran agama Islam.

Adat ini merupakan kesepakatan bersama antara Penguhulu Ninik mamak, Alim ulama, cerdik pandai,
Bundo Kanduang dan pemuda dalam suatu nagari di Minang Kabau, yang disesuaikan dengan
perkembangan zaman memakai etika-etika dasar adat Minang namun tetap dilandaskan pada ajaran
Agama Islam.

4. Adaik Istiadaik (Adat istiadat)

Adat ini adalah merupakan ragam adat dalam pelaksanaan silaturrahim, berkomunikasi, berintegrasi,
bersosialisasi dalam masyarakat suatu nagari di Minang Kabau seperti acara pinang-meminang, pesta
perkawinan dll, adat inipun tidak sama dalam wilayah Minang Kabau, disetiap daerah ada saja
perbezaannya namun tetap harus berlandaskan kepada ajaran Agama Islam.

Kedua adat yang terakhir ini disebut “Adaik nan babuhua sintak” (adat yang tidak diikat mati) dan inilah
yang namakan ”Istiadat”, kerana ia tidak diikat mati maka ia boleh diubah bila-bila saja diperlukan
melalui kesepakatan Penghulu Ninik mamak, Alim Ulama, Cerdik pandai, Bundo kanduang dan pemuda
yang disesuaikan dengan perkembangan zaman namun acuannya adalah selagi tidak melanggar ajaran
Adat dan ajaran Agama Islam, sehingga disebut dalam pepatah adat “maso batuka musim baganti, sakali
aie gadang sakali tapian baranjak”

🔹MERANTAU🔹Masyarakat Minangkabau sangat sinonim dengan istilah merantau. Perantauan


merupakan istilah untuk suku Minangkabau yang hidup di luar provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Peratusan merantau orang Minangkabau sangatlah tinggi, bahkan dianggarkan tertinggi di Indonesia.
Dari hasil studi yang pernah dilakukan oleh Mohctar Naim, pada tahun 1961 terdapat sekitar 32 % orang
Minang yang berdomisili di luar Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 1971 jumlah itu meningkat
menjadi 44 %. Berdasarkan sensus tahun 2000, suku Minang yang tinggal di Sumatera Barat berjumlah
3,7 juta orang. Dengan perkiraan 7 juta orang Minang di seluruh dunia, bererti lebih dari separuh orang
Minang berada di perantauan. Melihat data tersebut, maka terdapat perubahan cukup besar pada
peratusan merantau orang Minangkabau dibanding suku lainnya di Indonesia. Sebab menurut sensus
tahun 1930, perantau Minangkabau hanya sebanyak 10,5% dibawah orang Bawean (35,9 %), Batak (14,3
%), dan Banjar (14,2 %).

🔸Gelombang Rantau🔸

Merantau pada etnik Minang telah berlangsung cukup lama. Migrasi besar-besaran pertama terjadi
pada abad ke-14, dimana banyak keluarga Minang yang berpindah ke pesisir timur Sumatera hingga ke
Negeri Sembilan, Malaysia. Bersamaan dengan gelombang migrasi ke arah timur, juga terjadi
perpindahan masyarakat Minang ke pesisir barat Sumatera. Di sepanjang pesisir ini perantau Minang
mendirikan koloni-koloni perdagangan, seperti di Meulaboh, Aceh tempat keturunan Minang dikenal
dengan sebutan Aneuk Jamee. Setelah Kesultanan Melaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511,
banyak keluarga Minangkabau yang berpindah ke Sulawesi Selatan. Mereka menjadi penyokong
kerajaan Gowa, sebagai pedagang dan administratur kerajaan. Datuk Makotta bersama isterinya Tuan
Sitti, sebagai cikal bakal keluarga Minangkabau di Sulawesi.[4] Gelombang migrasi berikutnya terjadi
pada abad ke-18, yaitu ketika Minangkabau mendapatkan hak istimewa untuk mendiami kawasan
Kesultanan Riau-Lingga.

Pada masa penjajahan Hindia-Belanda, migrasi besar-besaran terjadi pada tahun 1920, ketika
perkebunan tembakau di Deli Serdang, Sumatera Timur mula dibuka. Pada masa kemerdekaan, Minang
perantauan banyak mendiami kota-kota besar di Jawa, terutama Jakarta. Kini Minang perantauan
hampir tersebar di seluruh dunia.

🔹PERANTAUAN INTELEKTUAL🔹Pada akhir abad ke-18, ramai pelajar Minang yang merantau ke Mekkah
untuk mendalami agama Islam, diantaranya Haji Miskin, Haji Piobang, dan Haji Sumanik. Setibanya di
tanah air, mereka menyebarluaskan pemikiran Islam yang murni, dan menjadi penyokong kuat gerakan
Paderi di Minangkabau. Gelombang kedua perantauan ke Timur Tengah terjadi pada awal abad ke-20,
yang dimotori oleh Abdul Karim Amrullah, Tahir Jalaluddin, dan Muhammad Jamil Jambek. Banyak
perantau Minang yang menetap dan sukses di Mekkah, diantara mereka ialah Ahmad Khatib Al-
Minangkabawi yang menjadi imam Mesjid Al-Haram

Selain ke Timur Tengah, pelajar Minangkabau juga banyak yang merantau ke Eropah. Mereka antara lain
Abdoel Rivai, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Roestam Effendi, dan Nazir Pamuntjak. Intelektual lain,
Tan Malaka, hidup mengembara di lapan negara Eropah dan Asia, membangun jaringan pergerakan
kemerdekaan Asia. Semua pelajar Minang tersebut, yang merantau ke Eropah sejak akhir abad ke-19,
menjadi pejuang kemerdekaan dan pendiri Republik Indonesia.

SEBAB MERANTAU🔹🔸Faktor Budaya 🔸Ada banyak penjelasan terhadap fenomena ini, salah satu
penyebabnya ialah sistem kekerabatan matrilineal. Dengan sistem ini, penguasaan harta pusaka
dipegang oleh kaum perempuan sedangkan hak kaum lelaki dalam hal ini cukup kecil. Hal inilah yang
menyebabkan kaum lelaki Minang memilih untuk merantau. Kini wanita Minangkabau pun sudah lazim
merantau. Tidak hanya kerana alasan ikut suami, tapi juga kerana ingin berdagang, meniti karier dan
melanjutkan pendidikan.

Menurut Rudolf Mrazek, sosiolog Belanda, dua tipologi budaya Minang, yakni dinamisme dan anti-
parokialisme melahirkan jiwa merdeka, kosmopolitan, egaliter, dan berpandangan luas, hal ini
menyebabkan tertanamnya budaya merantau pada masyarakat Minangkabau. Semangat untuk
merubah nasib dengan mengejar ilmu dan kekayaan, serta pepatah Minang yang mengatakan Ka rantau
madang dahulu, babuah babungo alun (lebih baik pergi merantau kerana dikampung belum berguna)
mengakibatkan pemuda Minang pergi merantau sedari muda.

🔸Faktor Ekonomi🔸Penjelasan lain adalah pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan
bertambahnya sumber daya alam yang dapat diolah. Jika dulu hasil pertanian dan perkebunan, sumber
utama tempat mereka hidup dapat menghidupkan keluarga, maka kini hasil sumber daya alam yang
menjadi penghasilan utama mereka itu tak cukup lagi memberi hasil untuk memenuhi keperluan
bersama, kerana harus dibahagi dengan beberapa keluarga. Selain itu adalah tumbuhnya kesempatan
baru dengan dibukanya daerah perkebunan dan pertambangan. Faktor-faktor inilah yang kemudian
mendorong orang Minang pergi merantau mengadu nasib di negeri orang. Untuk kedatangan
pertamanya ke tanah rantau, biasanya para perantau menetap terlebih dahulu di rumah dunsanak
(saudara/famili) yang dianggap sebagai induk semang. Para perantau baru ini biasanya bermula sebagai
peniaga kecil-kecilan.
🔹PENCAPAIAN ORANG MINANGKABAU🔹Suku Minang terkenal sebagai suku yang terpelajar, oleh
sebab itu pula mereka menyebar di seluruh Indonesia bahkan manca-negara dalam berbagai macam
profesion dan kepakaran, antara lain sebagai politikus, penulis, ulama, pengajar, jurnalis, dan pedagang.
Berdasarkan jumlah populasi yang relatif kecil (2,7% dari penduduk Indonesia), Minangkabau
merupakan salah satu suku tersukses dengan banyak pencapaian. Majalah Tempo dalam edisi khas
tahun 2000 mencatat bahawa 6 dari 10 tokoh penting Indonesia di abad ke-20 merupakan orang
Minang.

Sejak dahulu orang Minang telah merantau ke berbagai daerah di Jawa, Sulawesi, semenanjung
Malaysia, Thailand, Brunei, hingga Philipina. Di tahun 1390, Raja Bagindo mendirikan Kesultanan Sulu di
Philipina selatan. Pada abad ke-14 orang Minang melakukan migrasi ke Negeri Sembilan, Malaysia dan
mengangkat raja untuk negeri baru tersebut dari kalangan mereka. Raja Melewar merupakan raja
pertama Negeri Sembilan yang diangkat pada tahun 1773. Di akhir abad ke-16, ulama Minangkabau
Dato Ri Bandang dan Dato Ri Tiro, menyebarkan Islam di Indonesia timur dan mengislamkan kerajaan
Gowa.

Kedatangan reformis Muslim yang menuntut ilmu di Kairo dan Mekah mempengaruhi sistem pendidikan
di Minangkabau. Sekolah Islam moden Sumatera Thawalib dan Diniyah Putri banyak melahirkan aktivis
yang banyak berperan dalam proses kemerdekaan, antara lain A.R Sutan Mansur, Siradjuddin Abbas,
dan Djamaluddin Tamin.

Pada period 1920 – 1960 banyak ahli politik Indonesia yang berpengaruh berasal dari Minangkabau.
Setelah kemerdekaan, empat orang Minangkabau duduk sebagai perdana menteri (Sutan Syahrir,
Mohammad Hatta, Abdul Halim, Muhammad Natsir), seorang sebagai wakil presiden (Mohammad
Hatta), seorang sebagai presiden Republik Indonesia dibawah RIS (Assaat), seorang menjadi pemimpin
parlimen (Chaerul Saleh), dan puluhan yang menjadi menteri, diantara yang cukup terkenal ialah Agus
Salim dan Muhammad Yamin. Selain di pemerintahan, di masa Demokrasi Liberal parlimen Indonesia di
dominasi oleh ahli politik Minang. Mereka tergabung kedalam aneka macam parti dan ideologi, Islamik,
Nasionalis, Komunis dan Sosialis. Disamping menjabat gubernur Provinsi Sumatera Tengah/Sumatera
Barat, orang Minangkabau juga duduk sebagai gubernur provinsi lain di Indonesia. Mereka adalah Datuk
Djamin (Jawa Barat), Muhammad Djosan dan Muhammad Padang (Maluku), Anwar Datuk Madjo Basa
Nan Kuniang (Sulawesi Tengah), Adenan Kapau Gani (Sumatra Selatan), Djamin Datuk Bagindo (Jambi).

Penulis dan jurnalis Minang banyak mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia. Mereka
mengembangkan bahasa Indonesia melalui berbagai macam profesion dan bidang kepakaran. Marah
Rusli, Abdul Muis, Sutan Takdir Alisjahbana, Idrus, Hamka, dan A.A Navis sebagai penulis novel. Chairil
Anwar dan Taufik Ismail melalui puisi, serta Abdul Rivai, Djamaluddin Adinegoro, Rosihan Anwar dan Ani
Idrus sebagai jurnalis.

Di Indonesia dan Malaysia, disamping orang Tionghoa, orang Minang juga terkenal sebagai pengusaha
ulung. Banyak pengusaha Minang sukses berbisnes di bidang perdagangan tekstil, kedai makan,
perhotelan, pendidikan, dan kelinik. Abdul Latief dan Tunku Tan Sri Abdullah merupakan figur sukses
pengusaha Minangkabau.

Banyak pula orang Minang yang sukses di dunia hiburan, baik sebagai sutradara, produser, penyanyi,
mahupun artis. Diantara mereka ialah Usmar Ismail, Asrul Sani, Arizal, Ani Sumadi, Soekarno M. Noer,
dan Dorce Gamalama.

Orang Minangkabau juga berkontribusi besar di Malaysia dan Singapura, antara lain Tuanku Abdul
Rahman (Yang Dipertuan Agung pertama Malaysia), Yusof bin Ishak (presiden pertama Singapura), Zubir
Said (komposer lagu kebangsaan Singapura Majulah Singapura), Rais Yatim, Tan Sri Abdul Samad Idris
dan Adnan bin Saidi. Di negeri Belanda, Roestam Effendi yang mewakili Parti Komunis Belanda, menjadi
satu-satunya orang Indonesia yang pernah duduk sebagai anggota parlimen.

🔹PEDAGANG MINANGKABAU🔹Pedagang Minangkabau merujuk pada profesion sekelompok


masyarakat yang berasal dari ranah Minangkabau. Disamping profesion doktor, guru, dan ulama,
menjadi pedagang merupakan mata pencarian bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau. Biasanya
profesion ini menjadi batu loncatan bagi perantau Minangkabau setibanya di perantauan.

🔸Sejarah🔸Pedagang-pedagang besar Minangkabau telah menjejakan kakinya sejak abad ke-7. Mereka
menjadi pedagang berpengaruh yang beroperasi di pantai barat dan pantai timur Sumatera. Pedagang
Minang banyak menjual hasil bumi seperti lada, yang mereka bawa dari pedalaman Minangkabau ke
Selat Malaka melalui sungai-sungai besar seperti Kampar, Indragiri, dan Batang Hari. Sejak kemunculan
Kerajaan Sriwijaya, banyak pedagang Minangkabau yang bekerja untuk kerajaan. Di sepanjang pantai
barat Sumatera, para pedagang ini membuka pos-pos perdagangannya di kota-kota utama dari Aceh
hingga Bengkulu, seperti Meulaboh, Barus, Tiku, Pariaman, Padang, dan Bengkulu. Peranan pedagang
Minangkabau mulai menurun sejak pantai barat Sumatera dikuasai oleh Kesultanan Aceh.

Munculnya kaum Paderi di Sumatera Barat pada akhir abad ke-18, merupakan kebangkitan kembali
pedagang Minangkabau yang dirintis oleh para ulama Wahabi. Pedagang ini kembali mendapatkan
ancaman dari Kolonial Hindia Belanda sejak dibukanya pos perdagangan Belanda di Padang. Perang
Paderi yang berlangsung selama 30 tahun lebih telah memusnahkan perdagangan Minangkabau
sekaligus penguasaan wilayah ini dibawah kolonial Hindia-Belanda.

Di tahun 1950-an, banyak pedagang Minangkabau yang sukses berbisnes diantaranya Hasyim Ning,
Rahman Tamin, Agus Musin Dasaad, dan Sidi Tando. Pada masa Orde Baru (zaman Soharto),
kecenderungan pemerintah yang memihak kepada pedagang Tionghoa sangat merugikan pedagang
Minangkabau. Kesukaran berusaha dialami oleh pedagang Minang pada saat itu, terutama masalah
pinjaman modal di bank serta pengurusan izin perniagaan (lesen).

🔹JENIS PERNIAGAAN🔹🔸Restoran🔸Kedai makan merupakan jenis perniagaan yang banyak diceburi


oleh pedagang Minang. Jaringan restoran Minang atau yang biasa dikenal dengan restoran Padang
tersebar ke seluruh kota-kota di Indonesia, bahkan hingga ke Malaysia dan Singapura. Disamping itu
terdapat juga perniagaan restoran yang memiliki ciri khas dan jenama perniagaan yang dijalankan oleh
pedagang dari daerah tertentu. Pedagang asal Kapau, Agam biasanya menjual nasi ramas yang dikenal
dengan Nasi Kapau. Pedagang Pariaman banyak yang menjual Sate Padang. Sedangkan pedagang asal
Kubang, Lima Puluh Kota menjadi penjual martabak (apam balik), dengan jenama perniagaannya
Martabak Kubang. Restoran Sederhana yang dirintis oleh Bustamam menjadi jaringan restoran Padang
terbesar dengan lebih dari 60 cawangan yang tersebar di seluruh Indonesia. Di Malaysia, Restoran Sari
Ratu yang didirikan oleh Junaidi bin Jaba, salah satu restoran Padang yang sukses.

🔸Tekstil🔸Di pasar tradisional kota-kota besar Indonesia, pedagang Minangkabau banyak yang
menjalankan perdagangan tekstil. Di Jakarta, pedagang Minangkabau mendominasi pusat-pusat
perdagangan tradisional, seperti Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar Blok M, Pasar Jatinegara, dan
Pasar Bendungan Hilir. Dominansi pedagang tekstil Minangkabau juga terjadi di Medan dan Pekan Baru.
Jika di Medan pedagang Minangkabau mendominasi Pasar Sukaramai, maka di Pekan Baru mereka
dominan di Pasar Pusat dan Pasar Bawah. Di Surabaya, pedagang tekstil asal Minang banyak dijumpai di
Pasar Turi.

🔸Kerajinan🔸Orang Minang banyak melakukan perdagangan dari hasil kerajinan. Para pedagang ini
banyak yang menjalankan kerajinan perak, emas, dan sepatu. Kebanyakan dari mereka berasal dari
Silungkang, Sawahlunto dan Pandai Sikek, Tanah Datar.
Disamping juga banyak yang menceburi perniagaan jual-beli barang-barang antik, dimana bidang ini
biasanya dijalankan oleh pedagang asal Sungai Puar, Agam. Peniaga barang antik Minangkabau banyak
ditemui di Cikini, Jakarta Pusat dan Ciputat, Tangerang Selatan

🔸Percetakan🔸Bisnes percetakan merupakan jenis perusahaan yang banyak dijalankan oleh pedagang
Minang. Perusahaan percetakan yang mereka jalankan meliputi percetakan undangan dan buku. Bahkan
dari usaha percetakan ini berkembang menjadi perusahaan penerbitan buku dan kedai buku.
Perusahaan percetakan banyak diceburi oleh pedagang asal Sulit Air, Solok. Salah satu tokoh sukses yang
menceburi bisnes percetakan ini ialah H.M Arbie yang bertapak di kota Medan.

Itulah sahaja secara ringkasnya setakat ini, masih banyak lagi yang boleh ditulis mengenai minangkabau
ini kerana selain adat dan budaya, minangkabau juga mempunyai keunikan yang lain seperti rekabentuk
rumah, permainan, pakaian dan lain-lain lagi, mungkin dilain masa ada bahagian kedua mengenai
Minangkabau ini akan ditulis…..InsyaAllah

Anda mungkin juga menyukai